Anda di halaman 1dari 11

RUMAH SAKIT ISLAM ZAM-ZAM

MUHAMMADIYAH JATIBARANG
Jalan Letnan Joni No. 1231 Jatibarang-Indramayu Telp.
(0234)7301126/083829233657 email : rspkujtb@gmail.com

PERATURAN DIREKTUR
RSI ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG
NOMOR : 002/PER-DIR/RSIJTB/II/2018
TENTANG
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN BESERTA KELUARGA
DIREKTUR RSI ZAM-ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG
TAHUN 2022

Menimbang : a. bahwa hak dan kewajiban pasien beserta keluarga


merupakan elemen dasar dari semua hubungan rumah
sakit, stafnya, serta pasien dan keluarganya maka perlu
dibuat tentang kebijakan tentang hal tersebut;
b. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Zam-Zam
Muhammadiyah Jatibarang, maka perlu adanya Kebijakan
yang mengatur tentang hak-hak pasien dan keluarga di
Rumah Sakit Islam Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang;
c. Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan
Keputusan Direktur Rumah Sakit tentang Kebijakan Hak
Pasien dan Keluarga Rumah Sakit Islam Zam-Zam
Muhammadiyah Jatibarang;
Mengingat : 1. Undang – Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
2. Undang – Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
3. Undang – Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran.
5. Permenkes 004 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah
Sakit dan Kewajiban Pasien.
6. Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor
1674/Kep/I.0/D/2021 tentang pengangkatan Direktur Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Zam-Zam Indramayu masa
jabatan 2021-2025

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR TENTANG HAK DAN


KEWAJIBAN PASIEN BESERTA KELUARGA

KESATU : Dalam Keputusan Direktur ini yang dimaksud dengan Tentang Hak
dan kewajiban Pasien di Rumah Sakit Islam Zam-Zam
ii
Muhammadiyah Jatibarang.
KEDUA : Pembinanaan dan Pengawasan dalam pelaksanaan Panduan Hak
dan Kewajiban Pasien di Rumah Sakit Islam Zam-Zam
Muhammadiyah Jatibarang
KETIGA : Keputusan Direktur ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan atau kesalahan
dalam penetapan Keputusan Direktur ini akan diadakan perbaikan
seperlunya

Ditetapkan di: Indramayu


Pada Tanggal: 01 Juli 2022
Direktur RSI Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang

dr. Luhur Anggoro Sulistio

ii
LAMPIRAN I
KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSI ZAM-
ZAM MUHAMMADIYAH JATIBARANG
NOMOR: 007/KEP-DIR/RSFS/III/2018
TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN
DAN KELUARGA

BAB I
DEFINISI

1. Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan


pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas dan legalitas.
2. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak dilaksanakan
3. General Consent atau Persetujuan Umum adalah pernyataan kesepakatan yang
diberikan oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum
4. Informed Consent : pernyataan setuju (consent) ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah mendapatkan informasi yang
cukup tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.
5. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit baik dalam keadaan
sehat maupun sakit.
6. Dokter dan Dokter Gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di
luar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
7. Keluarga adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-
saudara kandung atau pengampunya.
Ayah:
a. Ayah kandung
b. Termasuk ayah adalah ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat
Ibu:
a. Ibu kandung
b. Termasuk ibu adalah ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan
penetapan pengadilan atau berdasarkan hukum adat.
Suami:
a. Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang
perempuan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Istri:
a. Seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki- laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Apabila yang bersangkutan mempunyai lebih dari 1 (satu) istri
perlindungan hak keluarga dapat diberikan kepada salah satu dari istri

ii
BAB II
RUANG LINGKUP

Hak pasien selalu dihubungkan dengan pemeliharaan kesehatan yang bertujuan agar
pasien mendapatkan upaya kesehatan, sarana kesehatan, dan bantuan dari tenaga
kesehatan yang memenuhi standar pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan UU
No 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit.
Sebagai pelaksana dalam panduan ini adalah petugas rumah sakit yang terlibat pada
pelayanan langsung ke pasien dan keluarganya anatara lain : dokter, perawat, bidan dan
profesi lain yang bertugas pada pelayanan penunjang
Instalasi yang terlibat dalam pelaksanaan Panduan Hak dan Kewajiban Pasien
beserta Keluarga adalah IRNA, IRJA, IGD, IBS dan Instalasi Penunjang (Instalasi Farmasi,
Labolatorium, Radiologi)

