Studi Gensa Kaolin Dan Pemanfaatannya PDF
Studi Gensa Kaolin Dan Pemanfaatannya PDF
DAN PEMANFAATANNYA
SEMINAR
OLEH :
RADHITYA ADZAN HIDAYAH
No.Mhs. 01100370
vi
STUDI GENESA CEBAKAN KAOLIN
DAN PEMANFAATANNYA
LEMBAR PENGESAHAN
DosenPembimbing Penyusun
Mengetahui
Ketua
Jurusan Teknik Geologi
v
ii
PRAKATA
Radhitya A.H.
v
iii
DAFTAR ISI
v
iv
BAB III. SIFAT-SIFAT & KARAKTERISTIK KAOLIN
III.1. Mineral Lempung sebagai Penyusun Kaolin ....................................... 16
III.2. Sifat Fisik Kaolin ................................................................................. 17
III.2.1. Flokulasi dan deflokulasi .............................................................. 17
III.2.2. Plastisitas....................................................................................... 18
III.2.3. Thiksotropi .................................................................................... 19
III.2.4. Tekstur .......................................................................................... 19
III.2.5. Susut kering................................................................................... 19
III.2.6. Kekuatan ....................................................................................... 20
III.2.7. Slaking........................................................................................... 21
III.2.8. Warna ............................................................................................ 21
III.3. Sifat Kimiawi Kaolin ........................................................................... 21
III.3.1. Pertukaran ion ............................................................................... 21
III.3.2. Interaksi dengan air ....................................................................... 23
III.3.3. Interaksi dengan bahan organik .................................................... 23
III.4. Mineralogi Kaolin ................................................................................ 24
BAB IV. PEMANFAATAN KAOLIN ................................................................. 27
IV.1. Industri Keramik .................................................................................. 29
IV.2. Industri Kertas...................................................................................... 31
IV.3. Industri Karet ....................................................................................... 32
IV.4. Industri Cat .......................................................................................... 32
IV.5. Industri Pestisida.................................................................................. 33
IV.6. Contoh Kasus Kaolin Daerah Kec. Semin........................................... 34
BAB V. KESIMPULAN ........................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 40
LAMPIRAN . ......................................................................................................... 42
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2. Tipe alterasi hidrothermal dan mineral yang dihasilkan (Hedenquist, 1990) ......... 10
v
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3. Bagan alir proses pengolahan kaolin secara umum (Toton, 1993) ..................... 28
Gambar 4. Bagan alir proses pengolahan kaolin untuk coating grade (Toton, 1993) .......... 29
v
vii
DAFTAR FOTO
Foto 1: Tempat diketemukannya kaolin pertama kali di Jauchau Fa, China ....................... 2
Foto 2: Kenampakan mineral kaolinit dari SEM (Ece et all, 2003) ...................................... 26
Foto 3: Cebakan kaolin di daerah Kec. Semin (foto penulis, Nov 2004) ............................. 34
Foto 4: Singkapan kekar kolom pada batuan beku feldspartik (foto penulis, nov 2004)...... 35
Foto 5: Kenampakan singkapan feldspar sebagai source rock kaolin (foto penulis, 2004).. 36
v
viii
INTISARI
v
ix
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai sektor kehidupan manusia, hal ini tidak luput terjadi pada dunia geologi
khususnya kebutuhan terhadap sumber energi alam. Hal ini disebabkan adanya
kebutuhan dalam jangka waktu yang lama, mengingat makin sulitnya penemuan
cadangan baru, sifat dari mineral yang habis setelah dipakai dan tidak bisa
kertas, tekstil, cat, plastik dan keramik menimbulkan naiknya permintaan dan
kebutuhan kaolin baik untuk bahan baku utama ataupun sebagai bahan pembantu
sehingga bukan cuma akan memenuhi kebutuhan dalam negeri tapi sangat
1
Nama kaolin berasal dari kauling, bahasa Cina yang berarti pegunungan
tinggi yang merupakan nama gunung dekat Jauchau Fa, China, yang tanah
Foto 1: Pegunungan Jauchau Fa, China sebagai asal mula ditemukannya kaolin
(foto Jan Erik Nilsson, 1992)
larutan hidrothermal dan proses pelapukan. Batuan sumber (source rock) sebagai
dengan daya hantar listrik dan panas yang rendah dan berat jenis antara 2,60-2,63
Kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku utama
maupun bahan pembantu. Hal ini karena adanya sifat-sifat kaolin seperti
kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah, serta sifat-
sifat lainnya. Kaolin dalam industri kertas, digunakan sebagai pelapis dan pengisi
2
agar permukaan menjadi kuat dan halus. Karena sifat daya hantar panas dan listrik
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam
kaolin.
