Abstrak— Semarang merupakan kota metropolitan terbesar ke- Hotel Tentrem sebelumnya sudah ada di Jogjakarta dan
lima setelah Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Hotel interior hotel berlanggam kontemporer dengan sentuhan Jawa.
Tentrem Semarang adalah hotel bintang lima dan dijadikan Pendatang yang menetap di Semarang banyak pendatang
bahan studi pada riset ini. Keanekaragaman budaya di dari Cina, hal ini dikarenakan adanya pelabuhan Tanjung
Semarang sangat beragam dan menarik dieksplor. Karena Emas yang dijadikan tempat berlabuh untuk berdagang.
banyak pendatang dan menghasilkan budaya baru, contohnya
Sehingga banyak pedagang yang menetap dan menghasilkan
kebudayaan Cina. Pendatang di Semarang mayoritas berasal
dari etnis Cina sehingga membentuk banyak hasil kebudayaan budaya baru di Semarang. Salah satunya ialah Wayang Potehi.
akulturasi antara Cina dan Jawa. Keberadaan Hotel Tentrem Wayang Potehi merupakan wayang boneka yang dibawa ke
berada di tengah kota, mencakup Jln. Gajahmada – Jln. Pemuda Semarang dan berakulturasi dengan budaya Jawa dan beredar
– Jln. Pandanaran hingga bertemu di kawasan Simpang Lima ke seluruh nusantara. Namun, penyebaran eksistensi Wayang
Semarang. Hal ini menyebabkan potensi bersaingnya antar hotel Potehi tidak merata, pada umumnya Wayang Potehi akan
untuk mengembangkan bisnisnya. Hotel sekitar Simpang Lima mulai gencar saat menjelang imlek. Beberapa daerah yang
Semarang mempunyai desain interior yang kontemporer dan masih menjaga kelestarian Wayang Potehi ialah Surabaya,
modern. Hotel Tentrem merupakan hotel bintang lima dan Semarang, Blitar, dan lain-lain namun tidak banyak.
mempunyai standar interior hotel yang membawa budaya Jawa.
Dalam riset ini, metode yang digunakaan ialah metode
Dari banyak unsur yang dapat diaplikasikan pada interior
pendekataan budaya Cina, yaitu Wayang Potehi. Wayang Potehi hotel, penulis mengaplikasikan bentukan baju karakter
merupakan wayang pertama hasil akulturasi dan asimilasi Wayang Potehi dan suasana pementasan. Karena mengikuti
budaya Cina yang lahir dan berkembang di tanah Jawa. Dengan standar desain Hotel Tentrem, yakni kontemporer dan modern
tujuan mengenalkan Wayang Potehi pada masyarakat luas, dan namun tetap memiliki unsur kebudayaan.
meningkatkan daya jual Hotel Tentrem karena menjadi ciri khas
dari hotel tersebut. Pada interior hotel mengaplikasikan bentuk
yang sesuai dengan permintaan konsumen di pasaran, yaitu II. IDENTIFIKASI MASALAH
kontemporer modern. Namun untuk meningkatnya daya saing, Mendesain hasil studi akulturasi budaya Cina – Jawa yang
memadukan konsep budaya Peranakan Cina dengan dapat menciptakan suasana khas pada hotel yang dapat
mengaplikasikan Wayang Potehi pada interior hotel. Pada lobby
mengambil suasana pementasan Wayang Potehi, dan pada
diterima oleh semua etnis pengguna.
guestroom mengambil suana ’tentrem’ atau tenang namun Mewujudkan alur sirkulasi yang sesuai dengan kebutuhan
dengan bentuk baju karakter Wayang Potehi dan simbol-simbol pengguna hotel. Yaitu dari tamu yang akan menginap atau
Cina pada elemen interior. tidak menginap dan, pengelola administrasi hotel.
