Anda di halaman 1dari 8

Alex T.

 Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

MODUL MATERI MK MERCHANDISING GARMEN

INDUSTRI GARMEN / FESYEN 
1. Piramida Pembelian Produk Garmen / Fesyen 
Pengambilan  keputusan  konsumen  untuk  membeli  sebuah  produk  garmen  selain  yang 
ditujukan  untuk  pakaian  seragam  didasari  atas  keinginan  atau  kebutuhan  akan  produk. 
terjadinya ketertarikan konsumen atas produk dapat didasarkan atas disain, warna dan/atau 
kualitas  produk.  Disini  proses  pengambilan  keputusan  sangat  subjektif  tergantung  dari 
konsumennya.  Hal‐hal  yang  dapat  mempengaruhinya  antara  lain  selera,  mood,  tujuan 
pemakaian, kenyamanan pakai hingga pengetahuan atas bahan dan produk. 
Berikutnya pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian akan dipengaruhi oleh harga 
jual  yang  pantas,  disini  disebutkan  ‘pantas’  karena  pada  dasarnya  nilai  harga  itu  relatif 
terhadap pasar konsumennya. Kepantasan pasar konsumen kelas “Matahari” akan berbeda 
dengan kelas konsumen “Ramayana” ataupun “Metro”. 
Kemudian  jika  konsumen  sudah  memutuskan  untuk  membeli  produk  maka  tugas 
pemanufaktur atau penjual untuk selalu  menyediakan ukuran yang tepat dan ketersediaan 
produk yang sesuai dengan keinginan konsumennya. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
  Gambar 1.1 : PIRAMIDA PEMBELIAN PRODUK GARMEN 
 
Kegagalan  penyedia  produk  dalam  mengarahkan  konsumen  untuk  melalui  tingkatan‐
tingkatan  ini  di  tingkat  manapun  dapat  mengakibatkan  terjadinya  gagal  jual  atas  produk 
tersebut.  Hal  ini  harus  disadari  sepenuhnya  oleh  pemanufaktur  atau  penjual  jika 
menginginkan proses penjualan atas produknya dapat terjadi. 
 

alexhidayat.blogspot.com  1 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

2. Industri Garmen / Fesyen 
Industri garmen / fesyen pada sejatinya adalah penggabungan dari beberapa sistem / tugas 
yang dapat dikelompokkan sebagai bagian‐bagian pekerjaan : 
1. Pemasaran dan Penjualan (Marketing and Sales) 
2. Merchandiser dan Follow Up (Merchandising and Follow Up) 
3. Perencanaan Produksi (Production Planning) 
4. Produksi (Production) 
5. Kendali dan Penjamin Mutu (Quality Control and Quality Assurance) 
6. Keuangan (Finance / Accounting) 
7. Pembelian (Purchasing) 
8. Operasional (Operational) 
Tiap‐tiap bagian tersebut mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing‐masing namun 
dengan saling ketergantungan dan keterikatan yang sangat erat antar bagiannya. Keserasian 
dan  keselarasan  kerja  antar  bagian  bukan  hal  mudah  untuk  dilakukan  karena  melibatkan 
banyak orang dengan kemampuan, integritas dan dasar keilmuan yang berbeda‐beda. Adalah 
tugas para pemimpin tiap bagian untuk dapat menyelaraskan perbedaan ini agar dapat terjadi 
kondisi dan lingkungan kerja yang kondusif dengan interaktif yang saling menghargai tugas 
dan kewenangannya masing‐masing. 
Kelemahan  pada  satu  bagian  saja  dapat  mengakibatkan  gangguan  kinerja  industri  garmen 
secara keseluruhan. 

2.1 Pemasaran dan Penjualan  (Marketing and Sales) 
Harus dibedakan antara pengertian Pemasaran (Marketing) dengan Sales (Penjualan). 
Bagian  marketing  bertugas  melakukan  penetrasi  pasar  termasuk  membuka  pasar  baru  dan 
sesuai arahan dan tujuan perusahaan. 
Marketing  bertanggung  jawab  atas  promosi,  menghitung  dan  merekomendasikan  target 
penjualan,  membuat  rencana  dan  strategi  penjualan,  menjual  produk,  meningkatkan  nilai 
penjualan, meningkatkan keuntungan bagi perusahaan, menampung dan meneruskan saran 
atau  pendapat  dari  konsumen  mengenai  produk  yang  dijual  kepada  bagian  terkait  lain  di 
perusahaan yang berkepentingan atasnya, guna meningkatkan kepuasan pelanggan. 
Sedangkan  tugas  Sales  lebih  kepada  upaya  melakukan  penjualan  sebanyak‐banyaknya  dan 
memberikan keuntungan bagi perusahaan berdasarkan rencana dan arahan pemasaran selain 
dapat juga menyerap aspirasi dan pendapat konsumen atas produk yang dijualnya. 

