Anda di halaman 1dari 160

114

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Visi, Misi, dan Jaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar

Adapun visi Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar, yaitu;

menjadi sekolah unggulan yang berciri Islam, berjiwa nasional dan

berwawasan global,

Sedangkan Misinya, yaitu;

1. Menyelenggarakan organisasi dengan nilai-nilai KALLA sebagai

budaya kerja.

2. Mengembangkan sistem pembelajaran yang mampu membekali

peserta didik dengan kecakapan rasional, kecakapan personal, dan

kecakapan sosial

3. Menjamin ketercapaian Visi, Misi, dan Motto SIA.

4. Mengupayakan terciptanya masyarakat belajar.

5. Mengupayakan Sekolah Islam Athirah menjadi model.

6. Menjadikan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) sebagai

mitra kerja yang baik

114
115

7. Meningkatkan kualitas peserta didik dalam bidang ilmu agama dan

umum serta teknologi sederhana

8. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam bidang penguasaan

bahasa asing (Arab & lnggris).

Jaminan mutu Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar

meliputi;

1. Rata-rata nilai USBN dan UNBK 80

2. Terampil menyusun Karya Tulis Ilmiah

3. Terampil melakukan kegiatan presentasi

4. Diterima di PerguruanTinggi Negeri

5. Tartil Baca Al-Quran

6. Hafalan Al-Quran minimal bertambah 1 Juz

7. Sadar shalat berjamaah

8. Memiliki sikap toleransi

9. Memiliki sikap Leadership

10. Mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris


116

Tabel I
Jaminan Mutu Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar

ASPEK N URAIAN MUTU PROGRAM PERAN


O ORANGTUA
1 Rata-rata nilai UNBK dan USBN 80
• Lulus ujian dengan nilai • Kedai Mapel UN, • Mengontrol waktu
minimal 80 USBN & Try Out belajar anak
• Kehadiran di sekolah • E-Learning • Memastikan anak
mengikuti PBM minimal bekerjasama menyelesaikan tugas
80 %. dengan Quipper • Mengizinkan anak
• Aktif dalam kegiatan • Fieldtrip Mapel mengikuti
PBM • Remedial dan pembelajaran
• Mengerjakan tugas pengayaan tambahan
dengan baik dan benar • Monitoring keaktifan
siswa menggunakan
Medsospembelajaranl
ainnya (Quipper,
ruang guru, dll) dalam
U belajar di rumah.
2 Terampil menyusun Karya Tulis Ilmiah
N • Mampu menulis sesuai • Pelatihan • Mendukung program
standar penulisan karya Penulisan KTI penulisan
G tulis ilmiah • Pembimbingan • Mengontrol
• Senantiasa berpikir penyusunan KTI penyelesaian tugas
G ilmiah (terstruktur) • Ujian hasil KTI penulisan KTI
• Publikasi hasil
U KTI di
Perpustakaan
L 3 Terampil melakukan kegiatan presentasi
• Anak terbangun • Pembelajaran • Memotivasi anak
kepercayaan dirinya dengan diskusi berani tampil didepan
• Berani tampil di depan kelompok umum
umum • Praktek mata
pelajaran
• Pelatihan Dai
/Daiah
4 Diterima di Perguruan Tinggi Favorit
• Grafik nilai • Sukses masuk PT • Memotivasi anak
semester I s.d. V • Kedai Mapel mengikuti program
meningkat • Try Out yang telah ditetapkan
• Mendaftar sesuai • Finger Print Priadi sekolah
117

rekomendasi • E-Learning • Mendukung anak


sekolah bekerjasama memilih jurusan
• Mengikuti seluruh dengan Quipper sesuai bakat dan
program kegiatan kemampuannya
masuk PTN • Memberi kepercayaan
dengan baik anak memilih jurusan
di PTN

ASPEK N URAIAN MUTU PROGRAM PERAN


O ORANGTUA
1 Tartilbaca Al-Qur’an
• Dapat membaca Al-Qur’an • Kelas T3Q • Mengingatkan anak
sesuai dengan ilmu tajwid • Komunitas pencinta senantiasa mengaji di
(standar Ummi) Al-Qur’an rumah
• Peka terhadap bacaan yang • Athirah Jelajah • Mengaji bersama anak
I salah Ramadhan setiap selesai Magrib/Isya
• Ikut tartil Al-Qur’an
S (Kerjasama sekolah dan
BMJ)
2 Hafalan Al-Qur’an bertambah minimal 1 juz
L • Hafalan bertambah 1 juz • Kelas T3Q • Mendampingi murajaah
• Mampu melanjutkan bacaan • Komunitas pencinta hafalan anak
A saat ujian Al-Qur’an • Mengisi kartu kontrol
• Peka terhadap bacaan yang • Murajaah hafalan hafalan anak
salah
M 3 Sadarshalatberjamaah
• Memahami syarat dan rukun • Shalat berjamaah di • Mengajak anak senantiasa
I shalat sekolah shalat berjamaah
• Hafal bacaan shalat dengan • Pembiasaan shalat • Mengisi kartu kontrol
benar Tahiyatul masjid shalat siswa
• Melaksanakan tepat waktu • Pembiasaan shalat
• Berjamaah di masjid bagi laki- Dhuha
laki
1 Memilikisikaptoleran
N • Menghargai pendapat orang • Pembelajaran dengan • Motivasi tentang toleransi
lain diskusi kelompok dalam keluarga
A • Menerima dan memahami • Pramuka • Mendukung program
S perbedaan • Village observation sekolah
I • Tidak melakukan bullying • Terlibat kegiatan • Menerapkan pola hidup
O OSIS dan MPK saling menghargai
N 2 Memiliki sikap Leadership (bertanggungjawab, komunikatif dan kolaboratif)
A • Menyelesaikan tugas/PR • Lapinsi • Memotivasi anak
sesuai waktu yang telah • OSIS/MPK • Memberi kesempatan aktif
L ditetapkan • Ekstrakurikuler dalam organisasi
I • Menjalin kerjasama baik • Pramuka • Mengizinkan anak
S dengan teman sekitar • Village observation mengikuti program
• Mampu bekerja dalam tim • Aktif kegiatan sekolah
kepanitiaan sekolah
118

G 1 Mampu berkomunikasi dalam Bahasa Inggris Aktif


L • Mampu bercakap bebas (5 menit) • English day area • Memotivasi anak
O • Mampu kultum dalam Bahasa • English corner • Mengizinkan anak mengikuti
B Inggris program sekolah
• Pengantar Bahasa Inggris dalam
A
memulai dan menutup presentasi
L

B. Deskripsi Variabel Hasil Penelitian

Deskripsi penelitian mengenai variabel kepemimpinan kepala

sekolah dalampeningkatan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar sebagai tindak lanjut dari ditetapkannya UU Nomor

20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pemerintah

melalui PP 32 Tahun 2013 menetapkan standar nasional pendidikan yang

dapat dijadikan sebagai pedoman yang mengarahkan setiap praktisi,

birokrat dan penyelenggara pendidikan untuk menggunakan standarisasi

dalam proses, penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari semua jenjang

dan satuan pendidikan, maka operasionalisasi ketentuan mengenai

komponen-komponen pendidikan yang memerlukan standarisasi ditetapkan

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional.

Standar nasional pendidikan telah menjadi ketentuan dasar

penyelenggaraan pendidikan nasional termasuk dalam hal ini pada


119

implementasi manajemen kepemimpinan kepala sekolah tetap mengacu

pada pemenuhan standar nasional pendidikan tersebut.

1. Gambaran Kepemimpinan Kepala Sekolah pada Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar

Kepemimpinan kepala sekolah memegang peranan penting

terhadap keberlangsungan suatu lembaga atau institusi pendidikan yang

dipimpinnya. Kepemimpinan kepala Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar dalam meningkatkan mutu pendidikan menjadi

tanggung jawabnya. Meskipun tanggung jawab itu secara operasional

tidaklah mungkin dilakukan sendiri secara pribadi oleh kepala sekolah,

melainkan keterlibatan secara bersama (kerja sama) semua warga

sekolah sangat menentukan keberhasilan dan keberlangsungan program

pendidikan. Semua tenaga harus diberdayakan dengan melibatkan

secara langsung pada setiap kegiatan penyelenggaraan pendidikan

pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar, disamping itu

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar juga melaksanakan

pembinaan melalui pengembangan wawasan dan interaksi sosial melalui

kerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. Hal ini sesuai

dengan prinsip dan karakteristik Manajemen Mutu terpadu tentang

kerjasama tim dan pelibatan dan pemberdayaan guru dan staf.


120

Gambaran umum dari pembinaan dan pelaksanaan

kepemimpinan dapat dilihat dari indikator yang ditunjukkan oleh siswa

selama mereka menjadi peserta didik pada Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar, baik dari segi kualitas lulusannya, maupun

perilakunya yang kritis, rasional dan ucapan yang santun, ramah baik

dan Islami, tidak pernah terlibat dalam tawuran baik antar jurusan,

sekolah maupun antar remaja, maupun pelanggaran-pelanggaran

lainnya dan yang lebih menonjol adalah keterikatan secara moral

dengan Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar.

Kepemimpinan kepala Sekolah senantiasa mempertimbangkan

kepentingan bersama diatas kepentingan pribadinya. Disamping itu

Kepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar tidak henti-

hentinya melaksanakan program pembinaan peserta didik dalam

kehidupan Islami untuk menjadi muslim yang kaaffah yang menjadi ciri

khas Sekolah tersebut seperti pelaksanaan Shalat Dhuha sebelum

masuk kelas, shalat berjamaah duhur, yasinan bersama, dan

melaksanakan pesantren Ramadhan.

Adapun strategi kepemimpinan pada Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar, yaitu


121

1. Perbaikan Manajemen Berbasis Struktur Organisasi yang

Progresif

2. Penanaman & Implementasi nilai-nilai KALLA

3. Peningkatan Kapasitas Guru dan Karyawan

4. Perbaikan dan Penambahan Sarana Prasarana

5. Budaya Kerja yang Mengacu pada Pedoman

6. Membuka Jaringan Kerja Sama yang Mutualisme (Observasi

2019).

Melalui hasil wawancara dengan Tawakkal bahwa kepemimpinan

kepala SMA melakukan :

1. Training

a. Training hanya mengatasi 10 persen saja dari masalah organisasi.

b. Itupun dengan asumsi bahwa Trainingnya telah didesain

berdasarkan gap antara performance karyawan dan standar

kompetensi kerja yang telah dibuat.

c. 90 persen sisanya membutuhkan tindakan manajemen agar

seseorang bisa berkembang sesuai dengan yang diharapkan

perusahaan.
122

2. Human Resource Development.

a. Pengembangan SDM pada generasi ini, antara lain melalui

training, job assignment, on the job training.

b. Training juga sudah mulai direncanakan berdasarkan

pengembangan karir seseorang, bukan sekedar

mempertimbangkan kebutuhan pekerjaan semata.

c. Proses perubahan lingkungan kerja juga sudah diperhatikan

melalui organization development.

3. Human Performance Improvement

a. faktor-faktoryang membuat orang semangat bekerja

adalah motivational factor .

b. motivational factor, contohnya pekerjaan yang menantang,

bagaimana ia merasa enjoy dengan pekerjaan itu, desain pekerjaan

dan recognition yang ia peroleh dari sana(Tawakkal, Wawancara; 4–

Oktober -2019)

Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar selalu menawarkan solusi alternatif dalam pengembangan

pendidikan ke depan, sistem pendidikan di sekolah harus diperbaharui

dan dikembangkan; kurikulum harus ditingkatkan dengan merumuskan

indikator yang relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dalam rangka

internalisasi nilai ke Islaman ke dalam ilmu pengetahuan umum, baik


123

ilmu-ilmu sosial maupun ilmu eksakta, seperti pelajaran ekonomi,

sejarah sosiologi, geografi, pelajaran biologi, kimia dan fisika, dan lain-

lain. Pada saat yang sama, metodologi pembelajaran harus semakin

ditingkatkan sesuai dengan karakteristik materi bahan ajar yang

diajarkan kepada peserta didik. Metodologi yang bervariasi sangat efektif

untuk mendorong peserta didik menganalisis dan mengkritik apayang

mereka dapat dari pengajar. Para guru di harapkan dapat membentuk

karakter peserta didik yang lebih positif, yaitu karakter yang diwarnai

dengan nilai-nilai ke Islaman.

Kepemimpinankepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassarpada penelitian ini, yaitu pengawasan, pemberian motivasi dalam

pelaksanaanpembelajaran, kepemimpinan dan pengadaan sarana

prasarana, kepemimpinan dan pembiayaan sekolah, kepemimpinan kepala

sekolah dalam rekruitmen tenaga pendidik.

a) Pengawasan

Indikator yang membentuk variabel ini adalah (a)Kepala

sekolahmengetahui karakteristik kepemimpinan, (b)Kepala Sekolah

mengetahui tugas dan tanggung jawab (c)Kepala sekolah sebagai

supervisor, (d) Kepala sekolah sebagai organisator, (e) kepala sekolah


124

sebagai edukator, (f) Kepala sekolah membina kerjasama yang baik

dengan komite (g) kepala sekolah meningkatkan mutu.

Adapun hasil wawancara tentang manajemen pengawasan

kepemimpinan kepala sekolah,yaitu; pertama, Kepala sekolah mengetahui

karakteristik kepemimpinan,Kepala Sekolah mengetahui tugas dan

tanggung jawab, Kepala sekolah sebagai supervisor, Kepala sekolah

sebagai organisator, Kepala sekolah sebagai edukator, Kepala sekolah

membina kerjasama yang baik dengan komite, dan kepala sekolah

meningkatkan mutu (Tawakkal, Wawancara; 4- Maret-2019).

Terkait dengan pengawasan kepala Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar juga berada pada kategori baik, demikian pula halnya

dengan Kepala sekolah mengetahui karakteristik

kepemimpinan,mengetahui tugas dan tanggung jawab, sebagai supervisor,

organisator, serta membina kerjasama yang baik dengan komite masing-

masing berada pada kategori sangat baik dibanding sekolah-sekolah Islam

yang ada dikota Makassar.

Adapun Tugas Kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan :

1) Menyusun rencana kegiatan pembelajaran setiap semester dalam

satu tahun pelajaran.


125

2) Menyusun tugas para guru setiap semester sesuai dengan bidang

studi berdasarkan keahlian dan kurikulum yang berlaku.

3) Menyusun dan menghitung kebutuhan dana bagi pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar untuk satu tahun ajaran yang

bersumber dari peserta didik/orang tua/wali.

4) Mengelola penggunaan dana sesuai dengan program kegiatan

Pesantren/Madrasah bersama dengan bendahara sesuai dengan

ketentuan yang berlaku (baik dana BOS, BOMM dan SWSPP).

5) Mengawasi dan mengontrol pelaksanaan tugas guru sehari-hari

sesuai dengan jadwal reguler.

6) Mengontrol persiapan mengajar guru (RPP) sesuai ketentuan yang

berlaku.

7) Menyiapkan bahan-bahan, baik yang bersifat administrative

maupun data yang diperlukan bagi proses akreditasi Sekolah.

8) Memimpin atau mengatur pembina upacara bendera setiap hari

Senin secara bergantian dan atau peringatan hari besar nasional.

9) Mengawasi dan membina perilaku peserta didik sesuai akhlak

Islam.

10) Menjaga hubungan baik dengan orang tua/wali peserta didik yang

mempunyai kasus tertentu.

11) Menjaga hubungan baik para guru dan staf.


126

12) Menentukan kenaikan kelas peserta didik sesuai ketentuan yang

berlaku.

13) Melakukan seleksi rekruitmen guru dan mengusulkan kepada

Direktur/Yayasan sesuai dengan kebutuhan. (Tawakkal,

Wawancara; 4-Maret-2019).

Yusran mengungkapkan tentang tugas wali kelas membantu kepala

madrasah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Pengelolaan kelas

2) Penyelenggaraan administrasi kelas, meliputi :

a. Denah tempat duduk peserta didik

b. Papan absensi peserta didik

c. Daftar pelajaran kelas

d. Daftar piket/kebersihan kelas

e. Buku absensi peserta didik

f. Buku kegiatan pembelajaran/buku kelas

g. Tata tertib peserta didik

3) Penyusunan pembuatan statistik bulanan peserta didik

4) Pengisian daftar kumpulan nilai peserta didik (Legger)

5) Pembuatan catatan khusus tentang peserta didik

6) Pencatatan mutasi peserta didik.

