Anda di halaman 1dari 23

PEMERINTAH KOTA BIMA

DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BIMA
Jl. Datuk Dibanta Kelurahan Jatiwangi Kecamatan Asakota Kota Bima
Izin Operasional No. 63 / I / 2018
Email : rsud.kotabima@gmail.com

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD KOTA BIMA
NOMOR : 817/021/RSUD-KOTA/2019

TENTANG
HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DAN KELUARGA
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BIMA

Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima setelah :


Menimbang a. Bahwa Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima sebagai institusi
yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan harus mampu
untuk meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu untuk
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi - tingginya.
b. Bahwa dengan berlakunya peraturan perundang undangan
yang mengatur secara eksplisit mengenai hak dan kewajiban
pasien, maka rumah sakit berkewajiban menjamin bahwa ada
mekanisme pemenuhan hak dan kewajiban pasien dan keluarga
di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima.
c. Bahwa sehubungan dengan poin (a) dan (b) diperlukan pedoman
yang mengatur tentang hak dan kewajiban dari pasien dan
keluarganya sebagai acuan dalam rangka memenuhi hak pasien
dan keluarganya selama di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bima.
d. Bahwa agar perlindungan hak dan kewajiban pasien dan
keluarga mempunyai kekuatan hukum, perlu ditetapkan melalui
surat keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bima.
Mengingat 1. Undang undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan
3. Undang undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor. 290/ MenKes /per /III
/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran.
5. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun
2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan Kewajiban Pasien
6. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/MenKes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
7. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
308/Menkes/Per/II/2017 tentang Keselamatan Pasien Rumah
Sakit
8. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor. 269 / MenKes /Per /III
/2008 tentang Rekam Medis.
9. Peraturan Daerah Kota Bima Nomor 11 Tahun 2018 Tentang
Pembentukan Rumah Sakit Umum Kota Bima;
10. Peraturan Wali Kota Bima Nomor 42 Tahun 2018 Tentang
Sturktur Organisasi, Tugas Dan Fungsi Kepegawaian, Jenjang
Jabatan Serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bima

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA
BIMA TENTANG PEDOMAN PERLINDUNGAN HAK DAN
KEWAJIBAN PASIEN/KELUARGA

Pertama Panduan Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Umum


Daerah Kota Bima sebagaimana terlampir dalam keputusan ini

Kedua Pedoman Hak Pasien dan Keluarga di Rumah Sakit Umum


Daerah Kota Bima sebagaimana terlampir dalam keputusan
Direktur harus dijadikan acuan dalam memberikan pelayanan
diRumah Sakit Umum Daerah Kota Bima

Ketiga Keputusan ini berlaku tahun sejak tanggal ditetapkan, dan


apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat
keputusan ini maka akan diadakan perbaikan dan perubahan
seperlunya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pasien dan keluarganya adalah pribadi yang unik dengan sifat, sikap, perilaku yang
berbeda – beda, kebutuhan pribadi, agama, keyakinan, dan nilai – nilai pribadi.
Rumah sakit membangun kepercayaan dan komunikasi terbuka dengan pasien untuk
memahami dan melindungi nilai budaya, psikososial, serta nilai spiritual setiap pasien.
Hasil pelayanan pada pasien akan meningkat bila pasien dan keluarga yang tepat
atau mereka yang berhak mengambil keputusan diikutsertakan dalam pengambilan
keputusan pelayanan dan proses yang sesuai dengan harapan, nilai, serta budaya.
Untuk mengoptimalkan hak pasien dalam pemberian pelayanan yang berfokus pada
pasien dimulai dengan menetapakan hak tersebut, kemudian melakukan edukasi pada pasien
serta staf tentang hak dan kewajiban tersebut. Para pasien diberi informasi tentang hak dan
kewajiban mereka bagaimana harus bersikap. Para staf dididik untuk mengerti dan
menghormati kepercayaan , nilai – nilai pasien , dan memberikan pelayanan dengan penuh
perhatian serta hormat guna menjaga martabat dan nilai-nilai pasien.

B. TUJUAN

1. Agar pemimpin rumah sakit memberikan arahan kepada kelompok staf medis (KSM)
dan staf klinis lainnya di unit pelayanan untuk memastikan semua staf di rumah sakit
ikut bertanggung jawab melindungi hak-hak ini.
2. Rumah sakit melindungi hak dan kewajiban pasien, serta dalam banyak hal menghomati
keluarga pasien , terutama hak untuk menentukan informasi apa saja yang dapat
disampaikan kepada keluarga atau pihak lain terkait asuhan pasien.
3. Semua staf memperoleh edukasi dan memahami tentang hak serta kewajiban pasien dan
keluarga , juga dapat menjelaskan tanggung jawabnya melindungi dan pasien.
4. Agar pasien dan keluarga mengutahui hak dan kewajibannya serta dapat berpartisipasi
dalam membuat keputusan ,

