MODUL 2 Fixxx2
MODUL 2 Fixxx2
I. Tujuan Percobaan
Mengetahui prinsip dan perhitungan parameter-parameter farmakokinetik
model mono kompartemen dan model multi kompartemen dari sediaan intravena.
II. Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah menentukan parameter farmakokinetik dan
menentukan permodelan farmakokinetik mono kompartemen dan multi kompartemen
yang dapat dilihat dari kurva antara sumbu x dan sumbu y.
III. Teori Dasar
3.1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek
tubuh terhadap obat (Setiawati, 2008). Dalam arti sempit farmakokinetika khususnya
mempelajari perubahan-perubahan konsentrasi dari obat dan metabolitnya di dalam
darah dan jaringan sebagai fungsi dari waktu (Tjay dan Rahardja, 2007).
Farmakokinetik mencakup 4 proses, yakni proses absorpsi, distribusi, metabolisme dan
ekskresi. Metabolisme atau biotransformasi, dan ekskresi bentuk utuh atau bentuk
aktif, merupakan proses eliminasi obat (Setiawati, 2008).
3.1.1. Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam
darah. Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran
cerna (mulut sampai dengan rectum), kulit, paru, otot, dan lain-lain (Setiawati, 2008).
Laju dan jumlah absorpsi obat dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu: luas permukaan dinding usus, kecepatan pengosongan lambung, pergerakan
saluran cerna dan aliran darah ke tempat absorpsi. Laju absorpsi obat ini dapat
digambarkan secara matematik sebagai suatu proses order kesatu atau order nol. Dalam
model farmakokinetik ini sebagian besar menganggap bahwa absorpsi obat mengikuti
order kesatu, kecuali apabila anggapan absorbsi order nol memperbaiki model secara
bermakna atau telah teruji dengan percobaan (Shargel dan Yu, 2005).
3.1.2. Distribusi
Obat yang telah melalui hati bersamaan dengan metabolitnya disebarkan secara
merata ke seluruh jaringan tubuh, khusunya melalui peredaran darah. Lewat kapiler
dan cairan ekstra sel (yang mengelilingi jaringan) obat diangkut ke tempat kerjanya di
dalam sel (cairan intra sel), yaitu organ atau otot yang sakit. Tempat kerja ini
hendaknya memiliki penyaluran darah yang baik, karena obat hanya dapat melakukan
aktivitasnya bila konsentrasi setempatnya cukup tinggi selama waktu yang cukup lama
(Tjay dan rahardja, 2007).
3.1.3. Metabolisme
Metabolisme obat terutama terjadi di hati. Tempat metabolisme yang lain
adalah dinding usus, ginjal, paru, darah, otak dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora
usus). Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang non polar menjadi polar
agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat aktif
umumnya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang
aktif, atau menjadi toksik (Setiawati, 2008). Reaksi metabolisme terjadi dari rekasi fase
I dan rekasi fase II. Reaksi fase I berfungsi untuk mengubah molekul lipofilik menjadi
molekul yang lebih polar. Metabolisme fase I bisa meningkatkan, mengurangi, atau
tidak mengubah aktivitas farmakologik obat (Mycek et al, 2001). Sedangkan, pada
rekasi fase II terjadi reaksi penggabungan (konjugasi). Disini molekul obat bergabung
dengan suatu molkeul yang terdapat didalam tubuh sambil mengeluarkan air, misalnya
dengan zat-zat alamiah seperti asetilasi, sulfatasi, glukuronidasi, dan metilasi (Tjay dan
Rahardja, 2007).
3.1.4. Ekskresi
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat di ekskresi melalui
ginjal dalam bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 proses, yakni filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus proksimal dan
reabsorpsi pasif di sepanjang tubulus (Anief, 2007). Selain itu ada pula beberapa cara
lain yaitu melalui kulit bersama keringat, paru-paru, empedu, air susu, dan usus (Tjay
dan Rahardja, 2007).
3.2. Permodelan Farmakokinetik
Tubuh dapat dinyatakan sebagai suatu susunan atau sistem dari kompartemen-
kompartemen yang berhubungan secara timbal balik satu dengan yang lain. Suatu
kompartemen bukan suatu daerah fisiologik atau anatomik yang nyata tetapi dianggap
sebagai suatu jaringan atau kelompok jaringan yang mempunyai aliran darah dan
afinitas obat yang sama (Shargel dan Yu , 2005).
Model kompartemen satu terbuka menganggap bahwa berbagai perubahan
kadar obat dalam plasma mencerminkan perubahan yang sebanding dengan kadar obat
dalam jaringan. Tetapi, model ini tidak menganggap bahwa konsentrasi obat dalam tiap
jaringan tersebut adalah sama pada berbagai waktu (Shargel dan Yu, 2005).
