Anda di halaman 1dari 3

TKRS 12.

2 EP 2
Bukti Pelaksanaan Manajemen Etik

R U M A H S A K IT U M U M D A E R A H P U R U K C A H U
JL A . Y a n i N o . 4 9 7 T e lp . ( 0 5 2 8 ) 3 1 3 0 0 K o d e P o s 7 3 9 1 1
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURUK CAHU
Jl. A. Yani No. 497 Puruk Cahu 73911 Teip. (0528) 31300 Fax. (0528) 31300
e - m a il: rsudpurukcahu@gmail.com

Kasus Manajemen Etik

Register Kasus: 001/2019


Tn. B„ 32 tahun, beragama Hindu, Swasta, asal dari Desa Kolam, Karali, dilarikan ke IGD RSUD
Puruk Cahu pada tanggal 23 Mei 2019 dengan perdarahan hebat dari luka terbuka akibat savatan
parang di bagian leher. Luka diakibatkan oleh diri sendiri di leher dengan kejadian sekitar lebih
kurang 30 menit sebelum ke RS. Pada saat masuk RS, seorang laki-laki, bemama Tn. SJ, asal Desa
Kolam, selaku pengampu pasien, telah menyetujui Persetujuan Umum / General Consent untuk
Pasien Tn. B. Tn SJ menyatakan bahwa pasien yang bersangkutan tidak memiliki kartu jaminan /
asuransi kesehatan, dan Tn. SJ siap menjadi penanggung biaya. Pasien Tn. B pun dirawat inapkan
dengan diagnosis masuk yaitu Ruptur Trakea.

Selama di rawat. Tn. B menjalani 2x operasi, puluhan hari hari di rawat di ICU, tentunya dengan
pemberian obat yang kontinu sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada Tn. B, terjadi beberapa dilema etis, antara lain:

1. Pasien tidak memiliki asuransi/jaminan kesehatan. Dan jikalaupun ada, dengan segera
mendaftarkan KIS (Kartu Indonesia Sehat) untuk program JKN (Jaminan Kesehatan
Nasional), pihak BPJS pun tidak bisa menanggung biaya perawatan pasien Tn. B
disebabkan luka leher terbuka yang dialami Tn. B adalah akibat perbuatannya sendiri (upaya
bunuh diri).
2. Tn. SJ, selaku pengampu pasien, yang pada awalnya bersedia untuk menjadi penanggung
biaya, ternyata pada akhirnya menyatakan tidak mampu untuk membayar biaya perawatan
Tn. B yang tentunya tidak sedikit, karena Tn. B harus menjalani 2x operasi dan tentunya
membutuhkan obat dan bahan medis/alkes yang sesuai kebutuhan pasien Tn. B tsbt.
3. Pihak keluarga Tn. B tidak bersedia untuk menanggung biaya, bahkan untuk menjaga Tn. B
saat menjalani perawatan di RS pun tidak bersedia. Hal ini disebabkan latar belakang
kejadian yaitu sebelum melakukan upaya bunuh diri, Tn. B telah melakukan upaya
pembunuhan terhadap 2 orang saudaranya dengan senjata tajam. Hal ini menyebabkan
kekecewaan dan kemarahan luar biasa dari pihak keluarga, sehingga mereka tidak mau
menanggung biaya perawatan Tn. B, bahkan untuk menjaga Tn. B selama dirawat pun tidak
mau.
4. Tentunya pihak RS pun mengalami dilema etis, yakni Pasien Tn. B memerlukan tindakan-
tindakan medis berupa operasi dan tindakan pengobatan serta perawatan, dan hal ini
tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari tindakan medis yang harus
dilakukan, juga obat-obatan/bahan medis habis pakai/alkes yang dibutulikan oleh pasien Tn.
B, serta hari rawat yang cukup lama di RS. Perawatan Tn. B melibatkan penggunaan
ventilator mekanik membutuhkan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) yang sangat banyak.
Dilema etis terjadi karena beberapa bahan habis pakai yang dibutuhkan tidak tersedia di
RSUD Puruk Cahu sehingga sudah sepatutnya dilakukan rujukan ke pusat perawatan yang
lebih tinggi. Karena tidak mempunyai asuransi maka RSUD Puruk Cahu kesulitan untuk
melakukan rujukan ke RS yang lebih lengkap fasilitasnya. Dilema juga terjadi karena
keluarga pasien tidak mau menanggung biaya perawatan. pengampu pasien tidak mampu
membayar biaya perawatan, dan tidak ada asuransi kesehatan yang menanggung biaya
perawatan pasien Tn. B.

Menghadapi dilema etik ini, pihak RS melibatkan Manajer Pelayanan Pasien untuk
mengkoordinasikan asuhan pelayanan pasien dari beberapa DPJP yang terlibat. RS juga melakukan
manajemen etis antara lain membahas masalah ini dalam rapat antara unsur manajemen dengan
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit dan dengan Komite Medis. Pertemuan dilakukan tertutup di
Ruang Komite Medik RSUD Puruk Cahu. Dan diperoleh kesimpulan bahwa dengan pertimbangan
hak asasi manusia, Tn. B tetap dirawat dan diberikan tindakan sesuai kebutuhan, meskipun belum
ada kejelasan mengenai pembayaran untuk perawatan/tindakan medis yang diterima. Kemudian
juga dilakukan rapat antara Komite Etik dan Hukum RS yang melibatkan antara lain pihak
manajemen RS. Komite Medis, Komite Keperawatan. dan Komite PPA Lainnya. Kesimpulan yang
diperoleh pun sama. yakni dengan pertimbangan hak asasi manusia, RS tetap memberikan
pelayanan dan tindakan medis kepada Tn. B, meskipun belum ada kejelasan mengenai pembayaran
biayanya.

Pada tanggal 22 Juni 2019 Tn. B pun keluar RS dengan kondisi baik. sudah bisa berjalan dan
berkomunikasi dengan baik. Total rincian biaya pengobatan Tn. B adalah sebesar Rp. 82.338.700,-,
terdiri atas tagihan Ruang Icu Rp. 50.084.000, tagihan Ruang IBS Rp. 28.002.000,- (operasi besar 2
x), dan tagihan dari IFRS sebesar Rp. 4.252.700. Namun Tn. Barson keluar RS tanpa melakukan
pembayaran ke pihak RS. dengan memperhitungkan pembiayaan sebagai bagian dari Corporate
Social Responsibility RSUD Puruk Cahu.

Puruk Cahu. 1 Juli 2019


Mengetahui,
r RSUD Puruk Cahu

in Maha, Sp. Ort. Sesianugrahwati, SH.


760306 200312 1 009

Anda mungkin juga menyukai