Anda di halaman 1dari 5

RUMAH SAKIT UMUM BAHAGIA

LOGO
Alamat : ………………………………………………………………………

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSU BAHAGIA


NOMOR : / SK / DIR / RSUB / I / 2017

TENTANG
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA
DI RSU BAHAGIA

DIREKTUR UTAMA RSU BAHAGIA

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Undang- Undang Nomor 44 Tahun


2009 tentang Rumah Sakit pasal 32 tentang hak pasien dan keluarga;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir a,
maka Rumah Sakit Umum Bahagia mempunyai kewajiban dan tanggung
jawab untuk melaksanakan hal tersebut;

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak;


2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Undang- Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Tenaga Keperawatan;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSU BAHAGIA TENTANG
KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA DI RSU BAHAGIA.

KEDUA : Kebijakan sebagaimana dimaksud dalam diktum KESATU sebagaimana


terlampir dalam keputusan ini;
KETIGA : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan, apabila dikemudian terdapat
kekeliruan akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;

Ditetapkan di
Pada Tanggal

DIREKTUR UTAMA
RSU BAHAGIA

dr…………………….
Lampiran : Keputusan Direktur Utama RSU BAHAGIA
Nomor : 70 / SK / DIR / RSUB / I / 2017
Tentang : Kebijakan Hak Pasien Dan Keluarga

KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA


RSU BAHAGIA

A. MENGIDENTIFIKASI, MELINDUNGI DAN MENINGKATKAN HAK PASIEN DAN


KELUARGA
1. Pimpinan dan seluruh staf rumah sakit harus mengetahui dan mengerti hak pasien dan
keluarga seperti yang tercantum dalam Undang Undang No 44 Tahun 2009 pasal 32.
2. Seluruh staf rumah sakit bertanggung jawab melindungi hak tersebut dalam memberikan
pelayanan kepada pasien.
3. Petugas wajib memberitahukan kepada pasien tentang hak mereka dengan bahasa yang
mudah dimengerti.
4. Seluruh staf rumah sakit menghormati, hak pasien untuk menentukan informasi apa saja
tentang penyakitnya yang boleh disampaikan kepada keluarganya atau pihak lain.
5. Rumah sakit menyediakan pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama
dan kepercayaan pasien.
6. Dalam memberikan pelayanan, petugas perlu menanyakan kebutuhan dan harapan pasien
terhadap privasi dalam kaitannya dengan pelayanan atau asuhan kesehatannya.
7. Rumah sakit hanya bertanggung jawab melindungi barang milik pasien bila pasien
tersebut tidak/belum ada keluarga yang mendampingi atau pasien dalam keadaan tidak
berdaya/tidak sadar. Barang dan harta milik pasien yang telah didampingi keluarga
adalah tanggung jawab pasien dan keluarganya.
8. Pasien yang berisiko mendapat tindak kekerasan (misal korban penganiayaan, KDRT,
tahanan,dengan masalah konflik) diidentifikasi oleh petugas dan mendapat penjagaan
oleh satpam (terutama pada waktu jam besuk).
9. Kelompok pasien lemah dan berisiko yaitu: bayi, anak-anak, usia lanjut, pasien cacat,
pasien koma, pasien gangguan mental emosional dan pasien lainnya yang kurang mampu
melindungi diri perlu mendapat perlindungan yang layak selain dari kekerasan fisik juga
dari kelalaian asuhan dan prioritas bantuan bila terjadi kebakaran/gempa.
10. Lokasi perawatan terpencil atau ruang isolasi, dimonitor oleh petugas secara berkala.
11. Informasi medis dan kesehatan lainnya adalah rahasia milik pasien/wali dari pasien,
petugas kesehatan telah disumpah profesi untuk menjaga kerahasiaan tersebut, bila
informasi tersebut akan dilepas kepada pihak lain, maka harus mendapat izin dari
pasien/wali pasien.
B. PEMBERIAN INFORMASI
Informasi medis dan kesehatan lainya adalah rahasia milik pasien/wali dari pasien, petugas
kesehatan telah disumpah profesi untuk menjaga kerahasiaan tersebut bila informasi tersebut
akan dilepas kepada pihak lain, maka harus mendapat izin dari pasien/wali pasien.
C. MELIBATKAN KELUARGA PASIEN DALAM KEPUTUSAN TENTANG
PELAYANAN PASIEN.
1. Pasien dan keluarga dilibatkan dalam proses pelayanan melalui pembuatan keputusan
tentang pelayanan, bertanya tentang pelayanan, dan bahkan menolak prosedur diagnostik
dan pengobatan.
2. Pasien diberikan kebebasan untuk mencari “second opinon” (pendapat kedua) dari dokter
lain, baik di dalam maupun dari luar rumah sakit, tanpa rasa takut dan perasaan tidak
enak terhadap dokter yang sedang merawatnya (DPJP).
3. Setelah melakukan asesmen, Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) bertanggung
jawab untuk memberitahu kepada pasien dan keluarganya tentang :
a. Informasi dasar tentang kondisi medis yang ditemukan
b. Diagnosis pasti bila perlu
c. Usulan pelayanan dan pengobatan dan
d. Pelayanan, tes, prosedur apa saja yang memerlukan persetujuan pasien dan
keluarga.
4. DPJP bertanggung jawab memberitahu pasien dan keluarganya, mengenai hasil dari
rencana pelayanan/pengobatan, hasil yang tidak diharapkan (kejadian tidak terantisipasi
saat operasi, dari obat yang diresepkan atau pengobatan lain).
5. Petugas memberitahukan pasien dan keluarganya tentang hak untuk menolak/tidak
melanjutkan pengobatan, petugas memberitahu tentang konsekuensi keputusan mereka
dan petugas membantu mencarikan alternatif pelayanan pengobatan.
6. Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien/keluarga untuk menolak
pelayanan resusitasi atau menolak/memberhentikan bantuan hidup dasar. Bila terjadi hal
sebaliknya maka keputusan penghentian bantuan hidup dilakukan oleh 3 dokter yaitu :
dokter anestesi dan 2 dokter lain yang ditunjuk komite medis.
7. Petugas harus melakukan asesmen nyeri pada pasien, merespon dengan cepat ketika
pasien melaporkan rasa nyeri dan melakukan penanganan terhadap nyerinya.
8. Pasien dengan kondisi akhir kehidupannya, harus mendapatkan pelayanan yang penuh
hormat dan kasih sayang dan mendapat asuhan yang sesuai (asuhan pasien tahap
terminal).
9. Pasien diberitahu oleh staf tentang proses penyampaian keluhan, konflik atau perbedaan
pendapat.
10. Konflik ditelaah oleh pihak yang terkait dan bila perlu melibatkan pasien beserta
keluarga dalam penyelesaian konflik tersebut.
D. PENDIDIKAN STAF TENTANG HAK PASIEN DAN KELUARGA
1. Rumah sakit bertanggung jawab untuk mendidik seluruh staf dengan tujuan, semua staf
memahami, menghormati dan melindungi hak-hak pasien dan keluarga.
2. Rumah sakit menyediakan informasi/pernyataan tertulis tentang hak dan tanggung jawab
pasien dan keluarganya, dan staf mampu menjelaskan kepada pasien bila pasien/keluarga
kurang memahami informasi/pernyataan tersebut.
E. INFORMED CONSENT
1. Informed Consent adalah pernyataan persetujuan dari pasien dan atau keluarga pasien,
sehubungan dengan pelayanan/tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.
2. Sebelum memberi persetujuan, pasien harus diberi penjelasan tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pelayanan/tindakan yang direncanakan, dan pasien berhak
mengenal identitas para dokter dan praktisi lain yang betanggung jawab melayani
mereka.
3. Rumah sakit mempunyai daftar tindakan apa saja yang membutuhkan persetujuan lisan,
dan daftar tindakan apa saja yang membutuhkan persetujuan tertulis.
4. Informed consent tertulis diberikan sebelum operasi, anestesi, penggunaan darah atau
produk darah dan tindakan/pengobatan lain yang berisiko tinggi.
5. Bila pasien tidak mempunyai kapasitas mental atau fisik untuk mengambil keputusan,
maka diidentifikasi seorang wakil ( orang tua, anak, adik, atau kakak ) untuk
memutuskan dan dicatat di rekam medik.
6. Persetujuan umum (general consent) diberikan pada saat pasien diterima sebagai pasien
rawat inap. Ditetapkan di
Pada Tanggal
DIREKTUR UTAMA
RSU BAHAGIA

dr.R

Anda mungkin juga menyukai