Dalam model kompartemen dua dianggap bahwa obat terdistribusi ke dalam
dua kompartemen. Kompartemen kesatu, dikenal sebagai kompartemen sentral,
meliputi darah, cairan ekstraselular, dan jaringanjaringan dengan perfusi tinggi,
kompartemen-kompartemen ini secara cepat terdifusi oleh obat. Kompartemen kedua
merupakan kompartemen jaringan, yang berisi jaringan-jaringan yang
berkesetimbangan secara lebih lambat dengan obat. Model ini menganggap obat
dieliminasi dari kompartemen sentral (Shargel dan Yu, 2005)
3.3. Parameter Farmakokinetik
Parameter farmakokinetika adalah besaran yang diturunkan secara matematis
dari model berdasarkan hasil pengukuran kadar obat utuh atau metabolitnya dalam
darah, urin atau cairan hayati lainnya. Fungsi dari penetapan parameter farmakokinetik
suatu obat adalah untuk mengkaji kinetika absorbsi, distribusi dan eliminasi didalam
tubuh (Shargel dan Yu, 2005).
Secara umum parameter farmakokinetika digolongkan menjadi parameter
primer, sekunder dan turunan. Parameter primer adalah parameter farmakokinetika
yang harganya dipengaruhi secara langsung oleh variabel biologis. Contoh dari
parameter primer adalah volume distribusi (Vd), klirens (Cl), dan kecepatan absorpsi
(Ka). Volume distribusi adalah volume hipotetik dalam tubuh tempat obat terlarut. Vd
adalah salah satu faktor yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah obat
dalam tubuh. Vd merupakan suatu parameter yang berguna untuk menilai jumlah relatif
obat di luar kompartemen sentral atau dalam jaringan (Shargel dan Yu, 2005).
Klirens merupakan parameter farmakokinetika yang menggambarkan eliminasi
obat yang merupakan jumlah volume cairan yang mengandung obat yang dibersihkan
dari kompartemen tubuh setiap waktu tertentu. Eliminasi tersebut tidak
dipermasalahkan bagaimanakah prosesnya. Secara umum eliminasi obat terjadi pada
ginjal dan hati yang sering dikenal dengan istilah klirens total yang merupakan jumlah
dari klirens ginjal (renalis) dan hati (hepatik) (Mutschler, 1999).
Parameter sekunder adalah parameter farmakokinetika yang harganya
bergantung pada parameter primer. Contoh dari parameter sekunder adalah waktu
paruh eliminasi (t1/2 eliminasi) dan Kecepatan eliminasi (Kel). Waktu paruh eliminasi
adalah waktu yang dibutuhkan obat untuk tereliminasi menjadi separuh dari harga
awal. Besar kecilnya waktu paruh eliminasi sangat menentukan lama kerja obat dan
menjadi acuan untuk menentukan dosis pada pemakaian berulang dalam terapi jangka
panjang (Mutschler, 1999).
Sedangkan contoh dari parameter turunan adalah waktu mencapai kadar puncak
(tmaks), kadar puncak (cpmaks) dan area under curve (AUC). Kadar puncak adalah
kadar tertinggi yang terukur dalam darah atau serum atau plasma. AUC adalah
permukaan dibawah kurva (grafik) yang menggambarkan naik turunnya kadar plasma
sebagai fungsi waktu. AUC dapat digunakan untuk membandingkan kadar masing-
masing plasma obat bila penentuan kecepatan eliminasinya tidak mengalami perubahan
(Tjay dan Rahardja, 2007).
