Anda di halaman 1dari 23

TUGAS AKHIR

MATAKULIAH FILSAFAT ILMU SOSIAL

Oleh

Hugo Damasus Fua Nahak

15/377487/FI/04029

FAKULTAS FILSAFAT

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2019
A. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu Sosial
1. Ilmu Sosial
Ilmu sosial dapat diartikan sebagai semua bidang ilmu mengenai manusia dalam
konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat. Setiap ilmu yang mempelajari dan
mengkaji aspek kehidupan manusia di masyarakat, termasuk bagian dari ilmu sosial.
Aspek kehidupan manusia itu terdiri dari: interaksi sosial, budaya, kebutuhan
materi, pendidikan, norma dan peraturan, sikap dan reaksi kejiwaan, geografi, dan
sebagainya. Aspek-aspek ini kemudian menghasilkan ilmu-ilmu sosial (IIS) seperti
Sosiologi, Antropologi, Ilmu Ekonomi, Ilmu Pendidikan, Ilmu Hukum, Psikologi
Sosial, Geografi, Sejarah, dan lain sebagainya. Pada pengembangan selanjutnya,
berdasarkan pendekatan struktural, ilmu-ilmu tadi telah berkembang menjadi cabang-
cabang ilmiah yang lebih terperinci.
Mempelajari ilmu sosial dikandung maksud mengantarkan para mahasiswa agar
memahami konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial dilihat dari obyek material dan
formalnya serta ruang lingkupnya. Obyek Material dari ilmu sosial adalah manusia,
khususnya tingkah laku manusia dalam kelompok. Obyek Formal dari ilmu sosial
adalah tinjauan dari aspek mana dan dalam rangka kepentingan apa tingkah laku
manusia tersebut dipelajari. Tingkah laku khusus manusia yang tergambar dalam
rangka kepentingan apa itu ilmu sosial dipelajari, itulah disiplin ilmu sosial.
Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu sosial pada hakikatnya
merupakan gabungan atau kumpulan dari ilmu tentang tingkah laku manusia. Misalnya
tingkah laku manusia dalam aspek ruang (space), aspek kelangkaan (scarcity), aspek
waktu budaya (time), aspek kekuatan (power), aspek kejiwaan (psycho), aspek budaya
(culture), aspek kemasyararakatan (society), akan menghasilkan disiplin-disiplin
geografi, ekonomi, sejarah, politik, psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain
sebagainya.
PERBEDAAN ANTARA ILMU-ILMU SOSIAL DENGAN STUDI SOSIAL
ASPEK ILMU-ILMU SOSIAL STUDI SOSIAL (IPS)
a. Obyek Penelaahan Aspek-aspek kehidupan Kehidupan sosial manusia
secara terpisah-pisah. sebagai satu kebulatan,
uniaspek, atau
unidimensional.
b. Metoda Bersifat disipliner Bersifat interdisipliner
Pendekatan berdasarkan bidang (multidisipliner), sesuai
ilmiahnya masing- dengan keseluruhan aspek
masing. kehidupan yang menjadi
objeknya dan sesuai
dengan jumlah bidang
ilmu yang diterapkannya.
c. Ruang Lingkup Terbatas pada salah satu Kehidupan sosial manusia
aspek kehidupan manusia di masyarakat secara
di masyarakat. menyeluruh.
d. Kerangka Kerja Diarahkan pada Diarahkan pada arti
pengembangan teori dan praktisnya dalam mencari
prinsip ilmiahnya. alternatif pemecahan
masalah sosial dan dalam
menyusun alternatif
pengembangan kehidupan
bertaraf yang lebih tinggi.

TUJUAN ILMU-ILMU SOSIAL:


a. Mengetahui,mendalami,serta menjelaskan : berbagai gejola sosial
b. Meramal (prediction): berbagai gejala dan masalah sosial yang akan terjadi.
c. Mengontrol (controlled): agar ramalan tentang berbagai gejala sosial menjadi
kenyataan atau tidak, dan masalah sosial dapat dihindari.

PEMBAGIAN ILMU-ILMU SOSIAL

Di Amerika Serikat beberapa ahli membagi IIS atas 2 bagian:

a. Inner Core (Bagian Inti), terdiri atas: Sosiologi, Ekonomi, dan Ilmu Pemerintahan
(Politikologi).
b. Outer Four (Bagian Pinggiran), terdiri atas: Sejarah, Antropologi, Psikologi dan
Geografi.