A. Prinsip Dalam Pelayanan Kesehatan:


1. Bahwa upaya kesehatan yang semula dititik beratkan pada upaya
penyembuhanpenderita, secara berangsur-angsur berkembang kearah keterpaduan
upaya kesehatan yang menyeluruh.
2. Bahwa dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimalbagi seluruh
masyarakat perlu adanya perlindungan hak pasien dan keluarga.
3. Bahwa keberhasilan pembangunan di berbagai bidang dan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
meningkatkan taraf kesejahteraanmasyarakat dan kesadaran akan hidup sehat.
4. Bahwa meningkatnya kebutuhan pelayanan dan pemerataan yang
mencakup tenaga, sarana, prasarana baik jumlah maupun mutu.
5. Bahwa pelayanan kesehatan amat penting apabila dihadapkan pada pasien yang
sangat membutuhkan pelayanan kesehatan dengan baik dan dapat memuaskan
para pasien.
6. Perlindungan merupakan hal yang essensial dalam kehidupan karena erupakan sifat
yang melekat pada setiap hak yang dimiliki.
7. Bahwa seseorang dapat menuntut haknya apabila telah memenuhi kewajibannya,
oleh karena itu kewajiban menjadi hak yang paling utama dilakukan.
8. Bahwa perlindungan bagi tenaga kesehatan maupun pasien merupakan hal yang
bersifat timbale balik artinya pihka-pihak tersebut dapat terlindungi atas hak-haknya
bila melkukan kewajibannya.
9. Bahwa dalam kondisi tertentu pasien tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan
informasi atau penjelasan mengenai haknya sehinggaakan disampaiakn
melalui keluarga.
10. Bahwa untuk mengatur pemenuhan perlindungan hak pasien dan keluarga harus
ada pedoman sebagai acuan bagi seluruh personil rumah sakit

B. Hak Pasien dan Keluarga


Hak-hak pasien dan keluarga di Rumah Islam Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang
yaitu:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien, memberikan informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai Hak dan Kewajiban pasien.
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi, memberi
pelayanan Kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminsi, dan efektif dengan
mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit.
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional, membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.
5. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
6. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan
yang berlaku di rumah sakit.
ii
7. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai SIP baik di dalam maupun diluar rumah sakit.
8. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritanya termasuk data-data
medisnya.
9. Mendapat informasi mengenai diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
10. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
11. Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
12. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama itu
tidak mengganggu pasien lainnya.
13. Memperoleh keamanan dan keselamatannya dirinya selama dalam perawatan di
rumah sakit.
14. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
15. Menolak bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan yang
dianutnya.
16. Menggugat dan/ atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana.
17. Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

C. Kewajiban Rumah Sakit Dalam Menghormati Hak Pasien Dan Keluarga


1. Memberikan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja yang berhubungan
dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau pihak lain.
2. Pasien diinformasikan tentang kerahasiaan informasi dalam rekam medik pasien
3. Pembukaan atas kerahasiaan informasi mengenai pasien dalam rekam medik
diperbolehkan dalam UU No 29 tahun 2004, yaitu sebagai berikut
4. Diminta oleh aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum misalnya,
visum et repertum
5. Atas permintaan pasien sendiri
6. Untuk kepentingan kesehatan pasien itu sendiri
7. Berdasarkanketentuan perundang-undangan yang berlaku, misalnya;
undang – undang wabah, undang – undang karantina, dsb.
8. Pasien diminta persetujuannya untuk membuka informasi yang tidak tercakup dalam
undang-undang dan peraturan.
9. Rumah sakit menghormati kerahasiaan informasi kesehatan pasien dengan
membatasi akses ke ruang penyimpanan rekam medik, tidak meletakan rekam
medis pasien ditempat umum, dan sebagainya.
10. Rumah sakit merespon terhadap permintaan pasien dan keluarganya untuk
pelayanan rohani atau sejenisnya berkenaan dengan agama dan kepercayaan
pasien.Respon tersebut antara lain dengan menyediakan rohaniawan serta buku
doa
11. Menyediakan partisi / sekat pemisah untuk menghormati privasi pasien di ruang
perawatan
12. Menyediakan locker / lemari untuk menyimpan harta benda pasien
13. Memasang CCTV pada area yang perlu pengawasan ketat seperti di ICU/HCU, Unit
Gawat Darurat, ruangan Perinatal, Ruang operasi, Farmasi, ruang rekam medik,
serta area rumah sakit yang jauh dari keramaian
14. Memasang finger print pada area yang mempunyai akses terbatas, seperti ruang
bayi, ruang rekam medis, tempat penyimpanan obat- obatan berbahaya di gudang
farmasi, dan sebagainya
15. Melindungi pasien dari kekerasan fisik dengan memantau ketat pengunjung yang
masuk ruang perawatan serta mewajibkan pengunjung memakai ID Card
16. Menyediakan tenaga satpam untuk memantau area di lingkungan rumah sakit
ii
17. Menyediakan gelang berwarna ungu dalam menghormati hak pasien dan keluarga
terhadap pilihan keputusan DNR
18. Menyediakan kamar mandi khusus untuk manula dan orang cacat
19. Menyediakan tenaga penterjemah, baik bagi pasien yang tidak bisa memahami
bahasa Indonesia maupun bagi pasien tuna rungu
20. Membentuk Tim Manajemen nyeri untuk mengatasi nyeri pada pasien
21. Membentuk Tim Code Blue untuk memberikan pelayanan resusitasi bagi
pasien yang membutuhkan
22. Memberikan Informasi bila terjadi penundaan pelayanan
23. Menyediakan formulir permintaan rohaniawan
24. Menyediakan formulir permintaan menyimpan harta benda
25. Menyediakan formulir pelepasan informasi
26. Menyediakan formulir permintaan privasi
27. Menyediakan formulir permintaan penterjemah

