Anda di halaman 1dari 6

UNIVERSITAS INDONESIA

TUGAS
DESAIN LERENG BATUAN

Diajukan sebagai pemenuhan tugas


Mata Kuliah Topik Khusus Geoteknik

HUTAMI MAHARDIMA
1606831760

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
KEKHUSUSAN TEKNIK SIPIL
DEPOK
DESEMBER 2019
TUGAS MK TOPIK KHUSUS GEOTEKNIK
HUTAMI MAHARDIMA – 1606831760 – S1 TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDONESIA

1. Skema desain lereng tambang batuan


Proses desain lereng tambang memiliki beberapa tahapan kerja, yaitu sebagai
berikut:
- Desk Study: uji lapangan, uji laboratorium, review literatur
- Penyelidikan tanah: peta lokasi, observasi lapangan, pola retakan batuan
dan statigrafi lapisan tanah.
- Uji laboratorium: test parameter kuat geser, kuat desak (UCS), perilaku
batuan dan lain sebagainya.
- Analisis stabilitas: penetapan parameter untuk analisis stabilitas lereng,
penyelidikan potensi dan sensitivitas lereng terhadap kelongsoran.
- Monitoring lapangan: deformasi lereng, kedalaman muka air tanah dan
data seismik yang diperlukan.

Gambar 1. Skema Desain Lereng Batuan


TUGAS MK TOPIK KHUSUS GEOTEKNIK
HUTAMI MAHARDIMA – 1606831760 – S1 TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDONESIA

Perancangan lereng batuan membutuhkan input dari sisi geologis, struktur,


massa batuan dan hidrologi (muka air tanah, jenis aliran air dan lainnya). Input
tersebut kemudian digunakan untuk dasar dari model dan domain geoteknik.
Selanjutnya, dilakukan prediksi moda keruntuhan berdasarkan kekuatan dan struktur
dari batuan. Moda keruntuhan ini diolah pada proses desain dengan
mempertimbangkan regulasi, kebutuhan tambang, alat-alat yang akan digunakan dan
lainnya. Proses desain ini akan menghasilkan konfigurasi bench, sudut kemiringan
ramp, dan kemiringan struktur secara keseluruhan. Desain ini selanjutnya dianalisis
kestabilannya dengan memperhatikan kekuatan struktur, air tanah, tegangan in-situ,
dan risiko yang mungkin timbul dari keadaan geologis lapangan. Setelah melewati
proses analisis kekuatan dan risiko, dilakukan penyusunan metode konstruksi lereng
seperti cara blasting, dewatering dan depressuring. Desain dapat dilakukan setelah
metode konstruksi selesai direncanakan.

2. Alasan adanya upper bound dan lower bound pada FS lereng batuan
Pada studi terkait pembuatan desain lereng, terdapat hal-hal yang dapat
berpengaruh sehingga menimbulkan ketidakpastian, misalnya:
- Kedalaman bidang keruntuhan
- Muka air tanah dan pergerakannya
- Kekuatan batuan dan joint batuan setelah keruntuhan
- Waktu fracture dari batuan
- Proses pelapukan batuan
- Rentang waktu untuk keruntuhan massal
- Kekuatan residual dari batuan
- Pengujian laboratorium yang belum tentu dapat mewakilkan keadaan di
lapangan secara utuh
- Getaran akibat proses blasting

Karena hal-hal yang telah disebutkan di atas, maka perhitungan atas faktor
keamanan juga ikut mengalami ketidakpastian. Oleh karena itu, faktor keamanan
lereng pada setiap potongan melintang sebaiknya dibuat dalam bentuk rentang.
Rentang ini dapat dibuat dengan menentukan nilai minimum (lower bound) dan nilai
maksimum (upper bound). Idealnya, suatu lereng dikatakan stabil bila memenuhi
TUGAS MK TOPIK KHUSUS GEOTEKNIK
HUTAMI MAHARDIMA – 1606831760 – S1 TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDONESIA

batas tersebut. Berikut adalah ketentuan mengenai faktor keamanan menurut Bowles
(2000):

Tabel 1. Faktor Keamanan Lereng

Faktor Keamanan (FK) Keterangan


Lereng dalam kondisi aman
Lereng dalam kondisi kritis
Lereng dalam keadaan tidak aman
Sumber: Bowles, 2000

3. Evaluasi hasil stabilitas lereng pada gambar (FS minimum = 1.3)

Gambar 2. Desain Lereng Tambang


Analisis dari stabilitas desain lereng tambang di atas dapat dilakukan dengan
menggunakan dua parameter, yaitu ketinggian lereng dan sudut rerata lereng. Kedua
TUGAS MK TOPIK KHUSUS GEOTEKNIK
HUTAMI MAHARDIMA – 1606831760 – S1 TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDONESIA

parameter ini dapat dikorelasikan dengan grafik slope angle vs. slope height sebagai
berikut:

Gambar 3. Hubungan antara Sudut Rerata Lereng dengan Kedalaman Tambang

Gambar 4. Hubungan antara Sudut Rerata Lereng dengan Kedalaman Tambang untuk
Kelas Batuan R3 dan R4
Sumber: Sjoberg, 2010
TUGAS MK TOPIK KHUSUS GEOTEKNIK
HUTAMI MAHARDIMA – 1606831760 – S1 TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDONESIA

Analisis faktor keamanan sesuai dengan Gambar 2 sulit dilakukan,


dikarenakan kurangnya data terkait ketinggian lereng dan sudut rerata lereng. Oleh
karena itu, analisis hanya dapat dilakukan berdasarkan informasi struktur batuan yang
ada, sehingga dapat dibuat tabel sebagai berikut:

Tabel 2. Analisis Desain Lereng Tambang

Titik Bor Keterangan


01 Potential Toppling
02 Potential Toppling
03 Potential Toppling
04 Potential Toppling/Plane Failure
05 Potential Wedge Failure
06 Tidak ada data, dianggap stabil
07 Tidak ada data, dianggap stabil
08 Tidak ada data, dianggap stabil
09 Tidak ada data, dianggap stabil
10 Potential Plane Failures
11 Potential Wedge Failures

Anda mungkin juga menyukai