13 67 1 PB PDF
13 67 1 PB PDF
ABSTRAK
Udang windu merupakan salahsatu produk perikanan yang istimewa, memiliki
aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi tinggi dan menempati posisi penting dan lebih
unggul dibandingkan jenis lainnya karena bisa mencapai ukuran besar dan dewasa ini
mempunyai nilai ekspor tinggi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu
bahan baku dan produk akhir udang windu (Penaeus monodon) dengan uji bakteri
Salmonella sp. dan uji organoleptik. Metode penelitian untuk uji bakteri Salmonella sp.
menggunakan teskip, sedangkan untuk uji organoleptik menggunakan uji skoring
(Scoring Test). Hasil Penelitian menunjukkan udang windu (Penaeus monodon) pada
bahan baku dan produk akhir di PT. Wahyu Pradana Bina Mulia adalah negatif (-)
Salmonella. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa nilai terendah bahan baku adalah
7,06 < µ < 7,95 pada pengamatan 1 dan nilai terendah produk akhir setelah dilelehkan
adalah 7,35 < µ < 7,96 pada pengamatan 1 dan 2. Berdasarkan data yang diperoleh,
maka disimpulkan udang windu (Penaeusmonodon) pada bahan baku dan produk akhir
di PT. Wahyu Pradana Bina Mulia masih memenuhi Standar Nasional Indonesia.
PENDAHULUAN
Secara garis besar, Indonesia seperti lisin, histidin, arginin, tirosin,
merupakan Negara Kepulauan di triptofan, dan sistein (Purwaningsih,
kawasan tropis yang terletak pada titik 1995).
silang antara Benua Asia dan Benua Dalam era globalisasi, tuntutan
Australia dan Samudera Hindia dan konsumen terhadap standar mutu
Samudera Pasifik. Indonesia diberkahi keamanan pangan dan produk
sumber daya perairan lautan dan perikanan semakin meningkat. Oleh
daratan yang sangat kaya akan flora karena itu walaupun permintaan dunia
dan fauna akuatik. terhadap impor produk perikanan terus
Salahsatu potensi perikanan meningkat, jalan kedepan cukup sulit
laut yang memiliki prospek yang sangat dan berliku. Tuntutan ini seiring dengan
cerah adalah udang terutama pada arah globalisasi perdagangan yang
udang windu. Udang windu merupakan terus mengedepankan pentingnya
salahsatu produk perikanan yang aspek mutu dan keamanan pangan,
istimewa, memiliki aroma spesifik dan sehingga perbaikan sistem pembinaan
mempunyai nilai gizi tinggi dan mutu sangat diperlukan untuk
menempati posisi penting dan lebih meningkatkan daya saing dan akses
unggul dibandingkan jenis lainnya pasar (Putro, 2006). Hal ini disebabkan
karena bisa mencapai ukuran besar dan karena produk perikanan merupakan
dewasa ini mempunyai nilai ekspor bahan pangan yang mudah busuk,
tinggi. Disamping itu, daging udang sehingga menuntut cara penanganan
banyak mengandung asam amino dan pengolahan yang cepat dan tepat
esensial yang penting bagi manusia,
36
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
agar mutu dan kesegarannya tetap analitik, plastik, lembar score sheet
prima. mutu organoleptik bahan baku dan
Salahsatu produk yang produk akhir udang beku. Bahan-bahan
dihasilkan dari produk olahan udang yang digunakan adalah : Bahan baku
segar dan produk hasil perikanan yang udang windu (Penaeus monodon), air,
mampu memberikan nilai tambah es, aquabides, media BPW (Buffered
adalah udang beku tanpa kepala (head Pepton Water)
less). Head less merupakan salahsatu
komoditi ekspor yang dapat B. Metode
mendatangkan devisa bagi negara Pengujian Bakteri Salmonella
dalam rangka persaingan dunia, maka Menimbang 25 gram sampel udang
faktor mutu, kesegaran bahan mentah windu (Penaeus monodon) tanpa
dan keutuhan bahan mentah dengan kepala, kemudian tambahkan 225 ml
harga jual yang tinggi perlu diperhatikan. media BPW (Buffered Pepton Water)
Usaha untuk memacu kemudian stomacher (blender) udang
peningkatan ekspor udang khususnya tersebut sampai larut selama 2 menit
udang beku, maka perlu adanya dengan 23 rpm. Kemudian larutan
beberapa perhatian yang menyangkut tersebut dimasukkan ke dalam
masalah mutu produk. Salahsatu erlenmeyer 250 ml dan diinkubasi
penyebab menurunnya mutu udang selama 24 jam + 2 jam dengan suhu 35
0
adalah sering terjadi kerusakan fisik C. Kemudian larutan tersebut di teskip
yang selalu diikuti dengan dengan memasukkan 0,1 ml larutan
terkontaminasinya udang, akibat udang dan 1 ml aquabides (setelah
penanganan udang yang kurang baik diinkubasi selama 24 jam + 2 jam
pada masa panen. Sebagai komoditi dengan suhu 350C), dikeringkan lalu
ekspor, keberhasilan pemasarannya dimasukkan ke dalam waterbath selama
sangat ditentukan oleh mutu. Oleh 24 jam + 2 jam. Kemudian diamati, jika
karena itu mutu perlu mendapat hasil teskip berwarna dasar kuning atau
perhatian utama. Hasil penelitian bintik hitam berarti positif (+) salmonella.