3
BAB II
didefinisikan untuk material yang berukuran butir lebih kecil dari 1/256 mm, atau
lebih dari 2 mikron untuk standar mekanika tanah dalam teknik sipil.
bahkan dapat tersusun dari variasi beberapa mineral lempung, bahkan dapat
tersusun dari variasi beberapa mineral non lempung, seperti kuarsa, kalsit, pirit
dan feldspar, namun lempung juga dapat tersusun atas mineral lempung dan
mineral non lempung yang mengandung bahan organik dan garam-garam terlarut.
yaitu amorf dan kristalin. Amorf dicirikan oleh kelompok alofan, yaitu mineral
yang tidak memiliki bentuk kristal berdasarkan analisa difraksi sinar-X. Alofan
tersusun oleh koordinasi silika tetrahedral secara acak dan koordinasi ion-ion
I. Amorphous
Allophane group
II. Crystalline
A. Two-layer type (sheet structures composed of units of one layer of silika tetrahedron
and one layer of alumina octahedrons).
1. Equidimensional
Kaolinit group
Kaolinit, nacrite, etc
4
2. Elongate
Halloysite group
B. Three-layer types (sheet structures composes of two layers of silika tetrehedrons and on
central dioctahedral or trioctahedral layer).
1. Expanding lattice
a. Equidimensional
Montmorillonit group
Montmorillonite, sauconite, etc
Vermiculite
b. Elongate
Montmorillonite group
Nontronite, saponite, hectorite
2. Nonexpanding lattice
Illite group
C. Regular mixed-layer types (ordered stacking of alternate layers of different types)
Chlorite group
D. Chain-structure types (hornblende-like chains of silica tetrahedrons linked together by
octahedral groups of oxygens and hydroxyls containing Al and Mg atoms)
Attapulgite
Sepiolit
Palygorskite
terdiri atas dua tipe lembaran, yaitu tipe lembaran silika tetrahedral dengan tiga
lain yang saling berdekatan, sehingga membentuk susunan molekul Si2O5 dan tipe
tetrahedral untuk berikatan dalam berbagai bentuk dan jumlah dengan oksigen.
muatan silikon yang besar dan antara yang satu dengan yang lainnya memiliki
5
Gambar 1. a. Silika tetrahedral tunggal
b. Silika tetrahedral yang bergabung membentuk jaringan hexagonal
(Grim, 1953)
dengan 3 dari 4 oksigen. Tiap lembaran memiliki dua bidang oksigen, tetapi pada
bagian bawah lebih banyak mengandung atom oksigen dibanding bagian sisi atas
(lihat gambar 3). Rumus kimia untuk lembaran tetrahedral adalah Si4O10-4.
terdiri dari kation yang dikelilingi 6 atom terdekatnya (lihat gambar 4).
6
Gambar 2. a. Ikatan oktahedralll tunggal
b. Beberapa ikatan oktahedral bergabung membentuk struktur lembaran
oktahedral (Grim, 1953)
pembentukan batuan beku yang melibatkan air panas pada tahap akhir diferensiasi
magma. Larutan hidrothermal dikenal sebagai larutan sisa dari hasil akhir suatu
proses diferensiasi yang kaya akan unsur logam. Larutan hidrothermal ini dapat
bergerak naik mealui bidang rekahan, celah ataupun rongga-rongga dan bereaksi
cairan panas yang berasal dari dalam kulit bumi yang bergerak ke atas dengan
7
yaitu adanya cairan pembentuk mineral yang dapat melarutkan dan
mentransportasi material mineral, adanya celah atau rongga batuan sebagai jalan
K2O Al2O3 6SiO2 + CO2 + H2O K2CO3 + Al2O3 2SiO2 2H2O + 4SiO2
Feldspar larut Kaolin Silika
hidrothermal seperti reaksi di atas dapat dilihat bahwa komponen H2O masuk ke
feldspar dan K2O (+ sebagian SiO2) keluar. Transfer unsur dari larutan
menyertai proses deposisi atau pembentukan deposit hidrothermal. Proses ini pada
8
prinsipnya adalah proses penggantian unsur-unsur tertentu dari mineral yang ada
pada batuan dinding, yang kemudian digantikan oleh unsur lain yang berasal dari
batuan dinding. Pengertian alterasi sendiri adalah proses ubahan mineralogis baik
atas.