2.2 Merchandiser dan Follow Up (Merchandising and Follow Up) 
Merchandising  bertugas  untuk  menyediakan  produk‐produk  sesuai  dengan  pesanan  atau 
permintaan  pasar,  baik  konsumen  atau  pembeli  secara  langsung  maupun  dari  bagian 
alexhidayat.blogspot.com  2 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

marketing  sesuai  dengan  analisa  perkiraan  permintaan  pasar  dan  kemungkinan  serapan 
produk. Tugas‐tugas ini dilakukan oleh seorang Merchandiser. 
Tugas merchandiser pada industri garmen yang memiliki dan mengembangkan merek sendiri 
dituntut  untuk  dapat  membuat  perencanaan,  pengembangan  dan  mencari  sumber  bahan 
baku  dan  bahan  bantu  serta  melakukan  persentasi  pemilihan  produk  dengan 
memperhitungkan  tren  model,  kepuasan  konsumen,  daya  serap  pasar,  harga  dan  waktu 
produksi. 
Sedangkan  tugas  merchandiser  pada  industri  garmen  berbasis  ekspor  sebagian  besar 
mengarah  kepada  urusan  manajemen  dan  administrasi  seperti  mempersiapkan  data  yang 
diperlukan untuk pelaksanaan proses produksi, pembuatan order‐order pesanan bahan baku 
dan    bahan  bantu  produksi  hingga  persiapan  pembuatan  dokumen‐dokumen  pengiriman, 
pengapalan dan penagihan pembayaran atas produk yang telah diselesaikan atau dikirimkan. 
Seringkali pada lingkup industri garmen merchandiser dituntut juga untuk mampu melakukan 
perhitungan harga pokok produksi (HPP) sebuah produk. Perhitungan harus dilakukan dengan 
benar dan efisien. Kesalahan perhitungan dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.  

Pengertian Merchandiser di industri garmen seringkali dirancukan dengan Follow Up. Padahal 
ada  perbedaan  tugas  antara  merchandiser  dengan  follow  up.  Follow  up  bertugas  sebagai 
jembatan  penghubung  antara  merchandiser  dengan  unit  produksi  serta  mengikuti  proses 
produksinya  namun  tidak  berhubungan  secara  langsung  dengan  pembeli,  berbeda  dengan 
merchandiser  yang  berhubungan  dengan  pembeli  dan  bertindak  mewakili  pemanufaktur 
dalam  hal  penyediaan  dan  penyelesaian  produk  pesanan.  Namun  pada  beberapa  industri 
garmen seringkali kedua tugas ini disatukan dan diemban oleh seorang merchandiser saja. 

2.3 Perencanaan Produksi (Production Planning) 
Production  Planning  berkewajiban  untuk  membuat  perencanaan  dan  mengatur  urutan 
pengerjaan  order‐order  produksi.  Seringkali  Prod.  Planning  juga  dituntut  untuk  membuat 
standar urutan / peta proses (asembling) berikut perhitungan waktu serta penentuan target 
dan perhitungan waktu produksi. 
Perhitungan  harus  dilakukan  dengan  benar  dan  efisien  sesuai  dengan  kemampuan  dan 
kapasitas yang ada. Kesalahan perhitungan dapat mengakibatkan terjadinya bottle neck pada 
proses  asembling  sehingga  tidak  tercapainya  target  output  yang  berakibat  pada  tidak 
terpenuhinya tengat waktu penyelesaian order. 
Pada  bagian  ini  biasa  dikenal  adanya  istilah  IE  (Industrial  Engineering)  dan  TE  (Technical 
Engineering). Orang‐orang yang ditempatkan pada bagian ini harus benar‐benar memahami 
proses  produksi  secara  paripurna  dan  benar  sesuai  dengan  kondisi  yang  berlaku  di  lini 
produksi agar perencanaan yang dibuatnya dapat terealisasi dengan baik. 

alexhidayat.blogspot.com  3 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

2.4 Produksi (Production) 
Bagian Produksi bertanggung jawab atas pembuatan dan penyelesaian produk sesuai dengan 
pesanan  dari  bagian  marketing  dan/atau  merchandising  dengan  tetap  mengutamakan 
efisiensi dan efektivitas kerja  dengan  terus berupaya untuk mengurangi pengeluaran biaya 
yang tidak perlu. 
Bagian  produksi  harus  mampu  melakukan  pengaturan  dan  pelaksanaan  proses  produksi 
dengan  baik  dan  benar  dengan  memanfaatkan  sumber  daya  yang  tersedia  dalam  upaya 
menyelesaikan  produksi  sesuai  permintaan  dan  tepat  waktu  dengan  berkoordinasi  dengan 
bagian Perencanaan Produksi. 
Selain  itu,  bagian  ini  juga  bertanggungjawab  atas  hasil  produknya  agar  sesuai  dengan 
spesifikasi yang disyaratkan, mutu dan standar‐standar lain yang telah ditetapkan. 

2.5 Kendali dan Penjamin  Mutu (Quality Control and Quality Assurance) 
Tugas  bagian  Kendali  Mutu  dan  Penjamin  Mutu  adalah  menciptakan  dan  menjaga  kualitas 
produk  agar  sesuai  dengan  standar  yang  ditetapkan,  baik  standar  perusahaan,  permintaan 
pembeli,  standar  yang  berlaku  nasional  dan/atau  internasional  dengan  melakukan 
pengendalian mutu pada proses persiapan, ketika proses produksi berlangsung hingga proses 
penyelesaian  produksi sampai  produk  siap  kirim  dengan  tambahan  tugas  untuk  melakukan 
upaya  antisipasi  atas  kemungkinan  terjadinya  penyimpangan  mutu  produk  sebelum  proses 
produksi berlangsung bagi para penjamin mutu. 
Proses penjaminan dan pengendalian mutu dilakukan dengan melakukan pengujian‐pengujian 
bahan skala laboratorium, pemeriksaan secara visual dan pengukuran‐pengukuran pada hal‐
hal tertentu sesuai keperluan tahapan produksi terhadap bahan baku, bahan bantu, proses 
asembling hingga proses akhir pada urutan proses produksi garmen hingga produk siap kirim. 
Bahkan seringkali bagian penjamin mutu turut bertanggung jawab atas keluhan mutu produk 
untuk produk‐produk yang sudah dipasarkan atau dikembalikan oleh konsumennya. 
Dari uraian di atas nampak bahwa sebenarnya ada perbedaan antara tugas Pengendali Mutu 
(Quality Control) dan Penjamin Mutu (Quality Assurance). Quality assurance mempunyai tugas 
menjaga kualitas sebelum proses produksi dimulai sampai produk jadinya sampai ke tangan 
konsumen,  sedangkan  quality  control  bertugas  sejak  awal  proses  produksi  akan  dimulai 
sampai produk terkirimkan. 
Pelaksanaan  kendali  mutu  yang  benar  dan  konsisten  akan  membantu  kelancaran  proses 
produksi serta mengurangi keluhan konsumen atas mutu produk. Makin berkurangnya jumlah 
produk cacat dalam proses produksi dan berkurangnya keluhan konsumen atau pembeli atas 
produk jadi merupakan tolok ukur keberhasilan proses kendali mutu secara umum. 

alexhidayat.blogspot.com  4 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

2.6 Keuangan (Finance / Accounting) 
Bagian Keuangan yang berhubungan dengan arus uang dan pembiayaan ini bertugas untuk 
melakukan kontrol terhadap arus uang (cash flow) perusahaan agar tetap terjaga positif dan 
memberikan keuntungan bagi perusahaan. 
Bagian  ini  harus  mampu  melakukan  penilaian  atas  prioritas  pembiayaan  dan  menentukan 
biaya yang seharusnya dan layak dikeluarkan oleh perusahaan pada tiap pos‐pos keuangan 
sehingga  dapat  menghindari  pengeluaran  yang  tidak  perlu  serta  menghemat  belanja 
perusahaan.  
Bagian  ini  harus  mampu  mengatur  waktu  pembayaran  atas  tagihan‐tagihan  yang  masuk 
maupun  pembiayaan  operational  harian,  bulanan  dan  jangka  waktu  lainnya  dengan 
menyeimbangkan neraca pengeluaran dengan pemasukan. 

2.7 Pembelian (Purchasing) 
Bagian  Pembelian  berhubungan  dengan  proses  pembelian  kebutuhan  industri  garmen 
bersangkutan. Bahan yang dibeli bisa saja merupakan bahan baku dan bahan bantu produksi 
dan  prosesnya  ataupun  barang‐barang  lain  yang  bukan  merupakan  bahan  untuk  produksi 
namun menunjang operasional industri secara umum. 
Purchasing  harus  memastikan  bahwa  barang  yang  dibeli  sesuai  dengan  spesifikasi  yang 
diminta, berkualitas baik dengan harga yang pantas. 