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Hak adalah tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan


pribadinya, sesuai dengan keadilan, moralitas, dan legalitas.
Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan dan tidak boleh bila tidak dilaksanakan.
General consent atau persetujuan umum adalah pernyataan kesepakatan yang diberikan
oleh pasien terhadap peraturan rumah sakit yang bersifat umum.
Informed consent adalah pernyataan setuju atau ijin dari seseorang (pasien) yang
diberikan secara bebas , rasional, dan tanpa paksaan (voluntary) terhadap tindakan
kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesuadah mendapatkan informasi yang cukup
tentang tindakan kedokteran yang dimaksud.
Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam keadaan sehat
maupun sakit.
Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi
spesialis lulusan pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar
negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
1. Ayah
ayah kandung.
termasuk ayah angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hukum adat.
2. Ibu
Ibu kandung.
Termasuk ibu angkat yang ditetapkan berdasarkan penetapan pengadilan atau
berdasarkan hokum adat.
3. Suami
Seorang laki-laki yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang perempuan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Istri
seorang perempuan yang dalam ikatan perkawinan dengan seorang laki-laki
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

B. Ruang lingkup

Hak dan Kewajiban Pasien ( SESUAI PERATURAN MENTRI KESEHATAN No. 4


TAHUN 2018 )

1) HAK PASIEN
Setiap pasien mempunyai hak :
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di rumah
sakit.
2) Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.
3) Memperoleh layanan manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.
4) Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standard prosedur oprasional.
5) Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhidar dari kerugian
fisik dan materi.
6) Mengajukan pengaduan atas layanan yang didapatkan.
7) Memilih dokter, dokter gigi dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
peraturan yang berlaku di rumah sakit.
8) Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
memiliki surat ijin pratek (SIP) baik dalam maupun di luar rumah sakit.
9) Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data
medisnya.
10) Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi,
dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11) Memberikan persetujuan atau menolak tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12) Didampingi keluarga dalam keadaan kritis.
13) Menjalani ibadah sesuai agama ataukepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya
14) Memperoleh keamanan dan keselamatandirinya selama berada dalam perawatan
rumah sakit.
15) Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan rumah sakit terhadap dirinya.
16) Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan
kepercayaan yang dianutnya.

2) KEWAJIBAN PASIEN

Setiap paien memiliki kewajiban :


1) Memenuhi peraturan yang berlaku di rumah sakit.
2) Menggunakan fasilitas rumah sakit secara bertanggung jawab.
3) Menghormati hak pasien lain, pengnjung dan hak tenaga kesehatan serta petugas
lainnya yang bekerja di rumah sakit.
4) Memberikan informasi yang jujur, lengkap dan akurat sesuai dengan kemampuan dan
pengetahuannya tentang masalah kesehatannya.
5) Memberikan informasi mengenai kemampuan finansial dan jaminan kesehatan yang
dimilikinya.
6) Mematuhi rencana terapi yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit
dan disetujui oleh pasien yang bersangkutan setelah mendapatkan penjelasan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
7) Menerima segala konsekuensi atas keputusan pribadinya yang menolak rencana terapi
yang direkomendasikan oleh tenaga kesehatan dan atau tidak mematuhi petunjuk yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk penyembuhan penyakit atau masalah
kesehatannya
8) Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

3) STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN DAN


KELUARGA

1. STANDAR HPK. 1 dan MAKSUD DAN TUJUAN HPK.1

a. Standar HPK. 1

Ada regulasi bahwa rumah sakit bertangguang jawab dan mendukung hak
pasien dan keluarga selama dalam asuhan.

b. Maksud dan Tujuan HPK.1

Kepemimpinan (leadership) rumah sakit bertanggung jawab bagaimana


memperlakukan pesiennya dan pimpinan perlu mengetahui serta memahami hak
pasien dan keluarga juga tanggung jawabnya seperti ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Pimpinan rumah sakit memberikan arahan kepada kelompok staf medis
(KSM) dan staf klinis lainnya di unit pelayanan untuk memastikan semua staf di
rumah sakit ikut bertanggung jawab melindungi hak-hak ini.
Rumah sakit menghormati hak dan kewajiban pasien, serta dalam banyak hal
menghormati keluarga pasien, terutama hak untuk menentukan informasi apa saja yang
dapat disampaikan kepada keluarga atau pihak lain terkait asuhan pasien. Sebagai contoh,
pasien tidak ingin diagnosis dirinya disampaikan kepada keluarga.
Hak serta kewajiban pasien dan keluarga merupakan elemen dasar dari semua
interaksi di rumah sakit, staf rumah sakit, pasien, dan keluarga. Oleh karena itu, harus ada
regulasi yang memastikan semua staf sadar dan tanggap terhadap isu hak serta kewajiban
pasien dan keluarga pada waktu berinteraksi saat memberikan asuhan kepada pasien.

