Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini teknologi farmasi semakin berkembang dalam berbagai hal seperti
bentuk sediaan baru untuk mengatasi keterbatasan sediaan yang terdahulu. Salah satu
bentuk sediaan yang terus dikembangkan karena memiliki keuntungan terapeutik yang
baik adalah sediaan oral lepas terkendali. Bentuk sediaan ini masih memiliki keterbatasan
terutama untuk obat yang memiliki segmen absorpsi yang sempit pada gastrointestinal
bagian atas. Hal ini disebabkan karena waktu transit obat yang relatif singkat pada
gastrointestinal bagian atas sehingga dalam waktu kurang dari enam jam sediaan lepas
terkendali telah meninggalkan gastrointestinal bagian atas. Untuk mengatasi hal ini, maka
dikembangkan suaatu sistem penghantar obat tertahan di lambung (Gastroretentive Drug
Delivery System).
Sistem penghantaran di lambung merupakan suatu sistem penghantar obat dengan
menggunakan polimer yang setelah pemberiaan secara oral, obat akan tertahan lebih lama
dalam lambung dan melepaskan obat secara terkendali dan kontinyu. Salah satu
pendekatan sistem penghantaran obat tertahan di lambung adalah sistem penghantaran
obat mengapung (floating drug delivery system). Mekanisme keterapungan terjadi karena
densitas sediaan lebih rendah dibandingkan densitas cairan lambung.
Pada sistem mengapung, obat akan diperpanjang waktu tinggalnya di lambung
melalui mekanisme keterapungan yang disebabkan oleh matriks. Matriks pada sistem
mengapung terdiri dari polimer yang dapat mengembang, seperti hidroksipropil
metilselulosa, dan kandungan zat effervescent, seperti natrium bikarbonat, asam tartrat
dan asam sitrat. Ketika kontak dengan asam lambung, karbondioksida akan dilepaskan
dan terperangkap di polimer hidrokoloid yang mengembang, sehingga menyebabkan
sediaan mengapung.
Keuntungan dari bentuk floating system adalah dapat mengontrol frekuensi
pemberian obat karena obat memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung di
dalam lambung untuk beberapa waktu. Sedangkan kerugian dari bentuk floating system
adalah tidak bisa untuk obat-obat yang absorbsinya kurang baik di lambung.

Gastroretentive Floating Page 1


1.2 Tujuan Penulisan

1. Memahami Gastroretentive Drug Delivery System


2. Memahami Gastroretentive Floating System dalam sediaan farmasi.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Anatomi dan Fisiologi Lambung?


2. Apa Maksud Sediaan Lepas Lambat?
3. Apa Maksud Gastroretentive?
4. Bagaimana Gastroretentive Folating System dalam sediaan?

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Gastroretentive Floating Page 2


2.1 Anatomi dan Fisiologi Lambung

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan terletak di antara
bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus (Gray, 2008). Lambung merupakan
ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di bawah diafragma, terletak pada regio
epigastrik, umbilikal, dan hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson,
2009).

Lambung memiliki panjang sekitar 25 cm dan 10 cm pada saat kosong, volume 1


- 1,5 liter pada dewasa normal. Lambung terletak pada cavum abdomen pada regio
hipokondrium/ hipokondriaka sinistra persis di bawah diafragma, terdiri dari kardia,
fundus, korpus, antrum dan pylorus (Aiache,et al, 1993).

Lambung berfungsi menyimpan makanan, mencampur makanan dengan getah


lambung untuk merubah bolus menjadi chymus, serta mengatur kecepatan pengiriman
chymus ke duodenum. Sekresi asam mempertahankan lingkungan intern yang optimal
untuk proteolisis oleh pepsin yang paling aktif pada pH 2 (Fawcett, 2002). Lambung
secara histologis terdiri atas empat lapisan yang tersusun daridalam ke luar yakni lapisan
mukosa, lapisan submukosa, lapisan muskularis, dan lapisan serosa (Price dan Wilson,
2006).