2.8 Operasional / Pendukung (Operational / Supporting) 
Adalah bagian yang bertugas memberikan dukungan pada bagian‐bagian lain di perusahaan  
baik  dari  segi  ketenagakerjaan,  penyediaan  fasilitas‐fasilitas  yang  diperlukan  hingga 
pengaturan arus barang. 
Bagian ini biasanya bertanggungjawab atas penyediaan dan peningkatan kualitas sumber daya 
manusia,  keamanan,  kondisi  dan  ketersediaan  fasilitas–fasilitas  pendukung,  transportasi, 
logistik,  pengaturan  ruang  pamer,  pergudangan  hingga  pengaturan  kinerja  operasional 
industri secara keseluruhan. 

3. Faktor Pemicu Produksi Berbiaya Tinggi dan Rendahnya Produktifitas 
Tahun  2007  NPO  (National  Productivity  Organization)  di  bawah  Ministry  of  Industries, 
Production and Special Initiative Government of Pakistan melakukan sebuah studi mengenai 
kondisi  pemanufaktur  garmen  di  Pakistan  dan  di  negara‐negara  Asia  lainnya  dan  dalam 
laporannya disampaikan antara lain hal‐hal yang berhubungan dengan faktor‐faktor pemicu 
produksi berbiaya tinggi dan faktor umum penyebab rendahnya produktifitas. 

alexhidayat.blogspot.com  5 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

3.1 Faktor Pemicu Produksi Berbiaya Tinggi 
(1) Kesalahan perhitungan standar waktu kerja produksi  
(2) Pengaturan line balancing produksi yang tidak tepat  
(3) Rendahnya penerapan standar kualitas kerja dan mutu produk  
(4) Ketidaksesuaian pemanfaatan potensi sumber daya manusia dan sumber daya produksi  
(5) Kelemahan sistim perawatan mesin dan lingkungan kerja  
(6) Rendahnya efisiensi  
(7) Kelemahan metoda kerja dan kontrol terhadap proses kerja  
(8) Terlalu banyak memproduksi produk bernilai tambah kecil  
(9) Rasio buruh tidak langsung dengan buruh langsung tinggi  
(10) Ketidaknyamanan suasana dan kondisi lingkungan kerja  
(11) Kurangnya  pelatihan  dan  upaya  peningkatan  kemampuan  para  pekerja  yang 
berkesinambungan.  

3.2 Faktor Umum Penyebab Rendahnya Produktifitas 
(1) Material 
 Ketidaksesuaian kondisi bahan dengan pesanan  
 Kualitas yang rendah  
 Jumlah waste produk yang tinggi  
 Pemanfaatan yang kurang baik  
 Pemborosan bahan baku. 

(2) Produktifitas 
 Kesalahan perhitungan waktu proses produksi  
 Pengaturan balancing mesin yang tidak tepat  
 Rendahnya kinerja produksi  
 Ketidaktepatan penentuan metoda kerja  
 Tingginya waktu non produktif (wasted time) 
 Rendahnya kemampuan pekerja  
 Manajemen / organisasi kerja yang kurang baik.  

(3) Kapasitas Mesin 
 Seringnya terjadi gangguan pada mesin produksi  
 Rendahnya output produksi  
 Tingginya biaya produksi  
 Kurangnya upaya perawatan mesin  
 Kelambatan dalam set up lay out mesin  
 Kecepatan mesin rendah  
 Pemakaian mesin‐mesin produksi “tua”. 

 
alexhidayat.blogspot.com  6 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

(4) Metoda Kerja 
 Kelemahan dalam penanganan produk  
 Lay out pabrik / mesin yang tidak baik  
 Ketidakteraturan tugas departemen pendukung  
 Kelemahan penanganan detail produksi  
 Penanganan peralatan kerja yang kurang baik. 

