Anda di halaman 1dari 8

KALIUM TANAH DAN TANAMAN

Bersama-sama dengan unsur N dan P, Kalium (K) adalah unsur hara esensial primer bagi
tanaman yang diserap oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan unsur-unsur
hara hara lainnya, kecuali N. Meskpun kandungan total K didalam tanah biasanya beberapa kali
lebih tinggi daripada yang diserap oleh tanaman selama musim tanam, seringkali hanya sebagian
kecil K tanah yang tersedia bagi tanaman. Kandungan K didalam tanah beragam, mulai dari 0,1
%-3%, dengan rata-rata 1% K. Tetapi, sebagian besr (sampai 98%) K tanah terikat dalam bentuk
mineral, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Bahkan, banyak tanah yng mengandung sejumlah
K total besar masih tanggap terhadap pemberian pupuk. Di dalam tanah, interaksi antara K dan
mineral tanah sangat menentukan ketersediaan K bagi tanaman.

1. Bentuk Kalium Dalam Tanah


Tidak seperti N dan P semua ak didalam tanah merupakan K inorganik(mineral), dan
merupakan unsur yang tidak menjadi bagian struktur senyawa-senyawa organik. Mineral
primer yang merupakan sumber K didalam tanah adalah kelompok feldpar dan mika.
Kelompok feldpar terdiri dari ortoklas [(K, Na)AlSi3O8] dan mikrolin [(Na, K)AlSi)4],
sedangkan kelompok mika meliputi muskovit [K(AlSi)3O10(OH)2] dan biotit
[K(Mg,fe2+)3AlSi3O10(OH)2] (Barber 1995, tisdale et al. 1985; Halvin et al. 2005). Mineral
feldoar dan mika bersama-sama kuarsa terdapat di batuan granit. Mineral sekunder yang
mengandung K termasuk ilit atau mika hidrus, vermikulit, dan klorit.
Jika mengalami pelapukan, mineral-mineral tersebut akan melepaskan ion-ion K. K yang
dibebaskan ke dalam larutan tanah dijerap oleh koloid liat dan organik sebagai ion K+ dapat
ditukar (K-dd), dan ion K+ terifiksasi di dalam struktur mineral tipe 2:1. Kalium dalam
larutan tanah dan K-dd mudah tersedia bagi tanaman, sedangkan K terfikdasi dalam mineral
tersebut lambar tersedia bagi tanaman ( Gambar 1.1).

Gambar 1.1 Bentuk K dalam tanah dan ketersediaannya bagi tanaman (Foth dan Filis 1997)
Fraksi mineral K yang belum lapuk atau agak lapuk, merupakan bentuk paling dominan,
yakni sekitar 90%-98% total K didalam Tanah. Sekitar 1%-10% total K berada dalam bentuk
lambat tersedia atau terfiksasi pada mineral liat silikat (tidak tersedia). Fraksi K tersedia atau
K dalam larutan tanah dan K dapat ditukar menyusun sekitar 0,1%-2,0 % total tanah,
tergantung kepada tipe tanahnya.
a. K Larutan Tanah
Kalium dalam larutan tanah sebagai ion K+, sehingga mudah tersedia bagi
tanaman. (Halvin et al. 2005). Konsentrasi K larutan tanah beragam berkisar antara 1-10
mg K+ kh-1 tanah, dan diukur dengan mengekstrak tanah dengan air distilasi. Didalam
tanah, K larutan berkeseimbangan cepat dengan K-dd. Konsentrasi K+ permukaan akar
berlangsung dalam larutan tanah dan kecepatan difusinya tergantung pada gradien
konsentrasi dalam larutan tanah di sekitar permukaan akar.
b. K Dapat Ditukar (K-dd)
Sebagai kation, K dijerap oleh koloida tanah bermuatan negatif, baik inorganik
maupun organik (Tisdale et al. 1985; Halvin et al. 2005). Liat tipe 2:1 menjerap K lebih
kuat daripada liat tipe 1:1, dengan urutan smektit>illit>kaolinit. Di dalam tanah
pertanian, pada umumnya terdapat 40-600 mg K+ kg-1 atau 2%-%% kapasitas tukar
kation. Biasanya K-dd iterapkan dengan menggunakakn larutan 1 N amonium asetat.
Bersama K larut air, K-dd merupakan bentuk yang mudah tersedia bagi tanaman, yang
jumlahnya hanya sekitar 1%-2% K tanah total.
c. K Tidak Dapat Ditukar dan Mineral
Selain dari K larutan dan dapat ditukar, K tersapat dalam bentuk tidak dapat
ditukar dan K yang berada di dalam mineral. Meskippun jenis K ini tidak segera daat
tersedia bagi tanaman, keduanya mempunyai andil besar dalam menjaga keberadaan K
dapat ditukar atau K labil dalam tanah (Tisdale et al. 1985; Halvin et al. 2005). Sebagian
K tidak dapat ditukar menjadi tersedia bai tanaman pada saat K dapat ditukar atau K larut
diserap oleh tanaman atau hilang ter;lindi selama musim tanam, meskiipun jumlahnya
sangat sedikit untuk dapat memenuhi kebutuhan tanaman.
d. Kalium Terfiksasi
Seperti yang dialami oleh unsur P, bentuk K yang tersedia di dalam tanah dapat
menjadi bentuk yang tiak atau kirang tersedia, sehingga tidak dapat tersedia bagi
tanaman. Reaksi inilah yang disebut dengan fiksasii K,. Berbeda dengan fiksasi P, diksasi
K terjadi akibat terpenrangkapnya ion K di dalam rongga di ruang antarlapisan mineral
liat tipe 2:1 yang berukuran sama dengan diameter ion K, sehingga tarikannya sangat
kuat (Halvin et al. 2005).(Gambar 1.2). dalam kondisi demikian, K sulit diserap oleh
tanaman.

