Anda di halaman 1dari 28

PENINGKATAN KADAR NIKEL HASIL REDUKSI

SELEKTIF BIJIH NIKEL LATERIT KADAR


RENDAH DI PT VALE INDONESIA TBK

PROPOSAL PENELITIAN

MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320200139

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
HALAMAN PENGESAHAN

MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN


09320200139

PENINGKATAN KADAR NIKEL HASIL REDUKSI


SELEKTIF BIJIH NIKEL LATERIT KADAR
RENDAH DI PT VALE INDONESIA TBK

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk kelulusan mata kuliah tugas akhir (TA)
pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia

Disetujui Oleh,
Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Suriyanto Bakri, S.T., M.T., IPP. Ir. Sitti Ratmi Nurhawaisyah, S.T., M.T.
NIPS. 109 18 1510 NIPS. 109 19 1533

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan FTI-UMI

Ir. Nur Asmiani, S.T., M.T., IPP.


NIPS. 109 07 0851
KATA PENGANTAR

ii
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillah segala puji atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian
yang berjudul “PENINGKATAN KADAR NIKEL HASIL REDUKSI SELEKTIF
BIJIH NIKEL LATERIT KADAR RENDAH DI PT VALE INDONESIA TBK”
tepat pada waktunya.
Penulis dengan segala kekurangan dan kerendahan hati menyadari bahwa
dalam proses penulisan laporan ini banyak mengalami kendala, namun berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta berkah dari Tuhan Yang Maha Esa,
untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Nur Asmiani, S.T., M.T., IPP., selaku Ketua Program Studi Teknik
Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.
2. Ibu Ir. Nur Asmiani, S.T., M.T., IPP., selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Pembimbing , Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia.
3. Dosen dan Staf Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Industri Universitas Muslim Indonesia
4. Teman-teman Angkatan 2020 yang telah berjuang bersama-sama membantu
baik suka maupun duka.
5. Orang Tua tercinta yang telah memberikan nasehat dan dukungan baik secara
materi maupun moral.
6. Seluruh kerabat, sahabat, dan teman yang selalu mensuport dan membantu
dalam kegiatan penelitian penulis.
Akhir kata, penulis menghaturkan maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam
penulisan laporan ini masih terdapat banyak kesalahan maupun kekhilafan. Semoga
dikemudian hari, laporan ini dapat memberikan sumbangsih bagi ilmu pengetahuan
dan memberikan manfaat bagi pembacanya.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, 27 Desember 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... ii
KATA PENGANTAR.................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... v
DAFTAR TABEL......................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3 Maksud dan Tujuan............................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah................................................................................... 2
1.5 Alat dan Bahan...................................................................................... 2
1.6 Manfaat Penelitian................................................................................ 3
1.7 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah .............................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Profil Perusahaan.................................................................................. 6
2.2 Proses Penambangan di PT Vale.......................................................... 8
2.3 Profil Endapan Nikel Laterit................................................................. 12
2.4 Pengaruh Temperatur Reduksi.............................................................. 13
2.5 Pengaruh Zat Aditif Terhadap Reduksi Bijih Nikel Limonit................ 14
2.6 X-Ray Fluorescence (XRF) dan X-Ray Diffraction (XRD)................. 15
2.7 SEM-EDX............................................................................................. 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1 Tahapan Pendahuluan........................................................................... 18
3.2 Tahapan Penyajian Data....................................................................... 18
3.3 Tahapan Pengolahan Data..................................................................... 18

BAB IV RANCANGAN ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN


4.1 Rencana Anggaran Biaya...................................................................... 21
4.2 Jadwal Kegiatan.................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Peta Tunjuk Lokasi Penelitian............................................................ 4
2.1 Wilayah Konsensi PT Vale Indonesia Tbk (Sumber: Sustainibility
Report PT Vale Indonesia, 2017......................................................... 6
2.2 Tahapan penambangan yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk (PT
Vale Indonesia Tbk, 2017)................................................................. 7
2.3 Proses pengupasan tanah penutup (Dokumentasi Pribadi)................. 8
2.4 Proses ore mining (Dokumentasi Pribadi).......................................... 9
2.5 Screening station (Dokumentasi Pribadi)........................................... 10
2.6 Reklamasi pada PT. Vale (Dokumentasi Pribadi).............................. 11
2.7 Diagram Biner Fe-S.............................................................................. 14
2.8 Skematik XRF.................................................................................... 16
2.9 Urutan operasi sistem SEM-EDX........................................................... 17
3.1 Bagan alir Penelitian........................................................................... 21
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
4.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian.................................................. 21
4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian................................................................. 21

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Nikel laterit merupakan salah satu sumber daya alam yang melimpah
khususnya di daerah Sulawesi. Penambangan endapan bijih nikel laterit pada
umumnya menggunakan metode open pit mining, karena metode penambangan ini
dilakukan untuk menggali endapan-endapan bijih metal seperti endapan bijih nikel,
endapan bijih besi, endapan bijih tembaga, dan lain sebagainya. Dalam proses
penambangan endapan bijih nikel laterit akan terus mengalami kemajuan setiap hari
yang tentunya akan menyebabkan perubahan bentang alam di daerah.
Logam atau yang sering disebut metal adalah sebuah material yang berupa
unsur, senyawa maupun paduan yang biasanya keras, tidak tembus cahaya, berkilau
dan memiliki konduktivitas listrik yang baik. Selain memiliki konduktivitas listrik
yang baik, konduktifitas termal tinggi logam juga memiliki densitas yang tinggi pula,
salah satu contoh logam ialah nikel. Berdasarkan data statistik dari Kementrian
Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2018, menyebutkan bahwa hingga saat ini
terdapat 10 smelter nikel beroperasi dengan total produksi 1.468.596 ton/tahun.
(Badan Geologi Kementrian ESDM, 2015). Sumber daya bijih nikel paling banyak
terdapat di provinsi Maluku Utara sebanyak 457 juta ton dengan total keseluruhan
sumber daya sebesar 1,412 juta ton. Sedangkan total keseluruhan cadangan bijih
nikel sebesar 485 juta ton dengan perhitungan logam sebesar 7,5 ton (Rochani and
saleh, 2013). Mineral lain yang bersifat mobile akan terlarutkan ke bawah dan
membentuk suatu zona akumulasi dengan pengkayaan (supergen) seperti Ni, Mn,
dan Co (Golightly, 1979). Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalam
mencapai sasaran kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan
untuk mencapai suatu tujuan dan sasaran yang diinginkan. (Sasongko, 2009).
Tujuan penelitian ini yaitu peningkatan kadar dari nikel bijih laterit dengan
metode reduksi selektif dengan penambahan aditif seperti elemental sulfur, natrium
sulfat, natrium karbonat, natrium klorida dan pirit. Reduksi selektif dilakukan pada
temperatur 800-1200 oC untuk membentuk feronikel yang kemudian dapat
dipisahkan dari mineral pengganggu dengan separasi magnetik

1
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian kerja praktik ini:
1. Bagaimana pengaruh temperatur reduksi terhadap kadar dan perolehan
kembali besi nikel dalam feronikel?
2. Bagaimana pengaruh dosis reduktor antrasit terhadap kadar dan perolehan
kembali besi nikel dalam feronikel?
3. Bagaimana pengaruh waktu tahan reduksi terhadap kadar dan perolehan
kembali besi nikel dalam feronikel?

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud
Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh temperatur reduksi,
pengaruh dosis reduktor antrasit dan pengaruh waktu tahan reduksi terhadap kadar
dan perolehan kembali besi nikel dalam feronikel.
1.3.2 Tujuan
1. Mempelajari pengaruh temperatur reduksi terhadap kadar dan perolehan
kembali besi nikel dalam feronikel.
2. Mempelajari pengaruh dosis reduktor antrasit terhadap kadar dan perolehan
kembali besi nikel dalam feronikel.
3. Mempelajari pengaruh waktu tahan reduksi terhadap kadar dan perolehan
kembali besi nikel dalam feronikel
1.4 Batasan Masalah

1. Bijih nikel laterit yang digunakan adalah bijih nikel laterit kadar rendah .
2. Reduktor yang digunakan adalah antrasit.
3. Reduksi selektif bijih nikel laterit dilakukan dengan variasi temperatur 950c,
1050c, 1150cdengan variasi waktu tahan (hoalding time) 60 menit, 90
menit dan 120 menit dengan menggunakan muffle furnace.
1.5 Alat dan Bahan

1.5.1 Alat
1. Muffle furnace;
2. Crucible grafit;
3. Oven;
4. Shaker mill;

2
5. Ball mill;
6. Timbangan;
7. Ayakan;
8. Gauss meter;
9. Magnet;
10. Mortar;
11. Beaker glass;
12. Labu erlenmeyer;
13. Batang pengaduk;
14. Kertas saring;
15. Spatula;
16. Mesin polishing;
17. Mesin X-Ray Fluerecence;
18. Mesin X-Ray Diffraction;
19. Microsop optic;
20. SEM EDX .
1.5.2 Bahan
1. Bijih nikel laterit;
2. Natrium sulfida (Na2s);
3. Antrasit;
4. Air (media quenching);
5. Resin dan binder.

1.6 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai bahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam pengaruh temperatur
reduksi terhadap kadar dan perolehan kembali besi nikel dalam feronikel.
4. Meningkatkan kemampuan peneliti untuk menerapkan pengaruh dosis
reduktor antrasit dan pengaruh waktu tahan reduksi terhadap kadar dan
perolehan kembali besi nikel dalam feronikel.
2. Sebagai referensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang relavan dengan
penelitian ini.

3
1.7 Waktu, Lokasi dan Kesampaian Daerah

Secara administrasi wilayah penambangan PT Vale Tbk berada di Desa


Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini mulai dari tanggal 22 Januari - 22 Maret 2024. Secara geografis terletak
pada koordinat 2°33’54.35”S 121°22’54.12”E. Lokasi penelitian dapat ditempuh dari
Makassar menuju Sorowako melalui transportasi mobil Bus selama ±13 jam.

4
Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi Penelitian

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Profil Perusahaan


Sebuah ekplorasi di wilayah Sulawesi bagian timur pada tahun 1920-an
dilakukan oleh Beni Wahju, Hitler Singawinata dan tim eksplorasinya yang disebut-
sebut sebagai cikal bakal PT. Vale (sebelumnya bernama Inco). Ekspedisi ini
sekaligus untuk memastikan Indonesia memiliki 15% cadangan nikel dunia.
Kegiatan eksplorasi, kajian dan pengembangan tersebut terus dilanjutkan pada
periode kemerdekaan dan selama masa kepemimpinan Presiden Soekarno.
PT Vale (yang saat itu bernama PT International Nickel Indonesia) didirikan
pada bulan Juli 1968. Kemudian di tahun tersebut PT Vale dan Pemerintah Indonesia
menandatangani Kontrak Karya (KK) yang merupakan lisensi dari Pemerintah
Indonesia untuk melakukan eksplorasi, penambangan dan pengolahan bijih nikel.
Sejak saat itu PT Vale memulai pembangunan smelter Sorowako, Kabupaten Luwu
Timur, Sulawesi Selatan.
Sejak memulai produksi pada tanggal 1 April 1978, PT. INCO Tbk
mengalami perkembangan yang pesat. Tercatat pada tahun 1990, PT. INCO Tbk
telah menjadi perseroan terbatas dengan saham-sahamnya di Bursa Efek Jakarta
(BEJ). Selain itu, produksi nikel PT. INCO Tbk mengalami peningkatan menjadi
130,5 juta ton nikel dalam matte pada tahun 2000.
Pada tanggal 4 januari 2007, Companhia Vale do Rio Doce (CVRD) atau vale
yaitu salah satu perusahaan tambang bijih besi terbesar Brazil secara efektif
mengumumkan amalgamasi kepada Inco Limited. Tepat pada tanggal 27 Mei 2010
Vale Inco Canada Limited resmi berganti nama menjadi Vale Canada Limited
sehingga pada 24 januari 2012 nama PT Vale Indonesia Tbk secara resmi digunakan.
Perusahaan ini mengoperasikan tambang nikel open pit dan pabrik pengolahan di
Sorowako, Sulawesi, sejak tahun 1968 yang saat ini telah menjadi produsen nikel
terbesar di Indonesia dan menyumbang 5% pasokan nikel dunia.Melalui Perjanjian
Perubahan dan Perpanjangan yang ditandatangani pada bulan Januari 1996, KK
tersebut telah diubah dan diperpanjang masa berlakunya hingga 28 Desember 2025.

6
Gambar 2. 1 Wilayah Konsensi PT Vale Indonesia Tbk (Sumber: Sustainibility
Report PT. Vale Indonesia, 2017)

Pada bulan Oktober 2014, PT Vale dan Pemerintah Indonesia mencapai


kesepakatan setelah renegosiasi KK dan berubahnya beberapa ketentuan di dalamnya
termasuk pelepasan areal KK menjadi seluas hampir 118.017 hektar. Ini berarti
luasan areal KK telah berkurang hingga hanya 1,8% dari luasan awal yang diberikan
oleh Pemerintah Indonesia pada saat penandatanganan KK tahun 1968 seluas 6,6 juta
hektar di bagian timur dan tenggara Sulawesi akibat serangkaian pelepasan areal KK.
Operasi bisnis PT Vale Indonesia Tbk terdiri dari penambangan dan pengolahan bijih
nikel menjadi produk nikel dalam matte yang semuanya dijual berdasarkan
perjanjian penjualan jangka panjang dengan Vale Canada Limited (VCL) dan
Sumitomo Metal Mining Co., Ltd (SMM). PT Vale Indonesia Tbk hanya beroperasi
di Indonesia dan tidak memiliki anak perusahaan di negara lain.
Selama tahun 2017 tidak ada perubahan signifikan terkait segmen bisnis,
wilayah operasi maupun rantai pasokan. Seluruh produk nikel matte PT Vale
Indonesia Tbk dijual kepada Vale Japan (bagian dari Vale Canada Limited) dan
Sumitomo Metal Mining Co.Ltd, Jepang, sesuai dengan kontrak jangka panjang yang
telah disepakati. Selanjutnya nikel dalam matte diolah dan dijual ke industri sesuai
kebutuhannya, serta tidak ada produk yang ditarik kembali.

7
2.2 Proses Penambangan di PT. Vale
Tahapan penambangan yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia Tbk dapat
dilihat pada Gambar 1.1. Metode penambangan yang diterapkan di PT Vale
Indonesia Tbk adalah metode penambangan open cast. Metode ini merupakan
penambangan dengan cara mengupas lapisan tanah penutup material berharga lalu
diangkut ke daerah pembuangan. Aktivitas pengupasan dan penggalian dilakukan
pada suatu permukan kerja yang berbentuk satu atau beberapa jenjang.
Perbedaan open cast mining dengan open pit mining adalah pada open pit
mining tanah penutup dikupas dan diangkut ke suatu daerah pembuangan yang tidak
ada endapan ekonomis di bawahnya, sedangkan pada open cast mining metodenya
hampir sama namun tanah penutup dibuang langsung ke lokasi yang berada di dekat
lokasi penambangan.

Gambar 2.2 Tahapan penambangan yang dilakukan PT Vale Indonesia Tbk (PT
Vale Indonesia Tbk, 2017).

Kegiatan penambangan dilakukan terdiri dari:


1. Pembersihan Lahan (Land Clearing)
Pembersihan lahan merupakan tahap pertama dalam kegiatan pertambangan.
Tujuannya yaitu untuk mengupas top soil dan menyimpannya dalam bank of top soil.
Land clearing merupakan proses pembebasan hutan untuk disiapkan menjadi area
pertambangan baru berupa pemotongan pepohonan di sekitar area, pembabatan
hingga sampai akar-akarnya, serta pembakaran hutan. Agar tetap menjaga

8
lingkungan dan menghindarkan dampak buruk bagi warga sekitar. Untuk itu perlu
memperhatikan kondisi tanah sebelum pengecekan melakukan pembakaran atau
mengecek jenis pohon 8 yang akan ditebang. Kegiatannya dimulai dengan
memangkas pohon-pohon dan vegetasi lainnya dengan gergaji mesin oleh para
petugas tree cutting. Runtuhan pohon dan vegetasi lainnya kemudian didorong oleh
bulldozer untuk dikumpulkan lalu diangkut ke suatu tempat penyimpanan.
Selanjutnya, setelah semua jenis vegetasi tersebut habis, maka alat muat berupa
backhoe atau shovel akan mengupas top soil dengan maksimum tinggi dua meter.

2. Pengupasan Tanah Penutup (Overburden Stripping)


Bertujuan untuk menghilangkan material non ekonomis yang menutupi badan
bijih di bawahnya. Material yang tidak ekonomis atau overburden ini dikupas
menggunakan backhoe atau shovel dan selanjutnya ditimbun di tempat penyimpanan
overburden atau biasa disebut disposal. Disposal biasanya berbentuk lubang (pit)
besar yang sudah tidak ada lagi aktivitas penambangan.

Gambar 2.3 Proses pengupasan tanah penutup

3. Ore Mining
Cadangan mineral tambang PT Vale Indonesia Tbk dibagi ke dalam dua tipe
geologi yang berbeda yaitu East Block dan West Block. Penambangan ROM
dilakukan setelah lapisan penutup dikupas dan lapisan yang mengandung ore telah
tersingkap. Persiapan penambangan dilakukan dengan pembuatan jalan menuju level
yang telah direncanakan kemudian dilakukan penggalian bijih nikel dengan

9
menggunakan alat gali muat backhoe dan shovel serta alat angkut dump truck. Bijih
nikel kadar menengah (medium grade limonite) diangkut dan ditumpuk pada tempat
tertentu. Untuk bijih nikel kadar tinggi (saprolite ore) dengan kadar rata- rata 1,5%
untuk East Block dan 1,6% untuk West Block diangkut menuju stasiun penyaringan
(screening station).

Gambar 2.4 Proses ore mining (Dokumentasi Pribadi)

4. Stasiun Penyaringan (Screening Station)


Bijih nikel yang telah diangkut kemudian disaring di screening station. PTVI
sekarang memiliki lima screening station yang masih aktif, yaitu SS5, SS8, SS9,
SS10 dan SS11. Screening station 5,8,9,11 berada di daerah Sorowako dan SS10
berada di daerah Petea. Produk hasil dari screening station disebut screening station
product 10 (SSP) berupa ore basah yang disebut wet ore stockpile (WOS). WOS
diproses di bagian pengolahan yang menghasilkan produk yang disebut nikel matte
(80% Ni). Bijih nikel kadar menengah (medium grade limonite) diangkut dan
ditumpuk sedangkan bijih nikel kadar tinggi (saprolite ore) dengan kadar rata-rata
1,5%.
Bijih nikel kadar menengah (Medium Grade Limonite) diangkut dan
ditumpuk pada tempat tertentu, sedangkan bijih nikel kadar tinggi (Saprolite Ore)
dengan kadar rata-rata 1,5% untuk East Block dan West Block diangkut menuju
screening station.

10
Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stockpile. Kegiatan
selanjutnya dilakukan oleh pihak pabrik dengan memproses produk hasil dari
screening station atau yang biasa disebut dengan SSP lalu diumpankan ke tanur
pereduksi, dipanaskan, dan dilebur dalam tanur pelebur bertenaga listrik dan
dikonversi menjadi produk nikel dalam matte. Hasil dari proses ini disebut dengan
Dryer Kiln Product (DKP). Pengolahan nikel pada akhirnya menghasilkan nikel
berkadar 78% Ni dan dikemas dalam kemasan (bag) dengan kapasitas 3 ton nikel
matte yang diangkut ke Pelabuhan Balantang. Kegiatan berkunjung ke screening
station dilakukan pada tanggal 24 Desember 2021 di daerah Petea. Stasiun
penyaringan (screening station) dapat dilihat pada Gambar.

Gambar 2.5 Screening station (Dokumentasi Pribadi)

5. Stockpile
Kegiatan penambangan berakhir sampai ore berada di stockpile dilakukan
oleh pihak pabrik dengan memproses produk hasil dari screening station lalu
diumpankan ke tanur pereduksi, dipanaskan, dan dilebur dalam tanur pelebur
bertenaga listrik dan dikonversi menjadi produk nikel dalam matte disebut dengan
dryer kiln product.
6. Reklamasi
Penghijauan atau kegiatan reklamasi dilakukan di daerah bekas tambang
(mine out) yang terlebih dahulu dijadikan disposal. Tahapan dalam penghijauan
adalah penyiapan benih pohon yang akan digunakan dalam penghijauan, persiapan

11
lahan yang akan dihijaukan, penyebaran top soil, penanaman rumput dan penanaman
pohon. PT. Vale Indonesia, mempunyai 2 site plant penambangan yang besar yaitu
Site Plant Sorowako dan Petea.

Gambar 2.6 Reklamasi pada PT. Vale (Dokumentasi Pribadi)

2.3 Profil Endapan Nikel Laterit


Endapan nikel laterit terbentuk pada
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan tanah penutup ini terletak pada bagian atas permukaan.
Kondisi fisik lunak dan memiliki warna coklat kemerahan hingga gelap.
Kadar Ni kurang dari 1,3%. Di PT. Vale biasanya tebal dari lapisan
overburden sekitar 7 meter.
2. Limonit
Lapisan limonit terletak di bawah overburden, biasanya berwarna
kuning kecoklatan, agak lunak dengan unsur batuan yang halus dan
mengandung kandungan nikel rata-rata 1,4%-1,5%. Zona ini merupakan zona
transisi dari overburden ke saprolite dengan ketebalan sekitar 2-10 meter.
3. Saprolit
Lapisan ini terletak dibawah limonit. Lapisan ini biasanya di sebut
dengan ore zone. Tekstur dan struktur batuan dasar dapat dengan mudah
dikenali, berwarna kuning kecoklatan hingga kemerah-merahan. Zona ini

12
merupakan zona berkadar Ni yang tinggi. Yang memiliki kadar nikel 1,8%
dengan ketebalan rata-rata 2-15m.

4. Batuan dasar (Bedrock/Blue Zone)


Pada umumnya lapisan ini ditandai dengan bongkahan batuan-batuan
yang keras atau masif, berwarna kuning pucat sampai abu-abu kehijauan.
Secara lokal batuan ini disebut blue zone.
Ketebalan dari masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari
morfologi dan relief, umumnya endapan laterit

2.4 Pengaruh temperatur reduksi


Kenaikan temperatur juga akan mempengaruhi proses reduksi besi
oksidamenjadi bentuk logam besi (Zhu et al., 2012). Kehadiran besi dalam bentuk
logam akanmengurangi nilai recovery dan grade feronikel yang dihasilkan (Pickles,
Forster and Elliott, 2014).
Secara kinetika, kenaikan temperatur dapat meningkatkan derajat metalisasi
baik pada nikel maupun besi (Setiawan et al., 2014). Selama proses reduksi,besar
partikel feronikel yang dibentuk berbanding lurus dengan tingginya temperatur dan
lamanya waktu reduksi (Tang et al., 2014). Kenaikan temperatur juga akan
meningkatkan ukuran partikel Fe-Ni yang terbentuk dan merubah bentuk morfologi
partikel dari tidak beraturan menjadi spherical (Rao et al., 2016). Penelitian Rao et al
pada tahun 2016, melakukan reduksi bijih nikel laterit dengan menambahkan
Na2SO4 sebanyak 20% wt sebagai aditif selama 60 menit dan menggunakan karbon
sebagai reduktor. Untuk menganalisa perubahan yang terjadi, digunakan diagram
biner dari Fe-FeS. Diagram biner antara nikel dengan sulfida tidak digunakan karena
rasio sulfidasi pada Ni sangat kecil dan kandungan Ni di dalam bijih yang cukup
sangatsedikit (Rao et al., 2016).
Diagram biner yang dimaksud terlihat bahwa terdapat kondisi eutektik pada
temperatur sekitar 985°C. Dengan mengasumsikan bahwa hanya logam Fe dan FeS
yang merupakan fasa besi yang terdapat di dalam pellet yang direduksi, rasio massa
dari S dan Fe hasil perhitungan adalah 20,4%. Garis putus-putus merah menunjukkan
komposisi tersebut (Rao et al., 2016).

13
Dilihat dari diagram biner Fe-S, ketika temperatur reduksi yang digunakan
lebih tinggi dari temperatur eutktik akan muncul lelehan iron-saturated (ditandai
dengan zona berwarna merah muda pada diagram). Fe akan mengendap pada butiran
Fe yang sudah ada selama solidifikasi, diikuti oleh presipitasi FeS sesuai mekanisme
transformasi eutektoid.

Gambar 2.7 Diagram Biner Fe-S


Kemudian, struktur logam berlapis FeS akan hadir fasa cair lebih (Rao et al.,
2016). Selain itu, fenomena ini menjelaskan fakta bahwa fasa cair terbentuk pada
kisaran temperatur 900-1000°C dimana temperatur eutektik (985°C) berada pada
kisaran tersebut. Pembentukan eutektik Fe-FeS menurunkan karakteristik temperatur
fusi campuran Na2SO4-laterit. Temperatur pengujian yang lebih tinggi akan
menghasilkan banyak. Karena laju perpindahan massa dalam cairan jauh lebih besar
dari pada fasa padat, dimana pembentukan fasa cair dapat

2.5 Pengaruh Zat Aditif Terhadap Reduksi Bijih Nikel Limonit


Pengaruh penambahan sulfur terhadap pembentukan partikel feronikel selama
proses reduksi bijih nikel laterit. Selama proses reduksi bijih nikel saprolit dengan
penambahan sulfur, ada tiga fasa utama akan terbentuk pada saat proses reduksi bijih
nikel saprolit dengan penambahan sulfur yaitu logam oksida, logam sulfida dan
feronikel dengan perkiraan fasa yang terjadi berupa Fe-O-S. Selama proses reduksi
berlangsung, interaksi FeS dan Fe akan terbentuk sebagai pemicu pertumbuhan
partikel feronikel. Pada sistem biner FeS menunjukkan bahwa titik eutektik Fe-FeS

14
berada pada temperatur 985oC, hal ini memungkinkan terbentuknya fasa cair pada
temperatur rendah. Temperatur reduksi lebih tinggi dari eutektik, maka lelehan jenuh
besi akan ada pada permukaan antar muka feronikel dan logam sulfida, sehingga
terjadinya aglomerasi (Rao et al., 2016). Senyawa lain yang dapat dijadikan sebagai
aditif adalah sodium karbonat (Na2CO3) (Samadhi, 2017).
Penambahan sodium karbonat dapat memperbesar ukuran partikel hasil
reduksi dengan menghambat terbentuknya fasa fayalit (Fe2SiO4) (Jiang et al., 2013).
Selain sodium karbonat dan senyawa sulfur, senyawa yang juga dapat digunakan
sebagai aditif tambahan untuk meningkatkan hasil ekstraksi logam nikel adalah
garam klorin. Karakteristik klorida yang memiliki titik lebur rendah dan mudah
menguap menjadikan senyawa klorida banyak digunakan untuk mengekstraksi logam
dari bijih dengan menggunakan metode klorinasi dan penguapan (Matsuura, 2008)

2.6 X-Ray Fluorescence (XRF) dan X-Ray Diffraction (XRD)


XRF adalah alat uji yang digunakan untuk menganalisis unsur yang
terkandung dalam bahan secara kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif
memberikan informasi jenis unsur yang terkandung dalam bahan yang dianalisis,
yang ditunjukkan oleh adanya spektrum unsur pada energi sinar-X karakteristiknya.
Sedangkan analisis kuantitatif memberikan informasi jumlah unsur yang terkandung
dalam bahan yang ditunjukkan oleh ketinggian puncak spektrum. Analisis
menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan sinar-X
karakteristik yang terjadi dari peristiwa efek fotolistrik.
Efek fotolistrik terjadi karena elektron dalam atom target (sampel) terkena
sinar berenergi tinggi (radiasi gamma, sinar-X). Bila energi sinar tersebut lebih tinggi
dari pada energi ikat elektron dalam orbit K, L atau M atom target, maka elektron
atom target akan keluar dari orbitnya. Dengan demikian atom target akan mengalami
kekosongan elektron. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elektron dari orbital
yang lebih luar diikuti pelepasan energi yang berupa sinar-X. Jika elektron kulit yang
diganti adalah elektron kulit K, maka emisi sinar-X dikenal sebagai sinar-X deret K.
Demikian pula, transisi kulit L menghasilkan sinar-X deret L. Garis-garis spektrum
sinar-X dikelompokkan secara seri (K, L, M). Semua garis dalam rangkaian hasil
transisi elektron dari berbagai tingkatan ke kulit yang sama. Sebagai contoh, transisi
dari kulit L dan M ke kulit K menyediakan garis spektral yang masing-masing
disebut K dan K. Spektrum sinar-X dihasilkan oleh semua elemen dalam sampel.
15
Setiap elemen akan memiliki banyak garis karakteristik dalam spektrum, karena
sinar-X yang berbeda akan dipancarkan untuk setiap jenis transisi orbital.
Adapun prinsip kerja XRF :

Gambar 2.8 Skematik XRF


Apabila sumber eksitasi digunakan untuk menyinari sampel dalam proses
pemedaran. Kemudian fluoresensi sinar-X karakteristik dideteksi dan dianalisis.
Seluruh proses dihubungkan dengan komputer yang menyediakan kontrol instrumen
umum, pembuatan data, dan pengolahan. Beberapa teknik yang berbeda dapat
digunakan untuk menginduksi fluoresensi dalam sampel dan untuk mendeteksi atau
menganalisis sinar-X karakteristik yang dilepaskan oleh sampel. Sinar-X yang
dihasilkan merupakan suatu gabungan spektrum sinambung dan spektrum berenergi
tertentu (discreet) yang berasal dari bahan sasaran yang tertumbuk elektron. Jenis
spektrum discreet yang terjadi tergantung pada perpindahan elektron yang terjadi
dalam atom bahan. Sinar-X dapat diproduksi di dalam sebuah wadah (tabung) kedap
udara dengan cara memanaskan filamen sehingga mengeksitasikan elektronnya yang
kemudian diakselerasi (dipercepat) dengan listrik bertegangan tinggi sehingga
elektron memiliki energi kinetik yang tinggi.
Radiasi sinar-X dapat terjadi karena transisi elektron dari orbital yang
memiliki tingkat energi lebih tinggi menuju orbital dengan tingkat energi yang lebih
rendah dengan melalui tahapan yaitu ketika sebuah elektron yang terletak di kulit
bagian dalam terpental ke luar atom karena adanya berkas cahaya atau berkas

16
elektron dari luar. Kekosongan elektron ini selanjutnya digantikan oleh elektron dari
kulit yang lebih luar.

2.7 SEM-EDX
SEM-EDX didesain dalam memudahkan operasi SEM untuk mengobservasi
Gambar dengan baik, serta memudahkan operasi EDX untuk melakukan analisa
komposisi di dalam komponen material. Agar dapat menghasilkan hasil yang akurat,
analisis yang cepat, dan fungsi yang sesuai, maka perlu sistem harus diatur dalam
keadaan optimum, baik dalam parameter SEM maupun EDX. Dalam sistem
konvensional, SEM dan EDX merupakan unit yang tidak saling berhubungan.
Pertama, sampel diamati melalui SEM sehingga menghasilkan Gambar dengan
kondisi yang optimum, dan kemudian sampel diuji pada posisi yang sama agar
mampu menerima deteksi sinar X-Ray selama analisis EDX.
Berbeda pada sistem SEM-EDX, operasi cenderung lebih sederhana, dimana
area sampel dianalisa dengan SEM menghasilkan Gambar mikrostruktur sampel, dan
operasi dilanjutkan dengan menenakn tombol “mulai pengukuran”, maka analisis
EDX secara otomatis akan bekerja dan hasil pengukuran akan muncul di layar SEM.
Dengan kata lain, seluruh operasi, meliputi pengukuran EDX, dapat dikontrol saat
melakukan analisis SEM.

Gambar 2.9 Urutan operasi sistem SEM-EDX

17
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tahap Pendahuluan

Tahapan ini merupakan persiapan awal yang dilakukan sebelum penelitian


dengan tujuan mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan yaitu:
3.1.1 Persiapan Administrasi
Pada tahapan ini penulis mempersiapkan berkas-berkas administrasi sebagai
persyaratan dari jurusan dan fakultas sebelum melakukan penelitian.
3.1.2 Studi Pustaka
Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan studi literatur, yaitu
mempelajari berbagai referensi dari artikel, buku maupun jurnal penelitian
sebelumnya yang ada hubungannya dengan judul penelitian yang dipilih.

3.2 Tahap Penyajian Data

1. Penyusunan Laporan
Tahap penulisan laporan merupakan tahapan yang paling akhir dalam proses
yaitu penyusunan laporan. Tahap ini dilakukan dilokasi dan di Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

3.3 Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data berupa pembuatan rancangan tambang dan sequence


penambangan menggunakan software surpac 6.5.1 serta mengitung produktivitas alat
mekanis.
1. Preparasi sampel
Bijih nikel laterit, aditif natrium sulfida dalam bentuk serbuk dan reduktor
batubara antrasit masing-masing ditimbang dengan timbangan sesuai wt %
yang digunakan. Perhitungan volume menggunakan persamaan 2.1 dan
tonase menggunakan persamaan 2.2.
2. Proses reduktif selektif
Sampel yang telah berbentuk pellet ditimbang sebanyak 60 gram dimasukkan
kedalam crucible grafit, kemudian dilakukan proses reduksi didalam muffle

18
furnace. Reduksi dilakukan dengan variasi waktu 60 menit, 90 menit dan 120
menit serta variasi temperatur 950C, 1050C dan 1150C.
3. Separasi magnet.
Hasil reduksi kemudian dilakukan penimbangan dan proses separasi
magnetik yang akan menghasilkan konsentrat dan tailing. Proses magnetik
dilakukan secara manual dengan metode basah.
4. Pengujian XRD
Pengujian XRD (X-Ray Diffraction) bertujuan untuk mengetahui fasa
dominan penyusun dari bijih nikel laterit dan sampel hasil selektif reduksi.
Pengujian XRD untuk sampel awal bijih nikel laterit dan sampel hasil selektif
reduksi dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Lampung.
5. Pengujian mikrosop oktif
Pengujian Microscop Optic dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI) Lampung dengan melakukan preparasi sampel yang telah
direduksi untuk di mounting.
6. Pengujian SEM
sPengamatan dengan SEM EDX bertujuan untuk mengamati struktur mikro
dengan resolusi yang lebih baik, selain itu juga untuk mengamati keberadaan
fasa dengan lebih detail.

19
TAHAP PENDAHULUAN
1. Administrasi
2. Studi Pustaka/Literatur
3. Pengenalan Perusahaan

TAHAP PENGAMBILAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

1. Dokumentasi 1. Karakteristik XRF,


XRD
2. Data reduksi
3. Separasi magnetik

PENYUSUNAN LAPORAN
Penyusunan laporan kerja praktek ini
disusun berdasarkan format
penyusunan laporan Program Studi
Teknik Pertambangan FTI-UMI

SEMINAR
“PENINGKATAN KADAR NIKEL HASIL REDUKSI
SELEKTIF BIJIH NIKEL LATERIT KADAR
RENDAH DI PT VALE INDONESIA TBK”

Gambar 3.1 Bagan alir penelitian

20
BAB IV
RANCANGAN ANGGARAN BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan selama penelitian dari tahap
persiapan hingga penyusunan skripsi adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Rencana anggaran biaya penelitian
No. Keterangan Biaya (Rp)
1 Paket Data 200.000,-
Transportasi
2 640.000,-
(PP Makassar – Sorowako)
3 Kertas 50.000,-
4 Tinta Print 400.000,-
5 Konsumsi 250.000,-
6 Biaya Tak Terduga 300.000,-
Total 1.840.000.-

4.2 Jadwal Kegiatan


Rencana kegiatan penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Jadwal kegiatan penelitian

Januari 2024 Februari 2024 Maret 2024


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
1
Proposal
2 Seminar Proposal
4 Pengolahan Data
Penyusunan
5
Skripsi
6 Seminar Hasil
7 Seminar Tutup

21
DAFTAR PUSTAKA

Cahit, H., Selahattin, K., Necip G, Tolga Q, Ibrahim G, Hasan S, Osman P., 2017.
Mineralogy and genesis of the lateritic regolith related Ni-Co deposit of the
Çaldağ area (Manisa, western Anatolia), Turkey. Canadian Journal of Earth
Sciense.
Golightly, J, P., 1979. Nickeliferous Laterite Deposits, Economic Geology 75th
Anniversary Volume, 710-735.
Hasanuddin, D.,Karim dan Djajulit, A., 1999, Pemantauan Teknologi Penambangan
Bijih, Dir. P.U. PPTM, Bandung.
Kurniadi, A., Rosana, F. M., Yuningsih, T. E., Pambudi, L., 2017. Karakteristik
Batuan Asal Pembentukan Endapan Nikel Laterit Di Daerah Madang dan
Serakaman Tengah. Padjadjaran Geoscience Journal, 1(2).
Tonggiroh, A., Mustafa, M., Suharto, 2012. Analisis Pelapukan Serpentin dan
Endapan Nikel Laterit Daerah Pallangga Kabupaten Palangga Sulawesi
Tenggara
Syafrizal, 2011. Karakterisasi Mineralogy Endapan Nikel Laterit di daerah
Tinanggea Kabupaten Palangga Provinsi Sulawesi Tenggara. JTM. XVIII
(4/2011).
Sundari dan Woro., 2012, Analisis Data Eksplorasi Bijih Nikel Laterit Untuk
Estimasi Cadangan dan Perancangan PIT pada PT. Timah Eksplorasi Di Desa
Baliara Kecamatan Kabaena Barat Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi
Tenggara, Universitas Nusa Cendana: Kupa

Anda mungkin juga menyukai