HCl dalam lambung yang dihasilkan oleh sel chief befungsi untuk membunuh
kuman dan menurunkan pH makanan menjadi asam. Selain itu juga berfungsi untuk

Gastroretentive Floating Page 3


mengaktifkan enzim pepsinogen yang dihasilkan oleh sel parietal yang masih dalam
bentuk zymogen menjadi pepsin. Pepsin itu sendiri berfungsi untuk mengubah protein
menjadi proteosa, polipeptida dan pepton. Pada gaster juga dihasilkan enzim pencernaan
berupa enzim lipase yang berfungsi untuk memecah Triasilgliserol (TAG) menjadi
diasilgliserol (DAG). Serta pada bayi terdapat enzim rennin yang berfungsi untuk
menggumpalkan protein susu.

2.2 Gastroretentive Floating System

Gastroretentive yaitu sediaan dengan sistem penghantaran obat tertahan di


lambung dengan bentuk sediaan lepas terkendali oral yang memungkinkan obat untuk
tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagian atas. Zat aktif yang cocok digunakan
adalah obat yang memiliki lokasi absorpsi utama di lambung atau usus bagian atas, tidak
stabil pada lingkungan usus halus atau kolon dan memiliki kelarutan yang rendah pada
pH yang tinggi. Bentuk sediaan tertahan di lambung dapat mengatur pelepasan obat yang
memiliki indeks terapeutik yang sempit dan absorpsi yang baik di lambung.

Secara umum, sistem penghantaran obat tertahan di lambung terdiri dari sistem
mengembang (swelling system), sistem bio/ mucoadhesif (bio/ mucoadhesive system) dan
sistem mengapung (floating system).

Sistem Mengapung (Floating system) merupakan sistem dengan densitas yang


kecil, yang memiliki kemampuan mengambang kemudian mengapung dan tinggal
dilambung untuk beberapa waktu. Pada saat sediaan mengapung dilambung, obat
dilepaskan perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan, hasil yang diperoleh adalah
peningkatan gastric residence time (GRT) dan pengurangan fluktuasi konsentrasi obat
dalam plasma (Chawla et al., 2003).

Sistem mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan


dari sediaan yang memiliki berat jenis yang rendah atau floating drug delivery system
(FDDS) atau biasa disebut hydrodynamically balanced system (HBS). FDDS atau HBS
memiliki bulk density yang lebih rendah dari cairan lambung. FDDS tetap mengapung

Gastroretentive Floating Page 4


dalam lambung tanpa mempengaruhi kondisi lambung dan obat dilepaskan perlahan pada
kecepatan yang diinginkan dari sistem (Anonim, 2003).
Bentuk floating system banyak diformulasi dengan menggunakan matriks matriks
hidrofilik dan dikenal dengan sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena
saat polimer berhidrasi intensitasnya menurun akibat matriknya mengembang, dan dapat
menjadi gel penghalang dipermukaan bagian luar. Bentukbentuk ini diharapkan tetap
dalam keadaan mengapung selama tiga atau empat jam dalam lambung tanpa dipengaruhi
oleh laju pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari kandungan gastrik.
Hidrokoloid yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah cellulose
ether polymer, khususnya hydroxypropyl methylcellulose (Moes, 2003).

2.3 Klasifikasi Floating System


Floating system dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Non-Effervescent system
Pada sistem noneffervescent menggunakan pembentuk gel atau senyawa
hidrokoloid yang mampu mengambang, polisakarida dan polimer-polimer pembentuk
matriks seperti polikarbonat, poliakrilat, polimetakrilat, dan polistirena. Metode
formulasinya yaitu dengan mencampurkan obat dengan hidrokoloid pembentuk gel.
Setelah pemberian maka sediaan ini akan mengembang ketika kontak dengan cairan
lambung, masih berbentuk utuh dengan densitas bulk kurang dari satu. Udara yang
terjerap di dalam matriks yang mengembang mengakibatkan sediaan mampu
mengambang, membentuk struktur yang mirip gel. Kemudian struktur gel bertindak

Gastroretentive Floating Page 5


sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan-lahan dan dikontrol oleh
difusi melalui lapisan gel.
2. Effervescent system
Pada sistem effervescent biasanya menggunakan matriks dengan bantuan polimer
yang dapat mengembang seperti metil selulosa, kitosan, dan senyawa effervescent
seperti natrium bikarbonat, asam tartrat, dan asam sitrat. Sistem effervescent ketika
kontak dengan asam lambung maka akan membebaskan gas karbon dioksida yang
akan terperangkap di dalam senyawa hidrokoloid yang mengembang. Sehingga
menyebabkan sediaan akan mengambang. Wei et al dalam Mamoru Fukuda et al
meneliti sifat tablet mengapung yang berisi HPMC dan natrium bikarbonat. Gas
karbon dioksida dilepaskan ketika tablet yang berisi natrium bikarbonat dicelupkan ke
dalam cairan lambung buatan sehingga menyebabkan tablet mengambang.

Gambar Mekanisme Floating System (Garg and Sharma, 2003).

2.4 Sifat Floating Yang Berpengaruh Terhadap Beragam Formulasi

Banyak hal yang mempengaruhi sifat mengapungnya sediaan FDDS ( Sistem


mengapung pada lambung berisi obat yang pelepasannya perlahan-lahan dari sediaan
yang memiliki densitas yang rendah/Floating Drug Delivery System) karena adanya
variasi bahan tambahan yang digunakan. Variasi rasio HPMC / carbopol dan penambahan
Mg Stearat menentukan sifat floating. Penambahan Mg Stearat dapat meningkatkan sifat
floating secara signfikan. Namun jumlah hidroksi propil metilselulosa yang tinggi tidak
mempengaruhi kemampuan mengapung secara signifikan. Rasio HPMC : Carbopol lebih
tinggi menunjukkan sifat floating lebih baik. Formulasi floating menggunakan polimer

Gastroretentive Floating Page 6


yang mengembang seperti HPMC dan HPC tidak menunjukkan reprodusibiltas pada
pelepasan dan waktu tinggal karena pembengkakan sangat bergantung pada isi lambung
dan osmolaritas medium dan formulasi tertentu diamati akan tenggelam pada medium
disolusi setelah waktu tertentu. Lag time floating pada formulasi tersebut = 9 – 30 menit.
Kemampuan pembentukan gel n kekuatan gel polisakarida bervariasi dari batch ke batch
karena variasi pada panjang rantai dan tingkat substitusi dan situasi ini diperburuk pada
formulasi effervescent dengan gangguan dari struktur gel melalui evolusi CO2.
Pembentuk gel bereaksi sangat sensitif terhadap perbedaan osmolaritas media pelepasan,
dengan peningkatan pelepasan.

2.5 Penerapan Gastroretentive Floating System

1. Sustained Drug Delivery:


Sistem HBS (Hydrodynamically balanced systems )dapat tetap berada di perut dalam
waktu lama sehingga dapat melepaskan obat melalui jangka waktu lama. Masalah pendek
waktu tinggal lambung ditemui dengan CR formulasi maka dapat diatasi dengan sistem
ini. Sistem ini memiliki bulk density <1 sebagai hasil yang dapat mengapung di lambung.
Sistem ini relatif besar dalam ukuran dan dilarang melewati pembukaan pylorik.
MICARD kapsul (8 jam).
2. Site-Specific Drug Delivery:
Sistem ini sangat menguntungkan bagi obat-obatan yang secara khusus diserap dari
perut atau bagian proksimal dari usus kecil, misalnya, riboflavin dan furosemide.
Misalnya. Furosemide terutama diserap dari perut diikuti oleh duodenum. Telah
dilaporkan bahwa bentuk sediaan floating monolitik dengan waktu tinggal lambung lama
dikembangkan dan
bioavailabilitas meningkat. AUC diperoleh dengan tablet mengambang adalah sekitar 1,8
kali mereka tablet furosemide konvensional9.
3. Absorption Enhancement:
Obat yang memiliki bioavailabilitas miskin karena penyerapan sitespecific dari
bagian atas saluran pencernaan adalah calon potensial untuk menjadi formulasikan
sebagai sistem penghantaran obat mengambang, sehingga memaksimalkan penyerapan
mereka. Misalnya. A secara signifikan meningkatkan bioavailabilitas bentuk sediaan
floating (42,9%) dapat dicapai sebagai dibandingkan dengan tersedia secara komersial
Lasix tablet (33,4%) dan dilapisi enterik produk Lasix panjang (29,5%)7

