Anda di halaman 1dari 2

Sekilas Kronologis Kebakaran Tahura Orang Kayo Hitam

Memasuki bulan April 2019, musim kemarau mulai melanda sebagian besar wilayah
Indonesia, termasuk di antaranya Provinsi Jambi. Pada bulan Mei 2019 curah hujan semakin
jarang dan mulai memasuki kemarau panjang di Tahura Orang Kayo Hitam (OKH), lokasi
Rehabilitasi ConocoPhillips desa Seponjen. Melihat kondisi yang demikian, staff PT Bumindo
Hastajaya Utama (PT BHU) di lokasi rehabilitasi melakukan persiapan pengecekan alat – alat
pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan seperti pompa air, selang, dan apar.

Pada bulan Juni sampai Juli kemarau panjang semakin parah di Tahura OKH dengan
kondisi gambut yang semakin mengering. Ketinggian muka air di kanal juga mulai surut karena
debit air yang mengecil. Menyikapi hal ini staff di lapangan melakukan penimbunan di Dam
Mabuk untuk menahan debit air kanal agar tetap terjaga cukup tinggi. Tetapi kondisi kemarau
sampai bulan Agustus dengan curah hujan yang hampir tidak ada menyebabkan air di kanal
mengering, bahkan sangat sulit untuk dilewati ketek (perahu mesin).

Pada minggu ke dua Agustus terjadi kebakaran di lahan gambut di sebuah perusahaan Hak
Pengelolaan Hutan (HPH) dan Kecamatan Simpang Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Kedua areal tersebut sebenarnya masih cukup jauh dari lokasi rehabilitasi ConocoPhillips. Tetapi
kondisi gambut yang cukup kering dan angin yang cukup kencang menyebabkan api cepat
menjalar bahkan kebakaran ini dapat terlihat dari pos jaga staff di lapangan.

Perkembangan kondisi ini selalu dipantau oleh seluruh staff PT BHU di Jambi dan
dikoordinasikan dengan pihak UPTD Tahura Orang Kayo Hitam. PT BHU juga meminta UPTD
untuk menerjukan tim dalam membasahi lahan di lokasi rehabilitasi.

Memasuki minggu pertama September ternyata api telah menyebar sampai ke perusahaan
sawit yang lokasinya cukup berdekatan dengan batas Tahura Orang Kayo Hitam. Kondisi asap
yang cukup tebal menyebabkan sulitnya tim mendeteksi dimana penyebaran titik api. Staff PT
BHU sudah coba bertahan di lokasi dalam kondisi asap yang semakin tebal. Tetapi pada minggu
ke dua September, karena asap sudah berpengaruh pada kesehatan, maka seluruh staff lapangan
ditarik ke Jambi. Pada tanggal 19 September 2019 api menyebar di seberang petak 11 (areal
persemaian) dan tim UPTD masih berjuang melakukan pembasahan lahan di lokasi ini. Tetapi
pada tanggal 21 September 2019, api menyebar ke petak 10 dan akhirnya seluruh tim ditarik
keluar dari lokasi menuju Pos Tahura.

Kondisi asap tebal di lahan gambut dengan tipe kebakaran di bawah permukaan
menyebabkan sulitnya tim menebak arah dan sebaran kebakaran. Sambil menunggu curah hujan,
tim hanya bisa berdoa agar ada keajaiban, sehingga lokasi rehabilitasi masih selamat dari
kebakaran yang terjadi. Tetapi setelah ada curah hujan di awal bulan Oktober, tim UPTD mulai
mencoba masuk ke lokasi rehabilitasi dan melihat bahwa hampir seluruh areal mengalami
kebakaran. Beberapa tanaman di sepanjang kanal yang tanahnya lembab masih selamat dari api
tetapi jumlahnya hanya sekitar 20%.

Sampai minggu ke dua Oktober staff PT BHU belum bisa masuk ke lokasi rehabilitasi
karena masih ada titik api dari POS Tahura menuju Dam Mabuk. Penerbangan drone jg belum
bisa dilakukan karena keterbatasan jarak jangkauan dan kondisi masih adanya asap.

Demikian kronologis singkat ini kami sampaikan, semoga bisa member gambaran kondisi
saat ini di lapangan.

Terimakasih

Jambi, 21 Oktober 2019

Richard RP Napitupulu, S. Hut., M. Sc

Anda mungkin juga menyukai