Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi Pengeringan

Pengeringan adalah salah satu pengawetan dalam bahan pangan yang telah lama di
terapkan sejak dulu kala dengan cara menguapkan sebagian besar air pada bahan pangan
tersebut, penghilangan kadar air sendiri bisa dikatakan sebagai bone dry. Bone dry merupakan
suatu keadaan dimana kadar air pada bahan pangan mendekati nol ( Herliani, 2014)1
Pengeringan merupakan salah satu bentuk teknologi pengawetan yang sejak lama telah
dilakukan oleh orang-orang dari Persia,Yunani dan Romawi. Pengawetan ini dilakukan dengan
cara pengurangan kadar air agar daya simpan pada bahan pangan menjadi lebih tahan lama.
Dalam metode ini selain memperpanjang masa simpan proses pengawetan dengan pengeringan
dapat menurunkan volume dan berat pada bahan pangan sehingga akan mereduksi biaya
oprasional, Prinsip pada proses pengawetan dengan pengeringan yaitu proses terjadinya pindah
masa yang mana terjadinya perpindahan panas dari alat pengering dan di fusi air
(Estiati,Ahmadi 2017)2.
1.1 Keuntungan metode pengeringan:
Menurut Herliani (2014)1 metode pengeringan memiliki keuntungan dan kerugian
dalam prosenya berikut ini keuntungan dalam menggunakan metode pengeringan.
1. Bahan makanan menjadi lebih awet, serta mengurangi resiko kerusakan karena
kegiatan mikroba. Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhannya. Bila kadar air
bahan berkurang, maka aktivitas mikroba dihambat atau dimatikan. karena kestabilan
dalam suhu penyimpanan pada suhu kamar atau tidak dibutuhkan suhu pendingin. Ada
batasan suhu maksimum yang digunakan untuk masa simpan yang cukup baik.
2. Volume bahan menjadi lebih kecil, karena kadar air bahan pangan pada umumnya
sekitar 60% atau lebih dari 90%, kecuali biji-bijian, maka semua bahan air akan
dikeluarkan dengan dehidrasi, sehingga memudahkan dan menghemat dalam
pengangkutan dan pengepakan, berat bahan berkurang sehingga menghemat biaya
pengangkutan.
3. Produk yang dikeringkan membutuhkan tempat (wadah) yang lebih sedikit.
4. Dengan demikian biaya produksi diharapkan akan lebih murah.

1.2 Kerugian dari pengeringan yaitu:


Setiap bahan pangan mempunyai kepekaan terhadap panas, karena derajat kepekaan
panas tertentu dapat menimbulkan bau gosong (burn flavour) pada kondisi pengeringan yang
tidak terkendali.

1
1. Hilangnya flavor yang sudah menguap (volatil flavor) dan memucatnya pigmen.
2. Perubahan struktur, termasuk case hardening, sebagai akibat dari pengerutan selama
air dikeluarkan.
3. Reaksi pencoklatan non-enzimatis yang melibatkan pereaksi dengan konsentrasi yang
lebih tinggi, oksidasi dari komponen-komponen lipid.
4. Kerusakan mikrobiologis jika kecepatan pengeringan awal lambat atau jika kadar air
dari produk akhir terlalu tinggi atau jika makanan kering disimpan dalam tempat
dengan kelembaban yang tinggi.
5. Sifat asal dari bahan yang dikeringkan dapat berubah, misalnya bentuknya, sifat fisik
dan kimianya, terjadi penurunan mutu dan untuk bahan yang akan digunakan/dipakai
harus dilakukan rehidrasi pembahasan kembali.
2. Metode Pengeringan
Metode pengeringan yang popular di masyarakat terbagi menjadi dua yaitu
pengeringan alami dan pengeringan buatan
2.1 Metode pengeringan Alami
Farah,dkk ( 2013) menyatakan bahwa metode pengeringan dengan sinar matahari
atau alami sangat bergantun pada kondisi alam diantaranya, temperature, kecepatan dan
kelembaban udara yang memiliki fungsi sebagai media selama proses pengeringan
berlangsung. kondisi ini akan berubah-ubah tergantung pada alam dan tidak dapat diubah
Pengeringan dengan penjemuran merupakan teknik dengan proses yang lamban
serta tidak bagus untuk bahan yang mutu atau kualitasnya baik, proses ini dapat berakibat
penurunan nilai gizi serta komponen penting lainnya dari paparan cahaya matahari dan
panas.
2.2 Metode Pengeringan Buatan
Metode banyak memiliki keunggulan dibandingkan dengan metedo pengeringan
alami seperti pengeringan buatan tidak tergantung dengan cuaca, proses pengeringan tidak
begitu lama (bisa diatur), mutu hasil nya lebih baik dikarenakan waktu yang dibutuhkan
lebih pendek serta sedikit terjadinya kerusakan pada bahan pangan karena faktor eksternal
seperti debu dll. Namun dalam metode pengeringan buatan ini biaya yang di gunakan lebih
mahal dari pada metode pengeringan konvensional atau menggunakan sinar matahari.
Berikut adalah beberapa metode pengeringan buatan ;