Gastroretentive Floating Page 7


2.6 Pendekatan Desain Dosis Obat Secara Gastroretentive Floating System

1. Bentuk Dosis tunggal


Dalam pendekatan kepadatan rendah, bahan-bahan yang memiliki kepadatan lebih
rendah dari cairan lambung dapat digunakan sebagai pembawa untuk obat untuk rilis
dikendalikannya. Sebuah apung bentuk sediaan juga dapat diperoleh dengan
menggunakan cairan sistem yang mengapung di perut. Gula bahan polimer seperti
selulosa asetat metakrilat polimer dan phthalate memiliki telah digunakan untuk lapisan
bawah kerang ini. Ini lanjut dilapisi dengan campuran polimer-obat. Polimer dapat berupa
etilselulosa atau hidroksipropil selulosa tergantung pada jenis rilis diinginkan. Akhirnya
produk mengapung pada cairan lambung melepaskan obat secara bertahap selama jangka
waktu yang lama.
Cairan jenis ruang mengambang bentuk sediaan mencakup penggabungan ruang
pengapungan diisi gas menjadi komponen mikro. Aperture atau bukaan yang hadir di
bagian atas dan bawah dinding melalui mana cairan pencernaan masuk ke melarutkan
obat . Dua dinding lainnya dalam kontak dengan cairan yang disegel sehingga obat larut
tetap didalamnya . Kehadiran fluida bisa berupa udara , di bawah parsial vakum atau gas
lain yang cocok , cair, atau padat memiliki berat jenis yang tepat dan perilaku yang inert.
Sistem hidrodinamis seimbang ( HBS ) yang dirancang untuk memperpanjang lama
tinggal bentuk sediaan dalam saluran pencernaan dan membantu dalam meningkatkan
penyerapan . Sistem seperti ini paling cocok untuk obat yang memiliki kelarutan lebih
baik dalam lingkungan asam dan juga untuk obat memiliki penyerapan samping di
bagian atas usus kecil . Untuk tetap berada di perut untuk memperpanjang periode waktu
bentuk sediaan harus memiliki bulk density kurang dari 1 . Ini harus tinggal di dalam
perut , mempertahankan integritas struktural , dan pelepasan obat terus-menerus dari
bentuk sediaan . Formulasi unit tunggal yang berhubungan dengan masalah seperti
menempel atau terhalang dalam saluran pencernaan , yang mungkin memiliki potensi
bahaya menyebabkan iritasi .

2. Bentuk dosis ganda


Tujuan merancang beberapa unit bentuk sediaan adalah untuk mengembangkan
formulasi yang handal dan memiliki semua keuntungan dari bentuk tunggal dan juga
yang tanpa salah satu atas kerugian yang disebutkan dari satu unit formulasi . Dalam

Gastroretentive Floating Page 8


mengejar usaha ini banyak multipleunit bentuk sediaan apung telah dirancang . Mikrosfer
memiliki kapasitas loading yang tinggi dan banyak polimer telah digunakan seperti
albumin , gelatin , pati , polymethacrylate , polyacrylamine , dan poli alkil cyanoacrylate .
Microsponges polimer Bulat juga disebut sebagai " microballoons " telah disiapkan .
Mikrosfer memiliki berongga internal yang khas struktur dan menunjukkan baik in vitro
floatability. Bentuk-bentuk sediaan yang dikecualikan dari bagian dari pyloric sfingter
jika diameter ~ 12 sampai 18 mm.

2.7 Macam – macam Sediaan Gastroretentive Floating System

Macam – macam sediaan obat secara Gastroretentive Floating System dapat


berupa : tablet, kapsul, suspensi, mikrosfer, dan granul.