SELIGMAN (Encyclopedia of the Social Science) membagi IIS atas 3 jenis: 1.

a. Ilmu-ilmu Sosial Murni, yang mencakup: Politikologi, Ekonomi, Hukum,


Antropologi, Sosiologi, dan Social Work (Pekerja Sosial).
b. Ilmu-ilmu Semi Sosial (Ilmu Kerohanian), meliputi: Etika, Pedagogik, Filsafat,
dan Psikologi.
c. Ilmu-ilmu dengan implikasi sosial, artinya yang mengandung manfaat
kemasyarakatan seperti: Biologi (Bagian yang membicarakan genetika), Geografi
sosial, Kedokteran, Filologi (Ilmu Bahasa), dan Kesenian. Disini nampak adanya
pelompatan cakupan IIS ke Ilmu-Ilmu Alamiah dan Ilmu-Ilmu Budaya
(kemanusiaan).
2. Filsafat Sosial
Pengertian filsafat sosial dalam Everyman’s Encyclopaedia (1958: 409)
disebutkan bahwa filsafat sosial adalah aspek filsafat yang memakai metode filosofis
untuk membahas masalah-masalah kehidupan sosial dan sejarah sosial. Objek material
filsafat sosial yaitu kehidupan dan sejarah sosial, sedangkan objek formalnya yaitu
filsafat. Kamus filsafat Cambridge, mengatakan bahwa fillsafat sosial adalah Filsafat
sosial, secara umum berarti filsafat tentang masyarakat, di dalamnya termasuk filsafat
ilmu sosial (dan banyak komponennya, misalnya, ekonomi dan sejarah), filsafat politik,
kebanyakan dari apa yang kita kenal sebagai etika, dan filsafat hukum.
Filsafat sosial itu mempunyai dua aktivitas: konseptual yang menjelaskan apa
yang seadanya (what the really is) dan normatif yang menjelaskan apa yang seharusnya
(what the really ought to be). Yang pertama melahirkan sosiologi, psikologi sosial,
ekonomi, sejarah dengan teori-teori sosialnya dan yang kedua menimbulkan filsafat
politik, etika, dan hukum. Jadi filsafat sosial tidak melulu dipenuhi oleh
penjelasanpenjelasan tentang masyarakat, tetapi juga penjelasan tentang bagaimana
mengubah masyarakat.
Bahan material filsafat sosial adalah sesuatu yang dapat menyelidiki berbagai
bidang dalam masyarakat, maka kita dihadapkan pada kenyataan bahwa manusia hidup
bersama dengan sesama manusia, bahwa mereka secara bersama-sama menimbulkan
keadaan hidup material dan rohaniah yang sebaliknya memberikan pengaruh pada
mereka. Hal ini dapat disaksikan secara lahiriah maupun batiniah. Lahiriah dapat
berbentuk, pergaulan di antara mereka, saling bercakap-cakap, dsb. Batiniah dapat
diaplikasikan melalui segala norma-norma yang tidak tampak. Bahan formal filsafat
sosial, saling kaitan dengan bahan material filsafat sosial namun bahan formal filsafat
sosial ini dapat ditinjau dari sisi Relasi Individual dan Relasi sosialnya. Relasi
individual itu sendiri berlangsung dari subjek ke subjek. Motif atau dasar relasi ini
adalah dasar kebajikan dan kehormatan orang lain.
Filsafat sosial mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan filosofis tentang isu-isu
sosial dan perilaku sosial. Filsafat sosial berhubungan dengan wilayah bahasan yang
cukup luas. Contoh umum ide-ide filsafat sosial adalah teori kontrak sosial, kritik
kebudayaan, dan individualisme. Tema-tema yang dibahas dalam filsafat sosial
mengandung epistemologi, metafisika, filsafat politik, moralitas, dan sebagainya.
Tema-tema utama dalam filsafat sosial adalah diri, entitas sosial, dan hubungan di
antaranya.
3. Filsafat Ilmu Sosial
Filsafat dalam bahasa Yunani yakni Philosophia yang terdiri dari 2 kata philo
yang berarti cinta, teman dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi Philosophia
adalah cinta/teman kebijaksanaan. Filsafat merupakan usaha kritis, radikal,
komprehensif, sistematis dalam menghadapi dan memahami suatu fenomena guna.
Filsafat memiliki 3 cabang umum yaitu ontologi/metafisika, aksiologi, dan
epistemologi.
Filsafat ilmu sosial adalah filsafat yang membahas ilmu sosial yakni semua
ilmu yang berkaitan dengan manusia dalam kehidupan sosialnya. Kompleksitas
manusia dan relasi manusia dalam kehidupan sosialnya mambuat ruang lingkup ilmu
sosial menjadi sangat luas. Namun filsafat ilmu sosial mengkaji hal-hal yang mendasar.
Ontologi ilmu sosial, dalam persoalan ontologi, sebuah objek dapat dipaparkan
melalui lima butir pertanyaan. Pertama, objek tersebut bersifat satu atau
banyak. Kedua, bersifat transenden atau imanen. Ketiga, permanen atau baharu
(berubah-ubah). Keempat, jasmani atau rohani. Kelima, objek tersebut bernilai atau
tidak.
Ilmu sosial merupakan ilmu yang bersifat banyak (plural). Sebab, ilmu sosial
berjalan dalam pembahasan relasi atas manusia, dan pada dasarnya, manusia bersifat
kompleks, berbeda satu sama lain. Setiap pribadi memiliki modelnya masing-masing,
oleh karena itu, ilmu sosial pun bersifat banyak atau plural. Setelah mengetahui objek
