Anda di halaman 1dari 9

PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS

PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP


BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu di dunia sangat tinggi, menurut WHO (2016) terdapat
sekitar 830 wanita meninggal karena komplikasi kehamilan atau persalinan
diseluruh dunia setiap hari. Diperkirakan pada tahun 2015, sekitar 303.000 wanita
meninggal selama/setelah masa kehamilan dan persalinan. Dalam artikelnya
terkait Maternal Mortality, World Health Organization (2016) juga menyampaikan
bahwa salah satu komplikasi penyebab kematian ibu adalah preeklampsia.
Preeklampsia adalah salah satu penyebab komplikasi utama yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu. Preeklampsia merupakan penyakit hipertensi
spesifik kehamilan dengan keterlibatan multisistem, biasanya terjadi setelah 20
minggu kehamilan. Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang ditandai oleh
terjadinya hipertensi dan onset proteinuria baru (Roberts dkk, 2013).
Menurut penelitian yang telah dilakukan Fox dkk, (2017) biaya rata-rata
kehamilan yang dipersulit oleh preeklampsia adalah € 5243 per kasus
dibandingkan dengan € 2452 per kasus untuk kehamilan tanpa preeklampsia.
Biaya nasional untuk preeklamsia diperkirakan antara € 6,5 dan € 9,1 juta per
tahun berdasarkan tingkat prevalensi 5% sampai 7%.
Besar biaya perawatan dapat dikendalikan dengan adanya penggunaan
Clinical Pathway di rumah sakit. Menurut Kemenkes RI tahun 2014 dalam buku
Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran, CP digunakan pada kasus
yang memiliki salah satu atau beberapa karakteristik dari high volume, high risk,
dan high cost, terutama bila terdapat variasi yang luas (high variability). Maka
dapat disimpulkan bahwa Preeklampsia Berat (PEB) dapat dikendalikan dengan
penggunaan CP, karena kasus tersebut masuk dalam karakterisktik yang telah
disebutkan.
Nurfarida dkk, (2014) mengatakan CP merupakan salah satu persyaratan
utama pengendali biaya dan mutu layanan, terutama pada kasus yang berpotensi
menghabiskan sumber daya yang besar, sedangkan menurut Pirog dkk, (2015)
berpendapat bahwa CP adalah salah satu alat yang wajib dimiliki oleh rumah sakit
untuk memenuhi tujuan dalam pelayanan kesehatan.

1
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 2
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Hal tersebut didukung adanya pernyataan dalam Undang-Undang No. 29


tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Pasal 49 Ayat 1 yang menyatakan bahwa,
setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran atau
kedokteran gigi wajib menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya. Untuk
menyelenggarakan hal tersebut, dianjurkan adanya implementasi Clinical Pathway
pada setiap rumah sakit.
Dalam buku Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Kedokteran yang
disusun oleh Kementrian Kesehatan RI (2014), dalam pelaksanaan implementasi
Clinical Pathway memungkinkan adanya hal-hal yang menyimpang (tidak sesuai
dengan format CP), hal tersebut harus dicatat sebagai varian yang nantinya dinilai
atau dievaluasi lebih lanjut oleh tim pengelola CP rumah sakit.
Diperkuat dengan hasil penelitian Muzammil (2014) menyatakan bahwa
terdapat beberapa varian muncul pada penatalaksanaan kasus appendicitis di RS
Wava Husada Malang. Faktor yang menyebabkan variasi itu muncul adalah rata-
rata lama perawatan, pemberian obat dan tindakan oleh dokter yang berbeda-
beda. Hasil uji menunjukkan bahwa varian memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap biaya perawatan yang dikeluarkan.
Varian juga muncul dalam implementasi Clinical Pathway di RSUD Ibnu
Sina Kabupaten Gresik. Terutama dalam kasus Preeklampsia Berat (PEB) yang
memiliki jumlah pasien paling banyak diantara kasus lain yang menggunakan CP.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada Januari 2018, masih
ditemukan banyak varian yang muncul. Varian tersebut berupa tindakan maupun
pengobatan yang diberikan kepada pasien, dimana item yang diberikan tersebut
tidak ada dalam format CP. Menurut Sekretaris Tim PONEK, munculnya varian
disebabkan oleh beberapa faktor subjektif dan objektif.
Faktor subjektif berupa selera dokter ketika memberikan tindakan atau
pengobatan kepada pasien, hal ini disebabkan karena latar belakang lulusan
pendidikan dokter yang berbeda-beda. Selain itu, human error dalam pengisian
Clinical Pathway juga menjadi pengaruh munculnya varian karena pengsian yang
tidak dilakukan langsung oleh DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pasien).
Sedangkan untuk faktor objektif berupa komorbiditas dan tingkat keparahan
pasien. Sebagai contoh pada pasien nulipara yang memiliki risiko lebih tinggi
terhadap PEB sehingga membutuhkan penanganan berlebih.
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 3
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Januari 2018,