Beberapa contoh sediaan obat secara gastroretentive floating system dintaranya adalah :
1. Tablet : Ciprofloxacin, Captropil, Amoxycillin trihidrate, Verapamil HCl, ISDN,
Misoprostol, Prednisolon, Diltiazem, Propranolol, Diazepam,
Furosemide, Dipiridamol
2. Kapsul : Nicardipine, Theophylline, chlordizepoxide HCI, Urodeoxycholic acid.
3. Suspensi : Gaviscon, Gelacid
4. Mikrosfer : Iboprufen, Verapamil, Aspirin, Griseofulvin, and p-nitroanilline,
Ketoprofen, Tranilast.
5. Granul : Indomethacin, Diclofenac sodium, Prednisolone

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Perjalanan Obat Di Dalam Tubuh Secara Konvensional


Tablet dengan Zat Aktif masuk kedalam mulut selanjutnya melewati
kerongkongan sampai di lambung. Obat di lambung berinteraksi dengan cairan lambung
sehingga tablet pecah, granul pecah, zat aktif lepas dan larut. Setelah obat dilepas dari
bentuk sediaan. Obat harus diabsorpsi ke dalam darah, yang segera akan didistribusikan
melalui tiap-tiap jaringan tubuh. Dalam darah, obat dapat terikat protein darah dan
mengalami metabolisme, tetapi hanya sedikit yang tersedia untuk diikat pada struktur

Gastroretentive Floating Page 9


yang telah ditentukan. Bila obat berinteraksi dengan sisi reseptor, biasanya protein
membran, akan menimbulkan respon biologik. Tujuan pokok dari fase ini adalah
optimalisasi dari efek biologik

3.2 Perjalanan Obat Di Dalam Tubuh Secara Gastroretentive Floating System

Terdapat berbagai cara yang telah dilakukan untuk mempertahankan bentuk


sediaan di lambung agar dapat meningkatkan waktu retensi. Cara tersebut
memperkenalkan bentuk sediaan floating (gas yang menghasilkan sistem pengembangan
atau sistem memperluas mukoadhesif, sistem densitas tinggi, sistem bentuk obat
dimodifikasi di lambung. Sistem mengapung pada penghantaran obat (FDD) memiliki
kepadatan bulk kurang dari cairan lambung dan sebaiknya tetap terapung di lambung
tanpa mempengaruhi laju pengosongan lambung untuk jangka waktu lama.

Obat dilepaskan perlahan-lahan pada tingkat yang diinginkan dari system floating
gatroretentive. Setelah pelepasan obat maka GRT meningkat dengan kontrol yang lebih
baik dari fluktuasi konsentrasi obat plasma. Selain isi lambung minimum yang
dibutuhkan untuk memungkinkan pencapaian yang tepat dari daya apung retensi,
prinsipnya tingkat minimal kekuatan mengambang (F) juga diperlukan untuk menjaga
bentuk sediaan agar tetap mengapung dalam cairan lambung kemudian dilepaskan.
Penyerapan (absorbsi) obat ditentukan oleh antara lain, bentuk sediaan (tablet, kapsul
atau sirup), bahan pencampur obat, cara pemberian obat. Absorbsi obat sudah dimulai
sejak di mulut, kemudian lambung, usus halus, dan usus besar. Tapi terjadi terutama di
usus halus karena permukaannya yang luas, dan lapisan dinding mukosanya lebih
permeabel. Selanjutnya bioavailabilitas merupakan jumlah dan kecepatan bahan obat
aktif masuk ke dalam pembuluh darah, dan terutama ditentukan oleh dosis dari obat.
Setelah obat masuk dalam sirkulasi darah, kemudian didistribusikan ke dalam jaringan
tubuh. Distribusi obat ini tergantung pada rata-rata aliran darah pada organ target, massa
dari organ target, dan karakteristik dinding pemisah diantara darah dan jaringan. Di
dalam darah obat berada dalam bentuk bebas atau terikat dengan komponen darah
albumin, gliko-protein dan lipo-protein, sebelum mencapai organ target. Tempat utama
metabolisme obat di hati, dan pada umumnya obat sudah dalam bentuk tidak aktif jika

Gastroretentive Floating Page 10


sampai di hati, hanya beberapa obat tetap dalam bentuk aktif sampai di hati. Obat-obatan
di metabolisme dengan cara oksidasi, reduksi, hidrolisis, hidrasi, konjugasi, kondensasi
atau isomerisasi, yang tujuannya supaya sisa obat mudah dibuang oleh tubuh lewat urin
dan empedu. Ginjal adalah tempat utama ekskresi/ pembuangan obat. Sedangkan sistem
billier membantu ekskresi untuk obat-obatan yang tidak di-absorbsi kembali dari sistem
pencernaan.

