Askep RHD
Askep RHD
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Penyakit jantung reumatik merupakan bentuk penyakit yang jarang
ditemukan tetapi jika sudah terdiagnosa sangat susah untuk ditangani.
Dampak yang terjadi jika pada anak dengan PJR tidak dilakukan penanganan
dengan benar maka akan mengakibatkan terjadinya komplikasi seperti gagal
jantung dan bisa berakhir dengan kematian.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi
3
migrans akut, Karditis, Koreaminor, Nodul subkutan dan Eritema
marginatum (Lawrence M. Tierney, 2002) (dikutip dari Pungky & Siti, 2015).
B. Etiologi
4
2. Faktor genetik
5. Reaksi Autoimun
C. Patofisiologi
5
dari 60% penyakit rheumatic fever akan berkembang menjadi rheumatic heart
disease. Adapun kerusakan yang ditimbulkan pada rheumatic heart disease
yakni kerusakan katup jantung akan menyebabkan timbulnya regurgitasi.
Episode yang sering dan berulang penyakit ini akan menyebabkan penebalan
pada katup, pembentukan skar (jaringan parut), kalsifikasi dan dapat
berkembang menjadi valvular stenosis.
6
Kemiripan atau mimikri antara antigen bakteri Streptococcus beta
hemolyticus grup A dengan jaringan tubuh yang dikenali oleh antibodi
adalah: 1) Urutan asam amino yang identik, 2) Urutan asam amino yang
homolog namun tidak identik, 3) Epitop pada molekul yang berbeda seperti
peptida dan karbohidrat atau antara DNA dan peptida. Afinitas antibodi reaksi
silang dapat berbeda dan cukup kuat untuk dapat menyebabkan sitotoksik dan
menginduksi sel–sel antibodi reseptor permukaan.
Epitop yang berada pada dinding sel, membran sel, dan protein M dari
streptococcus beta hemolyticus grup A memiliki struktur imunologi yang
sama dengan protein miosin, tropomiosin, keratin, aktin, laminin, vimentin,
dan N-asetilglukosamin pada tubuh manusia. Molekul yang mirip ini menjadi
dasar dari reaksi autoimun yang mengarah pada terjadinya rheumatic fever.
Hubungan lainnya dari laminin yang merupakan protein yang mirip miosin
dan protein M yang terdapat pada endotelium jantung dan dikenali oleh sel T
anti miosin dan anti protein M.
7
Setelahproses inflamasi mereda, verurucae akan menghilang dan
meninggalkan jaringan parut. Jika serangan terus berulang veruccae baru
akan terbentuk didekat veruccae yang lama dan bagian mural dari
endokardium dan korda tendinea akan ikut mengalami kerusakan.
Di sisi lain, terjadi stenosis dari katup mitral. Stenosis ini terjadi
akibat fibrosis yang terjadi pada cincin katup mitral, kontraktur dari daun
katup, corda dan otot papilari. Stenosis dari katup mitral ini akan
menyebabkan peningkatan tekanan dan hipertropi dari atrium kiri,
menyebabkan hipertensi vena pulmonal yang selanjutnya dapat menimbulkan
kelainan jantung kanan (Putri Amelia, 2019).
D. Manifestasi Klinis
8
1. Manifestasi minor
Klinis :
Laboratorium :
2. Manifestasi mayor
9
bergantian. Sendi yang terkena menunjukkan gejala radang yang
khas (bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan disertai
gangguan fungsi sendi). Kondisi ini berlangsung selama 1-5 minggu
dan mereda tanpa deformitas residual.
