Anda di halaman 1dari 61

SEMINAR

“ANALISIS KENYAMANAN PENGUNJUNG TERHADAP


PENCAHAYAAN PADA LOBBY HOTEL GLORIA SUITE,
JAKARTA BARAT”

Disusun Oleh :
Elwin Rustam / 615170019
Mitta Ratna Sari / 615170023
Vanny Marlinda / 615170110

KELAS : DI-A

Dosen Utama : Noerarti Andanwerti, S.Sn,. M.Sn


Dosen Pembimbing : Hafidh Indrawan, M. Sn.

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN


UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang membuat kegiatan dan aktivitas manusia semakin tinggi
dan padat, membuat manusia membutuhkan tempat hiburan yang menarik dan temoat yang
nyaman untuk menghilangkan kepenatan dari hiruk pikuk ibukota dan pekerjaan.

Hotel merupakan tempat favorit orang-orang untuk menghabiskan waktu dengan


bersantap makan dan menginap untuk menghabiskan waktu. Di tempat ini mereka dapat
minum, makan dan menginap dengan suasana yang nyaman serta pelayanan hotel yang dapat
memanjakan tamunya yang ingin bersantai dan menikmati suasana.

Dengan berkembangnya usaha perhotelan yang semakin bervariasi, dengan tujuan


memberikan pelayanan yang secara khusus kepada tamu-tamu yang memerlukan fasilitas
tertentu. Maka bermunculah hotel-hotel yang memberikan pelayanan khusus seperti city
hotel, yang mengkhususkan pelayanannya bagi tamu-tamu yang hanya untuk transit saja.

Hotel, terutama kelas bintang lima, merupakan salah satu tipologi bangunan yang
mengandalkan pencahayaan untuk menciptakan ambience. Tentunya, guna menghadirkan
pengalaman terbaik bagi para tamu. Melalui lighting, para perancang berupaya untuk
menghadirkan mood dan menciptakan suasana yang diinginkan.

1.2. Identifikasi Masalah

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai identifikasi masalah pada perancangan
pencahayaan lobby hotel gloria suite. Dalam identifikasi masalah ini dijelaskan bagaimana
pembatasan cahaya di lobby hotel supaya tidak menyilaukan mata berikut yang akan sesuai
dengan persyaratan dan kebutuhan interior, serta mampu menampilkan citra yang diinginkan.

Hotel Gloria Suite merupakan hotel bintang 3 terdapat 58 kamar dan terdapat fasilitas
kolam renang, restoran, lounge dan function area. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai
masalah pada perancangan pencahayaan Hotel Gloria Suite, sebagai berikut.

1. Bagaimana desain interior yang sesuai dengan visi dan misi dari hotel tersebut?

2. Bagaimana merancang tata cahaya khusus bagi Hotel Gloria Suite yang indah sesuai
fungsinya?

3. Bagaimana menciptakan interior yang dapat menghubungkan pencahayaan dengan hotel


tersebut?

1
1.3. Batasan Masalah

Penulis berusaha menuliskan mengenai batasan konsep dasar umum dari perencanaan
hotel city berbintang tiga, khususnya lobby. Untuk itu perlu dikemukakan secara garis besar
pengertian dari lobby.

Pengertian dari lobby yaitu bagian dari area resepsionis dimana orang melakukan
registrasi, menunggu tamu, menunggu taksi, dan sebagainya.

1.4. Rumusan Masalah

1. Bagaimana menwujudkan desain lobby hotel yang akan memberikan rasa nyaman pada
pengunjung?

2. Bagaimana penerapan sistem pencahayaan dan sistem akustik yang baik pada desain
hotel?

3. Bagaimana menwujudkan desain yang dapat memenuhi kebutuhan pencahayaan dalam


fasilitas hotel?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang pemikiran yang telah diuraikan diatas, Perancangan
Pencahayaan Lobby Hotel Gloria Suite ini bertujuan untuk:

1. Menghasilkan rancangan interior yang mampu menghubungkan tamu dengan hotelnya


melalui cahaya yang sesuai.

2. Tata cahaya pada Hotel Gloria Suite harud memiliki nilai estetik baik dari bentuk dan
cahaya yang dikeluarkan harus memberikan kesan mewah dan modern serta menarik
perhatian pengunjung tamu hotel.

3. Perencanaan cahaya harus memiliki nilai estetik sehingga tamu dan pengunjung hotel
dapat menikmati keindahan estetik hotel.

2
1.6. Manfaat Penelitian

Penelitian yang kami lakukan ini diharapkan memberikan manfaat diatas adalah:

1. Menjelaskan tentang cara merancang pencahayaan interior yang mendukung pada


lobby Hotel Gloria Suites.

2. Menguraikan tentang bagaimana pencahayaan pada suatu aspek fungsional maupun


dari aspek estetik.

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menguraikan mengenali latar belakang permasalahan,
identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat
penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka


Dalam bab ini penulis menguraikan secara umum mengenai hotel dan secara
khusus mengenai proyek yang dipilih yaitu lobby dan pencahayaan interior.

BAB III Metode Penelitian


Dalam bab ini penulis menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan
yang terdapat dalam perancangan pencahayaan lobby hotel gloria suite.

BAB IV Perancangan Pencahayaan Yang Mendukung Setiap Fungsi Dalam Lobby


Hotel Gloria Suite
Berisi konsep dasar secara umum mengenai perancangan lobby hotel yang
berhubungan tentang pencahayaan interior

BAB V Konsep Pencahayaan Interior Yang Mendukung Setiap Fungsi Dalam


Lobby Hotel Gloria Suite
Berisi konsep pencahayaan Interior Yang Mendukung Setiap Fungsi Dalam
Lobby Hotel Gloria Suite.

BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum


2.1.1. Pengertian Hotel

a. Menurut Fred Lawson dalam buku Hotel, Motel, and Condominiums, Hotel
merupakan rumah penginapan yang menyediakan makanan dan sebagainya bagi
orang yang sedang dalam perjalanan ke suatu tempat. Menurut Hotel Rioters Acts
(1956) Prop Hotel merupakan suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya
dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk
tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu
membayar dengan jumlah yang wajar yang sesuai dengan pelayanan yang
diterima tanpa adanya perjanjian khusus.
b. Menurut buku Front Office, jurusan perhotelan oleh Richard Sihite, S. Sos. hotel
adalah suatu jenis akomodasi penginapan. Hotel merupakan suatu bangunan untuk
tempat bernaung atau penginapan bagi yang membutuhkan. Oleh karena itu
bangunan hotel yang ada didalamnya terdiri dari atas kamar-kamar, yang harus
dijaga keamanannya serta harus memiliki kenyamanan bagi yang menginap.
c. Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association) Hotel adalah suatu
tempat, dimana disediakan penginapan, makanan dan minuman, serta pelayanan
lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang-orang yang tinggal untuk
sementara waktu.  (Sumber: Sihite, Richard. 1974, hal.51.

2.1.2. Pengertian Lobby

a. Lobby merupakan ruang publik utama dan padat dengan berbagai pola kegiatan,
karena berfungsi sebagai pusat orientasi. Fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat
diruang publik diletakkan di sekitar lobby dan memiliki akses dari sini.
b. Lobby adalah ruang teras di dekat pintu masuk bangunan (bioskop, gedung
perkantoran, dan lainnya) yang biasanya dilengkapi dengan berbagai perangkat
meja dan kursi, yang berfungsi sebagai ruang duduk atau ruang tunggu.
c. Lobby adalah salah satu tempat yang berada di hotel digunakan untuk tempat
menunggu para tamu yang akan check in ataupun check out dan tempat untung
pertemuan para tamu.

2.1.3. Pengertian Pengunjung

4
a. Menurut Margenroth dalam Yoeti (1996:117) Pariwisata adalah lalu lintas orang-
orang yang meninggalkan tempat tinggalnya untuk sementara waktu, untuk berpesiar
ke tempat lain, semata-mata sebagai konsumen dari buah hasil perekonomian dan
kebudayaan guna memenuhi kebutuhan hidup dan kebudayaan atau keinginan yang
beraneka ragam dari pribadinya.
b. Menurut Mathieson dan Wall (1982) Pariwisata adalah serangkaian aktivitas yang
berupa aktivitas perpindahan orang untuk sementara waktu ke suatu tujuan di luar
tempat tinggal maupun tempat kerjanya, aktivitas yang dilakukannya selama tinggal di
tempat tujuan tersebut dan kemudahan-kemudahan yang disediakan untuk memenuhi
kebutuhannya baik selama dalam perjalanan maupun di lokasi tujuannya.
c. Menurut Koen Meyers (2009) Pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang dilakukan
oleh semntara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan dengan alasan bukan 
untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk memenuhi rasa ingin
tahu, menghabiskan waktu senggang atau libur serta tujuan-tujuan lainnya.

2.1.4. Pengertian Cahaya


Menurut IESNA (2000), cahaya adalah pancaran energi dari sebuah
partikel yang dapat merangsang retina manusia dan menimbulkan sensasi visual.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya merupakan sinar atau terang dari
suatu benda yang bersinar seperti bulan, matahari, dan lampu yang menyebabkan
mata dapat menangkap bayangan dari benda – benda di sekitarnya.

2.1.5. Pengertian Pencahayaan


Pencahayaan didefinisikan sebagai jumlah cahaya yang jatuh pada sebuah
bidang permukaan. Tingkat pencahayaan pada suatu ruangan didefinisikan
sebagai tingkat pencahayaan rata – rata pada bidang kerja, dengan bidang kerja
yang dimaksud adalah sebuah bidang horisontal imajiner yang terletak setinggi
0,75 meter di atas lantai pada seluruh ruangan (SNI Tata Cara Perancangan
Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung, 2000). Pencahayaan
memiliki satuan lux (lm/m²), dimana lm adalah lumens dan m² adalah satuan dari
luas permukaan. Pencahayaan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan sekitar.
Pencahayaan yang baik menyebabkan manusia dapat melihat objek – objek yang
dikerjakannya dengan jelas.

2.2. Tinjauan Teori

5
2.2.1. Sejarah dan Perkembangan Hotel

Dengan meluasnya jarak lingkungan perantauan, maka sangat membutuhkan


tempat untuk istirahat. Namun pada jaman dulu penginapan tidak lebih dari pemondokan
berupa sebagian kecil dari rumah perorangan sederhana yang disewakan kepada para
pelancong, pelayanannya pun sangat sederhana. Tempat penginapan tersebut disebut
sebagai INN. Akomodasi merupakan sarana pokok kepariwisataan. Sejarah usaha
akomodasi telah ada sejak zaman Yunani dan Romawi kuno. Pada waktu itu orang-orang
menempuh perjalanan karena dorongan dan tujuan yang erat kaitannya dengan
keagamaan atau kepercayaan. Sesudah ada revolusi industri di Inggris muncul tanda-
tanda kemajuan dan gagasan-gagasan baru dalam bidang penginapan. Perkembangan
penginapan awalnya berpusat di sekitar London. Sebelum abad ke 16 di Inggris banyak
sekali didirikan INN yang menyediakan makan dan minum. Seiring berjalannya waktu,
INN tersebut berkembang menjadi bentuk hotel.

