Anda di halaman 1dari 4

Nama : Agung

Historioggrafi Kelas / NIM : 2017 A / 17040284081

Identifikasi Bangunan :

Nama : Candi Pentirtaan Jolotundo

Lokasi : Candi pentirtaan Jolotundo secara administrasi terletak di Duku Balekambang desa
Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokert Provinsi Jawa Timur. Secara geografis candi
Jolotundo terletak pada 7˚46’39” Lintang selatan dan 112˚40’57”Bujur Timur, tepat dilereng gunung
penanggungan dngan ketinggian ±525 Mdpl.

Lingkungan : Pada waktu itu dapat dikatakan jolotundo terletak diwilayah kerajaan kahuripan
yang didirikan raja Airlangga tahun 1019-1045. Terleetak persis dilereng gunung penanggungan.
Lingkungan sangat asri sekali dengan banyaknya pepohonan besar-besar yang masih tegap berdiri baik
dilingkungan pentirtaan dan diluar. Ligkungan sejatinya merupakan kompleks dari kerajaan kahuripan
dan beberapa waktu terakhir sudah sering ditemukannya benda-benda peninggalan atau bangunan-
bangunan seperti candi baik oleh masyarakat sekitar sampai para pendaki dan peneliti. Adanya aliran
air yang mengalir dari atas melewati canti jolotundo ini menjadikan jolotundo sebagai pentirtaan yang
mengalirkan air bersih secara langsung dari alam. Rumah masyarakat sekitar pentirtaan pun cukup
jauh karena bila kita lihat jalan menuju pertirtaan, jalanan cukup tinggi dan curam.

Historiografi :

Adanya relief yang terdapat di candi Jolotundo dan dengan adanya temuan lempengan logam
yang tertuliskan nama dewi Isna dan Agni maka dapat dijelaskan bahwa candi ini bercorak Hindu..
Hasil penelitian Stuterhim mengatakan bahwa petirtaan ini dulunya terdapat sebuah pancuran,yang
mana pancuran tersebut mirip dengan bentuk gunung penanggungan yang dikkelilingi oleh delapan
buah puncak yang lebih rendah yang mempunyai arti simbolis sebagai replika Mahameru. Menurut
Bosch, relief cerita yang terdapat di candi Jolotundo terdiri dari 16 panel. Yang mana panel 1-13
diambil dari kitab Mahabarata, sedangkan dari panel 14-16 berisikan cerita dari kitab Khatasarisagara,
Khatasarisagara menceritakan tentang persaingan Raja Udayana dengan Ibunya Margayawati di
gunung Udayaparwa. Setelah 14 tahun pengasingan, kemudian raja Udayana kembali bertemu dengan
yang bernama Sahasranika yang merupakan raja dari kerajaan Vasta.

Banyaknya penelitian yang mengupas latar belakang serta fungsi dari candi pentirtaan ini
belum mampu mengupas secara utuh dan fungsi yang sesungguhnya. Ada pihak tertentu yang
menyatakan bahwa candi jolotundo adalah makam dari raja Udayanayang didasari pada tulisan jawa
kuno yang ada didinding selatan teras pertama candi yang bisa dibaca “Udayana”. Pendapat tersebut
bisa diperkuat dengan adanya kata gempong yang terdapat disisi utara dinding timur yang bisa
diterjemahkan menjadi kata “wafat”. Kata gempang juga bisa diartikan sebagai rasa kesedihan.
Sedangkan pendapat lain yang dkemukakan oleh W.F Stutterheim mengatakan bahwa candi jolotundo
merupakan makam Makutawangsawardhana dan bukan oleh Udayana. Menurut Bosch tempat ini
dianggap sebagai tempat pemujaan terhadap leluhur yang didirikan oleh raja Udayana ketika masih
berumur 14 tahun. Akan tetapi, Bernet Kempres menolak pendapat tersebut, dan ia berpendapat
bahwa candi jolotundo adalah makam Udayana. Karena sejak tahun1022 M raja Udayana masih
memerintah di Bali. Sedangkan angka yang terlihat di candi Jolotundo adalah 977M. Apabila Jolotundo
merupakan sebuah makam Raja Udayana tidak mungkin, karena hal tersebut sudah diteliti bahwa
Udayana masih memerintah di Bali sampai dengan tahun 1021 M. Berdasarkan prasasti yang ada
dapat diketahui bahwa setelah Raja Udayana wafat ia dimakamkan atau dicandikan di Banuwka.
Meskipun lokasi Banuwka sendiri belum jelas tapi kemungkinan terletak di Utara gunung kawi,
Tampaksiring. Ada hasil penelitian yang kuat mengenai candi ini adalah penelitian yang dilakukan F.D.K
Bosch yang sudah disebutkan diatas bahwa menceritakan pengalaman udayana dengan ibunya.
Dengan ini tulisan Udayana dan Margayawati yang terpahat disudut

