Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH Indole 3-Acetic Acid (IAA) DAN Kinetin (KIN) TERHADAPN

PERKECAMBAHAN BIJI SELEDRI (Apium graveolens)


Debora Naomi, Ayu Novitasari*), Victoria T.B. Siahaan, Reni Indrayanti
Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta
Email :

ABSTRAK
Tumbuhan memiliki fitohormon yang berperan dalam mengatur pertumbuhan, salah
satunya IAA dan kinetin. Fitohormon merupakan bahan atau zat pengatur tumbuh
tanaman yang mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Tujuan
dari percobaan ini adalah mengetahui pengaruh Indole 3-acetic acid (IAA) dan
kinetin (KIN) terhadap perkecambahan benih seledri (Apium graveolens L.). Metode
yang digunakan ialah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan perlakuan ZPT
IAA 30 menit (A1B1), IAA 60 menit (A1B2), KIN 30 menit (A2B1), dan KIN 60 menit
(A2B2). Hasil pengamatan dianalisis dengan uji sidik ragam. Hasil yang didapatkan
ialah viabilitas benih 6 hst pada IAA 30 menit, IAA 60 menit, KIN 30 menit, dan
KIN 60 menit masing-masing adalah 20%, 26,7%, 33,3%, dan 26,7%. Viabilitas
benih 13 hst pada IAA 30 menit, IAA 60 menit, KIN 30 menit, dan KIN 60 menit
masing-masing adalah 63,3%, 70%, 56,7%, dan 66,7%. Berdasarkan analisis sidik
ragam, tidak terdapat pengaruh signifikan jenis ZPT dan lama perendaman. Hasil ini
tidak sesuai dengan literatur dapat disebabkan benih seledri mengalami dormansi,
waktu perendaman yang kurang lama, konsentrasi ZPT yang tidak tepat, variabilitas
genetik dari benih, dll.
Kata kunci : IAA, KIN, viabilitas benih

PENDAHULUAN
Pekecambahan adalah pertumbuhan awal daripada suatu tumbuhan setelah
melewati masa perkembangan embrionya di dalam biji, yang kemudian akan tumbuh menjadi
tumbuhan baru dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik dari luar maupun dari dalam biji
itu sendiri (Fatmawati, 2015). Proses perkecambahan berlangsung secara bertahap dan
meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis. Fitohormon memulai dan
memperantarai proses perkecambahan yang penting.
Fitohormon merupakan bahan atau zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan
oleh tanaman itu sendiri. Zat ini bekerja secara efektif pada kadar yang sangat rendah.
Fitohormon ditranspor dengan berkas pengangkut dan kadang-kadang tempat bekerjanya juga
merupakan tempat pembuatannya, namun berbeda sel. Zat pengatur tumbuh mencakup zat-
zat endogen maupun zat-zat eksogen (sinetik) dan berperan mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman untuk kelangsungan hidupnya (Wattimena, 1988). Saat ini, telah
terdapat senyawa-senyawa sintetik yang berhasil dibuat dan memiliki aktivitas sama dengan
fitohormon. Dua contoh dari senyawa sintetik tersebut ialah IAA (Indole 3-Acetic Acid) dan
KIN (Kinetin).
IAA merupakan golongan hormon auksin yang umumnya diproduksi oleh sel yang
berada di pucuk atau di tunas tumbuhan, serta di daun muda. IAA memiliki berbagai macam
efek terhadap tumbuhan, seperti pemanjangan dan pembelahan sel tumbuhan, yang
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, termasuk
perkecambahan. Terdapat indikasi bahwa IAA dapat meningkatkan sintesis protein. Dengan
adanya kenaikan sintesis protein, maka dapat digunakan sebagai sumber tenaga dalam
pertumbuhan dan perkecambahan (Sriyanti & Wijayani, 1994).
Kinetin merupakan golongan hormone sitokinin yang mempunyai fungsi utama
yaitu dalam hal pembelahan sel dan pembentukan organ. Dengan bantuan IAA, kinetin
mempercepat pembentukan tumor pada akar sehingga mampu melancarkan masuknya air dan
zat terlarut di dalamnya untuk kepentingan metabolisme sel. Kinetin dapat merangsang
pembelahan sel dan pembesaran sel, memacu perkembangan lanjut etioplas menjadi
kloroplas khususnya mendorong pembentukan grana, setelah itu kinetin meningkatkan
pembentukan klorofil (Kimball, 2013). Adapun tujuan percobaan ini ialah untuk mengetahui
pengaruh Indole 3-Acetic Acid (IAA) dan Kinetin (KIN) terhadap perkecambahan biji seledri
(Apium graveolens).