Pada tahun 1800 Amerika memegang pimpinan dalam perkembangan hotel-hotel


kelas satu yang termodern. Hal tersebut didasarkan bahwa hotel- hotel orang Amerika
didirikan untuk semua orang tanpa membedakan golongan. Tahun 1930 merupakan tahun
kemerosotan perindustrian perhotelan. Namun setelah Perang Dunia II hotel-hotel mulai
beroperasi dengan baik. Di Indonesia perkembangan usaha perhotelan modern diawali
dengan dibukanya Hotel Indonesia (HI) di Jakarta, tahun 1962 bersamaan dengan pesta
olahraga yang disebut Ganefo I (Games of the new emerging force I). Pada waktu itu
Hotel Indonesia merupakan hotel yang pertama dan satu-satunya hotel bertaraf
internasional di Indonesia. Kemudian berdiri Samudra Beach Hotel di Pelabuhan Ratu,
Ambarukmo Palace Hotel di Yogyakarta, dan Bali Beach Hotel di Sanur Bali
kesemuanya dimiliki oleh Perusahaan Negara yaitu PT. Hotel Indonesia Internasional.
(Sumber : Sihite, Richard. 1974, hal. 12-41).

2.2.2. Organisasi Ruang Pada Hotel

6
Berdasarkan pelaku dan macam kegiatan, ruang dalam hotel dapat dikelompokkan
menjadi:

1.     Public Area

Ruang publik yang ada dalam hotel adalah lobby, food & beverages area, function
room, shopping arcade, fasilitas business centre, fasilitas olahraga dan rekreasi. Luas
area publik ini bervariasi, yaitu berkisar antara 6% sampai 20% dari total luas
keseluruhan lantai hotel. Pedoman perencanaan dan perancangan organisasi ruang
untuk ruang publik adalah dengan meletakkan fasilitas-fasilitas tersebut di sekeliling
lobby hotel, tujuannya adalah: a) Memberi kemudahan pada pengunjung hotel untuk
berorientasi dan menemukan fasilitas mudah tersebut. b) Menyediakan kesempatan
terjadinya overlap pola kegiatan tamu antar fasilitas pada daerah-daerah tertentu,
sehingga daerah pola kegiatan dapat diminimalkan. c) Mengurangi crossing antar
fasilitas di daerah- daerah tertentu.

Diagram Ruang Publik

Gambar 4 Diagram Hubungan pada Ruang Publik


(Sumber: Interior 2 Book of Hotels, Henry End)
nd

 Lobby

7
Lobby merupakan ruang publik utama dan padat dengan berbagai pola kegiatan,
karena berfungsi sebagai pusat orientasi. Fasilitas-fasilitas lainnya yang terdapat
di ruang publik diletakkan di sekitar lobby dan memiliki akses dari sini
 Front desk & front office
Merupakan bagian terbesar dari bidang administrasi dan satu-satunya fungsi yang
berhadapan langsung dengan tamu hotel. Letaknya di lobby dan dapat dicapai
oleh tamu dengan mudah
 Food & beverages outlet
Restaurant, cocktail lounge, atau bar diletakkan di sekitar lobby hotel dan
memiliki akses dari lobby. Tata letak semua fungsi-fungsi harus dekat dengan
sebuah dapur yang akan melayani semuanya.
 Function room
Pada sebuah hotel, function room merupakan ruang publik yang dapat
menampung tamu terbanyak. Pencapaiannya dapat dilakukan langsung dari luar
dan memiliki akses dari lobby. Penempatannya juga harus dekat dengan dapur.
 Fasilitas olahraga
Fasilitas ini termasuk fasilitas semi publik, artinya dapat dipakai untuk tamu yang
menginap, dan juga tamu dari luar. Oleh karena itu harus dapat dicapai dari lobby
ataupun langsung tanpa melewati lobby.
 Fasilitas rekreasi
Sama seperti food and beverages outlet, fasilitas rekreasi berupa karaoke, bar, dan
pub harus dapat dicapai melalui lobby. Akses dari luar diperlukan untuk overnight
guest. Peletakannya dekat dengan dapur agar pelayanannya efisien.
 Shopping arcade
Fasilitas perbelanjaan pada hotel yang terbuka untuk tamu dari luar yang tidak
menginap dan untuk tamu hotel yang menginap, sehingga dapat mencari
keperluannya tanpa perlu keluar dari hotel. Agar dapat digunakan oleh kedua jenis
tamu tersebut, penempatannya harus dapat dicapai dari lobby.
 Business centre

8
Fasilitas pendukung ini diperlukan untuk keperluan bisnis pada hari kerja para
tamu hotel. Letaknya harus dapat dicapai tamu melalui lift/sirkulasi, tetapi tidak
harus berada pada lantai yang sama dengan lobby.

2.     Service area


Yaitu ruang-ruang untuk kegiatan pengelolaan hotel antara lain: ruang
administrasi, ruang karyawan, laundry dan house keeper, dapur, gudang dan ruang
elektrikal & mekanikal. Perencanaan dan perancangan area ini sangat penting,
karena area ini sangat mempengaruhi kemampuan staf hotel dalam melaksanakan
pelayanan yang efisien, baik dalam lingkup housekeeping, engineering, maupun
food and beverages service hotel.
Area yang memiliki luas beragam ini harus dapat dicapai staff tanpa melalui
lobby atau ruang publik lainnya. Servis area ini dibagi menjadi lima daerah besar
yaitu:

   Daerah penyiapan makanan dan gudang

Area ini memegang peranan yang sangat penting, karena seluruh peralatan
mekanikal, elektrikal dan sistem plumbing harus terintegrasi dalam layout
peralatan dapur. Agar karyawan dapat melayani secara efisien dan ekonomis,
sedapat mungkin daerah penerimaan, penyiapan makanan dan gudang, dapur
dari semua outlet (restaurant dan banquet area) terletak pada satu lantai.

  Ruang dan area karyawan


  Laundry dan housekeeping
Perencanaan dan perancangan daerah binatu dan tata graham adalah:

  Penyediaan linen Chute dengan persyaratan kontrol asap dan penghawaan.

 Penempatan kantor untuk mengawasi aktivitas laundry dan housekeeping.

 Penempatan gudang linen yang terpisah untuk bagian-bagian spesifik


seperti food & beverages, swimming pool, dll.

 Daerah penerimaan, sampah dan gudang


9
Area ini dirancang untuk menyediakan tempat bagi:
 Penyediaan Raise-dock untuk menampung 2 truk sekaligus.
 Penutupan receiving area sehingga aman baik dari segi suara maupun
bau.
 Pemisahan trash & garbage holding area dengan receiving dock.
 Penyediaan refrigerated garbage area dan washing can area.

 Daerah mekanikal dan elektrikal


Fungsi-fungsi pendukung daerah mekanikal dan elektrikal adalah:

 Penempatan kesekretariatan untuk mengawasi aksesibilitas ke shop dan


area mekanikal elektrikal.
 Penempatan exhaust system pada paint & carpentry shop.
 Penempatan mekanikal area sehingga bunyi dan vibrasi tidak
mengganggu.

3.     Private Area


Yaitu ruang yang menjadi kamar-kamar tamu (guest rooms).
Penempatan kamar hotel harus efisien dan mudah dijangkau dari lift atau
tangga. Kamar diletakkan berderet dan dapat dicapai melalui sebuah
koridor. Lay out kamar tamu dapat berbentuk single loaded slab atau
double loaded slab.
Tingkat kenyamanan, privacy yang tinggi merupakan salah satu
kriteria dalam perancangannya. Kamar hotel memiliki ruang pandang
yang lebar ke arah potensi view dan jauh dari kegiatan publik.

2.2.3. Jenis dan Klasifikasi Hotel

10
1. Hotel dapat dikategorikan menjadi 5 kelompok :

a. Luxury Hotel

Identik dengan rasa keanggunan ruang, pelayanan dan sejarah.


Namun pada pasar sekarang, luxury hotel seringkali identik dengan harga
yang mahal. Adapun karakteristik dan Luxury Hotel adalah : Lobby yang
besar dan mewah, memiliki area publik.

b. Resort Hotel

Resort hotel itu sendiri sering kali merupakan tujuan wisata, dan
dengan kealamiahannya (nature) harus mampu mencerminkan lingkungan
di sekitarnya. Adapun karakteristik dari resort hotel adalah:

 Lobby dan area publik yang mencakup area eksterior


 Integrasi yang kuat dengan material material dan finishing local
 Ukuran yang sesuai dengan perlengkapan kamar dengan tambahan
storage untuk menginap lebih lama.
 Fixture kamar mandi yang lengkap dan aliran air yang kuat
 Sistem mekanikal yang dapat menyeimbangkan kondisi di luar dengan
kepedulian terhadap lingkungan.

Resort hotel dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :


 Destination Resort
Destination resort terletak di lokasi yang menawarkan
keindahan fisik kepada para tamunya. Tipe tamunya adalah orang-
orang yang melakukan perjalanan untuk memperoleh pengalaman
akan keindahan, mencakup menikmati pemandangan alam,
menikmati udara yang segar, atau untuk menikmati terbenamnya
matahari.
 Urban Resort
Resort ini secara primer menawarkan pelayanan kepada
orang-orang yang melakukan perjalanan untuk menikmati

11
kehidupan di perkotaan, baik untuk liburan yang singkat maupun
liburan yang panjang. Bangunan-bangunan yang ada di
sekelilingnya akan memainkan peranan yang sangat besar dalam
menentukan desain, daripada area yang tidak dibatasi oleh
bangunan-bangunan yang sudah ada. Sebagai kesimpulan, Urban
Resort menyediakan kesempatan untuk menikmati pengalaman di
atmosfer kota besar.
 Theme Resort
Theme resort terletak di lokasi yang sudah merupakan
tujuan primer bagi pengunjung. Tantangan dalam mendesain resort
ini adalah untuk menawarkan sesuatu yang tidak ditawarkan oleh
resort – resort.

c. Business/Convention Hotel
Hotel dalam kategori ini mencerminkan konsep dalam bisnis yaitu
"waktu adalah uang" (business hotel) dan gabungan antara bisnis dan
kesenangan (convention hotel). Adapun karakteristik dari hotel ini adalah :

a. Lobby dan area publik yang dapat menampung pengunjung dalam


jumlah besar. Area yang luas untuk meeting dan business center.
Material yang solid dengan finishing secara berkala. Kamar tamu
berukuran sesuai kebutuhan, efisien dan dilengkapi teknologi terkini.
Fixture kamar mandi yang cukup dengan aliran air yang memadai
Back of House yang efisien dan mampu memberikan pelayanan
kepada pengunjung dalam jumlah yang besar.
Business/convention hotel dapat dibedakan dalam 3 kategori:

 Convention Hotel

12
Merupakan gabungan dari hotel dan fasilitas konvensi.
Fasilitas konvensi ditunjang oleh ruang perjamuan, ruang-ruang
meeting, dan ruang seminar. Hotel menyediakan kamar yang
menawarkan kenyamanan setelah kegiatan konvensi dan untuk
menerima tamu-tamu penting. Kadangkala antara hotel dan
fasilitas konvensi dihubungkan dengan jalur bawah tanah.

 Group Conference Resort Hotel


Ini menawarkan sarana pertemuan dengan pengalaman
berlibur (resort). Area meeting dan area ballroom.
 Small Conference Hotel
Merupakan versi yang lebih kecil dari conference resort.
Menawarkan lingkungan yang lebih santai dengan pengaturan
yang nyaman. Hotel ini juga dapat menawarkan kesempatan
untuk mengadakan meeting di teras sendiri atau dapat pula
diselenggarakan taman untuk menciptakan suasana yang
menyenangkan.
b. Motel dan Roadside Limited Service Hotel
Hotel dalam kategori ini memiliki desain yang sederhana,
tidak mahal, bersih, dan memiliki penerangan yang baik. Karena pada
umumnya hotel dalam kategori ini menarik keuntungan yang lebih
rendah, maka jumlah kamar meliputi 80% dari total luas keseluruhan
bangunan sebagai sumber keuntungan utama.
Adapun karakteristik dari hotel ini adalah :

 Lobby yang tidak terlalu besar dan area publik yang tidak terlalu
formal.
 Detail-detail yang sederhana, material yang umum, dan finishing
yang berkala.
 Kamar tidur yang kecil dan tenang dengan storage yang cukup.
 Fixture kamar mandi yang minim dengan aliran air yang sedang.

