Anda di halaman 1dari 9

Kategori Kata Menurut Tata Bahasa Baku Indonesia

Kata merupakan bentuk yang sangat kompleks yang tersusun atas beberapa unsur . Kata dalam
Bahasa Indonesia terdiri dari atas satu suku kata atau lebih. Kata merupakan unsur atau bagian yang
sangat penting dalam kehidupan berbahasa. Bidang atau kajian mengenai kata telah banyak diselidiki
oleh ahli bahasa. Penyelidikan tersebut menghasikan berbagai teori-teori anatara yang satu dengan
yang lain berbeda-beda. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan sudut pandang anatar ahli
bahasa yang satu dengan yang lainnya. Adanya perbedaan konsep antara ahli yang satu dengan yang
lainnya tentu akan membingungkan dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk mengurangi kebingungan tersebut,dikelompokkanlah jenis kata menurut tata bahas baku.
Dengan pengelompokkan ini diharapkan mampu mengurangi kebingungan dalam pembelajaran bahasa.
Sebagaimana yang kita ketahui, istilah baku berarti suatu bentuk yang sudah menjadi standar bersama.
Karena kaidah-kaidah ini banyak digunakan oleh orang.

Jenis kata menurut tata bahasa baku terdiri atas:

1. Verba
2. Ajectiva
3. Nomina
4. Pronomina
5. Numerelia
6. Adverbia
7. Kata tugas

1. Verba
Kita harus menyadari bahwa dalam bahasa indonesia ada dua dasar yang dipakai dalam
pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks,tetapi telah mandiri karena memiliki makna, dan
bentuk dasar-dasar berafiks atau turunan. Dari bentuknnya, verba dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu sebagai berikut.

a. Verba dasar bebas


Verba dasar yaitu verba yang berupa morfem dasar bebas. Contohnya:
duduk,makan,mandi,minum,pergi,pulang,dan lain-lain.
b. Verba turunan
Verba turunan yaitu verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi,gabungan proses atau
berupa paduan leksem. Sebagai bentuk turunan dapat kita jumpai :
1) Verbaberafiks,contohnya:ajari,bernyanyi,bertaburan,
bersentuhan,ditulis,jahitkan,kematian,melahirkan,menari,menguliti,menjalani,kehilangan,
berbuat,terpikirkan.
2) Verba bereduplikasi, contohnya: bangun-bangun, makan-makan
3) Verba berprosese gabungan, contohnya: bernyanyi-nyanyi,tersenyum-senyum,
terbayang-bayang
4) Verba mejemuk, contohnya: mencari mata, campur tangan,unjuk gigi

Dilihat dari banyaknya nomina yang mendampinginnya, verba dapat dibedakan menjadi:

a. Verba infrasitif, yaitu verba yang menghindarkan objek, contohnya: ada,kembali,bangkit,


bangun,tiada,terbang.
b. Verba transitif,yaitu verba yang bisa atau harus mendampingi objek berdasarkan banyaknya
objek, maka terdapat :
1) Verba monotransitif,yaitu verba yang mempunyai satu objek.
2) Verba bitransitif, yaitu verba yang mempunyai dua objek.
3) Verba ditransitif , yaitu verba transitif yang verbanya tidak muncul, contohnya: adik sedang
makan.
Dilihat dari hubungan verba dengan nomina , dapat dibedakan sebagai berikut.
a. Verba aktif, yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai pelaku verba demikian biasanya
berprefiks me-, ber-,atau tanpa prefiks.
Contohnya: Dia mencintai saya
Saya makan nasi
Apabila ditandai oleh sufiks –kan,maka verba itu benefaktif atau kausatif.
Contoh:
1) Ia membuatkan saya baju
2) Ibu memasakkan kami makanan.
Apabila ditandai dengan sufiks-i, maka verba bermakna lokotif atau repetitif.
Contoh:
1) Pak Tani menanami sawah.
2) Adik menyirami bunga.
3) Orang itu memukuli anjingnya.
4) Paman menguliti kambing.
b. Verba pasif, yaitu verba yang subjeknya berperan sebagai penderita, sasaran , atau hasil.
Biasanya diawali dengan refiks ter-atau di- ,
Contoh:
1) Paku dipukul ayah.
2) Buku itu terinjak olehku.

Pada umumnya verba pasif dapat diubah menjadi verba aktif, yaitu dengan menggantikan
afiksnya.
Contoh:
1) Adik sayang ayah. Ayah menyanyangi adik
2) Meja itu terangkat oleh adik Adik dapat mengangkat meja itu
c. Verba anti aktif(argatif), yaitu verba pasif yang tidak dapat diubah menjadi verba aktif, dan
subjeknya merupakan penderita.
Contoh:
1) Ibu kecapaian di bus
2) kakinya tersandung batu.
d. Verba anti –pasif, yaitu verba aktif yang tidak dapat diubah menjadi verba pasif.
Contoh :
1) Ia haus akan kasih sayang.
2) Pak Tani bertanam singkong.

Dilihat dari interaksi antara nomina dan pendampingnya dapat dibedakan seperti berikut.
a. Verba resiprokal, yaitu verba yang menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak, dan
perbuatan tersebut dilakukan dengan saling berbalasan. Kedua belah pihak terlibat perbuatan ,
Contohnya: berkelahi,berperang,bersentuhan,berpegangan,bermaaf-maafan, bersalam-salaman.
b. Verba nonresiprokal, yaitu verba yang tidak menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh dua
pihak dan tidak saling berbalasan.

Dilihat dari sudut refrensi argumennya dapat dibedakan seperti berikut:


a. Verba refleksi,yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referen yang sama. Verba ini
mempunyai dua bentuk yaitu,
1) Verba yang berfresiks ber-, dan nominannya berpaduan dengan prefiks itu, contohnya:
bercermin,berdandan,berjemur.
2) Verba yang berprefiks me-, bersufiks –kan, dan berobjek diri, contohnya: melarikan
diri,membaringkan diri.
b. Verba nonrefleksi, yaitu verba yang kedua argumennya mempunyai referan yang berbeda atau
berlainan.

Dilihat dari sudut hubungan identifikasi antara argumen-argumennya dapat dibedaka seperti berikut.
a. Verba kopulatif,yaitu verba yang mempunyai potensi untuk ditanggalakan tanpa mengubah
konstruksi preduktrif yang bersangkutan. Contohnya: adalah,merupakan.
b. Verba ekuatif,yaitu verba yang mengungkapkan ciri salah satu argumennya, contohnya:
menjadi,terdiri atas,berdasarkan,bertambah,berasaskan.

Verba telis dan verba atelis


Verba telis biasanya berfrefik me-, dan verba atelis berfrefik ber-, verba telis menyatakan bahwa
perbuatan tuntas sedangkan verba atelis menyatakan bahwa perbuatan belum tuntas atau belum
selesai.
Contoh:
1. Pak Tani menanam padi.
2. Pak Tani bertanam padi.
3. Ia menukar pakaian itu.
4. Ia bertukar pakaian.

Verba performatif dan verba konstatif


a. Verba performatif,yaitu verba dalam kalimat yang secara langsung mengungkapkan pertuturan yang
dibuat pembicaraan pada waktu mengajar kalimat, contohnya: berjanji,
menanamkan,menyebutkan,mengucapkan.
b. Verba konstatatif,yaitu verba dalam kalimat yang menyatakan atsau mengandung gambaran tentang
suatu peristiwa,contohnya: menembaki,menulis.
2. Adjektiva
Adjektiva adalah kategori yang ditandai dengan kemungkinannya untuk.
a. Bergabung dengan partikel tidak
b. Mendampingi nomina
c. Didampingi partikel seperti lebih, sanagat,agak
d. Mempunyai ciri-ciri morfologis,seperti –er, -if,-i
e. Dibentuk menjadi nomina dengan komfiks ke-an

a. Adjektiva dasar dapat diisi dengan kata sangat, lebih.