1.1. STANDAR HPK 1.1, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 1.1

a. Standar HPK 1.1

Rumah sakit memberikan asuhan dengan menghargai agama, keyakinan dan


nilai-nilai pribadi pasien, serta meraspon permintaan yang berkaitan dengan
bimbingan rohani

b. Maksud dan Tujuan HPK 1.1


Rumah sakit melakukan identifikasi agama, keyakinan, dan nialai-nilai
pribadi pasien agar dalam memberikan asuhan selaras dengan agama, keyakinan,
dan niali-nilai pribadi.
Asuhan pasien yang menghargai agama, keyakinan, dan nilai-nilai pribadi akan
membantu kelancaran proses asuhan serta memberikan hasil asuhan yang lebih
baik.

1.2. STANDAR HPK 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN HPK 1.2

a. Standar HPK 1.2


Informasi tentang pasien adalah rahasia dan rumah sakit diminta menjaga
kerahasiaan informasi pasien serta menghormati kebutuhan privasinya.

b. Maksud dan Tujuan HPK 1.2

Rumah sakit diminta menghormati hak privasi pasien terutama ketika


diwawancara , diperiksa, dirawat, dipindahkan. Pasien mungkin mengiginkan
privasinya terlindungi dari para karyawan, pasien lain, masyakat , dan bahkan dari
anggota keluarga. Di samping itu, pasien mungkin tidak ingin diambil fotonya,
direkam, atau diikut sertakan dalam suervei wawancara tentang penelitian dan
lainnya. Meskipun ada beberapa cara pendekatan umum untuk memberikan privasi
bagi seluruh pasien, setiap pasien memiliki harapan privasi ysng berbeda atau
tambahan privasi sesuai dengan kebutuhan privasin pasien. Infirmasi medis dan
kesehatan lainnya ketika didokumentasikan dan dikumpulkan bersifat penting guna
memahami pasien dan kebutuhannya serta memberikan perawatan dan pelayanan
seiring dengan waktu.

1.3. STANDAR HPK 1.3, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 1.3

a. Standar HPK 1.3


Rumah sakit menetapkan ketentuan untuk melindungi harta benda milik
pasien dari kehilangan atau pencurian.

b. Maksud dan Tujuan HPK 1.3

Rumah sakit memberi tahu pasien tentang tanggung jawab rumah sakit
terhadap barang milik pasien dan batas-batasannya. Rumah sakit bertanggung
jawab terhadap barang milik pasien yang dibawa masuk ke rumah sakit sesuai
dengan batasan. Rumah sakit memiliki proses untuk mengidentifikasi dan
melindungi barang milik pasien yang dititipkan atau pasien tidak dapat
menjaganya untuk memastikan agar baeang tidak hilang atau dicuri. Proses ini
berlaku untuk pasien di unit darurat, pasien pelayanan satu hari (one day care) ,
rawat inap, pasien yang tidak mampu menjaga barang miliknya, dan mereka yang
tidak mampu membuat keputusan tentang barang miliknya.

1.4. STANDAR HPK 1.4, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 1.4

a. Standar HPK 1.4

Pasien yang rentang terhadap kekerasan fisik serta kelompok pasien yang
beresiko diidentifikasi dan dilindungi.

b. Maksud dan Tujaun HPK 1.4

Rumah sakit mengidentifikasi kelompok pasien beresiko yang tidak dapat


melindungi dirinya sendiri, misalnya bayi, anak-anak, pasien cacat, manula, pasca
bedah, gangguan jiwa, gangguan kesadaran dll. Serta menetapkan tingkat
perlindunganterhadap pasien tersebut. Perlindungan ini mencakup tidak hanya
kekerasan fisik, tetapi juga mencakup hal-hal terkait keamanan. Seperti kelalaian
dalam asuhan, tidak memberi layanan, atau tidak memberi bantuan waktu terjadi
kebakaran. Semua anggota staf memahami tanggung jawabnya dalam proses ini.

Rumah sakit menjaga keamanan dalam tiga area, yaitu :

1) Area public yang terbuka untuk umum seperti area parker, rawat jalan, dan
penujang pelayanan.
2) Area tertutup yang hanya bias dimasuki orang tertentu dengan ijin khusus
dan pakaian tertentu, misalnya kamar oprasi.
3) Area semi terbuka, yaitu area yang terbuka pada saat-saat tertentu dan
tertutup pada saat yang lain , misalnya rawat inap pada saat jam berkunjung
menjadi area terbuka, tetapi diluar jam berkunjung menjadi area tertutup
untuk itu pengunjung di luar jam berkunjung harus diatur, diidentifikasi, dan
menggunakan identitas pengunjung.