menunjukkan cara penanganan yang Selain dari warna tersebut, misalnya
kurang baik, telah mengakibatkan berwarna merah jambu berarti negatif (-)
terjadinya kontaminasi oleh bakteri salmonella.
penyakit dan kerusakan pasca panen Pengujian Organoleptik
sekitar25 – 30%. Hasil penelitian Uji organoleptik dilakukan
menunjukkan bahwa udang windu dengan menggunakan lembar penilaian
(Penaeusmonodon) yang baru saja (score sheet) dengan skala angka 1
dipanen dari tambak ternyata telah (satu) sebagai nilai terendah, angka 9
terkontaminasi oleh Salmonella (Putro, (sembilan) untuk nilai tertinggi dan
2007). Masalah ini sering menjadi angka 5 (lima) untuk batas penolakan.
penghambat dalam usaha industri
udang nasional dan diperkirakan HASIL DAN PEMBAHASAN
menjadi penyebab utama terjadinya Pengujian Bakteri Salmonella sp.
kasus penahan dan penolakan terhadap Pengujian Salmonella ini
ekspor udang Indonesia di luar negeri dilakukan untuk mengetahui adanya
(Putro, 2003). kontaminasi bakteri pada
udang/makanan, dimana bakteri ini
METODE PENELITIAN dapat menyebabkan adanya demam
A. Alat dan Bahan tipus. Gejala yang disebabkan oleh
Alat-alat yang bakteri ini adalah masa inkubasi 12 jam
digunakanpadapenelitianiniadalah : – 36 jam, pusing, muntah, sakit perut
Erlenmeyer 1000 ml dan 250 ml, bagian bawah dan diare.
stomacher, autoclave, hot plate, Dari hasil pengujian mikrobiologi
magnetik stirer, pipet mikro, waterbath, yaitu pengujian bakteri Salmonellayang
teskip, lemari pendingin, inkubator, diekspor oleh PT. Wahyu Pradana Bina
bunsen, alumunium foil, timbangan Mulia diperoleh hasil sebagai berikut :
37
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
38
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
39
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K., 2003, Budidaya Udang Windu
Secara Intensif, Agromedia
Pustaka, Jakarta.
Hadiwiyoto, S., 1993, Teknologi
Pengolahan Hasil Perikanan,
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Hariadi, S., 1994, Pengolahan Udang
Beku, Karya Anda, Surabaya.
Moelyanto, 1992, Pengawetan dan
Pengolahan Hasil Perikanan,
Penebar Swadaya, Jakarta.
Purwaningsih, S., 1995, Teknologi
Pembekuan Udang, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 2006,
Standar Nasional Perikanan (SNI
01-2332.2.2.2006) Penentuan
Salmonella, Badan Standarisasi
Nasional, Jakarta.
Standar Nasional Indonesia, 2006,
Udang Segar (SNI 01-2346-
2006), Departemen Pertanian,
Jakarta.
___________, 1992, Penanganan dan
Pengolahan Udang Mentah Beku
(SNI 01-2705.2-1992),
Departemen Pertanian, Jakarta.
Suyanto, S.R., dan Mujiman, 2003,
Budidaya Udang Windu, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Witjaksono dan Wiryanti, 2001, Dasar-
dasar Sistem Manajemen Mutu
Hasil Perikanan, Sekolah Tinggi
Perikanan, Jakarta.
40
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
ABSTRAK
Penelitian tentang uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol klika kelor (Moringa
oleifera Lam.) denganmetodeKLT-Bioautografi telah dilakukan.Penelitian ini bertujuan
untuk menentukan aktivitas antibakteri ekstrak etanol klika kelor (Moringa oleifera Lam.)
dengan metodeKLT-Bioautografi dan untuk menentukan golongan senyawa kimia dari
ekstrak etanol klika kelor (Moringa oleifera Lam.)yang memiliki aktivitas
antibakteri.Ekstraksi klika kelorsecara maserasidengan menggunakan cairan penyari
etanol 96%.Dilakukan pengujian awal skrining antibakteri kemudian dilanjutkan dengan
pemisahan senyawa secara KLT dengan eluen n-heksan:etil asetat (7:3) dan uji aktivitas
denganKLT-Bioautografi yang diinkubasi pada suhu 37 0C selama 1x24 jam kemudian
dilakukan identifikasi golongan senyawa kimia aktif dengan pereaksi semprot.Hasil
penelitian menunjukan bahwa ekstrak etanol klika kelor(Moringa oleifera Lam.) memiliki
aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis, Streptococcus mutans,
Salmonella typhi dan Bacillus subtilis pada nilai Rf 0,47, 0,40, 0,33, 0,25, 0,18 dan 0,09.
Hasil identifikasi golongan senyawa kimia yang aktif yaitu flavonoid, terpenoid, dan fenol.
Kata Kunci:Uji Aktivitas Antibakteri, Moringa oleifera Lam.,KLT-Bioautografi
41
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Bakteri ujidiinokulasikan
METODE PENELITIAN dengan cara digoreskan pada
A. Alat dan Bahan medium Nutrien Agar(NA) miring
Alat-alat yang digunakan adalah dan diinkubasi selama 1 x 24 jam
autoklaf, botol eluen, cawan porselin, pada suhu 37oC. Setelah itu dapat
cawan petri, corong, chamber, gelas digunakan sebagai mikroba uji
kimia, gelas ukur 50 ml, inkubator, (Mustary, dkk 2011).
Laminar Air Flaw, la mpu UV, oven, b. Pembuatan suspensi bakteri uji
penotol, penangas air, tabung reaksi Mikroba uji yang telah
dan wadah maserasi. diremajakan disuspensikan dengan
Bahan-bahanyangdigunakan larutan NaCl 0,9% dan dimasukkan
adalah air suling, klika kelor (Moringa kedalam kuvet, lalu diukur
oliefera Lam.), bakteri uji, dimetil transmitannya pada 25%
sulfoksida (DMSO), etanol, etil asetat, menggunakan spektrofotometer
heksan, lempeng KLT, NaCl 0,9%, dan dengan panjang gelombang 580
Nutrien Agar (NA). nm. Sebagai blangko digunakan
NaCl 0,9% steril (Mustary, dkk
B. Metode 2011).
1. Pengambilan sampel 5. Pengujian skrining antibakteri
Sampel berupa klika kelor, klika Ekstrak klika kelor (Moringa
adalah kulit bagian terluar dari tanaman oleifera Lam.) ditimbang sebanyak 100
tingkat tinggi yang berkayu, klika diambil mg lalu dilarutkan dengan DMSO
dari batang utama dan cabang.Sampel sebanyak 300 µl (0,3 mL). Setelah larut
klika kelor (Moringa oleifera Lam.) ditambahkan medium NA 9,7 mL
diperoleh di daerah sudiang permata sehingga diperoleh konsentrasi 10
raya di Kota Makassar Provinsi mg/mL. Campuran tersebut dituang ke
Sulawesi Selatan (Deniyati, 2016). dalam cawan petri lalu dihomogenkan
2. Pengolahan sampel dan dibiarkan memadat. Kontrol negatif
Bagian yang digunakan yaitu digunakan DMSO 0,3 mL. Bakteri yang
klika kelor.Klika kelor dicuci dengan air telah disuspensikan, masing-masing
mengalir sampai bersih lalu dipotong diambil menggunakan ose bulat dan
kecil-kecil. Dikeringkan dengan cara digoreskan di atas medium yang telah
dijemur dibawah sinar matahari dan memadat. Kemudian diinkubasi pada
diangin-anginkan di udara terbuka lalu suhu 37oC selama 24 jam untuk bakteri.
diserbukkan dan diekstraksi dengan Setelah itu diamati aktivitas antibakteri
etanol 96% dengan menggunakan yang ditandai dengan ada atau tidaknya
metode maserasi (Deniyati, 2016). pertumbuhan mikroba (Ridhoheni,
3. Ekstraksi sampel 2015).
Sampel klika kelor (Moringa 6. Pemisahan secara Kromatografi
oleifera Lam.) ditimbang sebanyak 200 Lapis Tipis (KLT)
g dimasukkan dalam wadah maserasi Lempeng KLT diaktifkan dengan
kemudian ditambahkan etanol 96% pemanasan dalam oven pada suhu
sebanyak 1100 mL, ditutup dan 100oC selama 30 menit sebelum
dibiarkan selama 3x24 jam pada digunakan.Ekstrak etanol klika kelor
temperatur kamar terlindung dari cahaya (Moringa oleifera Lam.) yang memiliki
sambil sesekali diaduk, lalu disaring. aktivitas antibakteri ditotolkan pada
Perlakuan maserasi diulang hingga 3 lempeng KLT ukuran 7x1 cm dengan
kali dengan menggunakan pelarut yang menggunakan pipa kapiler. Lalu dielusi
sama. Ekstrak yang diperoleh dengan menggunakan eluen n-heksan :
dikumpulkan lalu diuapkan dengan etil asetat (7:3). Lempeng dikeluarkan
rotaryevaporator sampai diperoleh dari chamber diangin-anginkan hingga
ekstrak kental (Deniyati, 2016). cairan pengelusinya menguap.
4. Penyiapan bakteri uji Kemudian kromatogram yang dihasilkan
a. Peremajaan bakteri uji diamati nodanya di bawah sinar UV
pada panjang gelombang 254 nm dan
42
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Tabel 2. Hasil skrining antibakteri ekstrak etanol klika kelor (Moringaoleifera Lam.)
terhadap beberapa bakteri uji.
Sampel SA SD SE SM ST BS EC PA VC
Ekstraketanol
- - + + + + - - -
Klika kelor
Keterangan :
SA = Staphylococcus aureus
SD = Shigella dysenteriae
SE = Staphylococcus epidermidis
SM = Streptococcus mutans
ST = Salmonella typhi
BS = Bacillus subtilis
EC = Escherichia coli
PA = Pseudomonas aeruginosa
VC = Vibrio colera
+ = Menghambat pertumbuhan bakteri
- = Tidak menghambat pertumbuhan bakteri
43
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Tabel 4.Hasil pengujian KLT-Bioautografi dari kromatogram ekstrak etanol klika kelor
(Moringa oleifera Lam.)
No Bercak Rf Warna pada penampak bercak Bakteri Uji
UV 254 UV 366 H2SO4
1 3 0,47 Hijau Merah muda Jingga
2 4 Hijau Merah muda Kuning SE, SM,
0,40
ST, BS
3 5 Hijau Merah muda Coklat SE, SM,
0,33
ST, BS
4 6 Hijau Merah muda Coklat SE, SM,
0,25
ST, BS
5 7 Hijau Merah muda - SE, SM,
0,18
ST, BS
6 8 Hijau Merah muda - SE, SM,
0,09
ST, BS
Keterangan :
SE = Staphylococcus epidermidis
SM = Streptococcus mutans
ST = Salmonella typhi
BS = Bacillus subtilis
44
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
45
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
46
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
1. Ekstrak etanol klika kelor (Moringa Gandjar, I.,G., Abdul Rohman. 2012.
oleifera Lam.) dapat menghambat Kimia Farmasi Analisi. Pustaka
bakteri uji yaitu Staphylococcus Pelajar. Yogyakarta.
Hart, H.,L.E. Craine, and D.J. Hart.
epidermidis, Streptococcus mutans,
2003. Organik Cremistry.Erlangga.
salmonella typhi dan Bacillus subtilis Jakarta. (JURNAL MIPA UNSARAT
pada nilai Rf 0,47, 0,40, 0,33, 0,25, ONLINE,1(1): p.1-4. Lumempouwa,
0,18 dan 0,09. L.I., E Suryantoa, and J.J.E.
2. Golongan senyawa yang Paendonga .2012.Aktivitas Anti UV-
memberikan aktivitas antibakteri B Ekstrak Fenolik dari Tongkol
secara KLT-Bioautografi yaitu Jagung (Zea Mays L.).)
Ikalinus Robertino, dkk. 2015. Skrining
flavonoid, fenolik dan terpenoid
Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit
yang dapat menghambat Batang Kelor (Moringa oleifera).
pertumhuhanbakteri Staphylococcus Fakultas Kedokteran Hewan.
epidermidis, Streptococcus mutans, Universitas Udayana. Bali.
salmonella typhi dan Bacillus subtilis Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2005.
pada nilai Rf 0,47, 0,40, 0,33, 0,25, Mikrobiologi kedokteran (medical
0,18, dan 0,09. microbiology). Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Jakarta.
SARAN
Jawetz, Melnick, dan Adelberg’s. 2007.
1. Untuk melengkapi data ilmiah
Mikrobiologi kedokteran (medical
sebaiknya dilakukan isolasi dan microbiology) edisi 23. Penerbit
identifikasi senyawa aktif yang Buku Kedokteran. Jakarta.
bersifat sebagai antibakteri dari Jonni MS, Sitorus M, Katharina dan
ekstrak etanol Klika kelor (Moringa Nelly. 2008. Cegah Malnutisi
oleifera Lam.) dengan kelor. Penerbit: Kanisius.
Yogyakarta.
2. Untuk melengkapi data ilmiah
Mustary Mardiyah, Natsir Djide M.,
sebaiknya dilakukan uji daya Mahmud Ilham, Hasyim Nursiah.
hambat ekstrak etanol Klika 2011. Uji Daya Hambat Dan Analisis
kelor (Moringa oleifera Lam.) Klt- Bioatorafi Perasan Buah Sawo
Manila (Achras Zapota Linn)
DAFTAR PUSTAKA Terhadap Bakteri Uji Salmonella
Cowan, M., 1999. Plant Product as Thyposa.Fakultas Farmasi
AntimicrobialAgent, Clinical Universitas Hasanuddin. Makassar.
Mikrobiology Review. Nugraha Aditya. 2013. Bioaktivitas
Deniyati.2016. Uji Toksisitas Akut (Moringa oleifera) Terhadap
Ekstrak Biji dan Klika Kelor (Moringa Eschericia coli Penyebab
Oleivera Lam.)Terhadap Larva Kolibasilosis Pada Babi.
Udang (Artemia salina Leach.) UDAYA.Denpasar.
dengan Metode Brine Shrimp Pratt DE dan Hudson BJF. 1990.
Lethalit Test (BST).Universitas Islam Natural Antioxidant Not Exploited
Makassar.Makassar. Commercially. Di dalam Food
antioxidant. Hudson, B.J.F (ed)
Dirjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Elservier Applied science, London.
Departemen Kesehatan Republik Ridhoheni Justan. 2015. Uji Aktivitas
Indonesia. Jakarta. Antifungi Ekstrak Akar Parang
Djide, N., Sartini. 2008. Analisis Romang (Boehmeria virgata(Frost)
Mikrobiologi Farmasi. Laboratorium Guill) Dengan Metode Klt-
Mikrobiologi Farmasi Fakultas Bioautografi. Fakultas Matematika
Farmasi Universitas Hasanuddin. dan Ilmu Pengetahuan Alam
Makassar. Program Studi Farmasi Universitas
Islam Makassar. Makassar..
47
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
48
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Jayadi, Zainuddin
Fakultas Farmasi, Universitas Indonesia Timur, Makassar
Email : Jayadi.jaharman@gmail.com
ABSTRAK
Telah dilakukan Penelitian tentang Studi Sistem Penyimpanan Obat di Gudang Obat
Puskesmas Batua Kota Makassar, dengan tujuan untuk mengetahui sistem penyimpanan
obat di gudang obat Puskesmas Batua Kota Makassar. Penelitian ini merupakan jenis
deskriptif yaitu dengan observasi langsung dan wawancara langsung dengan apoteker
pengelola dan apoteker pendamping gudang obat Puskesmas Batua Kota Makassar.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem penyimpanan obat di gudang obat
Puskesmas Batua Kota Makassar, belum sepenuhnya memenuhi standar penyimpanan
obat yang baik berdasarkan variabel observasi yang tidak mencapai 100 % yaitu sarana
dan prasarana penyimpanan obat 75 %, sarana dan prasarana keamanan gudang 87,5
%, pengaturan penyimpanan obat 88,89 % dan pengaturan tata letak ruang
penyimpanan 66,67 %.
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
terlihat dari lantai, dinding dan rak yang obat yang terdapat digudang terhindar
bersih. dari kadaluarsa. Sebagaimana tujuan
Pencatatan dan pelaporan data obat dari penyimpanan obat yang dilakukan
di Puskesmas merupakan kegiatan yaitu menjaga mutu persediaan obat.
dalam rangka penatalaksanaan obat- Pencatatan yang dilakukan pada saat
obatan secara tertib, baik obat-obatan pengeluaran obat dimulai dari pengisian
yang diterima, disimpan, didistribusikan kartu stok, pencatatan pada buku harian
dan digunakan di Puskesmas dan atau pengeluaran obat dan membuat surak
unit pelayanan lainnya. Tujuan bukti barang keluar untuk sub unit yang
pencatatan dan pelaporan adalah bukti membutuhkan dalam hal ini pencatatan
bahwa suatu kegiatan telah dilakukan, pada buku distribusi obat/alkes
sumber data untuk perencanaan perawatan inap/UGD. Ketiga dokumen
kebutuhan dan juga untuk pembuatan ini menampilkan data mengenai tanggal
laporan. (Dirjen Binfar dan Alkes, 2010) pengeluaran, nama obat/alkes, jenis
Pencatatan yang harus dilakukan obat dan jumlah obat yang dikeluarkan.
pada saat penerimaan obat adalah Hal ini sesuai dengan pedoman yang
pencatatan pada buku harian dibuat oleh Dirjen Bina Farmasi dan Alat
penerimaan obat, berfungsi sebagai Kesehatan (2010) yang menyebutkan
lembar kerja pencatatan penerimaan bahwa pada proses pengeluaran
obat. Berdasarkan hasil observasi dan terdapat dokumen pencatatan yang
wawancara diketahui kegiatan harus dibuat yaitu kartu stok, buku
penerimaan obat yang dilakukan oleh harian pengeluaran obat dan buku
petugas Puskesmas Batua meliputi distribusi obat/alkes perawatan
pemeriksaan terhadap kesesuaian obat inap/UGD.
yang datang (jumlah dan jenis) dengan Adapun dokumen-dokumen
barang yang dipesan, pemeriksaan penyimpanan obat yang perlu untuk
kemasan, tanggal kadaluarsa obat dan dilaporkan terdiri dari laporan
melakukan pencacatan pada buku pemakaian dan lembar permintaan obat
harian penerimaan obat dan kartu stok (LPLPO), laporan dokumen obat
obat. kadaluarsa dan laporan hasil stok
Pengeluaran obat dari gudang obat opname. Pelaporan dokumen-dokumen
dan kamar obat Puskesmas Batua tersebut dilakukan secara rutin oleh
selama jam kerja dilakukan setelah petugas gudang Puskesmas Batua.
adanya permintaan obat berupa resep Kegiatan pencatatan dan pelaporan
dari sub unit (perawatan inap/UGD) dokumen terkait penyimpanan obat di
yang membutuhkan obat, namun di luar gudang obat sudah berjalan dengan
jam kerja masing-masing sub unit baik.
menggunakan stok obat di ruangan, Dengan dilakukannya pelaporan
diperoleh dari permintaan obat yang diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi
dibuat. Stok obat dari masing-masing dan memberikan informasi yang akurat
sub unit selalu dimonitoring oleh mengenai kegiatan penyimpanan obat
apoteker pengolola melalui laporan sub sehingga memudahkan penelusuran
unit pelayanan obat yang dibuat setiap surat dan laporan, mendapat data atau
bulannya. Sistem pengeluaran obat laporan yang lengkap untuk membuat
yang dilakukan memperhatikan sistem perencanaan.
FIFO/FEFO. Pengeluaran dengan
memperhatikan sistem FIFO/FEFO
dimaksudkan agar setiap persediaan
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
55
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian isolasi dan Identifikasi komponen kimia tanin daun
tekelan (Chromolaena odorata (L) R.M.KING) yang berasal dari Mamuju. Daun tekelan
merupakan tanaman yang digunakan oleh masyarakat Mamuju yang dipercaya secara
empiris berkhasiat sebagai anti koagulan pada luka. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia tanin dari ekstrak daun tekelan mulai dari uji
pendahuluan sampai pada Kromatografi Lapis Tipis. Proses isolasi senyawa kimia
meliputi ekstraksi maserasi dengan pelarut etanol, fraksinasi dengan n-butanol, isolasi
dengan Kromatografi Lapis Tipis Preparatif serta uji kemurnian. Isolasi fraksi n-butanol
ekstrak daun tekelan Chromolaena odorata (L) R.M.KING) menggunakan eluen N-
heksan-etil asetat ( 7 : 3 ) menghasilkan 4 isolat yang dinamakan isolat A, B, C, dan D,
isolat dilanjutkan proses pemisahan dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dua
dimensi. Hasil kromatografi lapis tipis preparatif dan dua dimensi berupa isolat C
memberikan penampakan noda yang tunggal pada uji kemurnian sehingga dapat
dikatakan merupakan noda murni yang merupakan ciri dari senyawa tanin.
Kata kunci : Daun Tekelan (Chromolaena odorata (L) R.M.KING), Identifikasi, Tanin,
Ktomatografi Lapis Tipis.
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Tabel 3. Hasil identifikasi Kromatografi Deinstrop, etc., 2007). Cara ini umum
Lapis Tipis Dua Dimensi dari Fraksi B dilakukan pada pemisahan zat berwarna
dan C dengan Cairan Pengelusi n- seperti tanin.
hexan-etil asetat (7:3) Tanin merupakan komponen zat
Fraksi Arah Warna bercak pada UV organik derivat polimer glikosida
Elusi 254 nm yangterdapat dalam bermacam-macam
tumbuhan, terutama tumbuhan
B (Arah I) Hijau tua berkeping dua (dikotil). Ekstrak tanin
(Arah II) Hijau tua terdiri dari campuran senyawa polifenol yang
sangat kompleks dan biasanya tergabung
C (Arah I) Coklat kemerahan dengan karbohidrat rendah
(Arah II) Coklat kemerahan (Khanbabaee and Teunis, 2001).
Hasil identifikasi isolasi ekstrak n-
butanol dari daun tekelan (Chromolaena
Odorata (L) R.M. KING) secara
kromatografi lapis tipis preparatif
diperoleh 4 isolat yaitu A, B, C dan D.
setelah dilakukan pemurnian dengan
Fraksi B KLT 2 dimensi (Tabel 2).
Penggunaan kromatografi lapis tipis
2 dimensi dilakukan untuk lebih
Fraksi C memperjelas dan mempertegas
penampakan noda pada sampel
(Roman, A., 2007). Selain itu, 2 sistem
fase gerak sangat berbeda dalam hal ini
penggunaan pengelusi, dapat
digunakan secara berurutan sehingga
memungkinkan untuk melakukan
pemisahan analit yang mempunyai
Fraksi B tingkat kepolaran yang berbeda (Hahn-
Deinstrop, etc., 2007), sehingga dapat
Fraksi C menguatkan dugaan peneliti bahwa
noda yang muncul tersebut adalah
senyawa yang di identifikasi.
Berdasarkan dari Tabel 1 dan 2
dapat di lihat bahwa dari setiap langkah
tersebut dilakukan pemantauan di setiap
Gambar 2 : Kromatograpi Lapis Tipis perubahan warna pada sampel uji daun
Dua Dimensi (Arah I (a) dan Arah II (b)) tekelan (Chromolaena Odorata (L) R.M.
Fraksi B Dan C Menggunakan Cairan KING) baik secara kualitatif dengan
Pengelusi N-Hexan – Etil Asetat (7;3) menggunakan pereaksi maupun dengan
identifikasi menggunakan kromatografi
Pembahasan lapis tipis menggunakan fase gerak
Penelitian ini dilakukan untuk yang sesuai. Hasil identifikasi secara
mengetahui kandungan kimia pada kualitatif diperoleh hasil positif pada
daun tekelan (Chromolaena Odorata (L) penambahan pereaksi FeCl 3 yaitu
R.M. KING) berupa senyawa tanin berwarna coklat yang dapat dilihat pada
dengan metode kromatografi. Penelitian Gambar 1 yang menunjukkan adanya
terlebih dahulu dilakukan dengan kandungan senyawa kimia tanin.
pengambilan sampel daun tekelan Kromatografi lapis tipis dua
(Chromolaena Odorata (L) R.M. KING) dimensi dilakukan untuk mengetahul
dari Mamuju, Sulawesi Barat. isolat tersebut sudah murni atau tidak
Prinsip kromatografi adalah yang ditandai dengan adanya noda
pemisahan berdasarkan kecepatan zat- tunggal (Harborne, 1987). Hasil
zat terlarut yang berbegark bersama- pengujian…..menunjukkan terbentuknya
sama dengan pelarutnya (Hahn-
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Ayu Wandira, Hasyim Bariun,Yasnidar Yasir, St. Fauziah Noer, Anri Gunawan
Program Studi Farmasi FMIPA Universitas Islam Makassar
ABSTRAK
Penelitian tentang uji efek hipoglikemik ekstrak etanol biji petai cina terhadap
mencit jantan telah dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui konsentrasi
yang paling efektif terhadap efek hipoglikemik ekstrak etanol biji petai cina terhadap
mencit jantan. Metode yang digunakan yaitu maserasi dengan menggunakan pelarut
etanol 96% dan metode statistika dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap.
Penelitian ini menggunakan hewan uji mencit jantan sebanyak 18 ekor yang dibagi dalam
6 kelompok perlakuan. Mencit dipuasakan selama 4 jam sebelum perlakuan,
kemudian pengukuran kadar glukosa awal, setelah itu diinduksi dengan glukosa 10 mg
dan diukur kadar glukosa setelah induksi. Kelompok I diberi suspensi Na.CMC 10 mg
sebagai kontrol negatif, kelompok II, III, IV, dan V masing-masing diberikan perlakuan
suspensi ekstrak etanol biji petai cina 10 mg, 20 mg, 40 mg, dan 80 mg, kelompok VI
diberi suspensi dari tablet glibenklamid 6,8 mg sebagai kontrol positif. Pemberian
dilakukan peroral dengan volume pemberian 1 mL. Kemudian kadar glukosa darah
diamati setelah perlakuan dengan menggunakan glukometer. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ekstrak etanol biji petai cina (Leucaena glauca Bth.) dosis 10 mg,
20 mg,40 mg, 80 mg, mg/25 g BB mencit memiliki efek hipoglikemik bila dibandingkan
0,68 mg/25 g BB pada taraf kepercayaan 1 % uji lanjut Duncan.
Kata kunci: Biji Petai Cina (Leucaena glauca Bth.) Hipoglikemik, Mencit Jantan (Mus
musculus)
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) Syu’ara ayat 7 menggambarkan segala
merupakan hiperglikemia kronik disertai sesuatu yang baik bagi setiap objek
berbagai kelainan metabolik gangguan yang disifatinya. Tumbuhan yang baik
hormonal. Penyakit diabetes melitus adalah tumbuhan yang subur dan
memerlukan pengobatan jangka bermanfaat. Tumbuhan yang
panjang dan biaya yang mahal, bermacam-macam jenisnya dapat
sehingga perlu mencari obat anti digunakan sebagai obat berbagai
diabetes yang relatif murah dan penyakit dan ini merupakan anugerah
terjangkau oleh masyarakat. Salah satu Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang harus
pengobatan alternatif adalah dipelajari dan dimanfaatkan.
penggunaan obat tradisional yang Salah satu tanaman obat yang
mempunyai efek hipoglikemik. Tahun berpotensi menurunkan kadar glukosa
1980, WHO merekomendasikan agar darah penderita diabetes melitus (DM)
dilakukan penelitian terhadap tanaman adalah biji petai cina (Leucaena glauca
yang memiliki efek menurunkan kadar Bth). Setiap 100 g biji petai cina
glukosa darah karena pemakaian obat mengandung kalori sebesar 148 kalori;
modern kurang aman (Maulana, 2008; protein 10,6 g; lemak 0,5 g; hidrat arang
Moehyi, 1995). 26,6 g; kalsium 155 g; besi 2,2 mg;
Pengobatan dan tentang vitamin A; vitamin B1 0,23 mg. Petai
keindahan alam semesta yang dapat cina juga mengandung zat- zat aktif
dijadikan sebagai sumber pembuat alkaloid, saponin, flafonoid, alkohol,
obat-obatan dijelaskan dalam surah Asy lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
70oC), sambil diaduk dengan pengaduk melalui vena lateralis. Kelompok I diberi
elektrik hingga terbentuk larutan koloid larutan Na-CMC 10mg/25g BB sebagai
yang homogen dalam gelas piala kontrol negatif, kelompok II diberi
kemudian volumenya dicukupkan ekstrak etanol biji petai cina 10mg/25g
dengan air suling hingga 100mL dalam BB, kelompok III diberi ekstrak etanol biji
labu tentukur. petai cina 20mg/25g BB, kelompok IV
diberi ekstrak etanol biji petai cina
F. Pembuatan Suspensi Ekstrak 40mg/25g BB, kelompok V diberi
Etanol Biji Petai Cina ekstrak etanol biji petai cina 80mg/25g
Ekstrak biji petai cina untuk BB dan kelompok VI diberi suspensi
konsentrasi 1% mg/kg BB ditimbang 10 tablet glibenklamid6,8mg/25g BB
mg, kemudian digerus dalam lumpang sebagai kontrol posotif. Pengukuran
dan ditambahkan larutan koloidal Na- kadar glukosa darah dilakukan selama 6
CMC 1%,diaduk dan dihomogenkan kali dengan interval waktu 60 menit,
menggunakan megnetik stirer. Supensi yaitu pada menit ke-60, 120, 180, 240
ekstrak etanol biji petai cina dibuat cara dan 300 dengan menggunakan
yang sama untuk konsentrasi 1%, glukometer.
2%,4%dan 8%.
I. Pengambilan Cuplikan Darah
G. Pembuatan Larutan Glukosa 10% Cara pengambilan darahnya
b/v yaitu ekor mencit diusap dengan kapas
Ditimbang glukosa sebanyak 10 yang terlebih dahulu diberi alkohol 70%
gram, kemudian dimasukkan ke dalam lalu ekor mencit (vena lateralis)
labu tentukur 100 mL, lalu dilarutkan dipotongdengan menggunakan gunting
dengan air suling sebanyak 5mL, yang telah dibersihkan dengan alkohol
dikocok hingga larut kemudian 70%. Setelah itu ekor dipegang kuat-
dicukupkan volumenya hingga 100 mL kuat sampai keluar darah di ujung vena
dalam erlenmeyer. lateralis. Darah yang keluar kemudian
diteteskan ke strip glukometer.
H. Pemelihan dan Penyiapan Hewan Selanjutnya ujung vena lateralis tersebut
Uji diusap dengan kapas yang telah diberi
1. Pemilihan Hewan Uji alkohol 70% agar darah dari vena
Hewan uji yang digunakan lateralis tidak keluarlagi.
adalah mencit jantan dengan bobot 20-
25 g, sehat dan telah diadaptasikan J. Pengumpulan dan Analisis Data
untuk menyesuaikan dengan Data dikumpulkan berdasarkan
lingkungannya selama satu minggu. efek yang ditimbulkan dari hasil
2. Penyiapan Hewan Uji pengukuran kadar glukosa darah
Disiapkan 18 ekor mencit setelah pemberian kontrol positif ekstrak
jantan, yang dibagi dalam 6 kelompok etanol biji petai cina. Data yang
perlakuan. Masing-masing kelompok diperoleh kemudian diolah dengan
perlakuan terdiri dari 3 ekor mencit metode ANAVA menggunakan
jantan. rancangan acak lengkap (RAL).
3. Perlakuan terhadap Hewan Uji
Mencit jantan yang digunakan
18 ekor dibagi menjadi 6 kelompok, HASIL DAN PEMBAHASAN
masing-masing terdiri atas 3 ekor A. Hasil Penelitian
dilakukan secara acak. Mencit Sampel biji petai cina sebanyak
dipuasakan selama 3-4 jam, sebelum 200 gram diekstraksi dengan metode
perlakuan, diukur kadar glukosa darah maserasi menghasilkan ekstrak
puasa awal dengan cara mengambil sebanyak 14,67 gram. Hasil rendamen
darah melalui vena lateralis. Setelah itu ekstrak etanol biji petai cina yang
diberikan larutan glukosa 10% secara diperoleh dapat dilihat pada tabel 1.
oral sebanyak 1mL/30g BB dan 60
menit kemudian diambil lagi darah
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
Tabel 1. Hasil Rendamen Ekstrak Etanol Biji Petai Cina (Lucaena glauca Bth.)
Berat Sampel Rendamen
Sampel Berat Ekstrak (gram)
(gram) (%)
Hasil pengukuran kadar glukosa etanol biji petai cina dapat dilihat pada
darah mencit jantan (Mus musculus) tabel 2.
sebelum dan setelah pemberian ekstrak
Tabel 2. Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah Rata-Rata pada Mencit Jantan (Mus
musculus)
Rata-Rata Kadar GlukosaDarah (mg/dL)
Setelah Setelah perlakuan Penuruna
Klp Awal induksi n
60’ 120’ 180’ 240’ 300’
glukosa (%)
Keterangan:
Kelompok I : Suspensi Na CMC 10 mg
Kelompok II : Ekstrak Etanol Biji Petai Cina 10 mg
Kelompok III : Ekstrak Etanol Biji Petai Cina 20 mg
Kelompok IV : Ekstrak Etanol Biji Petai Cina 40 mg
Kelompok V :Ekstrak Etanol Biji Petai Cina 80 mg
Kelompok VI : Suspensi Tablet Glibenklamid (6,8 mg )
Grafik hasil pengukuran kadar glukosa darah mencit jantan (Mus musculus)
setelah dan sebelum pemberian ekstrak etanol biji petai cina dapat di lihat pada grafik di
bawah ini:
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
B. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan untuk tinggi dibandingkan dengan mencit
mengetahui penurunan kadar glukosa jantan yang mungkin dapat
darah atau efek hipoglikemik ekstrak mengganggu pada saat pengujian
etanol biji petai cina yang sebelumnya (Malole, 1989).
dipuasakan selama 3-4 jam dan setelah Sampel biji petai cina
itu diinduksikan dengan glukosa 1% diekstraksi menggunakan metode
untuk menaikkan kadar glukosa darah maserasi dengan pelarut etanol 96%.
mencit jantan. Menurut yayasan Digunakan etanol sebagai pelarut
pengembangan obat bahan alam phyto karena pada umumnya senyawa fenolik
medica (1993) bahwa keadaan diabetes mudah larut dalam pelarut organik
melitus dapat diinduksi dengan cara seperti etanol dengan air yang dapat
pankreaktomi dan pemberian zat kimia. meningkatkan senyawa fenolik. Metode
Dapat pula digunakan metode uji dan pelarut yang digunakan sesuai
toleransi glukosa, dimana tubuh dengan yang dilakukan pada penelitian
dibebani glukosa untuk mengetahui sebelumnya oleh Rosmini (2004)
kemampuan tubuh untuk menggunakan mengenai uji efek infus biji petai cina.
glukosa. Penelitian ini dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan metode uji toleransi glukosa secara oral,
hewan uji mencit jantan. Pemilihan dan menggunakan Rancangan Acak
jenis kelamin jantan lebih didasarkan Lengkap (RAL). Kadar glukosa darah
pada pertimbangan bahwa mencit pada hewan uji diperoleh dari ekor
jantan tidak mempunyai hormon masing-masing mencit yang diukur
estrogen, kalaupun ada hanya dalam dengan menggunakan alat glukometer
jumlah yang relatif sedikit. Kondisi (Easy Touch). Menurut Roche (2009)
hormonal pada mencit jantan lebih stabil menyatakan bahwa Penggunaan alat
jika dibandingkan dengan mencit betina glukometer merupakan salah satu
karena pada mencit betina mengalami contoh aplikasi pemeriksaan kadar
perubahan hormonal pada masa-masa glukosa darah, dimana strip
tertentu seperti pada masa siklus estrus, mengandung enzim pengoksidasi
masa kehamilan dan menyusui dimana glukosa yang akan bereaksi dengan
kondisi tersebut dapat mempengaruhi glukosa darah.
kondisi psikologis hewan uji tersebut. Data hasil penelitian dapat
Tingkat stress pada mencit betina lebih dilihat pada tabel 2 dan grafik 1.
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68
Jurnal FARBAL, Volume 5 Nomor 2, September 2017
68