13
 Back of House yang terbatas dengan pelayanan yang rendah bagi
para tamu.
 Hotel ini pada umumnya berbentuk 'franchise'. Desain dari
Limited-Service Hotel sering kali harus mengikuti aturan aturan
yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.
2. Klasifikasi Hotel
a. Klasifikasi Hotel berdasarkan lokasi
 City / Business Hotel, yaitu hotel yang letaknya di tengah kota biasanya
berfungsi untuk perdagangan atau bisnis
 MICE Hotel (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition)
 Resort Hotel Yaitu hotel yang berlokasi di kawasan wisata
 Resort and Business Hotel Merupakan hotel yang terletak di kawasan wisata
sekaligus berfungsi untuk perdagangan atau bisnis
 Boutique Hotel Yaitu hotel yang memiliki kriteria yang sangat bagus, lebih
private dan luxurious
 Budget Hotel Merupakan hotel yang hanya menyediakan 1 kamar dan 1 outlet,
tidak ada restoran. Hotel ini sifatnya lebih low class.
 Airport Hotel Hotel yang berada dalam satu kompleks bangunan / area
pelabuhan udara / sekitar Bandar udara.
b. Di Indonesia klasifikasi Hotel ditemukan berdasarkan:
Persyaratan fisik, meliputi
 Lokasi hotel
 Luas bangunan
 Kondisi fisik bangunan
 Penampilan interior
c. Bentuk pelayanan yang diberikan, diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu:
 Kelas Deluxe atau Hotel berbintang lima
Merupakan kelas hotel yang paling tinggi dengan jumlah kamar minimal 100
kamar tamu, dengan klasifikasi 86 double bed, 10 single bed dan 4 suite. Luas ±
26 – 30m²

14
 Kelas A atau Hotel berbintang empat ii. Merupakan kelas hotel lebih atas dari
kelas menengah, dengan jumlah kamar tamu minimal 50 kamar tamu, dengan
klasifikasi 43 double bed, 5 single bed dan 2 suite. Luas kamar ± 24 – 28m2
 Kelas B atau Hotel berbintang tiga iii. Merupakan hotel kelas menengah dengan
jumlah kamar ± kamar tamu dengan klasifikasi 27 double bed dan 3 single bed,
dengan luas kamar ± 22-26m²
 Kelas C atau Hotel berbintang dua iv. Merupakan hotel lebih tinggi kelasnya
dari bintang 1, dengan jumlah kamar +15 kamar tamu, dengan klasifikasi 13
double bed dan 2 single bed, dengan luas kamar + 20-24m2
 Kelas D atau Hotel berbintang satu v. Merupakan hotel kelas paling rendah
dengan jumlah kamar minimal 10 kamar tamu
d. Jenis-jenis Kamar Hotel
Menurut buku Front Office Jurusan Perhotelan oleh Richard Sihite, S.Sos, kamar
hotel dapat dikategorikan sebagai berikut: standard room, superior room, deluxe
room, suite room.
Ada beberapa istilah lain dalam penggolongan jenis- jenis kamar hotel, antara lain:
 Connecting room
Dua buah kamar atau lebih yang dihubungkan dengan pintu penghubung
(connecting dooŋ).
 Adjoining room
dua buah kamar yang saling bersisian berdekatan.
 Adjacent room
Dua buah kamar atau lebih yang saling berhadap- hadapan.
 Pada dasarnya bisnis kamar pada hotel dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu:
 Single room
Yaitu dalam satu kamar, terdapat satu tempat tidur untuk satu orang tamu,
dengan ukuran tempat tidur 100x200 cm.
 Twin room
Yaitu dalam satu kamar, terdapat dua tempat tidur terpisah, untuk dua orang
tamu.

15
 Double room
Yaitu dalam satu kamar terdapat satu tempat tidur besar untuk dua orang
tamu dengan ukuran tempat tidur 160x200 cm.
 Triple room
Yaitu dalam satu kamar terdapat double bed dan twin bed untuk dua orang
dan ditambah extra bed untuk satu orang atau sebuah kamar yang dilengkapi dua
tempat tidur masing-masing untuk satu orang ditambah sebuah tempat tidur
tambahan untuk satu orang yang keseluruhannya untuk tiga orang tamu
 Junior suite room
Yaitu kamar besar terdiri dari ruang tidur dan ruang tamu
 Suite room
Yaitu kamar yang terdiri dari dua kamar tidur atau lebih, untuk dua orang
atau lebih dan ditambah ruang tamu, ruang makan dan ruangan dapur kecil.
Kamar juga dilengkapi dengan ruangan duduk atau disebut living room atau
sitting room atau parlour. Disamping itu ada suite room juga sering dilengkapi
dengan bar dan dapur
 President suite room
Kamar ini terdiri dari tiga ruang yang besar, ruang tidur, ruang tamu,
ruang makan (ruang rapat) dan dapur kecil.
e. Elemen Pendukung Interior Kamar Hotel
 Guest Room
1. Floor. secara umum menggunakan karpet maupun keramik yang cocok untuk
daerah tropis. Untuk suite ada pula yang menggunakan parket dan permadani.
2. Wall: biasanya material pelapis dinding pada kamar tidur hotel adalah
wallpaper atau dicat.
3. Ceiling: menggunakan gypsum akustik yang dicat.
4. Doors: menggunakan material kayu yang sudah di finishing atau dicat, dan
seluruhnya solid.
 Bathroom
1. Floor. menggunakan keramik atau marmer.

16
2. Wall: menggunakan material keramik atau marmer di daerah bak mandi,
penutup dinding dengan wallpaper atau dicat.
3. Ceiling: cat.
 Electrical Mechanical
3.1 Outlets: minimal terdapat 5 saklar double di dekat tempat tidur, dan satu
masing-masing di meja kamar, lemari pakaian, dan area lounge.
3.2 Cable: kabel TV, telepon, alarm kebakaran, room status, sistem komunikasi
lain.
3.3 Mechanical: HVAC diintegrasi dengan layout, kamar mandi dengan exhaust. 

2.2.4. Persyaratan Perancangan Interior Hotel


1. Aspek Perancangan Hotel Bisnis
 Manusia

Sebuah hotel tidak lepas dari pengunjung atau tamu hotel yang
datang dan menginap. Tamu hotel yang datang pun berbeda-beda,
mulai dari tamu yang datang untuk urusan bisnis, rekreasi atau hanya
sekedar untuk makan di restoran yang terdapat di dalam hotel. Selain
itu tamu/pengunjung hotel, juga terdapat karyawan dan para pekerja
hotel yang setiap harinya datang untuk menjalankan tugas sesuai
posisinya.
Oleh karena itu dalam perancangan sebuah hotel aspek
manusia (pelaku ruang) harus diperhatikan keberadaannya dan
diikutsertakan dalam perancangan interior. Sirkulasi antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya juga harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan ruang yang ada.

 Lingkungan

Lingkungan yang strategis dan mudah dijangkau dibutuhkan


dalam perancangan hotel bisnis karena untuk memudahkan akses
pelaku tamu hotel bisnis bila menginap di hotel yang bersangkutan.
Pemilihan lokasi ini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
17
hotel tersebut. Oleh karena itu sebaiknya hotel bisnis terletak di daerah
perkantoran yang mudah dijangkau dan dekat dengan pusat
perbelanjaan untuk menunjang tamu hotel.

 Bangunan

Sebaiknya bangunan dan ruangan cukup memadai untuk


kapasitas yang mencakup lingkungan. Fokus dasar dari perencanaan
tata letak ruang adalah adanya program hubungan antara area publik,
servis dan area privat. Dalam hal ini sirkulasi memegang peranan
penting untuk menciptakan kenyamanan bagi pengunjung/ tamu hotel
dan juga untuk menjamin kelancaran aktivitas dalam tiap ruangan
yang ada.

Oleh karena itu dalam mendesain ruangan dalam hotel harus


lebih diperhatikan si pelaku ruang, kegiatan di dalamnya, sirkulasi
yang diperlukan, dan lainnya.

 Elemen Interior
 Lantai

Menurut Pamudji Suptandar dalam bukunya Interior


Design, lantai merupakan bagian yang terpenting dari suatu
ruangan. Dalam lantai kira dapat menunjang fungsi atau
kegiatan yang akan terjadi pada ruang tersebut, selain itu pula
lantai dapat memberikan suatu karakter pada ruangan dimana
lantai itu terdapat. Dengan lantai juga dapat memperjelas sifat
ruangan itu, misalnya dengan memberikan suatu permainan
dari permukaan lantai itu sendiri.

Syarat-syarat bahan penutup lantai adalah:

i. Kuat, lantai harus dapat menahan beban

18
ii. Mudah dibersihkan, pada lantai yang baik, lantai harus
mudah dibersihkan
iii. Isolasi suara, biasanya digunakan pada lantai dasar
bangunan yang mempunyai fungsi berbeda. Transmisi
suara disebabkan oleh air born pengaruh langsung.
Akibat pengaruh langsung dapat diatasi dengan
penyelesaian lantai yang lunak dan lentur atau lantai
yang mengembang dimana dibawahnya diberi bahan
yang lunak dan dapat menyerap suaru getaran-getaran
bunyi pijakan atau kontak.
iv. Isolasi panas, penutup lantai penting untuk kenikmatan
dan kesehatan, juga memberikan rasa hangat pada kaki,
yang mana dapat diukur dengan menggunakan angka
absorbsi panas. Lantai yang mempunyai isolasi yang
baik menyerap panas.
v. Tahan terhadap kelembaban, dalam beberapa keadaan,
lantai harus dapat menahan rembesan air ke permukaan
lantai ini terutama terdapat kamar mandi atau dapur.
Hal ini dapat dicegah dengan menggunakan lantai yang
kedap air.
vi. Tidak menggelincir (licin), lantai yang licin tergantung
pada koefisien gesekan antara sol sepatu dengan
permukaan lantai dan mempunyai koefisien gesekan
0,4.

Beberapa jenis penutup lantai yang biasa digunakan:

1. Terrazzo , penggunaan pada pertokoan, sekolah,


showroom,
foyer dan sebagainya.
2. Penutup lantai yang lentur

19
 Vinyl ( Vinyl Sheet, Vinyl Tiles, Vinyl Asbestos, Vinyl
Solid Tiles ).

Vinyl sheet penggunaannya tidak cocok pada tempat


yang ramai karena mudah tergores.

Vinyl Tiles penggunaan pada sekolah, kantor, plaza


pertokoan, bangunan komersial ringan.

Vinyl asbestos penggunaan pada rumah tinggal,


bangunan industry, bangunan komersil yang ramai.

Vinyl solid tiles penggunaan pada tempat-tempat


khusus.

 Rubber Tiles
 Linoleum, penggunaan pada sekolah, bangunan umum
dan sebagainya.
 Asphalt Tiles, penggunaan pada pabrik, rumah tinggal
dan sebagainya.
 Cork Tiles (lantai gabus), penggunaan pada
perpustakaan, sekolah, kantor, rumah tinggal. Tidak
cocok dipakai di tempat-tempat yang digunakan untuk
meletakkan beban yang berat karena dapat berlekuk-
lekuk.
3. Kayu: parket kayu, strip atau jalur. Penggunaan pada
perumahan, lantai olahraga, bangunan industri dan lain-lain.
4. Ceramic: ceramic mosaic Tiles, Quarry Tiles, Glazed Tiles,
Unglazed Tiles, penggunaan rumah tinggal, bangunan komersil
dan sebagainya.
5. Granolithic, penggunaan pada pabrik, gudang dan garasi.
Lantai komposisi, tidak digunakan untuk daerah basah seperti
kamar mandi dan dapur.
20
6. Karpet dan permadani, penggunaan pada area yang tidak ramai.

 Dinding

Dinding merupakan unsur terpenting dalam pembentukkan ruang,


khususnya ruang dalam baik sebagai unsur penyekat/ pembagi ruang
maupun sebagai unsur dekoratif. Untuk itu dalam perencanaan suatu ruang
dalam, dinding mempunyai peranan cukup dominan dan memerlukan
suatu perhatian khusus, disamping unsur-unsur lainnya.

Fungsi dinding terbagi menjadi 2 bagian:

1. struktural , misalnya :
 Bearing Walls: dinding yang dibangun untuk menahan tepi dari
tumpukkan/urugan tanah.
 Load Bearing Walls: dinding untuk menyokong atau menopang
balok, lantai dan atap.
 Foundation Walls: dinding yang dipakai dibawah lantai tingkat dan
untuk menopang balok-balok lantai pertama.
2. Non Struktural, misalnya :
 Party walls: dinding pemisah antara 2 bangunan dan bersandar pada
masing-masing bangunan.
 Fire walls: dinding yang dipergunakan untuk membatasi ruang
pencar api yang disebabkan oleh kebakaran.
 Curtain or panel walls: dipergunakan sebagai pengisi pada suatu
konstruksi yang kaku misalnya konstruksi rangka baja, beton.
 Parapet walls: dinding yang diteruskan dan melewati atap bangunan.
 Garden walls: biasanya digunakan untuk membatasi suatu taman.

21
 Partition walls: dinding yang dipergunakan untuk membentuk
ruangan pada suatu ruang.

 Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai penutup  dinding :

 batu : bermacam-macam batu alam, asbes, coraltex, marmer dan


lainnya.
 Cat : bermacam-macam cat tembok, chemistone (cat semprot) dan
lainnya.
 Fiberglass : flexiglass, paraglass, dan lainnya.
 Gelas : cermin, kaca dan lainnya.
 Kain : batik, sutra, bludru, satin, dan lainnya.
 Kayu : triplek biasa dan triplek bervinyl, multipleks, papan,
formica, bamboo/bilik, rotan dan lainnya.
 Keramik : batu biasa, mosaic, porselen, dan lainnya.
 Metal : stainless steel, krom, aluminium, dan lainnya.
 Vinyl : bermacam-macam vinyl bermotif / tidak, wallpaper, 
lukisan dan lainnya.
 Plafon

Plafon atau ceiling merupakan salah satu unsur penting dalam


interior karena pembentuk suatu ruang. Seperti kita ketahui bahwa lantai
dan dinding merupakan pembatas ruang demikian halnya juga dengan
plafon, ketiga unsur itu sangat erat hubungannya satu dengan yang lain
dalam memberi suatu bentuk atau karakter untuk dalam suatu bangunan.
(interior design, Pamudji Suptandar)

Dengan kemajuan teknologi dan penemuan-penemuan baru


dibidang industri, berbagai material kini memungkinkan untuk digunakan
sebagai plafon. Menurut Pamudji Suptandar dalam bukunya Interior
Design, penggunaan berbagai macam material tersebut disesuaikan

22
dengan fungsi dan kesan yang akan dicapai untuk ruang yang
bersangkutan, misalnya seperti :

 Untuk mencapai kesan alamiah: kayu, anyaman bambu, rotan dan


lain-lain.
 Untuk gaya klasik: plat-plat gypsum bermotif.
 Untuk mencapai kesan glamor: kaca / antique glass ceiling, kain
bludru.
 Pada rumah-rumah sederhana: eternity polos / bermotif, tripleks /
multipleks, berbagai jenis softboard / akustik tiles.
 Pada bangunan-bangunan utilitas: beton exposed.
 Pada bangunan-bangunan umum: alumunium, fiber glass (sebagai
skylight), kaca timah (pada gereja-gereja) dan lain-lain.

 Pintu dan Jendela

Pintu dan jendela merupakan elemen yang memotong bidang


dinding yang membentuk bangunan dan ruangan interior yang dibatasinya.
Pintu dan jendela juga merupakan elemen transisi dari desain arsitektur
dan interior yang saling menghubungkan satu sama lain, baik secara visual
dan fisik, satu ruang ke ruang lain, maupun bagian dalam dengan bagian
luar ruangan. (Ilustrasi desain interior, Francis D.K. Ching)

 Fisika Bangunan

Untuk bangunan sebuah hotel di iklim tropis, memiliki perbedaan


musim panas dan musim hujan yang kecil dengan karakteristik iklim
sebagai berikut:

a. Suhu udara:
 Siang hari rata-rata 30 derajat celcius,
 Malam hari rata-rata 24 derajat celcius

23
 Kelembaban : RH antara 55%-100%
 Tekanan udara 2500 N/ m2-3000 N/ m2
 Keadaan langit dan radiasi matahari :
2. Umumnya berawan
3. Radiasi matahari mencapai 400 watt/m2
4. Tingkat penerangan mencapai 6000 lux
5. Curah hujan mencapai 1500-2000 mm/tahun.

b. Tata udara

Pada umumnya tata udara di sebuah hotel dibagi atas dua yaitu
secara alami dan buatan. Secara alami, udara dapat diperoleh melalui
bukaan seperti pintu dan jendela, sedangkan secara buatan udara dapat
diperoleh melalui AC. Syarat pengudaraan yang efektif harus
memperhatikan beberapa hal berikut :

 Pemanas dan pendingin


 Gerakan dan distribusi udara
 Pelebab dan penghilang kelembaban
 Ventilasi dan kualitas udara di dalam ruang

Hal diatas perlu diperhatikan karena :

 Hal tersebut dapat mempengaruhi penampilan atau pembawaan


dalam karyawan hotel maupun tamu hotel.
 Manajemen hotel bertanggung jawab terhadap karyawan hotel dan
tamu hotel untuk menyediakan lingkungan yang sehat bagi para
karyawan dan tamu hotel.
 Keadaan udara diluar yang dipakai dalam ruangan merupakan
kurang lebih dari 10% dari energi yang dikonsumsikan. (Ilustrasi
desain interior, Francis D.K. Ching)
24
 Tata Cahaya

Penerangan sangat memegang peranan penting dalam interior


sebuah hotel, karena dapat memberi suasana yang diinginkan atau dapat
menciptakan suasana kenyamanan pada setiap ruang dalam hotel. ( Aspek
Pencahayaan Dalam Interior Design, Pamudji Suptandar ). Tata cahaya di
dalam hotel dibagi atas dua yaitu:

 Secara alami, yaitu dari cahaya matahari melalui buka-bukaan seperti


pintu dan jendela. Pencahayaan ini hanya dapat diperoleh pada siang
hari.
 Secara buatan, yaitu bentuk penerangan yang menggunakan bantuan
lampu.

Sistem penerangan lighting system secara umum terbagi atas :

1. Penerangan langsung ( direct lighting )

Sistem pencahayaan :

 Dipancarkan langsung 90% dari seluruh kekuatan cahaya.


 Dapat menimbulkan kontras yang ekstrim antara area yang berfungsi
dengan daerah yang ada.
 Diarahkan kepada sasaran dengan bentuk kerucut cahaya desain
bayangan kasar.
 Penggunaan pada show window, peragaan, pintu masuk dan
pertunjukkan.

2. Penerangan tidak langsung ( indirect Lighting )

Sistem pencahayaan :

 Sistem pencahayaan pantulan


 Keistimewaan seluruh ruangan terhindar dari kesilauan
 Penggunaan pada: toko, ruang kerja, ruang pamer, lobby lounge
 Pencahayaan ini biasanya diarahkan ke plafon dan dinding.

3. Penerangan terpancar ( semi direct dan semi diffused )

25
Sistem pencahayaan

 Sisa sinar 60% diarahkan ke plafon dan dinding di sekelilingnya.


 Memperhitungkan system bayangan yang selektif, besar cahaya
40% disinarkan ke semua bagian.
 Sistem ini menghasilkan bayangan yang agak pada dengan
daerah tepi yang menjadi agak kabur.
 Penggunaan pada: pabrik, ruang umum di rumah, kantor, lobby
lounge
 Biasanya penempatan lampu semi direct dan semi diffused
menempel pada dinding.

4. General Lighting

Sistem pencahayaan :

 Sumbernya sangat bergemerlapan, bila ditatap sangat


menyilaukan mata.
 Sifat cahaya yang memancar ke segala arah sedangkan bayangan
terjadi umumnya samar-samar.
 Penggunaan pada: dapur, gudang, koridor, ruang tunggu dan
toilet.

Tipe pencahayaan :

 Spot light

Fungsi : untuk menyinari suatu objek khusus, dipakai untuk


menampilkan suasana atau citra yang diinginkan.

 Downlight

Fungsi : menerangi ruangan secara umum, jangkauan penerangan


bermacam-macam.

 Wall Washer

26
Fungsi : untuk menyinari dinding secara khusus menjadi kesan
luas, terdiri dari berbagai macam yaitu wall washer tanam dan
wall washer gantung.

 Strip light

Fungsi : untuk menyinari objek secara tepat

Persyaratan penerangan ruang pada hotel :

1.     Lobby                                                              : 200 Lux

2.     Reception area                                                : 400 Lux

3.     Front office                                                     : 400 Lux

4.     Lounge                                                            : 200 Lux

5.     Guest room                                                     : 200 Lux

6.     Kitchen

-        General                                             : 200 Lux

-        Food preparation & cooking              : 600 Lux

-        Stores                                               : 200 Lux

7.     Laundry                                                          : 400 Lux

8.     Office                                                              : 400 Lux

9.     Mechanical room                                            : 350 Lux

10.  Public toilets                                                   : 200 Lux

27
11.  Corridor                                                          : 200 Lux

12.  Workshop                                                       : 400 Lux

(Sumber: Fred Lawson, Hotels, Motels and Condominiums).

 Tata Suara

Semua sumber bunyi yang mengalihkan perhatian, mengganggu


atau berbahaya bagi kegiatan sehari-hari dianggap sebagai bising. Sumber
bising utama dalam pengendalian bising lingkungan dapat diklasifikasikan
dalam dua kelompok yaitu :

 Bising interior

Merupakan sumber bising yang paling sering dibuat oleh manusia,


seperti alat-alat rumah tangga, radio, televisi, pembicaraan yang keras,
naik turun tangga, orang berpindah tempat dan sebagainya.

 Bising luar (outdoor)

Merupakan bising yang paling mengganggu, dalam hal ini berasal


dari lalu lintas kendaraan bermotor, transportasi, industri,
pembangunan, gedung dan sebagainya. (Akustik Lingkungan, Leslie L.
Doelle) 

 Teknik Bangunan
Penyaluran aliran listrik pada saat darurat dirasakan penting
pengadaannya terutama pada saat ada kerusakan di sistem penyaluran
utamanya. Mesin pembangkit listrik yang disediakan hendaknya dapat
menyalurkan kebutuhan untuk pencahayaan pintu darurat, kebakaran dan
tanda-tanda darurat lainnya, menerangi kira-kira 20% daerah-daerah umum,
ruang pendingin, mesin hitung, sistem tanda bahaya kebakaran, hubungan
telepon, pompa air genangan dan air kotor.