7) Pengisian buku laporan penilaian hasil belajar


127

Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar(Yusran Wawancara; 5-

Maret-2019)

Sedangkan tugas guru pada sekolah SMA Islam Athirah meliputi

1. Hadir di madrasah 15 menit sebelum pelajaran dimulai

2. Menandatangani daftar hadir

3. Hadir dan meninggalkan kelas tepat waktu

4. Melaksanakan semua tugasnya secara tertib dan teratur

5. Menguasai kurikulum dan materi pelajaran

6. Membuat program tahunan pada setiap awal tahun pelajaran

7. Membuat program semester pada awal semester

8. Membuat persiapan mengajar

9. Melaksanakan praktik untuk mata pelajaran yang memerlukan

praktik

10. Melaksanakan ulangan harian dan atau ulangan blok

11. Melaksanakan remedial jika diperlukan.

12. Memeriksa setiap pekerjaan atau latihan peserta didik serta

mengembalikan secepatnya

13. Membantu pelaksanakan kegiatan inkurikuler dan ekstra kurikuler

14. Melaksanakan Bimbingan dan Konseling kepada peserta didik

siswinya
128

15. Mengelola administrasi kelas secara baik dan teratur ( membuat

daftar hadir, jurnal kelas, daftar nilai dan legger)

16. Mengisi dan menandatangani jurnal kelas

17. Memasukkan nilai rapor setiap akhir semester kepada wali kelas

masing-masing

18. Mengawasi peserta didik selama jam istirahat dan waktu sholat

dhuhur

19. Berpakaian rapi sesuai ketentuan yang berlaku

20. Mencatat kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik setiap tatap

muka

21. Melaksanakan 5K (Kebersihan, Ketertiban, Keindahan, Keamanan

dan Kekeluargaan)

22. Memeriksa kebersihan, kerapian dan kelakuan anak setiap saat

23. Mengikuti upacara setiap hari Senin dan hari besar nasional

24. Mengikuti rapat-rapat.

25. Tidak meninggalkan kelas sebelum selesai tugasnya.

26. Menciptakan suasana yang kondusif dan harmonis dalam

mendukung proses belajar mengajar(Yusran Wawancara; 5-Maret-

2019)

Bimbingan dan konseling membantu kepala madrasah dalam

kegiatan–kegiatan sebagai berikut:


129

1. Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

2. Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-

masalah yang dihadapi oleh peserta didik tentang kesulitan

belajar.

3. Memberikan layanan dan bimbingan kepada peserta didik agar

lebih berprestasi dalam kegiatan belajar

4. Memberikan saran dan pertimbangan kepada peserta didik dalam

memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan

pekerjaan yang sesuai.

5. Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.

6. Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling

7. Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar.

8. Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan

dan konseling.

Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.(Yusran

Wawancara; 5-Maret-2019)

b). Pemberian Motivasi dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Indikator yang membentuk pemberian motivasi dalam pelaksanaan

pembelajaran adalah (a) melibatkan guru dalam pengambilan keputusan,

(b) Guru mampu melaksanakan kegiatan berdasarkan RPP


130

danpendahuluan dalam membuka pembelajaran, (c) Guru mampu

melaksanakan kegiatan Inti dalam pelaksanakan pembelajaran, (d) Guru

telah melakukan pengorganisasian pembelajaran pada setiap tata muka,

(e)Guru telah aktif dalam hal metode pada proses pembelajaran, (f) Guru

telah aktif dalam hal pengunaan media dalam proses pembelajaran, dan

(g) Guru melaksanakan kegiatan penutup dalam mengakhiri kegiatan

pembelajaran pada sekolah.

Pelaksanaan pembelajaran adalahguru mampu melaksanakan

pembelajaran berdasarkan RPP dan kegiatan pendahuluan dalam

membuka pembelajaran, guru melaksanakan proses pembelajaran

berdasarkan atau mengacu pada rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP) yang telah disusun sebelumnya memiliki nilai rata-rata yang juga

sangat baik, demikian pula halnya dengan indikator guru melaksanakan

kegiatan inti dalam pelaksanaan pembelajaran juga memperoleh rata-rata

nilai yang sama. Hal ini sebagai pertanda bahwa dalam proses

pembelajaran guru pada SMA Islam Athirah Makassar telah melakanakan

proses pembelajaran dengan baik dengan mengacu pada pedoman

pembelajaran, yakni berpedoman pada RPP yang telah dibuat untuk

dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran


131

termasuk diantaranya melaksanakan kegiatan inti pembelajaran dengan

baik.

Indikator selanjutnya adalah guru memiliki kemandirian dalam

menentukan metode pembelajaran dengan baik.Tingginya kemandirian

guru dalam menentukan metode pembelajaran sebagai bagian dari

implementasi otonomi sekolahserta adanya pelibatan orang tua dalam

pembinaan siswa pada proses belajar mengajar memberi indikasi yang

baik dalam kepemimpinan kepala Sekolah Menengah Atas Islam

AthirahMakassar.

Kemandirian guru dalam menentukan dan memilih metode

pembelajaran dikemukakan oleh Tawakkal Kahar selaku kepalaSMA Islam

Athirah Makassar bahwa dalam penentuan metode pembelajaran guru

diberi ruang yang luas untuk berinovasi dan memodifikasi metode-metode

pembelajaran dengan mengacu dan mengevaluasi pengalaman belajar

sebelumnya guna menentukan dan memilih metode yang tepat yang dapat

dituangkan dalam rencana pembelajaran untuk selanjutnya dipedomani

dalam pelaksanaan pembelajaran. (Tawakkal, Wawancara; 3- Maret-2019)

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar dalam penerimaan

siswa melalui pendaftaran yang selektif dan tes masuk, pembayaran uang
132

pendaftaran 2,9 juta dan uang bulanan 1,5 juta, durasi pembelajaran mulai

jam 7.30 sampai 16.00, belajar di kelas dengan alat peraga. Di dalam

pembelajaran Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar senantiasa

dengan mengunakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan

dan islami (PAKEMI) dengan menganut asas persahabatan, sehingga

kepala sekolah besama guru-guru terjalin dengan baik dan penuh

kekeluargaan. (Sitti Karmilah, Wawancara 4 Maret 2019).

Pelibatan orang tua siswa dalam pembinaan siswa pada proses

belajar mengajar sesuai indikator keempat pada tabel 8 diatas memiliki nilai

rata-rata tergolong baik, yakni dengan nilai 4,35. Hal ini sejalan dengan

informasi Patris Hasanuddin (Departemen Penjaminan Mutu Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar)bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran guru bidang studi, wali kelas dan semua guru pada

umumnya senantiasa diupayakan terjalin komunikasi dengan orang tua/wali

siswa terutama dalam menyelesaikan problematika kesulitan belajar yang

dihadapi oleh siswa, demikian pula halnya guru bimbingan dan konseling

secara berkesinambungan berupaya melaksanakan konsultasi dan

komunikasi dengan orang tua/wali siswa dalam menyelesaikan persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh siswa serta sebagai upaya preventif untuk
133

mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada diri siswa

sehingga diperlukan komunikasi yang efektif antara guru dan orang tua/wali

siswa. (Patris Hasanuddin, Wawancara; 13- Maret-2019)

Pada aspek pelaksanaan pembelajaran pada Sekolah Menengah

Atas Islam Athirah Makassar dapat dikategorikan berjalan dengan baik

karena semua berada pada kategori nilai antara baik dan sangat baik. Guru

telah melaksanakan proses pembelajaran dengan berdasarkan pada

rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. RPP

yang telah disusun dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan

pembelajaran, sehingga hal ini telah terhindar dari asumsi yang biasa

berkembang dikalangan guru bahwa perangkat pembelajaran hanya dibuat

untuk memenuhi tuntutan tugas administratif semata.

Guru padaSekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar juga

telah melaksanakan proses pembelajaran dengan memperhatikan rambu

rambu dalam pelaksanaan pembelajaran, yakni melaksanakan kegiatan

pendahuluan (appersepsi) dalam membuka pembelajaran, kemudian

menerapkan dan melaksanakan kegiatan inti serta kegiatan penutup dalam

proses pembelajaran. Dalam hal proses pengorganisasian pembelajaan


134

juga terlaksana dengan baik termasuk pada penguasaan metode-metode

pembelajaran dapat dikategorikan baik.

Hal menarik pada data penelitian ini terkait penggunaan media

pembelajaran yang diakui berdasarkan data hasil analisis quisioner

responden bahwa ternyata belum semua guru menerapkan dan

menggunakan media pembelajaran yang baik dalam pelaksanaan proses

belajar mengajar diSekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar. Hal ini

dikemukakan oleh Tawakkal Kepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassarbahwa dalam penguasaan media pembelajaran belum semua

guru secara merata memiliki kemampuan yang maksimal dalam menguasai

teknologi informasi dan komunikasi untuk diterapkan dalam proses

pembelajaran sebagai bagian dari pemanfaatan media teknologi dalam

proses belajar mengajar (Tawakkal, Wawancara:4-Maret 2019).

Dalam kaitannya dengan penguasaan teknologi pembelajaran untuk

meningkatkan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar,maka menjadi hal penting untuk diperhatikan adalah

perlunya kepala sekolah untuk melakukan pembekalan, pelatihan dan

bimbingan secara berkesinambungan kepada seluruh guru Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar agar mereka memiliki


135

pengetahuan dan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi yang

memadai untuk dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di

Madrasah. Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar memberikan

penekanan dalam penguasaan bahasa Indonesia, Inggris, Arab, Jerman,

Mandaring dan jepang.Sedangkam pembinaan non akademik yaitu

Tahfidzul al-Quran, kepramukaan, dan berbagai jenis olaraga dan seni.

Melalui wawancara dengan siswa Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar bahwa masyarakat berminat memasukkan anaknya di Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar karena di samping pembelajaran

agama juga didukung pembelajaran umum yang lengkapdan banyak

siswanya lulus masuk di perguruan tinggi negeri yang ternama (Arliana

Arlin, Wawancara 4 Maret 2019)

c). Kepemimpinan dan Pengadaan Sarana Prasarana

Melalui hasil wawancara dengan H.M. Ridwan bahwa pengadaan

sarana pada lingkup Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar

meliputi (a) Suasana lingkungan sekolah yang menyenangkan untuk

kegiatan pembelajaran, (b)Ruang kerja kepala sekolahrepresentatif untuk

melaksanakan tugas, Ruang kerja guru representatif bagi guru untuk

melaksanakan tugas, (c) Ruang kerja pegawai/staf representatif untuk


136

melaksanakan tugas, (d) Sekolah melibatkan masyarakat dalam

pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana sekolah, (e) Semua sarana

pembelajaran dalam ruang kelas (Meja guru, kursi guru, meja siswa, kursi

siswa, dan white board) layak digunakan, (f) Sekolah dilengkapi dengan

perpustakaan yang memadai, (g) Sekolah dilengkapi dengan laboratorium

yang memadai, (h) Sekolah memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana,

serta ruang penunjangyang meliputi ruang konseling,UKS, organisasi

kesiswaan, olahraga dan kesenian dan Bangunan,(i) Rencana pengadaan

sarana dan prasarana sekolah disusun bersama oleh pihak sekolah dan

komite sekolah, (j) Sekolah melaksanakan perawatan/pemeliharaan sarana

prasarana secara rutin(H.M. Ridwan Karim Wawancara; 12- Maret-2019).

Indikator yang dominan kontribusinya pada pembentukan variabel

kepemimpinan dan pengadaan sarana prasaranaialah ruang kerja kepala

sekolah representatif untuk melaksanakan tugasdan rata-rata indikator

Sebaliknya, indikator yang paling kecil kontribusinya pada pembentukan

variabel sarana prasarana semua sarana pembelajaran dalam ruang kelas

(meja guru, kursi guru, meja siswa, kursi siswa dan white board layak

digunakan).Dengan hasil tersebut bermakna bahwa dalam lingkup Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar sebagian besar menerapkan

kepemimpinan dan pengadaan sarana prasaranauntuk meningkatkan mutu


137

atau prestasi dan hasil kerja sesuai target yang telah

ditetapkan.Sebaliknya, guru yang ada mengakui terbatasnyasarana belajar

dalam ruang kelas yang memadai.

Lingkungan sekolah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan

sarana dan prasarana sekolah pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassardari perspektif kepemimpinan dan pengadaan sarana prasarana

sekolah dapat dikategorikan baik, sejalan dengan hal tersebut H. Muh.

Aslim (departemen Sarana dan prasarana) mengemukakan perhatiannya

yang sangat serius menangani perbaikan lingkungan sekolah yang asri,

indah dan nyaman yang diharapkan dapat mendukung proses peningkatan

kualitas pendidikan di sekolah, dengan perhatiannya yang begitu besar

pada penataan lingkungan sekolah,sehingga sekolah yang dipimpinnya

tersebut telah meraih penghargaan sebagai sekolah/sekolah adiwiyata dari

Kementerian Lingkungan Hidup.(Yusran Wawancara; 5- Maret-2019).

Hal yang menarik dalam penelitian ini bahwa terdapat kesenjangan

antara sarana dan fasilitas kantor, ruang kepala sekolah, ruang guru dan

pegawai dengan ruang kelas/belajar siswa. Ruang kelas tempat siswa

belajar dan diajar oleh guru belum sepadan fasilitas sarana dan

prasarananya dengan ruang pimpinan sekolah dan pegawai, sementara


138

proses pembelajaran dalam upaya peningkatan kualitas mutu pendidikan

lebih banyak berlangsung di ruang kelas. Hal ini diakui oleh H. Muh. Aslim

bahwa pengadaan sarana belajar siswa di ruang kelas masih perlu

dibenahi dengan serius agar suasana nyaman dan aman bagi siswa dan

guru dalam proses pembelajaran di kelas dapat terpenuhi, seperti

pengadaan alat mesin pendingin ruangan, tata ruang dan estetika ruang

kelas serta fasilitas penunjang pembelajaran lainnya. (H. Muh: Aslim,

Wawancara 09 Maret 2019)

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassarmemilki sarana

penunjang pembelajaran, diantaranya laboratorium, perpustakaan, ruang

UKS, ruang kegiatan seni dan kegiatan ekstra kurikuler lainnya.Bangunan

sekolah juga telah memiliki sanitasi yang cukup, kebutuhan air bersih dan

saluran air limbah, tempat sampah dan saluran air hujan

terpenuhi.Demikian pula halnya, dengan pemeliharaan dan perawatan

sarana dan prasarana sekolah dilaksanakan pemeliharaan secara rutin

sebagaimana yang disampaikan Bagian Sarana Prasarana H. Muh.Taslim

bahwa sebagai rangkaian dalam upaya peningkatan mutu pendidikan,

maka perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana

terus dilakukan disertai dengan pemeliharaan terhadapsarana dan


139

prasarana sekolah terus dilaksanakan secara rutin dan berkala (H. Muh.

Taslim, wawancara;9-Maret- 2019)

Dalam hal rencana pengadaan sarana dan prasarana, sekolah

melibatkan komite sekolah dan masyarakat.

Terkait dengan pelibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat

dengan penyusunan rencana dan pengadaan sarana dan prasarana

sekolah dijelaskan olehTawakkalKepala Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassarmenyatakan bahwa; pada dasarnya setiap rencana

pengadaan sarana dan prasarana pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassarsenantiasa dikomunikasikan terlebih dahulu dengan

seluruh elemen sekolah termasuk komite sekolah, hal tersebut

dilaksanakan dalam bentuk pertemuan yang dilaksanakan antara dewan

guru, pegawai/staf dan komite sekolah untuk menyusun rencana anggaran

dan pendapatan belanja sekolah termasuk diantaranya sarana dan

prasarana yang dibutuhkan dirumuskan dalam rapat tersebut (Tawakkal,

Wawancara ; 4-Maret-2019)

H. M. Ridwan Karim Departemen Pengawasan menyatakan bahwa

segala kebijakan strategis yang akan ditempuh oleh pihak sekolah dalam

hal ini kepala sekolah senantiasa mengkomunikasikannya terlebih dahulu


140

dengan elemen-elemen sekolah termasuk guru, pegawai, dan komite

sekolah, dan biasanya dilaksanakan dalam bentuk rapat rutin seperti rapat

kerja atau rapat penyusunan program anggaran yang melibatkan

steackholder sekolah, pada rapat tersebutlah dirumuskan secara bersama

hal-hal yang perlu diadakan termasuk diantaranya sarana dan prasarana

yang dibutuhkan dalam menunjang proses belajar mengajar untuk

mewujudkan pendidikan sekolah yang lebih bermutu (H. M. Ridwan Karim,

wawancara;10- Maret- 2019)

d). Kepemimpinan dan Pembiayaan Sekolah

Berdasarkan dengan wawancara dengan Muh. Mahrus tentang

pembiayaan sekolah adalah (a)Sekolah tersebut dilengkapi dengan

rencana kerja sekolah, (b) Sekolah menggunakan anggaran dari

Pemerintah, (c) Sekolah tersebut menggunakan anggaran dari


SPP/Masyarakat, (d) Sekolah melibatkan Komite Sekolah dalam

perencanaan anggaran, (e) Sekolah melibatkan Komite Sekolah dalam

pelaksanaan anggaran, (f) Sekolahmampu meningkatkan peran dan fungsi

komite sekolahuntuk mendukung, (g) pelaksanaan program khususnya

dalam bidangpendanaan/keuangan, Pelaksanaan anggaran sekolah

secara transparan, (h) Sekolah memiliki laporan pertanggungawaban yang

akuntabel, (i) Sekolahmemiliki unit usaha/income generating untuk


141

penggalian dana, baik berupausaha jasa maupun produk(Muh. Mahrus

Wawancara; 6-Maret-2019).

Adapun distribusi frekuensi tanggapan responden tentang

manajemen pembiayaan dapat dilihat dari hasil wawancara.Distribusi

tersebut disajikan dalam bentuk jumlah individu per kategori dan juga

dalam bentuk frekuensi prosentatif per indikator.Distribusi dilengkapi pula

dengan rata-rata tiap indikator, sehingga dapat diketahui indikator mana

yang dominan membentuk variabel yang bersangkutan.Indikator yang

dominan kontribusinya pada pembentukan VariabelPembiayaan ialah

pertama adalahsekolah tersebut dilengkapi dengan angaran rencana kerja

sekolah (RKM), Sekolah mengunakan anggaran dari pemerintah (Dana

BOS).Sebaliknya, indikator yang paling kecil kontribusinya pada

pembentukan variabel manajemenpembiayaan ialahpelaksanaan anggaran

sekolah secara transparantersebut.Dengan hasil tersebut bermakna bahwa

manajemen pembiayaan pada Sekolah dari aspek Pelaksanaan anggaran

sekolah secara transparantergolong lemah, nampak sekolah menggunakan

anggaran dari pemerintahdalam lingkup Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassarmenerapkan manajemen pembiayaan bersumber dari

bantuan pemerintahuntuk meningkatkan mutu atau prestasi dan hasil kerja

sesuai target yang telah ditetapkan.


142

Kepemimpinan kepala Sekolah dari perspektif pembiayaan telah

diterapkan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar mulai

dari penyusunan rencana anggaran dan belanja sekolah hingga

pengelolaan anggaran sekolah secara akuntabel dan transparan dengan

kategori nilai antara baik dan sangat baik.

Program pendidikan gratis tersebut sedikit banyak telah

mempengaruhi image dan pola pikir masyarakat bahwa pemerintah

provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Kabupaten Kota yang

menerapkan program dengan sebutan pendidikan gratis tersebut telah

memberi keyakinan kepada masyarakat terutama orang tua siswa bahwa

biaya pendidikan telah dipenuhi kebutuhannya oleh pemerintah, karena

pemerintah telah menggelontorkan dana biaya operasional sekolah (BOS)

dari pemerintah pusat serta biaya pendidikan gratis dari pemprov dan

pemerintah daerah kabupaten kota.

Persepsi tentang pendidikan gratis tersebut membuat pihak komite

sekolah kesulitan dalam menawarkan program-program peningkatan mutu

pendidikan dengan pembiayaan yang bersumber dari biaya yang diberikan

pemerintah kepada sekolah. Namun pada akhirnya secara bertahap

dengan manajemen pengelolaan keuangan komite sekolah dan pimpinan


143

sekolah yang akuntabel dan transparan sehingga orang tua siswa dan

masyarakat dapat turut serta berpartisipasi dalam aspek pembiayaan untuk

memenuhi kebutuhan peningkatan mutu pendidikan dengan ketentuan

kegiatan tersebut tidak mendapat porsi pembiayaan dari pemerintah

(Tawakkal, Wawancara ;3-Maret-2019)

Dalam kaitannya dengan pelibatan masyarakat pada aspek

perencanaan penyusunan program anggaran sekolah dapat dilihat pada

potensi pemikiran masyarakat merupakan sebuah kekuatan besar yang bila

mana dapat dimanfaatkan oleh sekolah, maka dapat menjadi sebuah

modal awal bagi sekolah untuk menyusun program-program anggaran

yang unggul dengan mengandalkan kekuatan potensi dari masyarakat.

e). Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Rekruitmen Tenaga

Pendidik

Indikator yang membentuk variabel ini adalah (a)Sekolah telah

mencukupi pemenuhan kebutuhan jumlah tenaga pendidik yang kualifikasi

pendidikannya sesuai dengan bidang pekerjaan di sekolah, (b) Sistem

rekruitmen tenaga pendidik dilaksanakan secara transparan, (c) Sistem

rekruitmen tenaga pendidik dilaksanakan dengan memperhatikan mutu

tenaga yang diterima, (d) Kepalasekolah melaksanakan tugas dan


144

tanggung jawabnya sebagai pimpinanpengelolaan sekolah dengan baik, (e)

Guru melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai tenaga

pendidik dengan baik, (f) Tenaga kependidikan melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya sebagai pegawai/staf sekolah dengan baik, (g)Sekolah

melaksanakan program peningkatan kompetensi pendidik/guru dan tenaga

kependidikan/karyawan, (h)Sekolah tersebut memiliki laporan

pertanggungjawaban yang akuntabel

Kepala sekolah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

sebagai pimpinansekolah dengan baik.Sistem rekruitmen tenaga pendidik

dan kependidikan dilaksanakan dengan cara transparan. Dengan hasil

tersebut bermakna dalam lingkup Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassarsebagian besar menerapkan Kepemimpinan Kepala Sekolah

dalam Rekruitmen tenaga pendidik untuk meningkatkan mutu atau prestasi

dan hasil kerja sesuai target yang telah ditetapkan. Sebaliknya, guru yang

ada terbatas terlibat dalam sistem rekruitmen tenaga pendidik.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam rekruitmen tenaga pendidik,

yaitu membuka pendaftaran secara umum dengan beberapa persyaratan

seperti guru yang akan diterima memiliki IPK minimal 3,0 ke atas, punya

keterampilan berbahasa Asing, siap mengikuti pelatihan dalam


145

peningkatan mutu dan gaji minimal 2 juta maksimal 10 juta yang sesuai

dengan tugas dan jabatan (Rismayanti Razak, wawancara; 1- April – 2019).

Kepemimpinan kepala sekolah dalam rekruitmen tenaga

pendidikyang dipandang oleh guru bahwa mereka merasa kurang terlibat

dan terindikasi kurang transparan dalam penerimaan guru.Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar, belum diterapkan sistem seleksi

secara terbuka dan sistem penerimaannya hanya berdasar pada

permohonan calon guru atau pegawai yang berkeinginan untuk

melaksanakan pengabdian, tidak dibukanya secara terbuka pendaftaran

honorer tersebut karena pihak sekolah belum memiliki kemampuan

anggaran yang memadai untuk membuka pendaftaran honorer, sehingga

secara moral jika dibuka pendaftaran, maka harus disiapkan nafkah yang

cukup sementara anggaran sekolah masih sangat terbatas, sehingga

sekolah hanya menerima guru yang mengajukan lamaran dengan

memasukkan usul disertai biodata data. Para pelamar inilah yang

kemudian diadakan seleksi secara sederhana dengan melihat

kompetensinya secara umum dan tetap diupayakan ditentukan keputusan

penerimaannya melalui rapat yayasan.(Tawakkal, wawancara; 3-Maret -

2019).
146

Secara umum Kepemimpinan kepala sekolah dalam rekruitmen

tenaga pendidikterlaksana dengan baik dengan nilai rata-rata skor variabel

pendidik dan tenaga kependidikan ini adalah sebesar 4.42.Skor ini berada

di antara kategori baik dan sangat baik.

Indikator nilai rata-rata tertinggi kedua pada tabel tersebut diatas

adalah sekolah memiliki laporan yang akuntabel dengan nilai rata-rata

4.50, hal ini mengisyaratkan bahwa Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar memiliki pengelolaan yang baik dan akuntabel, baik menyangkut

laporan pertanggungjawaban kegiatan pendidik dan tenaga kependidikan

maupun laporan pertanggungjawaban keuangan dan anggaran, mengingat

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar adalah salah satu satuan

kerja yang berdiri di bawah yayasan.

Indikator selanjutnya dalam variable ini adalah tenaga kependidikan

melaksanakan tugas dan tanggungjawab sebagai staf/pegawai dengan

baik, hal ini menggambarkan bahwa tugas-tugas yang diembankan pada

tenaga kependidikan berjalan dengan baik sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dengan manajemen sekolahdalam proses pendidikan pada

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar guna mewujudkan

pendidikan sekolah yang bermutu. Pelaksanaan tugas tenaga


147

kependidikan tersebut turut memberi peran penting dalam pengelolaan

sekolah, baik tidaknya layanan tugas dan fungsi tenaga kependidikan

sangat berpengaruh terhadap kualitas proses pendidikan suatu sekolah.

Indikator berikutnya adalah “guru melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai tenaga pendidik dengan baik”.Hal ini

mengindikasikan bahwa pelaksanaan tugas-tugas guru sebagai tenaga

pendidik pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar berjalan

dengan baik.

Sistem rekruitmen tenaga pendidik dan kependidikan dilaksanakan

dengan memperhatikan mutu tenaga yang diterima berada pada kategori

baik,mutu tenaga pendidik kependidikan sangat berpengaruh terhadap

kualitas proses pendidikan yang berlangsung pada sekolah, baik tidaknya

mutu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu tenaga edukasi dan tenaga

kependidikan pada suatu lembaga pendidikan dilingkungan Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar, sehingga dapat dilihat prestasi

demi prestasi telah ditorehkan olehSekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar.

Peningkatan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassarberdasarkan hasil wawancara bahwa


148

“sekolahmelaksanakan peningkatan kompetensi guru dan tenaga

kependidikan”, hal ini juga dijelaskan oleh Kepala Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassarbahwa; “ dalam hal peningkatan kompetensi guru

senantiasa dilaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis kepada guru-guru

dan tenaga kependidikan secara berkala dengan memanfaatkan dan

mengoptimalkan kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (MGMP)

(Tawakkal, Wawancara, 4-Maret-2019).

Dari data yang diperoleh pada variabel Kepemimpinan kepala

sekolah dalam rekruitmen tenaga pendidikberada pada kategori antara baik

dan baik sekali, sehingga dapat dipahami bahwa Kepemimpinan kepala

sekolah dalam rekruitmen tenaga pendidik pada Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassarberjalan dengan baik.

Kepemimpinan selalu memberi kesan yang menarik, karena dalam

kepemimpinan diperlukan gaya yang sesuai dengan kondisi lembaga

pendidikan atau satuan pendidikan untuk mendorong kinerja bawahannya.

Gunawan mengemukakan bahwa berbagai gayakepemimpinan kepala

sekolah, gaya kepemimpinan situasional cenderung lebih fleksibel dalam

kondisi operasional sekolah. Selanjutnya, dikemukakan bahwa

gayakepemimpinan situasional berangkat dari anggapan bahwa tidak ada

gaya kepemimpinan kepala sekolah terbaik, melainkan bergantung pada


149

situasi dan kondisi sekolah (Gunawan, Wawancara 8 Maret 2019). Artinya

bahwa efektivitas seorang pemimpin dipengaruhi oleh situasi tertentu dan

dalam situasi tertentu tersebut diperlukan gaya kepemimpinan yang sesuai.

Pengertian situasi yang mencakup: waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan

bawahan, para pemimpin, teman sekerja, kemampuan dan harapan

bawahan, tujuan organisasi.

H. Muh. Aslim mengemukakan bahwa kepemimpinan kepala

sekolah pada SMA Athirah Makassar yang efektif adalah kepala sekolah

mampu memainkan peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

sebagai kepala sekolah. Perilaku kepemimpinan efektif ditampakkan pada,

yaitu: (1) perilaku yang berorientasi tugas, (2) perilaku berorientasi

hubungan, dan (3) perilaku partisipatif (Muh. Taslim Wawancara 9 Maret

2019)

Selain gaya-gaya atau perilaku kepemimpinan yang telah

disebutkan, menurut Likert pemimpin itu dapat berhasil jika bergaya

pasticipative management.Gaya ini menekankan bahwa keberhasilan

pemimpin adalah jika berorientasi pada bawahan dan komunikasi.Selain

itu, semua pihak dalam organisasi menerapkan pola hubungan yang

mendukung (supportive relationship). Selanjutnya Likert dalam Husaini


150

Usman merancang empat sistem kepemimpinan dalam manajemen,

sebagai berikut:

a) Kepemimpinan exploitativeautoritative yaitu segala bentuk keputusan

dibuat oleh pimpinan dan bawahan melaksanakan sesuai dengan

standar kerja yang ditetapkan. Konsekuensi dari tidaktercapainya hasil

kerja bawahan mendapatkan sanksi atau hukuman. Kepercayaan

pimpinan kepada bawahan sangat rendah;

b) Kepemimpinan exploitativeautoritative, pemimpin menentukan perintah,

tetapi bawahannya mempunyai kebebasan untuk memberi tanggapan

terhadap perintahnya. Bawahan diberi kesempatan untuk melaksanakan

tugasnya dalam batas-batas yang telah ditentukan secara rinci sesuai

dengan prosedur;

c) Kepemimpinan consultative (konsultatif), pemimpin menetapkan saran

dan perintah setelah mendiskusikan dengan bawahannya. Bawahan

dapat membuat keputusan sendiri mengenai pelaksanaan tugasnya,

tetapi keputusan penting ditentukan oleh pimpinan, dan

d) Kepemimpinan participative (partisipatif), sasaran tugas dan keputusan

yang berhubungan dengan pekerjaan dibuat oleh kelompok. Pemimpin

mengambil keputusan setelah memperhatikan pendapat kelompok.

Motivasi bawahan tidak saja berupa penghargaan ekonomis, tetapi


151

bawahannya dianggap berharga dan merasakan bagaimana pentingnya

mereka sebagai manusia yang bekerja. Hubungan antara pemimpin dan

bawahan terbuka, bersahabat, dan saling percaya(Muh. Taslim

Wawancara 9 Maret 2019).

Berdasarkan teori-teori kepemimpinan oleh ahli yang telah diuraikan,

dalam penelitian ini kepemimpinan kepala sekolah dilihat dari tiga aspek

perilaku, yaitu perilaku orientasi tugas, perilaku orientasi hubungan

(manusia) dan perilaku orientasi partisipatif.

1) Perilaku kepemimpinan berorientasi tugas

Muh. Taslim mengemukakan kepala sekolah dapat mengefektifkan

kepemimpinannya dengan kepemimpinan berorientasi tugas, yaitu

kepemimpinan yang menekankan penyelesaian tugas dan pekerjaan dari

gurudan pegawai lainnya tanpa mempedulikan perkembangan bakat,

kompetensi, motivasi, minat, komunikasi, dan kesejahteraannya. Gaya

kepemimpinan berorientasi tugas lebih memperhatikan adanya

penyelesaian tugas dengan pengawasan yang sangat ketat agar tugas

selesai sesuai dengan keinginannya.Hubungan baik dengan bawahan

diabaikan, yang penting bawahan harus bekerja keras, produktif dan tepat

waktu (Muh.Taslim Wawancara 9 Maret 2019). Hal yang sama

dikemukakan, bahwa gaya kepemimpinan berorientasi tugas lebih

memperhatikan penyelesaian tugas dengan pengawasan yang ketat agar


152

tugas selesai dengan keinginannya. Kepemimpinan berorientasi tugas

adalah perilaku kepemimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas

harus dilaksanakan dengan baik, dengan cara mengarahkan dan

mengendalikan dengan pengawasan ketat pada bawahan. Sehubungan

dengan itu kepala sekolah perlu memberikan petunjuk dan penjelasan

pada guru hal-hal yang harus dikerjakan, memberi bimbingan, memberi

perintah dan mengawasi pelaksanaan tugas guru untuk meningkatkan

profesionalismenya.

Pemimpin berorientasi tugas pada prakteknya adalah memberi

petunjuk, pengawasan, menanamkan keyakinan akan pentingnya

pelaksanaan tugas kepada bawahan, dan mementingkan perhatiannya

kepada pelaksanaan tugas guru yang harus terlaksana dengan baik,

mengikuti aturan yang ditetapkan serta mengacu kepada standar prestasi

kerja yang diharapkan.

Kepemimpinan berorientasi tugas adalah kepemimpinan yang efektif

yang selalu berkonsentrasi pada fungsi-fungsi yang berorientasi tugas atau

produksi. Indikatornya yaitu: (a) memberikan petunjuk-petunjuk kepada

bawahan,(b) mengadakan pengawasan terhadap bawahan, (c)

menyakinkan bawahan bahwa tugas harus dilaksanakan sesuai dengan

keinginan pimpinan, dan (d) menekankan kepada pelaksanaan tugas.


153

Berdasarkan penulis mengemukakan dimensi kepemimpinan

berorientasi tugas yaitu: (a) pemimpin yang selalu memberikan tugas

kepada anggota kelompok, (b) pemimpin menetapkan standar dan

peraturan yang harus diikuti oleh anggota kelompok, dan (c) pemimpin

mengharapkan anggota kelompok mengetahui apa yang diharapkan dari

mereka.

Berdasarkan ketiga dimensi kepemimpinan tersebut, gunawan

menguraikan indikator-indikator perilaku kepemimpinan berorientasi tugas

yaitu: (a) menjelaskan sikap pada bawahan, (b) mencoba ide-ide baru pada

bawahan, (c) menetapkan peraturan, (d) mengkritik pekerjaan bawahan,

mengambil keputusan tanpa kompromi, (e) memberi tugas tambahan,

(e) merencanakan pekerjaan, (g) menetapkan standar tertentu pada

bawahan,(h) menetapkan ketentuan waktu, (i) menggunakan prosesur

kerja yang seragam, (j) menjelaskan peranannya, (k) mengikuti peraturan

yang telah ditetapkan, (l) memberitahukan harapan kepada bawahan, dan

(m) mengawasi bawahan.

Gunawan mengemukakan beberapa karakteristik perilaku

kepemimpinan, yaitu: pemimpin yang berorientasi tugas bercirikan: (a)

kurang menyenangkan, (b) kurang bersahabat, (c) menolak,(d) membuat

kecewa, (e) lesu, (f) tegang, (g) berjarak, (j) dingin, (k) kurang kerjasama,
154

(l) bertentangan, (m) membosankan, (n) suka bertengkar, (o) ragu-ragu, (p)

kurang efisien, (q) murung, dan (r) tertutup.

Pendapat-pendapat ahli diatas disimpulkan bahwa perilaku

pemimpin berorientasi tugas menetapkan tujuan/target pekerjaan pada

karyawan atau hasil kerja dengan memberikan pengarahan pada bawahan

dalam melaksanakan tugas, dan mengendalikan dengan pengawasan

ketat. Soemanto dan Soetopo dalam Syaiful Sagala berpendapat bahwa

kegiatan pemimpin adalah mendorong dan mengarahkan bawahannya

untuk menyelesaikan pekerjaan dengan penuh semangat dan

kepercayaan. Penulis mengemukakan pemimpin tidak akan mampu

berbuat banyak tanpa partisipasi bawahannya, sebaliknya bawahan tidak

dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan efektif tanpa

pengendalian, pengarahan dan kerjasama pemimpinnya.