dari ilmu social, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu s0sial merupakan ilmu yang
berada dalam struktur-struktur, dan mengambil bagian yang menentukan proses alam
(imanen) dan bukan trasenden. Ilmu sosial cendrung bersifat berubah-ubah, ilmu sosial
memandang kebenaran tidak berifat mutlak, yang ada hanya mendekati kebenaran, Ia
bergantung pada keadaan objek yang dikaji, dalam ilmu sosial saat ini, belum tentu
sama dengan beberapa abad lalu atau yang akan datang. Ilmu sosial bergerak dalam
bidang mencari kebenaran ataupun pembentukan pikiran-pikiran yang dianggap benar
dalam masyarakat. Sehingga dapat dilihat bahwa ilmu sosial berada dalam ruang
lingkup rohani atau tidak nampak. Ilmu sosial sangat bernilai. Hal itu dapat diketahui
dengan berkembangbya ilmu sosial saat ini. Selain itu, ilmu sosial selalu menjadi kajian
dan perdebatan hangat dalam forum-forum diskusi. Mengingat kembali objeknya
bersifat unik dan sangat kompleks.
Epistemolgi ilmu sosial, Dalam kajian epistimologi, terdapat tiga hal yang
menjadi acuan, yakni tentang asal muasal sebuah pengetahuan tersebut atau sumber
pengetahuan, metode yang digunakan dalam menemukan pengetahuan, dan menguji
validitas atau menguji pengetahuan tersebut.
Ilmu sosial bersumber dari sebuah pemikiran atau rasional. Sebab pada dasarnya
yang dipelajari adalah inti dari kejadian atau gejala yang terjadi. Gejala-gejala yang ada
dalam masyarakat merupakan sebuah dampak atau efek dari sesuatu, dan ilmu sosial
mempelajari tentang sesuatu itu.
Secara metodis, ilmu sosial menggunakan metode induktif, dan metode
deduktif. Ilmu sosial menggunakan kedua-duanya dalam menemukan sebuah ilmu
pengetahuan.
Untuk masalah faliditas ilmu sosial, tentunya sudah terbukti dengan keberadaan
ilmu sosial sendiri saat ini. Dimana dalam ilmu ssia telah menunjukkn koherensi dan
korespondensi. Yakni antara pernyataan yang dikeluarkan, singkron dengan realitas
yang ada.
Aksiologi ilmu sosial, Landasan aksiologis yang dimaksud adalah pandangan
tentang nilai yang mendasari asumsi-asumsi ilmu sosial. Polemic yang berkepanjangan
yang menandai perkembangan ilmu-ilmu sosial adalah berkaitan dengan klaim bebas
dan tidak bebas nilai dalam ilmu-ilmu sosial. Ilmu sosial hendaknya mencari hukum-
hukum sebagaimana dalam ilmu alam yang dapat diterapkan oleh siapa saja, dimana
saja,dan kapan saja secara objektif. Kemudian pandangan bahwa ilmu social tidak
bebas nilai atau tidak dapat dilepaskan dari nilai karena ilmu social tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat, yang mau tidak mau terkait dengan nilai.
Problem tentang netralitas nilai dalam perspektif paradigma ilmu social adalah
bahwa ilmu social tidak dapt dilepaskan dari nilai. Pertimbangannya adalah bahwa ilmu
social pertama tumbuh dan berkembang dalam suatu kerangka budaya yang lekat
dengan pertimbangan nilai. Argument ini diperkuat dengan kenyataan bahwa fenomena
social berbeda dengan fenomena fisik yang bersifat mekanik.
Pada dasarnya, etos ilmu social adalah mencari kebenaran objektif atau mencari
realism, yaitu suatu istilah yang salah satu artinya menunjuk pada suatu pandangan
objektif tentang realitas.
Objektivitas ilmu social ini adalah memandang kenyataan sebagaimana adanya
(das sein) dengan menggunakan metode serta toeri sosial yang berdasarkan realitas
objektif yang dijadikan lapangan penyelidikan. Lebih khusus lagi ilmu social dapat
membebaskan diri dari warisan peninggalan yang kuat dari penulisan penulisan
sebelumnya dalam bidang ilmiah yang digarap kadang kala mengandug orientasi
normative dan teologis serta berlandaskan filsafat moral metafisika tentang hukum
alam serta utilitarianisme yang menjadi sumber terbentuknya teori social. Selanjutnya
pengaruh-pengaruh seluruh lingkungan kebudayaan, sosisal, ekonomi, politik dari
masyarakat tempat ilmu sosial itu ditumbuh-kembangkan, dan terakhir, pengaruh yang
bersumber dari kepribadian sendiri, seperti yang dibentuk oleh tradisi-tradisi dan
lingkungannya.
Pandangan yang benar adalah bahwa ilmu social harus membatasi dari muatan
emosional, dengan lebih menekankan muatan rasional dalam memutuskan suatu
masalh. Tujuan ilmu social adalah untuk menjelaskan , dan mengontrol fenomena
sosial, namun semua itu diletakkan pada tujuan yang mulia, yaitu untuk kebaikan umat
manusia. Nilai nilai sosial yang berkembang berdasarkan atas beberapa prinsip,
diantaranya persamaan dan kebersamaan, keadilan sosial serta keterbukaan dan
musyawarah.
4. Arti Penting Filsafat Ilmu sosial