IV. Prosedur Percobaan
4.1. Tahapan Mono Kompartemen
Seorang wanita dengan berat badan 50 kg, diberi suntikan obat secara intravena
dosis tunggal 5 mg/kg berat badan. Sampel darah diambil secara serial untuk
menetapkan kadar obat dalam darah (Ct). Dari hasil penetapan kadar, ditemukan data
sebagai berikut:
Tabel 4.1. Konsentrasi obat dalam darah pada waktu t
V. Data Pengamatan
5.1. Hasil Pengamatan
5.1.1. Obat Mono Kompartemen
Tabel 5.1.1. Obat mono kompartemen
Ke (/ jam) 0,1703
t 1/2 ( jam ) 4,069289489
Ln Co 2,1487
Co 8,573705332
Dosis i.v (mg) 250
Vd (mL) 29,15892141
Cl (mL/jam) 4,965764317
AUCo~(mg/mL.jam) 50,34471716
Gambar 5.1.1. Kurva obat mono kompartemen
5.1.2. Obat Muti Kompartemen
Tabel 5.1.2. Obat Multi Kompartemen
Tabel 5.1.2. Persamaan Farmakokinetik multi kompartemen
K (/ jam) 0,39377608
K12 (/ jam ) 0,61149562
K21 (/ jam ) 0,412428302
t 1/2 ( jam ) 5,513126492
Vd (mL) 0,72677849
AUCo~(mg/mL.jam) 174,7103389
Cl (mL/jam) 0,2861879
Gambar 5.1.2. Kurva obat multi kompartemen
5.2. Perhitungan
5.2.1. Obat Mono Kompartemen
a. Perhitungan LnCp
Ln 8,21 = 2,10535
Ln 7,87 = 2,06306
Ln 7,23 = 1,97824
Ln 5,15 = 1,639
Ln 3,09 = 1,12817
Ln 1,11 = 0,10436
Ln 0,4 = -0,91629
b. Regresi Mono Kompartemen
Dilakukan Regresi Linear antara lnCp dengan t (waktu) didapatkan persamaan:
y = bx + a y = -0,1703x + 2,1487
R2 = 1
bila dimasukan kedalam persamaan farmkokinetika :
Ct = Cp0. e-Kt Ln Cp = Ln C0 . e-k.t
Ln Cp = 2,1487 – (0,1703) t
Cp = C0 . e-k.t
Cp = anti Ln C0 . e-k.t
Cp = 8,573705332 mg/mL
Diperoleh nilai : Ln Cp0= 2,1487 mg/mL dan Ke = 0,1703/jam atau menit
c. Parameter Farmakokinetika
Ke (Kecepatan Eliminasi) = b = 0,1703/ jam
𝐿𝑛 2 0,693
t ½ (Waktu Paruh) = = = 4,069289489 𝑗𝑎𝑚 atau menit
𝐾𝑒 0,1703/ 𝑗𝑎𝑚
Ln C0 = a = 2,1487
C0 = 8,573705332
Dosis i.v (mg) = 50 𝑘𝑔 𝑥 5 𝑚𝑔/𝑘𝑔 = 250𝑚𝑔
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 250 mg
Vd (Volume Distribusi ) = = mg
Cp0 8,573705332
mL
= 29,15892141 mL
0,1703
Cl (Klirens) = 𝑉𝑑 𝑥 𝐾𝑒 = 29,15892141𝑚𝐿 𝑥 𝑗𝑎𝑚
= 4,965764317 mL/Jam
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 250 mg
AUCO~= = 0,1703
𝐾𝑒 𝑥 𝑉𝑑 x 29,15892141 mL
jam
Rumus Cr = 𝑪𝒑 − 𝑪′
α=b = 1,292
Ln A = a = 3,949
A = anti Ln A = 51,883457
2) Fase Eliminasi ( β )
y = bx + a
y = -0,1257x + 2,8281
R² = 0,9987 Post Distribusi atau Fase Eleminasi
β=b = 0,1257
Ln B = a = 2,8281
B = anti Ln a = 16,913295
3) Dosis
5 mg/kgBB
h. Parameter Farmakokinetika
αβ (A + B) 1,292 . 0,1257 ( 51,88345743+16,91329502)
K (/jam) = =
(Aβ+Bα) (51,88345743 x 0,1257+ 16,91329502 x 1,292)
=
0,1624044 (68,79675245) 11,1728953
(6,521750599+21,85197717)
= = 0,39377608/jam
28,37372777
AB(β−α)2
K12 (/jam) = (A+B)(Aβ+Bα)
142,5131452
= = 0,412428302/jam
68,79675245
0,693 0,693
t ½ eliminasi (Jam) = = = 5,513126492/ jam
β 0,1257
Do 50 50
Vp (mL) = (A+B) = 51,88345743+16,91329502 = 268,79675245
= 0,726778492 mL
Do 50 mg
AUC0~= K x Vp = 0,39377608
x 0,726778492 mLl
jam
50 mg
=
mL
0,2861879856 jam
= 0,286187986ml/jam
VI. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan suatu perhitungan menggunakan komputer
dengan aplikasi software microsoft excel untuk menetukan parameter-parameter
farmakokinetik dari sediaan intravena. Sediaan intravena tersebut termasuk ke dalam
pemodelan kompartemen berupa mono kompartemen dan muti kompartemen. Hal ini
bertujuan untuk menggambarkan dan memprediksikan disposisi obat di dalam tubuh.