Banyaknya indikator dikemukakan oleh ahli untuk mengukur perilaku

kepemimpinan orientasi tugas.Indikator yang digunakan dalam penelitian

ini adalah pengarahan dan pengendalian dengan pengawasan ketat dalam

pencapaian tujuan organisasi.

a) Pengarahan

Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua sumber daya

manusia, agar mau bekerjasama, dan bekerja secara efektif serta efisien,
155

dalam membantu tercapainya tujuan. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan

dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugas dengan

baik. Kepemimpinan yang mengarahkan memberikan panduan kepada

para karyawan mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana

cara melakukannya, menjadwalkan pekerjaan dan mempertahankan

standar kinerja.

Pengarahan adalah keseluruhan proses pemberian perintah kepada

para bawahan untuk melakukan pekerjaan, secara sedemikian rupa

sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-sungguh dan bermanfaat

demi tercapainya tujuan organisasi dan tujuan-tujuan lainnya secara efektif

dan ekonomis., memberi perintah adalah fakta fungsional dari kepala

sekolah, baik berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar

praktek atau perilaku yang harus dipenuhi oleh sumber daya manusia yang

ada di sekolah, perintah biasanya tercakup dalam tugas, kewajiban, dan

tanggung jawab, yang harus dilakukan oleh setiap individu yang ada dalam

lingkungan sekolah.

Penulis melihat bahwa secara operasional pengarahan dapat

dipahami sebagai pemberian petunjuk bagaimana tugas-tugas harus

dilaksanakan, memberikan bimbingan selanjutnya dalam rangka perbaikan

cara-cara bekerja, mengadakan pengawasan terhadap pelaksanaan

instruksi-intruksi yang diberikan agar tidak menyimpang dari arah yang


156

ditetapkan, menghindari kesalahan-kesalahan yang diperkirakan dapat

timbul dalam pekerjaan.

Sehubungan dengan pendapat-pendapat dikemukakan diatas, untuk

mencapai tujuan sekolah maka perilaku kepemimpinan kepala sekolah

berorientasi tugas perlu memberikan pengarahan kepada guru terkait

dengan kinerja yang harus dicapai. Pengarahan kepala sekolah kepada

guru, antara lain memberikan panduan deskripsi pekerjaan atau standar

kinerja yang dituntut dari mereka dan cara melaksanakannya, memberikan

bimbingan untuk perbaikan pekerjaan mereka, menentukan jadwal waktu

penyelesaian pekerjaan, adanya format standar kinerja guru sebagai acuan

dalam melaksanakan pekerjaan, penggunaan fasilitas (sarana dan

prasarana) sekolah, dan pembiayaan.

Muh. Taslim mengemukakan bahwa kegiatan pengarahan dapat

dilakukan oleh pimpinan dengan cara:

(1) melaksanakan orientasi sebelum guru dan memulai melaksanakan

tugas untuk mengenal tempat, situasi alat-alat kerja, kawan, dan

sebagainya;

(2) memberikan petunjuk dan penjelasan mengenai pekerjaan yang

akan dilakukan dengan secara lisan atau tertulis (menjelaskan

peraturan atau tata kerja tertulis);


157

(3) memberikan kesempatan untuk berpartisipasi berupa pemberian

sumbangan pemikiran demi peningkatan usaha bersama;

(4) mengikutsertakan semua pegawai dalam pembuatan perencanaan,

(5) memberikan nasihat apabila seseorang pegawai mengalami

kesulitan dalam melaksanakan tugas (Muh. Taslim Wawancara 9

Maret 2019)

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengarahan oleh kepala sekolah dimaksud, yaitu (1) memberi petunjuk dan

penjelasan bagi guru dalam melaksanakan pekerjaannya dan (2) memberi

bimbingan bagi guru dalam melaksanakan pekerjaannya.

b) Mengendalikan dengan pengawasan ketat

Murdick dalam Nanang Fatah mengemukakan bahwa pengendalian

lebih sering disebut pengawasan atau controlling dan tidak membedakan

antara pengendalian dan pengawasan. Menurutnya pengendalian juga

merupakan pengawasan, demikian sebaliknya. Selanjutnya dikemukakan

bahwa pengawasan proses dasarnya terdiri dari tiga, yaitu:

(1) menetapkan standar pelaksanaan;

(2) pengukuran pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar,

(3) menentukan kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan

rencana.
158

Robert J. Mockler dalam Indriyo Gitosudarmono mengemukakan

bahwa pengendalian merupakan suatu kegiatan yang terkoordinir dan

sistematis guna menetapkan standar kerja, yang menetapkan pada

sasaran perencanaan, perancangan sistem umpan balik (feed back)

informasi, dengan kegiatan yang membandingkan kinerja senyatanya

dengan standar yang lebih dahulu harus ditetapkan.

Berdasarkan kedua pendapat diatas, pengendalian dan pengawasan

dapat dikatakan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang tidak

terpisahkan, sehingga sulit untuk dibedakan, karena tahap-tahap yang

dilakukan pada pengendalian dan pengawasan sama. Tahapan-tahapan

dari kedua pendapat diatas jika disimpulkan yaitu: (1) penetapan standar

kerja, (2) membandingkan hasil pelaksanaan pekerjaan atau program

dengan standar tersebut dan (3) umpan balik terhadap hasil kerja dengan

standar dengan melakukan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan atau

adanya standar yang tidak sesuai dengan kondisi yang ada.

Husaini Usman berpendapat pengendalian ialah proses

pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan

yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih

lanjut. Malayu Hasibuan dalam Agus Wibowo bahwa pengendalian

terhadap karyawan/guru, meliputi kedisiplinan, perilaku, kerjasama,


159

pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan.

Sehubungan dengan pendapat tersebut, pengendalian yang dapat

dilakukan oleh kepala sekolah, yaitu memantau kedisiplinan melaksanakan

tugas, perilaku, kerjasama antar guru dengan guru, pelaksanaan pekerjaan

guru dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dan iklim sekolah.

Hasil pemantauan selanjutnya dilakukan penilaian untuk mengetahui

penyimpangan dan ketercapaian program/pekerjaan berdasarkan ukuran

standar kinerja guru telah ditetapkan dan mengambil tindakan yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua standar yang digunakan sedapat

mungkin mencapai tujuan yang diharapkan.

Memperhatikan tahapan-tahapan pengendalian diatas, maka

pengendalian dimulai pada saat guru akan memulai pekerjaan, yaitu

dengan melakukan kontrol terhadap persiapan-persiapan yang telah

mereka kerjakan, yaitu perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang

disusun berdasarkan kerangka standar yang ditetapkan. Selanjutnya

dilakukan evaluasi pada saat proses berjalan, yaitu untuk mengetahui

prestasi yang sudah guru capai. Hasil evaluasi inilah yang digunakan untuk

memberikan umpan balik sebagai bentuk perbaikan pada pelaksanaan

berikutnya.

Stronge dalam James H. Stronge dkk.,mengemukakan bahwa untuk

membangun pemahaman yang jelas tentang sistem evaluasi harus


160

diberikan perhatian khusus terhadap aspek-aspek publik dan aspek-aspek

pribadi dalam komunikasi antara guru dan kepala sekolah, yaitu: (1)

menetapkan tujuan-tujuan yang jelas untuk kemajuan sekolah, (2)

menentukan bagaimana evaluasi guru berkaitan dengan tujuan-tujuan

tersebut (misalnya peningkatan kualitas guru, peningkatan kualitas

pencapaian siswa), (3) mengembangkan standar kinerja yang jelas, di

mana standar tersebut digunakan sebagai basis evaluasi guru, (4)

mengidentifikasi standar-standar kinerja yang dapat diterima, (5) membuat

panduan prosedural yang jelas dan konsistendan melindungi semua proses

evaluasi dan (6) menetapkan lini waktu evaluasi yang masuk akal dan

berpegang pada jangka waktu yang telah ditetapkan tersebut.

Pentingnya penetapan tujuan sekolah yang akan dicapai, hal

tersebut menjadi acuan bagi sekolah untuk menetapkan standar atau

kriteria-kriteria untuk mengukur ketercapaian program kemajuan sekolah

tidak terkecuali kinerja guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Terkait dengan kemampuan guru dalam menyusun program pembelajaran,

melaksanakan pembelajarandan mengevaluasi dan menilai hal tersebut.

Menurut Sudarwan Danim dan H. Khairil mengemukakan kepala sekolah

perlu memiliki kompetensi dalam mengelola kurikulum dan program

pengajaran, yaitu: (1) membentuk dan memberdayakan tim pengembang

kurikulum, (2) memfasilitasi guru untuk mengembangkan kompetensi setiap


161

guru kelas/mata pelajaran, (3) memfasilitasi guru untuk menentukan buku

sumber yang sesuai untuk setiap bidang pengembangan, (4) membimbing

guru dalam mengembangkan dan memperbaiki proses belajar mengajar,

dan (5) mengelola jadwal dan waktu belajar dan evaluasi/penilaian.

Kompetensi disebutkan diatas dapat menjadi acuan bagi kepala

sekolah dalam menentukan standar kinerja kepada guru dalam

melaksanakan proses pembelajaran. Kinerja seseorang dikatakan berhasil

apabila mampu mencapai standar yang ditentukan atau disepakati antara

atasan dan bawahan.

Berdasarkan pendapat diatas, bahwa pengawasan pada dasarnya

membandingkan kondisi yang ada dengan seharusnya terjadi atau

diharapkan dan pengawasan tidak disertai dengan tindak lanjut tetapi

hanya dilaporkan saja. Kepala sekolah dalam melaksanakan

kepengawasan terhadap guru/stafnya dalam bentuk supervisi atau

monitoring. Maisah mengemukakan bahwa supervisi mengandung arti

sebagai pengawasan dan mempunyai arti khusus yang membantu dan

turut serta dalam usaha-usaha perbaikan dan meningkatkan mutu guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

12 Tahun 2007 tentang Standar Kompetensi Pengawas, bahwa kepala

sekolah selaku supervisor harus memiliki kompetensi, yaitu:


162

(1) membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran

berlandaskan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP);

(2) membimbing guru dalam menyusun Rencana Proses

Pembelajaran (RPP);

(3) membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran/bimbingan;

(4) membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan,

dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran

tiap mata pelajaran;

(5) memfasilitasi guru untuk memanfaatkan teknologi dalam

pembelajaran tiap mata pelajaran.

Berdasarkan pendapat diatas bahwa pengawasan kepala sekolah

terhadap pelaksanaan tugas guru dalam bentuk kegiatan supervisi adalah

kegiatan evaluasi kepala sekolah untuk mendapatkan gambaran

keterlaksanaan pekerjaan/tugas guru, sehingga oleh kepala sekolah

diharapkan dapat memberikan bantuan dalam bentuk pembinaan bagi

gurunya yang memiliki kinerja yang kurang. Tujuan kepengawasan bagi

guru berkaitan dengan kemajuan perkembangan profesional guru, dan

membantu guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam menyusun

rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan melaksanakan

evaluasi dan penilaian.


163

Agar tujuan kinerja dan akuntabilitas sistem evaluasi guru dapat

terlaksana, harus ada usaha-usaha intensif dari pihak kepala sekolah.

McGreal dalam James H. Stronge menyimpulkan bahwa tujuan ganda

evaluasi dapat dicapai dengan baik melalui suatu sistem evaluasi, pada

saat kepala sekolah melaksanakan tanggung jawabnya mengevaluasi

staf/guru, penting sekali untuk mengutamakan tanggung jawabnya dalam

membimbing dan membantu peningkatan dan pengembangan guru (tujuan

evaluasi formatif)dan memastikan peningkatan hasil kinerjanya (tujuan

evaluasi sumatif). Selanjutnya dikemukakan bahwa kepala sekolah efektif

tidak hanya memusatkan perhatian pada kurikulum dan pengajaran, tetapi

kepala sekolah juga harus memahami seluk beluk pengajaran dan memiliki

kredibilitas dihadapan stafnya.

Sehubungan pendapat diatas, kepala sekolah juga memperhatikan

hal-hal yang menyangkut bagaimana membangkitkan dan merangsang

guru-guru dan pegawai sekolah di dalam menjalankan tugasnya masing-

masing dengan sebaik-baiknya, berusaha mengadakan dan melengkapi

alat-alat perlengkapan sekolah termasuk media instruksional yang

diperlukan bagi kelancaran dan keberhasilan proses belajar-mengajar,

bersama guru-guru berusaha mengembangkan, mencari dan

menggunakan metode-metode mengajar yang lebih sesuai dengan

tuntutan kurikulum yang sedang berlaku, membina kerja sama yang baik
164

dan harmonis diantara guru-guru dan pegawai sekolah lainnya dan

berusaha mempertinggi mutu dan pengetahuan guru-guru dan pegawai

sekolah, antara lain dengan mengadakan diskusi-diskusi kelompok,

menyediakan perpustakaan sekolah, dan atau mengirim mereka untuk

mengikuti penataran-penataran, seminar, sesuai dengan bidangnya

masing-masing.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian dengan pengawasan ketat oleh kepala sekolah dimaksud,

yaitu(1) pengendalian sehubungan dengan penetapan standar

kerja/pedoman bagi guru dalam melaksanakan pekerjaannya dan (2)

pengawasan sehubungan dengan monitoring, evaluasi, dan pemberian

umpan balik pelaksanaan tugas guru sesuai dengan standar kerja yang

telah ditetapkan.

2) Perilaku kepemimpinan berorientasi hubungan

Wukir mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan berorientasi

bawahan/hubungan cenderung lebih memperhatikan hubungan baik

dengan bawahannya, lebih memberikan motivasi daripada pengawasan

yang ketat dan ikut merasakan perasaan bawahannya. Euis Karwati dan

Donni Juni Priansa mengemukakan bahwa kepala sekolah dapat

mengefektifkan kepemimpinannya dengan kepemimpinan berorientasi


165

hubungan/manusia, yaitu kepemimpinan ini menekankan perkembangan

para guru, staf, dan pegawai lainnya, kepuasan, motivasi, kejasama,

pergaulan dan kesejahteraan mereka. Husaini Usman berpendapat bahwa

perilaku kepemimpinan berorientasi bawahan, yaitu pemimpin cenderung

lebih memperhatikan hubungan yang baik dengan bawahannya, lebih

memotivasi karyawannya ketimbang mengawasi dengan ketatdan yang

lebih penting lagi adalah lebih merasakan perasaan bawahannya.

Berdasarkan pendapat-pendapat dikemukakan diatas, perilaku

kepemimpinan berorientasi hubungan dapat digambarkan bahwa lebih

tertarik membangun tim kerja yang terpadu dan memastikan anggotanya

puas pada pekerjaan mereka dan menciptakan hubungan kemanusiaan

yang baik. Kepala sekolah sebagai pemimpin di sekolahnya dalam

menerapkan perilaku kepemimpinan ini perlu menciptakan iklim

(lingkungan kerja) yang kondusif yang dapat mendukung guru untuk

bekerja dengan penuh semangat. Wahjosumidjo dalam Hagi Eka Gusman

mengemukakan bahwa indikasi dari perilaku kepemimpinan kepala sekolah

berorientasi hubungan adalah: (a) kepala sekolah lebih memberikan

motivasi kepada bawahan, (b) kepala sekolah lebih mementingkan kerja

sama dengan bawahan, dan (c) kepala sekolah lebih bersifat membina

hubungan kekeluargaan.
166

Agusman Zebua, dkk., mengemukakan bahwa perilaku

kepemimpinan orientasi hubungan/manusia adalah gaya kepemimpinan

yang cenderung mengarah pada kepentingan bawahan dan adapun

dimensi gaya kepemimpinannya meliputi: (a) memberikan motivasi,

mendukung, dan membantu bawahan meningkatkan karir mereka, (b)

menunjukkan kepercayaan dan rasa percaya serta bertindak ramah tamah,

(c) selalu memberikan informasi pada bawahan,(d) cenderung

menggunakan pengontrolan secara umum dari pada pengontrolan yang

bersifat ketat, dan (e) bersifat penuh kekeluargaan dan hubungan kerja

sama yang menghormati.

Secara lebih spesifik Arismunandar mengemukakan terdapat tiga

dimensi hubungan manusia dicirikan oleh tiga aspek, yaitu: (a) pemimpin

menyiapkan waktu untuk mendengarkan anggota kelompoknya, (b)

pemimpin berkeinginan membuat perubahan, dan (c) pemimpin yang

bersifat bersahabat dan dekat dengan bawahan.

Berdasarkan dimensi-dimensi yang dikemukakan diatas, M. Sulthon

Masyhud mengemukakan, bahwa indikator perilaku kepemimpinan

berorientasi hubungan/manusia, meliputi: (a) menyenangkan bawahan, (b)

mudah dipahami, (c) menunjukkan persahabatan, (d) mendengarkan

pendapat bawahan,(e) mengupayakan kesejahteraan bawahan, (f)


167

menjelaskan latar belakang tindakannya, (g) senang bermusyawarah, (h)

menerima ide-ide bawahan,(i) memperlakukan bawahan setara dengan

dirinya, (j) ramah kepada bawahan, (k) menentramkan bawahan, dan (l)

mewujudkan saran bawahan. Hoy dan Miskel dalam Sulthon Masyhud

mengemukakan beberapa karakteristik perilaku kepemimpinan, yaitu:

pemimpin yang berorientasi hubungan kemanusiaan bercirikan: (a)

menyenangkan, (b) bersahabat, (c) menerima, (d) membantu,(e)

bersemangat,(f) rileks, (g) dekat,(h) hangat, (i) kerja sama,

(j) supportif/mendukung, (k) menarik, (l) harmonis, (m) percaya diri, (n)

efisien, (o) periang, dan (p) terbuka.

3) Perilaku kepemimpinan partisipatif

Perilaku kepemimpinan partisipatif sering diistilahkan kepemimpinan

terbuka, bebas atau nondirective. Selanjutnya dikemukakan bahwa

pemimpin yang menganut gaya kepemimpinan ini hanya sedikit memegang

kendali dalam proses pengambilan keputusan. Tugas pemimpin adalah

mengarahkan tim tercapainya konsensus. Muh. Taslim mengemukakan

bahwa kepemimpinan partisipatif berkonsultasi dengan para karyawan dan

secara serius mempertimbangkan gagasan mereka pada saat mengambil

keputusan.
168

Sejalan dengan pendapat diatas, Vroom, dkk., dalam Azhar Arsyad,

bahwa perilaku seorang pemimpin atau manajer yang berkaitan dengan

gaya pembuatan keputusan. Gaya pembuatan keputusan partisipatif, yaitu

seorang pemimpin mengajak para bawahannya bertemu secara bersama-

sama sebagai suatu kelompok, kemudian mengajak mereka bersama-

sama memikirkan pemecahan suatu masalah sampai tiba pada satu

kesimpulan yang diputuskan secara konsensus (Azhar Arsyad, 2003 :

133).Pelibatan seluruh komponen madrasah dalam pengambilan keputusan

selain dimaksudkan untuk mencapai keputusan secara konsensus untuk

dilaksanakan secara bersama-sama dengan penuh tanggung jawab juga

untuk memudahkan penyelesaian masalah yang terjadi di madrasah.

Malayu Hasibuan mengemukakan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah

apabila dalam kepemimpinannya dilakukan secara persuasif, menciptakan

kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para

bawahan. Pemimpin memotivasi bawahan agar merasa ikut memiliki.

Berdasarkan pendapat ahli diatas pemimpin yang menggunakan

perilaku partisipatif dapat meningkatkan kualitas proses pendidikan di

madrasah. Keterlibatan dan partisipasi segenap komponen madrasah

menjadi unsur yang menentukan kinerja dan keberhasilan penyelenggaran

madrasah sebagai lembaga pendidikan.Melibatkan seluruh personel


169

madrasah dalam pengambilan keputusan dan diputuskan secara

konsensus dengan sendirinya seluruh personel merasa bertanggung jawab

dengan keputusan tersebut.

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa berpendapat bahwa

kepemimpinan perilaku partisipatif kontrol atas pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan, antara kepala sekolah dengan guru, staf, dan

pegawai lainnya dilakukan secara seimbang. Kepala sekolah, guru dan

personel lainnya sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan. Komunikasi dua arah di mana kepala sekolah

mendengarkan secara intensif masukandari guru, stafdan pegawai lainnya.

Husaini Usman mengemukakan bahwa perilaku kepemimpinan

kepala madrasah yang efektif ialah pemimpin yang menggunakan gaya

(style) partisipatif yang dapat mewujudkan sasarannya, misalnya dengan

mendelegasikan tugas, mengadakan komunikasi efektif, memotivasi

bawahannya, melaksanakan kontrol dan seterusnya. Mendelegasikan

tugas atau penyerahan wewenang agar kegiatan madrasah lebih efektif,

maka kepala madrasah sesuai dengan aturan yang berlaku

mendelegasikan tugas-tugas manajemen pendidikan dan pengajaran

kepada wakil kepala madrasah bidang pendidikan dan pengajaran, urusan

keuangan dan urusan umum kepada wakil kepala madrasah keuangan dan
170

umum, demikian juga urusan kesiswaan kepada wakil kepala bidang

kesiswaan.

Indikator- indikator kepala sekolah dan komunikasi yang efektif

mencakup: (a) menyatukan berbagai pendapat para pemangku

kepentingan dalam proses pengambilan keputusan, (b) menjadi pendengar

yang baik, (c) terlibat dalam dialog-dialog terbuka dan demokratis dengan

pemangku kepentingan sekolah, (d) melakukan pertemuan rutin dengan

personal/staf untuk membahas pelaksanaan-pelaksanaan kegiatan

sekolah, (e) mendorong adanya komunikasi dua arah, sehingga memberi

kesempatan kepada seluruh staf sekolah untuk saling terbuka dan bekerja

sama, (f) merespon tuntutan-tuntutan, keberatan-keberatan, dan keluhan-

keluhan staf sekolah, dan (g) memberikan pengarahan kepada staf sekolah

mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan pekerjaan.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli sehubungan dimensi-dimensi

yang dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan

berorientasi partisipaf lebih fokus terhadap pelibatan pada pengambilan

keputusan secara konsensus dan memudahkan penyelesaian masalah

yang terjadi pada organisasi.

2. Upaya Peningkatkan Mutu pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar
171

Peningkatan mutu pendidikan mengacu pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar

Nasional Pendidikan, menyebutkan bahwa upaya peningkatan mutu siswa

pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassarmemiliki kriteria

mengenai kualifikasi kemampuan lulusan dan prestasi Sekolah Menengah

Atas Islam Athirah Makassarmencakup sikap, pengetahuan, dan

keterampilan serta standar kompetensi kelulusan dijadikan sebagai acuan

utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian

pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana

prasarana, standar pengelolaan dan standar pembiayaan. Dengan

demikian bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan, tentunya di Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassarperlu adanya standar kompetensi

kelulusan yang sejalan dengan tujuan yang diharapkan dalam isi dari

Peraturan Menteri dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013, supaya

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassartersebut dapat

menghasilkan peserta didik yang berkompeten dan mampu bersaing

dengan sekolah lain(Patris HasanuddinWawancara; 13- Maret-2019).

Melalui hasil wawancara Tawakkal bahwa upaya meningkatkan mutu

pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar meliputi;


172

1. Perluasan kesempatan dan pemerataan memperoleh pendidikan yang

bermutu

2. Meningkatkan mutu pendidikan yang memiliki daya saing di tingkat

sekolah baik pada skala local maupun nasional.

3. Meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat dan

tantangan global khususnya dikota Makassar.

4. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka

mewujudkan masyarakat belajar.

5. Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk

mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral.

6. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan

sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan,

pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar yang bersifat nasional

dan global.

7. Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

berdasarkan prinsip otonomi dalam lingkungan madrasah(Tawakkal,

Wawancara; 4-Maret-2019)

Peningkatan mutu padaSekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar, berdasarkan pola pengembangan manajemen, yakni


173

manajemen pada pengembangan pembelajaran yang menekankan

produktivitas, demokratisasi, kooperatif, efektivitas dan efesiensi, serta

pengembangan visi dan misi. Produktivitas merupakan hasil yang

diperoleh dalam kegiatan pembelajaran merupakan aspek yang menjadi

pertimbangan agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai

dengan tujuan pembelajaran.Kepala Madrasah, dan guru serta peserta

didik secara terpadu pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan

tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Kooperatif dalam kegiatan manajemen pembelajaran,

terlibat berbagai pihak secara terpadu dalam proses pembelajaran.

Efektivitas dan efesiensi, merupakan rangkaian kegiatan manajemen

untuk mencapai tujuan pembelajaran, sehingga implementasi

manajemen sumber daya pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassardalam perencanaan pembelajaran dapat memberikan

hasil yang maksimal dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif

singkat.

Keterangan diatas menunjukkan adanya implementasi

manajemen sumber daya pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassarditinjau dari segi perencananya dalam berbagai segi

dan hal itu ditemukan jika dilakukan pembandingan secara mendalam,

ditemukan data empirik bahwa pelaksanaan pembelajaran senantiasa


174

mengacu pada Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Upaya meningkatkan mutu pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen, yang

meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing),

pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).

1. Manajemen Perencanaan

Perencanaan adalah proses pemikiran secara matang dan

sistematis untuk mengambil suatu keputusan mengenai aktivitas yang

akan dilaksanakan dimasa yang akan datang menuju tujuan yang

dikehendaki. Perencanaan yang disusun Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar menjadi tolak ukur dalam menentukan arah dan target

yang akan dicapai dalam misi dan visinya. Khusus tentang visi Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar, adalah sebagai berikut:

1. Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

2. Unggul dalam prestasi

3. Tinggi dalam budi pekerti

Sedangkan misinya adalah:

1. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa

2. Meningkatkan kegiatan belajar mengajar


175

3. Meningkatkan K8 (delapan kompetensi)

4. Meningkatkan tata krama personil

5. Meningkatkan NEM

6. Mengembangkan kreativitas anak

7. Mendorong olah raga, prestasi dan kesenian

8. Mendorong belajar siswa

9. Meningkatkan hubungan baik dengan dewan sekolah. (Tawakkal,

Wawancara; 4- Maret-2019)

Pengejawantaan ketiga visi yang disebutkan sebelumnya

diwujudkan dalam misinya yang Sembilan, sebagaimana yang

disebutkan diatas berjalan dengan baik. Terkait dengan itulah, maka

penerapan manajemen mutu terpadu memerlukan suatu proses

manajemen yang sistematis dan terstruktur dengan baik dan jelas dalam

pencapaian visi dan misi tersebut yang selalu mengedepankan mutu

pelayanan dan mutu hasil sudah tentu tidak bersifat instan, serta harus

melalui proses perencanaan strategis. Perencanaan strategis

merupakan salah satu bagian penting dari manajemen mutu.

Perencanaan ini berfungsi memberikan arahan yang jelas kepada

institusi, karena tanpa arahan, maka institusi akan menghadapi kendala

untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diinginkan. Rencana


176

strategis ini kadangkala disebut dengan pengembangan usaha atau

institusi, yang merinci beberapa tolak ukur yang akan digunakan untuk

mencapai visi-misi dan tujuan pendidikan, demikian halnya Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar dalam konsep pengembangan

sekolah dimulai dengan menetapkan visi, misi, program dan tujuan

pendidikan yang dijadikan dasar dalam merumuskan perencanaan

strategi sekolah yang melibatkan semua stake holders dalam memulai

berbagai kegiatan kependidikan, terutama segi perencanaan

pelaksanaan kurikulum dan metode pengajaran.

Implementasi manajemen kurikulum di Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar, berdasarkan pola pengembangan manajemen

sebagaimana yang dikemukakan Tawakkal, yakni manajemen mutu

terpadu pada kurikulum yang menekankan produktivitas, demokratisasi,

kooperatif, efektivitas dan efesiensi, serta pengembangan visi misi.

Menurutnya bahwa:

Produktivitas merupakan hasil yang diperoleh dalam kegiatan


kurikulum merupakan aspek yang menjadi pertimbangan agar
peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum.Demokratisasi, manajemen kurikulum menempatkan
Kepala Sekolah, dan guru serta peserta didik secara terpadu pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum. Kooperatif dalam
kegiatan manajemen kurikulum, terlibat berbagai pihak secara
terpadu dalam proses belajar mengajar. Efektivitas dan efesiensi,
merupakan rangkaian kegiatan manajemen kurikulum untuk
mencapai tujuan kurikulum, sehingga manajemen terpadu dalam
perencanaan kurikulum dapat memberikan hasil yang maksimal
dengan biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat(Tawakkal,
Wawancara; 4- Maret-2019)
177

Keterangan diatas menunjukkan adanya implementasi kurikulum

di Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar ditinjau dari segi

perencanaannya dalam berbagai segi, dan hal itu ditemukan jika

dilakukan pembandingan secara mendalam, ditemukan data empirik

bahwa kurikulum KBK yang mengacu pada tahun 2004 dapat dilihat

pengembangannya pada kurikulum KTSP yang mulai diberlakukan sejak

tahun 2006, selanjutnya dalam tiga tahun terakhir diimplementasikan

kurikulum 2013 secara terpadu untuk semua kelas dan tingkatan di

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar.

Adapun bentuk dan implementasi perencanaan program

pengajaran adalah berbentuk program tahunan, program semester,

action plan, RPP dan silabus.Dari perencanaan yang telah disusun

tersebut diwajibkan kepada semua guru pada setiap jenjang dan unit

kerja sebelum melaksanakan PBM di kelas, dengan bimbingan dan

pengawasan langsung oleh Kepala Sekolah.Implementasi perencanaan

ini tetap mempertimbangkan baik ketegasan pemerintah sebagaimana

tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003, tentang

Sistem Pendidikan Nasional bahwa kurikulum pada pola nasional

berpedoman pada penyelenggaraan program kebijaksanaan penerapan

manajemen berbasis sekolah.

Selain perencanaan manajemen kurikulum secara terpadu,

diterapkan pula manajemen metodologi pengajaran di Sekolah


178

Menengah Atas Islam Athirah Makassar dan ini dapat dilihat saat

terjadinya proses pembelajaran di kelas secara baik, aman dan

terkendali karena telah direncanakan secara matang. Hasil

observasipenulis secara langsung di lapangan, ditemukan kondisi saat

guru mengajar, keadaan kelas dalam keadaan tenang, situasi seperti ini

sering ditemukan bilamana ada tugas yang sedang diselesaikan oleh

siswa. Setelah siswa selesai mengerjakan tugasnya keadaan kelas

walaupun dalam keadaan normal tetapi terkadang pula ribut, sebagian

siswa keluar dari kelas untuk keperluan mendesak yang sebelumnya

meminta izin kepada guru yang bersangkutan. Situasi seperti yang

disebutkan ini, menjadikan guru untuk menerapkan perencanaan

tindakan kelas yang sesuai, sehingga terwujud proses pembelajaran

yang efektif.

Hasil observasi penulis lebih lanjut terhadap metode pengajaran

yang diimplementasikan oleh guru-guru dalam pelaksanaan

pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar di

dalamnya ditemukan strategi khusus sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran dimulai dengan bacaan doa dan salah satu

surah pendek.

b. Pada awal pembelajaran dilakukan tanya jawab, mengenai

pengenalan (introduksi) berkenaan dengan materi-materi yang akan

dibahas kemudian berkembang dengan metode diskusi.


179

c. Pembelajaran dilakukan dengan inquiry untuk membangun

(konstruk) pemikiran-pemikiran siswa dalam kehidupan keseharian

mereka(Tawakkal, Wawancara; 4- Maret-2019)

Guru-guru Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar

memang memiliki perbedaan antara satu dan lainnya dalam

menyampaikan materi pembelajaran, namun pada umumnya sebelum

melaksanakan pembelajaran, guru-guru secara terpadu lebih awal

merencanakan materi-materi dan merumuskan kompetensi

pembelajaran yang akan disampaikan, kemudian dirumuskan hasil

belajar yang ingin dicapaidan beberapa indikatornya, serta strategi

pembelajaran yang diterapkan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka dipahami bahwa Sekolah


Menengah Atas Islam Athirah Makassar, jauh sebelum pelaksanaan
Ujian Nasional (UN), telah merencanakan berbagai kegiatan dalam
rangka menghadapi hajatan besar sekolah tersebut pada setiap
tahunnya. Secara garis besarnya, perencanaan itu sesuai wawancara
diatas adalah pembentukan kepanitiaan, pengusulan nama-nama
peserta Ujian Nasional (UN) dengan mengirim data ke Dinas
Kementerian Nasional dan Kementerian Agama, mengadakan
bimbingan, try out, mengadakan sosialisasi dan pengecekan.

2. Manajemen Pengorganisasian

Sebagai lembaga pendidikan yang telah mapan, Sekolah


Menengah Atas Islam Athirah Makassar, telah menerapkan manajemen
180

modern dan profesional dengan struktur organisasi yang lengkap dan


pembagian kerja yang jelas serta profesional disamping itu, pembinaan
kerjasama dan perilaku terus menjadi prioritas utama. Hal ini dilakukan
dalam rangka memperjelas ruang lingkup kerja, tugas, hak, tanggung
jawab, dan wewenang masing-masing pribadi dalam tubuh organisasi
Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar, dengan demikian
segala bentuk kesalahan seperti tumpang tindih kewenangan dan yang
semacamnya dapat dihindarkan. Pembagian tugas secara jelas ini
menjadi sangat penting dalam rangka pemberdayaan seluruh SDM yang
ada sebagai potensi yang diharapkan secara bersama-sama dapat
menjalankan tugas dan tanggung jawab organisasi dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Adapun Tata Kerja Organisasi Sekolah.

1) Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator,

manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator.

Tugas dan fungsi ini diperinci sebagai berikut :

a) Kepala sekolah sebagai edukator, yaitu bertugas melaksanakan

proses belajar mengajar secara efektif sebagaimana dengan guru-

guru lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa jabatan sebagai kepala

sekolah hanyalah merupakan tugas tambahan bagi seorang guru,

sehingga dalam ketentuan yang bersangkutan tetap harus mengajar

sebagaimana layaknya guru bidang studi dengan alokasi waktu 6

jam/minggu.
181

b) Kepala sekolah sebagai manajer, mempunyai tugas ; menyusun

perencanaan, mengorganisasikan kegiatan, mengarahkan dan

mengkoordinasikan kegiatan, melaksanakan pengawasan dan

evaluasi kegiatan, menentukan kebijaksanaan, mengadakan rapat,

mengambil keputusan, mengatur proses pembelajaran, mengatur

administrasi (kesiswaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, dan

keuangan, RAPBM, membimbing dan mengarahkan Organisasi

Siswa Intra Sekolah (OSIS), mengatur hubungan sekolah dengan

masyarakat dan instansi terkait.

c) Kepala sekolah sebagai administrator, yaitu melakukan hal-hal yang

berhubungan dengan administrasi; pengawasan/supervisi, kurikulum,

kesiswaan, ketatausahaan, ketenagaan, keuangan, perpustakaan,

laboratorium, keterampilan, UKS, OSIS, dan lain-lain.

d) Kepala sekolah selaku supervesor, yaitu bertugas

menyelenggarakan supervisi mengenai proses belajar mengajar,

kegiatan bimbingan dan konseling, kegiatan ekstrakulikuler, kegiatan

evaluasi dan penilaian, kegiatan administrasi dan keuangan.

e) Kepala sekolah sebagai pimpinan/leader, yaitu melaksanakan tugas

dengan amanah, jujur dan bertanggung jawab, memahami kondisi

guru, karyawan dan siswa, memiliki dan memahami visi-misi sekolah,

mengambil keputusan urusan intern dan ekstern sekolah, membuat,

mencari dan memilih gagasan baru.