Filsafat ilmu sosial adalah filsafat yang membahas ilmu sosial yakni semua
ilmu yang berkaitan dengan manusia dalam kehidupan sosialnya. Kompleksitas
manusia dan relasi manusia dalam kehidupan sosialnya mambuat ruang lingkup ilmu
sosial menjadi sangat luas. Kemajuan dan perkembangan zaman, membuat kehidupan
dan kebutuhan manusia dalam kehidupan sosialnya mengalami perubahan. Perubahan
ini membuat ilmu-ilmu sosial mengalami pengembangan.

Filsafat ilmu sosial penting untuk menjawab hal-hal mendasar atas proplem-
problem yang dihadapi manusia dalam kehidupan sosialnya. Filsafat ilmu sosial juga
sebagai mengarahkan perkembangan ilmu-ilmu sosial ke arah yang lebih baik lagi.
Artinya pengembangan ilmu sosial itu diawasi sehingga tidak menjadi bomerang bagi
kehidupan sosial manusia.
2. Dimensi Perkembangan Ilmu Psikologi
1. Dimensi Historis Ilmu Psikologi

Pada zaman dahulu, psikologi dipengaruhi oleh cara-cara berfikir filsafat dan

terpengaruh oleh filsafatnya sendiri. Hal ini dimungkinkan karena para ahli psikologi pada

masa itu juga adalah ahli-ahli filsafat, atau para ahli filsafat pada waktu itu juga ahli

psikologi (tentang kejiwaan). Pengaruh filsafat terhadap psikologi kuno, berlangsung

sejak zaman Yunani kuno samapai pada zaman pertengahan dan zaman baru. Tegasnya

pengaruh tersebut berlangsung dari 400 SM sampai dengan 1800 SM.

Pada zaman Yunani kuno terkenal dua orang tokoh filsuf, yaitu Plato dan

Aristoteles yang keduanya banyak menyelidiki hidup kejiwaan manusia serta alam ini.

Plato terkenal dengan aliran berfikirnya yang disebut idealisme, sedang Aristoteles

terkenal dengan aliran realisme. Tetapi meskipun berbeda, aliran, dalam soal kejiwaan

mereka tidak jauh berbeda, baik dalam penyelidikannya ataupun pendapatnya. Beberapa

aliran psikologi yang muncul pada fase ini diantaranya, yaitu: psikologi Plato, Psikologi

Aristoteles, Psikologi Augustine.

Psikologi pada masa renaissance dan abad ke-17, psikologi asosiasi, psikologi

elementer (unsur) dari Herbart dan psikologi fisisologi.

Pada akhir abad ke 19, merupakan babak baru dalam sejarah psikologi. Tahun

1879 Wilhem Wundt mendirikan sebuah laboratorium psikologi pertama sebagai titik

awal perkembangan sejarah psikologi. Laboratorium Wundt didirikan di Leipzig. Wundt

juga memperkenalkan metode instropeksi yang digunakan dalam penelitian-

penelitiannya. Dia juga dikenal sebagai tokoh penganut strukturalisme karena

mengungkapkan teori yang menguraikan struktur dari jiwa. Wundt percaya bahwa jiwa

terbentuk dari elemen- elemen. Kemudian, memiliki mekanisme penting yang


menghubungkan antar elemen kejiwaan sehingga membentuk struktur jiwa yang utuh dan

disebut asosiasi. Oleh karena itu Wundt juga disebut sebagai tokoh asosianisme.

Kemudian, Edward bradford Titchener mencoba menyebarluaskan ajaran dari

Wundt ke Amerika. Namun orang Amerika kurang menyukai teori Wundt dan

menganggapnya terlalu abstrak dan sulit diterapkan secara langsung. Mereka akhirnya

membentuk aliran sendiri yang disebut fungsionalisme dengan tokoh tokoh seperti

William james, dan James Mc Keen Cattel. Aliran ini lebih berfokus pada fungsi jiwa dari

pada strukturnya. Cattel menemukan teknik evaluasi psikologi berupa psikotest yang

merupakan bukti bahwa orang Amerika cukup pragmatis. Meskipun sudah pragmatis,

namun aliran fungsionalisme masih dianggap terlalu abstrak. Sarjana Amerika

mengehendaki agar psikologi mempelajari hal hal yang objektif dan dapat dilihat. John

Broades Watson merupakan pelopor dalam hal ini yang kemudian dikembangkan oleh

Edward Chase Tolman dan B.F Skinner.

Selain di Amerika, di Jerman sendiri Wundt mulai mendapatkan kritikan dan

koreksi. Oswald Kulpe merupakan salah satu murid Wundt yang kurang puas terhadap

ajarannya dan kemudian menciptakan aliran sendiri. Dia menolak anggapan Wundt bahwa

berpikir itu selalu dalam piikiran atau bayangan. Kulpe berpendapat bahwa bila tingkat

berfikir yang semakin tinggi, tidak akan menyerupai bayangan, melainkan pemikiran yang

tidak terbayangkan.

