Manajemen Kas Manajemen Keuangan
Manajemen Kas Manajemen Keuangan
A. Pendahuluan
Manajemen kas dirasakan penting terutama karena tingkat suku bunga investasi jangka
pendek yang relatif tinggi telah menaikkan biaya kesempatan (Opportunity Cost)dari uang tunai yang
ditahan oleh perusahaan. Dalam usaha mengoptimalkan tersedianya dana dan mengurangi biaya
bunga atas sumber dana luar perusahaan, maka manajer keuangan melakukan manajemen kas.
Kas merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas
yaitu berupa uang tunai yang terdapat dalam perusahaan (cash on hand) dan surat berharga lainnya,
serta uang yang ada di bank dalam bentuk rekening koran dan deposito atau tabungan yang dalam
jangka pendek atau waktu segera dapat diuangkan sebagai alat pembayaran.
Dalam menjalankan usahanya, setiap perusahaan selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan
baik untuk membiayai operasi perusahaan setiap hari maupun untuk melakukan investasi baru dalam
aktiva tetap. Keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya tergantung
dengan tersedianya uang tunai atau kas untuk membayar kewajiban – kewajiban finansial dalam
waktu yang segera dan tepat waktu.
B. Pembahasan
Suatu perusahaan perlu memiliki uang kas dengan motif sebagaimana dikemukakan oleh Jhon
Maynard Keynes, yaitu:
Motif Transaksi
Motif utama menahan uang kas adalah agar perusahaan mampu menjalankan usahanya sehari – hari
yaitu untuk transaksi membeli dan menjual atau untuk membiayai transaksi perusahaan baik bersifat
reguler maupun non reguler.
Motif Berjaga – jaga
Adanya motif berjaga – jaga karena permintaan kas yang bersifat tidak terduga, dan untuk
mempertahankan saldo kas guna memenuhi permintaan kas tersebut. Saldo kas untuk maksud
berjaga – jaga akan sangat rendah, jika seandainya bisa diprediksi dengan sangat akurat semua
pemasukan dan pengeluaran kasnya. Faktor lain yang sangat berpengaruh pada motif berjaga – jaga
adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh dana dari luar secara mendadak. Motif berjaga –
jaga ini nampak dalam kebijakan penentuan saldo kas minimal dalam penyusunan anggaran kas.
Motif Spekulasi
Motif ini dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari memiliki uang kas dengan
menginvestasikannya dalam bentuk investasi yang sangat likuid (seperti surat berharga), akan tetapi
dari tiga motif diatas menurut J.D. Martin (1991) motif spekulasi merupakan komponen paling kecil
dari preferensi perusahaan akan likuiditas. Motif transaksi dan berjaga – jaga merupakan alasan
utama mengapa perusahaan memiliki kas.
Ordering cost
Ordering cost disini adalah gaji pegawai yang khusus menangani administrasi kas dan komisi
yang harus dibayar ke broker untuk mencairkan uang kas.
Carrying cost
Carrying cost adalah hilangnya kesempatan untuk memperoleh bunga atau pengembalian
investasi jika kelebihan kas tidak diinvestasikan kedalam surat berharga.
TC = b + i
Contoh soal:
PT. X selama 1 tahun membutuhkan uang tunai Rp100.000.000. biaya transaksi untuk menjual atau
membeli surat berharga sebesar Rp50.000. besarnya suku bungan surat berharga 20%. Dari data
tersebut, hitunglah:
a) Jumlah optimal transfer kas
b) Total biaya untuk mempertahankan saldo kas yang paling optimum
Jawab:
a) C = = = 7.071.067,81
b) TC =b +i
= 50.000 + 0,21
= 707.106,78 + 707.106,78
= Rp1.414.213,56
Z=
Nilai h (batas atas) yang optimal adalah 3z. Dengan batas pengawasan tersebut model ini
meminimumkan biaya keseluruhan dari pengelolaan kas.
Contoh soal:
o = Rp50.000
q2 = (2,3 juta)2
i = 12% per tahun, atau (0,12/365) per hari dan batas bawah ditentukan 0 Rp.
Berapakah jumlah uang kas yang diinginkan dan berapakah batas atas kas ?
Jawab:
Z =
= Rp 8.450.000
Maka perusahaan harus merubah Rp16.900.000 menjadi sekuritas agar saldo kas kembali ke
Rp8.450.000. sebaliknya pada saat saldo kas mencapai nol, perusahaan harus menjual sekuritas
senilai Rp8.450.000 agar saldo kas kembali ke Rp8.450.000.
Sistem Pengumpulan dan Pembayaran Kas
Sistem ini dilakukan dengan cheque, penerimaan cheque tidak segera menambah saldo kas
dan pembayaran yang dilakukan tidak segera mengurangi saldo kas. Sistem ini juga mempunyai
tujuan untuk mempercepat pemanfaatan kas. Salah satu cara dengan menggunakan concentration
banking. Dengan cara ini perusahaan menetapkan berbagai pusat pengumpulan pada berbagai
wilayah, sesuai dengan penyebaran penjualannya, dan tidak hanya satu pusat pengumpulan (di
kantor pusat).
Portofolio Investasi
Investasi kas yang dilakukan karena masih ada waktu sejumlah kas yang belum terpakai.
Contoh: Kas Rp700.000.000, lalu Rp500.000.000 nya akan terpakai 3 bulan lagi, maka
Rp500.000.000 tersebut dapat diinvestasikan pada sekuritas, deposito, atau diversifikasi.
C. Kesimpulan
Manajemen kas sangat penting bagi perusahaan karena dalam perusahaan situasi bisnis
banyak memiliki ketidakpastian, maka dari itu dibutuhkan pengelolaan kas dan perencanaan kas yang
baik agar perusahaan tidak mengalami kekurangan kas. Kas memiliki beberapa motif yaitu motif
transaksi, motif berjaga – jaga, dan motif spekulasi. Dalam manajemen kas juga terdapat beberapa
model, yaitu:
1. Model Baumol merupakan model persediaan dasar yang bisa diterapkan pada manajemen
kas. Model ini menganggap bahwa rata – rata perusahaan tumbuh dan berkembang
merupakan pihak pemakai uang kas. Kebutuhan uang kas dalam suatu perusahaan mirip
dengan pemakaian persediaan.
2. Model Miller – Orr, model ini perlu ditetapkan jika penggunaan kas perhari tidak konstan,
penggunaan dan pemasukkan bersifat acak.
Sistem dari pengumpulan dan pembayaran kas saat ini tidak dengan uang tunai melainkan
dengan cheque agar perusahaan dapat mempercepat pemanfaatan kas.
Daftar Pustaka
Fahlevi, M., Rita, R., & Rabiah, A. (2019). WOMEN ENTREPRENEURS IN INDONESIA. Journal of Research in
Business, Economics and Management, 13(2), 2416-2425.
Fahlevi, M. (2019). ISLAMIC ECONOMY AND POLITICS IN THE VIEW OF MUHAMMAD BAQIR
SADR. Journal of Research in Business, Economics and Management, 13(2), 2431-2436.
Fahlevi, M., Zuhri, S., Parashakti, R., & Ekhsan, M. (2019). LEADERSHIP STYLES OF FOOD TRUCK
BUSINESSES. Journal of Research in Business, Economics and Management, 13(2), 2437-2442.
Fahlevi, M., Theodora, R., Ernawaty, N., & Marciella, J. (2019). THE IMPACT OF MOTIVATION MILLENIAL
GENERATION TO JOB PERFORMANCE IN E-COMMERCE INDUSTRY. Journal of Research in Business,
Economics and Management, 13(1), 2357-2365.
Fahlevi, M., Juhandi, N., Rahardjo, B., & Tantriningsih, H. (2019). The GROWTH OF SHARIA BANKING IN
ASIA. Journal of Research in Business, Economics and Management, 12(2), 2341-2347.
Fahlevi, M., Irma, D., Maemunah, S., & Mahfud, I. (2019). The EFFECT OF FINANCIAL PERFORMANCE,
EXTERNAL FACTORS, AND OPERATIONAL RATIO ON CAR RATIO OF SHARIA COMMERCIAL BANKS IN
INDONESIA. Journal of Research in Business, Economics and Management, 12(2), 2348-2355.
FAHLEVI, M. CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY OF BANK BRI.
Mochammad Fahlevi, M. M., & Ud, M. PERTUMBUHAN PERBANKAN SYARIAH DI ASIA.
Warsini, Sabar. (2003). MANAJEMEN KEUANGAN. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Mariun, B., & Mutika R. (1999). MANAJEMEN KEUANGAN. Depok: Universitas Indonesia.
Sudana, I. (2011). MANAJEMEN KEUANGAN PERUSAHAAN TEORI DAN PRAKTIK. Surabaya: Erlangga.
Mariun, B., & Nurwati, Dwi. (2003). MANAJEMEN KEUANGAN. Depok: Universitas Indonesia.
Margaretha, Farah. (2011). MANAJEMEN KEUANGAN UNTUK MANAJER NONKEUANGAN. Jakarta:
Erlangga.
Musthafa. (2017). MANAJEMEN KEUANGAN. Yogyakarta: Andi.