Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN

METODE MULTI FACTOR PRODUCTIVITY MEASUREMENT MODEL (MFPMM)


DI PT. MARTINA BERTO

Eka Wulansari, Ir. Eka R. Kabul M.Sc


Jurusan Teknik Industri – Fakultas Teknik
Universitas Persada Indonesia YAI

Email : ewulansari20@gmail.com

Abstrak
Sebagai salah satu perusahaan kosmetik dalam negeri yang cukup bertahan di tengah
tantangan era perdagangan bebas ini, PT. Martina Berto dituntut untuk terus melakukan
perbaikan guna meningkatkan kinerja dan menghasilkan keuntungan yang optimal. Untuk itu
diperlukan pengukuran produktivitas untuk menentukan usulan strategi peningkatan
produktivitas di masa yang akan datang. Metode pengukuran produktivitas yang digunakan
pada penelitian ini adalah Multi Factor Productivity Measurement Model (MFPMM).
Pengukuran dilakukan pada bagian Dry Cosmetics PT. Martina Berto pada periode 2014 –
2015. Data output yang digunakan adalah jumlah produk bedak yang diproduksi bagian Dry
Cosmetics, sedangkan data input yang digunakan terdiri dari input bahan baku, tenaga kerja,
energi dan utilitas mesin.
Berdasarkan hasil penelitian, indeks produktivitas PT. Martina Berto sebesar 91,06%
pada periode yang diukur (periode 2). Angka indeks produktivitas ini mengalami penurunan
sebesar 8,94% dari periode dasar (periode 1). Hal ini menyebabkan perusahaan kehilangan
peluang mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 776.332.741. Usulan peningkatan
produktivitas dilakukan dengan cara mengidentifikasi permasalahan menggunakan fishbone
diagram dan metode Failure Mode Effects Analysis (FMEA). Pengendalian yang diusulkan
untuk meningkatkan produktivitas sesuai dengan nilai Risk Priority Number (RPN) tertinggi
adalah memperbaiki manajemen penjadwalan kerja dan mengoper karyawan yang berlebih ke
bagian yang loadnya tinggi, melakukan penghematan listrik dengan membuat penjadwalan
pemakaian mesin, serta memperbaiki manajemen bahan baku.

Kata kunci : Produktivitas, Profitabilitas, Multi Factor Productivity Measurement Model


(MFPMM) dan FMEA

Abstract
As one of the domestic cosmetic company that enough to survive amid the challenges
of this era of free trade, PT. Martina Berto is required to continue to make improvements in
order to improve the performance and yield optimal benefits. It required the measurement of
productivity and productivity improvement strategies proposed in the future. Productivity
measurement methods used in this study is a Multi Factor Productivity Measurement Model
(MFPMM). Measurements were made at the Dry Cosmetics PT. Martina Berto in the period
2014 - 2015. The output data that used is powder product from Dry Cosmetics division,
meanwhile input data used consisted of input raw materials, labor, energy and utility
machines.
Based on the research results, the index of productivity PT. Martina Berto amounted
to 91.06% in the period measured (period 2). Score this productivity index decreased by 8.94%
from the base period (period 1). This causes the company to lose the opportunity to benefit

1
from Rp. 776 332 741. Proposed increase in productivity is done by identifying problems use
fishbone diagram and method of Failure Mode Effects Analysis (FMEA). The proposed
control to improve productivity in accordance with the value of thehighest Risk Priority
Number (RPN) is to repair work scheduling management and hand over the excess
employees the to the other division that have high load work, to save electricity by scheduling
the use of the machine, as well as improve the management of raw materials.

Key words : Productivity, Profitability, Multi Factor Productivity Measurement Model


(MFPMM) dan FMEA

I. PENDAHULUAN Berto belum mempunyai metode


pengukuran produktivitas yang tepat dan
Memasuki era perdagangan bebas sistematis untuk memonitor dan
dengan pemberlakuan MEA (Masyarakat mengevaluasi keseluruhan produktivitas di
Ekonomi ASEAN) di tahun 2015, bagian produksinya. Perusahaan hanya
indonesia tidak dapat menutup diri bagi memperhatikan target produksi yang sudah
masuknya produk-produk impor yang akan ditetapkan agar dapat tercapai, dan
ikut bersaing memperebutkan pasar (Kina, perusahaan hanya menghitung keuntungan
2014). Kondisi persaingan yang semakin yang didapat dari hasil penjualan produk
ketat membuat setiap perusahaan berusaha sebagai indikator kinerja perusahaan,
untuk merencanakan dan mengembangkan sehingga ukuran produktivitas perusahaan
strategi guna memperbaiki kinerjanya dan belum dapat diketahui secara menyeluruh.
mempertahankan eksistensinya. Dalam hal Pengukuran produktivitas perusahaan
ini, perusahaan dituntut untuk terus akan menjadi sumber informasi yang
melakukan perbaikan di berbagai sektor bermanfaat dalam menentukan titik ukur
serta meningkatkan kinerjanya secara lebih bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh
efektif dan efisien sehingga dapat mana keberhasilan yang telah dicapai oleh
menghasilkan keuntungan optimal dan perusahaan dalam memanfaatkan sumber
mencapai tujuan yang diharapkan daya yang tersedia untuk menghasilkan
perusahaan. output yang diharapkan, dan juga untuk
Produktivitas menjadi sebuah kriteria mengetahui faktor-faktor input apa yang
penting yang harus diperhatikan dalam secara dominan mempengaruhi tingkat
persaingan yang begitu kompetitif. produktivitas perusahaan.
Keberhasilan suatu perusahaan dalam Salah satu metode yang dapat
menjalankan usahanya dapat dilihat dari digunakan untuk mengukur poduktivitas
bagaimana perusahaan tersebut adalah metode Multi Factor Productivity
menggunakan dan mengolah segala Measurement Model (MFPMM). Metode
sumber daya yang dimiliki (Mulyadi, ini digunakan untuk mengukur perubahan
2007). Semakin efisien sebuah produktivitas tenaga kerja, modal, bahan
perusahaan mengolah sumber daya yang baku, dan energi. Selain itu, metode ini
ada, maka semakin besar pula juga mengukur efek masing-masing input
perusahaan akan memperoleh laba yang terhadap profitabilitas bagi perusahaan
merupakan suatu keharusan bagi sebuah (Case, 2005). Oleh karena itu peneliti
perusahaan untuk menghadapi persaingan tertarik untuk melakukan pengukuran
antar industri sejenis (Siagian, 2006). produktivitas menggunakan metode Multi
PT. Martina Berto merupakan salah Factor Productivity Measurement Model
satu perusahaan yang bergerak dibidang (MFPMM) di PT. Martina Berto. Dari
kosmetik. Sampai saat ini PT. Martina hasil analisis produktivitas diharapkan

