Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada
skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik.1 Gejala
nyeri ini dapat semakin menghebat atau malah hilang perlahan-lahan seiring dengan berjalannya
waktu. Gejala nyeri pada skrotum yang menetap, semakin menghebat, dan disertai dengan mual
dan muntah merupakan keadaan darurat yang memerlukan penanganan medis secepatnya.2
Timbulnya nyeri pada salah satu ataupun kedua skrotum merupakan hal yang
memerlukan perhatian secara serius serta penanganan medis karena skrotum dan testis
merupakan glandula reproduksi dari seorang pria yang menghasilkan sperma sehingga kesalahan
penanganan akan menimbulkan ketidaknyamanan sepanjang hidup seorang lelaki. Bila keadaan
ini tidak ditangani akan menimbulkan gangguan-gangguan seperti infertilitas, disfungsi ereksi,
bahkan kematian jaringan testis yang mengakibatkan testis tersebut harus dibuang untuk
selamanya.2
Beberapa hal yang dapat menimbulkan akut skrotum seperti proses infeksi, non infeksi,
trauma, dan berbagai macam benjolan yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan.2 Proses
infeksi yang sering menimbulkan keluhan akut skrotum adalah epididimitis. Menurut laporan
jurnal di Amerika, epididimitis merupakan keluhan kelima terbanyak di bidang urologi yang
dikeluhkan oleh laki-laki berusia 18-50 tahun dan 70% menjadi penyebab keluhan nyeri akut
pada skrotum. Sekitar 40% epididimitis terbanyak terjadi pada laki-laki usia 20-39 tahun dan
sekitar 29% terjadi pada laki-laki usia 40-59 tahun. Epididimitis jarang terjadi pada anak-anak
prepubertas.3
Proses non infeksi yang sering menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum adalah
torsio testis. Torsio testis merupakan salah satu kegawatdaruratan di bidang urologi karena torsio
testis menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga testis mengalami hipoksia, edema testis
dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami nekrosis. Keadaan ini diderita 1 diantara

1
4000npria yang berumur kurang dari 25 tahun, dan paling banyak diderita oleh anak pada masa
pubertas (12-20 tahun).4

Faktor lain yang dapat menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum adalah trauma.
Jumlah trauma pada skrotum yang murni berdiri sendiri yang terjadi di Amerika hanya sekitar
1%. Rentang usia berkisar antara 10-30 tahun. Testis kanan lebih sering terkena trauma
dibandingkan dengan testis kiri karena kemungkinan besar dapat terbentur saat mengenai os
pubis.5

Hernia inguinalis inkarserata sebagai salah satu diagnosa banding dari nyeri akut pada
skrotum banyak dikeluhkan oleh laki-laki. Hernia inguinalis yang sering mengalami inkarserta
adalah hernia inguinalis lateralis dan 75% lebih sering terjadi pada laki-laki.6

Berdasarkan penyebab terjadinya akut skrotum, maka perlu diketahui lebih lanjut
mengenai hal-hal yang berbeda dari setiap penyebab sehingga lebih mudah dalam menegakkan
diagnosis. Menentukan diagnosis akut skrotum bukanlah suatu hal yang mudah karena akut
skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab dan area pemeriksaan yang lunak
membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit.1

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Akut skrotum merupakan suatu gejala nyeri dan bengkak pada skrotum beserta isinya
yang bersifat mendadak serta menimbulkan gejala lokal dan sistemik.1

2.2 Etiologi

Penyebab tersering dari timbulnya akut skrotum adalah :2

A. Infeksi, seperti epididimitis, epididimoorchitis, orchitis


B. Trauma, seperti saat berolahraga, bersepeda
C. Torsio, seperti torsio testis, torsio appendiks testikularis

Penyebab lain yang jarang menimbulkan akut skrotum adalah :2

A. Tumor testis
B. Hernia inguinalis inkarserata
C. Kerusakan Nervus Pudendus (bicycle seat neuropathy), akibat lomba balap sepeda, lomba
pacu kuda, konstipasi berkepanjangan, dll
D. Tindakan Pembedahan, seperti pada post operasi hernia, post operasi vasektomi
E. Batu Ginjal
F. Benjolan yang disertai dengan rasa tidak nyaman, berupa hidrokel, varikokel, spermatokel,
dll.

3
2.3 Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis dari akut skrotum dilakukan melalui :7

1. Anamnesa

Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah :

 Usia pasien
Torsio testis lebih banyak terjadi pada bayi dan anak laki-laki post pubertas. Henoch-
scchonlein purpura dan torsio appendiks testis terjadi pada anak laki-laki prepubertas
dan epididimitis dapat dijumpai pada anak laki-laki postpubertas. Henoch-schonlein
purpura sebagai bagian dari proses infeksi sistemik yang menimbulkan vaskulitis sering
menyebabkan epididimitis dimana 38% anak-anak yang menderita Henoch-scchonlein
purpura juga mengalami nyeri pada skrotumnya.
 Onset dan durasi nyeri
Torsio testis biasanya dimulai dengan nyeri yang mendadak seolah-olah ada tombol
yang terlempar dimana hal ini disebabkan oleh puntiran pada funikulus spermatikus
yang terjadi tiba-tiba sehingga membuat testis terangkat mendadak, nyeri semakin
memberat dan pasien merasa sangat tidak nyaman. Bila terdapat nyeri yang tidak terlalu
berat dan tidak terlalu ringan (menengah) dan terjadi dalam beberapa hari cenderung
mengarahkan kepada epididimitis ataupun torsio appendiks testis.
 Riwayat trauma
Adanya riwayat trauma tidak mengesampingkan diagnosis torsio testis. Terjadinya
trauma pada skrotum saat berolahraga sering menimbulkan nyeri dalam waktu singkat.
Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut bila didapatkan adanya nyeri menetap setelah
satu jam dari terjadinya trauma untuk mengesampingkan diagnosis ruptur testis dan
torsio akut.
 Adanya riwayat hidrokel saat lahir serta undescensus testis dapat menjadi predisposisi
terjadinya hernia inguinalis ataupun torsio testis.
 Adanya gejala pada infeksi pada traktus urinarius lebih mengarahkan diagnosa kepada
epididimitis ataupun orkhitis. Gejala ini juga diikuti oleh gejala sistemik seperti demam,