Contoh: adil, bagus, deras, agung, bahagia, disiplin, aman, bebas, fatal, anggun, berani, fanatik,
dan sebagainya.
Yang tidak bisa diisi dengan kata sangat, lebih.
Contoh: buntut, genap, langsung, pelak, cacat, interlokal, daun, tentu, gaib, kejur, musnah,
tunggal, ganda, lancang, niskala.
b. Adjektiva turunan
1) Adjektiva turunan berafiks, misalnya terhormat.
2) Adjektiva turunan bereduplikasi
Contoh: elok-elok, muda-muda, gagah-gagah, ringan-ringan
3) Adjektiva berafiks ke-an, contohnya: kesakitan, kesepian.
4) Adjektiva berafiks –I,
Contoh: abdi, hewani, alami, duniawi.
5) Adjektiva yang berasal dari berbagai kelas dengan proses-proses berikut.
a) Deverbalisasi
Contoh: melengking, menyenangkan, mengembirakan, terpandang
b) Denominalisasi
Contoh: ahli, berguna, luas, berakar, bermanfaat, malam, berbisa, dermawan, membudaya
c) De-adverbalisasi
Contoh: berkurang, menyengat, bertambah
d) Denumeralia
Contoh: manunggal, menyeluruh, mendua
e) De-interjeksi
Contoh: aduhai, sip, wah, asoi, yahud
c. Adjective majemuk
1) subordinatif
Contoh: buta warna, panjang akal, besar mulut, terang hati,
2) koordinatif
Contoh: aman sentosa, lemah lembut, besar kecil, suka duka

Ada dua macam kategori adjektiva


a. Adjektiva predikatif, yaitu adjektiva yang dapat menempati posisi predikat dalam klausa,
contohnya: hangat, sulit, mahal. Adjektiva atributif, yaitu adjektiva yang mendampingi nomina
dalam frasa nominal, contohnya: nasional.
b. Adjektiva bertaraf, yaitu adjektiva yang dapat berdampingan dengan agak, sangat, seperti:
pekat,makmur. Adjektiva tak bertaraf adalah adjektiva yang tidak dapat berdampingan dengan
agak, sangat, contohny: intern.
Pemakaian adjektiva
a. Tingkat positif, yaitu suatu tungkat yang menerangkan bahwa nomina dalam keadaan biasa.
Contoh:
1) Rumah Husein besar.
2) Rumah Husein sama besar dengan rumah Ramli.
b. Tingkat komparatif, yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan nomina lain.
Contoh:
Rumah Husein lebih besar daripada rumah Ramli.
c. Tingkat superlatif, suatu tingkat yang menerangkan bahwa keadaan nomina melebihi keadaan
beberapa atau semua nomina lain yang dibandingkannya.
Contoh:
1) Anton murid yang paling pandai di kelas itu.
2) Anton murid terpandai di kelas itu.
d. Eksesif,yaitu suatu tingkat, yang menerangkan bahwa keadaan nomina berlebih-lebihan.
Contoh:
1) Pertunjukkan malam itu sangat ramai sekali.
2) Karena dimanja, anak itu terlalu amat nakalnya.
3) Angin topan yang bukan main kuatnya.

3. Nomina
Nomina adalah kategori yang secara sintaksis tidak mempunyai potensi untuk bergabung
dengan partikel tidak, mempunyai potensi untuk didahului oleh partikel dari. Ada beberapa jenis
nomina, yaitu sebagai berikut.
a. Nomina dasa, contohnya: batu, radio, kemarin, kertas, udara.
b. Nomina turunan
1) Nomina berafiks, contohnya: keuangan, perpaduan.
2) Nomina reduplikasi, contohnya: tetamu, rumah-rumah.
3) Nomina hasil gabungan proses, contohnya: batu-batuan, kesinambungan.
4) Nomina yang berasal dari berbagai karena proses:
a) Deverbalisasi, contohnya: pemandian, kebersamaan.
b) Deakjitivalisasi, contohnya: ketinggian, leluhur.
c) Deaverbalisasi, contohnya: kelebihan, keterlaluan.
d) Penggabungan: jathnya, tridarma.
c. Nomina paduan leksem, contohnya: daya juang, jejak langkah, loncat indah.
d. Nomina paduan leksem gabungan, contohnya: pengambilalihan, pendayagunaan.