2
perusahaan dapat mengetahui input-input suatu organisasi perusahaan, antara lain
mana yang memberikan kontribusi sebagai berikut:
profitabilitas bagi perusahaan, dan input 1. Perusahaan dapat menilai efisiensi
mana yang menyebabkan terjadinya konversi sumber dayanya, agar dapat
penurunan tingkat produktivitas, sehingga meningkatkan produktivitas melalui
evaluasi dan perbaikan harus segera efisiensi penggunaan sumber-sumber
dilakukan agar perusahaan tidak daya itu.
mengalami kerugian di masa mendatang. 2. Perencanaan sumber-sumber daya akan
Berdasarkan latar belakang penelitian menjadi lebih efektif dan efisien
yang telah dikemukakan di atas, maka melalui pengukuran produktivitas, baik
permasalahan yang akan diangkat dalam dalam perencanaan jangka pendek
proposal penelitian ini adalah: maupun jangka panjang.
1. Bagaimana indeks produktivitas PT. 3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis
Martina Berto, Tbk? dari perusahaan dapat diorganisasikan
2. Bagaimana usulan untuk kembali dengan cara memberikan
meningkatkan produktivitas PT. prioritas tertentu yang dipandang dari
Martina Berto Tbk di masa sudut produktivitas.
mendatang? 4. Perencanaan target tingkat produktivitas
di masa mendatang dapat dimodifikasi
II. LANDASAN TEORI kembali berdasarkan informasi
pengukuran tingkat produktivitas
a. Pengertian Produktivitas sekarang.
Produktivitas didefinisikan sebagai 5. Strategi untuk meningkatkan
hubungan antara input dan output dalam produktivitas perusahaan dapat
suatu sistem produksi (Nasution, 2004). ditetapkan berdasarkan tingkat
Hubungan ini lebih umum dinyatakan kesenjangan produktivitas (productivity
sebagai rasio output dibagi input. Jika gap) yang ada diantara tingkat
lebih banyak output yang dihasilkan produktivitas yang direncanakan dan
dengan input yang sama, maka disebut tingkat produktivitas yang diukur,
terjadi peningkatan produktivitas. Begitu dalam hal ini pengukuran produktivitas
juga input yang lebih rendah dapat akan memberikan informasi dalam
menghasilkan output yang tetap, maka mengidentifikasi masalah-masalah atau
produktivitas dikatakan meningkat. perubahan-perubahan yang terjadi,
sehingga tindakan korektif dapat
b. Siklus Produktivitas diambil.
Sumanth (1984) memperkenalkan 6. Pengukuran produktivitas perusahaan
suatu konsep formal yang disebut sebaga akan menjadi informasi yang
siklus produktivitas untuk dipergunakan bermanfaat dalam membandingkan
dalam peningkatan produktivitas terus- tingkat produktivitas diantara organisasi
menerus. Ada 4 (empat) tahap siklus yang perusahaan industri sejenis serta
saling berkaitan dan berkesinambungan, bermanfaat pula untuk informasi
yaitu: produktivitas industri pada skala
1. Pengukuran Produktivitas nasional maupun global.
2. Evaluasi Produktivitas 7. Nilai-nilai produktivitas yang
3. Perencanaan Produktivitas dihasilkan dari suatu pengukuran dapat
4. Perbaikan Produktivitas menjadi informasi yang berguna untuk
merencanakan tingkat keuntungan dari
c. Manfaat pengukuran produktivitas perusahaan itu.
Menurut Gasperz (2000) beberapa 8. Pengukuran produktivitas akan
manfaat pengukuran produktivitas dalam menciptakan tindakan-tindakan