182

f) Kepala sekolah sebagai inovator, yaitu melakukan pembaharuan di

bidang kegiatan belajar mengajar, kegiatan ekstrakulikuler,

melaksanakan pembinaan dan bimbingan kepada guru dan

karyawan, melakukan pembaharuan dan menggali sumber daya

melalui Komite dan masyarakat.

g) Kepala sekolah sebagai motivator, yaitu membangkitkan semangat

kerja kepada guru dan karyawan/staf untuk meningkatkan kinerjanya,

memberi motivasi kepada pelaksana unit kerja untuk menata unit

kerjanya, menciptakan penataan lingkungan sekolah yang asri dan

kondusif, menciptakan ruang laboratorium dan perpustakaan yang

nyaman dan menyenangkan, menciptakan hubungan kerja yang

harmonis sesama guru dan karyawan, antara sekolah dan

lingkungan, menerapkan prinsip penghargaan atau reward kepada

guru, staf dan siswa yang berprestasi dan memberi sanksi/ hukuman

yang melanggar aturan kedisiplinan dalam sekolah dan dalam tugas

tertentu kepala sekolah mendelegasikan kepada wakil kepala

sekolah sesuai jobnya masing-masing (Yusran Wawancara; 5-Maret-

2019)

Memperhatikan tugas dan fungsi kepala sekolah tersebut,

jumlahnya cukup banyak, sehingga mungkin ada sebahagian

mempertanyakan mungkin meragukan kemampuan kepala sekolah

menjalankan tugas dan fungsi-fungsi tersebut.Dari sejumlah tugas pokok

dan fungsi tersebut, sudah tentu kepala sekolah harus memiliki


183

kemampuan atau kompetensi yang cukup memadai untuk mengimbangi

tugas-tugas tersebut.Kepala sekolah harus menjadi seorang generalis,

yaitu harus memiliki pengetahuan dari semua tugas dan fungsi yang

menjadi tanggung jawabnya, artinya memahami sedikit dari banyak

masalah yang dihadapi.Seorang kepala tidak dituntut menjadi ahli, tetapi

yang diinginkan adalah mengetahui dan memahami banyak masalah,

yang berhubungan dengan tugas dan fungsinya.Kemudian hal paling

penting lagi adalah adanya pendelegasian wewenang (delegation of

otority) kepada bawahannya (wakil-wakil kepala sekolah) untuk

melaksanakan pekerjaan sesuai fungsi dan tugas mereka. Fungsi ini ikut

meringankan beban kerja kepala sekolah, terutama dalam kegiatan

rutinitas yang sering melelahkan(Yusran Wawancara; 5-Maret-2019)

Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,

kepala sekolah dibantu beberapa orang wakil kepala sekolah dan

beberapa personil lainnya, dengan tugas-tugas sebagai berikut :

Pertama, Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum bertugas

membantu kepala sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut;

a) menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan;

b) menyusunpembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.

c) Mengaturpenyusunan program pengajaran, program satuan

pelajaran dan persiapan mengajar, penjabaran dan penyesuaian

kurikulum.
184

d) mengatur pelaksanaan kegitan kurikuler dan ekstrakurikuler.

e) mengatur pelaksanaan program penilaian kriteria kelulusan, dan

laporan kemajuan belajar siswa, serta pembagian rapor dan STTB.

f) Mengatur Pelaksanaan Program perbaikan dan pengajaran.

g) Mengatur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar.

h) Mengatur pengembangan MGMPP dan koordinator mata pelajaran.

i) mengatur mutasi siswa.

j) melakukan supervisi administrasi dan akademis.

k) Menyusun laporan.

Kedua, Wakil Kepala sekolah bidang kesiswaan, bertugas membantu

kepala sekolah dalam urusan-urusan sebagai berikut;

a) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.

b) Mengatur dan mengkoordinasikan pelaksanaan 7K (keamanan,

kebersihan, ketertiban, keindahan, kekeluargaan, kesehatan, dan

kerindangan).

c) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS meliputi

kepramukaan, palang merah remaja (PMR), kelompok ilmiah remaja

(KIR), usaha kesehatan sekolah (UKS), patroli keamanan sekolah

(PKS) dan paskibraka.

d) mengatur program pesantren kilat.

e) menyusun dan mengatur pelaksanaan pemilihan siswa teladan

sekolah.
185

Ketiga, Wakil Kepala sekolah bidang Sarana dan prasarana,

bertugas membantu kepala sekolah dalam urusan-urusan sebagai

berikut;

a) merencanakankebutuhan sarana prasarana untuk menunjang proses

belajar mengajar.

b) Merencanakan program pengadaannya.

c) mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.

d) mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian.

e) mengatur pembakuannya.

f) menyusun laporan.

Keempat, Wakil Kepala sekolah bidang Hubungan dengan

Masyarakat, bertugas membantu kepala sekolah dalam urusan-urusan

sebagai berikut;

a) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan Komite Sekolah

dan peran Komite Sekolah.

b) Menyelenggarakan bakti sosial dan karya wisata.

c) Menyelenggarakan pameran hasil pendidikan di Sekolah (gebyar

pendidikan).

d) Menyusun laporan.

Guru, bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara efektif

dan efisien. Adapun tugas dan tanggung jawab guru,meliputi:

a) Melaksanakan kegiatan pembelajaran


186

b) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar, ulangan harian,

ulangan umum, ujian akhir.

c) Membuat perangkat-perangkat pembelajaran, yaitu program

tahunan/semester, program mingguan, program satuan pelajaran,

RPP, Daftar Penilaian, Modul Pembelajaran, LKS, dan lainnya.

d) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian;

e) Menyusun dan melaksanakan perbaikan/remedial dan pengayaan;

f) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan)

kepada guru lain dalam proses kegiatan belajar mengajar

g) Membuat atau menggunakan alat/media pembelajaran.

h) Menumbuhkembangkan sikap menghargai karya seni

i) Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

j) Melaksanakan tugas tertentu di sekolah

k) Mengadakan pengembangan program pengajaran yang menjadi

tanggung jawabnya

l) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa

m) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pengajaran

n) Mengatur kebersihan ruang kelas dan ruang praktikum

o) Mengumpulkan dan menghitung angka kredit untuk kenaikan

pangkatnya (Yusran Wawancara; 5-Maret-2019)

Guru Bimbingan dan Konseling, adalah bertugas membantu

kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan, sebagai berikut :

a) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling


187

b) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-

masalah yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar;

c) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa agar lebih

berprestasi dalam kegiatan belajar;

d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam

memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan

pekerjaan yang sesuai;

e) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling;

f) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling;

g) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar;

h) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan

konseling;

i) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling;

5) Pustakawan Sekolah, adalah bertugas membantu kepala

sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a) Perencanaan pengadaan buku-buku/bahan pustaka/media

elektronika;

b) pengurusan pelayanan perpustakaan;

c) perencanaan pengembang perpustakaan;

d) pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/bahan pusta/media

elektronika;

e) inventarisasi dan pengadministrasian buku-buku/bahan

pustaka/media elektronika;
188

f) melakukan layanan bagi siswa, guru dan tenaga kependidikan

lainnya, serta masyarakat;

g) penyimpanan buku-buku perpustakaan/media elektronika;

h) menyusun tata tertib perpustakaan;

i) menyusunlaporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara

berkala.

Menurut Tawakkal, bahwa uraian tugas tersebut hanyalah

merupakan penggarisan atau batasan yang harus dipertanggung

jawabkan masing-masing pengelola secara rutin, karena dalam

melaksanakan tugas-tugas tersebut tetap diperlukan adanya kerjasama

dari semua warga sekolah, sehingga terbangun kekompakan atau

kebersamaan setiap pelaksanaan program, dan tidak ada sekat dan

diskriminisasi antara satu dengan yang lainnya. Upaya menanamkan

komitmen untuk kerjasama yang baik dalam kehidupan sehari-hari pada

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar dijadikan sebagai

tradisi dan budaya, karena hal ini disadari selain sebagai ajaran Islam,

juga merupakan salah satu prinsip manajemen mutu yang harus

diterapkan dan dipelihara secara berkesinambungan.

3. Manajemen Pelaksanaan

Manajemen mutu terpadu merupakan salah satu pola manajerial

dalam upaya merespon stake holderspendidikan ke arah perbaikan mutu

yang cepat dan terus menerus. Konsep ini menawarkan pendekatan


189

yang sangat efektif dalam mengelola lembaga pendidikan dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan, khususnya berkenaan dengan

implementasi Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) di

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar sudah direncanakan

sebelumnya, Yusran menyatakan bahwa,

Ditinjau dari fungsi-fungsi manajemen mutu dari setiap komponen


pendidikan, pengembangan pendidikan dalam perspektif MPBS yang
dilakukan di sekolah ini (Sekolah Menengah Atas Islam Athirah
Makassar) memiliki paradigma formisme.Dikatakan formisme karena
fungsi-fungsi manajemen dari setiap komponen pendidikan memiliki
aktivitas yang berbeda mulai dari fungsi perencanaan,
pengorganisasian, pengawasan dan evaluasi.Keempat fungsi
menggambarkan adanya dikotomi atau diskrit dalam pelaksanaan
kegiatan manajemen mutu terpadu.Dengan paradigma formisme ini
menunjukkan bahwa fungsi-fungsi dalam manajemen komponen
pendidikan, bersifat horizontal lateral.Dikatakan horizontal lateral
mengandung arti bahwa fungsi-fungsi manajemen tersebut
mempunyai hubungan sederajat namun independen dan tidak harus
saling berkonsultasi. Namun dalam pelaksanaannya fungsi-fungsi
tersebut saling bekerja sama dengan dukungan unsur-unsur
komunikasi, koordinasi dan kerjasama untuk mencapai tujuan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut
memiliki paradigma mekanisme yang bersifat lateral sekuensial
(fungsi-fungsi manajemen memiliki hubungan sederajat dan saling
terikat).Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai maka fungsi-fungsi
manajemen tersebut merupakan satu kesatuan atau sebagai sistem,
sehingga paradigma yang digunakan adalah paradigma organisme
yang bersifat vertikal linier (berorientasi pada ajaran-ajaran Islam
sesuai konsep pendidikan Islam.(Yusran Wawancara; 5- Maret-2019)

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar selama tiga

tahun terakhir, baik keberhasilan di bidang akademik maupun di bidang

non akademik, maka dapat dikatakan bahwa prinsip-prinsip manajemen


190

yang diterapkan oleh kepala sekolah sejalan dengan prinsip dan

manajemen.

Berbagai prestasi akademik yang diperoleh dari Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar sebagai indikator bahwa

kepemimpinan kepala sekolah terimplementasi dengan baik. Namun di

sisi lain khususnya prestasi non akademik seperti lomba seni dan

olahraga juga telah mencapai target yang diinginkan. Dalam hal ini

prestasi akademi dan non akademik tidak ditemukan keterpaduan,

sehingga sesuai hasil wawancara dengan kepala sekolah dan

beberapa guru serta staf Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar diperoleh informasi tentang kepemimpinan yang masih

berada pada tataran konseptual atau belum secara eksplisit terlaksana

secara keseluruhan.Oleh kerena itu, dalam penerapannya hanya dilihat

pada dua aspek kajian, pertama kajian dalam tataran konsep, yaitu

suatu pendekatan dalam menjalankan kegiatan pendidikan yang

berupaya memaksimalkan mutu output diikuti dengan penyempurnaan

secara terus-menerus terhadap sistem manajemen pendidikan dan

kedua kajian mencakup cara penyampaiannya yang searah dengan 10

(sepuluh) prinsip atau karakteristik manajemen, yaitu; a) Fokus pada

peserta didik, b) Berobsesi tinggi pada kualitas, c) Menggunakan

pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan

masalah, d) Memiliki komitmen jangka panjang, e) Manajemen dan

kerjasama tim (teamwork), f) Memperbaiki kualitas secara


191

berkesinambungan, g) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi

tenaga pendidik dan staf, h) penerapan kebebasan yang terkendali, i)

memiliki kesatuan tujuan dan j) Melibatkan dan memberdayakan semua

elemen sekolah(Yusran Wawancara; 5- Maret-2019).

Keberhasilan, kemajuan dan prestasi belajar peserta didik

memerlukan data yang otentik, dapat dipercaya, dan memiliki

keabsahan. Oleh karena itu, setiap kegiatan didokumentasikan secara

khusus oleh bagian Tata Usaha Sekolah dengan menggunakan sistem

pendataan berbasis komputer guna memudahkan analisis,

pendokumentasian, tentang informasi mengenai data kemajuan

peserta didik. Data ini diperlukan untuk dijadikan bahan informasi

kepada masyarakat terutama kepada orang tua peserta didik, bahkan

menjadi bahan untuk mengetahui dan mengontrol keberhasilan atau

prestasi kepala sekolah bersama dengan guru-gurunya sebagai

pengelola pendidikan. Demikian halnya,kemajuan belajar peserta didik,

secara periodik harus dilaporkan kepada orang tua sebagai masukan

untuk berpartisipasi dalam proses pendidikan dan membimbing

anaknya belajar di rumah secara kontinyu.

Pemantauan terhadap kemajuan prestasi peserta didik dalam

pembelajaran merupakan suatu kegiatan pendahuluan untuk

merencanakan strategi pembelajaran, metode apa yang cocok, dan

menambah/mengurangi beban kerja. Secara khusus, pemantauan


192

terhadap kemajuan peserta didik yang dilakukan secara konsisten dan

kontinu berperan sebagai dasar untuk memberikan balikan kepada

peserta didik. Dalam kaitan dengan kegiatan ini, perlu diperhatikan

aktivitas pekerjaan rumah yang diberikan kepada peserta didik,

terutama yang berkaitan dengan seberapa banyak pekerjaan rumah

yang selayaknya diberikan kepada peserta didik dan penilaian yang

diberikan.

Dalam upaya meningkatkan prestasi peserta didik pada Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar, ada beberapa kegiatan yang

dilakukan oleh kepala sekolah bersama dengan guru-guru, antara lain;


Menetapkan jadwal penilaian secara bersama sesuai kalender
pendidikan dengan mengacu pada kalender pendidikan yang telah
ditetapkan oleh DIKNAS kota Makassar, sehingga guru dapat
mengoptimalkan penyelesaian proses pembelajarannya di kelas.
Selain itu guru memeriksa setiap pekerjaan peserta didik dan
memberikan balikan secara cepat dan melakukan analisis terhadap
kemajuan peserta didik, bukan hanya pada rana kognitifnya, tetapi
juga pada rana afektif dan psikomotoriknya. Penilaian ini
dilaksanakan secara periodik yang bertujuan untuk melihat
kecenderungan peningkatan dan penurunan dan kemajuan
peserta didik(Muh. Mahrus Wawancara; 6-Maret-2019)

Pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan

pengetahuan peserta didik, tetapi juga sikap kepribadian dan

keterampilan-keterampilan lainyang lahir dari hasil pengalaman proses

pembelajaran di sekolah. Sekolah tidak hanya bertanggung jawab

memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga


193

memberi bimbingan dan bantuan terhadap peserta didik yang

bermasalah, baik dalam belajar, maupun emosional dan tingkah lakunya,

sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan

potensi masing-masing. Pengembangan peserta didik dalam hal bakat

dan minat dapat melalui organisasi siswa sekolah (OSIS) dengan

mengisi berbagai kegiatan berupa pengetahuan dan keterampilan

khusus.

Fokus utama dalam aktivitas pembelajaran di sekolah adalah

peserta didik, mereka merupakan subjek utama proses pemberajaran.

Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran sangat tergantung pada

kesiapan dan kemampuan peserta didik untuk belajar. Optimalisasi

kesiapan dan kemampuan belajar menjadi kunci keberhasilan proses

pembelajaran di sekolah. Sekolah yang efektif harus menyediakan

program dan aktivitas pelayanan pendukung peserta didik (Student

Support Services).Program dan aktivitas layanan ini diarahkan untuk

membantu peserta didik mengaktualisasi potensinya secara

optimal.Layanan pendukung peserta didik di Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar dapat dikoordinasikan langsung dengan

program layanan dan bimbingan. Pelayanan mencakup berbagai bentuk

layanan responsive, seperti konseling, bimbingan pembelajaran, layanan

orientasi, layanan informasi, bimbingan kelompok, layanan mediasi,

penempatan/penyaluran, dan bantuan ketuntasan belajar. Terdapat


194

beberapa jenis pelayanan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar, seperti berikut :

Peserta didik (melalui OSIS) dapat memberikan masukan


terhadap pengembangan pembelajaran dan implementasi
kebijakan disiplin sekolah. OSIM aktif melakukan kegiatan dan
ikut bertanggungjawab atas program pembinaan yang dilaksanakan.
Tersedia banyak pilihan aktivitas untuk program ekstrakurikuler
sesuai bidang-bidang bakat dan minat peserta didik tanpa ada
diskriminasi jenis kelamin, suku, dan kondisi-kondisi lainnya yang
menghambat. Pada sisi lain guru memberikan tugas-tugas kepada
peserta didik pada jam pelajaran, bila guru yang bersangkutan tidak
bisa hadir, atau guru yang bersangkutan diganti oleh guru lain untuk
jam yang kosong tersebut. Guru bersifat demokratis atas pikiran
dan pendapat peserta didik, baik terhadap pendapat yang benar
maupun yang salah. Terdapat ruang khusus untuk melaksanakan
program layanan bimbingan konseling dan pemantauan terus-
menerus terhadap kesulitan belajar dan masalah lain yang dialami
oleh peserta didik.Kegiatan pengembangan diri dikaitkan dengan
usaha pengembangan pribadi peserta didik secara integral, yang
mencakup kecerdasan intelektual, emosional, sosialdan
spritual(Muh. Mahrus Wawancara; 6-Maret-2019)
Syarat Pendaftaran dan kode etik siswa Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar,yaitu:

1) Syarat pendaftaran

Beragama Islam, berusia setinggi-tingginya 18 tahun,

menyerahkan Ijazah &SKHUN/UN asli beserta foto copy yang dilegalisir

(1 lembar), menyerahkan pas photo hitam putih ukuran 3 x 4 sebanyak 2

lembar, menyerahkan foto copy piagam kejuaraan dua tahun terakhir

yang telah dilegalisir oleh pihak berwenang minimal tingkat kabupaten


195

(jika memiliki) dan beberpa persyaratan lain yang tidak tertulis, yang

bersifat anjuran.

