Anda di halaman 1dari 4

MEDIA DAN BUDAYA

“Abdi Dalem Sebagai Pelaku Budaya dan Seni ”

Disusun oleh :

Muhammad Iqbal Rasyid A (17148127)

PRODI TV DAN FILM


FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA
Pendahuluan

Kadipaten Pakualaman adalah salah satu dari empat Kerajaan Jawa (Praja Kejawen), yang
keempat kerajaan itu sama-sama berasal dari sebuah kerajaan yang pernah berjaya di hampir
seluruh pulau Jawa dan sebagian di pulau Kalimantan, yaitu Mataram Islam, Albilahdiyah
(1984:22). Pura Pakualaman sendiri berada di provinsi Yogyakarta. Yogyakarta memiliki 2 buah
keraton yaitu Keraton Kesultanan dan Keraton Pakualaman, untuk Keraton Kasultanan yang
menghadap ke Merapi atau ke utara, maka Pura Pakualaman menghadap sebaliknya yakni
menghadap ke selatan. Hal ini sebagai bentuk pernghormatan kepada Keraton Kasultanan yang
lebih dulu berdiri. Dari segi eksistensi memang Keraton Kesultanan lebih dikenal dari Keraton
Pakualaman, bahkan tidak heran jika beberapa orang yang ke Yogyakarta hanya tau hanya ada 1
Keraton di Yogya.

Dalam Keraton Pakualaman terdapat sebuah kelompok yang mengabdi pada raja disana yang
biasa di sebut Abdi Dalem Keraton. Abdi Dalem merupakan orang yang mengabdikan dirinya
kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada. Abdi dalem berasal dari kata "abdi" yang
merupakan kata dasar dari mengabdi dan “dalem” atau "ndalem" yang bisa diartikan sebagai kata
ganti untuk penyebutan sunan/sultan (Raja). Abdi Dalem bertugas sebagai pelaksana operasional
di setiap organisasi yang dibentuk oleh Sultan. Tanpa adanya Abdi Dalem, roda pemerintahan
tidak akan berjalan. Abdi dalem terbagi menjadi dua, yakni Abdi Dalem Kaprajan dan Abdi
Dalem Punakawan. Abdi Dalem Keprajan, biasanya bertugas di dinas atau instansi pemerintahan
dan memiliki derajat atau kasta lebih tinggi dibanding Punakawan. Sedangkan Punakawan
bertugas di keraton saja. Abdi Dalem Punakawan ini masih dibagi ke dalam dua golongan lagi.
Ada yang bertugas harian di kantor keraton, dan ada pula yang tidak wajib masuk setiap hari.
Abdi dalem bisa berasal dari rakyat biasa dan bisa dari golongan ningrat atau memiliki darah
dengan keraton. Dan karena hal ini, maka gelar dan pangkat yang disandang akan berbeda-beda.
Jumlah Abdi Dalem Kaprajan juga tidak begitu banyak dibanding jumlah Abdi Dalem
Punakawan yang mencapai ratusan. Secara tugas mereka tetap sama-sama mengabdi kepada
pihak keraton. Abdi Dalem Keraton memiliki beberapa bagian dalam kelompoknya yaitu Abdi
Dalem Rorokaryo, Suranggama, Langanprojo, dan Prajurit. Setiap abdi dalem memiliki tugas
masing masing sebagai pengabdi raja.
Isi

Abdi dalem adalah seorang yang mengabdi pada raja disebuah Keraton. Tradisi mengabdi
merupakan refleksi dari budaya Jawa yang menempatkan Keraton sebagai sentral dari
kehidupan, abdi dalem melakukan pengabdian karena membutuhkan berkah, ketentraman dan
ketenangan dari pusat kehidupan itu Fadzar (2007 : 27). Rata-rata orang menjadi Abdi Dalem
dengan alasan untuk mencari kesibukan misalkan saat pensiun dengan menghabiskan hari tua di
sebuah komunitas yang sejalan dengan hati nurani di komunitas yang relatif baik.

Dalam menjalankan kegiatan sebagai Abdi Dalem, mereka memiliki beberapa tugas pokok
seperti salah satunya adalah Caos. Caos merupakan kegiatan menjaga Pura Pakualaman di mulai
dari pagi hingga malam dan biasa dilakukan 2 minggu sekali. Selain Caos, Abdi Dalem juga
harus mengikuti sarah sehan yaitu dimana seluruh abdi dalem dikumpulkan untuk membahas
agenda, evaluasi, dan bahkan mempelajari sesuatu. Dalam Sarah Sehan tidak jarang
menghadirkan narasumber tematik untuk membawakan sebuah informasi penting atau
pembelajaran bagi para Abdi Dalem, tidak jarang juga dalam sarah sehan tersebut kinerja setiap
Abdi dalem di evaluasi guna meningkatkan kinerja mereka, walaupun sebenarnya kinerja
seorang Abdi Dalem harus berasal dari hati mereka masing masing karena menjadi Abdi Dalem
harus ikhlas dan berasal dari hati dengan tujuan mengabdi dengan tulus dan melestarikan budaya.

Abdi Dalem sendiri sebenarnya tidak hanya mengabdi pada raja, pengabdian pada raja itu
hanyalah tugas utama mereka, karena pada dasarnya Abdi Dalem merupakan pelaku budaya dan
seni. Sebagai Abdi Dalem banyak kegiatan seni budaya yang dilakukan dan bahkan menjadi
rutinitas mereka, salah satu contohnya adalah Grebek. Grebek adalah sebuah rutinitas budaya
yang dilakukan pada Abdi Dalem dengan mengarak sebuah gunungan makanan dari Keraton
Kesultanan ke Keraton Pakualaman. Grebek merupakan acara yang cukup sacral dan banyak di
percaya masyarakat bahwa makanan yang diarak membawa berkah, sehingga setelah gunungan
sampai di tujuan pasti langsung diperebutkan oleh para masyarakat. Yang kedua ada Labuan,
Labuan memiliki kegiatan yang hampir sama yaitu mengarak sebuah gunungan makanan namun
bedanya adalah membawanya ke pesisir pantai untuk diperebutkan disana dan yang terakhir
adalah mubeng beteng yaitu upacara kegiatan mengitari pura pakualaman.
Sebagai Abdi Dalem tentu mereka tetap mendapatkan sebuah upah dari raja yang biasa di sebut
kekucah. Kekucah adalah sebuah upah atau berkat yang diberikan raja yang diberikan 35 hari
sekali sebelum sarah sehan, yang sekarang ini kekucah bernilai 20.000. Memang terkesan sangat
sedikit dan sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan namun yang diharapkan Abdi Dalem
disini bukanlah sebuah pamrih namun itu hanyalah sebuah keberkatan dan sangat diterima
dengan tulus karena mereka mengabdi berasal dari hati bukan materi.

Kesimpulan

Abdi dalem merupakan sebuah budaya yang masih sangat kental dan melekat pada masyarakat
Yogyakarta bahkan banyak yang menganggap seseorang yang menjadi Abdi Dalem adalah
sebuah predikat yang membanggakan. Abdi Dalem juga tidak hanya mengabdi pada raja tetapi
mereka juga pelaku budaya dan seni yang sedang melestarikan budaya Yogyakarta. Saya sangat
mengapresiasi seorang Abdi Dale mini karena mereka benar-benar rela dan tulus melakukan
sebuah pengabdian dan berkesenian tanpa mengharapkan pamrih namun benar benar dari hati.

Anda mungkin juga menyukai