3
kompetitif berupa upaya-upaya faktor produktivitas parsial dan juga indeks
peningkatan produktivitas terus- produktivitas parsial dan multi faktor,
menerus. pemulihan harga dan profitabilitas. Fokus
9. Pengukuran produktivitas terus- dari model ini adalah untuk melacak
menerus akan memberikan informasi perubahan dalam produktivitas dan
yang bermanfaat untuk menentukan dan pemulihan harga dari waktu ke waktu dan
mengevaluasi kecenderungan memberikan informasi seperti apa faktor-
perkembangan produktivitas faktor yang menyebabkan perubahan ini.
perusahaan dari waktu ke waktu. (Photaranon, 2006)
10. Pengukuran produktivitas akan
memberikan informasi yang bermanfaat
dalam mengevaluasi perkembangan dan e. Diagram Fishbone & Tabel Failure
efektivitas dari perbaikan terus-menerus Mode & Effect Analysis (FMEA)
yang dilakukan perusahaan.
11. Pengukuran produktivitas akan Diagram fishbone adalah alat untuk
memberikan motivasi kepada orang- mengidentifikasi penyebab yang mungkin
orang untuk secara terus-menerus dari suatu masalah. Diagram fishbone atau
melakukan perbaikan dan juga akan diagram tulang ikan bertujuan untuk
meningkatkan kepuasan kerja. Orang- mencari faktor-faktor yang mungkin
orang akan lebih memberikan perhatian menjadi penyebab dari suatu masalah
kepada pengukuran produktivitas (sebagai akibat dari sebab-sebab yang
apabila dampak dari perbaikan terjadi). Setelah diketahui hubungan antara
produktivitas itu terlihat jelas dan sebab dan akibat dari suatu masalah, maka
dirasakan oleh mereka. tindakan pemecahan masalah akan mudah
12. Aktivitas perundingan bisnis secara ditentukan. Pembuatan diagram ini
kolektif dapat diselesaikan secara dilakukan melalui teknik sumbang saran.
rasional, apabila telah tersedia ukuran- Dalam pembuatan diagram, akibat atau
ukuran produktivitas. permasalahan digambarkan dalam bagian
kepala ikan, sedangkan faktor-faktor
d. Metode Multi Factor Productivity penyebab diletakkan sebagai tulang ikan
Measurement Model (MFPMM) (Kuswadi, 2004).
Pembuatan Tabel FMEA (Failure Mode
Multi-Factor Productivity Measurement & Effect Analysis) bertujuan untuk
Model (MFPMM) adalah model untuk mengidentifikasi dan menilai resiko-resiko
mengukur produktivitas pada tingkat yang berhubungan dengan potensi
organisasi dan fungsional yang berhubungan kegagalan. FMEA adalah suatu prosedur
dengan profitabilitas. Model ini terstruktur untuk mengidentifikasi dan
dikembangkan oleh American Productivity mencegah sebanyak mungkin mode
and Quality Center (APC) pada tahun 1977. kegagalan (failure mode) dengan skala
MFPMM merupakan metode komputerisasi prioritas. Hasil akhir dari FMEA adalah Risk
dan menggunakan pendekatan berbasis Priority Number (RPN) atau angka resiko
akutansi yang digunakan terutama untuk prioritas.(Rachmat, 2010). Pada dasarnya
mengukur dan mengevaluasi perubahan FMEA diadaptasi untuk kegagalan material
produktivitas, harga atau perbaikan harga dan perlengkapan, tetapi seiring dengan
dan tingkat profitabilitas pada perusahaan kebutuhan, FMEA dapat digunakan untuk
berdasarkan periode yang diukur. Model ini menganalisa kegagalan akibat kesalahan
secara otomatis akan membangun rasio manusia (human error) dan performa.

4
III. METODOLOGI PENELITIAN (input) yang mempengaruhi produktivitas
1. Studi Pendahuluan perusahaan dan dapat dijadikan dasar bagi
Pada tahap ini peneliti secara perusahaan dalam usahanya untuk
langsung mengamati kondisi lingkungan
meningkatkan produktivitas.
kerja di PT. Martina Berto, Tbk dengan
melakukan pengamatan dan juga
wawancara dengan manager produksi. 5. Tujuan Penelitian
Dari pengamatan yang telah dilakukan Tujuan dari penelitian ini adalah :
maka akan dikaji masalah yang ada, lalu 1. Mengukur indeks produktivitas PT.
menentukan tujuan untuk mencari solusi Martina Berto.
bagi pemecahan masalah tersebut. 2. Menentukan cara meningkatkan
produktivitas PT. Martina Berto
2. Studi Pustaka berdasarkan evaluasi produktivitas.
Studi pustaka merupakan tinjauan
literatur yang digunakan sebagai pedoman 6. Pengumpulan Data
dalam menganalisis objek penelitian. Teori Data yang diambil dalam penelitian
- teori yang digunakan meliputi konsep ini sebagai berikut:
dan teori tentang produktivitas serta
a. Data Primer
metode pengukuran indeks produktivitas
menggunakan Multifactor Productivity Data Primer merupakan data yang
Measurement Model (MFPMM). dikumpulkan secara langsung dari objek
yang diteliti untuk kepentingan studi.
3. Studi Lapangan Metode pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara dengan kepala bagian
Studi lapangan yang dilaksanakan
produksi dan maintenance serta
bertujuan untuk mengamati objek yang dokumentasi perusahaan. Data primer
akan diteliti, yaitu bagian produksi Dry yang diambil dalam penelitian ini meliputi:
Cosmetics di PT. Martina Berto. Dari studi 1. Data jumlah tenaga kerja
lapangan yang dilaksanakan tersebut 2. Data gaji tenaga kerja
nantinya diharapkan dapat diperoleh 3. Data hasil produksi
4. Data harga produk
gambaran tentang kondisi perusahaan yang
5. Data pemakaian energi listrik
dikaitkan dengan permasalahan dan (Kwh)
alternatif-alternatif pemecahan masalah 6. Data pemakaian utilitas air (m3)
yang dapat dilakukan. 7. Data jumlah bahan baku
8. Data harga bahan baku
4. Perumusan Masalah 9. Data biaya perawatan mesin dan
Pada tahap ini dimulai dengan spare parts
mengidentifikasi dan merumuskan
b. Data Sekunder
permasalahan yang ada, dimana
Data sekunder merupakan data yang
permasalahan dalam penelitian ini adalah
diperoleh/ dikumpulkan dan disatukan
PT. Martina Berto belum pernah oleh studi-studi sebelumnya atau yang
melakukan pengukuran produktivitas diterbitkan oleh berbagai instansi lain.
secara menyeluruh. Dengan dilakukan Data ini dibutuhkan untuk memberikan
pengukuran produktivitas menggunakan pemahaman mengenai keadaan
metode Multifactor Productivity perusahaan secara umum serta untuk
Measurement Model (MFPMM) ini membantu penelitian yang sesuai
dengan keadaan perusahaan. Data
diharapkan dapat diketahui faktor-faktor
sekunder yang dikumpulkan meliputi :