D. Kewajiban Pasien
Kewajiban pasien tertuang dalam persetujuan umum atau disebut juga general consent
adalah persetujuan yang bersifat umum yang diberikan pasien pada saat masuk ruang
rawat inap atau didaftar pertama kali sebagai pasien rawat jalan, yaitu :
1. memberikan informasi yg akurat dan lengkap tentang keluhan sakit sekarang,
riwayat medis yg lalu, medikasi/pengobatan dan hal-hal lain yg berkaitan dgn
kesehatan pasien.
2. Mengikuti rencana pengobatan yg diadviskan oleh dokter termasuk instruksi para
perawat dan tenaga kesehatan yg lain sesuai perintah dokter.
3. Memperlakukan staf rumah sakit dan pasien lain dgn bermartabat dan hormat serta
tidak melakukan tindakan yg akan mengganggu operasional rumah sakit
4. Menghormati privasi orang lain dan barang milik orang lain dan rumah sakit
5. Tidak membawa alkohol, obat2 terlarang atau senjata tajam ke dalam rumah sakit
6. Menghormati bahwa RS adalah area bebas rokok
7. Mematuhi jam kunjungan dari RS
8. Meninggalkan barang berharga di rumah dan membawa hanya barang- barang yg
penting selama tinggal di RS
9. Memastikan bahwa kewajiban finansial atas asuhan pasien dipenuhi sebagaimana
kebijakan RS
10. Bertanggung jawab atas tindakannya sendiriapabila menolak
pengobatan atau advis yang diberikan oleh dokter