2) Kode Etik Siswa.

Selain persyaratan tersebut, maka peserta didik yang akan

diterima pada Sekolah Menengah Atas Islam AthirahMakassar harus

lulus dalam seleksi, disesuaikan dengan daya tampung ruang

kelas/rombel. Peserta didik memiliki prestasi dan keterampilan. Adapun

kode etik/perbuatan/larangan yang tidak boleh dilanggar adalah berikut

ini :

a) Tidak terlibat kasus pergaulan bebas dan asusila, tidak terlibat dalam

perkelahian dan tawuran dan tidak terlibat pada penggunaan narkoba.

b) Tidak memalak dan mencuri, tidak mengancam dalam kelas.

c) Tidak membawa/menggunakan; senjata tajam, gambar/kaset porno,

merokok, miras, obat-obat terlarang dan tidak berbahasa kotor dalam

lingkungan sekolah;

d) Tidak main domino, kartu dalam kelas atau kegiatan-kegiatan lain

yang merusak kelas, tidak boleh membuang sampah ditempat

sembarangan.

e) Tidak boleh memalsukan tanda tangan, tidak makan/minum bukan

pada tempatnya;

f) Tidak boleh mencoret-coret dinding, tidak boleh rambut panjang.

g) Tidak mengikuti organisasi terlarang, dan tidak berada dalam kelas


196

pada waktu shalat berjamaah.

Selain larangan-larangan tersebut, masih ada sejumlah tata tertib/

kewajiban yang harus ditaati, seperti harus menghormati guru dan staf

dan saling menghormati sesama siswa, setiap saat harus membawa Al

Qur’an, harus mengikuti ekstrakurikuler, harus mengikuti upacara

bendera dan harus berpakaian rapi sesuai ketentuan, dan lain-lain.

Semua kode etik dan tata tertib, apabila salah satunya dilanggar atau

tidak ditaati akan dikenakan sanksi mulai dari ringan, sedang dan berat,

yang langsung ditangani oleh guru Bimbingan dan Konseling (BK), jika

pelanggaran berat biasanya langsung ditangani oleh kepala sekolah.

Upaya peningkatan prestasi peserta didik, ada beberapa strategi

yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah, yaitu melalui program

akselerasi, mendongkrak prestasi belajar, mendayagunakan lingkungan

sekitar sekolah dan melibatkan masyarakat.

1) Program Akselerasi, meskipun program ini belum terlaksana pada

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar, namun program ini


sudah diwacanakan sejak beberapa tahun yang lalu, hanya belum

terealisir hingga sekarang, maka upaya lain adalah penetapan kelas

unggulan setiap jenjang/tingkat, karena program eksalarasi memerlukan

pembinaan yang lebih profesional dan peserta didik yang masuk pada

program ini adalah mereka yang memiliki integritas pribadi dan

kompetensi diatas rata-rata dan mereka dapat menyelesaikan kegiatan

belajar di sekolah dengan waktu yang relatif cepat, yaitu semestinya


197

ditempuh 3 tahun menjadi hanya 2 tahun(Bj Gunawang, Wawancara; 8 -

Maret-2019)

2) Mendongkrak Prestasi Belajar. Kegiatan ini sudah dijadikan

program utama bagi guru-guru Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar, terutama dalam menanamkan kesadaran belajar kepada

peserta didik. Bahwa belajar pada hakikatnya merupakan usaha sadar

yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena itu


setiap kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan

perubahan-perubahandalam dirinya, baik dari segi kognitif, maupun

afektif dan psikomotorik peserta didik. Penanaman ketiga ranah ini yang

perlu mendapat perhatian dari setiap kegiatan proses pembelajaran.

3) Pendayagunaan lingkungan sekitar sekolah merupakan suatu

pendekatanpembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan

keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai

sumber belajar. Pendekatanini berasumsi bahwakegiatan pemberajaran

akan menarik perhatian peserta didik bila apa yang dipelajari diangkat

dari lingkungannya, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan


kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya. (Bj Gunawang,

Wawancara; 8 - Maret-2019)

b. Berosesi Tinggi pada Kualitas dan Komitmen yang Kuat.

Untuk mencapai tujuan pendidikan secara optimal.Kepala

bersama dengan guru-guru Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar berusaha mencurahkan seluruh perhatian dan aktifitas


pendidikan yang senantiasa berorientasi kepada “mutu pelayanan dan
198

mutu hasil”.Komitemen ini menjadi kesepakatan internal dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan.

Sesungguhnya meraih mutu pendidikan yang berdaya saing

tinggi, tidaklah semuda membalik telapak tangan karena sudah tentu

berhadapan dengan berbagai kendala, baik dari segi sumberdaya

manusia maupun dari segi finansial (membutuhkan waktu, tenaga dan

dana yang tidak sedikit jumlahnya). Farid Ahmadi menyatakan bahwa;

Keinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah


Menengah Atas Islam Athirah Makassar, sudah sejak lama dijadikan
sebagai prioritas utama dalam seluruh aktifitas program pendidikan,
dan ini sudah menjadi komitmen bersama, namun terkadang kami
menghadapi beberapa kendala/hambatan terutama masalah
finansial dan sumberdaya manusia, karena memang diakui bahwa di
sekolah ini belum semua tenaga pendidik memiliki kapasitas yang
memadai terhadap mutu. Dengan kata lain, kemampuan mereka
masih sangat terbatas, meskipun jumlahnya tidak banyak, namun
dapat berpengaruh terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan
secara keseluruhan (Bj Gunawang, Wawancara; 8 - Maret-2019)

Kepala sekolah bersama dengan tenaga edukasi lainnya harus

memiliki komitmen yang kuat terhadap budaya mutu. Seringkali orang

memiliki obsesi tinggi terhadap kualitas, tetapi karena tidak didukung

oleh komitmen yang kuat, maka program mutu sulit terlaksana/tercapai.

Dengan demikian adanya obsesi tinggi yang didukung oleh komitmen

yang kuat untuk meraih mutu adalah ibarat sebuah bangunan yang

memiliki dasar/pondasi yang kuat (komitmen) yang didukung oleh pilar


199

yang kuat lagi tinggi (obsesi tinggi), sehingga bangunan dapat berdiri

dengan kokoh (mempunyai daya saing yang tinggi) yang tidak mudah

terkalahkan dari lembaga pendidikan lainnya.

Data mengenai Peningkatan mutu pendidikan yang diambil dalam

penelitian ini adalah : a).Hasil rata-rata ujian nasional, b).Hasil rata-rata

ujian sekolah, c).Tingkat lama studi siswa, d).Tingkat kelulusan siswa, dan

e) Tingkat studi lanjut siswa pada jenjang yang lebih tinggi.

Peningkatan mutu dalam perspektif Islam senantiasa memberikan

petunjuk agar manusia dapat tumbuh dan berkembang ke arah

kesempurnaan hidup, baik mental maupun spritual, mempunyai semangat

belajar yang tinggi,berpikiran maju serta berkepribadian yang mulia

sehingga dapat menjamin kelancaran proses pertumbuhan dan

perkembangan. (Fata Syukur, , 2002 : 250)Untuk mencapai tujuan tersebut

diperlukan upaya yang terencana,terarah, terpadu dan

berkesinambungan.Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut

adalah dengan memadukan antara tujuan dan materi pendidikan dengan

kondisi pertumbuhan dan perkembangan anak.Dengan demikian,

pendidikan bukanlah merupakan pekerjaan ringan dan mudah, karena

yang dihadapi dalam proses pembelajaran adalah benda hidup, bukan

benda mati, berakal,tumbuh dan berkembang.


200

Seorang pendidik yang ingin mencapai tujuan secara optimal dalam

proses pembelajaran itu mutlak dituntut agar ia memiliki

pengetahuan,integritas dan wawasan yang luas, baik yang terkait dengan

fase perkembangan anak maupun yang terkait dengan tujuan dan materi

pendidikan.

1. Konsepsi Pendidikan Islam

Konsepsi pendidikan dalam kerangka pendidikan nasional harus

dimulai secara integral dan utuh (kaffah).Pada hakikatnya, konsepsi

manusia seutuhnya adalah makhluk Allah yang mempunyai unsur jasad,

akal dan kalbu serta aspek kehidupannya sebagai makhluk individu, sosial,

susila, dan agama. (Burhanuddin, 2006 : 39).Sedangkan hakikat pendidikan

nasional sesungguhnya bertujuan mewujudkan manusia Indonesia yang

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, mengangkat

harkat dan martabat warga negaranya dalam konteks nasional.Dengan

demikian, pendidikan nasional merupakan sarana yang amat strategis bagi

pelestarian bangsa dan kebudayaan nasionalnya.Untuk itu, pendidikan

Islam dan pendidikan nasional harus diarahkan pada pembinaan dan

pengembangan iman, taqwa, akhlak mulia, hati nurani, budi pekerti dan

aspek-aspek humaniora lainnya, disamping aspek-aspek kecerdasan dan

keterampilan sehingga terwujud keseimbangan.


201

Konsepsi pendidikan Islam yang dikaitkan dengan konsepsi tentang

kejadian manusia yang dari sejak awal kejadiannya sebagai makhluk Allah

swt, yang mempunyai ciri dasar dengan dibekali potensi hidayah akal dan

ilmu, disamping pada sisi lain menjalankan misi untuk mengabdi dalam arti

yang luas sebagai khalifah di bumi memikul amanat dan tanggung jawab.

Oleh karena itu, pengertian pendidikan menurut ajarat Islam adalah

merupakan usaha dasar untuk mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan dengan segala potensi yang dianugerahkan Allah

swt.Kepada manusia agar mampu mengemban amanah dan tanggung

jawab sebagai khalifah di bumi dalam pengabdiannya kepada Allah swt.

Konsepsi pendidikan Islam menurut Hasan harus dilakukan terhadap

dua hal:

a. Memperoleh kejelasan tentang pengertian dan konsepsi pendidikan

Islam, yang secara mendasar harus diletakkan pada kejadian dan misi

manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi.

a. Menempatkan kelembagaan pendidikan Islam dengan isi program

pendidikannya relevansi dengan kepentingan umat Islam dalam

menghadapi tantangan dunia modern, tuntutan perkembangan ilmu dan

tekhnologi serta kebutuhan pembangunan di segala bidang. (Muhammad

Tholhah Hasan, 2007 : 182).


202

Penerapan pendidikan Islam dengan peningkatan iman dan

ketaqwaan yang berakhlak mulia adalah manifestasi dari keimanan yang

diyakininya. Oleh karena itu, keimanan dan ketaqwaan yang menyatu pada

diri seseorang akan menghindarkan dari perbuatan-perbuatan yang

merusak dan membahayakan masyarakat. Muhaimin merumuskan

pengembangan potensi kepribadian manusia, meliputi:

a. Perkembangan iman, diaktualkan dalam ketaqwaan kepada Allah

swt, sehingga menghasilkan kesucian.

b. Pengembangan karsa untuk mempunyai sikap dan tingkah laku

yang baik (etika, akhlak dan moral). Pengembangan ini akan

menghasilkan kebaikan.

c. Pengembangan rasa, untuk berperasaan halus (apresiasi seni,

persepsi seni dan kreasi seni). Hak tersebut akan menghasilkan

keindahan.

d. Pengembangan karya, untuk menjadikan manusia terampil dan

cakap teknologi yang berdayaguna, sehingga menghasilkan

kegunaan, serta

e. Pengembangan hati nurani diaktualkan menjadi budi nurani yang

berfungsi memberikan pertimbangan (iman, cipta, karsa, rasa,

karya), sehingga menghasilkan kebijaksanaan. (Muhaimin,2005 :93).


203

Dengan demikian, potensi-potensi tersebut harus dikembangkan

menjadi kenyataan berupa keimanan dan akhlak serta kemampuan

beramal kebaikan dengan menguasai ilmu dan keterampilan serta keahlian

tertentu, sehingga mampu memikul amanat dan tanggung jawab sebagai

manusia yang bertakwa.

Hakikat penciptaan manusia sebagai penerima dan pelaksana

ajaran. Oleh karena itu,ia ditempatkan pada kedudukan yang mulia.Allah

swt menciptakan manusia dalam bentuk fisik yang bagus dan

seimbang.Untuk mempertahankan kedudukan yang mulia itu dan bentuk

pribadi yang bagus, maka Allah swt melengkapinya dengan akal dan

perasaan yang memungkinkannya menerima dan mengembangkan ilmu

pengetahuan dan membudayakan ilmu yang dimilikinya.

Penulis memandang manusia sebagai makhluk paedagogik yang

berarti manusia merupakan makhluk Allah yang dilahirkan membawa

potensi dapat dididik dan mendidik.Dialah yang memiliki potensi dapat

dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi,

pendukung dan pengembang kebudayaan.Ia dilengkapi dengan fitrah Allah

berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan

dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya


204

sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya

berbuat merupakan komponen dari fitrah itu.

Peserta didik terdiri atas dua unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur

rohani yang merupakan dwitunggal diri manusia. Masing-masing

memerlukan pendidikan untuk dapat berfungsi sebagai mana mestinya.

Fisik memerlukan pendidikan fisik atau jasmani berupa olah raga dengan

berbagai cabang bentuknya. Begitu juga rohani atau mental memerlukan

pendidikan agar dengan rohani tersebut dapat mensejahterakan hidupnya.

Dengan demikian, pendidikan secara integral dan terpadu antara jasmani,

mental, rasio dan hati nurani mutlak bagi manusia, bilamana manusia ingin

mendapatkan dirinya pada porsi sebagaimana mestinya.

Menurut pandangan Islam, manusia diciptakan dalam keadaan suci

tak bernoda. Ia bagai tunas, akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan

bentuk asuhan, perawatan yang diberikan orang tuanya. Jika orang tua

atau pendidik mendidiknya dengan nilai-nilai keislaman, niscaya ia akan

tumbuh dan berkembang menjadi seorang muslim yang shaleh dan

bertaqwa. Namun jika orang tua mendidiknya dengan idiologi-idiologi selain

Islam, maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi orang yang sekuler

atau bahkan atheis.


205

Untuk itu, selagi anak mempunyai instrumen-instrumen ilmiah dan

memiliki potensi-potensi yang utuh untuk menerima ilmu pengetahuan,

orang tua hendaknya memperhatikan pertumbuhan aspek-aspek

keperibadiannya yang beragam, meliputi aspek kognitif (intelektual), afektif

(mental–spritual) dan psikomotorik (fisik).

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar bahwa

mutu pendidikan dapat dikelompokkan kedalam tiga aspek, yaitu

pengembangan kognitif, motorikdan kognitif.

1. Pengembangan Kognitif

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah kognitif menjadi popular

sebagai salah satu domain atau rana psikologis manusia yang meliputi,

setiap perilaku mental dan berhubungan dengan pemahaman,

pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan

dan keyakinan. Ranah kejiwaan yang berpusat di otak berhubungan

dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan yang bertalian dengan

ranah rasa).

Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa antara proses perkembangan

dengan proses pembelajaran (the teaching-learning proses) yang dikelola

para guru terdapat benang merah yang mengikat kedua proses tersebut.

Sehingga hampir tak ada proses perkembangan peserta didik baik jasmani
206

maupun rohaninya yang sama sekali terlepas dari proses pembelajaran

sebagai pengejawantahan proses pendidikan. Apabila fisik dan mental

sudah matang, panca indera sudah siap menerima stimulus-stimulus dari

lingkungan, berarti kesangupan peserta didik pun sudah tiba.

Program pembelajaran di sekolah yang baik adalah yang mampu

memberikan dukungan besar kepada para peserta didiknya dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan mereka. Sehubungan dengan

ini, setiap guru (tenaga pengajar) selayaknya memahami seluruh proses

dan tugas perkembangan manusia, khususnya yang berkaitan dengan

masa prayuwana danyuwana, yakni anak-anak dan remaja yang duduk di

sekolah-sekolah dasar dan menengah.

Ranah psikologis peserta didik dalam proses pembelajaran yang

terpenting adalah kognitif rana kejiwaan yang berkedudukan di otak ini

dalam persfektif kognitif adalah sumber sekaligus pengendalian ranah-

ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor

(kersa). Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai

markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal

pikiran, melainkan juga menara pengotrol aktivitas perasaan dan

perbuatan.Sebagai menara pengontrol, otak selalu bekerja siang dan


207

malam. Sekali kehilangan fungsi-fungsi kognitif karena kerusakan berat

pada otak, martabat kita hanya berbeda sedikit dengan hewan.

