Disusun Oleh :
Elwin Rustam / 615170019
Mitta Ratna Sari / 615170023
Vanny Marlinda / 615170110
KELAS : DI-A
PENDAHULUAN
Perkembangan zaman yang membuat kegiatan dan aktivitas manusia semakin tinggi
dan padat, membuat manusia membutuhkan tempat hiburan yang menarik dan temoat yang
nyaman untuk menghilangkan kepenatan dari hiruk pikuk ibukota dan pekerjaan.
Hotel, terutama kelas bintang lima, merupakan salah satu tipologi bangunan yang
mengandalkan pencahayaan untuk menciptakan ambience. Tentunya, guna menghadirkan
pengalaman terbaik bagi para tamu. Melalui lighting, para perancang berupaya untuk
menghadirkan mood dan menciptakan suasana yang diinginkan.
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identifikasi masalah pada perancangan
pencahayaan lobby hotel gloria suite. Dalam identifikasi masalah ini dijelaskan bagaimana
pembatasan cahaya di lobby hotel supaya tidak menyilaukan mata berikut yang akan sesuai
dengan persyaratan dan kebutuhan interior, serta mampu menampilkan citra yang diinginkan.
Hotel Gloria Suite merupakan hotel bintang 3 terdapat 58 kamar dan terdapat fasilitas
kolam renang, restoran, lounge dan function area. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai
masalah pada perancangan pencahayaan Hotel Gloria Suite, sebagai berikut.
1. Bagaimana desain interior yang sesuai dengan visi dan misi dari hotel tersebut?
2. Bagaimana merancang tata cahaya khusus bagi Hotel Gloria Suite yang indah sesuai
fungsinya?
1
1.3. Batasan Masalah
Penulis berusaha menuliskan mengenai batasan konsep dasar umum dari perencanaan
hotel city berbintang tiga, khususnya lobby. Untuk itu perlu dikemukakan secara garis besar
pengertian dari lobby.
Pengertian dari lobby yaitu bagian dari area resepsionis dimana orang melakukan
registrasi, menunggu tamu, menunggu taksi, dan sebagainya.
1. Bagaimana menwujudkan desain lobby hotel yang akan memberikan rasa nyaman pada
pengunjung?
2. Bagaimana penerapan sistem pencahayaan dan sistem akustik yang baik pada desain
hotel?
Berdasarkan pada latar belakang pemikiran yang telah diuraikan diatas, Perancangan
Pencahayaan Lobby Hotel Gloria Suite ini bertujuan untuk:
2. Tata cahaya pada Hotel Gloria Suite harud memiliki nilai estetik baik dari bentuk dan
cahaya yang dikeluarkan harus memberikan kesan mewah dan modern serta menarik
perhatian pengunjung tamu hotel.
3. Perencanaan cahaya harus memiliki nilai estetik sehingga tamu dan pengunjung hotel
dapat menikmati keindahan estetik hotel.
2
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian yang kami lakukan ini diharapkan memberikan manfaat diatas adalah:
BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenali latar belakang permasalahan,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
a. Menurut Fred Lawson dalam buku Hotel, Motel, and Condominiums, Hotel
merupakan rumah penginapan yang menyediakan makanan dan sebagainya bagi
orang yang sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Menurut Hotel Rioters Acts
(1956) Prop Hotel merupakan suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya
dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk
tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu
membayar dengan jumlah yang wajar yang sesuai dengan pelayanan yang
diterima tanpa adanya perjanjian khusus.
b. Menurut buku Front Office, jurusan perhotelan oleh Richard Sihite, S. Sos. hotel
adalah suatu jenis akomodasi penginapan. Hotel merupakan suatu bangunan untuk
tempat bernaung atau penginapan bagi yang membutuhkan. Oleh karena itu
bangunan hotel yang ada didalamnya terdiri dari atas kamar-kamar, yang harus
dijaga keamanannya serta harus memiliki kenyamanan bagi yang menginap.
c. Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association) Hotel adalah suatu
tempat, dimana disediakan penginapan, makanan dan minuman, serta pelayanan
lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang-orang yang tinggal untuk
sementara waktu. (Sumber: Sihite, Richard. 1974, hal.51.
a. Lobby merupakan ruang publik utama dan padat dengan berbagai pola kegiatan,
karena berfungsi sebagai pusat orientasi. Fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat
diruang publik diletakkan di sekitar lobby dan memiliki akses dari sini.
b. Lobby adalah ruang teras di dekat pintu masuk bangunan (bioskop, gedung
perkantoran, dan lainnya) yang biasanya dilengkapi dengan berbagai perangkat
meja dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu.
c. Lobby adalah salah satu tempat yang berada di hotel digunakan untuk tempat
menunggu para tamu yang akan check in ataupun check out dan tempat untung
pertemuan para tamu.
4
a. Menurut Margenroth dalam Yoeti (1996:117) Pariwisata adalah lalu lintas orang-
orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk sementara waktu, untuk berpesiar
ke tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan
kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup dan kebudayaan atau keinginan yang
beraneka ragam dari pribadinya.
b. Menurut Mathieson dan Wall (1982) Pariwisata adalah serangkaian aktivitas yang
berupa aktivitas perpindahan orang untuk sementara waktu ke suatu tujuan di luar
tempat tinggal maupun tempat kerjanya, aktivitas yang dilakukannya selama tinggal di
tempat tujuan tersebut dan kemudahan-kemudahan yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhannya baik selama dalam perjalanan maupun di lokasi tujuannya.
c. Menurut Koen Meyers (2009) Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan
oleh semntara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan
untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin
tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.