Di Eropa muncul aliran gestalt. Aliran Gestalt menolak ajaran Wundt yang

berfokus pada elemen-elemen dan berpendapat bahwa gejala kejiwaan perlu dilihat

sebagai suatu hal yang bersifat keseluruhan dan tidak dapat dipecah- pecah menjadi

bagian. Krueger pada tahun 1924 mengenalkan istilah Ganzheit yang disebut hampir sama

dengan aliran gestalt, meskipun Krueger menyebutkan bahwa Ganzheit merupakan bentuk
pengembangan dari Gestalt. Krueger berpendapat bahwa teori Gestalt terlalu berfokus

pada persepsi objek. Hal ini menjadi keraguan karena penghayatan yang menyeluruh

adalah hal utama terhadap ruang dan waktu. Sehingga tidak dilihat berdasarkan persepsi

saja.

Perkembangan teori psikologi menurut Gestalt berkembang dari field teori atau

teori lapangan oleh Kurt lewin. Mulanya Lewin tertarik dengan faham yang dianut oleh

gestalt, namun kemudian dia memberikan kritik karena dianggap tidak adekuat. Lewin

kemudian mengembangkan psikologi kognitif di Amerika Serikat sebagai langkah

lanjutan. Psikologi kognitif merupakan gabungan dari aliran behaviorisme dan aliran

Gestalt yang dibawa pada tahun 1940- an. Aliran psikologi kognitif berfokus pada proses-

proses pusatseperti sikap, harapan, dan ide dalam membentuk tingkah laku.

Kognitif diartikan sebagai sesuatu yang terjadi di alam sadar/ kognisi. Salah satu

tokoh psikologi kognitif antara lain adalah L. Fertinger. Psikoanalisa kemudian lahir

membawa pengaruh yang besar dalam perkembangan psikologi hingga saat ini.

Psikoanalisa menjelaskan hal hal yang juga tidak tampak dari luar dan secara khusus

berusaha menjelaskan apa yang ada di dalam kesadaran manusia.

Strukturalisme ini adalah awal munculnya pernyataan psikologi sebagai disiplin

ilmu yang bersifat otonom dan dibangun menggunakan laboratorium penelitian. Namun

karena banyaknya pendapat dan pertentangan maka munculnya banyak aliran- aliran

psikologi lainnya, yaitu: fungsionalisme, behaviorisme, gestalt psychology, psikoanalisis,

humanistic psychology.

2. Dimensi Sosiologis Ilmu Psikologi


Pada dimensi ini kita akan mengetahui bagaimana perkembangan ilmu psikologi

dengan melihat lembaga-lembaga yang melakukan penelitian/riset-riset tentang ilmu

psikologi.

Pada perkembangannya di Eropa 1879 Wilhem Wundt mendirikan sebuah

laboratorium psikologi pertama sebagai titik awal perkembangan sejarah psikologi.

Laboratorium Wundt didirikan di Leipzig. Wundt juga memperkenalkan metode

instropeksi yang digunakan dalam penelitian- penelitiannya.

Di Indonesia sendiri, Psikologi mulai berkembang pada tahun 1952. Psikologi di

Indonesia diperkenalkan oleh seorang professor psikiater dari Universitas Indonesia yang

bernama Slamet Imam Santoso. Di tahun tersebut, Slamet Imam Santoso ditunjuk sebagai

ketua Jurusan Psikologi di Universitas Indonesia, sebagai Jurusan Psikologi pertama di

Indonesia. Lulusan pertama dari Jurusan Psikologi adalah Bapak Fuad Hassan pada tahun

1958. Pada tahun 1960, Jurusan PSikologi berdiri sendiri sebagai sebuah fakultas dengan

Slamet Imam Santoso sebagai dekan pertama, yang kemudian digantikan oleh Bapak Fuad

Hassan.

Pada tahun 1961 berdiri Fakultas Psikologi di Universitas Padjajaran, Bandung

yang diprakarsai oleh anggota TNI yang juga dikirim ke Belanda dan Jerman untuk

mempelajari Psikologi dan kemudian ditempatkan di Angkatan Darat dan Angkatan Udara

Bandung. Universitas ketiga yang memiliki jurusan psikologi adalah Universitas Gajah

Mada, Jogjakarta. Pada awalnya jurusan psikologi terdapat di dalam Fakultas Pendidikan.

Pada tahun 1964, Fakultas pendidikan berdiri sendiri sebagai sebuah institute, namun

Jurusan psikologi tetap berada di bawah naungan Universitas Gajah Mada dan kemudian

berdiri sebagai Fakultas. Universitas keempat adalah Universitas Airlangga, Surabaya. Di

Universitas ini pada awalnya psikologi tergabung dalam Fakultas Ilmu Sosial. Namun
pada tahun 1992, menjadi Fakultas Psikologi dengan para staf nya sebagian besar adalah

alumni fakultas psikologi Universitas Gajah Mada. Setelah itu, Jurusan dan Fakultas

Psikologi semakin banyak bermunculan hingga saat ini.