Gambar 1.2. Kation K yang terjerap dalam mineral 2:1


Dua bentuk K terfiksasi dan K-dd berada dalam keseimbangan dinamis dengan
larutan tanah, tetapi keduanya sangat berbeda dalam merespon perubahan K+ larutan
tanah ion K+ terfiksasi terikat sangat kuat di dalam partikel tanah, sehingga
membutuhkan waktu lama, bulanan sampai tahunan, untuk berkeseimbangan dengan
larutan tanah, sedangkan K-dd dapat dikepaskan lebih cepat karena hanya terikat pada
permukaan partikel tanah, sehingga berada dalam keseimbangan cepat dengan larutan
tanah. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi besar K terfiksasi oleh tanah, yaitu
kandungan dan tipe liat silikat, pH tanah, pembahasan dan pengeringan, pemupukan,
pembekuan dan pelelehan.
Kandungan dan Tipe Silikat
Tanah dengan kandungan liat silikat tinggi, terutama yang bertipe 2:1,
mempunyai kapasitas fiksasi K tinggi dibandingkan dengan tanah dengan kadar liat
rendah (Halvin et al. 2005). Mineral liat tipe 2:1 seperti ilit, vermikulit, dan smektit
(monmorilonit) menjerap ion K lebih kuat daripada mineral liat tipe 1:1, sepertikaolitnit
dan mempunyai kapasitas fikasasi tinggi, sehingga tanah bertekstur halus dan didominasi
oleh liat silikat tipe 2;1 berpotensi besar mefiksasi K.
Pada horison organik tanah hutan atau tanah-tanah lain dengan kandungan bahan
organik tinggi, K dapat ditukar biasanya lebih tinggi daripada tanah-tanah horison
mineral dan jumlah K terfiksasinya rendah. Tanah-tanah bertekstur kasar ( berpasir)
mempunyai KTK rendah, sehingga kapasitas fiksasi K rendah, bahkan sebagian besar
unsur K cenderung berada di dalam larutan tanah. Dengan demikian, tanah berpasir
berpotensi kehilangan K lebih besar akibat perlindian.
pH Tanah
Pada tanah masam ion Al3+ banyak menduduki kompleks jerapan tanah. Jika pH
tanahnya meningkat, seperti akibat pengapuran, dan jika terjadi pengendapan Al-
hidroksida pada ruang antar lapisan mineral, liat silikat tipe 2:1 dapat menghambat fiksasi
K oleh tanah (Havlin et al.2005). namun, jika pengapuran mengendapkan Al-hidroksida
di luar antar lapisan mineral, maka akan terjadi peningkatan fiksasi K. Kasus yang
terakhir ini merupakan manfaat pengapuran untuk mengurangi pelindian K dari tanah.
Pembasahan dan Pengeringan
Pengaruh peningkatan dan penurunan kadar lengas tanah terhadap fiksasi K
tergantung kepada kandungan K di dalam tanag (Havlin et al. 2005). Pengeringan tanah
yang berkadar k tinggi berkadar K tinggi akan meningkatkan fiksasi K sampai 2-3 kali
lebih tinggi daripada pembasahan. Sebaliknya pengeringan tanah dengan kandungan K
rendah sampai sedang dapat meningkatkan K dapat ditukar.
Pemupukan K
Seperti yang ditunjukan oleh reaksi keseimbangan seperti dalam Gambar 1.1
diatas, maka penambahan K kedalam larutan tanah, terutama dengan dosis tinggi akan
meningkatkan jumlah K dapat ditukar dan K terfiksasi. Sebaliknya penyerapan K oleh
tanaman atau perlindian K cenderung akan mengubah K terfiksasi manjadi bentuk lebih
tersedia.
Pembekuan dan Pelelehan
Pengaruh ini relevan untuk daerah perbedaan musim yang sangat nyata seperti di
daerah sedang. Pada musim dingin, larutan tanah dapat membeku menjadi es dan
sebaliknya ketika berganti musim panas maka larutan tanah yang membeku akan meleleh
dan mencair. Fenomena pergantian pembekuan dan pelelhan akan berpengaruh terhadap
besarnya fiksasi K di dalam tanah. Berbagai riset melaporkan bahwa pergantian tersebut
meningkatkan K dapat ditukar (Havlin et al. 2005).
2. Ketersediaan kalium dalam tanah
Untuk K diserap oleh tanaman sebagai ion K+. Di samping konsentrasi ion K larut di
dalam larutan tanah dan K pada kompleks jerapan tanah, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi ketersediaan K bagi tanaman, yaitu kadar lengas, kapasitas tukar kation
(KTK), kandungan kation lain, pH, aerasi, dan jenis tanaman.
a. Kadar Lengas Tanah
Kation K diikat kuat oleh kompleks jerapan tanah, sehingga gerakan K didalam
tanah untuk sampai ke permukaan akar lambat sebelum siap diserap oleh
tanaman. Serakan ion K tersebut terutama melalui difusi, yang sangat tergantung
kepada kadar lengas tanah (Havlin et al, 2005). Jika tanah mngering, difusi akan
berkurang, sehingga akan menurunkan jumlah k yang dapat tersedia bagi akat r
tanaman.
b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Pada tanah dengan KTK tinggi, sebagian besar K tersedia bagi tanaman berada
dalam bentuk ak dapat ditukar (K-dd), dan hanya sebagian sangat kecil berada dalam
bentuk K larut. Namun, karena K-dd dan K larut dalam keseimbangan, jika
konsentrasi K larut berkurang akibat pnyerapan oleh tanaman, akan segera ada
pasokan K dari K-dd. Dengan mekanisme ini, tanah-tanah dengan KTK tinggi dapat
menjamin pasokan K lebih efektif dibandingkan dengan tanah-tanah dengan KTK
rendah. Pada tanah dengan KTK rendah konsentrasi K larut lebih besar, sehingga
akan mudah mengalami kehilangan K akibat pelindian. Hubungan antara K-dd dan K
larutan biasanya disebut sebagai kapasitas sangga K (KsK), yang digambarkan
sebagai.
KsK = perubahan K-dd/perubahan K larutan.
Persamaan ini dapat diperjelas dengan kurva hubungan Quantitas/Intensitas (Q/I)
sebagaimana disajikan pada gambar 1.2. semakin tinggi kemiringan, semakin tinggi
KsK, dan ini menunjukan KTK tanah yang tinggi. Tanah yang telah berkembang
lanjut yang kaya akan mineral kaolinit dan oksda Fe dan Al mempunyai KsK rendah
sehingga K cenderung berada di dalam larutan tanah dan rentan terhadap pelindian.
Sebaiknya tanah-tanah dengan kandungan mineral kelompok mika memiliki KsK
tinggi.
c. Kandungan Ion Lain
Kation-kation lain di dalam tanah, seperti Ca dan Mg, mempengaruhi efektivitas
serapan K larutan tanah oleh tanaman. Ini digambarkan dalam hubngan Quantitas K
dikonversi menjadi Nisbah Aktivitas K (NAK). NAK didefinisikan sebagai aktivitas
K terhadap aktivitas dua kation penting di dalam tanah, yakni Ca dan Mg, dalam
rumusan sebagai berikut:
NAK = aktivitas K/V(aktivitas Ca+Mg)
NAK merupakan ukuran intensitas K labil dan menunjukan konsentrasi K yang
mudah tersedia bagi tanaman.
d. pH Tanah
Pengaruh pH terhadap ketersediaan K bersifat tidak langsung, yaitu melalui
pengaruh pH terhdap jenis kation dominan pada kompleks jerapan tanah dan ruang
antar lapisan mineral liat. Tanah masam dengan kompleks jerapan tanah akan
didominasi oleh Al3+ tinggi, dan ion Al-hidroksil akan mengumpul pada ruang antar
lapisan mineral liat (Havlin et al. 2005). akibatnya, K cenderung akan berada di
dalam larutan tanah, sehingga mudah tersedia bagi tanaman. Sebaliknya jika pH tanah
tersebut ditingkatkan seperti dengan pengapuran, maka ion Al3+ akan mengendap
sebagai Al(OH)3 sehingga K dijerap oleh tanah lebih kuat. Pengaruh lain dari
pengapuran adalah penuruan daya racun Al, sehingga tanaman tumbuh lebih bagus
dan mampu menyerap K lebih baik.
e. Aerasi Tanah
Seperti proses fisiologis yang lain, aerasi buruk daat menganggu respirasi dan
pertumbuhan akar tanaman. Akibatnya dapat menurunkan kemampuan akar
menyerap K.
f. Perbedaan Jenis Tanaman
Jenis tanaman maupun varietas tanaman dalam satu jenis tanaman mempunyai
kebutuhan K yang beragam. Pada umumnya, tanaman jenis rumput menyerap K lebih
baik dariada jenis legum. Itulah mengapa kedua jenis tanaman itu sering ditanam
bersama-sama atau campuran untuk meningkatkan efisiensi penggunaan unsur hara di
dalam tanah.
3. Kalium dalam Nutrisi Tanaman
Untuk pertumbuhan tanaman optimum, kandungan K di dalam tanaman berkisar
antara 2% dan 3% bobot kering. Berbeda dengan N dan P serta kebanyakan hara yang
lain, unsur K hanya terdapat di dalam larutan atau terikat pada tanaman permukaan
jaringan yang bermuatan negatif (Havlin et al. 2005). Meskipun demikian, K terlihat
dalam banyak proses biokimia dan fisiologi yang sangat vitasl bagi pertumbuhan dan
hasil tanaman, serta ketahanan terhadap cekaman (Marschner 1986: Cakmak 2005).
Unsur K esensial dalam totosontesis karena terlibat di dalam sintesis ATP,
produksi dalam aktivitas enzim-enzim fotosintesis (seperti RuBP kaboksilase).
Penyerapan CO2 melalui mulut daun, dan menjaga keseimbangan listrik selama
fotofosforilasi di dalam kloroplas (Havlin et al. 2005). Selain itu, K juga terlihbat dalam
pengangkutan hasil-hasil fotosintesis (assimilate) dari daun melalui floem ke jaringan
organ reproduktif dan penyimpan (buah, biji, ub dan lain-lain) (Havlin et al. 2005). Pada
tanaman buah-buahan dan sayuran (jeruk, pisang, tomat, kentang, bawang dan lain-lain),
pasokan K cukup dapat memperbaiki ukuran, warna, rasa, kulit buah yang penting untuk
penyimpanan dan pengangkutan (Gambar 1.3). oleh karena itu, pasokan K yang cukup
akan menjamin fungsi daun selama pertumbuhan buah dan jumolah gula pada buah.
Peranan K dalam sintesis protein akan memacu konversi nitrar ke protein, sehingga
meningkatkan efisiensi pemupukan N.