5
2.2.1. Sejarah dan Perkembangan Hotel
6
Berdasarkan pelaku dan macam kegiatan, ruang dalam hotel dapat dikelompokkan
menjadi:
Ruang publik yang ada dalam hotel adalah lobby, food & beverages area, function
room, shopping arcade, fasilitas business centre, fasilitas olahraga dan rekreasi. Luas
area publik ini bervariasi, yaitu berkisar antara 6% sampai 20% dari total luas
keseluruhan lantai hotel. Pedoman perencanaan dan perancangan organisasi ruang
untuk ruang publik adalah dengan meletakkan fasilitas-fasilitas tersebut di sekeliling
lobby hotel, tujuannya adalah: a) Memberi kemudahan pada pengunjung hotel untuk
berorientasi dan menemukan fasilitas mudah tersebut. b) Menyediakan kesempatan
terjadinya overlap pola kegiatan tamu antar fasilitas pada daerah-daerah tertentu,
sehingga daerah pola kegiatan dapat diminimalkan. c) Mengurangi crossing antar
fasilitas di daerah- daerah tertentu.
Lobby
7
Lobby merupakan ruang publik utama dan padat dengan berbagai pola kegiatan,
karena berfungsi sebagai pusat orientasi. Fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat
di ruang publik diletakkan di sekitar lobby dan memiliki akses dari sini
Front desk & front office
Merupakan bagian terbesar dari bidang administrasi dan satu-satunya fungsi yang
berhadapan langsung dengan tamu hotel. Letaknya di lobby dan dapat dicapai
oleh tamu dengan mudah
Food & beverages outlet
Restaurant, cocktail lounge, atau bar diletakkan di sekitar lobby hotel dan
memiliki akses dari lobby. Tata letak semua fungsi-fungsi harus dekat dengan
sebuah dapur yang akan melayani semuanya.
Function room
Pada sebuah hotel, function room merupakan ruang publik yang dapat
menampung tamu terbanyak. Pencapaiannya dapat dilakukan langsung dari luar
dan memiliki akses dari lobby. Penempatannya juga harus dekat dengan dapur.
Fasilitas olahraga
Fasilitas ini termasuk fasilitas semi publik, artinya dapat dipakai untuk tamu yang
menginap, dan juga tamu dari luar. Oleh karena itu harus dapat dicapai dari lobby
ataupun langsung tanpa melewati lobby.
Fasilitas rekreasi
Sama seperti food and beverages outlet, fasilitas rekreasi berupa karaoke, bar, dan
pub harus dapat dicapai melalui lobby. Akses dari luar diperlukan untuk overnight
guest. Peletakannya dekat dengan dapur agar pelayanannya efisien.
Shopping arcade
Fasilitas perbelanjaan pada hotel yang terbuka untuk tamu dari luar yang tidak
menginap dan untuk tamu hotel yang menginap, sehingga dapat mencari
keperluannya tanpa perlu keluar dari hotel. Agar dapat digunakan oleh kedua jenis
tamu tersebut, penempatannya harus dapat dicapai dari lobby.
Business centre
8
Fasilitas pendukung ini diperlukan untuk keperluan bisnis pada hari kerja para
tamu hotel. Letaknya harus dapat dicapai tamu melalui lift/sirkulasi, tetapi tidak
harus berada pada lantai yang sama dengan lobby.
Area ini memegang peranan yang sangat penting, karena seluruh peralatan
mekanikal, elektrikal dan sistem plumbing harus terintegrasi dalam layout
peralatan dapur. Agar karyawan dapat melayani secara efisien dan ekonomis,
sedapat mungkin daerah penerimaan, penyiapan makanan dan gudang, dapur
dari semua outlet (restaurant dan banquet area) terletak pada satu lantai.
10
1. Hotel dapat dikategorikan menjadi 5 kelompok :
a. Luxury Hotel
b. Resort Hotel
Resort hotel itu sendiri sering kali merupakan tujuan wisata, dan
dengan kealamiahannya (nature) harus mampu mencerminkan lingkungan
di sekitarnya. Adapun karakteristik dari resort hotel adalah:
11
kehidupan di perkotaan, baik untuk liburan yang singkat maupun
liburan yang panjang. Bangunan-bangunan yang ada di
sekelilingnya akan memainkan peranan yang sangat besar dalam
menentukan desain, daripada area yang tidak dibatasi oleh
bangunan-bangunan yang sudah ada. Sebagai kesimpulan, Urban
Resort menyediakan kesempatan untuk menikmati pengalaman di
atmosfer kota besar.
Theme Resort
Theme resort terletak di lokasi yang sudah merupakan
tujuan primer bagi pengunjung. Tantangan dalam mendesain resort
ini adalah untuk menawarkan sesuatu yang tidak ditawarkan oleh
resort – resort.
c. Business/Convention Hotel
Hotel dalam kategori ini mencerminkan konsep dalam bisnis yaitu
"waktu adalah uang" (business hotel) dan gabungan antara bisnis dan
kesenangan (convention hotel). Adapun karakteristik dari hotel ini adalah :
Convention Hotel
12
Merupakan gabungan dari hotel dan fasilitas konvensi.
Fasilitas konvensi ditunjang oleh ruang perjamuan, ruang-ruang
meeting, dan ruang seminar. Hotel menyediakan kamar yang
menawarkan kenyamanan setelah kegiatan konvensi dan untuk
menerima tamu-tamu penting. Kadangkala antara hotel dan
fasilitas konvensi dihubungkan dengan jalur bawah tanah.
Lobby yang tidak terlalu besar dan area publik yang tidak terlalu
formal.
Detail-detail yang sederhana, material yang umum, dan finishing
yang berkala.
Kamar tidur yang kecil dan tenang dengan storage yang cukup.
Fixture kamar mandi yang minim dengan aliran air yang sedang.
13
Back of House yang terbatas dengan pelayanan yang rendah bagi
para tamu.
Hotel ini pada umumnya berbentuk 'franchise'. Desain dari
Limited-Service Hotel sering kali harus mengikuti aturan aturan
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Klasifikasi Hotel
a. Klasifikasi Hotel berdasarkan lokasi
City / Business Hotel, yaitu hotel yang letaknya di tengah kota biasanya
berfungsi untuk perdagangan atau bisnis
MICE Hotel (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition)
Resort Hotel Yaitu hotel yang berlokasi di kawasan wisata
Resort and Business Hotel Merupakan hotel yang terletak di kawasan wisata
sekaligus berfungsi untuk perdagangan atau bisnis
Boutique Hotel Yaitu hotel yang memiliki kriteria yang sangat bagus, lebih
private dan luxurious
Budget Hotel Merupakan hotel yang hanya menyediakan 1 kamar dan 1 outlet,
tidak ada restoran. Hotel ini sifatnya lebih low class.
Airport Hotel Hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan / area
pelabuhan udara / sekitar Bandar udara.
b. Di Indonesia klasifikasi Hotel ditemukan berdasarkan:
Persyaratan fisik, meliputi
Lokasi hotel
Luas bangunan
Kondisi fisik bangunan
Penampilan interior
c. Bentuk pelayanan yang diberikan, diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu:
Kelas Deluxe atau Hotel berbintang lima
Merupakan kelas hotel yang paling tinggi dengan jumlah kamar minimal 100
kamar tamu, dengan klasifikasi 86 double bed, 10 single bed dan 4 suite. Luas ±
26 – 30m²
14
Kelas A atau Hotel berbintang empat ii. Merupakan kelas hotel lebih atas dari
kelas menengah, dengan jumlah kamar tamu minimal 50 kamar tamu, dengan
klasifikasi 43 double bed, 5 single bed dan 2 suite. Luas kamar ± 24 – 28m2
Kelas B atau Hotel berbintang tiga iii. Merupakan hotel kelas menengah dengan
jumlah kamar ± kamar tamu dengan klasifikasi 27 double bed dan 3 single bed,
dengan luas kamar ± 22-26m²
Kelas C atau Hotel berbintang dua iv. Merupakan hotel lebih tinggi kelasnya
dari bintang 1, dengan jumlah kamar +15 kamar tamu, dengan klasifikasi 13
double bed dan 2 single bed, dengan luas kamar + 20-24m2
Kelas D atau Hotel berbintang satu v. Merupakan hotel kelas paling rendah
dengan jumlah kamar minimal 10 kamar tamu
d. Jenis-jenis Kamar Hotel
Menurut buku Front Office Jurusan Perhotelan oleh Richard Sihite, S.Sos, kamar
hotel dapat dikategorikan sebagai berikut: standard room, superior room, deluxe
room, suite room.
Ada beberapa istilah lain dalam penggolongan jenis- jenis kamar hotel, antara lain:
Connecting room
Dua buah kamar atau lebih yang dihubungkan dengan pintu penghubung
(connecting dooŋ).
Adjoining room
dua buah kamar yang saling bersisian berdekatan.
Adjacent room
Dua buah kamar atau lebih yang saling berhadap- hadapan.
Pada dasarnya bisnis kamar pada hotel dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
Single room
Yaitu dalam satu kamar, terdapat satu tempat tidur untuk satu orang tamu,
dengan ukuran tempat tidur 100x200 cm.
Twin room
Yaitu dalam satu kamar, terdapat dua tempat tidur terpisah, untuk dua orang
tamu.
15
Double room
Yaitu dalam satu kamar terdapat satu tempat tidur besar untuk dua orang
tamu dengan ukuran tempat tidur 160x200 cm.
Triple room
Yaitu dalam satu kamar terdapat double bed dan twin bed untuk dua orang
dan ditambah extra bed untuk satu orang atau sebuah kamar yang dilengkapi dua
tempat tidur masing-masing untuk satu orang ditambah sebuah tempat tidur
tambahan untuk satu orang yang keseluruhannya untuk tiga orang tamu
Junior suite room
Yaitu kamar besar terdiri dari ruang tidur dan ruang tamu
Suite room
Yaitu kamar yang terdiri dari dua kamar tidur atau lebih, untuk dua orang
atau lebih dan ditambah ruang tamu, ruang makan dan ruangan dapur kecil.
Kamar juga dilengkapi dengan ruangan duduk atau disebut living room atau
sitting room atau parlour. Disamping itu ada suite room juga sering dilengkapi
dengan bar dan dapur
President suite room
Kamar ini terdiri dari tiga ruang yang besar, ruang tidur, ruang tamu,
ruang makan (ruang rapat) dan dapur kecil.
e. Elemen Pendukung Interior Kamar Hotel
Guest Room
1. Floor. secara umum menggunakan karpet maupun keramik yang cocok untuk
daerah tropis. Untuk suite ada pula yang menggunakan parket dan permadani.