menurut ketua tim Clinical Pathway di RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik
menyatakan bahwa munculnya varian sangat berpengaruh terhadap berbagai hal,
salah satunya adalah pada sistem pembiayaan pasien. Hal ini sebaiknya diteliti,
dievaluasi dan dimonitoring lebih lanjut terkait dengan penambahan atau
pengurangan biaya yang dibebankan kepada pasien sebagai dampak dari varian
dalam Clinical Pathway kasus PEB.
Berkaitan dengan biaya perawatan, RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik
merupakan sentra rujukan bagi rumah sakit maupun puskesmas yang berada di
sekitarnya. Dengan klasifikasi sebagai Rumah Sakit Kelas B non pendidikan,
rumah sakit ini menggunakan sistem pembayaran prospektif. Besar biaya
perawatan pasien BPJS dihitung berdasarkan klaim BPJS yang mengacu pada
sistem casemix INA-CBGs (Indonesian Case Base Groups). Hal ini sudah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 76 tahun 2016 tentang Pedoman
INA-CBGs dalam Pelaksanaan JKN bahwa klaim akhir yang dihasilkan oleh INA-
CBGs tersebut menjadi dasar besar biaya yang dibayarkan oleh pihak BPJS
kepada rumah sakit.
Sampai saat ini, belum pernah dilakukan penelitian terkait hubungan
implementasi Clinical Pathway terhadap klaim akhir INA-CBGs. Menurut peneliti,
kegiatan tersebut penting sebagai salah satu evaluasi apakah Clinical Pathway
sudah baik dan sesuai atau masih diperlukan perbaikan untuk peningkatan mutu
kedepannya. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk memfokuskan
penelitian dengan mengangkat judul “Perbedaan Varian dan Non Varian
Implementasi Clinical Pathway Kasus Preeklampsia Berat Terhadap Biaya
Perawatan Berdasarkan Klaim Akhir INA-CBGs di RSUD Ibnu Sina Kabupaten
Gresik”.
B. Rumusan Masalah
Terdapat berbagai varian yang muncul dalam implementasi Clinical
Pathway pada kasus Preeklampsia Berat (PEB). Varian tersebut apakah
berdampak pada biaya perawatan pasien berdasarkan klaim akhir INA-CBGs di
RSUD Ibnu Sina?
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 4
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan varian dan non varian dalam implementasi Clinical
Pathway kasus PEB terhadap biaya perawatan berdasarkan klaim akhir INA-CBGs
di RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui persentase Clinical Pathway varian dan non varian
b. Mengetahui persentase akhir INA-CBGs yang sesuai (untung) dan
yang tidak sesuai (rugi)
c. Mengetahui faktor yang berhubungan dengan peningkatan atau
pengurangan biaya perawatan berdasarkan klaim akhir INA-CBGs
D. Manfaat Penelitian
Terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini dari
berbagai sudut pandang, antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan yang
luas terkait varian dalam implementasi Clinical Pathway, khususnya pada
kasus PEB.
2. Bagi institusi:
a. Penelitian ini dapat mengetahui besarnya biaya perawatan yang
dihasilkan oleh program aplikasi INA-CBGs, sehingga dapat
mendukung program pemerintah dalam menetapkan tarif dan
berhubungan dengan berhasilnya program BPJS dalam era JKN.
b. Penelitian ini dapat memberi manfaat berupa pengetahuan yang
penting terkait pengendalian biaya dalam perawatan kasus
Preeklampsia Berat (PEB).
c. Penelitian ini dapat memberi masukan kepada pihak rumah sakit terkait
pentingnya evaluasi yang rutin terhadap implementasi Clinical
Pathway.
3. Bagi peneliti selanjutnya, penilitian ini dapat dikembangkan lagi dengan
berbagai macam metode dan variabel yang berbeda. Sehingga hasil dari
penelitian selanjutnya dapat berkembang dan memperbaiki penelitian ini.
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 5
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