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan adalah cawan petri dan kapas. Bahan yang digunakan
adalah biji seledri (Apium graveolens), larutan Indole 3-Acetic Acid (IAA) 10 ppm,
Kinetin 2 ppm, dan Klorox 10%.
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan dilakukan pada tanggal 5-19 November 2019 di Laboratorium Fisiologi
Kampus B, Universitas Negeri Jakarta. Biji seledri disterilisasi dengan cara direndam
dalam larutan klorox 10% selama 10 menit, kemudian biji diberikan empat perlakuan
yaitu: 1) direndam dalam larutan IAA 10 ppm selama 30 menit (A1B1), 2) direndam
dalam larutan IAA 10 ppm selama 60 menit (A1P2), 3) Direndam dalam larutan KIN
5 ppm selama 30 menit (A2P1), dan 4) direndam dalam larutan KIN 5 ppm selama 60
menit (A2P2). Selanjutnya, biji seledri dikecambahkan dalam cawan petri yang telah
dialasi kapas. Biji diamati perkecambahannya setiap hari (kecuali Sabtu dan Minggu)
terhadap hari berkecambah dan jumlah biji yang berkecambah selama 2 minggu. Data
diolah dengan menghitung rata-rata jumlah biji yang berkecambah dan persentase
perkecambahan. Olah data saudara dengan menggunakan statistic deskriptif (± SE
dan ± SD).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada percobaan ini, kami mengamati pengaruh ZPT dan lama perendaman
terhadap perkecambahan benih seledri. Parameter yang kami amati ialah viabilitas
benih pada hari ke-6 dan 13 setelah tanam.
Tabel 1. Data rerata viabilitas benih dari keempat perlakuan.

IAA 30 IAA 60 KIN 30 KIN 60


menit menit menit menit
Viabilitas
benih (%)* 6 hst 20 ± 17,3 26,7 ± 23,1 33,3 ± 30,5 26,7 ± 23,1

13 hst 63,3 ± 15,3tn 70 ± 10 tn 56,7 ± 5,8 tn 66,7 ± 28,9 tn


* data merupakan rerata ± SE
tn
tidak terdapat perbedaan nyata dengan analisis sidik ragam.

Data dianalisis dengan uji sidik ragam (Tabel 1) dan menunjukkan pemberian
ZPT yang berbeda (IAA dan KIN) dan perbedaan waktu perendaman tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap viabilitas benih seledri pada hari ke-13. Pada
diagram batang (Gambar 1), terlihat juga bahwa jenis ZPT dan waktu perendaman
tidak ada beda secara signifikan.
80
70

Viabilitas benih (%)


60
50
40
30
20
10
0
IAA 30' IAA 60' KIN 30' KIN 60'
Jenis ZPT

6 HST 13 HST

Gambar 1. Diagram batang viabilitas benih pada empat perlakuan ZPT dan waktu
perendaman.

Hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan penelitian Asaf et al. (2014)
yang menggunakan auksin dalam mengecambahkan benih wortel (Apiaceae).
Hasilnya ialah auksin menghambat perkecambahan pada benih wortel. Auksin dan
ABA bekerja secara sinergis dimana auksin memberi sinyal kepada ABA (asam
absisat) untuk menghambat perkecambahan. Namun, IAA tidak dapat menghabat
perkecambahan biji jika tidak ada ABA. Hal ini menunjukkan bahwa penghambatan
perkecambahan benih yang dimediasi auksin tergantung pada ABA. Secara
keseluruhan, fungsi ABA dalam perkecambahan sebagian besar bergantung pada
jalur pensinyalan auksin yang dimediasi oleh Transport inhibitor response1
(TIR1)/Additional F box protein (AFB)-AUX/Indole-3-acetic acid (IAA)-AUXIN
RESPONSE FACTOR (ARF) (Liu et al., 2013). Ada dua mekanisme yang
memungkinkan fungsi auksin sinergis dengan ABA: auksin merangsang biosintesis
ABA, atau mengaktifkan respons ABA. Liu et al. (2013) menyatakan bahwa
kemungkinan besar aukin mengatur komponen pensinyalan ABA-spesifik benih.
ABI3, ABI4, dan ABI5 adalah tiga komponen utama dari pensinyalan ABA-spesifik
benih. Namun, hanya ABI3 yang berfungsi dalam dormansi benih ABA yang
dimediasi.
Sedangkan, KIN merupakan salah satu jenis sitokinin. Menurut penelitian
Nikolic et al. (2006), KIN menstimulasi perkecambahan pada konsentrasi 3,50 μM.
Sitokinin dan ABA berperan secara antagonis dalam mengatur perkembangan
tumbuhan. Diketahui pada banyak spesies, sitokinin dapat mematahkan dormansi
benih dengan meningkatkan biosintesis etilen (Kucera et al., 2005).
Untuk lama perendaman, hasil yang kami dapatkan tidak sesuai dengan
penelitian Yarnia dan Tabrizi (2012) yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap lama perendaman benih dalam ZPT terhadap viabilitas benih.
Ketidaksesuaian ini dapat dikarenakan benih seledri yang mengalami dormansi
(Thomas dan Staden, 1995), waktu perendaman yang kurang lama, konsentrasi ZPT
yang kurang tepat, genetik dari benih, dll.

Gambar 2. Benih seledri pada 6 hst

Gambar 3. Benih seledri pada 13 hst

KESIMPULAN
Pemberian ZPT yang berbeda (IAA dan KIN) dan perbedaan waktu perendaman tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap viabilitas benih seledri pada hari ke-13. Hasil
ini tidak sesuai dengan literatur dapat disebabkan benih seledri mengalami dormansi,
waktu perendaman yang kurang lama, konsentrasi ZPT yang tidak tepat, variabilitas
genetik dari benih, dll.
DAFTAR PUSTAKA
Assaf, S., Imran, Q.M., Jan, R., Lubna, Khatoon, A., Jung, H., Rehman, S.U. (2014).
Plante Derived Smoke Promotes Seed Germination and Alleviates Auxin Stress
in Carrot. ARPN Journal of Agricultural and Biological Science. 9(9): 308-314.
Kimball, J. W. (2013). Biologi. Boston: Addison-Wesley Publishing Company.
Kucera, B., Cohn, M.A., Leubner-Metzger, G. (2005). Plant hormone interactions
during seed dormancy release and germination. Seed Science Reseearch. 15:
281-307.
Liu, X., Zhang, H., Zhao, Y., Feng, Z., Li, Q., Yang, H., Luan, S., Li, J., dan He, Z.
(2013). Auxin controls seed dormancy through stimulation of absisic acid
signaling by inducing ARF-mediated ABI3 activation in Arabidopsis. PNAS.
110(38): 15485-15490.
Nikolic, R., Mitic, N., Miletic, R., dan Neskovic, M. (2006). Effects of Cytokinins on
In Vitro Seed Germination and Early Seedling Morphogenesis in Lotus
corniculatus L. Journal of Plant Growth Regulation. 25: 187-194.
Sriyanti, D.P.H. & A. Wijayanti, 1994. Teknik Kultur Jaringan : Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif-Modern. Penerbit Kanisius:
Yogyakarta
Thomas, T.H. dan Staden, J.V. (1995). Dormancy break of celery (Apium graveolens
L.) seeds by plant derived smoke extract. Plant Growth Regulation. 17(3): 195-
198.
Yarnia, M. dan Tabrizi, M. (2012). Effect of Seed Priming with Different
Concentration of GA 3, IAA and Kinetin on Azarshahr Onion Germination and
Seedling Growth. J Basic Appl Sci Res. 2(3):2657-2661.

LAMPIRAN
Tabel 2. Hasil analisis sidik ragam RAL Faktorial

Anda mungkin juga menyukai