Alasan kelayakan:

Knapa saya ingin mengulas ini? Karena menurut saya perlu adanya sebuah edukasi yang juga
perlu diketahui oleh para pengunjung yang datang ke Jolotundo. Bukan hanya sekedar datang lalu
berlalu lalang atau bagi yang menganut kepercayaan hanya sembayang lalu pulang, tapi lebih dari itu
mereka perlu mengetahui sesuatu yang berkhasiat tersebut berasal dari mana. Hal ini bertujuan bukan
untuk mengikut campur tangani kepercayaan oleh masyarakat atau membelokkan kepercayaan yang
sudah dipercayai oleh masyarakat, namun hanya sebatas edukasi secara informasi dan penambah
pengetahuan sebagai tempat tujuan wisata yang mendidik. Karena menurut saya Living Haritage yang
baik adalah tempat dimana disitu selain menawarkan ke ikonan dari tempat tersebut, bisa sebagai
tempat belajar juga.

Jika dijadikan sebuah heritage, tentu pentirtaan ini dapat masuk ke dalam kategori Built yaitu
sebuah bangunan yangg bersejarah dan tentu bernilai tinggi baik secara artistik dan fungsi pada zaman
tersebut. tapi tidak menutup kemungkinan untuk dimaksukan kedalam kategori natural untuk
Landsformsnya. Aliran air yang mengalir dari sumber secara langsung dan banyaknya pohon-pohon
besar menambah daya keasrian dan kesejukan tempat ini. Sejatinya pentirtaan Jolotundo adalah
tempat yang sudah banyak diketahui oleh banyak orang baik lokal hingga di dunia. Bangunan dianggap
sangat bersejarah. Tidak heran memang karena menurut kepercayaan Hindu menganggap bahwa
gunung penanggungan adalah gunung yang sangat kramat, terbukti telah banyaknya dibangun sebuah
candi-candi disekitaran pentirtaan jolotundo ini. Banyaknya penemuan baik alat-alat seperti gerabah
dan bagian-bagian dari sisi candi yang terlepas dari candi utama didaerah sekitar pentirtaan umumnya
akan kebingungan pada saat awal penemuannya untuk disimpan dimana. Maka menurut saya sangat
elok apabila pentirtaan ini menjadi museum yang mampu menerima dan menyimpan barang-barang
hasil penemuan di daerah penanggungan. Jika melihat tujuan orang datang kesana kita akan
mendapat jawaban yang bermacam-macam, ada yng bertujuan sebagai sembayang, ada yang mencari
khasiat dari air nya, ada yang hanya berpariwisata atau bahkan hanya ingin merasakan mandi dengan
air segarnya. Tapi hal itu semua belum termasuk heritage karena apabila kita tanya mengenai apa
yang pengunjung ketahui tentang jolotundo, mereka hanya menjawab sekadarnya saja dan yang ada
hanya sebuah argumen. Disinilah letak kekurangan yang tampak. Dari penelitian yang pernah
dilakukan pada tahun 1986, oleh arkeolog Belanda mengatakan bahwa mata air Jolotundo merupakan
mata air terbaik nomer 3 didunia. Sedangkan pada tahun 1994, pernah siteliti juga oleh dokter-dokter
pusat dari jakarta bahwa mata air jolotunda meupakan mata air terbaik nomer dua dunia, dianggap
setara dengan air zam-zam. Saya tidak akan mengulas mengenai kepercayaan masyarakat yang
menganggap air suci ini, dan tentu semua orang sudah tertarik untuk datang kesana. Heritage
menurut saya setelah mendengarkan penjelasan dari Bu Mastuti selaku pengampu mata kuliah
Museologi intinya adalah “pengenalan” mengenai sesuatu yang diantaranya budaya, tempat, dan
sebagainya, pengenalan yang dimaksuk ialah mengenal sesuatu tersebut.
Maka disini saya menawarkan bahwa Candi Jolotundo yang memiliki bentuk sebagai candi
pentirtaan sangat layak apabila dikembangkan menjadi tujuan heritage. Tidak hanya sekedar tempat
sembayang bagi penganut kepercayan tersebut atau bahkan hanya sebatas mandi di tempat tersebut,
tetapi mampu memberikan sebuah hal yang lebih baik berupa pengetahuan yang bersumber dari
informasi atau mungkin seperti arti bahasa sekali mendayang, dua tiga pulau terlampaui, sekali
mencari kebahagiaan dalam berpariwisata, pengetahuanpun juga akan dimiliki. Salah satu konsep
yang saya tawarkan adalah menjadikan pentirtaan ini sebagai hetitage yang masuk kedalam kategori
Build dan Natural. Build disini dapat dilihat dengan menjadikan Jolotundo sebagai tempat
penyimpanan barang-barang hasil temuan yang ditemukan di daerah penanggungan. Jika kita
berkunjung ke Jolotundo, kita akan lihat adanya bangunan-bangunan seperti Gazebo besar dan ruang
seperti aula yang tidak memiliki fungsi selain hanya tempat dudk bagi para pengunjung. Gazebo
tersebut bisa kita manfaatkan sebagai titik dari penyimpanan barang-barang penemuan tersebut. jadi
hasil-hasil temuan tersebut bisa diteliti lebih lanjut oleh para peneliti atau bahkan menambah
wawasan bagi pengunjung. Konsep lain lagi yaitu mengangkat tentang air yang mengalir di pentirtaan
tersebut. banyak pengunjung yang belum mengetahui mengenai sumber air serta aliran aiir yang
mengaliri pentirtaan ini. Maka dari itu dalam mengembangkan sebagai heritage, bisa dikembangkan
dengan mengisi lahan kosong pada bangunan atau gazebo dengan miniatur gunung penganggungan
yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya. Dibuat dengan bahan yang tahan air atau campuran dari
semen dengan sesuatu yang mudah dibentuk. Replika tersebut dapat mengalirkan air yang
dikeluarkan melalui selang dalam replika gnung tersebut kearah yang sudah ditentukan. Jadi didalam
replika tersebut dibuat sedemikian persis dengan penanggungan dan terdapat juga miniatur
pentirtaan Jolotundo ini di lereng miniatur gunung penanggungan tersebut. tidak ketinggalan sebuah
barcode yang diletakkan di daerah miniatur, yang apabila kita scan dapat memberikan informasi
mengenai hidrologi serta keadaan sekitar pentirtaan Jolotundo ini.