E. Keaslian Peneltian
Keaslian ini memuat terkait persamaan dan perbedaan dengan penelitian
yang terdahulu, sebagai bukti bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan
sebelumnya. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan terhadap peneltian
mengenai keterkaitan antara varian dalam implementasi Clinical Pathway dengan
biaya perawatan pasien, ditemukan beberapa penelitian yang hampir sama antara
lain:
1. Penelitian oleh Nurmayanti (2015) dengan judul “Perbedaan Lama
Perawatan dan Biaya Perawatan Pasien Stroke Non Haemorrhagic
Sebelum dan Setelah Penerapan Clinical Pathway di Rumah Sakit Panti
Rapih Yogyakarta”
Latar belakang dari penelitian tersebut menyampaikan bahwa
tingginya hari perawatan pasien stroke non hemorrhagic di RS Panti Rapih,
sehingga dibutuhkan penerapan Clinical Pathway sebagai indikator
efektifitas dan efisiensi dari pelayanan kesehatan yang dapat
meminimalkan hari perawatan pasien. Selain itu, dalam UU Nomor 29
tahun 2004 tentang Paraktik Kedokteran menyebutkan bahwa dalam
melaksanakan praktik kedokteran wajib menyelenggarakan kendali mutu
dan kendali biaya.
Penelitian tersebut hanya memiliki satu tujuan. Tujuannya adalah
untuk mengetahui perbedaan lama perawatan dan biaya perawatan pasien
stroke non hemorrhagic sebelum dan setelah penerapan Clinical Pathway
di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara lama perawatan pasien sebelum dan sesudah penerapan
CP. Hal ini berbanding terbalik dengan biaya perawatan pasien sebelum
dan sesudah penerapan CP, karena pada hasil uji statistik tidak
menunjukkan adalnya perbedaan yang signifikan.
Tabel 1. Persamaan Keaslian Penelitian Nurmayanti (2015)

Topik Penelitian Hubungan antara Clinical Pathway dengan


besarnya biaya perawatan pasien
Jenis Penelitian Penelitian deskriptif analitik dengan
pendekatan kuantitatif
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 6
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lanjutan Tabel 1. Persamaan Keaslian Penelitian Nurmayanti (2015)


Teknik Pengambilan Teknik pengambilan sampel Nurmayanti
Sampel (2015) menggunakan metode purposive
sampling yang didasarkan pada suatu
pertimbangan tertentu.
Program Pengolah Menggunakan SPSS (Statistical Package for
Data Social Science)

Tabel 2. Perbedaan Keaslian Penelitian Nurmayanti (2015)

Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan


Nurmayanti (2015) adalah retrospektif,
sedangkan peneliti menggunakan rancangan
penelitian crossectional
Variabel Penelitian Penelitian Nurmayanti (2015) menetapkan
berkas rekam medis pasien stroke non
hemorrhagic sebelum dan sesudah
diterapkannya CP sebagai variabel bebas.
Untuk variabel terikatnya berupa lama
perawatan dan biaya perawatan pasien.
Sedangkan peneliti menggunakan berkas
rekam medis dengan CP varian dan CP non
varian kasus PEB pasien BPJS sebagai
variabel bebas. Untuk variabel terikatnya
berupa biaya perawatan pasien berdasarkan
klaim akhir INA-CBGs.

2. Penelitian oleh Fadilah (2017) dengan judul “Perbedaan Average Length


Of Stay dan Outcomes Pasien DF-DHF Anak Antara Sebelum dan Setelah
Implementasi Clinical Pathway di RSUD Kota Yogyakarta”
Latar belakang pada penelitian ini adalah evaluasi penerapan
Clinical Pathway di RSUD Kota Yogyakarta belum dilakukan secara rutin
dan penerapannya yang masih belum konsisten. Selain itu penggunaan
CP yang berpengaruh pada AvLOS dan outcomes pasien pada kasus DF-
DHF anak yang masuk dalam 10 besar penyakit rawat inap masih harus
diukur lebih lanjut.
Pada penelitian tersebut memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus, tujuan umum dari penelitian tersebut adalah mengukur
perbedaan Average Length of Stay dan outcomes pasien DF-DHF anak
antara sebelum dan setelah implementasi Clinical Pathway di RSUD Kota
Yogyakarta. Tujuan ini diperinci lagi menjadi tujuan khusus yang memiliki
enam poin di dalamnya.
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 7
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Hasil dari penelitian tersebut adalah terjadinya penurunan angka


AvLOS pada pasien DF-DHF anak. Sedangkan untuk outcome pasien
berbanding terbalik, pada hasil dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan
outcome pasien DF-DHF sebelum dan setelah implementasi Clinical
Pathway.
Tabel 3. Persamaan Keaslian Penelitian Fadilah (2017)

Rancangan Penelitian Menggunakan rancangan penelitian


crossectional.

Tabel 4. Perbedaan Keaslian Penelitian Fadilah (2017)

Topik Penelitian Topik penelitian tersebut adalah hubungan


antara CP dengan AvLOS dan outcomes
pasien, sedangkan peneliti melakukan
peneltian terkait CP dengan biaya perawatan.
Jenis Penelitian Jenis penelitian Fadilah (2017) merupakan
penelitian kuantitatif dengan metode survei
analitik, sedangkan jenis penelitian peneliti
adalah desktriptif analitik dengan pendekatan
kuantitatif.
Variabel Penelitian Ada dua variabel yang terdapat pada
penelitian Fadilah (2017). Penelitian tersebut
menggunakan berkas rekam medis dengan
sebelum dan setelah implementasi CP pada
kasus DF-DHF anak, untuk variabel terikatnya
berupa AvLOS dan outcomes pasien.
Sedangkan peneliti menggunakan berkas
rekam medis dengan CP varian dan CP non
varian pada kasus PEB pasien BPJS sebagai
variabel bebas. Untuk variabel terikatnya
berupa biaya perawatan pasien berdasarkan
klaim akhir INA-CBGs.
Teknik Pengambilan Pengambilan sampel Fadilah (2017) adalah
Sampel consecutive sampling. Sedangkan peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel
secara purposive.
Program Pengolah Pada penelitian Fadilah (2017) menggunakan
Data program pengolah data statistik R, sedangkan
peneliti menggunakan uji statistik SPSS.
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 8
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

3. Penelitian oleh Saraswati (2017) dengan judul “Evaluasi Sistem Umpan


Balik Varian pada Implementasi Clinical Pathway Stroke Non Hemoragik di
RS UGM Yogyakarta”.
Latar belakang penelitian tersebut adalah angka kematian dan
kecacatan yang tinggi pada penyakit stroke. Selain itu, dalam pelayanan
stroke memunculkan banyaknya variasi dalam penangannya sehingga
diperlukan standarisasi pelayanan yaitu menggunakan Clinical Pathway.
Penelitian tersebut memiliki tujuan umum dan tujuan khusus, tujuan
umum penelitian tersebut yaitu mengevaluasi sistem umpan balik varian
CP pasien stroke non hemoragik di RS UGM. Sedangkan tujuan
khususnya antara lain: (1) Untuk mengetahui varian pada CP stroke non
hemoragik; (2) Untuk mengetahui sistem umpan balik varian pada CP
pasien stroke non hemoragik dan; (3) Menilai pengaruh kejadian varian
negatif pada CP stroke non hemoragik.
Salah satu dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa
kejadian variasi terbesar adalah variasi positif yang berdasar pada aktifitas
pelayanan pada CP stroke non hemoragik. Sedangkan varian negatif
memberikan dampak selisih tarif di RS UGM.
Tabel 5. Persamaan Keaslian Penelitian Saraswati (2017)

Variabel Penelitian Menggunakan variabel dengan melihat variasi


dalam implementasi Clinical Pathway
Tabel 6. Perbedaan Keaslian Penelitian Saraswati (2017)

Jenis Penelitian Jenis penelitian Saraswati (2017) adalah


penelitian studi kasus, sedangkan penelitian
ini adalah deskriptif analitik.
Subjek Penelitian Subjek peneltian menggunakan dua macam
data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif,
sedangkan peneliti hanya menggunakan data
nominal sebagai data kuantitatif.
Teknik Pengambilan Teknik pengambilan sampel yang digunakan
Sampel pada penelitian tersebut adalah sampling
snowball, sedangkan peneliti menggunakan
teknik pengambilan sampel secara purposive.
PERBEDAAN VARIAN DAN NON VARIAN IMPLEMENTASI CLINICAL PATHWAY KASUS
PREEKLAMPSIA BERAT TERHADAP 9
BIAYA PERAWATAN BERDASARKAN KLAIM AKHIR INA-CBGS DI RSUD IBNU SINA KABUPATEN
GRESIK
SHOFIYATUL FAHRIYAH
Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

F. Gambaran Umum Rumah Sakit


Rumah Sakit Umum Daerah Ibnu Sina Kabupaten Gresik merupakan
rumah sakit yang bertipe B non pendidikan, menurut Permenkes RI Nomor
340/Menkes/Per/III/2010 rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat). RSUD Ibnu Sina
memliki 17 instalasi rawat jalan yang terbagi menjadi dua yaitu poliklinik rawat jalan
umum dan poliklinik rawat jalan VIP. Untuk instalasi rawat inap berjumlah 10
instalasi. Selain itu, rumah sakit ini juga memiliki layanan unggulan antara lain
Phaceomulsifikasi, Hemodialysis, dan Thermalwelding.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan Desember
2017 di RSUD Ibnu Sina Kabupaten Gresik, diketahui bahwa rumah sakit tersebut
menerapkan CP untuk kendali mutu dan biaya sejak juli 2016. Terdapat lima
macam formulir Clinical Pathway yang telah diterapkan sesuai dengan masing-
masing kasus penyakit, antara lain adalah Hipoglikemia + Nepropathy, Ulkus
Diabetikum Grade III dan IV, Dengue Fever (DHF) Grade III, Preeklampsia Berat
dan ST Elevasi Acute Coronary Syndrome.
Dari beberapa kasus yang dikendalikan oleh Clinical Pathway, PEB
memiliki jumlah pasien tertinggi setiap tahunnya. Berdasarkan database SIM RS,
terdapat 192 pasien dengan diagnosa akhir PEB dalam tahun 2017. Angka
tersebut merupakan jumlah total pasien dari semua pasien berdasarkan jenis
pembiayaannya, baik pasien Jamkesmas, BPJS maupun asuransi lainnya yang
bekerja sama dengan pihak RSUD. Selain itu, angka kematian yang disebabkan
oleh PEB meningkat setiap tahunnya, seiring dengan peningkatan jumlah pasien
PEB.
Penanganan kasus PEB masuk dalam kategori PONEK . Terdapat lima
dokter obsgyn yang bertugas sebagai DPJP dan 41 bidan yang membantu dalam
pelayanannya. Kasus ini dapat dijumpai pada tiga ruang bangsal di rumah sakit
yaitu Ruang Bougenvil, Ruang VK dan Ruang NICU yang menyebar di berbagai
gedung rumah sakit.
Dalam pelaksanaan implementasi CP kasus PEB masih ditemukan
banyak item yang menyimpang/bervarian. Varian yang muncul dalam berupa
pengobatan atau tindakan yang diberikan dokter kepada pasien. Pemberian item
yang keluar dari format CP akan memungkinkan terjadinya hubungan terkait
dengan pembiayaan yang dibebankan kepada pasien.

Anda mungkin juga menyukai