28
a. Sistem tanda bahaya kebakaran

Hal-hal yang dianggap penting dengan cara biasa ditandai dengan


pecah gelas kontak begitu berhubungan dengan panas atau pendeteksi asap
dan panas otomatis yang tanda bahanya dapat didengar keseluruh
bangunan, penyemburan air otomatis yang terdapat pada semua bagian
bangunan, selang penyemprot air di bagian luar, alat-alat pemadam yang
dapat dibawa dan ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis, penutup
asbes di dapur dan penyekat api.

b. Peralatan pengatur suhu ruang (AC)

Umumnya dipakai sistem terpusat yang disalurkan ke masing-masing


ruang. Sedapat mungkin diatur sendiri pemanfaatannya oleh tamu di
kamar tidur masing-masing. Untuk tempat umum harus diatur menurut
daerah pengawasannya, terutama untuk mengatasi waktu-waktu padat
sehingga beban pemakaian tinggi dan penghematan pemakaian bila
ditempatkan yang bersangkutan sedang tidak dipergunakan. Perlu
kemudahan perawatan untuk semua unit pemakaian.

c. Mesin pemanas terpusat

Apabila saluran pengatur suhu udara tidak diberikan, sebaiknya


pemanas kamar tidur dilakukan oleh radiator dengan pengaturan sendiri-
sendiri di setiap kamar yang dirancang agar dapat dengan cepat bekerja.
Tempat-tempat umum, terutama restoran harus dilengkapi alat pengatur
aliran udara mekanis yang dapat mengimbangi buangan asap dari dapur.
Untuk bar cukup dipasang kipas penghemat udara.

d. Pengaturan aliran udara kamar mandi

Umumnya dengan menggunakan saluran buangan ke kipas penyedot di


atas atas, seluruh penyaringan di masing-masing kamar mandi sekaligus
untuk mengurangi penyebaran bising yang berasal dari kipas penyedot.
29
e. Sistem pencahayaan

Sistem pencahayaan kamar tidur dirancang dengan meletakkan cukup


satu sakelar utama saja dekat pintu masuk dan di atas ujung kepala tempat
tidur. Dapat ditambahkan beberapa saklar disesuaikan dengan kebutuhan
menurut jenis hotel. Lampu neon yang dipasang di kamar mandi harus
jenis mudah menyala. Tiap kamar tidur atau bagian tempat tidur harus
dilengkapi dengan saklar yang terlindung rapi. Pencahayaan pada lorong
atau selasar dilengkapi dengan saklar pengatur waktu. Sehingga tiap-tiap
bagian dapat diatur pemakaiannya secara ekonomis. Pada ruang-ruang
umum, saklar diletakkan pada tempat-tempat tertentu dan dirancang 
sekaligus untuk dapat memberikan kesan dekoratif. Sakelar utama
diletakkan pada tempat-tempat dimana tidak dapat dijangkau oleh tamu
atau orang-orang yang tidak berkepentingan.

f. Saklar untuk alat cukur elektronik

Sebaiknya dengan tegangan ganda disediakan untuk sakelar alat cukur


elektronis ini di kamar mandi karena kebutuhan umum untuk pria.

 Furniture

Pengaturan furniture harus disesuaikan dengan kebutuhan untuk


memenuhi kenyamanan pemakai. Dalam pengaturan furniture, fungsi tidak
dapat dipisahkan dengan keindahan. Dalam perencanaan kita harus
mengetahui lebih dahulu aktivitas, sehingga tahu furniture apa yang akan
dibutuhkan, berapa luas ruang, bagaimana sistem pencahayaan, pilihan warna
serta kondisi-kondisi khusus.

Desain furniture dapat dibagi atas dua kategori umum:

30
1. Furniture yang berbentuk case (kotak) termasuk chests, meja
tulis,meja, lemari buku dan kursi yang tidak mempunyai pelapis,
semua tipe furniture semacam ini di Indonesia masih dibuat dari
kayu walaupun bahan-bahan lain semakin popular
2. Furniture yang dilapisi: sofa, kursi-kursi yang secara keseluruhan
atau sebagian besar diberi lapisan termasuk perlengkapan tidur.
(Perancangan Tata Ruang Dalam, Pamudji Suptandar)
 Estetika

Menurut Pamudji Suptandar (Interior Design, Perancangan Tata Ruang


Dalam), ruang/bangunan meskipun dalam perancangan yang baik tetapi tanpa
didukung oleh elemen estetika, pasti tidak akan berhasil. Dalam pembuatan
pola utama dari desain harus ditentukan terlebih dahulu warna dasar, tekstur,
baru pola-pola pendukung yang ada disekelilingnya.

a. Pilihlah pola yang baik yaitu yang mempunyai peranan yang


menarik, baik pada siang maupun malam hari.
b. Desain yang mudah yaitu dengan menggunakan pola tunggal tetapi
yang cukup kuat.
c. Warna yang berani untuk aksen-aksen dengan warna-warna lembut
sebagai pendukung.

 Ambience

Ambience massage yang terdapat dalam hotel bisnis:

a. Entertaining: hotel dapat menjadi salah satu tempat yang menghibur,


misalnya dengan adanya shopping arcade.
b. Convivial: hotel juga memberikan pelayanan yang ramah pada
setiap pengunjungnya.
c. Luxurious: desain dalam hotel berbintang biasanya menyajikan
kemewahan dalam suasananya.
31
d. Profitable: selain memberikan pelayanan yang memuaskan kepada
pengunjung, hotel juga mencari keuntungan dalam usahanya.
e. Welcoming: hotel juga selalu berusaha untuk menyambut dengan
hangat setiap pengunjungnya.
f. Impressive: hotel harus memberikan kesan yang baik dan tak
terlupakan bagi setiap pengunjungnya untuk bisa kembali lagi ke
hotel tersebut.

2.2.5. Sumber Pencahayaan


Menurut sumber cahaya, pencahayaan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang memiliki sumber cahaya
yang berasal dari alam, seperti matahari, bintang, dll. Matahari adalah sumber
pencahayaan alami yang paling utama, namun sumber pencahayaan ini tergantung
kepada waktu (siang hari atau malam hari), musim, dan cuaca (cerah, mendung,
berawan, dll). Pencahayaan alami memiliki beberapa keuntungan yaitu :
 Hemat energi listrik,
 Dapat membunuh kuman penyakit,
 Variasi intensitas cahaya matahari dapat membuat suasana ruangan memiliki
efek yang berbeda – beda, seperti pada hari mendung, suasana di dalam
ruangan akan memiliki efek sejuk, dan hari cerah menyebabkan suasana
bersemangat, dan
Kelemahan dari pencahayaan alami yaitu :
 Tidak dapat mengatur intensitas terang cahaya matahari sehingga jika cuaca
terik akan menimbulkan kesilauan,
 Tumber pencahayaan alami yaitu matahari dapat menghasilkan panas, dan
 Distribusi cahaya yang dihasilkan tidak merata.

2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari sumber cahaya
selain cahaya alami, contohnya lampu listrik, lampu minyak tanah, lampu gas,
dll.
Pencahayaan buatan diperlukan ketika :

 Pencahayaan alami tidak tersedia di ruangan pada saat matahari terbenam,


 Pencahayaan alami tidak mencukupi kebutuhan cahaya seperti pada saat
hari mendung,
 Pencahayaan alami tidak dapat menjangkau tempat tertentu yang jauh dari
jendela dalam sebuah ruangan,
 Pencahayaan merata pada ruangan yang lebar diperlukan,
32
 Pencahayaan konstan diperlukan seperti pada ruangan operasi,
 Diperlukan pencahayaan yang arah dan warnanya dapat diatur, dan
 Diperlukan pencahayaan untuk fungsi tertentu seperti menyediakan
kehangatan bagi bayi yang baru lahir.

Pencahayaan buatan memiliki beberapa keuntungan seperti :


 dapat menghasilkan pencahayaan yang merata,
 dapat menghasilkan pencahayaan khusus sesuai yang diinginkan,
 dapat menerangi semua daerah pada ruangan yang tidak terjangkau oleh
sinar matahari, dan
 dapat menghasilkan pencahayaan yang konstan setiap waktu.

Pencahayaan buatan memiliki beberapa kelemahan seperti :


 memerlukan energi listrik sehingga menambah biaya yang dikeluarkan, dan
 tidak dapat digunakan selamanya karena lampu dapat rusak.

 Sejarah Pencahayaan Buatan


Pencahayaan buatan diperlukan ketika sumber cahaya alami yaitu
matahari tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan pencahayaan. Setelah matahari
terbenam, api adalah sumber pencahayaan buatan pertama yang dikenal oleh
manusia. Menurut Binggeli (2003), lampu minyak dari batu adalah lampu pertama
buatan manusia yang dibuat oleh suku Cro-Magnon 50.000 tahun yang lalu.
Sumber pencahayaan buatan pertama yang paling terang ditemukan oleh
Leonardo da Vinci yang memasukkan lampu minyak ke dalam silinder kaca berisi
air dan air di dalamnya memperlipatgandakan pencahayaan yang dihasilkan.
Bangsa Romawi adalah penemu lilin pertama yang menggunakan lemak binatang
sebagai bahan pembuat lilin. Pencahayan buatan terus berevolusi hingga Thomas
Alva Edison menemukan lampu pijar pertama pada tahun 1879 yang berusia
hanya 15 jam.

 Sistem Pencahayaan Buatan


Sistem pencahayaan buatan secara umum terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Sistem Pencahayaan Merata Pada sistem ini, pencahayaan tersebar pada
semua area di ruangan secara merata (Ganbar 2.1). Sistem pencahayaan
merata digunakan pada ruangan yang tidak memerlukan ketelitian dalam
melihat seperti pada koridor atau jalan.

2. Sistem Pencahayaan Setempat Pada sistem ini, cahaya hanya


dikonsentrasikan pada objek yang membutuhkan cahaya secara optimal
seperti pada area kerja (Gambar 2.2). Sistem pencahayaan jenis ini cocok
untuk pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi dan mengamati
benda yang membutuhkan cahaya.

33
3. Sistem Pencahayaan Gabungan Sistem pencahayaan gabungan didapatkan
dengan menggabungkan sistem pencahayaan setempat dan sistem
pencahayaan merata (Gambar 2.3). Sistem pencahayaan ini cocok untuk
memenuhi pencahayaan tugas visual yang memerlukan tingkat
pencahayaan tinggi.

2.2.6. Kualitas Pencahayaan


Kualitas pencahayaan yang baik dapat memaksimalkan performa visual,
komunikasi interpersonal, dan mempengaruhi perilaku manusia di dalam ruangan,
sedangkan kualitas pencahayaan yang buruk akan menyebabkan
ketidaknyamanan dan memusingkan performa visual. Menurut IESNA (2000),
kualitas pencahayaan dapat dikategorikan melalui tiga pendekatan yaitu dari
bidang arsitektur, ekonomi dan lingkungan, dan kebutuhan manusia.

 Arsitektur
Pencahayaan terdapat di dalam konteks arsitektur baik itu interior
maupun eksterior. Menurut Setiawan (2012), pencahayaan bukan berperan
sebagai pelengkap arsitektur, namun telah menjadi bagian dari arsitektur itu
sendiri. Keberadaan pencahayaan dapat mempengaruhi pengalaman ruang,
estetika bangunan, dan visualisasi ruang.