2. Wall: biasanya material pelapis dinding pada kamar tidur hotel adalah
wallpaper atau dicat.
3. Ceiling: menggunakan gypsum akustik yang dicat.
4. Doors: menggunakan material kayu yang sudah di finishing atau dicat, dan
seluruhnya solid.
Bathroom
1. Floor. menggunakan keramik atau marmer.
16
2. Wall: menggunakan material keramik atau marmer di daerah bak mandi,
penutup dinding dengan wallpaper atau dicat.
3. Ceiling: cat.
Electrical Mechanical
3.1 Outlets: minimal terdapat 5 saklar double di dekat tempat tidur, dan satu
masing-masing di meja kamar, lemari pakaian, dan area lounge.
3.2 Cable: kabel TV, telepon, alarm kebakaran, room status, sistem komunikasi
lain.
3.3 Mechanical: HVAC diintegrasi dengan layout, kamar mandi dengan exhaust.
Sebuah hotel tidak lepas dari pengunjung atau tamu hotel yang
datang dan menginap. Tamu hotel yang datang pun berbeda-beda,
mulai dari tamu yang datang untuk urusan bisnis, rekreasi atau hanya
sekedar untuk makan di restoran yang terdapat di dalam hotel. Selain
itu tamu/pengunjung hotel, juga terdapat karyawan dan para pekerja
hotel yang setiap harinya datang untuk menjalankan tugas sesuai
posisinya.
Oleh karena itu dalam perancangan sebuah hotel aspek
manusia (pelaku ruang) harus diperhatikan keberadaannya dan
diikutsertakan dalam perancangan interior. Sirkulasi antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan ruang yang ada.
Lingkungan
Bangunan
Elemen Interior
Lantai
18
ii. Mudah dibersihkan, pada lantai yang baik, lantai harus
mudah dibersihkan
iii. Isolasi suara, biasanya digunakan pada lantai dasar
bangunan yang mempunyai fungsi berbeda. Transmisi
suara disebabkan oleh air born pengaruh langsung.
Akibat pengaruh langsung dapat diatasi dengan
penyelesaian lantai yang lunak dan lentur atau lantai
yang mengembang dimana dibawahnya diberi bahan
yang lunak dan dapat menyerap suaru getaran-getaran
bunyi pijakan atau kontak.
iv. Isolasi panas, penutup lantai penting untuk kenikmatan
dan kesehatan, juga memberikan rasa hangat pada kaki,
yang mana dapat diukur dengan menggunakan angka
absorbsi panas. Lantai yang mempunyai isolasi yang
baik menyerap panas.
v. Tahan terhadap kelembaban, dalam beberapa keadaan,
lantai harus dapat menahan rembesan air ke permukaan
lantai ini terutama terdapat kamar mandi atau dapur.
Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan lantai yang
kedap air.
vi. Tidak menggelincir (licin), lantai yang licin tergantung
pada koefisien gesekan antara sol sepatu dengan
permukaan lantai dan mempunyai koefisien gesekan
0,4.
19
Vinyl ( Vinyl Sheet, Vinyl Tiles, Vinyl Asbestos, Vinyl
Solid Tiles ).
Rubber Tiles
Linoleum, penggunaan pada sekolah, bangunan umum
dan sebagainya.
Asphalt Tiles, penggunaan pada pabrik, rumah tinggal
dan sebagainya.
Cork Tiles (lantai gabus), penggunaan pada
perpustakaan, sekolah, kantor, rumah tinggal. Tidak
cocok dipakai di tempat-tempat yang digunakan untuk
meletakkan beban yang berat karena dapat berlekuk-
lekuk.
3. Kayu: parket kayu, strip atau jalur. Penggunaan pada
perumahan, lantai olahraga, bangunan industri dan lain-lain.
4. Ceramic: ceramic mosaic Tiles, Quarry Tiles, Glazed Tiles,
Unglazed Tiles, penggunaan rumah tinggal, bangunan komersil
dan sebagainya.
5. Granolithic, penggunaan pada pabrik, gudang dan garasi.
Lantai komposisi, tidak digunakan untuk daerah basah seperti
kamar mandi dan dapur.
20
6. Karpet dan permadani, penggunaan pada area yang tidak ramai.
Dinding
1. struktural , misalnya :
Bearing Walls: dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari
tumpukkan/urugan tanah.
Load Bearing Walls: dinding untuk menyokong atau menopang
balok, lantai dan atap.
Foundation Walls: dinding yang dipakai dibawah lantai tingkat dan
untuk menopang balok-balok lantai pertama.
2. Non Struktural, misalnya :
Party walls: dinding pemisah antara 2 bangunan dan bersandar pada
masing-masing bangunan.
Fire walls: dinding yang dipergunakan untuk membatasi ruang
pencar api yang disebabkan oleh kebakaran.
Curtain or panel walls: dipergunakan sebagai pengisi pada suatu
konstruksi yang kaku misalnya konstruksi rangka baja, beton.
Parapet walls: dinding yang diteruskan dan melewati atap bangunan.
Garden walls: biasanya digunakan untuk membatasi suatu taman.
21
Partition walls: dinding yang dipergunakan untuk membentuk
ruangan pada suatu ruang.