Di Indonesia terdapat lembaga ilmu psikologi yang terdapat di UGM yakni

laboratorium Eksperimen Fakultas Psikologi UGM. Terdapat juga Lembaga Penelitian

Psikologi (LPPSi), Lembaga Psikologi Terapan (LPT).

Sebelum melanjutkan ke dimensi berikutnya, akan dijelaskan terlebih dahulu

mengenai aliran-aliran dalam ilmu Psikologi. Berikut ini diuraikan lebih jelas lagi

mengenai aliran- aliran tersebut:

a. Strukturalisme

Psikologi muncul dan berkembang mulai tahun 1879 yaitu setelah didirikan

laboratorium psikologi yang pertama di Leipzig oleh Wilhem Wundt yang dikenal sebagai

bapak pendiri psikologi. Dalam laboratorium ini Wundt mempelajari dan meneliti jiwa

lebih langsung dari filosof-filosof dan meniru kemajuan yang telah dicapai dalam ilmu

pengetahuan lainnya. Dengan menggunakan metode introspeksi secara eksperimental

mencoba melakukan penelitian yang dilakukan secara analisa elementer untuk

menentukan pengalaman kesadaran dengan menganalisa ke dalam unsur-unsurnya.

Terbentuknya aliran ini didasari pada pendapat bahwa psikologi sudah seharusnya

mempelajari jiwa dari segi unsur-unsurnya dimana jiwa tersebut tersusun. Helmhotz yang

telah melatih Wundt dalam penelitian psikologi secara eksperimen dari Inggri.

Selain Wundt tokoh strukturalisme adalah Titchener, yang telah membawa

paham strukturalisme Wundt dan menyebarkan paham tersebut di Amerika Serikat. Paham

dan pandangan psikologi Wundt jug dikembangkan oleh murid-muridnya seperti Mc.
Keen Cattel, Hugo Munsterberg dan psikiater Kraeplin seperti yang telah diuraikan dalam

sejarah.

b. Fungsionalisme

Seorang tokoh psikologi Amerika dan pelopor aliran fungsionalisme yaitu

Wiliam James (1842-1910), telah beranggapan bahwa pendapat Wundt dan pendapatnya

telah keliru dan sesat apabila mengambil sasaran penelitian / percobaan psikologinya

untuk menemukan struktur dari pada pengalaman kesadaran manusia. James berpendapat

pengalaman kesadaran itu hakekatnya adalah suatu peristiwa atau proses bukan diuraikan

unsur-unsurnya. Aliran ini juga merumuskan jiwa adalah pemelihara kelangsungan hidup

sesorang dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Aliran fungsionalisme

memandangnya secara dinamis yaitu sebagai proses mental yang terjadi dalam suatu

aktivitas psikologi tujuan dan fungsi. Tokoh-tokoh yaitu John Dewey (1859-1952), James

Mc Kenn Cattel (1866-1944), E.L. Trondike (1874-1949), dan R.S.Woodworth (1969-

1962).

c. Behaviorisme

Perkembangan aliran behaviorisme termasuk gerakan/alairan psikologi yang

kuat dan berpengaruh. Tokoh pendirinya adalah John B. Waston (1878-1958). Aliran ini

menghimbau agar psikologi tidak memusatkan perhatiannya untuk mempelajari gejala-

gejala kesadaran atau dibawah sadar, tetapi sesuai dengan tugasnya psikologi harus

berupaya meramalkan apa yang sebenarnya yang mennjadi sasaran / tujuan tingkah laku

dan berusaha bagaimana agar orang dapat mengendalikan tingkah laku tersebut, tepatnya

ilmu pasti. Tokoh psikologi B. F. Skinner menyatakan “lingkungan merupakan kunci

penyebab terjadinya tingkah laku.” Untuk dapat memahami tingkah laku manusia kita
harus perhatikan lingkungan individu terhadap individu sebelum dan sesudah ia

memberikan respon.

d. Gestalt Psychology

Aliran ini merupakan suatu protes terhadap pandangan strukturalisme.

Pemikiran tentang gestalt ini ditemukan oleh MaX Werthiemer (1880-1943) seorang

psikolog Jerman. Gestalt berarti bentuk, pola keseluruhan, dasarnya adalah unit (kesatuan)

sedangkan alatnya yang dijadikan dasar adalah persepsi (pengamatan/ penalaran). Para

psikologi ini kebanyakan perhatian/studinya ditujukan kepada prinsip-prinsip dasar

penyelenggaraan proses pengamatan. Pemuka yang lain adalah Kurt Koffka (1886-1941),