4. KAIZEN – Continous Improvement 
“KAIZEN” adalah sebuah konsep manajemen yang berasal dari Jepang yang merupakan prinsip 
fundamental dari konsep lean manufacturing yang diterapkan sebagai pendekatan bertahap 
secara sistematis dan berkelanjutan dalam upaya untuk menciptakan sebuah lingkungan kerja 
ideal yang berdampak besar terhadap mutu, produktivitas, kebersihan dan kenyamanan kerja 
serta dapat memotivasi SDM dalam bekerja. Konsep‐konsep manajemen ini dapat diterapkan 
untuk  mengurangi  faktor‐faktor  pelemah  daya  saing  industri  garment  berdasarkan  atas 
penelitian yang dilakukan oleh NPO di atas. 
Konsep Kaizen dikenal juga dengan istilah konsep 5S atau di‐Indonesia‐kan menjadi konsep 5R 
yang merupakan salah satu alat yang cukup efektif dalam upaya perbaikan yang berkelanjutan 
atas  kesinambungan  sebuah  industri,  apapun  jenis  produknya.  5S  merupakan  sarana  yang 
efektif  untuk  meningkatkan  mentalitas  dasar  dari  pekerja  termasuk  cara  berpikir  dan 
bertindak dalam pelaksanaan pekerjaan sehari‐hari serta sikap yang menunjang penerapan 
sistem manajemen perusahaan secara umum. 
Konsep 5S (5R) tersebut adalah : 
(1) Seiri – Short (Ringkas) 
Hal  –  hal  yang  tidak  perlu  selama  pelaksanaan  pekerjaan  disingkirkan,  sehingga  laju 
material dapat berjalan dengan lancar dan tidak terjadi penumpukan .  
Misalnya terjadinya pelambatan pergerakan komponen (cutting panel) karena terhalang 
oleh benda lain dalam aliran operasi sewing ( bottlenecking).  
(2) Seiton – Straighten (Rapih) 
Rapikan kondisi sekeliling tempat bekerja. 
Misalnya di seputaran mesin sewing maupun mesin pendukungnya dengan memberi 
tanda penempatan alat pendukung kerja seperti corong piping , ikat gunting dengan tali 
dan lain lain, sehingga mudah ditemukan ketika diperlukan.  
(3) Seiso – Sweep and Clean (Resik) 
Bersihkan area tempat kerja setiap saat. 
Misalnya  dengan  melakukan  pembersihan  sisa  potongan  kain,  debu  dan  kotoran  lain 
sebelum kerja, setelah istirahat dan  sebelum pulang setiap hari, sehingga kekotoran ini 
tidak “menular” pada produk. 

alexhidayat.blogspot.com  7 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 
Alex T. Hidayat     INDUSTRI GARMEN / FESYEN

(4) Seiketsu – Systemize (Rawat) 
Lakukan  usaha  Seiri  (Ringkas),    Seiton  (Rapi),  Seiso  (Resik)  tersebut  di  atas  selain 
perawatan  rutin  mesin‐mesin  secara  sistematis  dan  jika  perlu  lakukan  sebuah 
pemeriksaan rutin yang melibatkan manajemen dalam mengontrol dan mengawasi usaha 
yang telah dilakukan karyawan.  
(5) Shitsuke – Standardize (Rajin) 
Melakukan  pelatihan  agar  bisa  mengikuti  segala  peraturan  yang  berhubungan  dengan 
aturan perusahaan, sistim dan metoda kerja yang menyangkut peningkatan kebersihan 
dan kenyamanan tempat kerja dan efisiensi serta efektivitas produksi.  

5. Kesimpulan 
Bagian‐bagian  Pemasaran  dan  Penjualan,  Merchandiser,  Perencanaan  Produksi,  Produksi, 
Penjamin  dan  Kendali  Mutu,  Keuangan,  Pembelian  serta  Operasional  adalah  pembagian‐
pembagian skala besar sebuah industri garmen/fesyen.  
Semua  bagian‐bagian  yang  diisi  oleh  orang‐orang  dari  disiplin  ilmu  yang  berbeda‐beda 
tersebut  harus  dapat  bekerja  dalam  satu  sistim  manajemen  yang  baik,  melaksanakan 
kewajiban  dan  tugasnya  masing‐masing  sesuai  dengan  ketentuan  dan  tuntutan  tanggung 
jawabnya secara efisien dan efektif. 
Kelemahan  satu  bagian  atau  bahkan  satu  unit  kerja  saja  akan  dapat  mengakibatkan 
terhambatnya kinerja industri secara keseluruhan. 
Inefisiensi  satu  bagian  atau  bahkan  satu  unit  kerja  saja  akan  dapat  mengakibatkan 
terganggunya upaya efisiensi industri garmen secara keseluruhan.  
Selain itu beberapa faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi unit produksi harus 
diantisipasi untuk mengefisienkan kinerja sebuah industri garmen dan dalam sebuah industri 
–apapun produknya‐ upaya‐upaya peningkatan kinerja harus terus menerus dilakukan dalam 
upaya meningkatkan daya saing atau paling tidak memantapkan posisi industri tersebut pada 
persaingan yang akan terus berlangsung. 
 
 
 

alexhidayat.blogspot.com  8 
Hak Atas Kekayaan Intelektual dilindungi Undang‐Undang. 
Dilarang menyalin, memperbanyak dan menyebarkan materi ini tanpa seizin penulis. 

Anda mungkin juga menyukai