Gejala lainnya :
10
E. Komplikasi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
11
meningkat pada minggu 1, dan mencapai puncak minggu ke 3-6
setelah infeksi. Titer ASO naik > 333 unit pada anak-anak, dan >
250 unit pada dewasa. Sedangkan anti-DNase B mulai meningkat
minggu 1-2 dan mencapai puncak minggu ke 6-8. Nilai normal titer
anti-DNase B= 1: 60 unit pada anak prasekolah dan 1 : 480 unit anak
usia sekolah.
d. Kultur tenggorok
3. Pemeriksaan Ekokardiografi
12
G. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
13
keluhannya. Penderita yang simtomatis memerlukan terapi surgical
atau intervensi invasif. Tetapi terapi surgical dan intervensi ini masih
terbatas tersedia serta memerlukan biaya yang relatif mahal dan
memerlukan follow up jangka panjang.
Tirah
2 minggu 2-3 minggu 4-6 minggu 2-4 bulan
baring
Ambulasi
1-2
dalam 2-3 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
minggu
rumah
Ambulasi
2 minggu 2-4 minggu 1-3 bulan 2-3 bulan
luar
2. Diet
Diet pasien rheumatic heart disease harus bernutrisi dan tanpa restriksi
kecuali pada pasien gagal jantung. Pada pasien tersebut, cairan dan
natrium harus dikurangi. Suplemen kalium diperlukan apabila pasien
diberikan kortikosteroid atau diuretik.
14
3. Pembedahan
15
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
3. Riwayat Kesehatan
4. Riwayat Imunisasi
5. Riwayat nutrisi
a. Aktivitas/istrahat
16
b. Sirkulasi
c. Eliminasi
d. Nyeri/ketidaknyamanan
e. Pernapasan
f. Keamanan
Tanda : Demam.
7. Pemeriksaan umum
Suhu : 38 – 39°C
17
Nadi cepat dan lemah
BB: turun
TD: menurun
a. Kepala
Ada gerakan yang tidak disadari pada wajah, sclera anemis, terdapat
napas cuping hidung, membran mukosa mulut pucat.
b. Kulit
c. Dada
3) Perkusi redup
d. Jantung
3) Perkusi redup
e. Abdomen
3) Perkusi tympani
18
f. Genetalia
g. Ekstermitas
Pada inspeksi sendi terlihat bengkak dan merah, ada gerakan yang
tidak disadari, pada palpasi teraba hangat dan terjadi kelemahan otot.
a. Pemeriksaan darah
b. Astopiter
c. LED
d. Hb
e. Leukosit
19
f. Pemeriksaan EKG
B. Diagnosa Keperawatan
20
C. Intervensi
21
1. Deviasi berat dari kisaran normal adanya suara tambahan
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal 12. Lakukan penyedotan melalui endotrakea atau
nasotrakea
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
13. Kelola pemberian bronkodilator
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
14. Anjurkan pasien bagaimana menggunakan
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
inhaler
15. Kelola pengebatan aerosol
Indikator A T
16. Kelola nebulizer ultrasonic
a. Dispnea saat istirahat
17. Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan
b. Dispnea dengan aktivitas
18. Ambil benda asing dengan forsep Mcgill
ringan
19. Posisikan untuk meringankan sesak nafas
c. Perasaan kurang istirahat
20. Monitor status pernafasan dan oksigenisasi
d. Sianosis
Monitor Pernafasan
e. Mengantuk
1. Monitor kecepatan , irama, kedalaman, dan
f. Gangguan kesadaran
kesulitas bernafas
2. Catat pergerakan dada, catat
Skala Indikator ketidaksimetrisan, penggunaan otot bantu
nafas dan retraksi pada otot supraclaviculas
1. Sangat berat
dan interkosta
2. Berat
3. Monitor suara nafas tambahan seperti ngorok
3. Cukup atau mengi
4. Ringan 4. Monitor pola nafas (bradipneu, takipneu,
hiperventilasi, pernafasan kusmaul, pernafasan
5. Tidak ada
1:1)
22
Status Pernafasan : Ventilasi 5. Monitor saturasi oksigen
Indikator A T 6. Pasang sensor pemantuan oksigen non-invasif
Frekuensi pernapasan 7. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Irama pernafasan 8. Perkusi torak anterior dan posterior dari apeks
ke basis paru kiri dan kanan
Kedalaman inspirasi
9. Monitor peningkatan kelelaha, kecemasan dan
Suara perkusi napas
kekurangan udara pada pasien
Volume tidal
10. Catat onset karakteristik dan lamanya batuk
Kapasitas vital
11. Monitor sekresi pernafasan pasien
Hasil Rontgen dada
12. Monitor keluhan sesak nafas pasien termasuk
Tes faal paru kegiatan yang meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas tersebut
13. Monitor suara krepitasi pada pasien
Skala Indikator
14. Monitor hasil rontgen foto thorax
1. Deviasi berat dari kisaran normal
15. Kolaborasi pemberian terapi oksigen
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Indikator A T
a. Penggunaan otot bantu
pernafasan
23
b. Suara nafas tambahan
c. Restraksi dinding dada
d. Pernafasan dengan bibir
mengerucut
e. Dispnea saat istirahat
f. Dispnea saat latihan
g. Orthopnea
h. Taktil fremitus
i. Pengembangan dinding
data tidak simetris
j. Gangguan vokalisasi
k. Akumulasi sputum
l. Gangguan ekspirasi
m. Gangguan suara saat
auskultasi
n. Atelektasi
o. Penggunaan otot bantu
nafas
p. Batuk
q. Akumulasi sputum
r. Respirasi agonal
24
Skala Indikator
1. Sangat berat
2. Berat
3. Cukup
4. Ringan
5. Tidak ada
Tanda-Tanda Vital
Indikator A T
a. Suhu tubuh
b. Denyut jantung apical
c. Denyut nadi radial
d. Tingkat pernafasan
e. Irama pernafasan
f. Tekanan darah sistolik
g. Tekanan darah diastolic
h. Tekanan nadi
i. Kedalaman inspirasi
Skala Indikator
1. Deviasi berat dari kisaran normal
2. Deviasi cukup berat dari kisaran normal
25
3. Deviasi sedang dari kisaran normal
4. Deviasi ringan dari kisaran normal
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal
2 Perubahan curah jantung Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam Perawatan jantung
berhubungan dengan perubahan pasien tidak akan mengalami penurunan
1. Lakukan penilaian komprehensif terhadap
kontraksi otot jantung curah jantung dengan kriteria hasil:
sirkulasi perifer (misalnya, cek nadi perifer,
1. Tekanan darah dalam rentang normal edema, pengisian kapiler, dan suhu ekstrimitas).
yaitu 120/70 mmHg
2. Catat adanya disritmia, tanda dan gejala
2. Toleransi terhadap aktivitas penurunan curah jantung.
3. Nadi perifer kuat 3. Observasi tanda-tanda vital.
4. Tidak ada disritmia 4. Instruksikan klien dan keluarga tentang
pembatasan aktivitas.
5. Tidak ada bunyi jantung abnormal yaitu
terdengar bunyi mur mur 5. Kalaborasi dalam pemberian terapi antiaritmia
sesuai kebutuhan.
6. Tidak ada angina
7. Tidak ada kelelahan
26
x/mnt) 5. Kompres klien pada lipat paha dan aksila
4. Frekuensi nafas dalam batas normal 6. Selimuti klien
(12-24 x/mnt)
7. Berikan caiaran intravena
5. Tidak ada perubahan warna kulit
8. Kolaborasi pemberian anti piretik
6. Hidrasi cukup
9. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab
7. Otot tidak nyeri dari demam
8. Tidak mengantuk
4 Ketidak seimbangan nutrisi Kebutuhan nutrisi adekuat setelah Manajemen nutrisi dan observasi nutrisi:
kurang dari kebutuberhubungan dilakukan tindakan keperawatan selama
1. Identifikasi faktor penyebab mual dan muntah
dengan anoreksia 4x24 jam dengan kriteria hasil:
2. Tanyakan pada klien tentang alergi makanan
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai
tujuan 3. Timbang berat badan klien pada interval yang
tepat.
2. Tidak terjadi penurunan berat badan
yang berarti 4. Anjurkan masukan kalori yang tepat yang
sesuai dengan gaya hidup.
3. Klien mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi 5. Anjurkan peningkatan pemasukan pritein dan
vitamin B
4. Asupan nutrisi dan cairan adekuat
6. Anjurkan agar banyak makan buah dan minum.
5. Klien melaporkan keadekuatan tingkat
energi 7. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan
kebutuhan kalori dan protein
8. Diskusikan dengan dokter tentang kebutuhan
stimulasi nafsu makan, makan pelengkap,
pemberi makan melalui selang atau nutrisi
parenteral total agar asupan kalori yang
27
adekuat dapat dipertahankan
9. Tawarkan makan dalam porsi besar pada siang
hari ketika makan tingggi.
10. Ciptakan lingkungan yang menyenangkan
11. Tawarkan hygiene mulut sebelum makan
5 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x Manajemen nyeri:
agens cedera biologi 24 jam nyeri klien menghilang/berkurang
1. Kaji secara komperhensif tentang nyeri,
hingga batas yang bisa ditoleransi dengan
meliputi lokasi, karasteristik dan awitan,
kriteria hasil :
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya
1. Mengontrol nyeri: nyeri, dan faktor presipitasi
a. Mengenal faktor penyebab nyeri 2. Berikan informasi tentang nyeri, seperti
penyebab, berapa lama terjadi, dan tindakan
b. Tindakan pencegahan
pencegahan
c. Tindakan pertolongan non-analgetik
3. Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi
d. Menggunakan analgetik dengan tepat (misalnya, relaksasi, imajinasi terbimbing,
e. Mengenal tanda-tanda pencetus nyeri terapi musik, distraksi, imajinasi terbimbing,
untuk mencari pertolongan terapi musik, distraksi, terapi panas-dingin,
masase)
f. Melaporkan gejala kepada tenaga
kesehatan 4. Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol
nyeri
2. Menunjukan tingkat nyeri:
5. Kalaborasi pemberian analgetik
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri
c. Lamanya episode nyeri
28
d. Ekspresi nyeri
e. Posisi melindungi bagian tubuh yang
nyeri.
f. Perubahan nadi, tekanan darah, dan
frekuensi napas
29
2. Tekanan nadi (70-120x/menit) pasien untuk bernafas pelan,
3. Pernapasan (12-24 x/mnt) 3. dalam, berputar dan batuk dalam, berputar dan
batuk
4. Tekanan Darah Sistolik (100-119
mmHg) 4. Gunakan tehnik yang Gunakan tehnik yang
menyenangkan menyenangkanuntuk
5. Tekanan Darah Diastolik (65-76
memotivasi bernafas dalam untuk memotivasi
mmHg)
bernafas dalam kepada anak anak (misal :
kepada anak anak (misal : meniup gelembung,
kincir, peluit, harmo meniup gelembung, kincir,
peluit, harmonika, balon)
5. Auskultasi suara nafas , catat area Auskultasi
suara nafas , catat area yang ventilasinya
menuun atau tidak yang ventilasinya menuun
atau tidak ada dan adanya suara tambahan ada
dan adanya suara tambahan
6. Lakukan penyedotan melalui Lakukan
penyedotan melalui endotrakea atau nasotrakea
endotrakea atau nasotrakea
7. Kelola pemberian bronkodilator Kelola
pemberian bronkodilator
8. Anjurkan pasien bagaimana menggunakan
inhaler menggunakan inhaler
9. Posisikan untuk meringankan sesaknafas nafas
30
D. Implementasi
E. Evaluasi
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
32
kemungkinan serangan kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit
jantung reumatik.
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
33
34