5
1. Company Profile c. Menghitung perubahan nilai karena
2. Struktur organisasi perusahaan terjadi perubahan kuantitas dan
3. Proses produksi harga (change in value)
4. Data upah minimum relatif (UMR) WCR value output
untuk asumsi gaji karyawan tidak ∑ ( )( )
tetap ∑ ( )( )
5. Data harga tarif dasar listrik WCR value input
6. Data harga tarif dasar air ∑ ( )( )
(progresif)
∑ ( )( )
7. Pengolahan Data Keterangan :
Berdasarkan data-data yang telah Oi1 = kuantitas produk di periode 1
terkumpul, maka data-data tersebut akan Oi2 = kuantitas produk di periode 2
diteruskan dengan proses pengolahan data, Pi1 = harga jual produk periode 1
sebagai berikut : Pi2 = harga jual produk periode 2
1. Perhitungan nilai (value) untuk masing- Qi1 = kuantitas kebutuhan tiap input
masing output dan input. periode 1
Rumus value output yaitu: Qi2 = kuantitas kebutuhan tiap input
periode 2
Dimana: J = value output Ci1 = biaya pemakaian tiap input
O = kuantitas tiap output periode 1
P = harga jual tiap output Ci2 = biaya pemakaian tiap input
Sedangkan rumus value input, yaitu: periode 2
3. Melakukan perhitungan cost to revenue
Dimana: I = value input ratio, yaitu rasio biaya pemakaian tiap
Q = kuantitas tiap input input terhadap pendapatan yang
C = biaya pemakaian tiap input diperoleh dari total output.
2. Perhitungan weighted change ratio, a. CRR periode 1
menunjukkan perubahan persentase dari
periode dasar ke periode yang diukur ∑
yang terdiri dari: b. CRR periode 2
a. Menghitung perubahan dalam
kuantitas (change in quantity)

WCR quantity output
∑ ( )( ) Keterangan:
Iij1 = value tiap input periode 1
∑ ( )( ) Iij2 = value tiap input periode 2
WCR quantity input Ji1 = value total output periode 1
∑ ( )( ) Ji2 = value total output periode 2
∑ ( )( ) 4. Melakukan perhitungan productivity
b. Menghitung perubahan dalam harga ratio, yaitu rasio produktivitas output
(change in price) terhadap input.
WCR price output a. PR periode 1
∑ ( )( ) ∑
∑ ( )( )
b. PR periode 2
WCR price input ∑ ( )( )
∑ ( )( )
∑ ( )( ) 5. Melakukan perhitungan weighted
performance indexes, yaitu indeks dari

6
perubahan rasio output atas input yang 46.710.576.409, kontribusi tertinggi
terdiri dari: berasal dari produk bedak padat brand
a. WPI produktivitas Caring Colours yaitu sebesar Rp.
23.782.341.450.
Hasil perhitungan nilai input
b. WPI pemulihan harga menunjukkan besarnya biaya yang
dikeluarkan atas penggunaan input.
Besarnya nilai input pada periode 1
c. WPI profitabilitas sebesar Rp. 39.731.308.350. Kontribusi
nilai dari penggunaan input tenaga kerja
sebesar Rp. 3.600.723.904 (7,36%);
input bahan baku sebesar Rp.
6. Tahap terakhir yaitu menghitung
35.444.315.703 (72,46%); input energi
Rupiah effect on profit (REP), yaitu
sebesar Rp. 385.344.255 (0,79%); dan
refleksi nilai uang dalam satuan rupiah
input utilitas mesin sebesar Rp.
dari weighted performance indexes
300.919.488 (0,62%). Besarnya nilai
yang terdiri:
input pada periode 2 lebih rendah dari
a. REP perubahan produktivitas
periode dasar dikarenakan adanya
= (value tiap input pada periode 1) x
perubahan kuantitas serta harga
(WCR quantity total output – WCR
sehingga menjadi Rp. 35.108.003.634.
quantity tiap input)
Kontribusi nilai dari penggunaan input
b. REP perubahan pemulihan harga
tenaga kerja sebesar Rp. 3.866.074.512
= REP perubahan profitabilitas –
(8,28%); input bahan baku sebesar Rp.
REP perubahan produktivitas
30.483.540.077 (65,26%); input energi
c. REP perubahan profitabilitas
sebesar Rp. 431.047.045 (0,92%); dan
= (value tiap input pada periode 1) x
input utilitas mesin sebesar Rp.
(WCR value total output – WCR
327.342.000 (0,70%).
value tiap input
2. Perhitungan WCR (Weighted
HASIL DAN PEMBAHASAN Change Ratio)
Nilai WCR (Weighted Change
1. Perhitungan nilai (value) masing- Ratio) untuk periode 2 disajikan dalam
masing input & output bentuk desimal pada tabel 1, namun
Hasil perhitungan nilai output pada diinterpretasikan dalam bentuk persen
periode 1 menunjukkan besarnya dengan nilai 100 pada periode dasar.
penerimaan yang diperoleh perusahaan Dampak dari WCR dapat dilihat pada
dari hasil penjualan produk sebesar Rp. tabel 2. Hasil perhitungan WCR secara
48.916.660.946. Kontribusi tertinggi keseluruhan menunjukkan adanya
berasal dari produk bedak padat brand kenaikan profitabilitas, yaitu meskipun
Caring Colours yaitu sebesar Rp. penerimaan perusahaan menurun
25.939.214.125. Nilai yang diperoleh sebesar 5% (=95-100), namun total
perusahaan pada periode 2 (periode biaya pemakaian input yang digunakan
yang diukur) lebih rendah dari periode untuk produksi mengalami penurunan
1 (periode dasar) yaitu sebesar Rp. sebesar 12% (=88-100).