ii
BAB IV
TATA LAKSANA

A. Penyampaian Informasi Hak dan Kewajiban Pasien


Rumah sakit menghormati hak pasien, dan dalam beberapa situasi hak dari
keluarganya, untuk mendapatkan hak istimewa dalam menentukan informasi apa saja
yang berhubungan dengan pelayanan yang boleh disampaikan kepada keluarga atau
pihak lain, dalam situasitertentu. Informasi secara tertulis tentang hak dan tanggung
jawab pasien diberikan kepada setiap pasien. Pernyataan tentang hak dan
tanggungjawab pasien juga ditempel atau bisa diperoleh dari staf rumah sakit pada
setiap saat. Berikut beberapa cara penyampaian hak dan kewajiban pasien kepada
pasien dan keluarganya :
1. Penyampaian informasi pada pasien rawat jalan
Rumah sakit menyediakan informasi hak dan kewajiban pasien mulai dari pasien
masuk melalui poster, leaflet yang ditempel pada dinding ataupun disediakan pada
masing-masing bagian pelayanan sehingga mudah terbaca oleh umum.
2. Penyampaian informasi pada pasien rawat inap
3. Rumah sakit akan memberikan layanan penyampaian informasi hak dan kewajiban
pasien mulai pasien dinyatakan masuk rumah sakit melalui persetujuan umum
rawat inap, poster maupun leaflet-leaflet yang telah disediakan di masing-masing
ruangan
Dalam situai tertentu, ada beberapa hal yang perlu dibatasi terkait hak pasien. Misal
mengenai informasi diagnosa pasien bahwa diagnosa hanya dapat diketahui oleh
pasien, maupun dalam waktu tertentu hal tersebut dapat berbalik bahwa diagnosa
harus diketahui keluarga. Waktu tertentu yang dimaksud adalah ketika pasien tidak
berkompeten dalam menerima informasi terkait penyakitnya.
Beberapa keadaan pasien yang tidak berkompeten dalam menerima informasi terkait
penyakitnya adalah sebagai berikut :
a. Pasien usia anak-anak
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan keputusan karena sejumlah alasan,
seperti ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk memahami tindakan kedokteran
atau dampak dari kondisi mereka
b. Pasien tidak sadarkan diri
Pasien yang tidak sadar atau sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat
membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan syaraf pusat terganggu
fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat
disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun
ekstrakranial yang mengakibabtkan kerusakan struktural/metabolik di tingkat
korteks serebri, batang otak keduanya sehingga pasien tidak sanggup dalam
menerima informasi apapun.
c. Pasien Sakit Jiwa
Gangguan jiwa merupakan suatu penyakityang disebabkan karena adanya
kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana individu tidak mampu
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan.
Pengertian seseorang tentang penyakit gangguan jiwa berasal dari apa yang
diyakini sebagai faktor penyebabnya yang berhubungan dengan biopsikososial.
Beberapa hal yang diinformasikan dokter kepada pasien :
a. Penjelasan penyakit, penyebab, tanda dan gejala
b. Hasil pemeriksaan
c. Tindakan medis
d. Perkiraan hari rawat
e. Komplikasi yang mungkin terjadi
Secara umum informasi terkait pasien adalah bersifat rahasia, namum pada dasarnya
terdapat dua kategori informasi yang bersumber dari rekam medis, yaitu :
a. Informasi yang mengandung kerahasiaan
1) Informasi dari rekam medis yang mengandung nilai kerahasiaan adalah
laporan atau catatan yang terdapat dalam rekam medis berupa hasil
ii
pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien
2) Jika terdapat pihak lain meminta informasi dari rekam medis pasien, maka
perlu adanya surat kuasa dari pasien dan surat permohonan keterangan
rekam medis dengan tanda tangan diatas materai
b. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
1) Jenis informasi yang tidak bernilai rahasia dari rekam medis adalah identitas
pasien, namum identitas pasien dapat berubah menjadi rahasia apabila
pasien tidak mengijinkan identitasnya diketahui orang lain.
2) Jika terdapat pihak lain meminta informasi tersebut ,maka petugas rumah
sakit perlu menanyakan maksud dan tujuannya.

B. Penyampaian Informasi Tentang Kondisi Medis Dan Diagnosa Pasti


Penyampaian informasi terkait kondisi medis pasien merupakan salah satu hak
pasien yang harus dihormati dan dilakukan oleh rumah sakit. Penyampaian informasi
tersebut diharapkan dengan cara dan bahasa yang dapat dimengerti. Proses
pemberitahuan tersebut dilakukan oleh petugas kepada pasien dan atau keluarga
meliputi :
1. Kondisi medis dan diagnosis, rencana pelayanan dan pengobatan akan
disampaikan oleh dokter Informasi ini sangat penting disampaikan dengan tujuan
agar pasien dan keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka akan
dijelaskan tentang kondisi medis dan diagnosa pasti. Selain itu, pasien dan
keluarganya memahami bagaimana dan kapan mereka akan dijelaskan tentang
rencana pelayanan dan pengobatannya. Pasien akan diberitahu tentang hasil dari
pelayanan dan pengobatan oleh dokter. Pemberitahuan mengenai diagnosis pasti
(bila perlu) akan disampaiakan juga oleh dokter ketika pasien sudah dilakukan
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan lainnya.
2. Keterlibatan pasien dan atau keluarga dalam persetujuan tindakan. Hal ini
disampaikan kepada pasien dan atau keluarga ditujukan agar pasien dan keluarga
memahami kapan persetujuan akan diminta dan proses bagaimana cara
memberikannya. Terkait persetujuan tindakan, diharapkan pasien dan atau
keluarga terlibat dalam pengambilan keputusan pelayanan karena partisipasi
pasien dan keluarga sangat dibutuhkan demi terjadinya pelayanan yang sesuai dan
dibutuhkan. Selain itu, pasien dan keluarganya memahami hak mereka untuk
berpartisipasi dalam keputusan pelayanannya, bila mereka menghendakinya.