Dimana suatu sistem biologis yang kompleks berkaitan dengan nasib obat di dalam
tubuh, pemodelan ini menganggap bahwa konsentrasi suatu obat dalam plasma
menggambarkan konsentrasi obat yang ada di dalam tubuh.
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu dapat memperkirakan kadar obat
dalam berbagai macam dosis, karena apabila pengaturan dosis yang digunakan berbeda
tetapi bentuk sediaan yang digunakan sama kemungkinan kadar obat yang ada di dalam
plasma, jaringan dan urin pun akan berbeda, memperkirakan akumulasi obat atau
metabolit, dapat mengetahui hubungan antara konsentrasi obat dengan aktivitas
farmakologi, menentukan bioekivalensi antar formula, dapat menggambarkan
pengaruh suatu penyakit terhadap proses absorpsi, distribusi, metabolisme, eliminasi
(ADME) dan menentukan interaksi setiap obat di dalam tubuh.
Sediaan intravena merupakan obat yang digunakan secara parenteral tidak
melalui saluran pencernaan melainkan dengan cara disuntikkan melalui jalur lain yang
dapat masuk langsung ke dalam peredaran darah tanpa adanya barier yang menjadi
penghalang masuknya suatu obat. Obat-obat ini harus memenuhi stancdar sterilisasi
dan osmolaritas yang sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, karena ketika setiap
kesalahan yang terjadi dalam perhitungan dapat menyebabkan efek samping yang
mempengaruhi nyawa setiap individu (Ansel, 2006). Keuntungan dari sediaan ini
adalah (Lukas, 2006):
a. Memiliki onset (mula kerja) yang cepat
b. Efek obat yang diperoleh sesuai dengan dosis obat yang diberikan
c. Biovaibilitas sempurna atau hampir sempurna
d. Proses First Past Effect dapat dihindari
e. Obat dapat diberikan kepada penderita yang sakit keras atau yang sedang dalam
keadaan koma.
Analisis farmakokinetik suatu zat aktif merupakan identifikasi dan penetapan
konsentrasi obat dalam tubuh sebagai fungsi waktu sehingga dapat menggambarkan
model farmakokinetik yang khas. Obat yang masuk ke dalam tubuh akan mengikuti
suatu model farmakokinetik yang khas. Model tersebut dapat berupa model satu
kompartemen atau multi kompartemen yang sangat tergantung pada proses yang
dialami zat aktif selama dalam tubuh. Pemodelan farmakokinetik ini untuk mengetahui
atau menggambarkan disposisi obat di dalam tubuh (Shargel, 2005).
Penetapan kompartemen farmakokinetik dari obat pada setiap tahap perlu
ditetapkan secara kuantitatif dan dijelaskan dengan bantuan parameter farmakokinetik.
Parameter farmakokinetik ditentukan dengan perhitungan matematika dari data
kinetika obat di dalam plasma atau di dalam urin yang diperoleh setelah pemberian
obat melalui berbagai rute pemberian, baik secara intravaskular atau ekstravaskular.
Parameter farmakokinetik dapat digunakan sebagai klasifikasi farmakokinetik dari
obat-obatan yang digunakan dimana akhirnya akan berguna dalam penggunaannya
dalam terapi pengobatan (Shargel, 2005).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat farmakokinetik dan
farmakodinamik suatu obat dalam tubuh yaitu keturunan, jenis kelamin, umur,
lingkungan, kondisi menopause, suhu, aliran darah, keadaan gizi, keadaan patologi,
efek non spesifik, dan kehamilan (Shargel, 2005).
Model kompartemen merupakan penyederhanaan dari kompleksitas tubuh,
digambarkan sebagai satu atau lebih kompartemen yang berhubungan secara reversibel
antara satu dengan yang lainnya. Kompartemen dianggap sebagai suatu jaringan atau
kelompok jaringan yang mempuyai aliran darah yang sama, pada kompartemen ini
tubuh dianggap satu ruangan. Obat yang masuk ke dalam kompartemen akan berjalan
cepat dan homogen, sehingga konsentrasi obat disamakan dengan konsentrasi rata-rata
dan setiap obat mempunyai tetapan kecepatan masuk dan keluar kompartemen yang
sama. Kompartemen disebut juga sistem karena obat dapat dieliminasi keluar dari
dalam tubuh (Asyarie, 2009: 7).