Pemakaian nomiana
a. Penggolongan benda yang dipakai bersamaan dengan numeraliu untuk menandai kekhususan
nomina tertentu. Contoh penggolongan benda: bahu, batang, ekor, kecap, puncak, tangkai.
Nomina tempat dan arah, contohnya: kanan, kiri, depan, belakang.
b. Tiruan bunyi, contohnya: deru, deram, dan sebagainya.
c. Makian: bangsat, jahannam, dan sebagainya.
d. Sapaan. Ada beberapa jenis nomina yang dipakai untuk menyapa.
1) Nama diri, contohnya: “ Mari ke sini,Ali. ”
2) Nomina kekerabatan, contohnya: “ Pak, apa artinya ini ? “
3) Gelar dan pangkat, contohnya: “ Selamat pagi, Dok. ”
4) Kata pelaku yang berbentuk pe- + verba, contohnya: pendengar
5) Bentuk nomina + -ku, contohnya: “ Oh Tuhan-ku lindungilah kami. “
6) Nomina lain: “ Ini topi , Tuan. “
e. Kuantifa, contohnya: bahu, botol, ikat, gelas, papan, teras.
f. Ukuran, contohnya: gram, kilo, sentimeter.
g. Penunjuk waktu, contohnya: pagi, Minggu, zaman
h. Hipostatis, yaitu kata berkelas apa saja yang “diangkat” dari wacana dan dibicarakan dalam
metabahasa seperti: kata berat dalam kalimat “ Berat terdiri atas lima fonem dan maknanya
berlawanan dengan ringan.”

Nominalisasi
Proses noominalisasi adalah proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas
kata yang lain. Proses ini dapat terjadi dengan
a. Afiksasi, contohnhya: pembicara, kekasih, anjuran, lautan, kemenangan,keberanian, permintaan;
b. Penambahan partikel isi dan sang di depannya, contohnya: si kancil, si manis;
c. Proses nominalisasi dengan yang, contohnya: yang lain, yang manis, yang manja.

4. Pronomina
Pronomina adalah kategori yang berfungsi untuk menggantikan nomina. Apa yang digantikannya
itu disebut antiseden.

Pemakaian pronomina
a. Dalam ragam nonstandar, jumlah pronomina lebih banyak daripada yang terdaftar tersebut
karena pemakian nonstandar bergantung dari daerah pemakaiannya.
b. Dalam bahasa kuno juga terdapat pronomina seperti : patik dan baginda.
c. Semua pronomina hanya dapat mengganti nomina orang, nama orang, atau hal-hal lain yang
dipersonifikasikan: “ kita sudah kehabisan beras, biarlah saya yang membelinya.”

5. Numeralia
Numeralia adalah kategori yang dapat mendampingi nomina dalam kontruksi sintaksis,
mempunyai potensi untuk mendampingi numeralia lain, dan tidak dapat bergabung dengan tidak
atau dengan sangat.
Subkategorisasi
Numeralia takrif, yaitu numeralia yang menyatakan jumlah yang tentu. Golongan ini dibagi
menjadi sebagai berikut.
a. Numeralia utama ( koordinat )
1) Bilangan penuh, adalah numeralia utama yang menyatakan jumlah tertentu , contohnya:
satu,dua, puluh, ribu. Numeralia utama dapat dihubungkan langsung dengan satuan waktu,
harga uang, ukuran panjang, berat, isi, dan sebagainya.
2) Bilanagan pecahan, yaitu numeralia terdiri atas pengbilang dan penyebut, yang diduduki
partikel per , contohnya: dua pertiga, lima perenam.
3) Bilangan gugus, contohnya: likur. Bilangan antara 20 dan misalnya: selikur=21, dualikur 22,
lusin=12, gross=144.
b. Numeralia tingkat
Numeralia tingkat adalah numeralia takrif yang melambangkan urutan dalam jumlah dan
berstruktur ke + Num, ke- merupakan prefiks dan num menyatakan numeralia bilangan.
Contoh:
1) Catatan kedua sudah diperbaiki
2) Ia orang kedua di departemennya.
c. Numeralia kolektif
Numeralia kolektif adalah numeralia takrif yang berstruktur Ke + Num, ber- + N, ber- + mr,
ber- + Num R atau Num + ar.
Numeralia kolektif yang berstruktur Ke + Num tempatnya dalam frasa selalu mendahului
nomina.
Contoh: Dipandangnya kedua gadis itu dengan penuh keheranan.
Numeralia tak takrif adalah numeralia yang menyatakan jumlah yang tak tentu, contohnya:
suatu, beberapa, berbagai, pelbagai, tiap-tiap, sebagian. Numeralia tidak pernah dibentuk dari
kategori lain, tetapi dapat berpindah kelas menjadi verba seperti dalam mendua, persatuan, atau
menjadi nomia seperti kesatuan, persatuan, perduaan, pertigaan, perempatan.

6. Adverbia
Adverbia adalah kategori yang dapat mendampingi adjektiva, nuneralia, atau proposisi dalam
konstruksi sintaksis. Dalam kalimat ia sudah pergi, kata sudah merupakan adverbia, bukan karena
mendampingi verba pergi, tetapi karena mempunyai potensi untuk mendampingi adjektiva.
Jadi, adverbia dapat mendampingi verba dalam konstruksi sintaksis, namun adanya verba ini
bukan menjadi ciri adverbia. Adverbia tidak boleh dikacaukan dengan keterangan karena adverbia
merupakan konsep kategori, sedangkan keterangan merupakan konsep fungsi.
Ada dua jenis adverbia, yaitu sebagai berikut.
a. Adverbia intraklausal yang berkonstruksi dengan verba, adjektiva, numeralia, atau adverbia lain.
Contoh: alangkah, gus, pula, agak, hampir, rada-rada, agak-agak, hanya, saja, amat sangat,
harus, saling
b. Adverbia ekstraklausal, yang secara sintaksis mempunyai kemungkinan untuk berpindah-pindah
posisi dan secara sintaksis mengungkapkan perihal atau tingkat proposisi secara keseluruhan,
contohnya: barangkali, bukan, justru, memang, mungkin.
Adverbia dapat ditemui dalam bentuk dasar dan dalam bentuk turunan.
1) Adverbia dalam bentuk dasar bebas
Contoh: alangkah, agsk, bisa, hampir, masih, memang, paling, nian, niscaya, sangat
2) Adverbia turunan, terbagi atas:
a) Adverbia turunan yang tidak berpindah kelas terdiri atas:
1) Adverbia bereduplikasi, contohnya: agak-agak, bisa-bisa, jangan-jangan,
rada-rada
2) Adverbia gabungan, contohnya: belum boleh, tidak boleh, tidak mungkin lagi,
belum tentu
b) Adverbia turunan yang berasal dari berbagai kelas, terdiri atas:
1) Adverbia berafiks, yaitu denga prefiks ter-, contohnya: terlalu dan terlampau
2) Adverbia dari kategori lain karena reduplikasi yang dbagi lagi menjadi :
(a) Denominal, contohnya: akhir-akhir, malam-malam, malu-malu, pagi-pagi
(b) Depronominal,contohnya: sendiri-sendiri
(c) Adverbia de-akjetiva, contohnya: awas-awas, baik-baik, benar-benar
(d) Adverbia denumeralia, contohnya: sedikit-sedikit, dua-dua
(e) Adverbia deverbal, contohnya: kira-kira, tahu-tahu
3) Adverbia yang terjadi dari gabungan kategori lain dan pronomina
A + -nya,contohnya: agaknya, harusnya
N + -nya, contohnya: rasanya, rupanya
V + -nya, contohnya: hendaknya, kiranya
A + -nya, contohnya: biasanya, layaknya
Num + -nya, contohnya: seluruhnya, biasanya
4) Adverbia deverbal gabungan, contohnya: mau tak mau, masih belum juga, tidak terkatakan
lagi.
5) Adverbia de-akjektiva gabungan, contohnya: tidak jarang, tidak lebih, terlebih lagi, kerap
kali, acap kali.
6) Gabungan proses:
Se- + A + -nya, contohnya: sebaiknya, sebenarnya, sesungguhnya.
Se- + V + -nya, contohnya: seharusnya, sedapatnya

Pemakaian adverbia
Adverbia dlam bahasa indonesia digunakan untuk menerangkan aspek, modalitas, kuantitas,
dan kualitas dari berbagi verba, adjektiva, numeralia, dan adverba lainnya. Aspek menerangkan
apakah suatu pekerjaan, peristiwa, atau sifat sedang berlangsung ( duratif ), sudah selesai
berlangsuang ( perfektif ), belum selesai ( imperfek ), atau mulai berlangsung. Modalitas
menerangkan sikap atau suasana pembicara yang menyangkut perbuatan, peristiwa, keadaan.
Kualitas menjelaskan sifat atau nilai suatu perbuatan, peristiwa, keadaan, atau sifat.
a. Adverbia sebagai penanda aspek
Contoh:
Biarkan saja! Dia lagi jahil.
Pada kalimat di atas, penanda aspek adalah lagi.
Jenis aspek adalah duratif.
Gunung itu sudah gundul.
Pada kalimat di atas, penanda aspek adalah sudah.
Jenis aspek adalah perfektif.
b. Adverbia sebagai penanda modalitas
Contoh:
Mereka belum haus.
Penanda modalitasnya belum.
Saya harus lantang bersuara.
Penanda modalitasnya harus.
c. Adverbia sebagai penanda kuantitas
Contoh:
Ahmad mengerjakan pekerjaanya sekaligus kemarin.
Penanda kuantitas gus.
Mereka saling mencintai.
Penanda kuantitasnya saling.
d. Adverbia sebagai penanda kualitas
Contoh:
Alangkah cantik wajah gadis itu.
Penanda kualitasnya alangkah.
Hati-hati, dia rada gila.
Penanda kualitasnya rada.
7. Kata Tugas
Kata tugas hanya mempunyai arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Arti suatu kata tugas
ditentukan bukan oleh kata itu secara lepas, melainkan oleh kaitannya dengan kata lain frasa atau
kalimat.
Ciri kata tugas adalah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata
lain. Jika verba datang kita dapat menurunkan kata lain seperti mendatangi, mendatangka, dan
kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata
tugas sebab dan sampai, tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang bentuknya sama, tetapi
kategori berbeda. Kelas kata tugas merupakan kelas kata tertutup.

Klasifikasi kata tugas


a. Preposisi
Ditinjau dari semantisnnya, preposisi juga disebut kata depan menandai berbagai hubungan
makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya.
b. Konjungtor
Dinamakan juga kata sambung, adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa
yang sederajat: kata dengan kata,frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
c. Interjeksi
Interjeksi atau kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati pembicara. Secara
struktural, interjeksi tidak bertalian dengan unsur kalimat yang lain. Menurut bentuknya,
interjeksi ada yang berupa bentuk dasar dan ada yang berupa bentuk turunan.
d. Artikula
Artikula adalah kata tugas yang membatasi makna nomina.
e. Partikel penegas
Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan
hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas yaitu:
-lah, -kah, -tah, dan pun. Tiga yang pertama berupa klitika sedangkan yang keempat tidak.
1) Partikel –kah
2) Partikel –lah
3) Partikel –tah
4) Partikel pun

Anda mungkin juga menyukai