4
nyeri perut, mual atau muntah serta adanya riwayat pernah menderita infeksi pada
traktus urinarius, pemasangan alat pada saluran kemih, trauma maupun tindakan
pembedahan. Kebanyakan proses inflamasi yang terjadi pada anak-anak tidak hanya
berhubungan dengan infeksi yang disebabkan oleh bakteri tapi juga disebabkan oleh
virus, trauma, atau adanya refluks urin.

2. Pemeriksaan Fisik

 Dilakukan pemeriksaan terhadap abdomen untuk mencari adanya nyeri pada regio flank
dan distensi vesika urinaria.
 Pemeriksaan pada region inguinal dilakukan untuk menentukan secara jelas adanya
hernia inguinalis, bengkak maupun eritema.
 Pemeriksaan pada genitalia dimulai dengan melakukan inspeksi pada skrotum. Kedua sisi
diperiksa untuk melihat adanya perbedaan ukuran yang nyata, derajat bengkak, eritema,
perbedaan ketebalan kulit dan posisi testis. Terdapatnya bengkak yang unilateral tanpa
diikuti perubahan warna kulit menandakan adanya hernia atau hidrokel. Bila kulit
skrotum terlihat mengkilat, gambaran blue dot sign dari testis ataupun appendiks
epididimis yang infark akan terlihat. Palpasi dimulai dari daerah inguinal untuk
menyingkirkan hernia inguinalis inkarserata. Kemudian dilanjutkan dengan mempalpasi
di daerah funikulus. Adanya funikulus spermatikus yang menebal dan teraba lembut
mendukung torsio testis, sedangkan bila teraba lembut saja mengindikasikan
epididimitis. Anak laki-laki diperiksa sambil berdiri sehingga dapat dilihat posisi testis.
Adanya peninggian dari salah satu testis menandakan adanya torsio testis.
 Pemeriksaan refleks kremaster. Refleks kremaster negatif pada torsio testis dan tetap
positif pada torsio appendiks epididimis.
 Pemeriksaan transiluminasi untuk membedakan hidrokel dengan hernia.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus urinarius pada
pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Pyuria dengan atau tanpa bakteri mengindikasikan

5
adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah kepada epididimitis. Selain itu perlu juga
dilakukan pemeriksaan darah dan sediment urin.11,12

4. Pemeriksaan Radiologis

Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :11,12

1. Color Doppler Ultrasonography

• Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.

• Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas 82-90%
dan spesifitas 100%.

• Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis


yang echotexture

• Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada skrotum seperti


hematom, torsio appendiks dan hidrokel.

• Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan adanya
perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis sudah mulai terjadi.

2. Nuclear Scintigraphy

• Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk melihat aliran
darah testis.

• Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang
meragukan dengan memakai ultrasonografi.

• Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat
infeksi.

• Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu

6
• Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum merupakan
tanda patognomonik terjadinya torsio.

2.4 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan akut skrotum tergantung dari diagnosis yang ditegakkan. Penyebab


terbanyak yang menimbulkan keluhan nyeri akut pada skrotum dijabarkan sebagai berikut :

EPIDIDIMITIS

1. Definisi

Epididimitis adalah suatu reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis. Reaksi inflamassi
ini dapat terjadi secara akut atau kronis.4

2. Patogenesis

Diduga reaksi inflamasi ini berasal dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat,
atau uretra yang secara ascending menjalar ke epididmis. Dapat pula terjadi refluks urin melalui
duktus ejakulatorius atau penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke epididimitis
seperti pada penyebaran kuman tuberculosis.

Mikroba penyebab infeksi pada pria dewasa muda (< 35 tahun) yang tersering adalah Chlamydia
trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae,sedangkan pada anak-anak dan orang tua yang tersering
adalah E.coli atau Ureaplasma ureaitycum.4

3. Gambaran Klinis

Epididmis akut adlah salah satu keadaan akut skrotum yang sulit dibedakan dengan torsio
testis. Pasien mengeluh nyeri mendadak pada daerah skrotum, diikuti dengan bengkak pada
kauda hingga kaput epididimis. Tidak jarang disertai demam, malese, dan nyeri dirasakan hingga
ke pinggang.4

4. Tanda Klinis

7
Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik
adalah:8,9,10

 Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua testis sama
besar, dan tidak terdapat peninggian pada salah satu testis dan epididimis membengkak
di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Setelah beberapa hari, epididimis dan testis
tidak dapat diraba terpisah karena bengkak yang juga meliputi testis. Kulit skrotum
teraba panas, merah dan bengkak karena adanya udem dan infiltrat. Funikulus
spermatikus juga turut meradang menjadi bengkak dan nyeri.
 Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal
 Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas
karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Namun pemeriksaan ini
kurang spesifik.
 Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis.
 Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu adanya pengeluaran
sekret atau nanah setelah dilakukan masase prostat.
 Biasanya didapatkan eritema dan selulitis pada skrotum yang ringan
 Pada anak-anak, epididimitis dapat disertai dengan anomali kongenital pada traktus
urogenitalis seperti ureter ektopik, vas deferens ektopik, dll.

5. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mengetahui adanya suatu infeksi
adalah:9,10

 Pemeriksaan darah dimana ditemukan leukosit meningkat dengan shift to the left (10.000-
30.000/µl)
 Kultur urin dan pengecatan gram untuk kuman penyebab infeksi
 Analisa urin untuk melihat apakah disertai pyuria atau tidak
 Tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoeae
 Kultur darah bila dicurigai telah terjadi infeksi sistemik pada penderita

8
6. Pemeriksaan Radiologis

Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :9

1. Color Doppler Ultrasonography

• Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan ini lebih banyak
digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya.

• Keefektifan pemeriksaan ini dibatasi oleh nyeri dan ukuran anatomi pasien (seperti ukuran
bayi berbeda dengan dewasa)

• Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri
testikularis. Pada epididimitis, aliran darah pada arteri testikularis cenderung meningkat.

• Ultrasonografi juga dapat dipakai untuk mengetahui adanya abses skrotum sebagai
komplikasi dari epididimitis.

• Kronik epididimitis dapat diketahui melalui pembesaran testis dan epididimis yang disertai
penebalan tunika vaginalis dimana hal ini akan menimbulkan gambaran echoyang
heterogen pada ultrasonografi.

2. Nuclear Scintigraphy

• Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk mengkonfirmasi


hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.

• Pada epididimitis akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras

• Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia akibat
infeksi.

• Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu

9
• Keterbatasan dari pemeriksaan ini adalah harga yang mahal dan sulit dalam melakukan
interpretasi

3. Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG abdomen

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali kongenital pada pasien anak-
anak dengan bakteriuria dan epididimitis.

7. Diagnosis

Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui :

a. Anamnesa

b. Pemeriksaan fisik

c. Pemeriksaan Laboratorium

d. Pemeriksaan penunjang lainnya

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah,
berupa :

a. Penatalaksanaan Medis

Pemilihan antibiotika tergantung pada kuman penyebab infeksi. Pada passion yang
berusia dibawah 35 tahun dengan perkiraan kuman penyebabnya adalah Chlamydia
trachomatis atau Neisseria gonorrhoeae, antibiotik yang dipilih adalah:4

 Amoksisilin dengan disertai probenesid


 Atau ceftriaxone yang diberikan secara intravena
 Selanjutnya diteruskan dengan doksisiklin atau eritromisin per oral selama 10 hari.

10
 Terapi simtomatis untuk menghilangkan nyeri: memakai celana ketat agar testis terangkat
(terletak lebih tinggi), mengurangi aktivitas, atau pemberian anastesi lokal/ topikal.
Untuk mengurangi pembengkakan dapat dikompres dengan es.

b. Penatalaksanaan Bedah

Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi :11

Scrotal exploration

Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis seperti
abses, pyocele, maupun terjadinya infark pada testis. Diagnosis tentang gangguan intrascrotal
baru dapat ditegakkan saat dilakukan orchiectomy.

Epididymectomy

Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang disebabkan oleh kronik
epididimitis pada 50% kasus.

Epididymotomy

Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan epididimitis akut supurativa.

ORCHITIS

1. Anatomi Dan Fisiologi Testis


Testis merupakan organ kelamin pria, terletak dalam scrotum. Testis akan turun sekitar
umur janin 7 bulan menuju scrotum melalui canalis inguinalis dibawah pengaruh hormon
testosterone dari testis.12
Testis sinistra biasanya terletak lebih rendah daripada testis dextra. Masing-masing testis
dikelilingi capsula fibrosa yang kuat disebut tunica albuginea. Dari permukaan dalam
capsula terbentang banyak septa fibrosa yang membagi bagian dalam testis menjadi lobules-

11
lobulus testis. Didalam setiap lobules terdapat 1-3 tubuli seminiferi yang berkelok-kelok.
Tubuli seminiferi bermuara ke rete testis, ductuli efferentes, dan epididimis.12
Pengaturan suhu testis didalam scrotum dilakukan oleh kontraksi musculus dartos dan cremaster yang
apabila berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Temperatur testis dalam scrotum
selalu dipertahankan dibawah temperature suhu tubuh 2-3 ⁰C untuk kelangsungan
spermatogenesis. Molekul besar tidak dapat menembus ke lumen (bagian dalam tubulus) melalui
darah, karenaadanya ikatan yang kuat antar sel sertoli yang disebut sawar darah testis. Fungsi
dari sawar darah testis adalah untuk mencegah reaksi auto-imun. Tubuh dapat membuat antibodi
melawan spermanya sendiri, maka hal ini dicegah dengan sawar.12

Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai spermatogenesis. Testis


berperan pada sistem reproduksi dan sistem endokrin. Fungsi testis:
- Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus, diatur FSH
- Sekresi testosterone oleh sel leydig, diatur oleh LH