Jadi maksud saya bisa disimpulkan bahwa Pentirtaan Jolotundo bisa menjadi tujuan dari
heritage. Meskipun sudah banyak dan sering dikinjungi oleh para pengunjung, namun mereka belum
sepenuhnya mengenal apa yan mereka kunjungi. Heritage disini dapat berupa pembuatan museum
atau tempat penyimpanan hasil-hasil temuan di daerah gunung Penanggungan ini. Tidak lain
bertujuan melestarikan dan menjaga hasil-hasil temuan, memberikan informasi yang bisa menjadi
ilmu seperti informasi mengenai Aliran air yang melewati pentirtaan ini serta fungsi-fungsi pohon
besar yang selalu dilestarikan, adanya ritual sembayang baik seperti sajen pada pohon-pohon besar
yang ada disitu, dan sebagainya. Hal ini didasari karena banyaknya pengunjung yang datang ke
Jolotundo, tidak mengetahui bagaimana jolotundo itu sendiri. Padahal jika mengetahui sejarah serta
lingkungan yang ada di Jolotundo ini, akan memberikan wawasan yang luas serta pengetahuan yang
sangat bermanfaat dalam kehidupan. Salah satu contoh informasi yaitu alasan dari adanya sesajen
sesajen yang ditaruh di sekitar pohon besar baik secara Irasional dan rasional. Knapa harus irasional
dan rasional? Karena agar sesuatu kepercayaan yang sudah dipercayai secara irasional tersebut tidak
hilang dan secara rasional dapat diterima oleh semua masyarakat.

Foto :
1. Foto tampak depan dari pentirtaan Jolotundo.

2. Foto salah satu Gazebo yang bisa digunakan untuk tempat menyimpan hasil temuan di sekitar
candi atau tempat penempatan replika dari Gunung Penanggungan dan Jolotundo sendiri, hanya
perlu sebuah renovasi sedikit pada bagian atapnya.

Sumber :

 Sukandar, Eka Cahya Putra. Dkk. (2018) Identifikasi Hidrogeologi situs candi dan pentirtaan
Jolotundo menggunakan inversi metode VLF-EM. Jurnal Geosaintek. Vol. 4 No.2
 Mas’ud, Aki. (2019) Kesakralan Air Candi Jolotundo. Universitas Iskam Negeri Sunan Ampel
Surabaya : Skripsi
 Wradatin, Laila. (2019) Mata Air Jolotundo. Universitas Iskam Negeri Sunan Ampel Surabaya
: Skripsi

Anda mungkin juga menyukai