C. Keterlibatan Keluarga Pasien Dalam Pengambilan Keputusan


Dalam pengambilan keputusan, terlebih dahulu petugas harus menerangkan
denganjelas tentang usulan pengobatan atau tindakan kepada pasien da bila perlu
kepada keluarga meliputi :
1. Kondisi pasien
2. Usulan pengobatan
3. Nama individu yang memberikan pengobatan
4. Potensi manfaat dan kekurangannya
5. Kemungkinan alternatif
6. Kemungkinan keberhasilan
7. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan
8. Kemungkinan yang terjadi apabila tidak diobati
Dari semua yang dijelaskan oleh petugas, diharapkan pasien dapat mengambil
keputusan. Namun, ketika pasien tidak mampu dalam mengambil keputusan maka
keluarga berhak membantu atau ikut mengambil keputusan atas tindakan yang
dilakukan. Ketentuan dalam pengambilan keputusan sebagai berikut :
1. Pengaturan persetujuan atau penolakan tindakan medis harus dalam bentuk
kebijakan dan prosedur (standard operating procedure) dan ditetapkan tertulis oleh
pimpinan rumah sakit.
2. Memperoleh informasi dan penjelasan merupakan hak pasien dan sebaliknya
memberikan informasi dan penjelasan adalah kewajiban dokter
3. Isi informasi dan penjelasan yang harus diberikan.
ii
Berdasarkan pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan minimal
informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien, yaitu :
a. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
b. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
c. Alternatif tindakan lain dan resikonya
d. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
e. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Dengan mengacu kepada kepustakaan, informasi yang sebaiknya diberikan pada
pasien diantaranya:
a. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati
b. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan
c. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya
termasuk pilihan untuk tidak diobati
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan, rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti
penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian
apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek
samping yang biasa terjadi dan yang serius.
e. Untuk setiap plihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi
tentang kemungkinan resiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan
gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan dimonitor
atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan, maka
sebaiknya dijelaskan peranannya didalam rangkaian tindakan yang akan
dilakukannya
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas
konsekuensi pembatalan tersebut
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter
lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya
4. Penyampaian informasi
Saat penyampaian informasi, diharapkan pemberi informasi dapat
mempertimbangkan hal-hal dibawah ini :
a. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka
b. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain
apabila hal itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci
c. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga
d. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress) agar
diberikan dengan cara yang sensitif dan empati
e. Menjawab semua pertanyan dengan benar dan jelas
f. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang
diberikan, dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat klarifikasi,
sebelum kemudian diminta membuat keputusan

D. Dukungan Rumah Sakit Terhadap Hak Pasien


Dukungan Rumah Sakit terhadap hak pasien dan keluarganya merupakan hal
penting diperhatikan, karena rumah sakit merupakan tempat yang diharapkan dapat
menyembuhkan pasien dari sakit dan tempat perlindungan pasien disaat pasien
ii
menjalani perawatan di rumah sakit.
Sikap petugas dimana setiap petugas rumah sakit harus bersikap sopan dan ramah
kepada pasien dan pengunjung. Hal tersebut berkaitan dengan salah satu hak pasien
bahwa pasien berhak memperoleh layanan yang manusiawi, adil dan jujur dan tanpa
diskriminasi. Selain itu petugas juga tidak mentertawakan dan atau menjadikan
informasi medis pasien sebagai bahan obrolan yang tidak penting.
Selanjutnya yaitu dukungan rumah sakit terhadap hak pasien dimana pasien dapat
memilih dokter sebagai dokter yang merawat atas dirinya. Pasien yang datang ke
rumah sakit untuk rawat inap berhak memilih dokter sebagai dokter yang merawat
dirinya, sehingga rumah sakit perlu adanya pelayanan yang memberikan kesempatan
pasien untuk memilih dokter. Layanan tersebut dilakukan di sub unit yang bersangkutan
dimana pasien dinyatakan rawat inap, yaitu UGD, Poli dan VK. Nama dokter yang
sudah dipilih oleh pasien ditulis pada lembar persetujuan rawat inap.

Ditetapkan di: Indramayu


Pada Tanggal: 01 Juli 2022
Direktur RSI Zam-Zam Muhammadiyah Jatibarang

dr. Luhur Anggoro Sulistio

ii
ii

Anda mungkin juga menyukai