2. STANDAR HPK 2, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 2


3.

a. Standar HPK 2
Rumah sakit menetapkan regulasi dan proses untuk mendukung
partisipasi pasien dan keluarga di dalam proses asuhan pasien.

b. Maksud dan Tujuan HPK 2

Partisipasi pasien dan keluarga dalam proses asuhan melalui


pengambilan keputusan tentang asuhan, bertanya soal asuhan, minta pendapat
orang lain (second opinion),dan menolak prosedur diagnostic atau tindakan. Saat
pasien minta second opinion, diharapkan rumah sakit tidak menolak, mencegah
atau menghalanginya, sebaiknya rumah sakit diminta mengfasilitasi permintaan
tersebut dengan jalan pasien diberi informasi tentang kondisinya, hasil tes,
diagnosis, rekomendasi tindakan, dan sebagainya.
Rumah sakit mendorong pasien dan keluarga terlibat dalam seluruh aspek
pelayanan. Seluruh staf sudah dilatih melaksanakan regulasi dan peranya dalam
mendukung hak pasien serta keluarganya untuk berpartisipasi di dalam proses
asuhannya.

2.1. STANDAR HPK 2.1, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 2.1

a. Standar HPK 2.1


Pasien diberi tahu tentang semua aspek asuhan medis dan tindakan

b. Maksud dan Tujaun HPK 2.1

Agar pasien dan keluarganya dapat berpartisipasi dalam membuat


keputusan ,mereka mendapat infomasi tentang kondisi medis, setelah dilakukan
asesmen,termasuk diagnosa pasti dan rencana asuhan.

2.2. STANDAR HPK 2.2, MAKSUD DAN TUJUAN

a. Standar HPK 2.2


Pasien dan keluarga menerima informasi tentang penyakit, rencana
tindakan, dan DPJP serta PPA lainnya agar meraka dapat memutuskan tentang
asuhannya.

b. Maksud dan Tujuan HPK 2.2

Anggota staf menjelaskan setiap tindakan atau prosedur yang diusulkan


kepada pasien dan keluarga.
Informasi yang diberikan memuat elemen
a) Diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis bandingan ) dan dasar diagnosis.
b) Kondisi pasien
c) Tindakan yang diusulkan
d) Tata cara dan tujuan tindakan
e) Manfaat dan resiko tindakan
f) Nama orang yang mengerjakan tindakan
g) Kemungkinan alternative dari tindakan
h) Pronogsis dari tindakan
i) Kemungkinan hasil yang tidak berguna
j) Kemungkinan hasil bila tidak dilakukan tindakan. (lihat juga HPK 5.2)

2.3 STANDAR HPK 2.3, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 2.3

a. Standar HPK 2.3


Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya tentang hak
tanggung jawab mereka yang berhubungan dengan penolakan atau melanjutkan
pengobatan.

b. Maksud dan Tujuan HPK 2.3

Pasien atau mereka yang membuat keputusan atas nama pasien dapat
memutuskan untuk tidak melanjutkan pelayanan atau pengobatan yang
direncanakan atau tidak meneruskan pelayanan atau pengobatan setelah
kegiatan dimulai. Rumah sakit memberitahukan paien dan keluarga tentang hak
mereka untuk membuat keputusan, potensi hasil dari keputusan tersebut, dan
tanggung jawab mereka berkenaan dengan keputusan tersebut. Pasien dan
keluarganya diberitahu tentang alternative pelayanan dan pengobatan.

2.4 STANDAR HPK 2.4

a. Standar HPK 2.4


Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk
menolak pelayanan resusitasi, menunda, atau melepas bantuan hidup dasar
(do not resuscitate/DNR).

b. Maksud dan Tujaun HPK 2.4

Keputusan menolak pelayanan resusitasi serta melanjutkan atau


menolak pengobatan bantuan hidup dasar merupakan keputusan paling sulit
yang dihadapi paien, keluarga, PPA, dan rumah sakit. Karena itu penting
bagi rumah sakit untuk mengembangkan pedoman dalam pembuatan
keputusan yang sulit tersebut. Rumah sakit diminta membuat pedoman yang
berisi
1) Rumah sakit harus mematuhi peraturan perundang-undangan yang
terkait.
2) Rumah sakit harus memastikan sesuai dengan norma agama dan budaya.
3) Mencakup situasi keputusan tersebut berubah sewaktu pelayanan sedang
berjalan.
4) Mamandu PPA melalui isu hokum dan ketika dalam melaksanakan
menunda atau melepas bantuan hidup dasar.
5) Rumah sakit mengembangkan regulasi melalui suatu proses yang
melibatkan banyak profesi dari berbagai sudut pandang.
6) Regulasi tentang identifikasi tanggungjawab masing-masing pihak dan
pendokumentasiannya dalam rekam medis pasien.

2.5 STANDAR HPK 2.5, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 2.5

a. Standar HPK 2.5


Rumah sakit mendukungbhak pasien terhadap asesmen dan
manajemen nyeri yang tepat.

b. Maksud dan Tujuan HPK 2.5

Nyeri merupakan hal yang banyak dialami pasien dan nyeri yang
tidak berkurang menimbukan dampak yang tidak diharapkan kepada pasien
secara fisik maupun psikilogis. Respon pasien terhadap nyeri sering kali
berada dalam konteks norma social, budaya, dan spiritual. Pasien didorong
dan didukung melaporkan rasa nyeri. Rumah sakit diminta untuk mengakui
hak pasien terhadap nyeri dan tersedia proses melakukan asesmen serta
manajemen nyeri yang sesuai.