C. Tahap Identifikasi Tujuan disesuaikan dengan eksisting bangunan dan sesuai dengan
Tahap ini dilakukan untuk menentukan arah atau haluan konsep yang akan digunakan sehingga tercapainya tujuan
desain yang akan diciptakan untuk terciptanya imej dari merancang Hotel Tentrem.
sebuah hotel. 2) Analisa Warna
Menganalisa warna yang tepat untuk diaplikasian pada
D. Tahap Identifikasi Masalah elemen interior dan fasilitas pendukung Hotel dari potensi
Tahapan ini dilakukan untuk tujuan dan manfaat serta konsep yang sudah dijelaskan.
permasalahan yang ditemukan untuk mencapai tujuan guna 3) Analisa Furnitur
mendapatkan manfaat dari perancangan desain interior hotel. Analisa bentuk, warna, dan material furnitur yang menjadi
pengisi interior maupun fasilitas pendukung Hotel yaitu
E. Tahap Pengumpulan Data
berbentuk kontemporer, warna sesuai dengan konsep, material
Dalam melakukan perancangan, data yang dikumpulkan yang memberi kesan mewah.
dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. 4) Analisa Elemen Pendukung
Data primer merupakan data yang didapat secara langsung Menganalisa elemen pendukung/ elemen hias/ elemen
dengan pihak yang bersangkutan di lapangan. Sedangkan data estetis yang dapat digunakan dan menciptakan kesan mewah
sekunder merupakan data yang didapatkan dari pihak yang dan nyaman.
tidak bersangkutan secara langsung yaitu melalui studi 5) Analisa Sirkulasi
literatur. Analisa mengenai sirkulasi yang ada dan akan diterapkan
1) Data Primer dengan aktifitas yang terjadi di hotel bintang lima pada
Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian melalui umumnya. Yaitu aktifitas tamu saat datang sampai pulang,
pihak-pihak yang berkaitan langsung seperti survey ke Hotel aktifitas pegawai saat melayani tamu, tamu dengan fasilitas
di Jogjakarta dan survey ke klenteng untuk mengetahui dan sebagainya.
keadaan dan ambience pada rumah ibadah dan mengetahui 6) Analisa Ruangan
aturan berkehidupan budaya tertentu. Analisa tentang ruangan serta hubungan ruang dengan ruang
Dan melakukan wawancara dengan pelaku yang lainnya, menganalisa kedekatan ruang satu dengan ruang
berhubungan langsung mengenai awal konsep dan tujuan lainnya sesuai dengan kebutuhan pengguna dan standar Hotel
Hotel Tentrem, sampai wawancara lebih dalam mengenai Tentrem.
Wayang Potehi kepada dalang dan pengrajin wayang. 7) Analisa Zoning
2) Data Sekunder Analisa pembagian penetapan daerah private, semi-private,
Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dan public bagi tamu atau pengelola Hotel Tentrem
dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada 8) Analisa Aktifitas dan Kebutuhan Ruang
(peneliti sebagai tangan kedua). Data sekunder dapat diperoleh Menganalisa kebutuhan ruang sesuai dengan aktifitas-
dari berbagai sumber seperti buku literature, jurnal, laporan aktifitas yang ada di Hotel bintang lima pada umumnya dan
penelitian, majalah, maupun internet mengenai perhotelan, memberi gagasan ruang dan fasilitas.
Hotel Tentrem, Peranakan Cina dan Wayang Potehi. 9) Metode Desain
Di dalam sebuah metode desain diharuskan mengetahui kata
kunci utama untuk merancang Hotel, yaitu
C. Konsep Desain Sirkulasi untuk lantai dasar didesain seperti pada buku
karangan Hattrell, W.S. berjudul Hotels, Restaurants, Bars
yang dikatakan bahwa bangunan komersial mempunyai aturan
bahwa sirkulasi tamu dan pengelola lebih baik tidak bertemu
karena akan mengganggu aktifitas.
F. Konsep Plafon
Pada konsep plafon menerapkan drop ceiling degan
Gambar 2. Refrensi ambience pada perancangan lobby Hotel material yang digunakan adalah material gypsum board
dengan finishing cat putih. Selain itu juga menggunakan
material kayu sebagai aksen ataupun elemen estetis pada suatu
ruang.