3.3 Mekanisme Obat Gastroretentive Floating System

1. Amoxixilin Trihidrate
Amoksisilin (α-aminohidroksi benzilpenisillin) adalah antibiotik semisintetik
yang termasuk dalam golongan β-laktam, yang efektif untuk pengobatan infeksi bakteri
terutama infeksi bakteri Heli-cobacter pylori yang merupakan bakteri penyebab utama
penyakit radang lapisan lambung (gastritis). Secara umum, bakteri ini kebanyakan berada
di lambung, Dengan demikian, konsentrasi dan wak-tu tinggal amoksisilin pada lambung
harus efektif untuk memberantas secara tuntas bakteri H. pylori. Umumnya amoksisilin
memiliki waktu tinggal yang pendek di lambung. Karena itu diperlukan waktu tinggal
yang lebih lama oleh agen antimikroba yang diinginkan agar lebih efektif untuk membe-
rantas bakteri Helicobacter pylori .
Maka untuk mencapai tujuan tersebut, amoksisilin harus diformulasi dalam suatu
bentuk sediaan yang dapat bertahan lama di lambung.

Mekanisme Amoxixilin Trihidrate

Mekanisme keterapungan tablet Amoxixilin Trihidrate disebabkan karena


mengembangnya lapisan matriks ketika berkontak dengan cairan lambung setelah
pemberian oral, lapisan matriks ini akan membentuk lapisan gel di sekitar tablet. Struktur
gel bertindak sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan dan dikontrol
oleh difusi melalui lapisan gel.

Menurut teori keterapungan, tablet yang baik yang di-hasilkan dari metode sistem
mengapung adalah apabila tablet tersebut memiliki floating lag time yang cepat dan
mempunyai waktu mengapung yang lebih lama.

Gastroretentive Floating Page 11


3.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Floating Drug Delivery System

Faktor-faktor yang mempengaruhi floating drug delivery system diantaranya adalah :

1. Berat jenis
GRT merupakan fungsi dari bentuk sediaan apung yang tergantung pada berat jenis.
2. Ukuran
Unit bentuk sediaan dengan diameter lebih dari 7,5 mm dilaporkan mengalami
peningkatan GRT dibandingkan dengan mereka dengan diameter 9,9 mm.
3. Bentuk Bentuk Sediaan
Tetrahedron dan bentuk cincin dengan modulus lentur dari 48 dan 22,5 kilopounds
per inci persegi (KSI) dilaporkan memiliki hasil GRT lebih baik ≈ 90% sampai 100%
yang mampu brtahan pada 24 jam dibandingkan dengan bentuk yang lain.
4. Satu atau Beberapa Satuan Formulasi
Formulasi unit ganda menunjukkan profil rilis yang lebih dapat diprediksi dan
merusak kinerja yang tidak signifikan karena kegagalan unit, memungkinkan unit
pembantu administrasi dengan profil rilis yang berbeda atau yang mengandung zat
kompatibel dan diizinkan margin keamanan yang lebih besar terhadap kegagalan
sediaan dibandingkan dengan bentuk-bentuk satuan dosis tunggal.
5. Tempat Terisi atau Tidak Terisi
Dalam kondisi berpuasa, motilitas GI ditandai dengan periode aktivitas motorik yang
kuat atau peprpindahan myoelectric kompleks (MMC) yang terjadi setiap 1,5 sampai
2 jam. MMC menyapu materi tercerna dari lambung dan, jika waktu administrasi
formulasi bertepatan dengan MMC tersebut, unit GRT dapat diharapkan menjadi
sangat pendek. Namun, dalam keadaan makan, MMC tertunda dan GRT jauh lebih
lama lagi.
6. Makanan Alami
Makanan sulit dicerna atau garam asam lemak dapat mengubah pola motilitas dari
lambung ke tempat pencernaan, sehingga mengurangi nilai waktu pengosongan
lambung dan memperpanjang pelepasan obat
7. Konten Kalori
GRT bisa meningkat empat sampai 10 jam dengan makanan yang tinggi protein dan
lemak.
8. Frekuensi Makan
GRT dapat meningkat lebih dari 400 menit ketika makanan berturut-turut diberikan
dibandingkan dengan makanan tunggal karena rendah frekuensi MMC.