2.6. STANDAR HPK 2.6

a. Standar HPK 2.6


Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan
pelayanan yang penuh hormat dan penuh kasih sayang pada akhir
kehidupannya.

b. Maksud dan Tujuan HPK 2.6

Pasien yang sedang menghadapi kematian mempunyai kebutuhan


yang unik dalam pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang .
perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua
aspek pelayanan pada tahap akhir kehidupan. Agar dapat terlaksana, semua
staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupanya.
Kebutuhan ini meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,
manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, social, emosional,
agama, budaya, pasien dan keluarganya, serta keterlibatan dalam keputusan
pelayanan.

3. STANDAR HPK 3, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 3

a. Standar HPK 3
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya
tentang proses untuk menerima, menaggapi , dan menindaklanjuti bila ada pasien
menyampaikan keluhan, konflik, serta perbedaan pendapat tentang pelayanan
pasien. Rumah sakit juga menginfomasikan tentang hak pasien untuk berpartisipasi
dalam proses ini.

b. Maksud dan Tujuan HPK 3

Pasien mempunyai hak untuk menyampaikan keluhan tentang pelayanan


yang mereka terima. Keluhan tersebut dicatat, ditelaah, ditindaklanjuti, dan dicari
penyelesaiannya bila memungkinkan. Demilikian pula, bila keputusan mengenai
pelayanan menimbulkan pertanyaan, konflik, atau dilema ini dapat timbul dari
masalah akses, etis, pengobatan atau pemulangan pasien
Rumah sakit menetapkan cara-cara dalam mencari solusi terhadap
dilemma dan keluhan tersebut. Rumah sakit mengidentifikasi dalam regulasi, siapa
yang perlu dilibatakan dalam proses, serta bagaimana pasien dan keluarganya
berpartisipasi.

4. STANDAR HPK 4, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 4

a. Standar HPK 4
Semua pasien diberi tahu tentang hak serta kewajiban dengan metode dan
bahasa yang mudah dimengerti.

b. Maksud dan Tujuan HPK 4

Proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat jalan
rumah sakit dapat membingungkan atau menakutkan bagi pasien. Keadaan ini
menjadikan pasien atau keluarga sulit bersikap sesuai dengan hak dan
kewajibannya. Rumah sakit menyiapkan keterangan tertulis tentang hak dan
kewajiban pasien yang diberikan pada saat mereka diterima sebagai pasien rawat
jalan. Keterangan tersebut tersedia di setiap kunjungan atau tersedia selama tinggal
di rumah sakit. Pernyataan dipasang atau disimpan difasilitas yang mudah dilihat
oleh public.
Keterangan tertulis diberikan disesuaikan dengan usai dan bahasa pasien.
Jika komunikasi tertulis dengan pasien tidak efektif atau tidak tepat maka pasien
dan keluarga diberi tahu tentang hak serta kewajibannya dengan bahasa yang dapat
dimengerti oleh mereka.

5. STANDAR HPK 5, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 5

a. Standar HPK 5

Pada saat pasien diterima waktu mendaftar rawat jalan dan setiap rawat
inap, diminta menandatangani persetujuan umum (general consent). Persetujuan
umum (general consent)harus menjelaskan cakupan dan batasannya.

b. Maksud dan Tujuan HPK 5

Rumah sakit wajib meminta persetujuan umum (general consent) kepada


pasien atau keluarganya berisi persetujuan terhadap tindakan yang berisiko rendah,
prosedur diagnostic, pengobatan medis lainnya, batas-batas yang telah ditetapkan,
dan persetujuan lainnya. Persetujuan umum diminta pada saat pasien dating pertama
kali untuk rawat jalan dan setiap rawat inap.
Rumah sakit diminta untuk memberitahu pasien tentang terhadap peserta
didik/ pelatihan yang ikut berpartisipasi dalam asuhan pasien sebagai bagian dari
pendidikan / pelatihan mereka.
Rumah sakit memiliki dokumentasi dalam rekam medic tentang persetujuan umum.
Pasien juga diberi informasi tentang tindakan dan prosedir, serta pengbatan yang
berisiko tinggi yang memerlukan persetujuan khusus (informed consent) secara
terpisah.

5.1 STANDAR HPK 5.1

a. Standar HPK 5.1

Rumah sakit menetapkan regulasi pelaksanaan persetujuan khusus


(informed consent) oleh DPJP dan dapat dibantu oleh staf yang terlatih dengan
bahasa yang dapat dimengerti sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

b. Maksud dan Tujuan HPK 5.1

Satu dari banyak upaya membuat pasien terlibat dalam pengambilan


keputusan dalan proses asuhan / tindakan adalah dengan jalan memberikan
persetujuan (consent). Untuk dapat memberikan persetujuan, seorang pasien
menerima penjelasan tentang factor-faktor terkait dengan rencana asuhan yang
pelaksanaannya harus ada persetujuan khusus (informed consent) diatur oleh
rumah sakit melalui regulasi yang jelas sesuai dengan peraturan perundang-
undangan terkait.