2
1) Metode pengeringan beku ( freeze Dryer)
adalah suatu proses pengeringan buatan dengan cara vakum yang tinggi sehingga
terdapat tekanan dan keadaan suhu yang dapat mempengaruhi substrat pada bahan
pangan berada di suatu titik kritis agar terciptanya proses pengeringan (Purnomo Hari,
2012)3. menurut Nyoman,dkk (2010) menyatakan bahwa proses pengeringan dengan
cara Freeze drying dapat menurunkan ketahanan sel, faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan pada sel karena adanya shock osmotic. Metode pengeringan pembekuan
selain menurunkan ketahanan sel juga dapa membuat sel mengalami stress yang cukup
kuat dikarenakan adanya denaturasi pada enzim-enzim di permukaan sel.
Estiasih, Ahmadi (2017)2 proses pengeringan dengan metode pengeringan beku
cocok digunakan pada bahan pangan yang tidak berubah setelah proses pengeringan
seperti cita rasa, bentuk bahan pangan, penggunan proses pengeringan beku akan
menghasilkan produk dengan kualitas sangat baik. struktur pada produk bahan pangan
akan terbentuk berpori tanpa terbentuk kerutan dan ringan.struktur yang terbentuk akan
menyebabkan proses rehidrasi pada bahan pangan akan lebih cepat. Contoh
pengeringan pada daging dengan pengeringan beku akan memiliki strukur berongga
dan kadar air rendah serta akan memperpanjang masa simpan pada daging.
2) Pengeringan vakum (Vaccum Drying)
Adalah suatu proses pengawetan pengeringan dengan penggunaan pada suhu rendah,
air akan menguap dan di tampung pada bagian alat pada vakum, proses ini memiliki
keunggulan yang mana penggunan pada suhu rendah dapat meminimumkan kerusakan
akibat panas serta perubahan pada produk bahan pangan juga dapat diminimalisirkan.
(Estiasih, Ahmadi 2017)2
3) Pengeringan Semprot ( Spray Drying )
Adalah salah satu proses pengeringan yang cara kerjanya dengan cairan disemprotkan
ke nozel pada udara panas, contoh untuk penggunaan spray drying yaitu susu bubuk
dan bubuk buah, pengeringan semprot terbagi menjadi dua yaitu tipe horizontal dan
vertikal. alat-alat pada pengering semprot secara umum terdiri dari wadah yang
berfungsi untuk tempat produk yang sudah dikeringkan, chamber untuk menghasilkan
partikel-partikel dengan ukuran tertentu, pemanas dan kipas menghasilkan udara
panas,suhu dan kecepatan tertentu (Estiasih, Ahmadi 2017).2