Pada kasus model satu kompartemen terbuka atau sering disebut dengan mono
kompartemen, obat hanya dapat memasuki darah dan mempunyai volume distribusi
kecil, atau juga dapat memasuki cairan ekstra sel atau bahkan menembus sehingga
menghasilkan volume distribusi yang besar. Dimana seorang wanita memiliki berat
badan 50 kg yang diberi sediaan intravena sebanyak 5 mg/kgBB, sehingga diperoleh
dosis yang disuntikkan sebanyak 250 mg/50 kg. Kemudian sampel darahnya diambil
untuk dilakukan penetapan kadar obat di dalam darah (Ct). Lalu dilakukan perhitungan
secara matematis hingga diperoleh persamaan regresi linier sebagai berikut:
Obat monokompartemen
2.5 Ln Ct = Ke.t + Ln Co
2
1.5
konsentrasi
1 Obat
0.5 monokompartemen
0 Linear (Obat
monokompartemen)
-0.5 0 5 10 15 20
y = -0.1703x + 2.1487
-1 R² = 1
-1.5
waktu
Ln Cp = Ln Cpo – Kt
Ln Cp = 2,1487 – (0,1703) t
Dengan demikian, kurva yang diperoleh dari hasil perhitungan parameter
farmakokinetik menunjukkan bahwa garis kurva tersebut linier dan terlihat seolah-olah
tidak ada fase distribusi, hal ini disebabkan karena distribusinya berlangsung sangat
cepat. Namun pada hal ini tidak terjadi proses absorpsi karena sediaan yang digunakan
merupakan sediaan injeksi intravena yang 100% kadar obat yang masuk langsung
menembus ke peredaran darah dan proses eliminasi segera terjadi setelah dilakukan
penyuntikan.
Parameter farmakokinetik yang digunakan yaitu klirens (Cl) yang merupakan
suatu volume darah yang dibersihkan dari kandungan obat per satuan waktu, hal ini
bertujuan untuk mengetahui jumlah obat yang dapat dieliminasikan dari dalam tubuh.
Volume distribusi (Vd) merupakan volume yang menunjukkan distribusi obat, dimana
hal ini bukan volume cairan tubuh sebenarnya melainkan volume cairan fiktif murni
yang bertujuan untuk mengetahui besarnya tempat ruangan obat yang terdistribusi.
Waktu paruh eliminasi (t1/2) meruapakn waktu yang dibutuhkan untuk mengubah
jumlah obat di dalam tubuh menjadi setengah dari kadar awal selama eliminasi (Neal,
2006). Tetapan kecepatan eliminasi (Ke) merupakan fraksi obat yang ada pada suatu
waktu yang akan tereliminasi dalam satuan waktu, hal ini menunjukkan laju penurunan
kadar obat setelah proses kinetik mencapai keseimbangan. Selain itu luas daerah di
bawah kurva antara kadar obat dalam sirkulasi sistemik dan waktu (AUC) merupakan
nilai yang menggambarkan derajat absorbsi, seberapa banyak obat yang dapat
diabsorbsi dari sejumlah dosis yang diberikan. Area dibawah kurva konsentrasi obat-
waktu (AUC) sebagai ukuran dari jumlah total obat yang utuh tidak berubah ketika
mencapai sirkulasi sistemik (Shargel, 2005).
Parameter farmakokinetik yang diperoleh pada sediaan yang diberikan secara
intravena menunjukkan persamaan yang mengikuti orde 1. Dimana laju eliminasi yang
diperoleh sebesar 0,1703/ jam, t1/2 atau waktu paruh yang dibutuhkan yaitu 4,0692
jam. Sedangkan volume distribusi (vd) yang dihaslkan sebesar 29,1589 mL, obat yang
dieliminasi dari tubuh (Cl) sebesar 4,9657 mL/jam dan kadar obat dalam plasma
(AUC0̃) yaitu 50,3447 µg/mL.jam. Semakin banyak jumlah obat yang dieliminasi (Cl
>), maka semakin cepat waktu paruh eliminasi (t1/2).
Setelah dilakukan pemodelan terhadap suatu obat yang memiliki model mono
kompartemen, selanjutnya yaitu dilakukan pemodelan untuk suatu obat yang memiliki
model multi kompartemen. Berdasarkan data suatu obat (waktu & kadar obat dalam
darah) yang diberikan secara injeksi intravena bolus dengan dosis 50 mg kepada
seseorang dengan berat badan 60 kg. Maka tahap selanjutnya yaitu menentukan nilai
Ln dari data kadar obat dalam darah (Cp), kemudian dilakukan penentuan model
kompartemen terhadap kurva yang diperoleh dari hasil regresi antara waktu dan Ln Cp,
dimana dilihat dari kurva obat bekerja pada multi kompartemen, hal ini didasarkan
dari kurva turun yang terbentuk tidak linier dan nilai r yang diperoleh < 1 atau sebesar
0,9987 dengan persamaan farmakokinetik LnCp = (3,949 - 1,292t) + (2,8281 -
0,1257t).