Gambar 1.3. pembentukan buah pisang (kiri) dan umbi pada bawang putih sangat
ditentukan oleh pasokan K.

Kation K terlibat dalam menjaga potensial osmotik tanaman, seperti pengaturan


pembukaan dan penutupan stomata, sehingga dalam tanaman terjadi pertukaran gas dan
air dengan atmosfer. Ini membuat tanaman mampu menjaga kondisi air di dalam tanaman
pada kondisi tercekam (stress), seperti akibat salinitas. Tanaman dengan kandungan K
tinggi memerlukan jumlah air yang lebih rendah daripada tanaman yang kekurangan K
untuk memproduksi jumlah biomasa yang sama. Dengan demikian, pasokan K yang
cukup dapat meningkatkan efisiensi penggunaan air oleh tanaman.
Kalium berfungsi dalam pembentukan lapisan kutikula yang sangat penting untuk
pertahanan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman yang dipasok K
cukup mempunyai aktivitas enxim tinggi dan tahan terhadap serangan jamur dan
serangan serangga. Selain itu, K juga terlibat dalam proses pemasakan buah, melalui
sintesis likopen, pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna merah buah seperti
pada tomat. Kalium juga mendorong tingginya kandungan asam di dalam tanaman, yang
esensial untuk membuat rasa enak dari buah (SQM 2006).
4. Kekahatan Kalium
Tanaman yang kahat K mempunyai daun-daun muda berwarna hijau tua, batang
kecil, dan buku pendek. Daun-daun tuanya nekrosis pada bagian pinggir dan ujung daun,
serta keriting tegak atau nekrosis di daerah antar tulang daun. Buahnya gugur pada saat
masak awal, rasa buah tidak nyata karena kurang masam, masak buah tidak merata,
jumlah buah sedikit, dan organ penyimpan memiliki bobot rendah. Pada tanaman padi
dan jagung, kekahatan K menyebabkan batang menjadi lebih kecil, lemah, dan mudah
robah (Jones 1998; Havlin et al. 2005). Di samping itu, tanaman yang kahat K lebih peka
terhadap serangan hama dan penyakit (Marschner 1986; Havlin et al. 2005) serta
perubahan cuaca yang ekstrem, seperti terjadinya “frost” (Marschner 1986). Karena K
bersifat mobil di dalam tanaman gejala kekahatan K pertama kali muncul pada bagian
tanaman yang tua (Jones 1998). Kenampakan gejala kekahatan K pada beberapa jenis
tanaman dapat dilihat pada Gambar 1.4.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)
Gambar 1.4. kenampakan gejala kekahatan K pada beberapa jenis tanaman.

Keterangan :

a. Tanaman kubis dngan daun-daun tua dengan bagian pinggiran daun rusak dan keriting
kedalam (Wallace 1951)
b. Tanaman kedelai dengan bagian tepi daun mengalami klorosis dan kecoklatan (Bohner
2007)
c. Tanaman mentimun dengan daun-daun yang mengalami klorosis pada bagian pinggir
(Teplitski dan McMahon 1999)
d. Tanaman kacang panjang dengan daun-daun mengkerut kedalam bagian tepi dan antar
tulang daun kecoklatan (Wallace 1951)
e. Daun tanaman tomat dengan bagian tepi dan antar tulang daun khlorosis dan mati, serta
melekuk kedalam (Wallace 1951)
f. Tanaman jagung dengan daun tua yang mengalami klorosis dan nekrosis bagian tepinya,
yang dimulai dari ujung daun ke pangkal (IPNI 2011c)

Kekahatan K lebih sering dijumpai pada tanah bertekstur kasar (berpasir) daripada
tanah bertekstur liat. Kekahatan K pada tanah liat dapat dijumpai pada jenis-jenis
tanaman yang menyukai K, seperti kentang.
Ada fenomena yang menarik terkait dengan nutrisi K, yakni bahwa beberapa jenis
tanaman mempunyai kecenderungan untuk menyerap k lebih banyak daripada yang
dibutuhkan pada saat banyak K tersedia di dalam tanah, tetepi kelebihan tersebut tidak
dapat meningkatkan hasil tanaman. Fenomena ini yang dikenal dengan konsumsi berlebih
(luxury consumption). Untuk menghindari ini, pemupukan K sebaiknya diberikan secara
terpilah, sehingga pada ahir-akhir pertumbuhan, tanaman masih mendapatkan pasokan K
tersedia yang cukup.

Anda mungkin juga menyukai