Anda di halaman 1dari 7

BENGKAK (EDEMA) DAN NAFSU MAKAN

EDEMA

Edema berarti pengumpulan cairan berlebihan pada sela-sela jaringan atau rongga tubuh. Secara
garis besar cairan edema ini dapat dikelompokkan menjadi edema peradangan atau eksudat dan
edema non radang atau transudat. Sesuai dengan namanya eksudat timbul selama proses
peradangan dan mempunyai berat jenis besar (> 1,20). Cairan ini mengandung protein kadar
tinggi sedangkan transudat mempunyai berat jenis rendah (<1,15) dan mengandung sedikit
protein. Edema dapat bersifat setempat atau umum. Edema yang bersifat umum dinamakan
anasarka, yang menimbulkan pembengkakaan berat jaringan bawah kulit. Edema yang terjadi
pada rongga serosa tubuh diberi nama sesuai dengan tempat yang bersangkutan

Etiologi penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:

1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan


osmotic plasma. Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari
pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang
dari normal. Dengan demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal
diruang – ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan
konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran
berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal; penurunan sintesis
protein plasma akibat penyakit hati (hati mensintesis hampir semua protein
plasma); makanan yang kurang mengandung protein; atau pengeluaran
protein akibat luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma
yang keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak.
Sebagai contoh, melalui pelebaran pori- pori kapiler yang dicetuskan oleh
histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan
osmotik koloid plasma yang menurunkan ke arah dalam sementara
peningkatan tekanan osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh
kelebihan protein di cairan interstisium meningkatkan tekanan ke arah luar.
ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang
berkaitan dengan cedera (misalnya , lepuh) dan respon alergi (misalnya ,
biduran) .
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan
disertai peningkatan tekanan darah kapiler, karena kapiler mengalirkan
isinya ke dalam vena. Peningkatan tekanan ke arah dinding kapiler ini
terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif.
Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena.
Salah satu contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang
sering terjadi pada masa kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena –
vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-
vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini
menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di
ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema, karena kelebihan cairan
yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat
dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan
interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan
limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran
drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar
limfe selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang
lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan
melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Apapun
penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan pertukaran
bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan
interstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient,
O2, dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan
demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang
mendapat pasokan darah.
MEKANISME EDEMA (KASUS)

Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic plasma.


Penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah
cairan yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian terdapat cairan tambahan yang
tertinggal diruang- ruang interstisium.

Edema yang disebabkan oleh penurunan konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui
beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal ; penurunan
sintesis protein plasma akibat penyakit hati (hati mensintesis hampir semua protein plasma);
makanan yang kurang mengandung protein ; atau pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas.
Edema juga bisa terjadi karena disebabkan hipoalbuminemia, gangguan dinding kapiler, dan
hormonal akibat dari gangguan eliminasi ADH serta karena ekstravasasi cairan diluar sel dan
pembuluh darah.
NAFSU MAKAN

Hipothalamus mengatur banyak aspek motivasi dan emosi termasuk rasa lapar, haus

dan perilaku sexual. Dorongan (drive) primitif untuk mengambil makanan merupakan usaha

organisme untuk bertahan hidup yang umumnya dihubungkan dengan lapar murni. Rangsangan

selera makan datang dari sumber-sumber beraneka ragam seperti distensi lambung, kadar

glukosa dalam darah dan asosiasi psikik seperti bau, melihat dan mengecap makanan. Daerah

hipothalamus yang bersangkutan dengan respon makan dinamakan Appestat / Appetite Control

System (ACS). ACS juga merupakan kontrol bersama terhadap berat badan, suhu, tingkat

aktivitas, siklus reproduksi pada wanita, dan energi yang tersedia untuk memutuskan berapa

banyak makanan yang diperlukan hari ini.