3
Gambar Alat Pengeringan Semprot (Hariyadi, 2017)4
4) Pengeringan Drum (Drum Drying)
Metode pengeringian ini diharuskan bahan baku berbentuk cairan atau bubur, bahan
yang telah berbentuk cairan atau bubur kemudian dimasukkan pada permukaan drum
yang berputar, pada saat permukaan drum berputar akan membentuk lapisan tipis,
proses pengeringan pada bahan akan terjadi pada waktu sekitar dua sampai beberapa
menit. Ketika lapisan tipis telah mongering akan terpotong oleh pisau pemotong
kemudian terbentuk serpihan-serpihan produk, pengeringan dengan metode ini
tergolong penggunaan biayanya yang murah namun tidak semua bahan pangan di
gunakan pada bahan ini seperti bahan-bahan yang sensitif terhadap panas. Penggunaan
pengeringan drum sekarang digunakan pada industri susu bubuk yang mana kadar
lemak tetap tinggi karena tanpa pemisahan lemak (Estiasih, Ahmadi 2017)2
5) Oven Udara Panas
Merupakan alat yang terbilang sederhana, cara kerjanya dengan memberikan tekanan
panas sebesar 1 atm didalam oven dan dilakukan pada suhu panas 60oC, terdapat
beberapa factor yang mempengaruhi pengeringan dengan oven yaitu suhu
udara,ketebalan produk pangan serta lama pengeringan. (Waziroh, 2017)5
6) Microwave Electric Drying
Prinsip pada alat ini di oprasikan dengan suhu rendah sehingga tidak akan merusak
komponen nutrisi pada produk yang akan di keringkan dan hasilnya akan membuat
produk yang berkualitas tinggi, kelemahan pada alat ini yaitu biaya yang relatif mahal
dan penggunaannya akan memerlukan waktu yang tidak sebentar atau lama. (Waziroh,
2017)5

4
3. Faktor-Faktor Pengeringan Bahan Pangan
3.1 Sifat Sifat Air Bahan Pangan
Herliani (2014),1 menyatakan bahwa konsep sederhana tentang kadar air yang terdapat
dalam bahan pangan menyatakan bahwa bahan pangan terdiri dari bahan kering ditambah
sejumlah air. air dalam bahan pangan merupakan bagian seutuhnya dari bahan pangan itu
sendiri.
Air tersebut bisa terdapat diantara sel-sel maupun terdapat di dalam sel. air bebas
terdapat di dalam jaringan, sedangkan air terikat biasanya terdapat di dalam sel.Pengukuran
kadar air diperlukan sebelum dan sesudah pengeringan yaitu untuk mengetahui kadar air yang
diuapkan, sebaliknya dengan mengetahui kadar air sebelum pengeringan dan jumlah air yang
ingin dikurangi maka dapat ditentukan batas kadar air pengeringan yang dilakukan.
1. Metode pengukuran kadar air yang banyak digunakan antara lain:
a. Gravimetri
b. khromatografi gas
c. Titrasi Karl Fischer
d. metode ekstraksi pelarut
2. jenis-jenis air bahan pangan
kandungan air yang terdapat pada bahan pangan ternyata berbeda-beda, tergantung
pada letak dan ikatan yang dibentuk oleh air dengan senyawa lain dalam bahan pangan
tersebut. Air dalam bahan pangan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat
kebebasannya yaitu ada tiga golongan:
a. air bebas (Free water)
b. air terikat secara fisik
c. air terikat secara kimia.
3.2 Udara
Karakteristik udara ditentukan oleh faktor-faktor, yaitu tekanan, suhu dan
konsentrasi/sifat zat-zat terlarut. kemampuan udara untuk menampung uap air sangat
dipengaruhi oleh karakteristik udara tersebut.Udara umumnya digunakan sebagai medium
pengeringan sebab jumlahnya cukup banyak, mudah digunakan dan pemanasan yang
berlebihan terhadap bahan pangan dapat dikendalikan. udara digunakan untuk menghantarkan
panas ke dalam bahan pangan yang dikeringkan dan membawa uap air yang dibebaskan dari
bahan pangan.Fungsi udara dalam pengeringan memberikan panas pada bahan pangan,
menyebabkan air menguap dan mengangkut uap air yang dibebaskan oleh bahan pangan yang
dikeringkan. Udara diperlukan untuk menghantarkan panas bahan pangan untuk menguapkan
5
air yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk mengangkut uap air dari ruangan. Jika
udara yang masuk tidak kering atau jika udara yang meninggalkan ruangan oleh eh pengering
tidak jenuh dengan uap air, maka jumlah volume udara yang diperlukan akan berubah.Biasanya
jumlah volume udara yang diperlukan untuk memanaskan bahan pangan sebanyak 5-7 kali
jumlah udara yang diperlukan untuk membawa uap air dari bahan pangan. (
,2014)1