Wolfgang Kohler (1886-1967)

e. Psychanalytic psychology

Aliran ini muncul pada tahun 1900 dan aliran ini muncul pandangan psikologi

yang dikembangkan melalui dasar-dasar tinjauan klinis-psikiatris oleh aliran psikoanalisa

yang dipelopori oleh Sigmund Freud seorang Psikiater Australia. Pengobatan dilakukan

melalui kejadian-kejadian yang dialami pasien yang mengalami gangguan kejiwaan,

disinilah teori kepribadian dan suatu pendekatan psikoterapi dikarenakan mental manusia

itu berbeda

f. Humanistic Psychology

Aliran humanisme sebagai bantahan dan kurangnya aliran behaviorisme dan

psikoanalisa. Aliran humanisme ini pada dasarnya mengakui bahwa pengalaman dan masa

lalu itu mempengaruhi kepribadian, tetapi harus diakui pentingnya kedudukan “free will”

yaitu dasar kemauan bebas manusia untuk membuat keputusan bagi dirinya untuk

menentukan dirinya sendiri. Aliran ini tidak menggunakan eksperimen dilaboratorium

seperti penelitian dengan mengawasi tingkah laku dan perkembangan pada binatang akan
tetapi humanisme lebih menekankan pentingnya peran factor suyektif seperti : gambaran

dari seseorang, penilaian diri dan kerangka sasaran atau cita-cita ideal

Ke enam aliran yang telah diuraikan diatas menjadi konsep yang selalu

digunakan para psikologi sampai saat ini untuk meneliti/mengamati jiwa manusia. Para

psikologi saat ini tidak menganut aliran karena mereka mengembangkan dan

mengguanakan teori psikologi yang lebih objektif dari aliran tersebut, saling melengkapi,

dan saling menyempurnakan satu sama lian.

Dikutip dari Suprianto (2014) ciri khas dari psikologi modern yang antara lain

nampak sebagai berikut:

 Bersifat totalitas

 Bersifat teologis

 Vitalistis biologis ( jiwa dipandang aktif dan bergerak dalam hidup

manusia)

 Melakukan pendalaman dan penyelaman terhadap jiwa (verstehend)

 Berdasarkan nilai-nilai

 Gejala-gejala jiwa dihubungkan dengan subyeknya

 Memandang jiwa aktif dinamis

 Mementingkan fungsi jiwa

 Mementingkan mutu/kualitas

 Lebih mementingkan perasaan

3. Dimensi Aksiologis Ilmu Psikologi

Untuk memahami suatu ilmu dalam pembahasan ini, ilmu psikologi juga dapat

dipahami dengan mencari dimensi aksiologis dari sebuah ilmu yang dapat dicari dengan

menjawab tiga problem fundamental aksiologi dalam ilmu dalam aliran-aliran yang
terdapat dalam ilmu psikologi, yaitu bagaimana hubungan nilai dan pengetahuan? Lalu

apa tujuan ilmu tersebut? Dan bagaimana sikap ilmuwannya?

Aliran Dimensi Aksologis Ilmu Psikologis

Kebebasan ilmu Tujuan ilmu Sikap ilmuwan

Structuralisme Ilmu terikat dengan untuk mengetahui lebih bersikap


nilai struktur terdalam menjadi pendengar
dari keadaan mental yang baik
Fungsionalisme Ilmu terikat dengan Untuk Sehingga sikap

nilai menghubungkan ilmuwan dari aliran

pikiran dan perilaku ini juga lebih kepada

manusia dan observatif.

mengaitkannya

dengan hubungan

antara manusia

dengan

lingkungannya.

Behaviorime Ilmu terikat dengan menjadikan ilmu lebih kepada

nilai psikologi menjadi observatif.

kajian yang realistis

Psikoanalisis Ilmu terikat dengan Tujuannya lebih Menganalisis

nilai kepada tujuan medis penyakit pasien dan

memberi pengobatan

Humanistik Ilmu terikat dengan membantu manusia bersikap sebagai

nilai mengekspresikan teman yang baik bagi

dirinya secara kreatif orang yang ditangani


dan

merealisasikannya

secara utuh

Gestalt Ilmu terikat dengan untuk memahami ilmuwan harus

nilai dan saling psikologi melalui bersikap kritis

mempengaruhi ke keseluruhan, tidak

ilmu berikutnya hanya dari

pengalaman,

prasangka, dan lain-

lainnya, melainkan

secara keseluruhan

4. Dimensi Epistemologis dan Metodis Ilmu Psikologi

Selain dimensi aksiologis, dalam memahami ilmu juga dapat dipahami melalui

pembahasan dimensi epistemologis dan metodologis dalam suatu ilmu. Terdapat tiga

problem fundamental juga dalam pembahasan dimensi epistemologis dan metodis suatu

ilmu, yang akan digunakan untuk memahami ilmu psikologi melalui aliran-aliran yang

terdapat di dalamnya. Yaitu apa sumber pengetahuan dari ilmu tersebut? Juga bagaimana

metode atau cara yang digunakan? Dan bagaimana validitas kebenaran teori tersebut?

Aliran Dimensi Epistemologis dan Metodis Ilmu Psikologi

Sumber Metode Validitas kebenaran

pengetahuan

Structuralisme Pengalaman Metode introspeksi relatif


seseorang
Fungsionalisme Empiris (lebih ke Metode observatif dan pragmatis

fungsi dari hal yang intospeksi

ada)

Behaviorime Empiris, tingkah- Obeservasi tingkah korenspondensi

laku manusia laku

Psikoanalisis Kesadaran manusia Metode analisis Kebenaran

konsistensi

Humanistik Berpusat pada peran Life history atau Kebenaran

subjektif individu riwayat korespodensi

(menekankan pada hidup(berusaha

Free will) memahami manusia

dari riwayat hidupnya)

Gestalt Bersumber dari 1. Introspkesi Konsistensi

fenomena 2. Eksperimentasi

3. Komparatif

5. Dimensi Ontologis Ilmu Psikologi

Juga terdapat dimensi ontologis untuk memahami ilmu psikologi. Terdapat tiga

problem fundamental yang akan membantu kita untuk memahami ilmu psikologi, yaitu

apa hakikat objek ilmu psikologi? Bagaimana pandangan ilmuwan terhadap objek ilmu

tersebut? Dan yang terakhir bagaimana sifat-sifat objek ilmu psikologi itu?
Aliran Dimensi Ontologis Ilmu Psikologi

Hakikat objek Pandangan ilmuwan Sifat objek

Structuralisme Kesadaran karena Wundt dan rekannya relatif dan


merupakan berpendapat bahwa pengalaman mental
keutamanaan pengalaman mental itu terstruktur.
kejiwaan yang kompleks itu
memiliki struktur
yang terdiri dari
keadaan mental yang
sederhana
Fungsionalisme Fungsi dari James Fleksibel

fenomena kejiwaan mengemukakan

pendapatnya bahwa

psikologi tidak dapat

membuktikan

seberapa bebasnya

kemauan dan

menekankan pada

psikologi fungsional

pada kesadaran

bahwa metode untuk

beradaptasi dengan

lingkungan

dibutuhkan data yang

berasal dari hasil

observasi perilaku

aktual
Behaviorime Tingkah laku Watson teori tentang realistis

manusia stimulus-respon.

Stimulus merupakan

semua objek dari

eksternal atau

lingkungan individu.

Respon merupakan

reaksi atau jawaban

dari stimulus yang

diterima

Psikoanalisis Kesadaran manusia Sigmun Terstruktur

mengungkapkan

teori dasarnya

tentang alam sadar

dan alam bawah

sadar. Alam sadar

merupakan apa yang

orang sadari

sepenuhnya dan

merupakan alam

nyata, sedangkan

alam bawah sadar

merupakan

kesadaran semu
Freued dengan

pandangan struktur

kesadaran Id, Ego

dan Super Ego

Humanistik Manusia Maslow totalitas, aktif dan

mengemukakan teori dinamis, dan bebas

motivasi dimana

perkembangan

psikologis manusia

didasarkan pada

pemenuhan

kebutuhan dasarnya

seperti kebutuhan

fisiologis, kebutuhan

akan keamanan,

kebutuhan kasih

sayang, kebutuhan

harga diri, dan

aktualisasi diri

Gestalt Keseleuruhan Weitheimer. Dia menyeluruh

kejiwaan menjelaskan bahwa (totalitas) dan

seseorang kompleks.

merupakan efek dari

keseluruhan

fenomena .
seseorang melihat

aliran cahaya,

meskipun dia hanya

melihat satu cahaya

dalam satu waktu.

Keseluruhan

peristiwa saling

berhubungan

membentuk untaian

dari masing masing

lampu.
Daftar Pustaka

Suprianto. 2014. Sejarah Perkembangan Psikologi. Diambil dari Para Pencari

Ilmu: http://search-ilmu23.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-

psikologi.html. Diakses pada tanggal 28 Mei 2019, pukul 19.25 WIB.

Ina. 2017. Sejarah Perkembangan Psikologi Paling Lengkap. Diambil dari

DosenPsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/sejarah-perkembangan-psikologi.

Diakses pada tanggal 28 Mei 2019, pukul 20.31 WIB.

---. 2017. Aliran-Aliran Psikologi Lengkap dengan Penjelasan. Diambil dari

DosenPsikologi.com: https://dosenpsikologi.com/aliran-aliran-psikologi. Diakses

pada tanggal 03 Juni 2019, pukul 08.12 WIB.

Nangoi, P. 2015. Sejarah Psikologi di Indonesia. Diambil dari Binus University

Faculty of Humanities| Psychology: https://psychology.binus.ac.id/2015/04/29/sejarah-

psikologi indonesia/. Diakses pada tanggal 27 Mei 2019 pukul 21.20 WIB.

Rahayu, S. 2015. Pengertian Ideologi. Diambil dari Seputar Pengertian:

http://seputarpengertian.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-ideologi.html. Diakses

pada tanggal 27 Mei 2019, pukul 22.19 WIB.

Walgito, B. 1972. Pengantar Psychologi Umum. Jogjakarta: Jajasan Penerbitan

Fakultas Psychologi UGM.

Yuris, A. 2008. Wacana dan Ideologi. Diambil dari Nera Academia:


https://andreyuris.wordpress.com/2008/08/05/wacana-dan-ideologi/. Diakses pada
tanggal 27 Mei 2019, pukul 20.05 WIB.

Anda mungkin juga menyukai