7
Tabel 1. Data Hasil Perhitungan WCR (Weighted Change Ratio)
WCR (Weighted Change Ratio)
Quantity Price Value
Total Output 0.81 1.11 0.95
Total Tenaga Kerja 0.98 1.06 1.07
Total Bahan Baku 0.81 1.07 0.86
Total Energi 0.98 1.15 1.12
Total Utilitas Mesin 1.00 1.09 1.09
Total Input 0.82 1.07 0.88
Sumber : Pengolahan Data 2016

Tabel 2. Dampak WCR (Weighted Change Ratio)


WCR Change in Kolom Dampak
Quantity 7 Penurunan kuantitas output yang dihasilkan sebesar
19%, penurunan kuantitas input tenaga kerja yang
digunakan sebesar 2%, input bahan baku sebesar 19%,
input energi sebesar 2%, input utilitas mesin sebesar 0%
dan keseluruhan kuantitas total input mengalami
penurunan sebesar 18%.
Price 8 Kenaikan harga output sebesar 11%, kenaikan harga
input tenaga kerja sebesar 6%, kenaikan harga input
bahan baku sebesar 7%, kenaikan harga input energi
sebesar 15%, kenaikan harga input utilitas mesin sebesar
9% dan kenaikan harga keseluruhan total input sebesar
7%.
Value 9 Penurunan sebesar 5% untuk penerimaan dari hasil
output, kenaikan sebesar 7% untuk biaya pemakaian
input tenaga kerja, penurunan sebesar 14% untuk biaya
pemakaian bahan baku. Kenaikan 12% untuk biaya
pemakaian input energi dan 9% untuk pemakaian biaya
input utilitas mesin. Penurunan 12% untuk biaya
pemakaian keseluruhan input.

3. Perhitungan CRR (Cost to Revenue) Sedangkan jika rasio sama dengan 1, hal
ini mengindikasikan bahwa perusahaan
Hasil perhitungan CRR (Cost to Revenue dalam posisi tidak mendapatkan
Ratio) disajikan pada Tabel 3, namun keuntungan apapun. Namun, jika rasio
diinterpretasikan dalam bentuk persen dan lebih besar dari 1, hal ini menunjukkan
dibuat urutan sehingga dapat menunjukkan bahwa perusahaan berada dalam posisi
input dengan kontribusi besar dalam merugi dan harus mengambil langkah-
pemakaian biaya yang dikeluarkan oleh langkah perbaikan yang tepat karena jika
perusahaan. Mathur (2011) menjelaskan tidak perusahaan akan mengalami defisit
bahwa prinsipnya adalah semakin rendah dan dapat jatuh.
dari hasil dari cost to revenue ratio, maka Penggunaan biaya terbesar pertama
akan semaikin baik. Jika rasio kurang dari yaitu pada total input bahan baku dengan
1, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan biaya rata-rata pembelian sebesar 68,86%.
beroperasi di jalur yang menguntungkan. Hal ini disebabkan karena pemakaian

8
bahan baku merupakan unsur yang paling energi dan mesin jauh lebih kecil
besar pengaruhnya terhadap biaya dibandingkan pemakaian input lainnya.
produksi (Setyadi, 2010). Total input Hasil perhitungan total input rata-
tenaga kerja berada diurutan kedua dalam rata sebesar 78,19% dan menunjukkan
penggunaan biaya produksi dengan rata- bahwa periode 2 memiliki biaya
rata sebesar 7,82% dikarenakan kuantitas pemakaian yang lebih kecil dibandingkan
tenaga kerja disesuaikan dengan produk dengan periode 1 yaitu sebesar 75,16%,
serta biaya untuk pembayaran upah yang sedangkan periode 1 sebesar 81,22%. Hal
meningkat setiap tahunnya mengikuti ini disebabkan oleh penggunaan bahan
aturan UMR (Upah Minimum Relatif) baku yang menurun pada periode 2 karena
yang telah ditentukan pemerintah. Total menurunnya kuantitas output yang
input energi berada di berada di urutan dihasilkan. Hal ini bisa mempengaruhi
ketiga dengan rata-rata sebesar 0,86%. kenaikan atau penurunan profit yang akan
Total input utilitas mesin berada diurutan didapatkan oleh perusahaan. Menurut
keempat dengan rata-rata sebesar 0,66%. Utami (2002), rendahnya biaya
Hal ini disebabkan karena pemakaian input memungkinkan perusahaan mendapatkan
profit yang lebih tinggi.

Tabel 3. Data Hasil Perhitungan CRR (Cost to Revenue Ratio)


Variabel Periode 1 Periode 2 Rata-Rata Urutan
Total Tenaga Kerja 0.0736 0.0828 0,0782 2
Total Bahan Baku 0.7246 0.6526 0.6886 1
Total Energi 0.0079 0.0092 0.0086 3
Total Utilitas Mesin 0.0062 0.0070 0.0066 4
Total Input 0.8122 0.7516 0.7819 -
Sumber : Pengolahan Data 2016

4. Perhitungan Productivity Ratio periode dasar (=75,04 – 100). Total input


Hasil perhitungan productivity bahan baku pada periode 2 sebesar 93,48%
ratio dan indeks produktivitas dapat dilihat yang berarti bahwa produktivitasnya juga
pada tabel 4. Herjanto (2007) dalam menurun 6,52% dari periode dasar (93,48
Culturianingtyas (2013) menjelaskan – 100). Total input energi pada periode 2
bahwa dalam menghitung Indeks sebesar 71,99% yang menunjukkan
Produktivitas (IP), indeks pada periode penurunan produktivitas sebesar 28,01%
dasar diberi nilai 100, indeks periode lain dari periode dasar (=71,99 – 100). Total
dihitung dengan membandingkan rasio input utilitas mesin pada periode 2 sebesar
produktivitas pada periode dasar dan 74,03% yang juga menunjukkan
periode yang diukur dan dikalikan seratus penurunan 25,97% dari periode dasar
persen. Hasil perhitungan Indeks (=74,03 – 100). Penurunan komponen-
Produktivitas (IP) menunjukkan bahwa komponen input diatas menyebabkan total
seluruh input mengalami penurunan input keseluruhan mengalami penurunan
produktivitas. Indeks Produktivitas (IP) produktivitas sebesar 8,94% (=91,06 – 100)
input total tenaga kerja pada periode 2 karena Indeks Produktivitas (IP) total input
sebesar 75,04% yang berarti bahwa sebesar 91,06%.
produktivitasnya menurun 24,96% dari

9
Tabel 4. Data Indeks Produktivitas (Productivity Ratio)
IP Periode 2
Variabel Periode 1 (a) Periode 2 (b) IP Periode 1
=(b/a) x 100
Total Tenaga Kerja 13.58 10.19 100 75.04
Total Bahan Baku 1.38 1.29 100 93.48
Total Energi 126.94 91,39 100 71.99
Total Utilitas Mesin 162.56 120.34 100 74.03
Total Input 1.23 1.12 100 91.06
Sumber : Pengolahan Data 2016

5. Perhitungan WPI (Weighted Perubahan kedua nilai WPI (Weighted


Performance Indexes) Performance Indexes) tersebut
Hasil perhitungan WPI (Weighted mempengaruhi nilai performansi dari
Performance Indexes) terdiri dari WPI perubahan profitabilitas. WPI (Weighted
produktivitas, pemulihan harga dan Performance Indexes) perubahan
profitabilitas dari total input pada periode profitabilitas untuk total input
2 yang disajikan dalam bentuk desimal performansinya mengalam peningkatan
pada tabel 5 dengan nilai indeks 1 pada sebesar 8%. Hackman (2008) menjelaskan
periode dasar untuk memudahkan bahwa angka indeks > 1 menunjukkan
perbandingan. Selisih dari indeks periode 1 bahwa suatu input tersebut mengalami
dan periode 2 diinterpretasikan dalam peningkatan produktivitas dan
bentuk persen. WPI (Weighted berkontribusi dalam penambahan
Performance Indexes) produktivitas keuntungan kepada perusahaan.
berdasarkan kuantitas untuk total input Sebaliknya, angka indeks < 1
keseluruhan mengalami penurunan menunjukkan bahwa terjadi penurunan
performansi sebesar 2%, tetapi kenaikan produktivitas sehingga menyebabkan
performansi terlihat pada WPI (Weighted pengurangan kontribusi keuntungan
Performance Indexes) pemulihan harga kepada perusahaan.
memberikan nilai tambah sebesar 4%.

Tabel 5. Data WPI (Weighted Performance Indexes) Total Input


IP Periode 2 terhadap1
WPI Periode 1 (a) Periode 2 (b)
=(b-a) x 100
Produktivitas 1 0,98 -2
Pemulihan Harga 1 1.04 4
Profitabilitas 1 1,08 8
Sumber : Pengolahan Data 2016

6. Perhitungan REP (Rupiah Effect on masalah serius pada REP produktivitas


Profit) berdasarkan perubahan kuantitas dan
REP (Rupiah effect on Profit) mempengaruhi REP profitabilitas
berkaitan dengan nilai dari WPI (Weighted berdasarkan perubahan nilai. Nilai REP
Performance Indexes). Hasil perhitungan produktivitas total input secara
REP dapat dilihat pada tabel 6. REP total keseluruhan menunjukkan bahwa
input keseluruhan yang menunjukkan perusahaan mengalami pengurangan
bahwa REP berdasarkan perubahan harga keuntungan sebesar Rp. 776.332.741.
memiliki hasil yang baik, tetapi terdapat

10
Pengurangan keuntungan ini pemakaian input yang dimasukkan ke
disebabkan oleh REP produktivitas semua dalam bentuk harga output yang lebih
input yang bernilai negatif. Terjadi tinggi masih memberi peluang bagi
penurunan produktivitas pada semua input, perusahaan untuk mendapat keuntungan.
dimana input tenaga kerja yang paling Perubahan kuantitas dan harga juga
berkontribusi besar terhadap pengurangan mempengaruhi penambahan atau
keuntungan perusahaan karena kuantitas pengurangan keuntungan yang akan
input peningkatannya lebih besar daripada diterima oleh perusahaan. Hal ini dapat
peningkatan output yang dihasilkan dari dilihat dari REP profitabilitas berdasarkan
penggunaan tenaga kerja tersebut. Nilai perubahan nilai yang menunjukkan
REP berdasarkan perubahan harga untuk menunjukkan perusahaan mendapatkan
total input menunjukkan bahwa peluang keuntungan sebesar Rp.
perusahaan berpeluang mendapatkan 2.831.464.127 karena nilai positif pada
keuntungan sebesar Rp. 3.607.796.868 REP pemulihan harga yang dapat
pada pemulihan harga walaupun terjadi menutupi nilai negatif pada REP
perubahan (kenaikan) biaya untuk produktivitas (profitabilitas = produktivitas
keseluruhan pemakaian input. Hal ini + pemulihan harga).
menunjukkan bahwa kenaikan biaya

Tabel 6. REP (Rupiah Effect on Profit) Total Input


Produktivitas (Rp) Pemulihan harga (Rp) Profitabilitas (Rp)
Input Tenaga Kerja -644,108,138 216,369,068 -427,739,070
Input Bahan Baku -16.698.194 3.378.976.390 3.362.279.196
Input Energi -65.420.342 2.338.974 -63.081.368
Input Utilitas Mesin -51.063.749 -10.641.704 -63.081.368
Total Input -776.332.741 3.607.796.868 2.831.464.127
Sumber : Pengolahan Data 2016

7. Identifikasi Permasalahan Produktivitas Diagram. Penentuan penyebab rendahnya


Identifikasi permasalahan produktivitas dilakukan dengan melakukan
produktivitas dilakukan untuk mengetahui wawancara dan brainstorming dengan
penyebab productivity ratio atau indeks Manajer Produksi dan Supervisor/Staff
produktivitas (IP) di bagian produksi Dry Departemen terkait. Hasil identifikasi
Cosmetics PT. Martina Berto Tbk permasalahan dapat dilihat pada gambar 1.
menurun. Identifikasi dilakukan dengan
menggunakan alat analisis Fishbone
Bahan Baku Tenaga Kerja

Kualitas bahan baku Karyawan menganggur


Kurang baik Saat jam kerja

Produk cacat harus Pemborosan biaya


Diperbaiki kembali Tenaga kerja
Produktivitas Menurun

Pemakaian energi listrik tinggi dan Biaya maintenance


harga TDL meningkat mesin meningkat

Mesin harus dalam Mesin menyala saat


Kondisi stand by Tidak melakukan
Proses produksi
Energi Utilitas mesin

Gambar 1. Diagram Fishbone Penyebab Penurunan Produktivitas

11
Berdasarkan gambar 1 dapat Penyebab rendahnya produktivitas
diketahui bahwa penyebab menurunnya pada input energi disebabkan karena
tingkat produktivitas pada input bahan tingginya pemakaian energi listrik dan
baku yaitu kualitas bahan baku yang harga tarif dasar listrik (TDL) yang
kurang baik sehingga menyebabkan meningkat. Konsumsi pemakaian energi
banyaknya produk cacat yang harus listrik tinggi dikarenakan mesin harus tetap
diperbaiki kembali. Pada kasus di bagian dalam kondisi stand by walaupun tidak
dry cosmetics, seringkali produk bedak memproduksi produk karena bagian
ruahan yang dihasilkan tidak lolos pada produksi harus siap berjalan pada kondisi
saat uji inspeksi QC karena tidak apapun, karena seringkali harus melakukan
memenuhi spesifikasi pada pemeriksaan kegiatan produksi yang mendadak.
warna dan uji homogenitas akibat kualitas Penyebab rendahnya produktivitas utilitas
bahan baku yang kurang baik. Pada faktor mesin disebabkan karena biaya
input tenaga kerja, penyebab rendahnya maintenance mesin yang meningkat. Hal
produktivitas akibat karyawan ini masih terkait dengan permasalahan
menganggur saat jam kerja. Jumlah tenaga produktivitas pada input energi, dimana
kerja yang berlebihan dapat menyebabkan mesin menyala saat tidak melakukan
pemborosan tenaga kerja sehingga dapat proses produksi sehingga umur mesin akan
mengurangi keuntungan yang diperoleh cepat menurun sehingga memerlukan
perusahaan. biaya maintenance yang cukup besar.

8. Usulan Peningkatan Produktivitas mesin meningkat serta produk cacat yang


dengan FMEA harus diperbaiki kembali. Bentuk
Perbaikan produktivitas perlu kegagalan yang mempunyai nilai RPN
dilakukan untuk menentukan tindakan tertinggi harus diberikan prioritas tindakan
nyata yang dapat dilakukan perusahaan korektif (Adi dkk, 2011).
untuk meningkatkan produktivitas dan Pengendalian yang diusulkan untuk
profitabilitas. Metode Failure Mode mengurangi karyawan menganggur saat
Effects Analysis (FMEA) digunakan untuk jam kerja adalah melakukan manajemen
mengevaluasi bentuk kegagalan yang penjadwalan kerja dan perencanaan kerja
dapat terjadi. Perusahaan mengalami guna menghindari pemborosan jam kerja.
kegagalan mengelola input-input pada Oleh karena itu, jumlah tenaga kerja di
bagian produksi sehingga menyebabkan setiap stasiun kerja bagian Dry Cosmetics
produktivitas menurun. Identifikasi dan target produksi harian harus dibuat
kegagalan potensial dilakukan dengan cara dengan terperinci untuk lebih
pemberian nilai atau skor pada masing- mengefisiensi tenaga kerja yang ada.
masing mode kegagalan berdasarkan atas Usulan lain untuk mengatasi pemborosan
tingkat keparahan (severity), tingkat jam kerja karena banyaknya karyawan
keterjadian (occurance), dan tingkat yang menganggur di bagian Dry Cosmetics
deteksi (detection). Selanjutnya nilai Risk adalah dengan mengoper karyawan ke
Priority Number (RPN) diberi peringkat bagian lain yang load pekerjaannya sedang
(Adi dkk, 2011). Tabel hasil FMEA dapat tinggi seperti bagian Lipstik, Herbal dan
dilihat pada tabel 7. Liquid.
Berdasarkan Tabel 5 dapat Penghematan energi listrik dengan
diketahui bahwa nilai Risk Priority melakukan penjadwalan pemakaian mesin
Number (RPN) dari peringkat (rank) akan lebih efektif jika adanya koordinasi
tertinggi adalah pada kesalahan karyawan antara bagian Distribution Center, Gudang
menganggur saat jam kerja dengan nilai (warehouse) dan bagian produksi
RPN 100. Kemudian secara berturut-turut mengenai masalah kegiatan produksi
kesalahan yang mempengaruhi adalah mendadak guna memenuhi permintaan
pemakaian energi listrik tinggi dan tarif produk agar mesin tidak harus selalu
dasar listrik meningkat, biaya maintenance dalam kondisi stand by dan hanya

12
dinyalakan saat melakukan proses kualitas bahan baku. Perlu dilakukan
produksi. pemilihan supplier bahan baku dengan
Tindakan koreksi selanjutnya yang seksama agar kualitas bahan baku lebih
diusulkan kepada perusahaan untuk terjamin. Pengontrolan rutin terhadap
mengatasi adanya produk cacat yang harus bahan baku yang ada digudang dan
diperbaiki kembali akibat kualitas bahan pemantauan suhu serta kelembapan udara,
baku yang jelek adalah memperbaiki harus terus dilakukan dengan ketat guna
manajemen bahan baku. Manajemen bahan menjaga kualitas bahan baku produk dry
baku perlu diperbaiki untuk meningkatkan cosmetics.

Tabel 5. Tabel Failure Mode Effects Analysis (FMEA) Penyebab Rendahnya Produktivitas

Efek Nilai
Sebab Modus Pengendalian
Model Kegagalan Potensial
Kegagalan RPN Rank yang
Potensial Modus O S D
Potensial diusulkan
Kegagalan

Produk cacat yang Penggunaan


Kualitas bahan Manajemen
harus diperbaiki jam kerja 4 3 2 24 4
baku rendah bahan baku
kembali tidak efisien
Manajemen
penjadwalan
kerja;
Karyawan Jumlah tenaga Pemborosan
Mengoper
menganggur saat kerja yang biaya tenaga 5 5 4 100 1
karyawan ke
jam kerja berlebihan kerja
bagian lain
yang loadnya
tinggi
Pemakaian energi
Mesin harus
listrik tinggi dan Pemborosan Penghematan
dalam kondisi 5 4 4 80 2
harga TDL biaya energi listrik
stand by
meningkat
Mesin menyala
Harga jam Penjadwalan
Biaya maintenance saat tidak
mesin 5 4 3 60 3 pemakaian
mesin meningkat melakukan
meningkat mesin
produksi

KESIMPULAN peluang mendapatkan keuntungan sebesar


1. Nilai indeks produktivitas bagian Dry Rp. 776.332.741
Cosmetics PT. Martina Berto, Tbk pada 2. Usulan untuk meningkatkan produktivitas
periode yang diukur (periode 2) sebesar di bagian Dry Cosmetics PT. Martina
91,06%. Nilai indeks produktivitas ini Berto, Tbk dapat dilakukan dengan
mengalami penurunan sebesar 8,94% dari melakukan perbaikan pada kegagalan
periode dasar (periode 1). Hal ini potensial sesuai dengan prioritasnya
menyebabkan perusahaan kehilangan berdasarkan nilai RPN tertinggi yang
menyebabkan indeks produktivitas

13
menurun, yaitu dengan memperbaiki penghematan listrik dengan membuat
manajemen penjadwalan kerja dan penjadwalan pemakaian mesin, serta
mengoper karyawan yang berlebih ke memperbaiki manajemen bahan baku.
bagian yang loadnya tinggi, melakukan

DAFTAR PUSTAKA
1. Adi I., Jabbar A., dan Elisabeth G. McGraw Hill Education Private
2013. Aplikasi Metode Taguchi Limited
Analysis dan Failure Mode and Effect 10. Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan
Analysis (FMEA) untuk Perbaikan dan Pengendalian Manajemen Edisi 3
Kualitas Produksi di PT. XYZ. Jurnal Koran. Jakarta: Salemba Empat
Teknik Industri 2(2): 13-18. 11. Nasution, M.N. 2004. Manajemen Jasa
2. Case, K. 2005. Advances in Terpadu. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia
Manufacturing Technology VIII: 12. Phusavat, K dan W. Photaranon. 2006.
Proceeding of the Tenth National. Productivity/ Performance
London: Taylor & Francis e-Library Measurement (Case Application at the
3. Culturianingyas, Yolanda. 2013. Government Pharmaceutical
Analisis Produktivitas dengan Metode Organization). Industrial Management
Multi Factor Productivity & Data Systems
Measurement Model (MFPMM). 13. Rachmat F, Tedjo S, dan Ali A. 2010.
Malang: Jurnal Teknologi Industri Perbaikan Proses Produksi Muffer
Pertanian Universitas Brawijaya dengan Metode FMEA pada Industri
4. Gaspersz, Vincent. 2000. Manajemen Kecil Sidoarjo. Jurnal Teknologi 5(1):
Produktivitas Total. Jakarta: PT. 83-88.
Gramedia Pustaka Utama 14. Setyadi, A.A. 2010. Analisis
5. Hackman, S.T. 2008. Production Produktivitas PG Ngadirejo dengan
Economics: Integrating the Metode Multi Factor Productivity
Microeconomic and Engineering Measurement Model (MFPMM).
Perspectives. London: Springer Malang: Skripsi Universitas Brawijaya
6. Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi 15. Siagian, Sondang. P. 2006. Sistem
Edisi 3. Jakarta: Grasindo Informasi Manajemen. Jakarta: Bumi
7. Kuswadi dan Ema M. 2004. Delapan Aksara
Langkah dan Tujuh Alat Statistik untuk 16. Sumanth, David J. 1984. Productivity
Peningkatan Mutu Berbasis Komputer. Engineering and Management. New
Jakarta: PT Elex Media Komputindo York: McGraw Hill
8. Majalah KINA (Karya Indonesia) Edisi 17. Utami, C.W. 2002. Peningkatan Nilai
01. 2014. Produk Kosmetika Indonesia Perusahaan melalui Perbaikan
Unggul Hadapi MEA 2015. Jakarta: Produktivitas dan Kualitas Pada
Kementrian Perindustrian Indonesia. Sektor Jasa Sebuah Analisis
9. Mathur, S. 2011. Accounting for Konseptual. Jurnal Manajemen
Management. New Delhi: Tata Kewirausahaan 4(1): 56-64

14

Anda mungkin juga menyukai