3.3 Kelembaban Relatif Dan Kelembaban Mutlak


Kelembaban udara dapat diartikan dalam dua pengertian yang berbeda yaitu
kelembaban mutlak serta kelembaban relatif. Kelembaban mutlak sendiri dalam tiap satuan
massa udara kering terdapat massa uap air , (RH) atau relative humadity merupakan suatu
perbandingan antara kelembaban udara tertentu dengan kelembaban udara jenuh dengan
kondisi tekanan serta temperature yang sama. Hal tersebut dapat dikatakan dalam persentasi
kejenuhan dengan 100% RH untuk udara jenuh dan 0% untuk udara yang bebar-benar kering
(Burlian,Aneka.2011)
3.4 Aktivitas Air
Menurut hukum ROULT bahwa aktivitas air berbanding lurus dengan jumlah mol zat
terlarut dan berbanding terbalik dengan jumlah mol pelarut.
N2
aw =
N1+N2
Dimana:
n1 = jumlah mol zat terlarut
n2 = jumlah mol pelarut
n1 + n2 = jumlah mol larutan
Aktivitas air dinyatakan dengan perbandingan antara tekanan uap air dari larutan (P)
dengan tekanan uap air murni (PO) pada suhu yang sama.
P
aw =
Po
Dalam keadaan sertimbang, maka
RHs P
aw = =
100 Po
Dimana:
aw = aktifitas air
RHs = kelembaban relatif dalam keadaan kesetimbangan (%)
Ps = tekanan uap jenuh

6
Kelembaban nisbi kesetimbangan (RHs) suatu bahan pangan merupakan fungsi dari kadar
airnya dan kandungan protein, karbohidrat, garam-garam mineral dan senyawa lainnya yang
larut dalam air, akan tetapi senyawa lemak tidak mengikat air. (Herliani,2014)1
3.5 Peta Psikometrik
Herliani (2014)1 dalam bukunya disebutkan bahwa Peta psikometrik mempelajari
hubungan dan keterkaitan nilai kadar air, udara sebagai medium dalam pengeringan,
kelembaban suhu, tekanan dan energi panas yang terkait pada sistem tersebut.
a) Kadar air setimbang
b) Udara sebagai medium pengeringan
c) Suhu dan kelembaban
4. Pengaruh Pengeringan Terhadap Beberapa Sifat Pada Bahan Pangan
Bahan pangan yang telah dilakukan pengeringan pada umumnya akan memperngaruhi
nilai gizi, aroma, perubahan warna, tekstur dan lainnya. Perubahan tersebut dapat
diminimalisir dengan perlakuan pendahuluan pada bahan pangan sebelum akan di lakukan
pengeringan ( Muctadi, Sugiono, 2018).
a) Hilangnya aroma segar
Proses pengeringan akan berakibat hilangnya aroma segar pada bahan pangan yang
disebabkan oleh evaporasi atau proses penguapan pada air tentunya akan terjadi beberapa
komponen yang akan ikut teruap, (Waziroh, 2017)5
b) Warna yang lebih gelap
Faktor yang utama yang menyebabkan reaksi warna yang gelap atau maillard pada bahan
pangan karena adanya panas pada proses evaporasi. Warna yang berubah akan dianggap
gosong karena perubahan pada warna, serta pada buah akan menyebabkan senyawa
berbahaya.