H. Konsep Penghawaan
Pada konsep penghawaan menggunakan penghawaan
buatan berupa AC pada sebagian besar hotel, seperti lobby,
lounge, dan ruang umum lainnya. Pada smoking area
penghawaan yang digunakan adalah menggunakan exhaust Gambar 10. Layout Junior Executive Suite Room
fan.
Pada ruang Junior Executive Suite Room, didesain seperti
I. Konsep Pencahayaan dibagi dua ruang yaitu ruang tamu dan ruang tidur. Hal ini
Konsep pencahayaan menggunakan berbagai jenis memberikan suasana nyaman bagi pengguna layaknya di
pencahayaan, baik alami maupun buatan. Untuk pencahayaan rumah. Dengan memberi zona semi-private, agar energi positif
alami menggunakan cahaya matahari, karena pada hotel ini dapat menyebar dalam satu ruang.
terdapat banyak kaca untuk mendukung penggunaan
pencahayaan alami. Pada umumnya akan menggunakan down
B. Desain Akhir Ruang Terpilih
lighting dengan warna hangat pada kamar, dan putih pada
fasilitas umum Hotel seperti lobby, restoran, dll., dan beberapa 1) Area lounge
menggunakan decorative lighting sebagai penunjang suasana.
Gambar 8. Penerapan konsep pencahayaan pada kamar. Gambar 11. Area Lounge
Desain area resepsionis mengambil branding Hotelyaitu dapat diterima oleh banyak etnis. Penggunaan material
kontemporer. Dengan memberikan batik Tokwi pada lamp marmer dan kayu, serta bentuk furnitur yang besar memberi
table, dan bentukan Cina pada arm chair area resepsionis. kesan mewah dan elegan.
Unsur budaya Peranakan Cina bertujuan untuk
3) Guest Room (Junior Executive Suite Room) mengenalkan Wayang Potehi (Wayang hasil budaya antara
Jawa dan Cina) pada wisatawan lokal atau mancanegara,
sehingga mengembalikan hasil kebudayaan yang sudah jarang.
Layout pada lobby berubah dari awalnya. Yaitu posisi
resepsionis dan lounge ditukar untuk memaksimalkan alur
pengguna yang ergonomis. Untuk menentukan sirkulasi yang
maksimal, lebih baik apabila mengetahui siapa pengguna dan
dimana akan digunakan. Seperti halnya dalam Hotel Tentrem
Semarang, dalam satu lantai ada tamu, pengelola hotel, dan
front office. Maka aktifitas tidak akan terganggu apabila tamu
mempunyai sirkulasi yang berbeda dengan pengelola hotel.
Gambar 13. Area Tidur
DAFTAR PUSTAKA
Konsep pada kamar tamu ialah sesuai dengan nama hotel,
[1] A Rutes, Walter and Richard Penner. 1985. Hotel Planning and Design.
yaitu Tentrem atau tenang. Dengan konsep Cina dan suasana Architectural Press Ltd, New York.
yang hangat diharapkan dapat memberikan pengalaman yang [2] Hattrell, W.S. and Partner. (1962). Hotels, Restaurants, Bars. New York:
baru bagi pengguna. Reinhold Publishing Corporation.
[3] Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No.KM.3/HK.001/MKP
.02, 2002. Penggolongan Kelas Hotel.
VI. KESIMPULAN [4] Knapp, Ronald G. The Peranakan Chinese Home Art Culture in Daily
Life. Hong Kong: Tuttle Publishing.
Kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh pembahasan [5] Marlina, Endy. (2008). Panduan Perencangan Bangunan Komersil.
adalah sebagai berikut: Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Desain kontemporer banyak diterapkan pada desain interior [6] Panero, Julius and Zelnik Martin. (1979). Human Dimension & Interior
Hotel, mengingat desain kontemporer merupakan desain yang Space. New York: Whitney Library of Design .