Gambar 1: Anatomi Testis


2. Definisi
Orchitis adalah suatu inflamasi testis (kongesti testikular), biasanya disebabkan oleh
faktor-faktor piogenik, virus, spiroseta, parasit, traumatis, kimia atau faktor yag tidak
diketahui.13
Orchitis adalah peradangan testis yang jika bersama dengan epididimitis menjadi
epididimoorkitis dan merupakan komplikasi yang serius dari epididimitis.14

12
Gambar 2: Orchitis

3. Klasifikasi
Menurut Price, 2005 infeksi testis diklasifikasikan sebagai:
1. Orchitis viral
2. Orchitis bacterial piogenik atau orchitis granulomatosa

4. Etiologi14
Virus adalah penyebab orchitis yang paling sering. Orchitis parotiditis adalah infeksi
virus yang paling sering terlihat, walaupun imunisasi untuk mencegah parotiditis pada masa
anak-anak telah menurunkan insiden. 20-30% kasus parotiditis pada orang dewasa terjadi
bersamaan dengan orchitis, terjadi bilateral pada sekitar 15% pria dengan orkitis parotiditis.
Pada laki-laki pubertas atau dewasa, biasanya terdapat kerusakan tubulus seminiferus dengan
resiko infertilitas, dan pada beberapa kasus, terdapat kerusakan sel-sel leydig yang
mengakibatkan hipogonadisme difesiensi testosterone. Orchitis paroditisis jarang terjadi
pada laki-laki prapubertas, namun bila ada, dapat diharapkan kesembuhan yang sempurna
tanpa disfungsi testiskular sesudahnya. Virus lain yang dapat menyababkan orchitis dan
memberikan gambaran klinis yang sama adalah : virus Coxsakie B, Varisela, dan
mononukleosis.
Orchitis bakterial piogenik disebabkan oleh bakteri (Escherichia coli, Klebsiella
pneumonia, Pseudmonas aeruginosa) dan infeksi parasitik (malaria, filariasis,

13
skistosomiasis, amebiasis) atau kadang-kadang infeksi riketsia yang ditularkan pada
epididimitis. Seseorang dengan orchitis parotiditis terlihat sakit akut dengan demam tinggi,
edema, peradangan hidrokel akut, dan terdapat nyeri skrotum yang menyebar ke kanalisis
inguinalis. Komplikasinya termasuk infark testis, abses, dan terdapatnya pus dalam skrotum.
Orchitis granulomaktosa dapat disebabkan oleh sifilis, penyakit mikrobakterial,
aktinomikosis, penyakit jamur, mycobacterium tuberculosis, dan mycobacterium leprae.
Infeksi dapat menyebar melalui funikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran selanjutnya
melibatkan epididimis dan testis, kandung kemih, dan ginjal.

5. Patofisiologi
Kebanyakan penyebab orchitis pada laki-laki yang sudah puber adalah gondongan
(mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam 3 sampai 4 hari setelah
pembengkakan kelenjar parotis. Virus parotitis juga dapat mengakibatkan orchitis sekitar 15
% – 20% pria menderita orchitis akut bersamaan dengan parotitis. Anak laki-laki pra
pubertas dengan orchitis parotitika dapat diharapkan untuk sembuh tanpa disertai disfungsi
testis. Pada pria dewasa atau pubertas, biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan
pada beberapa kasus merusak sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi
testosteron. Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orchitis
parotitika. Tuberkukosis genitalia yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral
pada kutub bawah epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami
ulserasi melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui fenikulus spermatikus menuju testis.
Penyebaran lebih lanjut terjadi pada epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan
ginjal.14

6. Tanda dan gejala14


Tanda dan gejala orchitis berkisar dari ketidaknyamanan ringan pada testikular dan
edema hingga nyeri testicular yang parah dan terbentuknya edema dalam waktu sekitar 4
hingga 6 hari setelah awitan penyakit dengan demam tinggi, mual, dan muntah.
Gejala yang dirasakan meliputi nyeri pada testis hingga ke pangkal paha, pembengkakan
dan kemerahan pada testis, menggigil, dan demam yang dapat bilateral atau unilateral, mual,
muntah, nyeri saat buang air kecil dan nyeri saat hubungan seksual, darah pada semen.

14
Keadaan ini dapat berakibat steril atau impotensi. Terapi terhadap inflamasi ini dengan
istirahat di tempat tidur, kompres panas atau hangat, dan antibiotik (bila perlu).

7. Komplikasi 14
Komplikasi dari orchitis dapat berupa:
i. Testis yang mengecil (Atrofi)
ii. Abses (Nanah) pada kantong testis
iii. Infertilitas (Sulit memiliki keturunan), terutama jika orkhitis terjadi pada kedua testis.

8. Diagnosis
1. Anamnesis
 Orchitis ditandai dengan nyeri testis dan pembengkakan.
 Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang hebat.
 Kelelahan / mialgia
 Kadang-kadang pasien sebelumnya mengeluh gondongan
 Demam dan menggigil
 Mual
 Sakit kepala

2. Pemeriksaan Fisik
 Pembesaran testis dan skrotum
 Erythematous kulit skrotum dan lebih hangat.
 Pembengkakan KGB inguinal
 Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

15
3. Pemeriksaan Penunjang
 Diagnosis orchitis lebih dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik.
 Pemeriksaan darah tidak dapat membantu menegakkan diagnosis orchitis.
 USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis.

9. Tatalaksana14
Pengobatan suportif: Bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting adalah
membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir mirip. Tidak ada
obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus. Pada pasien dengan
kecurigaan bakteri, dimana penderita aktif secara seksual, dapat diberikan antibiotik untuk
menular seksual (terutama gonore dan klamidia) dengan ceftriaxone, doksisiklin, atau
azitromisin. Antibiotik golongan Fluoroquinolon tidak lagi direkomendasikan oleh Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) untuk pengobatan gonorrhea karena sudah
resisten.
Contoh antibiotik:

1. Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif; efikasi
lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa
IM 125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d
16
2. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat 30S
dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi dengan
ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari, Anak: 2-5
mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari
3. Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan
mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran
kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia
dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari
4. Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam
dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.
Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP,
PO tid / qid selama 14 hari
5. Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA, S
epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas
terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan
bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan

TORSIO TESTIS

1. Definisi

Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus yang berakibat terjadinya


gangguan aliran darah pada testis.4

2. Anantomi

Testis normal dibungkus oleh tunika albugenia. Pada permukaan anterior dan lateral,
testis dan epididimis dikelilingi oleh tunika vaginalis yang terdiri atas 2 lapis, yaitu lapisan

17
viseralis yang langsung menempel ke testis dan di sebelah luarnya adalah lapisan parietalis yang
menempel ke muskulus dartos pada dinding skrotum. Pada masa janin dan neonatus lapisan
parietal yang menempel pada muskulus darto masih belum banyak jaringan penyanggahnya
sehingga testis, epididimis, dan tunika vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan
untuk terpluntir pada sumbu funikulus spermatikus. Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut
torsio testis ekstravaginal.4

Gambar . Torsio Testis

3. Etiologi

Etiologi terjadinya torsio testis adalah :9

Anomali kongenital

Undesensus Testis

Aktivitas seksual dan aktivitas yang berlebihan

Trauma tumpul yang mengenai skrotum

18
Perubahan suhu yang mendadak

Ketakutan, batuk

Celana yang terlalu ketat

4. Patoenesis

Secara fisiologis otot kremaster berfungsi menggerakkan testis mendekati dan menjauhi
rongga abdomen guna mempertahankan suhu ideal untuk testis. Adanya kelainan system
penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika bergerak secara
berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu antara
lqain adalah perubahan susu yang mendadak (seperti saat berenang), ketakutan, latihan yang
berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi atau trauma yang mengenai skrotum.

Terpluntirnya funikulus spermatikus menyebabkan obstruksi aliran darah testis sehingga


testis mengalami hipoksia, edema testis, dan iskemia. Pada akhirnya testis akan mengalami
nekrosis.4

5. Gejala Klinis

Pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti
pembengkakan pada testis. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah
sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan apendisitis akut. Pada bayi gejalanya
tidak khas yakni gelisah, rewel atau tidak mau menyusui.4

6. Tanda Klinis

Pada permulaan testis teraba agak bengkak dengan nyeri tekan dan terletak agak tinggi di
skrotum, testis letaknya lebih tinggi dan lebih horizontal dari testis kontra lateral., pada torsi
yang baru terjadi, dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus. Kulit
skrotum menjadi udem, berwarna merah sehingga menyulitkan palpasi serta hilangnya refleks
kremaster, dan Phren sign positif.9

19
Torsio testis yang terjadi pada masa prenatal memiliki tanda berupa massa di skrotum
yang berbentuk bulat dan keras dan pemeriksaan transiluminasi bernilai negatif.15

7. Pemeriksaan Laboratorium16

Hasil pemeriksaan urinalisis biasanya normal, namun pada 30% kasus, ditemukan adanya
leukosit pada urin.

Pada pemeriksaan darah, didapatkan hasil yang normal, namun pada 60% kasus torsio
terdapat peningkatan leukosit yang menandakan telah terjadi proses infeksi

Pemeriksaan C-Reactive Protein (protein fase akut) dapat digunakan untuk membantu
membedakan inflamasi yang disebabkan oleh epididimitis dan proses noninflamasi yang
disebabkan oleh torsio testis. Peningkatan nilai CRP menunjukkan adanya suatu proses
peradangan akut.

8. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologist yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa


torsio testis adalah :9

Color Doppler Ultrasonography

- Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk melihat aliran darah arteri yang menuju testis
sehingga dapat diketahu kelainan yang terjadi pada testis dan pembuluh darahnya.

- Gambaran dari terganggunya aliran darah testis saat terjadi torsio testis tergantung dari
durasi terjadinya torsio.

- Pada torsio yang terjadi kurang dari 6 jam, testis yang terkena akan menunjukkan gambaran
berupa sedikit pembesaran testis dengan sedikit penurunan echogenicity. Setelah 24 jam,
gambaran echogenicity menjadi lebih heterogen, dan hilangnya tanda-tanda viabilitas dari
testis.

20
- Kaput epididimis menjadi membesar karena terjadi kekusutan pada arteri yang berbeda
serta terdapat gambaran spiral yang berliku-liku pada funikulus spermatikus.

- Viabilitas dari testis dapat ditentukan dari echogenicity yang normal, tidak adanya
penebalan dinding skrotum dan ada atau tidaknya hidrokel.

- Kekurangan dari pemeriksaan ini adalah sangat sulit dilakukan pada anak-anak walaupun
testis mereka dalam keadaan normal.

 Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 86%, spesifitas 100%, dan ketepatan 97% dalam
mendiagnosis torsio testis.

Nuclear Scintigraphy

- Pemeriksaan ini dilakukan bila terdapat keragu-raguan dalam melihat aliran darah testis
sehingga tidak salah dalam membedakan torsio testis dengan kondisi lainnya.

- Gambaran scan dapat dikatakan abnormal bila terdapat penurunan penangkapan proton pada
testis yang terkena. Gambaran ini menunjukkan tidak adanya aliran darah pada daerah
tersebut.

- Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 90-100% dalam melihat aliran darah testis.

9. Diagnosis

Diagnosis torsio testis dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik saja
namun bila terdapat keragu-raguan dapat dilakukan konfirmasi diagnosis dengan menggunakan
pemeriksaan penunjang lainnya.16

10. Diagnosis Banding

Diagnosis banding torsio testis adalah semua keadaan darurat dan akut di dalam skrotum
seperti hernia inguinalis inkarserata, epididimitis akut, hidrokel terinfeksi, tumor testis, dan
edema skrotum.4

21
11. Penatalaksanaan

Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi torsio testis adalah:4

Terapi konservatif berupa Detorsi manual yaitu mengembalikan testis ke posisi awalnya
dengan memutar ke arah beralawanan dengan arah torsi. Tindakan ini cukup menyakitkan
dan memerlukan tindakan bedah definitif lanjutan untuk memfiksasi testis. Hilangnya nyeri
setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil.

Tindakan Operasi

Tindakan operasi dilakukan tergantung dari usia pasien dilakukan orchidopeksi bila testis
masih dapat diselamatkan dan orchidektomi bila testis sudah nekrosis.

12. Komplikasi

Tindakan operasi ini dimaksudkan untuk mengembalikan posisi testis pada arah yang
benar (reposisi) dan setelah itu dilakukan penilaian viabilitas testis yang mengalami torsio,
mungkin masih viable (hidup) atau sudah ,mengalami nekrosis. Jiak testis masih hidup maka
dilakukan orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul orkidopeksi pada
testis kontralateral.

Pada testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi)
kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateralnya. Testis yang mengalami nekrosis jika
dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibody antisperma sehingga
mengurangi kemampuan fertilitas di kemudian hari. 4

TRAUMA TESTIS

1. Definisi

Trauma testis didefinisikan sebagai trauma (dapat berupa tumpul dan tajam) yang
menimbulkan pembengkakan pada skrotum disertai hematom pada skrotum dan intratestikular
dan berbagai macam derajat ekimosis pada dinding skrotum.6

22
2. Etiologi

Berbagai macam jenis trauma yang terjadi pada skrotum berupa :5

Avulsi, dapat disebabkan oleh :

- Serangan binatang dan orang lain

- Kecelakaan kendaraan bermotor

- Mutilasi diri sendiri

Trauma tumpul, dapat disebabkan oleh :

- Aktivitas berolahraga

- Kecelakaan kendaraan bermotor

- Diserang oleh orang lain.

Trauma tajam (tembus), dapat disebabkan oleh :

- Diserang oleh orang lain dan binatang

- Kecelakaan kendaraan bermotor

- Memutilasi diri sendiri

3. Patofisiologi

Adanya trauma tumpul maupun trauma tajam pada daerah skrotum menimbulkan cedera
pada skrotum.6

23
4. Gejala Klinis

Pada ananmnesis didapatkan riwayat terjadinya trauma, tidak ada demam, dan segera
setelah terjadinya trauma timbul rasa nyeri hebat, disertai mual, muntah dan kadang sinkop.6,10

5. Tanda Klinis

Pada inspeksi tampak ekimosis, hematom, pembesaran skrotum, luka, dan hilangnya
sebagian kulit (skin avulsi). Pada palpasi, testis dapat tidak teraba atau testis membesar dan
nyeri, didapatkan adanya cairan atau darah di dalam skrotum.6,10

6. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan urin penting untuk membedakan dengan penyebab pembesaran intraskrotal


lainnya, dan membantu mengetahui ada atau tidaknya hematuria sehingga dapat diketahui
adanya trauma pada urethra dan traktus urinarius. Kultur urin dan cairan luka dilakukan untuk
mengetahui ada atau tidaknya infeksi dan kuman penyebab infeksi. Pemeriksaan ini penting
terutama pada luka tusuk.6,10

7. Pemeriksaan Radiologis5.6

Color Doppler Ultrasonografi dengan atau tanpa kontras

- Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui organ-organ yang terkena saat trauma tumpul
terjadi, dilihat dari anatomi organ intraskrotum yang abnormal dan aliran darah testis.

- Pemeriksaan ini sangat perlu dilakukan bila didapatkan adanya hematom intratestikular dan
ekstratestikular dengan tunika albuginea yang masih utuh.

- Tidak adanya aliran darah menuju testis mengindikasikan adanya torsio testis, vascular
avulsion, trombosis pada funiculus spermaticus sehingga perlu dilakukan penanganan
segera.

Retrograde urethrography

24
Pemeriksaan ini dilakukan bila dicurigai adanya suatu trauma pada urethra yang dari
pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda trauma pada urethra seperti hematuria dan prostat
yang melayang pada pemeriksaan colok dubur.

CT Scan

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat lokasi testis yang abnormal, struktur anatomi
intratestikular, dan perfusi pada setiap organ. CT scan yang dilakukan adalah CT scan
abdominopelvik.

8. Diagnosis

Diagnosis definitif trauma testis ditentukan dengan melakukan eksplorasi. Ultrasonografi


skrotum dapat memberi gambaran akurat kerusakan testis sehingga dapat dihindari eksplorasi
yang tidak perlu.10

9. Diagnosis Banding

Dengan ananmnesis yang baik mengenai riwayat trauma, pemeriksaan fisik, laboratorium
dan ultrasonografi, trauma testis dapat dibedakan dengan torsio testis, tumor testis, epididimitis,
maupun hidrokel.10

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan trauma testis dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

Konservatif

Terapi konservatif dilakukan bila hanya terjadi pembengkakan dan nyeri tekan minimal,
atau pada ultrasonografi tidak terbukti terdapat ruptur testis. Terapi konservatif terdiri dari
elevasi skrotum, aplikasi kantong es, dan pemberian antibiotik. Antibiotik diberikan terutama
pada kasus skin avulsion dan luka tusuk pada daerah skrotum.6.10

Tindakan Bedah

25
Tindakan bedah yang dilakukan tergantung dari jenis trauma, seperti :15

- Trauma tumpul pada skrotum

Eksplorasi skrotum dilakukan untuk menyelamatkan testis, mencegah infeksi, mengontrol


perdarahan, dan mempercepat pemulihan. Bila terjadi ruptur epididimis, maka tindakan yang
dilakukan adalah epididimektomi sedangkan bila terjadi torsio testis maka tindakan yang
dilakukan adalah orchidopexy.

- Trauma tusuk (tembus) pada skrotum

Bila terjadi ruptur total pada pembuluh darah, dapat dilakukan reanastomosis
mikrovaskular, sedangkan bila terjadi trombosis pada funikulus spermatikus, maka perlu
dilakukan mikroreimplantasi.

- Skin avulsion

Pada keadaan ini yang perlu dilakukan pertama kali adalah debridement. Bila hanya
kehilangan sebagian besar, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah melakukan penutupan
dengan menjahitkan antar bagian luka dengan benang yang diserap dan menggunakan jarum
yang atraumatik. Bila kulit yang hilang hampir seluruhnya maka perlu dilakukan skin grafting.

11. Komplikasi

Komplikasi yang mungkin timbul akibat terjadinya trauma pada skrotum adalah :6

Infeksi dan timbulnya jaringan nekrotik

Fourniers’s gangren

Atrofi testis

12. Prognosis

Viabilitas dari skrotum sangat tergantung pada devaskularisasi jaringan yang baik.6

26
HERNIA INGUINALIS INKARSERATA

1. Definisi

Hernia inguinalis inkarserata adalah suatu hernia ireponibilis yang sudah mengalami
gangguan vaskularisasi, disertai tanda-tanda ileus obstruktif akibat terjepitnya usus di dalam
anulus inguinalis. Hernia ireponibilis keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah
lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis dan tidak dapat kembali ke cavum
abdominalis kecuali dengan bantuan operasi.. Kanalis inguinalis adalah saluran yang berbentuk
tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis dari perut ke dalam skrotum sesaat sebelum
bayi dilahirkan.17

2. Anatomi

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis internus yang


merupakan bagian terbuka dari fasia tranversalis dan aponeurisis m.transversus abdominis, di
medial bawah, di atas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus,
bagian terbuka dari aponeurosis m.oblikus eksternus, dan didasarnya terdapat ligamentum
inguinale. Kanal berisi funikulus spermatikus pada pria, dan ligamentum rotundum pada
wanita.17

Nervus ilioinguinalis dan iliofemoralis mempersarafi otot di regio inguinalis, sekitar


kanalis inguinalis, dan funikulus spermaticus, serta sensibilitas kulit di regio inguinalis, skrotum
dan sebagian kecil kulit tungkai atas bagian proksimomedial.17

3. Etiologi

Terjadinya hernia inguinalis inkarserata disebabkan oleh terjepitnya usus pada kanalis
inguinalis sehingga menyebabkan timbulnya gangguan vaskularisasi dan tanda-tanda ileus
obstruktif.17

27
4. Patofisiologi

Terjepitnya isi hernia pada annulus inguinalis akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau
struktur di dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan
jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan
serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut.17

5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus seperti perut kembung, muntah, obstipasi, dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi terjadi
gangguan toksik akibat gangrene, gambaran klinik menjadi komplek dan sangat serius. Penderita
mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia, nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneum,
dan pasien menjadi lebih gelisah disertai demam dan menggigil.17

6. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tanda-tanda dehidrasi dan peningkatan suhu
tubuh. Pada inspeksi yang ditemukan adalah benjolan kemerahan yang tidak dapat dimasukkan
lagi, pada palpasi didapatkan nyeri tekan di daerah skrotum dan distensi abdomen, pada perkusi
abdomen didapatkan perut kembung dan hipertimpani, sedangkan pada auskultasi didapatkan
hiperperistaltik usus dan metallic sound. Dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses lokal bila
telah terjadi komplikasi.17

7. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik.17

8. Diagnosis Banding

28
Diagnosis banding dari hernia inguinalis inkarserata adalah keluhan akut skrotum lainnya
dan ileus obstruktif.17

9. Penatalaksanaan19,26

Penanganan Hernia Inkarserata

• Tidak ada terapi konservatif untuk hernia jenis ini. Yang harus dilakukan adalah operasi
secepatnya untuk menghilangkan ileus.

• Jenis operasi :

a. Herniotomi

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai kelehernya. Kantong dibuka
dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit-ikat
setinggi mungkin lalu dipotong

b. Hernioplasti

Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode
hernioplastik seperti memperkecil anulus inguinalis internus dangan jahitan terputus, menutup
dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan m. tranversus internus abdominis
dan m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke ligamentum
inguinale poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia tranversa m. transversus
abdominis, m.oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper pada metode Mc Vay. Bila
defek cukup besar atau terjadi residif berulang diperlukan pemakaian bahan sintesis seperti
mersilene, prolene mesh atau marleks untuk menutup defek.

• Pada hernia inkarserata dapat diperkirakan hal-hal yang akan terjadi pada isi hernia berdasarkan
perhitungan waktu, yaitu :

29
- kurang dari 24 jam setelah diagnosis, dapat dianggap isi hernia baru saja terjepit

- 24-48 jam : isi hernia mulai mengalami iskemik

- 48-72 jam : mulai terjadi ganggren

- 3 hari : isi hernia nekrosis

• Selain dengan perhitungan waktu, keadaan isi hernia juga dapat dilihat dari :

- warna usus (membiru, iskemik atau nekrosis)

- penilaian vaskularisasi

Untuk penilaian vaskularisasi berikan NaCl hangat selama 5 menit pada usus, bila terjadi
perubahan warna dari kebiruan menjadi kemerahan berarti usus masih baik (viable)
bila setelah pemberian NaCl hangat warna usus tetap biru berarti usus telah mengalami
nekrosis (non-viable), harus direseksi secara end to end

- kemampuan peristaltik usus

bila setelah pemberian NaCl hangat terjadi peristaltik berarti keadaan usus masih baik (viable)

• Bila keadaan umum pasien baik tetapi ususnya non-viable, maka setelah herniotomi dilakukan
reseksi usus non-viable tadi lalu lubang hernia ditutup dengan hernioraphy dan hernioplasty.

• Bila keadaan umum pasien jelek, usus non-viable, maka untuk tahap awal tetap dilakukan
herniotomy kemudian usus yang non-viable tadi dikeluarkan dan diletakkan di atas paha yang
dikenal dengan istilah VORLAGERUNG (letakkan di muka/ di luar). Dibuat lubang pada usus
untuk keluarnya feses. Setelah keadaan umum pasien membaik baru operasi dapat dilanjutkan.

• Indikasi Vorlagerung :

- usus non-viable

30
- KU pasien jelek

- Narcose (pembiusan) yang lama

Penatalaksanaan hernia inguinalis inkarserata pada anak dilakukan dengan pasien dipuasakan,
dipasang sonde lambung, infus rumatan dan disuntikkan sedatif sampai pasien tertidur dalam
posisi Tredelenberg. Dengan tertidur, diharapkan tekanan intraperitoneal akan normal kembali
dan diharapkan isi kantong hernia akan masuk kembali ke rongga peritoneal. Bila dalam waktu 6
jam setelah pasien tertidur, hernia tidak berhasil direduksi, herniotomi harus dilakukan dengan
segera.27

Pada bayi dan anak yang mempunyai anatomi inguinal yang normal, tindakan herniotomi hanya
terbatas pada ligasi tinggi, memisahkan sakus, dan mengecilkan annulus inguinalis ke ukuran
yang semestinya.27

10. Komplikasi

Komplikasi hernia inguinalis inkarserata adalah infeksi, hematom skrotalis, hidrokel,


hernia inguinalis rekurens, dan bila isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang
akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan
rongga perut.27

11. Prognosis

Prognosis hernia inguinalis inkarserata tergantung dari lamanya isi hernia terjepit dan
penanganan yang diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Perbaikan klasik
memberikan angka kekambuhan sekitar 1% -3% dalam jarak waktu 10 tahun kemudian.
Kekambuhan disebabkan oleh tegangan yang berlebihan pada saat perbaikan, jaringan yang
kurang, hernioplasti yang tidak adekuat, dan hernia yang terabaikan. Kekambuhan yang sudah
diperkirakan, lebih umum dalam pasien dengan hernia direk, khususnya hernia direk bilateral.
Kekambuhan tidak langsung biasanya akibat eksisi yang tidak adekuat dari ujung proksimal
kantung. Kebanyakan kekambuhan adalah langsung dan biasanya dalam regio tuberkulum
pubikum, dimana tegangazvcn garis jahitan adalah yang terbesar.17

31
BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Akut skrotum merupakan suatu keadaan timbulnya gejala nyeri dan bengkak pada
skrotum beserta isinya yang bersifat mendadak dan disertai gejala lokal dan sistemik yang
memerlukan penanganan yang segera tepat, dan adekuat. Menentukan diagnosis akut skrotum
bukanlah suatu hal yang mudah karena akut skrotum dapat ditimbulkan oleh berbagai macam
sebab dan area pemeriksaan yang lunak membuat pemeriksaan klinis menjadi lebih sulit
sehingga perlu diketahui lebih banyak tentang ciri-ciri yang membedakan dari tiap faktor
penyebab.

32

Anda mungkin juga menyukai