22
dengan fungsi dan kesan yang akan dicapai untuk ruang yang
bersangkutan, misalnya seperti :
Fisika Bangunan
a. Suhu udara:
Siang hari rata-rata 30 derajat celcius,
Malam hari rata-rata 24 derajat celcius
23
Kelembaban : RH antara 55%-100%
Tekanan udara 2500 N/ m2-3000 N/ m2
Keadaan langit dan radiasi matahari :
2. Umumnya berawan
3. Radiasi matahari mencapai 400 watt/m2
4. Tingkat penerangan mencapai 6000 lux
5. Curah hujan mencapai 1500-2000 mm/tahun.
b. Tata udara
Pada umumnya tata udara di sebuah hotel dibagi atas dua yaitu
secara alami dan buatan. Secara alami, udara dapat diperoleh melalui
bukaan seperti pintu dan jendela, sedangkan secara buatan udara dapat
diperoleh melalui AC. Syarat pengudaraan yang efektif harus
memperhatikan beberapa hal berikut :
Sistem pencahayaan :
Sistem pencahayaan :
25
Sistem pencahayaan
4. General Lighting
Sistem pencahayaan :
Tipe pencahayaan :
Spot light
Downlight
Wall Washer
26
Fungsi : untuk menyinari dinding secara khusus menjadi kesan
luas, terdiri dari berbagai macam yaitu wall washer tanam dan
wall washer gantung.
Strip light
6. Kitchen
27
11. Corridor : 200 Lux
Tata Suara
Bising interior
Teknik Bangunan
Penyaluran aliran listrik pada saat darurat dirasakan penting
pengadaannya terutama pada saat ada kerusakan di sistem penyaluran
utamanya. Mesin pembangkit listrik yang disediakan hendaknya dapat
menyalurkan kebutuhan untuk pencahayaan pintu darurat, kebakaran dan
tanda-tanda darurat lainnya, menerangi kira-kira 20% daerah-daerah umum,
ruang pendingin, mesin hitung, sistem tanda bahaya kebakaran, hubungan
telepon, pompa air genangan dan air kotor.
28
a. Sistem tanda bahaya kebakaran
Furniture
30
1. Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, meja
tulis,meja, lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis,
semua tipe furniture semacam ini di Indonesia masih dibuat dari
kayu walaupun bahan-bahan lain semakin popular
2. Furniture yang dilapisi: sofa, kursi-kursi yang secara keseluruhan
atau sebagian besar diberi lapisan termasuk perlengkapan tidur.
(Perancangan Tata Ruang Dalam, Pamudji Suptandar)
Estetika
Ambience
2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya
selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas,
dll.
Pencahayaan buatan diperlukan ketika :
33
3. Sistem Pencahayaan Gabungan Sistem pencahayaan gabungan didapatkan
dengan menggabungkan sistem pencahayaan setempat dan sistem
pencahayaan merata (Gambar 2.3). Sistem pencahayaan ini cocok untuk
memenuhi pencahayaan tugas visual yang memerlukan tingkat
pencahayaan tinggi.
Arsitektur
Pencahayaan terdapat di dalam konteks arsitektur baik itu interior
maupun eksterior. Menurut Setiawan (2012), pencahayaan bukan berperan
sebagai pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu
sendiri. Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang,
estetika bangunan, dan visualisasi ruang.
Kebutuhan Manusia
Dari segi aspek kebutuhan manusia, untuk mendapatkan kualitas
pencahayaan yang baik perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:
34
1. Jarak Pandang (Visibility)
Peran pencahayaan sangat penting dalam mengatur kemampuan untuk
menangkap informasi sudut pandang visual dan juga jarak untuk melihat
daerah di sekeliling.
2. Performa Aktivitas (Task Performance)
Salah satu peran utama pencahayaan adalah memfasilitasi aktivitas
yang dilakukan manusia agar performa kerja mereka dapat optimal.
3. Perasaan dan Suasana (Mood and Atmosphere)
Pencahayaan dapat mempengaruhi mood manusia di dalam ruangan
dan menghasilkan bermacam suasana seperti suasana ruangan yang santai
pada cafe, suasana produktif pada perkantoran, ataupun suasana angker di
suatu tempat.
4. Kenyamanan Visual (Visual Comfort)
Aktivitas dan tipe tempat dapat mempengaruhi kenyamanan visual dari
ruangan tersebut. Pegawai di perkantoran akan merasa tidak nyaman dengan
cahaya yang menyilaukan dari instalasi peencahayaan, namun cahaya yang
berkilauan di dalam diskotik justru dapat membuat orang di dalamnya
semakin bersemangat.
5. Penilaian Estetika (Aesthetic Judgement)
Pencahayaan dapat memiliki fungsi seperti mengkomunikasikan suatu
pesan, memperkuat pola dan ritme dalam arsitektur, memaksimalkan warna,
dan membentuk sosial hirarki dari suatu tempat. Pencahayaan dapat menjadi
elemen yang membantu mencipatakan estetika dari sebuah elemen lain dan
juga dapat menjadi estetika itu sendiri.
36
2.2.7.3. High Intensity Discharge
Seperti yang tergambar dari namanya, lampu High Intensity
Discharge (HID) adalah lampu – lampu discharge yang mampu
menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi. Lampu HID dibagi menjadi
tiga jenis yang paling umum, yaitu metal halida (Gambar 2.8), merkuri,
dan sodium bertekanan tinggi (High Pressure Sodium/HPS) (Gambar 2.9).
Lampu – lampu HID sangat baik dalam pencahayaan ruang luar karena
mampu menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi.
37
2.2.8. Berdasarkan Distribusi Cahaya
Berdasarkan distribusi cahaya, armatur lampu dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :
39
2. Downlight (Arah Cahaya ke Bawah)
Downlight merupakan kelompok armatur yang mendistribusikan cahaya dari atas
ke bawah dengan sudut tertentu. Lampu ini biasanya diletakkan di langit – langit
untuk penerangan umum (general lighting) dan untuk menciptakan kesan yang
bersih pada langit – langit. Lampu downlight dapat diletakkan di dinding dan
kolom untuk menciptakan aksentuasi maupun variasi pola cahaya. Untuk tujuan
tersebut, berbagai variasi armatur dapat digunakan agar menghasilkan pola cahaya
yang diinginkan. Beberapa armatur lampu dapat menampung lebih dari satu
sumber cahaya agar intensitas cahaya yang dihasilkan menjadi semakin besar.
41
2. Armatur Floodlight
Floodlight merupakan lampu sorot dengan sudut cahaya yang lebih besar jika
dibandingkan dengan spotlight. Untuk menghasilkan cahaya dengan sudut lebar, rumah
lampu yang digunakan biasanya berbentuk kotak.
3. Armatur Wallwasher
Sesuai dengan namanya, wallwasher atau ”penyiram dinding” digunakan untuk
memberikan aksentuasi pada permukaan bidang vertikal. Wallwasher memiliki
sudut cahaya yang sangat lebar dan lebih besar jika dibandingkan dengan
floodlight, namun mempunyai pola cahaya yang sama yaitu segiempat.
42
Berdasarkan peletakannya, armatur lampu dikelompokkan menjadi
beberapa macam yaitu :
1. Armatur Wall Light/ Lampu Dinding
Wall light merupakan lampu yang dirancang agar dapat diletakkan di
permukaan dinding maupun kolom.
43
4. Armatur Pole Lighting/ Lampu Tiang
Lampu tiang merupakan lampu eksterior yang sering digunakan pada
penerangan jalan, jalur pejalan kaki, maupun taman. Penggunaan tiang ditujukan
untuk mengatur letak lampu agar mampu menghasilkan cahaya dengan jangkauan
yang lebih luas.
5. Armatur Bollard
Pada dasarnya bollard merupakan salah satu bentuk dari lampu tiang
namun dengan dimensi yang lebih kecil. Bollard sering difungsikan pada
pencahayaan jalur pejalan kaki dan taman.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode Survei
Metode survei adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset
dalam bentuk opini atau pendapat dari orang lain yang berinteraksi langsung
dengan objek yang diamati. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
mendapatkan gambaran umum melalui sampel beberapa orang.
45
Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode riset yang bertujuan untuk menjelaskan suatu
peristiwa yang sedang berlangsung pada masa sekarang dan juga pada masa
lampau. Metode riset ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu Longitudinal (sepanjang
waktu) dan Cross Sectional (waktu tertentu).
1. Data Sekunder
Sementara yang dimaksud dengan data sekunder itu sendiri ialah sebuah
data yang diperoleh secara langsung oleh sang peneliti. Contoh dari data sekunder
ini bisa berupa dokumen atau pun arsip yang dimiliki oleh sebuah seseorang atau
pun lembaga yang dijadikan sebagai subjek penelitian oleh sang peneliti.
2. Data Internal
Yang dimaksud dengan data internal adalah sebuah data yang
menggambarkan suatu kegiatan atau pun keadaan yang mana terjadi dalam suatu
lembaga atau pun instansi dari tempat penelitian.
3. Data Eksternal
Yang dimaksud dengan data eksternal itu sendiri adalah sebuah data yang
menggambarkan suatu kegiatan atau pun keadaan yang mana terjadi di luar suatu
instansi atau lembaga tempat penelitian.
4. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah sebuah data yang diperoleh dalam sebuah penelitian
yang bukan berbentuk angka.
6. Observasi
Observasi adalah Teknik untuk mengamati secara langsung suatu keadaan
atau pun situasi dari sebuah subjek penelitian.
46
BAB IV
PENCAHAYAAN YANG MENDUKUNG
SETIAP FUNGSI DALAM LOBBY HOTEL GLORIA SUITE
Dimana :
I = Intensitas cahaya (candela)
Φ= Flux cahaya (lumen)
= Satuan sudut ruang (steradian)
47
Dimana :
E = Intensitas penerangan (lux)
Φ = Flux cahaya (lumen)
A = Satuan luas (m 2 )
Dimana :
L = Luminansi (cd/cm2 )
I = Intensitas cahaya (candela)
A = Satuan luas (m 2 )
Untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dalam merencanakan instalasi
pencahayaan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan kelima kriteria tersebut adalah :
(Laras, 2010).
1. Iluminasi / Tingkat kuat penerangan.
2. Luminasi / distribusi kepadatan cahaya.
3. Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan mata.
4. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangannya.
5. Warna cahaya dan refleksi warnanya.
Selain tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri,penyebaran cahaya
dari sumber cahaya juga tergantung pada konstruksi armaturnya. Hal-hal yang
menentukan konstruksi armature adalah :
Cara pemasangan armatur (pada dinding atau plafon)
Cara pemasangan fitting atau fitting-fitting dalam armature.
Perlindungan sumber cahaya.
