Anda di halaman 1dari 2

Epidemiologi Hepatitis B

Hepatitis adalah satu dari sekian banyak ancaman kesehatan utama di dunia. Diperkirakan ada lebih 2
milyar orang di seluruh dunia yang terdiagnosis memiliki infeksi Hepatitis B (HBV) dan sekitar 350 juta
orang mengidap infeksi hepatitis B kronis. Terlebih lagi, tingkat kematian akibat hepatitis B mencapai
500,00-700,000 orang tiap tahunnya.

Hepatitis B merupakan masalah epidemiologi global dengan Indonesia masuk dalam kategori sedang-
tinggi.

Infeksi Hepatitis B masih menjadi masalah kesehatan global yang menjangkiti hampir 2 miliar
individu dan menyebabkan 350 juta kasus infeksi kronik[6]. Beban epidemiologi akibat infeksi Hepatitis
B dibagi menurut prevalensi individu dengan HBsAg positif yang ditemukan dalam suatu populasi:
prevalensi tinggi (>8% populasi memiliki antigen HBsAg), sedang (2%-7%), dan rendah (<2%).
Dari klasifikasi tingkat prevalensi, Indonesia masuk dalam kategori sedang-tinggi untuk prevalensi
Hepatitis B, lima provinsi di Indonesia dengan angka penderita hepatitis tertinggi pada tahun 2013 adalah
Nusa Tenggara Timur, Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara. Dilihat lebih jauh
peningkatan prevalensi yang cukup besar terjadi di Provinsi NTT dan Papua. Pada 2013, NTT merupakan
provinsi dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi. Prevalensinya meningkat dari 1,9 persen pada
2007 menjadi 4,3 persen pada 2013.
Di Maluku, pada 2007, prevalensinya hanya 0,4 persen atau masih di bawah prevalensi penderita
hepatitis Indonesia. Namun, pada 2013 prevalensinya meningkat menjadi 2,3 persen. Empat provinsi lain
dengan prevalensi penyakit hepatitis tertinggi di 2013 yaitu Papua, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
dan Maluku Utara.
Di Maluku Utara, jumlah penderita Hepatitis B di Kota Ternate terus meningkat, terutama yang
diderita ibu hamil. Dinas Kesehatan (Dinkes) mencatat tiga tahun terakhir, grafis penyakit yang cukup
berbahaya itu terus menajak. Di tahun 2016 dari 957 ibu hamil yang dideteksi menderita hepatitis
sebanyak 42 orang. Tahun 2017 angka tersebut mengalami peningkatan hampir dua kali lipat, dari 1.979
orang ibu hamil yang dideteksi terdapat 73 ibu hamil penderita hepatitis, sedangkan di 2018, hingga bulan
Agustus lalu, Dinas Kesehatan sudah mencatat, dari 1.631 ibu hamil yang dideteksi terdapat 51 orang ibu
hamil yang aktif hepatitis B. “Angka tiap tahun meningkat,” (Kepala Bidang Pengendalian dan
Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes, Hamid A Rahman, kemarin (26/9).
Dilihat dari kelompok umur rata-rata penderita hepatitis B di Indonesia masuk dalam golongan
usia produktif, prevalensi hepatitis dari tahun 2007 hingga 2013 tetap mengalami peningkatan di setiap
kelompok usia. Angka kejadian hepatitis tertinggi terdapat pada kelompok usia 45-54 tahun (1,4%)
dengan lonjakan sekitar 0,6% dalam kurun waktu 2007-2013, diikuti oleh kelompok usia 25-34 tahun dan
15-24 tahun.
Sementara itu petugas pelayanan kesehatan di Indonesia berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B, hal
ini dilihat dari tingkat kejadian hepatitis B positif (HbsAg+) telah diklasifikasikan sebagai endemik tinggi
pada kelompok petugas penyedia pelayanan kesehatan dengan persentase 8,8 persen, diikuti oleh petugas
pelayanan Unit Hemodialisis sebanyak 5,7 persen. Menurut data Kemenkes RI, prevalensi petugas
kesehatan di DKI Jakarta yang terdiagnosis hepatitis B positif mencapai 2,55 persen, dengan rincian
Jakarta Pusat (5,33%) dan Jakarta Barat (3,9%) sebagai dua wilayah dengan kasus hepatitis B positif
tertinggi pada petugas pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai