Anda di halaman 1dari 5

Nama : Almira Cahya Secunda

Nim : F1319004
Prodi/Kelas : S1 Akuntansi Transfer/ A

AKAD-AKAD DALAM PERBANKAN SYARIAH

Akad adalah kontrak antara dua belah pihak yang saling mengikat, yakni masing-masing
pihak terikat untuk melaksanakan kewajiban mereka masing-masing yang telah disepakati terlebih
dahulu. Dalam akad, bila salah satu atau kedua belah pihak yang terikat dalam kontrak itu tidak
dapat memenuhi kewajibannya, maka akan menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam
akad. Akad dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Akad Jual Beli


Akad dengan menyatakan harga perolehan (harga beli) dan keuntungan (margin) yang
disepakati di awal oleh bank selaku penjual dan nasabah selaku pembeli. Contoh :
pembiayaan KPR.
Akad jual beli dibagi menjadi :
a. Akad Murabahah
Akad jual beli dimana Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam perbankan murabahah
selalu dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam
transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran dilakukan
secara tangguh/cicilan.
b. Akad Salam
Akad Pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang
dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.Ketentuan umum
Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:

 Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, ukuran, mutu dan jumlahnya.
 Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai akad maka nasabah
(produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengambilkan dana
yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
 Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad
salam kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti BULOG, pedagang pasar induk
atau rekanan. Mekanisme seperti ini disebut sebagai paralel salam.

c. Akad Istishna’
Akad Pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli
(mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’). Akad pembiayaan ini menyerupai
akad salam, tapi dalam akad istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank
dengan beberapa kali (termin) pembayaran. Ketentuan umum Pembiayaan Istishna'
adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam ukuran, mutu dan
jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam akad Istishna' dan tidak
boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari kriteria pesanan dan
terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya tambahan tetap
ditanggung nasabah.
2. Akad Bagi Hasil
Adalah akad antara orang-orang yang berserikat dalam hal modal dan keuntungan. Akad
ini dapat terjadi antara bank dengan satu pihak atau lebih dimana masing-masing pihak
menyetorkan modal dengan porsi tertentu sesuai dengan kesepakatan. Contoh :
pembiayaan properti.
Akad bagi hasil dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Akad Musyarakah
Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang
masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan
porsi dana masing-masing. Ketentuan umum akad musyarakah adalah sebagai berikut:
 Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyawarah dan dikelola
bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan
kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya
untuk menjalankan proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan tindakan
seperti: menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi, menjalankan proyek
musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya, memberi
pinjaman kepada pihak lain.
 Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila menarik diri dari
perserikatan, meninggal dunia, menjadi tidak cakap hukum.
 Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus
diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan sedangkan
kerugian dibagi sesuai dengan porsi kontribusi modal.
 Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati
untuk bank.

b. Akad Mudharabah
Akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Bank
Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau
Nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha
sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Akad, sedangkan kerugian
ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua melakukan
kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian. Ketentuan umum akad
mudharabah adalah sebagai berikut:
 Jumlah modal yang diserahkan kepada nasabah selaku pengelola modal harus
diserahkan tunai, dan dapat berupa uang atau barang yang dinyatakan nilainya dalam
satuan uang. Apabila modal diserahkan secara bertahap harus jelas, tahapannya dan
disepakati bersama.
 Hasil dari pengelolaan modal pembiayaan mudharabah dapat diperhitungkan dengan
cara, yakni: perhitungan dari pendapatan proyek (revenue sharing), perhitungan dari
keuntungan proyek (profit sharing).
 Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan atau waktu
yang disepakati. Bank selaku pemilik modal menanggung seluruh kerugian kecuali
akibat kelalaian dan penyimpangan pihak nasabah, seperti penyelewengan,
kecurangan dan penyalahgunaan dana.
 Bank berhak melakukan pengawasan terhadap pekerjaan namun tidak berhak
mencampuri urusan pekerjaan/usaha nasabah. Jika nasabah cidera janji dengan
sengaja, misalnya tidak mau membayar kewajiban atau menunda pembayaran
kewajiban, maka ia dapat dikenakan sanksi administrasi.Jasa Perbankan Syariah.
3. Akad Jasa Lainnya
a. Akad Wadi’ah
Akad penitipan barang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan
pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan,
serta keutuhan barang atau uang.
b. Akad Qardh
Akad pinjaman dana kepada Nasabah dengan ketentuan bahwa Nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.
c. Akad Ijarah
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan barang itu sendiri.
d. Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan
barang.
e. Akad Hawalah
Akad pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib
menanggung atau membayar.
f. Akad Rahn
Akad menggadaikan barang dari satu pihak kepada pihak yang lain, dengan uang
sebagai gantinya. Akad ini digunakan sebagai akad tambahan pada pembiayaan yang
berisiko dan memerlukan jaminan tambahan. Lembaga keuangan tidak menarik
manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang tersebut.
g. Akad Kafalah
Akad jaminan satu pihak kepada pihak lain. Dalam lembaga keuangan biasanya
digunakan untuk membuat garansi atas suatu proyek (performance bond), partisipasi
dalam tender (tender bond) atau pembayaran lebih dulu (advance payment bond).

Anda mungkin juga menyukai