Penyebaran cahaya.
Intensitas penerangan harus ditentukan berdasarkan tempat dimana pekerjaan
dilakukan. Bidang kerja umumnya 80 cm di atas lantai. (Chenny, 2010).
48
4. Macam jenis lampu dan armatur yang dipakai, tiaptiap lampu dan armatur memiliki konstruksi
dan karakteristik yang berbeda.
Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga
ruangan tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan
tersebut menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa
sehingga pengaruh dari penerangan tidak membuat cepat lelah mata. Tingkat pencahayaan
minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan
ditunjukkan pada Tabel 1.
49
Pada Tabel 1, tidak terdapat standar kuat penerangan kamar hotel. Sehingga ditentukan
standar kuat penerangan kamar hotel sebesar 50 lux. (Muhaimin, 2001).
Menurut Muhaimin (2001), beberapa hal-hal yang harus diperhitungkan yaitu sebagai
berikut :
1. Efisiensi Armatur (v)
Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan. Dalam
efisiensi penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya.
2. Faktor-faktor refleksi
Faktor-faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi langit-langit (rp) masing-masing
menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-
langit yang mencapai bidang kerja. Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan
langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lain, sebab
cahaya yang jatuh pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya.
Menurut Muhaimin (2001), faktor refleksi berdasarkan warna dinding dan langit-langit
ditunjukkan pada Tabel 2.
Dimana :
p = panjang rungan (meter)
l = Lebar ruangan (meter)
h = jarak / tinggi armatur terhadap bidang kerja (meter).
50
Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaaan dipakai, nilai efisiensi yang
didapat dari Tabel harus dikalikan dengan faktor penyusutan. Faktor penyusutan ini dibagi
menjadi tiga golongan utama, yaitu :
Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu)
Pengotoran sedang / biasa
Pengotoran berat (daerah banyak debu) Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka faktor
depresi yang digunakan ialah 0,8. (Muhaimin, 2001).
5. Bidang Kerja
Intensitas penerangan harus ditentukan dimana pekerjaan akan dilaksanakan. bidang kerja
umumnya diambil 0,8 cm diatas lantai.
6. Efisiensi Penerangan
Efisiensi penerangan dengan nilai-nilai indeks ruangan (k), faktor refleksi dinding (rp), faktor
refleksi langit-langit (rw), dan faktor refleksi lantai (rm) dapat ditentukan pada tabel efisiensi
penerangan.
Dimana :
kp = Faktor utility yang akan ditentukan
kp1 = Faktor utility batas bawah
kp2 = Faktor utility batas atas
k = indeks ruangan yang akan ditentukan
k1 = indeks ruangan batas bawah
k2 = indeks ruangan batas atas
8. Jumlah Lampu (n)
Setelah menentukan beberapa parameter diatas, maka untuk mencari jumlah lampu digunakan
persamaan berikut :
Dimana :
n = Jumlah lampu (buah)
E= Intensitas penerangan (lux)
Φ = Flux cahaya (lumen)
A= Satuan luas (m2 )
kp = Faktor utility
kd = Faktor depresiasi
9. Kebutuhan Daya
Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan persamaan :
51
Dimana :
n = Jumlah lampu (buah)
W1= Daya setiap lampu termasuk Balast (Watt)
10. Kepadatan Daya (Pa)
Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan daya (Watt/m2)
yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.
Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum
yang direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya untuk ruangan kantor 15
Watt/m2 . Daya listrik maksimum untuk pencahayaan bangunan yang diijinkan dapat dilihat pada
Tabel 3.
Daya listrik maksimum untuk pencahayaan di luar bangunan yang diijinkan dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Daya Listrik Maksimum Untuk Pencahayaan Luar Bangunan
52
Tabel 5. Daya Pencahayaan Maksimum Untuk Jalan dan Lapangan
53
4.4. Perhitungan dan Analisis
4.4.1. Perhitungan Jumlah Lampu Pada Lantai Dasar (Ground Floor)
Pada lantai dasar Hotel Gloria Suite Jakarta Barat merupakan lobby, parkir area
dan terdapat beberapa ruangan lainnya. Perhitungan jumlah lampu pada sebuah ruangan
bertujuan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang baik dan standar. Perhitungan
jumlah lampu pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat diuraikan secara
rinci sebagai berikut :
1. Ruang genset :
a) Data ruangan :
Panjang ruangan ( p ) : 9,16 m
Lebar ruangan ( l ) : 7,83 m
Tinggi ruangan ( t ) : 3,42 m
Tinggi bidang kerja ( h ) : 2,62 m ( t – 0,8 m )
b) Indeks ruangan ( k )
Dengan menggunakan persamaan (5) indeks ruangan ditentukan :
c) Faktor refleksi :
Dengan mengacu pada Tabel (2), faktor refleksi :
Faktor refleksi dinding ( rp ) : 0,7
Faktor refleksi langit-langit ( rw ) : 0,5
Faktor refleksi lantai ( rm ) : 0,5
d) Efisiensi penerangan
Dari perhitungan indeks ruangan dan ketentuan faktor refleksi dengan
sistem penerangan langsung, mengacu pada Tabel Efisiensi Penerangan, maka
diperoleh efisiensi penerangan sebagai berikut :
e) Faktor utility ( kp )
Dengan metode interpolasi menggunakan persamaan (7), maka faktor
utility yaitu :
54
f) Asumsi penentuan jumlah lampu yaitu :
Menggunakan lampu Philips TL 2 x 36 Watt
Fluks cahaya lampu (Φ) : 5.000 lumen
Standar kuat penerangan ruangan : 200 lux (Tabel 1)
Faktor depresiasi ( kd ) = 0,8 ( bila tingkat pengotoran tidak diketahui)
g) Jumlah lampu (n) Jumlah lampu yang digunakan ditentukan dengan persamaan
(8), yaitu :
h) Kebutuhan daya ( Wtotal ) Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat
dihitung dengan persamaan (9), yaitu :
i) Kepadatan Daya (Pa) Kepadatan daya (Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem
pencahayaan tersebut dengan persamaan (10) :
55
4.4.2. Analisa Hasil Perhitungan
Perbandingan hasil perhitungan jumlah lampu dan jumlah lampu yang terpasang
(existing) pada masing-masing ruangan di Hotel Gloria Suite Jakarta Barat, ditunjukkan
pada Tabel 7.