c) Kehilangan nutrisi
Pengolahan bahan pangan dengan penggunaan pengeringan akan mengurangi nutrisi yang
tergantung dalam bahan pangan, biasanya disebabkan karena adanya penguapan dan
degradasi termal.
d) Kadar Air
Penggunaan suhu pada proses pengeringan akan memperngaruhi kadar air , peningkatan
pada suhu peralatan pengeringan akan menyebabkan penurunan pada kadar air bahan
pangan, hal tersebut terjadi karena kadar air akan menguap serta akan berpengaruh
terhadap penurunan nutrisi (Windiya, 2013)
7
5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan
A. Luas Permukaan
Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air menguap melalui
permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian
permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan
yang akan dikeringkan dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:
1. Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan
permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air
mudah keluar.
2. Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus
bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak
melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian
keluar dari bahan tersebut. (Estiasih, Ahmadi 2017)2
B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya
Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin
cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan.
Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga
kemampuannya untuk menyingkirkan air berkurang. Semakin tinggi suhu pengeringan maka
proses pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang
dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu
keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering sedangkan bagian dalamnya masih basah.
C. Kecepatan Aliran Udara
Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air dari permukaan
bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di permukaan bahan. Udara yang
bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga akan
menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah
terjadinya atmosfir jenuh yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara
disekitar tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin cepat,
yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan teruapkan.
D. Tekanan Udara
Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut
air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya tekanan berarti kerapatan udara
makin berkurang sehingga uap air dapat lebih banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan
pangan. Sebaliknya jika tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan
8
lembab, sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses atau laju
pengeringan. (Supriyono, 2003)7
E. Kelembapan Udara
Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka
makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat mengabsobsi dan menahan uap air Setiap
bahan mempunyai keseimbangan kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu
tertentu dimana bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan
mengambil uap air dari atmosfir (Supriyono, 2003)7.

6. Mekanisme Pengeringan
(Herliani, 2014)1 Menyatakan bahwa mekanisme pengeringan sendiri memiliki peranan
penting dalam teknik pengeringan yang mana dapat memprediksi jumlah energi serta waktu
proses optimum sebagai tujuan pengawetan dengan pengeringan. Energi panas diperlukan
dalam metode pengeringan untuk meningkatkan suhu dan menambah tenaga pemindahan air.

6.1 Kebutuhan Energi


Energi panas berfungsi untuk mengurangi kadar air dalam pengeringan,pemberian
panas sendiri di maksudkan agar mobilitas air pada bahan pangan akan meningkat serta tekanan
uapnya bertambah akan mengakibatkan air tersebut dapat keluar dari bahan pangan. Energi
panas diberikan untuk dua kepentingan berikut penjelasannya.
a) Energi panas bertujuan untuk menaikkan suhu awal (T1) ke suhu pengeringan konstan
agar air menguap (T2)
b) Energi Panas sebagai penguapan air pada suhu kedua atau T2
6.2 Laju Pengeringan
Laju pengeringan berperan penting dalam proses pengeringan yang mana laju
pengeringan menggambarkan cepatnya proses pada pengeringan, laju pengeringan dapat
diukur dengan satuan lb(pound) perjam atau disebut banyaknya air yang dikeluarkan per satuan
waktu tertentu, laju pengeringan dibagi menjadi empat periode, yaitu
1) First falling rate periode merupakan tahap kecepatan pada laju pengeringan menurun
yang pertama
2) Second falling rate periode merupakan tahap kecepatan pada laju pengeringan
menurun yang kedua
3) constan falling rate periode merupakan tahap kecepatan pada laju pengeringan
menurun yang konstan
4) Falling rate periode merupakan tahap kecepatan pengeringan menurun

9
Kurva laju pada proses pengeringan dalam periode laju pengeringan menurun berbeda-
beda disebabkan jenis bahan yang digunakan,Laju pengeringan berperan penting dalam usaha
mengendalikan mutu hasil proses pengeringan, apabila laju pengeringan terlalu cepat pada
bahan pangan akan menyebabkan kerusakan kimia dan fisik pada bahan pangan, seperti terjadi
case hadening dan cracking (patah) merupakan salah satu bentuk kerusakan sifat fisik yang
terjadi akibat laju pengeringan yang kurang terkontrol.
Penyebab hal tersebut terjadi disebabkan kecepatan difusi pada bahan pangan menuju
permukaan tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air di bahan permukaan bahan
pangan yang tidak seluruhnya jenuh dengan air, bahan pangan akan berkurang terus sehingga
permukaan pada bahan pangan akan terjadi penguapan sampai menjadi tidak jenuh, hal ini
merupakan tahapan dari kecepatan menurun yang kedua atau disebut ( second falling rate
periode) yang mana kecepatan aliran dalam bahan pangan menentukan kecepatan laju
pengeringan. Kecepatan laju pengeringan akan selalu sama apabila migrasi air dari lapisan
sebelum ke permukaan dan penguapan akan terjadi lebih cepat daripada kecepatan laju pada
permukaan, proses pengeringan selanjutnya akan berlangsung dengan kecepatan menurun
setelah mencapai kadar air kritis atau disebut (critical moisture content).
5. Contoh Bahan Bahan Pangan Dengan Proses Pengeringan
Daging merupakan produk olahan yang mudah rusak, untuk mengatasi hal tersebut
dibutuhkan pengolahan menjadi produk lain salah satunya adalah dendeng. Proses pengolahan
secara umum dapat mengakibatkan perubahan bentuk yang semula utuh menjadi suatu bentuk
lain (perubahan struktur), misalnya perubahan dari daging mentah yang utuh menjadi produk
salah satu contohnya adalah dendeng (Abustam, 2009).
Dendeng giling merupakan salah satu produkolahan daging secara tradisional dibuat
dari daging giling yang ditambah gula aren, garam dapur serta bumbu-bumbu,kemudian
dicetak sebagai lembaran tipis dengan ketebalan kurang lebih 4 mm dan selanjutnya
dikeringkan (Purnomo dan Adiono, 2010). Dendeng yang sudah jadi akan berwarna kecoklat-
coklatan karna protein dalam daging akan bereaksi dalam gula merah dalam bumbu.
Faktor yang mempengaruhi kualitas dendeng salah satunya yaitu proses pengeringan
baik secara alamiah (bantuan sinar matahari) atau non alamiah menggunakan alat pengering
seperti oven. Karena pada saat proses pengeringan akan mengalami perubahan warna, aroma,
tekstur, dan zat gizinya. Prinsip pengawetan dengan cara pengeringan adalah mengurangi kadar
air bahan sehingga tidak memungkinkan lagi mikroba melakukan aktifitasnya. Secara
organoleptik daging yang dikeringkan mempunyai tekstur yang keras dan berwarna
kecoklatan, hal ini disebabkan karena adanya penyerapan kandungan air di dalam daging oleh
10
energi panas secara terus-menerus sehingga kadar air daging menjadi berkurang dan menjadi
lebih awet (Muchtadi, 1989). Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya upaya penelitian
yaitu pengeringan dendeng pada waktu dan suhu yang berbeda untuk menghasilkan dendeng
dengan karakteristik yang baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aziroh, E, Dego,Y,A, Nur,I. 2017. Proses Termal Pada Pengolahan Pangan.UB Press.Malang

Burlian,F.,Aneka,F.2011.Kaji Eksperimentar Alat Pengeringan Kerupuk Tenaga Surya Tipe


Box Menggunakan Konsentrator Cermin Datar.Department of Mechanical
Engineering Sriwijaya University

Estiasih, T, Ahmadi. 2017. Teknologi Pengolahan Pangan.Bumi Aksara. Jakarta.

Farah,D,S.,Farel,H,N., Himsar,A.2013. Kajian Berbagai Merote Pengeringan Untuk


Peningkatan Mutu Kakao Indonesia. Jurnal Riset Industri Vol.7 No.1

Hariyadi, P. 2017. Pengering Semprot: Aplikasinya untuk mikroenkapsulasi komponen


Fungsional.

Herliani, L, A. 2014. Teknologi Pengawetan Pangan. ALFABETA. Bandung.

Muctiadi, T, R, Sugiono. 2018. Prinsip & Proses Teknologi Pangan.ALFABETA. Bandung.

------------ 1989. Petunjuk Teknologi Proses Pengeringan Bahan Pangan. Pusat Antar
Universitas Pangan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nyoman,N,P.,Lilis,N.,Dede,R,A.2010.Penggunaan Berbagai Jenis Bahan Pelindung Untuk


Mempertahankan Viabilitas Bakteri Asam Laktat Yang Di Isolasi Dari Air Susu Ibu
Pada Proses Pengeringan Beku.Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Udayana

Purnomo, H. 2010. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Daging. UB Press. Malang.

Purnomo, H dan Adiono. 2010. Ilmu Pangan. NUFFIC. Universitas Brawijaya. Malang.

Supriyono. 2003. Mengukur Faktor – Faktor dalam Proses Pengeringan.Gramedia. Jakarta.

Windia. Titik,D,S.,dan Eddy,S.2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas


Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus striatus). Thpi Student Journal,Vol. 1
No 1. Universitas Brawijaya. Malang.

12

Anda mungkin juga menyukai