5.2 STANDAR HPK 5.2, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 5.2

a. Standar HPK 5.2


Persetujuan khusu (informed consent) diberikan sebelum oprasi, anastesi,
(termasuk sedasi), pemakaina darah dan prodik darah, tindakan dan prosedur, serta
pengobatan lain dengan resiko tinggi yang ditetepkan regulasi rumaha sakit.

b. Maksud dan Tujuan 5.2

Jika rencana asuhan termasuk prosedur bedah atau invasif,anastesi


(termasuk sedasi), pemakaian darah dan prodak darah, atau tindakan serta prosedur
lain, dan pengobatan dengan resikon tinggi maka persetujuan khusus (informed
consent) diminta secara terpisah. Tidak semua tindakan dan prosedur memerlukan
persetujuan khusus (informed consent) dan rumah sakit membuat dafta tindakan
sebagaimana yang disebut di atas.

5.3 STANDAR HPK 5.3, MAKSUD DAN TUJUAN 5.3

a. Standar HPK 5.3


Rumah sakit menetapkan proses dalam konteks peraturan perundang-
undanagn siapa pengganti pasien yang dapat memberikan persetujuan dalam
persetujuan khusus (informed consent) bila pasien tidak kompeten.

b. Maksud dan Tujuan HPK 5.3

Persetujuan khusus (informed consent) kadang- kadang membutuhkan


orang (atau tambahan) selain pasien yang terlibat dalam keputusan tentang
asuhan pasien. Dalam hal ini adalah pasien belum dewasa atau anak-anak,
mengidap gangguan mental, retardasi mental, gangguan komunikasi karena
mereka tidak mempunyai kemampuan untuk mengambil kepitusan, dan lainnya.
Jika pasien tidak mampu membuat keputusan tentang asuhannya maka
pengganti ditetapkan untuk memberi persetujuan. Jika orang lain sebagai
pengganti yang memberi persetujuan maka harus sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, nama orang dicatat direkam medis pasien.

6. STANDAR HPK 6

Pimpinan rumah sakit bertanggungjawab melindungi manuasia/pasien


sebagai subjek penelitian.
6.1 STANDAR HPK 6.1, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 6 DAN HPK 6.1

a. Standar HPK 6.1


Rumah sakit memenuhi semua peraturan dan persyaratan penelitian / kode
etik profesi serta kode etik penelitian dan menyediakan sumber daya yang layak
agar program penelitian dapat berjalan dengan efektif.

b. Maksud dan Tujuan HPK 6 dan HPK 6.1

Penelitian dengan subjek manisia/pasien merupakan suatu upaya yang


kompleks dan bermakna penting bagi sebuah rumah sakit. Pimpinan rumah sakit
mengetahui tingkat komitmen yang dibutuhkan dan keterlibatan personal yang
diperlukan untuk menjawab pertanyaan ilmiah dan melindungi manusia/pasien
karena komitmen terhadap pasien tersebut adalah mendiagnosis dan
mengobatinya.
Pimpinan rumah sakit mengetahui mengenai, serta mentaati sumber
peraturan dan standard profesi yang spesifik untuk penelitian / uji klinis (clonical
trial), seperti standar International Conference on Harmonisation (ICH)/ World
Health Organization (WHO)/ Good Clinical Practice (GPC), DLL

6.2 STANDAR HPK 6.2, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 6.2

a. Standar HPK 6.2


Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya
tyentang bagaimana cara mendapatkan akses untuk penelitian/ uji klinis (clinical
trial) yang melibatkan manusia sebagai subjek.

b. Maksud dan Tujuan HPK 6.2

Rumah sakit yang melakukan penelitian / uji klinis (clinical trial) yang
melibatkan manusia sebagai subjek menyediakan keterangan kepada pasien dan
keluarganya tentang bagaimana cara mendapatkan akses aktivitas tersebut bila
relevan dengan kebutuhan pengobatannya. Bila pasien diminta untuk
berpartisipasi, merka memerlukan penjelasan yang dapat dijadikan dasar untuk
mengambik keputusan mereka. Informasi tersebut meliputi
a) Manfaat yang diharapkan
b) Kemungkinan/potensi yang diharapkan
c) Alternative yang dapat menolong mereka
d) Prosedur yang harus diikuti.\

Pasien diberikan penjelasan bahwa mereka dapat menilak untuk


berpartisipasi atau mengundurkan diri sewaktu-waktu dan penokan atau
pengunduran diri tersebut tidak akan menutup akses mereka terhadap pelayanan
rumah sakit.

6.3 STANDAR HPK 6.3, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 6.3

a. Standar HPK 6.3


Rumah sakit harus memberi penjelasankepada pasien dan keluarganya
tentang bagaimana pasien ikut berpartisipasi dalam penelitian/uji klinis (clinical
trial).

b. Maksud dan Tujuan HPK 6.3

Rumah sakit yang melaksanakan penelitian/uji klinis (clinical trial)


yang melibatkan manusia sebagai subjek penelitian memahami bahwa tanggung
jawab utama adalah kesehatan dan keselamatan pasien.
Rumah sakit memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya sebelumnya
mengenai proses yang abku untuk
1) Menelaah protocol penelitian
2) Menimbang risikodan manfaat yang relative bagi para peserta
3) Mendapatkan surat persetujuan dari manusia/pasien sebagai subjek
penelitian
4) Mengundurkan diri dari keikutsertaan sewaktu-waktu
5) Informasi ini dikomunikasikan kepada manusia/pasien dan kelurga untuk
mambantu pengambilsn keputusan terkait pasrtisipasi mereka dalam
penelitian.

6.4. STANDAR HPK 6.4

a. Standar HPK 6.4


Persetujuan khusus (informed consent) penelitian diperoleh sebelum pasien
berpartisipasi dalam penelitian/uji klinis (clinical trial).

b. Maksud dan Tujuan HPK 6.4

Pasien dan keluarganya harus memberikan persetujuan khusus (informed


consent) penelitian bial memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian/uji
klinis (clinical trial). Informasi yang diberikan pada saat mengambil keputusan
untuk ikut berpartisipasi mendasari persetujuan atau penolakan keterlibatan dalam
penelitian. Petuga yang memberikan penjelasan dan mendapatkan persetujuan
dicatat dalam rekam medis pasien.

7. STANDAR HPK 7, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 7

a. Standar HPK 7
Rumah sakit mempunyai sebuah komite etik penelitian untuk melakukan
pengawasan atas semua penelitian di ruamah sakit tersebut yang melebatkan
manusia/pasien sebagai subjeknya.

b. Maksud dan Tujuan HPK 7

Bila rumah sakit melakukan penelitian/uji klinis (clinicasl trial) yang


melibatkan manusia/pasien sebagai subjeknya, perlu ditetapkan sebuah komite yang
melakukan pengawasan atas seluruh kegiatan tersebut . pengawasan atas kegiatan
tersebut termasuk penelaahan prosedur seluruh protocol penelitian , prosedur untuk
menimbang resiko dan manfaat yang relative bagi subjek, serta prosedur yang
terkait dengan kerahasiaan dan keamanan atas informasi penelitian dan pengawasan
terhadap pelaksanaan penelitian.

8. STANDAR HPK 8

Rumah sakit memberi informasi pada psaien serta keluarganya tentang


bagaimana memilih untuk mendonorkan organ dan jaringan lainnya.

8.1 STANDAR HPK 8.1, MAKSUD DAN TUJUAN HPK 8 DAN HPK 8.1

a. Standar HPK 8.1


Rumah sakit menetapkan regulasi untuk melakukan pengawasan
terhadap proses kemungkinan terjadi jual beli organ dan jaringan.

b. Maksud dan Tujuan HPK 8 dan HPK 8.1

Rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan tersedia


pengawasan untuk mencegah pasien merasa dipaksa memberikan donasi.
Rumah sakit mendukung pilihan pasien serta keluarga melakukan donasi organ
dan jaringan lain untuk riset dan atau transplantasi. Informasi diberikan kepada
pasien serta keluarga tentang proses donasi dan ketentuan pengadaan organ yang
dikelola untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, daerah, Negara.
Pengawasan terhadap proses pengadaan organ atau jaringan termasuk
menentukan proses donasi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,
menghormati agama dan budaya masyarakat, memastikan ada praktik etika, dan
persetujuan (consent). Staf rumah sakit dilatih tentang proses memperoleh
donasi untuk membantu pasien dan keluarga membuat pilihan. Staf juga dilatih
mengenai kekhawatiran dan isu terkait donasi organ. Rumah sakit bekerja sama
sengan rumah sakit lain dan perkumpulan-perkumpulan yang bertanggung jawab
sepenuhnya atau sebagai mengenai penyediaan , banking, pengangkutan, atau
proses transpantasi.

8.2. STANDAR HPK 8.2

a. Standar HPK 8.2


Rumah sakit menyediakan pengawasan terhadap pengambilan serta
transplantasi organ dan jaringan.

b. Maksud dan Tujuan HPK 8.2

Kebijakan tersebut konsistan dengan peraturan perundang-


undangan dan menghormati agam, keyakinan, dam nilai-nilai budaya yang
dianut masyarakat. Staf rumah sakit dilatih dalam pelaksanaan regulasi untuk
mendukung pilihan pasien serta keluarganya. Staf rumah sakit juga dilatih
dalam personal dan isu kontenpore yang berkaitan dengan donasi organ serta
ketersediaan tranplantasi seperti informasi tentang kurang tersedianya organ
dan jaringan, jual beli organ manusia di pasar gelap, pengambilan jaringan
tubuh tanpa persetujuan dari narapidana yang dihukum mati, atau dari pasien
yang meninggal. Rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
persetujuan yang sah diterima dari donor hidup da nada pengendalian yang
mamadai dalam mencegah pasien merasa tertekan untuk manjadi donor.
Rumah sakit bekerjasama dengan rumah sakit lain dan badan-badan dalam
masyarakat yang bertanggung jawab terhadap seluruh atau sebagian dan
proses mendapat organ , bank organ, serta transportasi atau proses
tranplantasi.

C. TATA LAKSANA
1. Pada Saat Pendaftaran

Pada saat pendaftaran, baik dirawat jalan maupun rawat inap, petugas
administrasi memberikan penjelasan kepada pasien dengan bahasa yang mudah
dimengerti mengenai 16 butir hak pasien berdasarkan peraturan mentri kesehatan no. 4
tahun 2018 tentang rumah sakit selama pasien dirawat di RSUD KOTA BIMA. Pasien
diberi pemahaman bahwa pasien sesungguhnya adalah PENENTU keputusan tindakan
medis bagi dirinya sendiri. Seperti yang tertera pada PERMENKES NO.4 tahun 2018
tentang rumah sakit, dimana permenkes ini bertujuan untuk “memberikan perlindungan
kepada pasien”,”mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis” dan
“memberikan kepastian hukum bagi pasien dan dokter”. Adanya hak pasien membantu
meningkatkan kepercayaan pasien dengan memastikan bahwa system pelayanan di
RSUD KOTA BIMA bersikap cukup adil dan mendorong pasien untuk mengambil
peran aktif serta kritis dalam meningkatkan kesehatan mereka, selain itu, hak dan
kewajiban juga dibuat untuk menegaskan pola hubungan yang kuat antara pasien dengan
dokter.

2. Pada Saat Pengobatan

Pada saat pasien berkunjung ke poliklinik atau sedang dirawat di ruang


perawatan. Akan berlangsung Tanya jawab antara pasien dan dokter (anamnesis), pasien
harus bertanya (berusaha mendapatkan hak pasien sebagai konsumen). Bila berhadapan
dengan dokter yang tidak mau membantu mendapatkan hak pasien, itu saatnya pasien
mencari dokter lain atau second opinion di tempat lain.
Pasien menjadikan dirinya sebagai partner diskusi yang sejajar abgi dokter.
Ketika pasien memperoleh penjelasan tentang apapun, dari pihak manapun, tentunya
sedikit banyak harus mengetahui, apakah penjelasan tersebut benar atau tidak. Semua
profesi memiliki prosedur masing-masing, dan semua kebenaran tindakan dapat diukur
dari kesesuaian tindakan tersebut dengan standar prosedur yang seharusnya. Begitu juga
dengan dunia kedokteran. Ada yang disebut dengan guideline atau panduan praktek
klinik (PPK) dalam menangani penyakit.
Lalu, dalam posisi sebagai pasien, setelah kita mengetahui peran penting kita
dalam tindakan medis, apa yang dapat dilakukan ? karena, tindakan medis apapun,
harusnya disetujui oleh pasien (informed consent) sebelum dilakukan setelah dokter
memberikan informasi yang cukup. Bila pasien tidak menghendaki, maka tindakan
medis seharusnya tidak dapat dilakukan. Pihak dokter atau rumah sakit seharusnya
memberikan kesempatan kepada pasien untuk menyatakan persetujuan atau sebaliknya
menyatakan penolakan. Persetujuan itu dapat dinyatakan secara tertulisan.
Pasien berhak mendapatkan salinan rekam medis dan pasien berhak atas
kerahasiaan dari isi rekam medis miliknya tersebut, sehingga rumah sakit tidak bias
memberi informasi terkait data-data pasien kepada orang pribadi/perusahaan atau media
cetak/elektronik tanpa seijin dari pasiennya.

3. Pada Saat Perawatan

Selama dalam perawatan , pasien behak mendapatkan privasi baik secara


wawancara klinis, saat dilakukan tindakan atau menentukan siapa yang boleh
mengunjunginya. Begitu pula untuk pelayanan rohani, pasien berhak mendapatkan
pelayanan rohani baik secara rutin maupun secara insidensial manakala dibutuhkan.

D. Dokumentasi

Dokumentasi perlindungan hak dan kewajiban pasien dan keluarga adalah :


1. Formulir hak pasien dan keluarga
2. Formilir general consent
3. Formulir pemberian informasi bila terjadi penundaan pelayanan
4. Formulir penundaan pelayanan
5. Formulir permintaan rohaniawan
6. Formulir permintaan penyimpanan harta benda
7. Formulir pelepasan informasi
8. Formulir permintaan privasi
9. Formulir permintaan penterjemah
10. Formulir pemberitahuan informasi tindakan kedokteran
11. Formulir persetujuan/penolakan tindakan kedokteran
12. Formulir DNR (Do Not Resusitate)

Anda mungkin juga menyukai