56
Dari perbandingan jumlah lampu pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite
Jakarta Barat yang dipresentasikan dalam Tabel 7 diatas. Selisih jumlah lampu
merupakan selisih antara perencanaan jumlah lampu yang terpasang (existing) dengan
perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan. Kelebihan jumlah lampu pada perencanaan
terhadap perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan, dapat menjadi rekomendasi dalam
kegiatan hemat energi pada sistem penerangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat dengan
memasang jumlah lampu sesuai analisis perhitungan kebutuhan penerangan. Kekurangan
jumlah lampu pada perencanaan terhadap perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan,
disarankan perbaikan kualitas penerangan pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite
Jakarta Barat yaitu dengan menambah titik lampu sesuai perhitungan atau mengubah
lampu dengan daya lebih besar/terang. Pada Tabel 7 diatas, terdapat selisih jumlah lampu
yang direncanakan dengan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan, yaitu total
perencanaan jumlah lampu 359 titik dan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan 443
titik. Dengan demikian tingkat keberhasilan perencanaan penerangan Hotel Gloria Suite
Jakrta Barat sebesar 81 %. Hasil perhitungan jumlah lampu merupakan bagian dari
perencanaan penerangan yang diharapkan tidak berbenturan dengan usaha konservasi
energi. Sebagai regulasi perencanaan penerangan salah satunya yaitu kepadatan daya
hasil perhitungan dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum yang
direkomendasikan SNI 03-6575-2001 yaitu : Analisis Kenyamanan Pengunjung Terhadap
Pencahayaan Pada Lobby Hotel Gloria Suite Jakarta Barat. Kepadatan daya penerangan
pada Hotel Gloria Suite Jakarta Barat disusun pada Tabel 8.
Tabel 8. Kepadatan Penerangan Pada Hotel Neo By Aston Pontianak.
57
Dengan mengamati hasil perhitungan kepadatan daya pada Tabel 8 diatas, dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pencahayaan pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite
Jakarta Barat memenuhi standar SNI 03-6575- 2001, yaitu daya yang dibutuhkan pada
penerangan masih dibawah daya listrik maksimum untuk pencahayaan bangunan yang
diijinkan.
4.4.3. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan jumlah lampu pada Hotel Gloria Suite Jakarta Barat,
maka dapat disimpulkan berapa hal sebagai berikut :
1. Terdapat selisih jumlah lampu yang direncanakan dengan perhitungan jumlah lampu
yang dibutuhkan, dapat disimpulkan tingkat keberhasilan perencanaan penerangan Hotel
Neo By Aston Pontianak sebesar 81 %.
2. Kelebihan jumlah lampu pada perencanaan terhadap perhitungan jumlah lampu yang
dibutuhkan, dapat menjadi rekomendasi dalam kegiatan hemat energi pada sistem
penerangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat dengan memasang jumlah lampu sesuai
analisis perhitungan kebutuhan penerangan.
3. Kekurangan jumlah lampu pada perencanaan terhadap perhitungan jumlah lampu yang
dibutuhkan, disarankan perbaikan kualitas penerangan pada ruangan-ruangan Hotel
Gloria Suite Jakarta Barat yaitu menambah titik lampu sesuai perhitungan atau mengubah
lampu dengan daya lebih besar/terang.
4. Dari hasil perhitungan kepadatan daya, dapat disimpulkan daya bahwa perencanaan
pencahayaan pada ruang-ruangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat memenuhi standar SNI
03-6575-2001, yaitu daya yang dibutuhkan pada penerangan masih dibawah daya listrik
maksimum untuk pencahayaan bangunan yang diijinkan.
58
BAB V
Konsep Pencahayaan Interior Yang Mendukung Setiap Fungsi Dalam Lobby
Hotel Gloria Suite
59
DAFTAR PUSTAKA
[1] Chenny Ashydiq. 2010. Perancangan Kelistrikan Pada Kondolel Borobudur Belimbing Kota
Malang. Malang : Universitas Brawijaya.
[3] Lamma Mustari. 2010. Teknik Instalasi : Fakultas Teknologi Industri Universitas
Mercubuana.
[4] Laras, Djoko BT. 2010. Perencanaan Instalasi Listrik : Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.
[5] Puil. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
[6] SNI. 2000. SNI 03-6197-2000, Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan, Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.
[7] SNI. 2001. SNI 03-6575-2201, Tala cara perancangan sistem Pencahayaan buatan pada.
bangunan gedung, Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.
60