 Ekonomi dan Lingkungan


Pemilihan pencahayaan sangat dipengaruhi dari bidang ekonomi.
Investasi pada lampu harus sebanding dengan biaya yang dikeluarkan demi
mendapat tingkat efektifitas dan performa lampu yang sesuai.

 Kebutuhan Manusia
Dari segi aspek kebutuhan manusia, untuk mendapatkan kualitas
pencahayaan yang baik perlu diperhatikan hal – hal sebagai berikut:

34
1. Jarak Pandang (Visibility)
Peran pencahayaan sangat penting dalam mengatur kemampuan untuk
menangkap informasi sudut pandang visual dan juga jarak untuk melihat
daerah di sekeliling.
2. Performa Aktivitas (Task Performance)
Salah satu peran utama pencahayaan adalah memfasilitasi aktivitas
yang dilakukan manusia agar performa kerja mereka dapat optimal.
3. Perasaan dan Suasana (Mood and Atmosphere)
Pencahayaan dapat mempengaruhi mood manusia di dalam ruangan
dan menghasilkan bermacam suasana seperti suasana ruangan yang santai
pada cafe, suasana produktif pada perkantoran, ataupun suasana angker di
suatu tempat.
4. Kenyamanan Visual (Visual Comfort)
Aktivitas dan tipe tempat dapat mempengaruhi kenyamanan visual dari
ruangan tersebut. Pegawai di perkantoran akan merasa tidak nyaman dengan
cahaya yang menyilaukan dari instalasi peencahayaan, namun cahaya yang
berkilauan di dalam diskotik justru dapat membuat orang di dalamnya
semakin bersemangat.
5. Penilaian Estetika (Aesthetic Judgement)
Pencahayaan dapat memiliki fungsi seperti mengkomunikasikan suatu
pesan, memperkuat pola dan ritme dalam arsitektur, memaksimalkan warna,
dan membentuk sosial hirarki dari suatu tempat. Pencahayaan dapat menjadi
elemen yang membantu mencipatakan estetika dari sebuah elemen lain dan
juga dapat menjadi estetika itu sendiri.

6. Health, Safety, and Well-Being


Pencahayaan dapat mempengaruhi kesehatan manusia seperti pada
pencahayaan berlebih pada kamar tidur dapat menyebabkan gangguan tidur.
Aspek kesehatan sering diabaikan oleh para desainer pencahayaan.
7. Komunikasi Sosial (Social Communication)
Kondisi pencahayaan dari suatu ruang dapat menyebabkan
komunikasi antara sesama penghuni ruangan dengan mengatur pola
pencahayaan dan jumlah bayangan.

2.2.7. Sumber Cahaya


Menurut Manurung (2009), pemahaman mengenai sumber cahaya dalam
desain pencahayaan arsitektural (architectural lighting design) sangat penting
mengingat tiap – tiap sumber cahaya memiliki karakteristik, tingkat efficacy
(perbandingan daya yang dibutuhkan dengan kuat cahaya yang dihasilkan),
renderasi warna, dan temperatur warna yang berbeda. Menurut Moyer (1992), di
dalam memilih lampu bagi desain pencahayaan terdapat beberapa faktor yang
35
sangat penting untuk diperhatikan , yaitu intensitas, ukuran fixture, besaran watt,
tipe lampu (dalam variasi beamspread dan watt), dan warna. Macam – Macam
Sumber Cahaya menurut Manurung (2009) sumber cahaya yang beredar di
pasaran dibagi menjadi empat kelompok, yaitu : incandescent lamp (lampu pijar),
fluorescent lamp (lampu fluoresens), High Intensity Discharge, dan LED.

2.2.7.1. Lampu Pijar (Incandescent Lamp)


Lampu pijar merupakan salah satu lampu yang paling tua usianya
sejak pertama kali dikembangkan oleh Thomas Alfa Edison. Lampu yang
di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan bohlam karena bentuknya yang
menyerupai bola. Dari total energi listrik yang digunakan oleh lampu pijar,
hanya sekitar 10% saja yang diubah menjadi cahaya, sedangkan sekitar
90% lainnya dibuang sebagai energi panas. Kondisi ini menjadi salah satu
faktor yang menyebabkan usia lampu pijar menjadi pendek (sekitar 1000
jam). Warna kekuningan (warm light) yang dihasilkan lampu pijar mampu
menciptakan suasana hangat, akrab, lebih alami, dan teduh sehingga
lampu pijar sering digunakan sebagai lampu utama pada hunian.

2.2.7.2. Lampu Fluoresens (Fluorescent Lamp)


Lampu fluoresens di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan yang
sesungguhnya keliru, yaitu lampu “neon”. Pada hakikatnya, lampu neon
ditujukan pada sumber cahaya yang menggunakan gas neon. Sebutan lain
untuk lampu fluoresens adalah lampu TL (Tubular Lamp) karena
berbentuk tabung, walaupun variasi bentuk lampu jenis ini sesungguhnya
sangat banyak. Pada desain pencahayaan ruang, lampu fluoresens banyak
digunakan untuk menghasilkan cahaya yang merata untuk memenuhi
kebutuhan fungsional berbagai aktivitas. Cahaya putih jernih yang merata
yang dihasilkan dengan kecenderungan untuk tidak mempengaruhi warna
benda, membuat lampu fluoresens mampu menampilkan objek visual
dengan sangat baik.

36
2.2.7.3. High Intensity Discharge
Seperti yang tergambar dari namanya, lampu High Intensity
Discharge (HID) adalah lampu – lampu discharge yang mampu
menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi. Lampu HID dibagi menjadi
tiga jenis yang paling umum, yaitu metal halida (Gambar 2.8), merkuri,
dan sodium bertekanan tinggi (High Pressure Sodium/HPS) (Gambar 2.9).
Lampu – lampu HID sangat baik dalam pencahayaan ruang luar karena
mampu menghasilkan cahaya dengan intensitas tinggi.

2.2.7.4. LED (Light Emitting Diode)


Perkembangan teknologi lampu yang pesat telah mengantar
penciptaan jenis lampu baru, yaitu LED (Light Emmiting Diode). Lampu
LED memiliki usia yang sangat panjang, mencapai 100.000 jam, dengan
konsumsi daya listrik yang sangat kecil. Kelemahan LED adalah
intensitas cahaya yang dihasilkannya lebih kecil jika dibandingkan dengan
jenis sumber cahaya lainnya. Lampu LED sangat menunjang
desain pencahayaan karena memiliki variasi warna, yaitu putih dingin
(cool white), kekuningan, merah, hijau, dan biru. Variasi warna ini
memungkinkan penciptaan suasana ruang maupun objek yang senantiasa
berubah (color changing) dengan memainkan warna – warna yang berbeda
pada waktu – waktu tertentu. Warna – warna tersebut juga dapat
digunakan sebagai elemen pengarah pada jalur sirkulasi maupun sebagai
penanda ruang – ruang fungsional.

37
2.2.8. Berdasarkan Distribusi Cahaya
Berdasarkan distribusi cahaya, armatur lampu dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu :

1. Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)


Pencahayaan langsung merupakan pencahayaan dengan distribusi sumber cahaya
langsung menuju ke sasaran yang dituju. Pencahayaan langsung biasanya
merupakan cahaya yang ditujukan secara fungsional untuk memenuhi kebutuhan
cahaya secara kuantitatif pada sebuah ruang atau bidang kerja.

2. Pencahayaan Semilangsung/tak Langsung (Semi-direct/indirect)


Pencahayaan semilangsung atau tak langsung merupakan pencahayaan yang
pendistribusiannya terbagi pada dua arah distribusi, yaitu sebagian cahaya yang
berasal dari sumber cahaya langsung dan sebagian lagi dipantulkan pada bidang
permukaan. Pencahayaan jenis ini sering digunakan karena dapat diaplikasikan
untuk memenuhi kebutuhan kuantitas cahaya dan juga dapat diaplikasikan untuk
menciptakan kualitas visual suatu objek arsitektural. Pencahayaan semilangsung
atau tak langsung sering diaplikasikan pada pencahayaan untuk mendefinisikan
dinding, kolom, dan bidang vertikal lainnya.

3. Pencahaaan Tak Langsung (Indirect Lighting)


38
Pencahayaan tak langsung diaplikasikan dengan memantulkan cahaya yang
berasal dari sumber cahaya pada bidang pemantul atau reflektor. Pencahayaan tak
langsung biasanya digunakan untuk mengurangi tingkat kesilauan yang dihasilkan
oleh sumber cahaya sehingga pencahayaan tersebut dapat menghasilkan cahaya
yang lebih lembut. Pencahayaan jenis ini sering diaplikasikan pada ruangan
dengan aktivitas yang memiliki tingkat pergerakan serta ketelitian yang rendah.

2.2.9. Berdasarkan Arah Cahaya


Berdasarkan arah cahaya, armatur lampu dapat dikelompokkan ke dalam tiga
jenis, yaitu:
1. Uplight (Arah Cahaya ke Atas)
Uplight merupakan kelompok armatur yang mendistribusikan cahaya dari bawah
ke arah atas dengan sudut tertentu (Gambar 2.14). Lampu uplight sering
diletakkan di lantai, trotoar, ataupun di dinding dan kolom untuk memberikan
aksentuasi pada kedua elemen arsitektur tersebut. Menurut Karlen (2004), contoh
aplikasi yang paling sering digunakan dalam teknik uplight adalah cove lighting
(Gambar 2.15). Cove lighting merupakan teknik menyinari langit – langit ruangan
dari sisi langit – langit ruangan.

39
2. Downlight (Arah Cahaya ke Bawah)
Downlight merupakan kelompok armatur yang mendistribusikan cahaya dari atas
ke bawah dengan sudut tertentu. Lampu ini biasanya diletakkan di langit – langit
untuk penerangan umum (general lighting) dan untuk menciptakan kesan yang
bersih pada langit – langit. Lampu downlight dapat diletakkan di dinding dan
kolom untuk menciptakan aksentuasi maupun variasi pola cahaya. Untuk tujuan
tersebut, berbagai variasi armatur dapat digunakan agar menghasilkan pola cahaya
yang diinginkan. Beberapa armatur lampu dapat menampung lebih dari satu
sumber cahaya agar intensitas cahaya yang dihasilkan menjadi semakin besar.

3. Diffuse (Arah Cahaya Menyebar)


Cahaya dengan arah menyebar merupakan pencahayaan yang paling sering
diaplikasikan terutama pada hunian. Arah cahaya yang menyebar secara merata
atau baur sesungguhnya dapat dicapai langsung dari sumber cahaya tanpa
menggunakan rumah lampu. Meskipun begitu, rumah lampu tetap dibutuhkan
untuk memaksimalkan intensitas cahaya agar dapat menyebar dalam jangkauan
yang lebih luas. Biasanya material yang digunakan pada rumah lampu agar dapat
menghasilkan cahaya yang lembut adalah kaca susu, plastik semitransparan, dan
kaca kristal. Untuk menciptakan distribusi cahaya yang merata, armatur lampu
40
biasanya akan digantung. Penggunaan lampu gantung untuk menunjang
pencahayaan dengan arah merata berfungsi untuk menghindari bayangan yang
ditimbulkan oleh perlengkapan lampu yang berada dibawahnya. Dengan
menggantung lampu, bidang – bidang permukaan yang berada di sekitarnya dapat
diterangi secara merata. Pencahayaan dengan arah cahaya menyebar digunakan
untuk menciptakan ruang dengan kesan datar dan terkadang monoton.

2.3.0. Berdasarkan Sudut Cahaya


Berdasarkan sudut cahaya, armatur lampu dapat dikelompokkan dalam tiga jenis
yaitu :

1. Armatur Spotlight (Lampu Sorot)


Lampu sorot digunakan untuk memberikan aksentuasi pada sebuah objek atau detail yang
spesifik dan memiliki dimensi yang kecil. Lampu sorot memiliki sudut cahaya yang kecil
( ≤ 30°) dan sering diaplikasikan pada pencahayaan eksterior dengan tujuan menonjolkan
objek – objek eksterior.

41
2. Armatur Floodlight
Floodlight merupakan lampu sorot dengan sudut cahaya yang lebih besar jika
dibandingkan dengan spotlight. Untuk menghasilkan cahaya dengan sudut lebar, rumah
lampu yang digunakan biasanya berbentuk kotak.

3. Armatur Wallwasher
Sesuai dengan namanya, wallwasher atau ”penyiram dinding” digunakan untuk
memberikan aksentuasi pada permukaan bidang vertikal. Wallwasher memiliki
sudut cahaya yang sangat lebar dan lebih besar jika dibandingkan dengan
floodlight, namun mempunyai pola cahaya yang sama yaitu segiempat.

2.3.1. Berdasarkan Peletakan Armatur


Armatur lampu dapat dikelompokkan berdasarkan tempat peletakan
armatur lampu yang berupa bidang horizontal (lantai dan langit – langit), bidang
vertikal (dinding dan kolom), maupun di elemen arsitektural.

42
Berdasarkan peletakannya, armatur lampu dikelompokkan menjadi
beberapa macam yaitu :
1. Armatur Wall Light/ Lampu Dinding
Wall light merupakan lampu yang dirancang agar dapat diletakkan di
permukaan dinding maupun kolom.

2. Armatur Step Light/ Lampu Tangga


Step light atau lampu tangga digunakan untuk menerangi anak tangga
dengan membentuk pola cahaya tertentu agar tangga dapat diakses dengan baik.

3. Armatur Suspension/ Lampu Gantung


Lampu gantung sering menjadi bagian dalam desain pencahayaan interior,
baik sebagai pencahayaan fungsional maupun sebagai pencahayaan dekorasi.
Pada ruang luar, lampu gantung lebih sering digunakan sebagai pencahayaan
fungsional yang diletakkan pada bagian teras bangunan, maupun digantungkan
pada balok – balok kantilever.

43
4. Armatur Pole Lighting/ Lampu Tiang
Lampu tiang merupakan lampu eksterior yang sering digunakan pada
penerangan jalan, jalur pejalan kaki, maupun taman. Penggunaan tiang ditujukan
untuk mengatur letak lampu agar mampu menghasilkan cahaya dengan jangkauan
yang lebih luas.

5. Armatur Bollard
Pada dasarnya bollard merupakan salah satu bentuk dari lampu tiang
namun dengan dimensi yang lebih kecil. Bollard sering difungsikan pada
pencahayaan jalur pejalan kaki dan taman.

6. Armatur Underwater/ Lampu Bawah Air


Lampu bawah air didesain sebagai elemen pencahayaan pada water
feature dan kolam. Secara fisik, armatur lampu harus dapat menjamin keamanan
sumber cahaya agar air tidak dapat masuk ke dalam rumah lampu.

44
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan waktu Penelitian

1. Tempat penelitian ini dilakukan di Hotel Gloria Suite, Grogol, Jakarta


Barat
2. Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 12 Februari 2020

3.2. Metode Penelitian


 Metode Kualitatif
Metode kualitatif adalah metode riset yang sifatnya memberikan penjelasan
dengan menggunakan analisis. Pada pelaksanaannya, metode ini bersifat subjektif
dimana proses penelitian lebih tiperlihatkan dan cenderung lebih fokus pada
landasan teori. Metode riset ini juga disebut dengan metode etnografi karena
sangat jamak dipakai untuk melakukan pengamatan kondisi sosial budaya.

 Metode Survei
Metode survei adalah suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan hasil riset
dalam bentuk opini atau pendapat dari orang lain yang berinteraksi langsung
dengan objek yang diamati. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
mendapatkan gambaran umum melalui sampel beberapa orang.

45
 Metode Deskriptif
Metode deskriptif adalah metode riset yang bertujuan untuk menjelaskan suatu
peristiwa yang sedang berlangsung pada masa sekarang dan juga pada masa
lampau. Metode riset ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu Longitudinal (sepanjang
waktu) dan Cross Sectional (waktu tertentu).

3.3. Instrument Penelitian


Suatu pedoman yang dipakai penelitian untuk mengumpulkan data penelitian
yang diperlukan agar menjadi mudah dan sistematis dalam memperolehnya. Instrument
merupakan alat bagi upaya pengumpulan data yang diinginkan.

3.4. Teknik pengumpulan data

1. Data Sekunder
Sementara yang dimaksud dengan data sekunder itu sendiri ialah sebuah
data yang diperoleh secara langsung oleh sang peneliti. Contoh dari data sekunder
ini bisa berupa dokumen atau pun arsip yang dimiliki oleh sebuah seseorang atau
pun lembaga yang dijadikan sebagai subjek penelitian oleh sang peneliti.

2. Data Internal
Yang dimaksud dengan data internal adalah sebuah data yang
menggambarkan suatu kegiatan atau pun keadaan yang mana terjadi dalam suatu
lembaga atau pun instansi dari tempat penelitian.

3. Data Eksternal
Yang dimaksud dengan data eksternal itu sendiri adalah sebuah data yang
menggambarkan suatu kegiatan atau pun keadaan yang mana terjadi di luar suatu
instansi atau lembaga tempat penelitian.

4. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah sebuah data yang diperoleh dalam sebuah penelitian
yang bukan berbentuk angka.

5. Cross Section atau Insidentil


Data cross section atau yang juga disebut dengan data insidentil adalah
sebuah data yang menggambarkan suatu kejadian ataupun peristiwa yang
dikumpulkan hanya pada satu waktu saja.

6. Observasi
Observasi adalah Teknik untuk mengamati secara langsung suatu keadaan
atau pun situasi dari sebuah subjek penelitian.

46
BAB IV
PENCAHAYAAN YANG MENDUKUNG
SETIAP FUNGSI DALAM LOBBY HOTEL GLORIA SUITE

4.1. Dasar Teori


4.1.1. Intesitas Cahaya Dan Flux Cahaya
Intensitas cahaya adalah fluks cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke
suatu arah tertentu. Flux cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya adalah
sejumlah cahaya yang dipancarkan dalam satu detik. Intensitas cahaya dinyatakan dalam
satuan candela (cd) dengan lambang. Sedangkan fluks cahaya ,mempunyai satuan lumen
dengan lambang . Dari uraian di atas diperoleh persamaan : (Laras, 2010).

Dimana :
I = Intensitas cahaya (candela)
Φ= Flux cahaya (lumen)
= Satuan sudut ruang (steradian)

4.1.2. Intensitas Penerangan/ Iluminasi (E)


Intensitas penerangan E adalah fluks cahaya Φ yang jatuh pada 1m2 dari bidang
itu (1 lux=1m/m2 ). Sedangkan iluminasi penerangan rata-rata (E rata-rata) adalah jumlah
fluks Φ yang dipancarkan (lumen) persatuan luas A (m2 ). (Laras, 2010).

47
Dimana :
E = Intensitas penerangan (lux)
Φ = Flux cahaya (lumen)
A = Satuan luas (m 2 )

4.1.3. Kepadatan Cahaya/ luminasi (L)


Luminasi adalah satu ukuran untuk terang suatu benda. Luminasi suatu sumber
cahaya atau suatu permukaan yang memantulkan cahaya adalah intensitas cahayanya
dibagi dengan luas semua permukaan/ bidang yang diterangi.

Dimana :
L = Luminansi (cd/cm2 )
I = Intensitas cahaya (candela)
A = Satuan luas (m 2 )
Untuk mendapatkan pencahayaan yang baik maka dalam merencanakan instalasi
pencahayaan ada 5 kriteria yang perlu diperhatikan kelima kriteria tersebut adalah :
(Laras, 2010).
1. Iluminasi / Tingkat kuat penerangan.
2. Luminasi / distribusi kepadatan cahaya.
3. Pembatasan agar cahaya tidak menyilaukan mata.
4. Arah pencahayaan dan pembentukan bayangannya.
5. Warna cahaya dan refleksi warnanya.
Selain tergantung pada konstruksi sumber cahaya itu sendiri,penyebaran cahaya
dari sumber cahaya juga tergantung pada konstruksi armaturnya. Hal-hal yang
menentukan konstruksi armature adalah :
 Cara pemasangan armatur (pada dinding atau plafon)
 Cara pemasangan fitting atau fitting-fitting dalam armature.
 Perlindungan sumber cahaya.
 Penyebaran cahaya.
Intensitas penerangan harus ditentukan berdasarkan tempat dimana pekerjaan
dilakukan. Bidang kerja umumnya 80 cm di atas lantai. (Chenny, 2010).

4.2. Penentuan Jumlah dan Kekuatan Lampu


Menurut Muhaimin, (2001), faktor –faktor yang mempengaruhi penentuan jumlah titik
cahaya pada suatu ruangan :
1. Macam penggunaan ruangan (fungsi ruangan), setiap macam penggunaan ruangan mempunyai
kebutuhan kuat penerangan yang berbeda-beda.
2. Ukuran ruangan, semakin besar ukuran ruangan maka semakin besar pula kuat penerangan
yang dibutuhkan.
3. Keadaan dinding dan langit-langit (faktor refleksi), berdasarkan warna cat dari dinding dan
langit-langit pada ruangan tersebut memantulkan ataukah menyerap cahaya.

48
4. Macam jenis lampu dan armatur yang dipakai, tiaptiap lampu dan armatur memiliki konstruksi
dan karakteristik yang berbeda.
Letak dan jumlah lampu pada suatu ruangan harus dihitung sedemikian rupa, sehingga
ruangan tersebut mendapatkan sinar yang merata. Dan manusia yang berada didalam ruangan
tersebut menjadi nyaman, penerangan untuk ruangan kerja harus dirancang sedemikian rupa
sehingga pengaruh dari penerangan tidak membuat cepat lelah mata. Tingkat pencahayaan
minimum dan renderasi warna yang direkomendasikan untuk berbagai fungsi ruangan
ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Tingkat Pencahayaan Minimum dan Renderasi Warna Yang Direkomendasikan

49
Pada Tabel 1, tidak terdapat standar kuat penerangan kamar hotel. Sehingga ditentukan
standar kuat penerangan kamar hotel sebesar 50 lux. (Muhaimin, 2001).
Menurut Muhaimin (2001), beberapa hal-hal yang harus diperhitungkan yaitu sebagai
berikut :
1. Efisiensi Armatur (v)
Efisiensi sebuah armatur ditentukan oleh konstruksinya dan bahan yang digunakan. Dalam
efisiensi penerangan selalu diperhitungkan efisiensi armaturnya.

2. Faktor-faktor refleksi
Faktor-faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi langit-langit (rp) masing-masing
menyatakan bagian yang dipantulkan dari fluks cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-
langit yang mencapai bidang kerja. Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan
langsung jauh lebih kecil daripada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lain, sebab
cahaya yang jatuh pada dinding dan langit-langit hanya sebagian dari fluks cahaya.
Menurut Muhaimin (2001), faktor refleksi berdasarkan warna dinding dan langit-langit
ditunjukkan pada Tabel 2.

3. Indeks Ruang atau Indeks Bentuk (k)


Indek ruangan atau indek bentuk menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran utama suatu
ruangan berbentuk bujur sangkar dirumuskan dengan persamaan dibawah ini :

Dimana :
p = panjang rungan (meter)
l = Lebar ruangan (meter)
h = jarak / tinggi armatur terhadap bidang kerja (meter).

4. Faktor Penyusutan / depresiasi (kd)


Faktor penyusutan dirumuskan dengan persamaan dibawah ini :

50
Untuk memperoleh efisiensi penerangan dalam keadaaan dipakai, nilai efisiensi yang
didapat dari Tabel harus dikalikan dengan faktor penyusutan. Faktor penyusutan ini dibagi
menjadi tiga golongan utama, yaitu :
 Pengotoran ringan (daerah yang hampir tak berdebu)
 Pengotoran sedang / biasa
 Pengotoran berat (daerah banyak debu) Bila tingkat pengotoran tidak diketahui, maka faktor
depresi yang digunakan ialah 0,8. (Muhaimin, 2001).
5. Bidang Kerja
Intensitas penerangan harus ditentukan dimana pekerjaan akan dilaksanakan. bidang kerja
umumnya diambil 0,8 cm diatas lantai.
6. Efisiensi Penerangan
Efisiensi penerangan dengan nilai-nilai indeks ruangan (k), faktor refleksi dinding (rp), faktor
refleksi langit-langit (rw), dan faktor refleksi lantai (rm) dapat ditentukan pada tabel efisiensi
penerangan.

7. Faktor Utility (kp)


Faktor utility dapat ditentukan dengan tabel efisiensi penerangan dengan mencari nilai indeks
ruangan (k) yang tepat. Jika nilai (k) tidak terdapat secara tepat pada Tabel sistem penerangan,
efisiensi, dan depresiasi yang sudah ada, maka faktor utility diperoleh dengan metode interpolasi
yaitu :

Dimana :
kp = Faktor utility yang akan ditentukan
kp1 = Faktor utility batas bawah
kp2 = Faktor utility batas atas
k = indeks ruangan yang akan ditentukan
k1 = indeks ruangan batas bawah
k2 = indeks ruangan batas atas
8. Jumlah Lampu (n)
Setelah menentukan beberapa parameter diatas, maka untuk mencari jumlah lampu digunakan
persamaan berikut :

Dimana :
n = Jumlah lampu (buah)
E= Intensitas penerangan (lux)
Φ = Flux cahaya (lumen)
A= Satuan luas (m2 )
kp = Faktor utility
kd = Faktor depresiasi
9. Kebutuhan Daya
Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat dihitung dengan persamaan :

51
Dimana :
n = Jumlah lampu (buah)
W1= Daya setiap lampu termasuk Balast (Watt)
10. Kepadatan Daya (Pa)
Dengan membagi daya total dengan luas bidang kerja, didapatkan kepadatan daya (Watt/m2)
yang dibutuhkan untuk sistem pencahayaan tersebut.

Kepadatan daya ini kemudian dapat dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum
yang direkomendasikan dalam usaha konservasi energi, misalnya untuk ruangan kantor 15
Watt/m2 . Daya listrik maksimum untuk pencahayaan bangunan yang diijinkan dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3. Daya Listrik Maksimum Untuk Pencahayaan Bangunan

Daya listrik maksimum untuk pencahayaan di luar bangunan yang diijinkan dapat dilihat
pada Tabel 4 dan Tabel 5.
Tabel 4. Daya Listrik Maksimum Untuk Pencahayaan Luar Bangunan

52
Tabel 5. Daya Pencahayaan Maksimum Untuk Jalan dan Lapangan

4.3. Diagram Alir Perhitungan Jumlah Lampu


Algoritma penentuan/perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan pada suatu ruangan
dapat digambarkan dalam diagram alir di bawah ini :

53
4.4. Perhitungan dan Analisis
4.4.1. Perhitungan Jumlah Lampu Pada Lantai Dasar (Ground Floor)
Pada lantai dasar Hotel Gloria Suite Jakarta Barat merupakan lobby, parkir area
dan terdapat beberapa ruangan lainnya. Perhitungan jumlah lampu pada sebuah ruangan
bertujuan untuk mendapatkan tingkat pencahayaan yang baik dan standar. Perhitungan
jumlah lampu pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat diuraikan secara
rinci sebagai berikut :

1. Ruang genset :

a) Data ruangan :
Panjang ruangan ( p ) : 9,16 m
Lebar ruangan ( l ) : 7,83 m
Tinggi ruangan ( t ) : 3,42 m
Tinggi bidang kerja ( h ) : 2,62 m ( t – 0,8 m )
b) Indeks ruangan ( k )
Dengan menggunakan persamaan (5) indeks ruangan ditentukan :

c) Faktor refleksi :
Dengan mengacu pada Tabel (2), faktor refleksi :
Faktor refleksi dinding ( rp ) : 0,7
Faktor refleksi langit-langit ( rw ) : 0,5
Faktor refleksi lantai ( rm ) : 0,5
d) Efisiensi penerangan
Dari perhitungan indeks ruangan dan ketentuan faktor refleksi dengan
sistem penerangan langsung, mengacu pada Tabel Efisiensi Penerangan, maka
diperoleh efisiensi penerangan sebagai berikut :

e) Faktor utility ( kp )
Dengan metode interpolasi menggunakan persamaan (7), maka faktor
utility yaitu :

54
f) Asumsi penentuan jumlah lampu yaitu :
 Menggunakan lampu Philips TL 2 x 36 Watt
 Fluks cahaya lampu (Φ) : 5.000 lumen
 Standar kuat penerangan ruangan : 200 lux (Tabel 1)
 Faktor depresiasi ( kd ) = 0,8 ( bila tingkat pengotoran tidak diketahui)

g) Jumlah lampu (n) Jumlah lampu yang digunakan ditentukan dengan persamaan
(8), yaitu :

h) Kebutuhan daya ( Wtotal ) Daya yang dibutuhkan untuk semua armatur dapat
dihitung dengan persamaan (9), yaitu :

i) Kepadatan Daya (Pa) Kepadatan daya (Watt/m2) yang dibutuhkan untuk sistem
pencahayaan tersebut dengan persamaan (10) :

Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah lampu pada masing-masing ruangan


yang berada di lantai dasar (ground floor) yang ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Rekapitulasi Jumlah Lampu Pada Lantai Dasar (Ground Floor)

55
4.4.2. Analisa Hasil Perhitungan
Perbandingan hasil perhitungan jumlah lampu dan jumlah lampu yang terpasang
(existing) pada masing-masing ruangan di Hotel Gloria Suite Jakarta Barat, ditunjukkan
pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Jumlah Lampu Hotel Gloria Suite Jakarta Barat.

56
Dari perbandingan jumlah lampu pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite
Jakarta Barat yang dipresentasikan dalam Tabel 7 diatas. Selisih jumlah lampu
merupakan selisih antara perencanaan jumlah lampu yang terpasang (existing) dengan
perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan. Kelebihan jumlah lampu pada perencanaan
terhadap perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan, dapat menjadi rekomendasi dalam
kegiatan hemat energi pada sistem penerangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat dengan
memasang jumlah lampu sesuai analisis perhitungan kebutuhan penerangan. Kekurangan
jumlah lampu pada perencanaan terhadap perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan,
disarankan perbaikan kualitas penerangan pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite
Jakarta Barat yaitu dengan menambah titik lampu sesuai perhitungan atau mengubah
lampu dengan daya lebih besar/terang. Pada Tabel 7 diatas, terdapat selisih jumlah lampu
yang direncanakan dengan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan, yaitu total
perencanaan jumlah lampu 359 titik dan perhitungan jumlah lampu yang dibutuhkan 443
titik. Dengan demikian tingkat keberhasilan perencanaan penerangan Hotel Gloria Suite
Jakrta Barat sebesar 81 %. Hasil perhitungan jumlah lampu merupakan bagian dari
perencanaan penerangan yang diharapkan tidak berbenturan dengan usaha konservasi
energi. Sebagai regulasi perencanaan penerangan salah satunya yaitu kepadatan daya
hasil perhitungan dibandingkan dengan kepadatan daya maksimum yang
direkomendasikan SNI 03-6575-2001 yaitu : Analisis Kenyamanan Pengunjung Terhadap
Pencahayaan Pada Lobby Hotel Gloria Suite Jakarta Barat. Kepadatan daya penerangan
pada Hotel Gloria Suite Jakarta Barat disusun pada Tabel 8.
Tabel 8. Kepadatan Penerangan Pada Hotel Neo By Aston Pontianak.

57
Dengan mengamati hasil perhitungan kepadatan daya pada Tabel 8 diatas, dapat
disimpulkan bahwa perencanaan pencahayaan pada ruangan-ruangan Hotel Gloria Suite
Jakarta Barat memenuhi standar SNI 03-6575- 2001, yaitu daya yang dibutuhkan pada
penerangan masih dibawah daya listrik maksimum untuk pencahayaan bangunan yang
diijinkan.

4.4.3. Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan jumlah lampu pada Hotel Gloria Suite Jakarta Barat,
maka dapat disimpulkan berapa hal sebagai berikut :
1. Terdapat selisih jumlah lampu yang direncanakan dengan perhitungan jumlah lampu
yang dibutuhkan, dapat disimpulkan tingkat keberhasilan perencanaan penerangan Hotel
Neo By Aston Pontianak sebesar 81 %.
2. Kelebihan jumlah lampu pada perencanaan terhadap perhitungan jumlah lampu yang
dibutuhkan, dapat menjadi rekomendasi dalam kegiatan hemat energi pada sistem
penerangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat dengan memasang jumlah lampu sesuai
analisis perhitungan kebutuhan penerangan.
3. Kekurangan jumlah lampu pada perencanaan terhadap perhitungan jumlah lampu yang
dibutuhkan, disarankan perbaikan kualitas penerangan pada ruangan-ruangan Hotel
Gloria Suite Jakarta Barat yaitu menambah titik lampu sesuai perhitungan atau mengubah
lampu dengan daya lebih besar/terang.
4. Dari hasil perhitungan kepadatan daya, dapat disimpulkan daya bahwa perencanaan
pencahayaan pada ruang-ruangan Hotel Gloria Suite Jakarta Barat memenuhi standar SNI
03-6575-2001, yaitu daya yang dibutuhkan pada penerangan masih dibawah daya listrik
maksimum untuk pencahayaan bangunan yang diijinkan.

58
BAB V
Konsep Pencahayaan Interior Yang Mendukung Setiap Fungsi Dalam Lobby
Hotel Gloria Suite

59
DAFTAR PUSTAKA

[1] Chenny Ashydiq. 2010. Perancangan Kelistrikan Pada Kondolel Borobudur Belimbing Kota
Malang. Malang : Universitas Brawijaya.

[2] Muhaimin. 2001. Teknologi Pencahayaan. Penerbit PT Refika Aditama. Bandung

[3] Lamma Mustari. 2010. Teknik Instalasi : Fakultas Teknologi Industri Universitas
Mercubuana.

[4] Laras, Djoko BT. 2010. Perencanaan Instalasi Listrik : Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

[5] Puil. 2000. Persyaratan Umum Instalasi Listrik. Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

[6] SNI. 2000. SNI 03-6197-2000, Konservasi Energi Pada Sistem Pencahayaan, Jakarta : Badan
Standarisasi Nasional.

[7] SNI. 2001. SNI 03-6575-2201, Tala cara perancangan sistem Pencahayaan buatan pada.
bangunan gedung, Jakarta : Badan Standarisasi Nasional.

60

Anda mungkin juga menyukai