MEKANISME NEURAL MENGATUR KONTROL MAKAN

Melalui nervus vagus, otak menerima informasi mengenai isi pencernaaan dari usus dan

metabolisme zat-zat makanan pada hepar. Peninggian konsentrasi glukosa setelah makan

menyebabkan penyampaian rangsang dari traktus solitarius pada nukleus serabut saraf vagus.

Melalui nukleus saraf vagus ini informasi rangsangan ini diteruskan ke hipothalamus dan

komponen dari sistem limbic pada forebrain.

Pada hipothalamus rangsang akan melibatkan daerah yang berperan dalam respon
makan meliputi :

1. Nukleus Ventromedial Hipothalamus dinamakan pusat kenyang, disebut sebagai satiety

system

2. Nukleus Lateral Hipothalamus dinamakan pusat lapar atau pusat makan atau disebut sebagai

feeding system

Pengaturan Kimiawi

Rangsang pada hipothalamus seperti contohnya konsentrasi makanan di dalam gastrointestinal

dan lain – lain, juga akan menyebabkan reaksi pada sistem saraf otonom yang mengakibatkan

hipothalamus akan mensekresikan neurotransismiter termasuk serotonin, katekolamin

(epinefrin, norepinefrin, dopamin), opiat endogenous dan neuropeptides. Neuropeptides yang

dihasilkan yaitu : • Neuropeptide Y (NPY): berperan dalam keinginan untuk makan/ rasa lapar •

Glucagon-like Peptide 1 (GLP-1): berperan pada rasa kenyang Hipothalamus juga berhubungan

dengan pengaturan hormonal tubuh, mengatur kelenjar pituitary dimana hal ini akan

menyebabkan pengaturan kelenjar –kelenjar endokrin.Nukleus-nukleus hipothalamus yang

berespon terhadap Kadar Glukosa Darah apabila kadar glukosa darah rendah, maka akan

hipothalamus melepaskan impuls ke batang otak sehingga timbul rangsang pelepasan sejumlah

hormon yang mempengaruhi respon makan. VI. Hubungan antara Hipothalamus dan Leptin

Sejak tahun 1940 para ahli telah mengetahui bahwa hipothalamus memegang peranan kunci
pada pengaturan makan dan berat badan. Pada binatang percobaan kerusakan daerah

Ventrolateral hipothalamus ini akan mengakibatkan selera makan yang meningkat, banyak

makan dan menjadi gemuk sedangkan pada lesi daerah Lateral Hipothalamus akan

menyebabkan anoreksia dan penurunan berat badan. Mutiara Indah Sari : Regulasi Sistem Saraf

Pada Nafsu Makan, 2007 Pada tahun 1994 yang lalu, Jeffrey Friedman MD, PhD, seorang

professor pada Rockefeller University, New York dan anggota grup resetnya menemukan bahwa

hormon Leptin yang disintesis oleh sel-sel lipid merupakan penghantar signal pada otak untuk

kontrol makan. Penemuan ini diharapkan merupakan jalan baru untuk mengontrol gangguan

makan dan kegemukan. Gambar 4. Pengaturan Leptin pada Hipothalamus Pada bagian Medial

Hipothalamus, Leptin mengaktifkan sel saraf Anorectic yang akan melepaskan neuropeptide

yang menekan appetite (POMC, CRH dan CART). Mutiara Indah Sari : Regulasi Sistem Saraf Pada

Nafsu Makan, 2007 Pada saat yang sama, Leptin akan menghambat kelompok sel saraf lain yang

sensitif terhadap Leptin yang disebut Orexigenic yang akan melepaskan neuropeptide yang

mengatur appetite ( NPY dan AGRP). Ke dua kelompok sel saraf yang sensitif terhadap leptin ini

akan mengirim signal penekanan appetite untuk kunci sel saraf pada bagian lateral

hipothalamus mengontrol kebiasaan termasuk kebiasaan makan


DAFTAR PUSTAKA

Aini, Zida Maulina, dkk. 2011. Bengkak. http://fk.uho.ac.id/dokumenhpeq/modul/modul-


Bengkak.pdf, diakses pada tanggal 26 April 2016

Sherwood, Lauralee. 2012. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai