Laporan Kasus Tonsilitis Akut
Laporan Kasus Tonsilitis Akut
PENDAHULUAN
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain: fosa tonsil, kapsul tonsil, plika
triangularis. Tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil
sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul
tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang disebabkan
oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis akut adalah radang akut pada tonsil akibat infeksi
kuman terutama Streptokokus hemolitikus (50%) atau virus. Jenis Streptokokus meliputi
Streptokokus β hemolitikus, Streptokokus viridans dan Streptokokus piogenes. Bakteri
penyebab tonsilitis akut lainnya meliputi Stafilokokus Sp., Pneumokokus, dan Hemofilus
influenzae. Hemofilus influenzae menyebabkan tonsilitis akut supuratif.
Tonsilitis akut paling sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10
tahun. Penyebarannya melalui droplet infection, yaitu alat makan dan makanan.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
NIM : 702008039
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. LR
Umur : 23 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
B. ANAMNESIS
2
2. KELUHAN TAMBAHAN: batuk, pilek, hidung tersumbat, serak
Sejak 3 bulan yang lalu penderita mengeluh batuk, pilek, hidung tersumbat, demam,
dan sakit kepala juga sering dirasakan. Keluhan hilang timbul. Sejak 2 bulan yang lalu,
rasa mengganjal di tenggorok dirasakan terus menerus dan semakin berat sejak 2 minggu
terakhir. Penderita juga mengeluhkan rasa sakit di tenggorok, nyeri menelan baik
makanan padat maupun cair, rasa kering, dan gatal pada tenggorokan, batuk, pilek dan
demam yang dirasakan OS terutama ketika serangan. Sejak 1 bulan yang lalu keluhan
gangguan suara/suara serak, sukar membuka mulut, sesak nafas oleh penderita. Penderita
juga mengeluhkan saat tidur mendengkur (ngorok), rasa tercekik saat tidur dan terbangun
tiba-tiba karena sesak nafas, kadang dirasakan OS selama 2 minggu terakhir.
Dalam 3 bulan ini, keluhan-keluhan yang dirasakan saat serangan tersebut dirasakan
terutama setelah Penderita mengkonsumsi gorengan, makanan pedas atau minuman dingin
dan terkadang keluhan tersebut akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Riwayat merokok
disangkal oleh OS.
Sakit didaerah wajah dan rasa adanya cairan yang mengalir di tenggorokan
disangkal oleh OS. Keluhan nyeri pada telinga, telingga terasa mendengung dan rasa
penuh di telinga disangkal oleh OS. Keluhan jantung berdebar serta nyeri persendian tidak
ada. Keluhan sakit gigi dan gigi berlobang juga disangkal. Mata merah, mata berair, gatal-
gatal dan kemerahan di kulit juga disangkal oleh OS.
- OS mengeluhkan penyakit/keluhan yang sama sejak 3 bulan yang lalu, yang dirasakan
hilang timbul.
- Sebelumnya penderita belum mengobati keluhan-keluhan tersebut ke dokter maupun
ke bidan. Hanya obat beli di warung saja, yaitu obat penurun panas dan obat batuk.
- Riwayat penyakit hipertensi, kencing manis dan asthma disangkal oleh OS.
- Riwayat alergi obat, makanan, debu/ udara dingin disangkal oleh OS.
- Riwayat dirawat di RS, operasi THT 3 bulan yang lalu karena keluar carian putih
kental dari telinga kiri. Sebelumnya di beri obat tetes dan antibiotik.
C. PEMERIKSAAN FISIK
I. KEADAAN UMUM
Status generalis
3
Kesadaran : Compos mentis
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36.9˚C
Pernapasan : 20x/menit
Berat badan : 50 kg
Keadaan Spesifik
Kepala : Bulat, simetris, rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera tidak ikterik,
lagoftalmus tidak ada,
Telinga : Megalobus tidak ada, lihat status lokalis
Hidung : Mukosa hidung tidak hiperemis, sekret tidak ada
Mulut : Bibir dan mukosa tidak ada kelainan.
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis.
- Leher : Tidak ada pembesaran KGB
- Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada tidak ada
Palpasi : Thrill tidak teraba
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler pada kedua lapangan paru, wheezing dan ronkhi tidak
ada. BJ I/II normal, tidak ada bising jantung.
- Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan tidak ada, hepar lien tidak teraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus normal
Kanan Kiri
Bentuk Daun Telinga Normal Normal
Deformitas (-) Deformitas (-)
Kelainan Congenital Tidak ada Tidak ada
Radang, Tumor Tidak ada Tidak ada
Nyeri Tekan Tragus Tidak ada Tidak ada
Penarikan Daun Telinga Tidak ada Tidak ada
Kelainan pre-, infra-, Tidak ada Tidak ada
retroaurikuler
Regio Mastoid Tidak ada kelaianan Tidak ada kelaianan
Liang Telinga CAE lapang, serumen CAE lapang, serumen
4
tidak ada tidak ada
Membran Timpani MT intak, hiperemis (-), MT intak, hiperemis (-),
edema (-), refleks cahaya edema (-), refleks cahaya
(+) jam 5 (+) jam 7
- TENGGOROK
PHARYNX
5
- LEHER
Kelenjar limfe submandibula : tidak teraba membesar
Kelenjar limfe servikal : tidak teraba membesar
D. RESUME
6
- Detritus +/+
E. DIAGNOSIS BANDING
- Tonsilitis Akut hipertrofi
- Tonsilofaringitis
F. DIAGNOSIS KERJA
Dasar diagnosis:
Diagnosis kerja tonsilitis akut hipertrofi diambil berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang didapatkan pada OS.
Anamnesis:
Tonsilotis Akut: peradangan tonsil kurang dari 3 bulan,dan baru pertama kali dialami.
- tonsil T2B/T2B
- hiperemis +/+
- permukaan mukosa tidak rata +/+
- Kripta melebar +/+, detritus +/+
7
H. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa :
1. Edukasi pasien mengenai penyakit yang diderita
2. Jangan minum air es, makan berminyak dan bersantan
3. Banyak istirahat
4. Sarankan agar sering kontrol ke dokter THT
Medikamentosa:
Antibiotik 2x100 mg, selama 7-10 hari
Anti inflamasi 3x2 mg selama 5 hari
Analgetik 3x500 mg selama 5 hari
Obat kumur desinfektan
I. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Fungsionam : ad bonam
8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyer
merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsil
palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.2
A. Tonsil Palatina1,2
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-
masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak
selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa
supratonsilar. Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Lateral – muskulus konstriktor faring superior
9
limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang
tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu
dan umumnya memperlihatkan pusat germinal
Fosa Tonsil1,2
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus,
batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah otot
konstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar
dinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.
Pendarahan1,2,3
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri
karotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna
(arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan
arteri palatina asenden; 2) arteri maksilaris interna
dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri
lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4)
arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian
anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan
bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh
arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatina
desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari
faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus
faringeal
Persarafan1,2
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus
glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
10
Imunologi Tonsil1,2
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B membentuk
kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3%
lagi adalah sel plasma yang matang. Limfosit B berproliferasi di pusat germinal.
Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan
sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil
dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel
limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan proliferasi
limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan
mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan
sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.
C. Tonsil Lingual1,2
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum pada
apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
11
TONSILITIS AKUT
A. DEFINISI
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang
merupakan bagian dari cincin Waldeyer. Penyebaran infeksi
melalui udara (air bone droplets), tangan dan ciuman. Dapat
terjadi pada semua umur, terutama pada anak. Tonsilitis akut
adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.1
B. ETIOLOGI
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini
yaitu :1,2
Streptokokus beta hemolitikus
Streptokokus viridans
Streptokokus piogenes
Virus influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah ( droplet infections )
Tonsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa tonsil yang
terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. Tonsil terdiri dari banyak jaringan limfoid yang disebut
folikel. Setiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya bermuara pada permukaan
tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang yang disebut kripta. Saat folikel
mengalami peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan
mengalir dalam saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran
putih atau bercak kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan
leukosit polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut
dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang
menyatu lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.
12
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
faring hiperemis
nyeri tenggorok
edema faring
nyeri telan
pembesaran tonsil
sulit menelan
tonsil hiperemia
demam
mulut berbau
mual, anoreksia
otalgia ( sakit di telinga )
kelenjar limfa leher membengkak
malaise
E. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi,
hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika
tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri
tekan.1,2
Ukuran tonsil pada tonsilitis kronik dapat membesar (hipertrofi) atau atrofi. Pembesaran
tonsil dapat dinyatakan dalam ukuran T1 – T4. Cody& Thane (1993) membagi pembesaran
tonsil dalam ukuran berikut :
T1 = batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior uvula
T2 = batas medial tonsil melewati ¼ jarak
pilar anterior-uvula sampai ½ jarak pilar anterior-
uvula
T3 = batas medial tonsil melewati ½ jarak
pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar anterior-
uvula
T4 = batas medial tonsil melewati ¾ jarak
pilar anterior-uvula atau lebih.
F. DIAGNOSIS
13
Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai
menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. Rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu
makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. Suara pasien terdengar seperti orang
yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut
berbau busuk (foetor ex ore) dan ludah menumpuk dalam kavum oris akibat nyeri telan yang
hebat (ptialismus). Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem, hiperemis dan
terdapat detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau
pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus
posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang
angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.
Adapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:
Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50%
diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan
rasa sakit pada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di
tenggorok, nafas bau, malaise, sakit pada sendi, kadang-kadang ada demam
dan nyeri pada leher.
Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut,
permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh
detritus. Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapat
diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yang
sering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemis
dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.
Pemeriksaan Penunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus tonsil.
Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan
yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus,
atau Pneumokokus.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut
adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :6
Leukosit : terjadi peningkatan
Hemoglobin : terjadi penurunan
Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat
H. KOMPLIKASI
14
Meskipun jarang, tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses peritonsil,
abses parafaring dan otitis media akut. Komplikasi lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama
oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain
seperti bronkus (bronkitis), ginjal (nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis &
endokarditis), sendi (artritis) dan vaskuler (plebitis).
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah :3
1. tonsilitis kronis
2. otitis media
I. PENATALAKSANAAN
- Tonsilitis viral: istirahat, minum cukup, analgetika dan antivirus diberikan bila gejala
berat.1
- Tonsilitis bakterial: antibiotika spektrum luas penisilin, eritromisin; antipiretik dan
obat kumur yang mengandung desinfektan.1
15
BAB III
KESIMPULAN
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil
pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar
posterior (otot palatofaringeus). Bagian tonsil antara lain: fosa tonsil, kapsul tonsil, plika
triangularis. Tonsil berfungsi sebagai filter/penyaring organisme yang berbahaya. Bila tonsil
sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul
tonsilitis.
Tonsilitis adalah suatu proses inflamasi atau peradangan pada tonsil yang disebabkan
oleh virus ataupun bakteri. Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil lebih dari 3
bulan, setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang. Pada umumnya penderita sering
mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yang berulang ulang, adanya rasa sakit
(nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan (odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada
sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bila menelan, terasa kering dan pernafasan berbau.
Pada pemeriksaan fisik tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan
jaringan parut, permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus.
Terapi pada tonsilitis kronis, berupa terapi lokal, ditujukan pada higiene
mulut dengan menggunakan obat kumur. Dapat juga dilakukan tindakan operasi
tonsilektomi sesuai dengan indikasinya.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala
Leher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. pg:212-25.
2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Penyakit-
penyakit Nasofaring dan Orofaring. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997.
pg: 330-44.
3. Caparas.M.B, Lim.M.G. Basic Otolaryngology. Publication of comittee of the college
of Medicine: University of the Philippines. 1998. pg: 149-59.
6. Lee, K.J. MD. Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery. 2003. McGraw-Hill.
7. Jackson C. Disease of the nose, throat and ear. 2 nd ed. Philadelphia: WB Sunders Co.
1959. pg: 239-59.
17