Gastroretentive Floating Page 12


9. Jenis kelamin
GRT pada laki-laki yang sedang rawat jalan (3,4 ± 0,6 jam) kurang dengan usia
mereka dan dibandingkan pada perempuan (4,6 ± 1,2 jam), terlepas dari berat badan,
tinggi dan permukaan tubuh).
10. Usia
Orang tua, terutama yang lebih dari 70 tahun,memiliki GRT signifikan lebih panjang.
11. Postur Tubuh
GRT dapat bervariasi pada pasien rawat inap yang terlentang atau jalan tegak;
12. Pemberian Obat Bersamaan
Antikolinergik seperti atropin dan propantheline, opiat seperti kodein dan agen
prokinetic seperti metoclopramide dan cisapride;
13. Faktor Biologis
Penyakit diabetes.

3.5 Kelebihan dan Kekurangan Sediaan Gastroretentif Floating

1. Kelebihan

Gastroretentif Floating (sediaan lepas lambat) memiliki beberapa


keunggulaan dibandingkan beberapa sediaan tablet konvensional. Keunggulaan
tersebut antara lain :
 Mengurangi frekuensi pemberian
 Mengurangi efek merugikan karena tidak ada fluktuasi kadar obat di dalam
darah
 Obat dihantarkan secara terkontrol
 Durasi efek terapi yang diinginkan lebih panjang.
 Menghantarkan obat untuk aksi lokal
 Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman

2. Kekurangan
 Sistem mengambang tidak cocok bagi obat-obat yang memiliki masalah
kelarutan atau stabilitas dalam cairan gastrik atau lambung.
 Sistem ini memerlukan tingkat cairan tinggi dalam perut untuk mengirim obat
untuk mengambang dan bekerja efisien dengan air.
 Obat-obatan yang diabsobsi secara baik sepanjang saluran pencernaan dan yang
menjalani firs-pass metabolisme signifikan mungkin kurang cocok untuk
GRDDS karena pengosongan lambung yang lambat dapat menyebabkan
penurunan bioavailabilitas sistemik.
 Beberapa obat dapat menyebabkan iritasi mukosa lambung.

Gastroretentive Floating Page 13


BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gastroretentive Floating System yaitu sediaan lepas terkendali oral dengan sistem
penghantaran obat tertahan di lambung yang memiliki kemampuan mengambang
kemudian mengapung dan tinggal dilambung untuk beberapa waktu serta memungkinkan
obat untuk tinggal lebih lama di saluran gastrointestinal bagian atas lalu obat dilepaskan
perlahan pada kecepatan yang dapat ditentukan.

Floating System dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) macam diantaranya adalah


non-effervescent system dan effervescent system. Sedangkan hal yang harus diperhatikan
dalam Gastroretentive Floating System diantaranya adalah berat jenis, ukuran, bentuk –
bentuk sediaan, satu atau beberapa satuan formulasi, tempat terisi atau tidak terisi,
makanan alami, konten kalori, frekuensi makan, jenis kelamin, usia, postur tubuh,
pemberian obat bersamaan, dan faktor biologis.

Keunggulan
Gastroretentif Floating (sediaan lepas lambat) memiliki beberapa keunggulaan
dibandingkan beberapa sediaan tablet konvensional. Keunggulaan tersebut antara lain :
 Mengurangi frekuensi pemberian
 Mengurangi efek merugikan karena tidak ada fluktuasi kadar obat di dalam
darah
 Obat dihantarkan secara terkontrol
 Durasi efek terapi yang diinginkan lebih panjang.
 Menghantarkan obat untuk aksi lokal
 Mudah diberikan dan pasien merasa lebih nyaman

Gastroretentive Floating Page 14

Anda mungkin juga menyukai