meliputi proses rekristalisasi dri batuan induk membentuk mineral baru yang lebih
stabil akibat kontrol perubahan tertentu, dan dapat diartikan juga sebagai proses
penggantian unsur-unsur dari mineral batuan dinding yang digantikan unsur lain
dari luar. Salah satu ciri utama dari alterasi hidrothermal adalah adanya perubahan
bawah kondisi suhu, tekanan dan komposisi larutan hidrothermal yang tertentu
(Rose & Burt dalam Barnes, 1979 dalam Bateman & Jansen, 1981).
hidrothermal antara lain adalah karakteristik dan komposisi batuan asal (host
9
perubahan fase larutan hidrothermal serta perubahan unsur tertentu yang paling
Tabel 2 : Tipe alterasi hidrothermal dan mineral yang dihasilkan (Hedenquist & Wairakei,
D.S.I.R., 1987 dalam White, N.C., and Hedenquist, J.W., 1990)
kelompok, yaitu:
II.2.1. Dolomitisasi
dolomit yang melimpah. Proses ini berlangsung pada batuan karbonat, yang di
menyebar tidak teratur, yang sering dijumpai pada batuan karbonat yang belum
10
teralterasi secara menyeluruh. Pengaruh proses ini terhadap kandungan unsur Mg,
yaitu semakin jauh jarak terhadap sumber larutan maka kadar Mg menurun.
Proses dolomitisasi tersebut terjadi pada dolomitisasi primer batuan sedimen yang
II.2.2. Silisifikasi
sebagian besar kuarsa akan berasosiasi dengan emas. Larutan silika yang
membawa silika akan menyebar melalui celah atau pori-pori batuan sehingga
dikenal dengan jasperoid. Proses silisifikasi ini umumnya berlangsung pada suhu
yang tinggi mengingat komponen silika membutuhkan suhu yang cukup tinggi
mineral lempung pada batuan dinding oleh aktivitas cairan hidrothermal pada
11
menengah (intermediate argilic), sedangkan argilik lanjut (advance argilic)
kaolinit, propilit, alunit, diaspore dan mineral alumina lainnya sebagai hasil
yang paling melimpah, yang membedakan dengan tipe alterasi argiliki adalah
kehadiran mineral karbonat seperti kalsit, klorit dan epidot, sedangkan mineral
yang berasosiasi dengan zona alterasi propilitik ini antara lain: mineral albit,
Tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya serisit yaitu mineral mika
putih yang mempunyai ukuran butir halus, yang biasanya akan berasosiasi dengan
mineral kaolin, kuarsa dan pirit dalam jumlah yang tidak begitu banyak. Serisit
akan terbentuk oleh proses perubahan terhadap potasium feldspar dan plagioklas.
12
Sebagian ahli membedakan antara alterasi potasik dengan serisitisasi, dalam hal
ini alterasi potasik akan membentuk mineral biotit ataupun potasium feldspar
yang dipengaruhi diantaranya oleh sifat fisik dan kimia batuan dinding, sifat
larutan hidrothermal (Eh, pH dan sebagainya), suhu dan tekanan pada saat reaksi
berlangsung.
tekanan, kedalaman dan kelimpahan mineral yang terkandung, menjadi tiga yaitu
umumnya sekitar 300 0C-500 0C. Deposit yang dihasilkan biasanya memiliki
tekstur yang kasar. Proses penggantian jarang dan hubungan dengan permukaan
terhambat karena tidak ada celah atau retakan. Pada alterasi ini terdapat
mineral bijih yang dihasilkan berupa emas, pirit, arsenopirit, kalkopirit, kasiterit,
penggantian dan proses pengisian celah (cavity filling). Mineral yang melimpah
adalah kuarsa, dolomit, serisit, ortoklas, klorit, mineral lempung, pirit dan
13
arsenopirit, sedangkan deposit melimpah adalah anargit, kalaverit, kalkosit,
Alterasi epithermal terjadi pada suhu yang relatif rendah sekitar 100
0
C-200 0C. Umumnya alterasi ini terjadi proses pengisian celah dan teksturnya
halus. Mineral yang melimpah adalah klorit, alunit, serisit, adularia, silika, zeolit,
pirit. Deposit yang melimpah pada alterasi ini adalah cinabar, argentit, silvanit,
bersifat asam dan pencucian bersifat kuat maka kation akan tercuci sehingga
mengandung bijih, tetapi apabila proses pencucian kurang kuat karena berbagai
faktor yang mempengaruhi seperti jarak, suhu, porositas dan komposisinya, maka
pada batuan beku feldspartik dimana mineral-mineral potas aluminium silika dan
feldspar diubah menjadi kaolin. Kaolin tersusun sebagian besar oleh mineral
akan identik dengan pembentukan mineral kaolinit walaupun bisa juga terbentuk
14
II.3. Proses Pelapukan
pembentukan kaolin melalui proses alterasi hidrothermal. Kaolin hasil dari proses
pelapukan juga terjadi sebagian besar pada batuan beku yang banyak mengandung
potasium feldspar. Proses pembentukan kaolin ini dapat terjadi secara langsung
akibat pelapukan batuan beku tersebut dan juga akibat pelapukan dari dua jenis
mineral yang saling bereaksi selama proses pelapukan berlangsung, hal ini sama
dengan proses-proses yang terjadi pada mineral lempung biasa, yaitu bisa berupa
pelapukan potasium feldspar dan juga akibat reaksi yang terjadi antara ortoklas
dan karbonat:
15
BAB III
Kaolin adalah suatu massa batuan yang tersusun dari mineral lempung
dengan kandungan besi yang rendah dan pada umumnya berwarna putih atau agak
putih. Kaolin terbentuk dari hidrous aluminium silikat dengan komposisi kimia
2H2O Al2O3 2SiO2 dengan disertai beberapa material penyerta (Grim, 1953).
plastis bila bercampur dengan sejumlah air dan mudah dibentuk menjadi bentuk
mineral penyusunnya, jadi dapat tersusun oleh sebagian besar mineral lempung
ataupun bukan.
jenis apapun yang berukuran lebih kecil dari 2 mikron dalam pengertian mekanika
1
tanah atau berukuran lebih kecil dari /256 mm dalam pengertian geologi
(Wentworth, 1922 dalam Pettijohn, 1957). Lempung jika dilihat dari sudut
16
Sejumlah lempung akan dapat tersusun oleh campuran beberapa mineral
lempung, namun ada juga yang tersusun oleh sebuah mineral lempung saja.
Beberapa dari bahan lempung mengandung variasi dari sejumlah mineral non
kekerasan 2-2.5, bersifat plastis bila tercampur air, dengan daya hantar listrik dan
panas yang rendah dan berat jenis antara 2,60-2,63. Sifat-sifat kaolin akan sangat
dipengaruhi oleh komposisi mineral tanah lempung yang ada dalam kaolin, maka
untuk mengetahui sifat-sifat fisik yang lain seperti plastisitas, kekuatan, tekstur
dan lain-lain yang dibahas adalah sifat-sifat dari mineral penyusunnya yaitu
mineral lempung. Menurut Kirsch (1968) sifat-sifat fisik tersebut antara lain:
lebih kecil.
lempung bila bercampur dengan air, dimana mineral lempung dengan cepat
menyerap air dan untuk kaolin air yang terserap itu akan menguap pada
17
pemanasan pada suhu 100 0C-200 0C. Proses dispersi dapat diperkuat dengan
lain-lain. Jumlah penggunaan deflokulan untuk proses dispersi ini tergantung pada
beberapa faktor (Grim, 1968) diantaranya adalah oleh kadar butir-butir halus yang
menunjukkan sifat-sifat koloid, jumlah dan jenis garam-garaman terlarut yang ada
dalam lempung, silikat-silikat dan elektrolit atau deflokulan yang dipakai, sifat-
III.2.2. Plastisitas
tanpa retakan dan bentuk itu akan tetap setelah gaya pembentuknya hilang atau
dihilangkan. Lempung akan menjadi plastis beberapa saat kemudian jika lempung
tersebut bercampur dengan cairan yang mempunyai susunan kutub seperti air.
Lempung tidak akan berubah secara plastis apabila berinteraksi dengan cairan
plastisitas dari lempung diantaranya oleh adanya pengaruh air, bahan-bahan padat
dan gejala koloid yang mempengaruhi, ukuran partikel-partikel padat dan gaya
dialami oleh bahan. Menurut Grim (1968), kaolin memiliki batas plastisitas 25-
36,3 jauh lebih kecil dibandingkan dengan montmorilonit yang plastisitasnya 86-
700.
18
III.2.3. Thiksotropi
lempung yang bila tercampur dengan suatu cairan akan membentuk suspensi. Sifat
ini berkaitan dengan keplastisan. Kaolin berbutir halus akan tetap tinggal
waterglass atau Na2CO3 akan menambah proses dispersi dan menghasilkan suatu
III.2.4. Tekstur
dalam pengeringan dan karakter produk setelah dibakar dan kaolin umumnya
memiliki dua jenis tekstur (Grim, 1968), yaitu tekstur mineral-mineral non plastis
yang umumnya sebagai impurities bertekstur kasar sampai halus dan tekstur
19
diistilahkan sebagai susut kering, yang masih terdapat air sisa dinamakan air pori,
lempung identik dengan variasi jumlah air yang diperlukan untuk menimbulkan
maka makin besar pula susut keringnya. Lempung yang memiliki susut kering
Menurut Uun dan Asril (1990), susut kering kaolin dibagi menjadi 3,
yaitu kaolin kasar susut kering lini air 5,0-7,6 , untuk kaolin tercuci berkisar 3,3-
III.2.6. Kekuatan
(Grim, 1968) antara lain adalah ukuran dan bentuk butir dari bagian yang plastis
dan non plastis, derajat flokulasi lempung sebelum dibakar, jumlah butir-butir
sangat halus, lamanya waktu dan temperatur pada waktu lempung itu diperam
(aging) sebelum dibentuk, jumlah air yang digunakan untuk menguapkan massa
plastis, campuran air dan bahan-bahan lain, cara yang dipergunakan dalam
pengeringan.
20
III.2.7. Slaking
Slaking adalah sifat dari lempung apabila kena air lalu mengambang dan
III.2.8. Warna
mineral mangan dan titan dalam jumlah yang cukup untuk mempengaruhi warna
pada lempung. Warna kaolin yang putih atau agak keputih-putihan diakibatkan
oleh mineral lempung penyusunnya bebas dari pengotoran di atas. Warna dari
perubahan, untuk kaolin sebelum dan sesudah pembakaran umumnya akan tetap
sama putih, namun juga bisa berubah sedikit menjadi putih kekuningan.
Seperti halnya sifat fisik yang dimiliki oleh kaolin, sifat kimiawi yang
Salah satu sifat yang penting dari mineral lempung adalah pertukaran
21
kation dan anion dengan cara pertukaran untuk netralisir, artinya dengan mudah
digantikan oleh anion dan kation lain saat kontak dengan ion lain pada larutan
yang encer, kecuali kalau di bawah kondisi asam yang ekstrim, pertukarannya
lebih bersifat negatif. Mineral lempung cenderung menyerap kation yang sering
disebut Cation Exchange Capacity (CEC) atau Kapasitas Pertukaran Kation, yang
dapat dinyatakan sebagai jumlah ekuivalen per satuan berat pada keadaan kering
sebagai sumber nutrisi pada soil untuk pertumbuhan tanaman terutama sekali pada
kalsium, magnesium dan kalium, walaupun ada beberapa tanaman yang dapat
memanfaatkan kalium tanpa adanya pertukaran ion pada soil; sifat fisik dari soil
lempung (kekuatan, plastisitas dan lain-lain) yang sangat tergantung pada unsur
Na+ dan Ca+ ; proses pertukaran ion memainkan peranan penting pada
penghentian kation yang tidak diinginkan seperti sebagai pembubuh organik atau
Harga CEC pada kaolin adalah 2%-15% (Milens & King, 1955 dalam
Grim, 1968), harga CEC ini adalah termasuk paling kecil dibandingkan dengan
22
III.3.2. Interaksi dengan air
Sifat interaksi dengan air pada mineral lempung khususnya kaolin dapat
dihubungkan dengan hal-hal berikut: sifat hidrasi pada kandungan air yang relatif
rendah. Sifat mineral lempung dalam air sangat kompleks dan penting. Pada
umumnya sifat ini mempertimbangkan penyerapan air oleh mineral lempung dari
suatu keadaan yang relatif kering, yaitu interaksi terjadi ketika molekul air
menjadi lengket pada permukaan partikel dan atau berhubungan dengan kation
eksoterm, ini dapat diuji dengan mudah oleh panas yang ditimbulkan pada sisi
gelas kimia yang dihasilkan ketika sejumlah bubuk mineral lempung dibasahi.
Penyerapan air oleh mineral lempung dapat terjadi baik oleh hidrasi permukaan
Pada kaolin, air hanya dapat diserap pada permukaan luar, dimana ada
dua macam yaitu siloksan dan gibsit, dan pada ujung partikel. Entalpi penyerapan
air ini sangat kecil dan dapat dihilangkan oleh kenaikan panas yang kecil.
Beberapa molekul organik, seperti pada air dapat dengan mudah diserap
oleh mineral lempung. Pada beberapa kejadian, terutama untuk molekul organik
tak berkutub, kekuatan interaksinya relatif lemah, hanya sesuai untuk penyerapan
secara fisik. Namun demikian, spesies organik berkutub atau berion dapat menjadi
variasi yang luas dari reaksi kimia dengan mineral lempung. Kelompok mineral
23
kaolinit, smektit dan vermikulit dapat berkembang oleh penetrasi molekul antar
kenampakan struktur dari mineral-mineral pada subklas ini terdiri dari SiO4
tetrahedrall yang terdiri dari 3 atau 4 rantai oksigen dan dengan cara yang serupa
struktur yang lebih sederhana yang terbentuk di bawah kondisi serupa pada tipe-
material yang berbutir halus dan memiliki plastisitas ketika bercampur dengan air
dalam jumlah yang terbatas. Analisis kimia dari lempung menunjukkan bahwa
lempung terbentuk dari hidrous aluminium silikat dalam frekuensi yang cukup
besar dengan kandungan besi, kalsium, sodium dan potasium. Lempung selalu
berukuran halus yang terbentuk pada pelarutan colloid. Batas ukuran dari lempung
memiliki diameter sampai 0,004 mm yang secara genetik terbentuk sebagai hasil
pelapukan dan sedimentasi dari batuan beku yang kaya akan feldspar dan juga
terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrothermal (Grim, 1953 dalam Bateman, 1959).
4 grup, yaitu grup kaolin, grup montmorilonit, grup lempung mika dan grup klorit.
24
Mineral dari grup kaolin memiliki komposisi kimia yang sama yaitu
sama, mineral ini sukar diamati secara makroskopis maupun mikroskopis kecuali
dengan SEM untuk mengetahui bentuk strukturnya (Hunt, Kraus, Ramsdel, 1951).
Tiga tipe grup kaolin yang dikenal adalah kaolinit, nakrit dan dickit.
dan dickit. Kaolinit merupakan massa mineral yang sangat dominan dalam grup
substitusi atom (Kerr, 1959). Percobaan menggunakan x-ray dan analisa dengan
ketiga mineral ini, dimana molekul dasar dari nakrit terdiri dari 6 lapisan, dickit 2
Hilangnya kandungan air pada kaolinit terjadi pada temperatur 400 0C-
4500C, pada dickit 5100C-5750C dan nakrit >6000C, pecah secara alami dan
mengalami perusakan fisik akan sangat mudah terjadi pada saat kering, hal ini
abu-abu karena adanya material pengotor, cerat putih, dengan kilap mutiara pada
kristal yang besar tapi sering kali memiliki kilap tanah dan memiliki kilap tanah
25
pseudohexagonal dan platy crystal yang kadang-kadang dapat diamati di bawah
SEM, memiliki belahan (001), sempurna, tapi tidak dapat dilihat secara
megaskopis karena ukurannya yang kecil, kekerasan 1-2, densitas 2,6 , memiliki
Pada sekuen yang sama satu, dua, atau enam perlapisan kaolin akan
terdiri kaolinit, dickit dan nakrit. Dilihat dari genesanya kaolinit terbentuk dari
aktifitas hidrothermal. Deposit yang cukup besar umumnya terbentuk oleh alterasi
26
BAB IV
PEMANFAATAN KAOLIN
Kaolin banyak dipakai dalam berbagai industri, baik sebagai bahan baku
utama maupun bahan pembantu. Hal ini karena adanya sifat-sifat kaolin seperti
kehalusan, kekuatan, warna, daya hantar listrik dan panas yang rendah, serta sifat-
sifat lainnya.
barang-barang tahan api dan isolator. Penggunaan kaolinn yang utama adalah
dalam industri keramik, kertas, cat, sabun, karet/ban dan pestisida. Penggunaan
lainnya adalah dalam industri logam, farmasi dan obat-obatan, pupuk, bahan
pengganggu seperti pasir kuarsa, mineral oksida besi, oksida titanium dan mika,
tingkat keputihan yang tinggi, kadar air tertentu, pH tertentu dan sifat-sifat lain.
27
Kaolin dari
tambang
Tangki pengendapan
(settling pond)
Filtering
Pengeringan
Kaolin murni
Penggilingan
Tepung kaolin
Gambar 3: Bagan alir proses pengolahan kaolin secara umum (Toton dkk, 1993)
khusus pula. Kaolin untuk industri kertas proses pengolahannya dapat dilihat pada
28
Kaolin dari tambang
slurry
air
pengayakan
classifier Pasir
kuarsa
cyclone Pasir
halus
thickener
air
Filter press
Bahan pengeringan
bakar
Tepung kaolin
disintegration
cyclone
pengepakan
berdasarkan analisis kimia, analisis besar butirnya, dan sifat fisiknya, dibagi
menjadi 4 kelas (Toton dkk, 1993), yaitu kelas porselin, kelas saniter, kelas
29
gerabah halus padat (stone-ware) dan kelas gerabah halus tidak padat (earth-
ware).
antara lain untuk membuat white ware atau barang-barang yang berwarna putih,
Kaolinit yang berdiameter <1πm memiliki batas plastis 36.29 , batas cair
58.35 dan indeks plastis 22.56, paling rendah dibandingkan dengan montmorilonit
berdiameter <1πm yang memiliki batas plastis 109.48, batas cair 175.35, indeks
plastis 66.07 dan ilit <0,5-1πm dengan batas plastis 39.59, batas cair 83 dan
Syarat umum mutu kaolin untuk semua kelas adalah harus mengandung
mineral kaolinit paling sedikit 80%, sedangkan syarat khusus dapat dilihat pada
Kimia
30
CaO < 0,8 < 0,8 < 0,8 0,8
Fisika
Besar butir <2 > 0,8 > 0,8 > 80,0 > 80,0
micron
Brightness > 90,0 > 90,0 > 80,0 > 80,0
Kadar air < 5,0 < 5,0 < 7,0 < 7,0
Spesifikasi kaolin yang dibutuhkan dalam industri ini secara umum dapat dilihat
Fisika
Ukuran butir
< 2 mikron 71-80 30-68
> 5 mikron 3-8 12-50
31
MgO 1,70 1,72
K2O 1,70 1,72
Na2O 0,07 0,05
Pengisi
Derajad kecerahan 76 – 84 %
Kandungan air 1%
Sisa lolos saringan 325 mesh 0,02 – 0,30 %
Ukuran butir :
2 mikron 55 – 92 %
5 mikron 3 – 25 %
Pelapis
Derajad kecerahan 83,5 – 85,5 %
Ukuran butir :
2 mikron 71 – 89 %
5 mikron 3–8%
Sisa lolos saringan 200 mesh 0,0005 – 0,00075
mempunyai sifat yang tidak mudah reaktif, dapat berfungsi sebagai lapisan
penutup yang mempunyai kekuatan yang tinggi. Warna kaolin yang putih akan
32
sehingga mengurangi jumlah pemakaian bahan-bahan berwarna (warna yang
dapat dihasilkan bervariasi). Kaolin juga memiliki variasi ukuran butir yang besar,
bawah:
33
IV.6. Contoh Kasus Kaolin Daerah Kec. Semin
Kaolin di daerah Kec. Semin dan sekitarnya secara umum terbentuk dari
hasil alterasi hidrothermal pada batuan beku dasit dan breksi tufaan. Kaolinisasi
Foto 3 : Cebakan kaolin di daerah Semin setebal 6-7 meter, arah foto N 80 0E
(foto penulis, November 2004)
34
Batuan beku dasit secara megaskopis telah banyak mengalami pelapukan.
Identifikasi batuan beku berdasarkan kekar kolom (columnar joint) yang intensif.
Foto 4: Singkapan kekar kolom pada batuan beku feldspartik, menunjukkan kenampakan yang
hampir tegak, arah foto N 40 )E (foto penulis, November 2004)
Mineralisasi pada batuan beku dasit disebabkan oleh larutan hidrothermal yang
menyusup melalui daerah yang dipotong oleh sesar. Larutan sisa magma tersebut
35
Foto 5: Kenampakan cebakan feldspar sebagai penyuplai terbentuknya kaolin,
arah foto N 190 0E (foto penulis, November 2004)
maupun teksturnya, sehingga hanya dengan defraksi sinar X (William et all, 1982)
kelompok feldspar dan serisit pada suhu yang rendah dengan kadar air yang
kuarsa
36
Table 8: Hasil Analisa Kimia Kaolin di Semin dalam satuan % berat
(Widodo, 1995)
Secara umum kaolin di Semin digunakan untuk bahan keramik, filler dan
coater pada industri kertas dengan cara menurunkan kadar Fe2O3 nya sehingga
37
BAB V
KESIMPULAN
Kaolin adalah suatu massa batuan yang tersusun dari material lempung
dengan kandungan besi yang rendah, pada umumnya berwarna putih atau agak
Nama kaolin berasal dari bahasa Cina kauling yang berarti pegunungan
tinggi yang merupakan nama gunung dekat Jauchau Fa, China, yang tanah
Mineral yang termasuk dalam kelompok kaolinit adalah nakrit, dickit dan
halloysit, dengan kaolin sebagai mineral utama. Sifat-sifat fisik dari mineral
kaolinit sebagai penyusun utama kaolin seperti warna, kekerasan, berat jenis,
plastisitas serta daya hantar listrik akan sangat dipengaruhi oleh komposisi
proses alterasi hydrothermal pada batuan beku yang kaya akan feldspar diubah
menjadi kaolin. Proses pelapukan akan terjadi pada permukaan atau sangat dekat
dengan permukaan tanah, yang sebagian besar prosesnya terjadi pada batuan
beku, sedangkan endapan kaolin yang terjadi karena proses hydrothermal terdapat
38
misal untuk di Jawa Barat sendiri telah diketahui adanya cebakan kakolin sebesar
750.000 ton (Widodo, 1995), karena itu perlu dilakukan adanya penelitian
39
DAFTAR PUSTAKA
Bateman, A.M., 1960. Economic Mineral Deposit 2nd edition, Modern Asia Edition,
Mitsimura Printing Company, Tokyo.
Bateman, M.A., Jensen, M.L., 1981. Economic Mineral Deposit 3rd edition, John
Wiley & Son Inc, Conecticut.
Ece, O.I., Nakagawa, Z.E. and Schroeder, P.A. 2003. Alteration of Volcanic Rocks
and Genesis of Kaolin Deposits in The Sile Region, Northern Istanbul,
Turkey. I: Clay Mineralogy. The clay Mineral Society, vol. 51, No.6,
675-688.
Grim, R.E., 1953. Clay Mineralogy 2nd edition, Mc Graw-Hill Book Company,
New York.
Grim, R.E., 1968. International Series in The Earth and Planetary Science 2nd
edition, Mc Graw-Hill Book Company, New York.
Kerr, P.F., 1959. Optical Mineralogy 3rd edition, Mc Graw-Hill Book Company,
Inc.New York.
Kirsh, H., 1968. Applied Mineralogy, Chapman and Hall Ltd., London.
Kraus, E.H., Hunt, W.F., Ramsdell, L.S., 1951. Mineralogy, An Introduction to the
Study of Minerals and Crystals 4th edition, Mc Graw-Hill Book Company,
Inc. New York.
Lindgren, W., 1933. Mineral Deposit, 4rd edition, Mc Graw-Hill Book Company,
Inc. New York and London.
Pettijohn, F.C., 1957. Sedimentary Rock 2nd ed., Harper & New Publishers,
New York.
Toton, S.K., & Suhala S., 1993. Kaolin, Bahan Galian Industri, Departemen
Perindustrian, Bandung.
Trask, P.D., 1965. Applied Sedimentation. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Uun B., & Asril R., 1990. Kaolin, Direktorat Jendral Pertambangan Umum, Pusat
Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung.
White, N.C and Hedenquist, J.W, 1990. Epithermal Environments and Styles of Vide
Cameron, W.M. (Chief editor), 1990, Journal of Geochemical Exploration
Vol 36 Elsevier Science Publisher B.V, Amsterdam, Netherlands.
Widodo, 1995. Tinjauan Kualitas Kaolin Dsn. Jetak, Kec. Semin, Kab. Gunungkidul,
DIY, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Yogyakarta, tidak
dipublikasikan.
William, H., Turner, F.J., Gilbert, C.M., 1982. Petrography, An Introduction to the
Study of Rocks in Thin Section 2nd edition, W.H. Freeman and Company,
New York.