Demikian pula halnya orang yang menyalahgunakan kelebihan

kemampuan otak untuk memuaskan hawa nafsu dengan mempertuhan

hawa nafsunya, martabat orang tersebut tak lebih dari martabat hewan

atau mungkin lebih rendah lagi. Kelompok orang yang bermartabat rendah

seperti ini dilukiskan dalam Q.S. Al-Furqan: 25: 44;

َ َ ‫ب أ َ َّن أ َ ْكث َ َر ُه ْم يَ ْس َمعُونَ أ َ ْو يَ ْع ِقلُونَ إِ ْن ُه ْم إِ ََّّل َك ْاْل َ ْنعَ ِام بَ ْل ُه ْم أ‬


‫ض ُّل‬ َ ‫أ َ ْم ت َ ْح‬
ُ ‫س‬
ً‫سبِيال‬ َ
Terjemahnya
Atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu
mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang
ternak itu).

Selain itu orang yang memiliki kelebihan pengetahuan yang sudah

barang tentu karena kelebihan kemampuang otak, apabila tidak disertai

dengan iman mungkin pula akan memanipulasi kebenaran dari Allah swt

yang semestinya dipertahankan. Orang-orang seperti ini dikecam oleh

Allah SWT, dalam QS. Al-Baqarah: 2: 75;


208

‫ّللا ث ُ َّم يُ َح ِ هرفُونَهُ ِمن‬ ٌ ‫ط َمعُونَ أَن يُؤْ ِمنُواْ لَ ُك ْم َوقَ ْد َكانَ فَ ِر‬
ِ ‫يق ِ هم ْن ُه ْم َي ْس َمعُونَ َكالَ َم ه‬ ْ َ ‫أَفَت‬

َ‫عقَلُوهُ َو ُه ْم يَ ْعلَ ُمون‬


َ ‫بَ ْع ِد َما‬
Terjemahnya:
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya
kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman
Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya,
sedang mereka mengetahui.

Itulah sebabnya, pendidikan dan pengajaran perlu di upayakan

sedemikian rupa agar rana kognitif para peserta didik dapat berfungsi

secara positif dan bertangung jawab dalam arti tidak menimbulkan nafsu

serakah dan kedustaan yang tidak hanya akan merugikan dirinya sendiri

saja, tetapi juga merugikan orang lain.

Sekurang-kurangnya ada dua kecakapan kognitif peserta didikyang

amat perlu dikembangkan segera khususnya oleh guru, yakni:

a. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran,

b. Strategi meyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya

serta menyerap pesan-pesan moral yang terkandung dalam

materi pelajaran tersebut. (Abdullah :1997: 22).

Menurut penulis tanpa pengembangan dua macam kecakapan

kognitif ini, agaknya peserta didik sulit diharapkan mampu

mengembangkan ranah afektif dan psikomotornya sendiri .

2. Pengembangan Afektif
209

Tingkah laku afekif adalah tingkah laku yang menyangkut

keanekaragaman perasaan, seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa,

senang, benci was-was, dan sebagainya. Tingkah laku seperti ini tidak

terlepas dari pengalaman belajar. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai

perwujudan perilaku belajar. Seorang peserta didik dapat dianggap berhasil

secara afektif dalam belajar agama (khususnya agama Islam), apabilah ia

telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama

Islam yang ia pelajari, lalu menjadikannya sistem nilai diri. Kemudian,

pada gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup,

baik dikala suka maupun duka.(Darajat, 1994 : 17).

Keberhasilan pengembangan rana kognitif tidak hanya akan

membuahkan kecakapan kognitif, tetapi juga menghasilkan kecakapan

rana afektif. Sebagai contoh, seorang guru agama yang piawai dalam

mengembangkan kecakapan kognitif, akan berdampak positif terhadap

rana afektif para peserta didik. Dalam hal ini pemahaman yang mendalam

terhadap arti penting materi pelajaran agama yang disajikan guru serta

preferensi kognitif yang mementingkan aplikasi prinsip-prinsip akan

meningkatkan kecakapan rana afektif para peserta didik. Peningkatan

kecakapan afektif ini, antara lain, berupa kesadaran beragama yang

mantap.
210

Dampak positif lainnya ialah dimilikinya sikap mental keagamaan

yang lebih tegas dan lugas sesuai dengan tuntunan ajaran agama yang

telah dipahami dan diyakini secara mendalam. Sebagai contoh, apabila

seorang peserta didik diajak kawannya untuk berbuat tidak senonoh,

seperti melakukan seks bebas meminum minuman keras dan pil ekstesi, ia

akan serta merta menolak dan bahkan berusaha mencegah perbuatan

asusila itu dengan segenap daya dan upayanya.

3. Pengembangan Aspek Psikomotorik

Dalam perspektif psikologi pembelajaran istilah motor menunjuk

pada hal, keadaan dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-

gerakan. Motor dapat pula berarti segala keadaan yang meningkatkan atau

menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-organ

fisik.

Keberhasilan pengembangan rana kognitif juga akan berdampak

positif terhadap perkembangan rana psikomotor. Kecakapan psikomotor

adalah segala amal jasmaniah yang konkret dan muda diamati baik

kuantitasnya maupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Namun, di

samping kecakapan psikomotor itu tidak terlepas dari kecakapan kognitif

ia juga banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi, kecakapan psikomotor


211

peserta didik merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan

kesadaran serta sikap mentalnya.

Banyak contoh yang membuktikan bahwa kecakapan kognitif itu

berpengaruh besar terhadap berkembangnya kecakapan psikomotor. Para

peserta didik yang berprestasi baik (dalam arti yang luas dan ideal) dalam

bidang pelajaran agama, misalnya sudah tentu akan lebih rajin beribadah

shalat, puasa dan mengaji. Dia juga tidak akan segan-segan memberi

pertolongan atau bantuan kepada orang yang memerlukan. Sebab ia

merasa memberi bantuan itu adalah kebajikan (afektif), sedangkan

perasaan yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari

pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia

terima dari guruhnya (kognitif).

Dengan demikian, perkembangan motorik berarti proses

perkembangan yang prodresif (maju) dan berhubungan dengan perolehan

aneka ragam keterampilan fisik anak (motor skill). Pada anak-anak, sejak

bayi sampai masa kanak-kanak, pencapaian motor skill ini amat jelas sejak

ia belajar menelungkup, merangkak, belajar berdiri untuk berjalan dan

belajar berjalan dengan berpegangan pada benda-benda tertentu seperti

dinding, kursi dan seterusnya. Sifat progresif pada perkembangan ini


212

karena anak-anak yang telah memiliki atau menguasai keterampilan

tertentu tidak akan mundur ke belakang.

Upaya guru dalam mengembangkan keterampilan rana kognitif para

peserta didik merupakan hal yang sangat penting jika guru tersebut

menginginkan peserta didiknya aktif mengembangkan sendiri keterampilan

ranah-ranah psikologis lainnya.

Adapun tujuan dan materi pendidikan dalam mengembangkan

pembelajaran melalui rana kognitif, afektif dan psikomotor, yaitu ;

Tujuan sangat memegang peranan penting dalam mencapai

sesuatu. Seorang akan berhasil dalam hidupnya apabila ia memiliki tujuan

hidup. Tujuan akan memberikan arah serta bimbingan bagaimana

seseorang dapat mencapai tujuannya. Begitu juga guru dalam melakukan

pengajaran, ia memerlukan tujuan agar dapat mengetahui tingkat

keberhasilan pengajaran yang akan dilakukan. Dengan demikian, tujuan

belajar adalah segala sesuatu yang hendak dicapai sebelumnya, sedang

dan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. (Darwyn Syah, 2007 : 99).

Begitu juga peserta didik sebagai salah satu sistem pengajaran yang

melakukan aktivitas belajar harus mengetahui tujuan yang hendak dicapai

setelah proses pembelajaran berlangsung di pengajaran dan bimbingan

seorang guru, peserta didik dapat mengetahui bagian-bagian mana dari


213

materi pelajaran yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran yang

harus dikuasai.

Menurut Roestiyah, tujuan belajar adalah diskripsi tentang

penampilan perilaku (performance) peserta didik-peserta didik yang kita

harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan.

Hal yang hampir sama yang dikemukakan oleh Oemar Hamlik yang

mengungkapkan bahwa tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi tentang

penampilan perilaku yang diharapkan tercapai oleh peserta didik setelah

berlangsung pengajaran.

Sedangkang menurut penulis yang dimaksud dengan tujuan

pengajaran adalah harapan mengenai gambaran perilaku peserta didik

yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor setelah mempelajari

bahan pelajaran yang diajarkan oleh guru.

Tujuan pengajaran yang telah dirumuskan oleh guru pada SMA

Islam Athirah Makassar akan sangat berguna untuk ;

a. Pedoman dan acuan dalam berbuat rencana pengajaran. Karena

dalam merencanakan pengajaran guru harus merumuskan

tujuan beserta langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk

mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.


214

b. Pedoman dan acuan bagi guru dalam melakukan langkah-

langkah pengajaran.

c. Menilai tingkat keberhasilan pengajaran, yaitu untuk mengukur

tercapainya tujuan pengajaran dengan tolak ukur penguasaan

materi pelajaran dan perubahan perilaku pada diri peserta didik.

d. Membimbing peserta didik dalam belajar, yaitu dimana peserta

didik dapat mengetahui tingkah laku apa yang harus dikuasai

pada saat melakukan proses belajar dengan pengajaran yang

dilakukan oleh guru.

e. Media komunikasi baik pada peserta didik maupun rekan-rekan

guru lainnya serta kepala sekolah.

Sedangkan klasifikasi tujuan pengajaran ada baiknya terlebih dahulu

kita tinjau klasifikasi tujuan pendidikan karena pengajaran merupakan salah

satu komponen pendidikan. Klasifikasi tujuan pendidikan di Indonesia

disusun secara hierarkis, sebagai berikut ;

1) Tujuan nasional

2) Tujuan institusional

3) Tujuan korikuler

4) Tujuan intruksional.
215

Dengan tujuan tersebut diatas pelaksanaan pembelajaran

didasarkan pada tujuan kurikuler, namun demikian tujuan intruksional

sudah lebih khusus dibandingkan dengan tujuan kurikuler.

Pembangunan pendidikan nasional ke depan didasarkan pada

paradigma pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, yang berfungsi

sebagai subyek yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi

dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Dimensi kemanusiaan itu

mencakup tiga hal paling mendasar, yaitu: (1) kognitif yang tercermin pada

kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan

mengembangkan serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; (2)

afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketaqwaan, akhlak mulia

termasuk budi pekerti luhur serta kepribadian unggul dan kompetensi

estetis dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan

mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis dan kompetensi

kinestis.

Dalam proses pembelajaran, guru adalah pendidik kedua setelah

orang tua, yang sangat mempengaruhi kepribadian peserta didik. Misalnya,

apabila tingkah laku pendidik atau guru itu baik, maka tingkah laku peserta

didik juga mayoritas baik. Demikian pula sebaliknya, jika sikap atau akhlak

pendidik kurang baik, maka jelas pula bahwa sikap atau akhlak peserta
216

didiknya akan kurang baik juga. Karena sikap peserta didik mudah meniru

segala tingkah dan perbuatan oleh orang yang disenanginya termasuk guru

yang merupakan sosok teladan bagi mereka. Kehadiran guru di dalam

sekolah dan masyarakat merupakan faktor utama dalam mencapai tujuan

pendidikan. Keterampilan seorang guru di dalam merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran merupakan sesuatu yang erat

kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar yang

mendidik di sekolah dan juga lingkungan masyarakat. Guru sebagai

pendidik mengandung arti yang sangat luas, tidak sebatas memberikan

bahan-bahan pengajaran tetapi menjangkau etika dan estetika perilaku

dalam menghadapi tantangan kehidupan di masyarakat.

Guru sebagai pendidik harus selalu cermat dalam menentukan

langkah, bersifat sabar, teladan, serta tanggap terhadap situasi dan

kondisi. Oleh karena itu, kompetensi merupakan bagian integral yang tidak

dapat dipisahkan dari diri seseorang dalam melaksanakan sebuah tugas.

Maka dapat dipahami bahwa kompetensi seorang guru merupakan suatu

komponen yang harus dimiliki atau dikuasai oleh seorang guru dan sebagai

alat untuk memberikan bantuan dan pelayanan terbaik kepada peserta

didik.

Faktor yang mempengeruhi perkembangan kognitif, afektif dan


217

psikomotorik dalam pendidikan, yaitu potensi manusia dan motivasi kerja.

a. Potensi Manusia

Peran manusia sebagai khalifah dimuka bumi ini memiliki kekuasaan

untuk mengolah alam dengan segenap daya dan potensi yang dimilikinya,

sekaligus menjalankan kedudukannya sebagai 'abdullah, yang seluruh

usaha dan aktifitasnya itu harus dilaksanakan dalam rangka ibadah kepada

Allah. Oleh karena itu, maka seorang khalifah tidak akan bisa berbuat

sesuatu yang mencerminkan kemungkaran atau bertentangan dengan

kehendak Tuhan. Untuk dapat melaksanakan fungsi kekhalifahan sesuai

dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dengan baik, manusia perlu

diberikan pendidikan, pengajaran, pengalaman, keterampilan, teknologi,

dan sarana pendukung lainnya. Pada dasarnya kedudukan manusia

dimuka bumi sebagai hamba Allah sangat terkait erat dengan perannya.

Ketika manusia menyandang kedudukan tersebut, maka Allah SWT akan

menuntut agar manusia menjalankan perannya sesuai dengan

kedudukannya itu.

Shihab menuliskan adanya tiga anugerah yang diberikan pada

manusia disamping jasmani dan ruh Ilahi, yakni potensi untuk mengetahui

nama dan fungsi benda-benda alam. pengalaman hidup dan petunjuk-

petunjuk keagamaan. (Shihab, 2005 : 302).


218

Di tempat lain, Shihab menuliskan potensi lainnya berupa

kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi dan kegunaannya, segala

macam benda; ditundukkannya bumi, langit dan segala isinya; akal pikiran

dan panca indera. Sementara itu menurut Zaini, potensi yang dimiliki

manusia terdiri dari, potensi internal berupa fitrah dan hanif, kesatuan ruh

dan jasad, kemampuan berkehendak dan potensi akal, serta potensi

eksternal yang berasal dari luar dirinya berupa alam semesta dan petunjuk-

petunjuk agama yang berasal dari Allah.

Potensi internal secara inheren telah dimiliki manusia dalam dirinya,

yaitu berupa potensi fitrah, kesatuan jasad dan ruh, kemampuan

berkehendak dan potensi akal.

1) Fitrah

Dari segi bahasa, kata fitrah terambil dari akar kata Al-Fatr yang

berarti belahan (Al-Syaq) dan dari makna ini lahir makna lain, yaitu

“penciptaan” atau “kejadian”. Dalam konteks penciptaan manusia baik dari

sisi pengakuan bahwa penciptanya adalah Allah, maupun dari segi uraian

tentang fitrah manusia ditemukan pada surat Ar-Rum/30: 30:

‫ق ه‬
ِ‫َّللا‬ ِ ‫اس َعلَي َها ََل تَبدِي َل ِلخَل‬
َ ‫ط َر النه‬َ َ‫َّللاِ الهتِي ف‬
‫ِين َحنِيفا ً فِط َرة َ ه‬ ِ ‫فَأَقِم َوج َه َك ِللد‬
َ‫اس ََل َيع َل ُمون‬ِ ‫ِين ال َق ِي ُم َو َل ِك هن أَكث َ َر النه‬
ُ ‫ذَ ِل َك الد‬
Terjemahnya:
219

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama, (pilihan)


fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.Tidak
ada perubahan pada fitrah Allah.Itulah agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.

Merujuk pada ayat tersebut, terdapat banyak keragaman pendapat

dalam memahami kata fitrah; (a) fitrah berarti suci (al-uhr), (b) tabiat atau

watak asli manusia (tabi‘iyyat al-insan), (c) potensi beragama Islam (al-din

al-islami), (d) kondisi selamat dan kontinuitas, (e) perasaan yang tulus dan

ikhlas, (f) kesanggupan dan siap menerima kebenaran, (g) tauhid, (h)

potensi dasar manusia atau perasaan untuk beribadah, dan (i) fitrah

sebagai ketetapan atau takdir asal manusia.

Hal senada dikatakan Ibn Taymiyyah dalam Hasan, bahwa

pengertian fitrah tidak hanya terbatas pada makna fitrah keagamaan saja,

lebih jauh bahwa potensi fitrah juga mengandung tiga daya kekuatan, yaitu

daya intelek, yaitu potensi dasar yang dimiliki manusia untuk membedakan

mana yang baik dan mana yang buruk, daya opensif, yaitu potensi dasar

yang dimiliki manusia untuk menginduksi objek-objek yang menyenangkan

dan bermanfaat, daya defensif, yaitu potensi dasar yang menghindarkan

manusia dari segala perbuatan yang membahayakan bagi dirinya.

Zaini juga membagi jenis fitrah dalam arti umum ke dalam beberapa

jenis:

(a) Fitrah intelek. Intelek adalah potensi bawaan yang mempunyai daya
220

untuk memperoleh pengetahuan dan dapat membedakan antara yang

baik dan buruk, yang benar dan yang salah. Allah sering

memperingatkan manusia untuk menggunakan fitrah inteleknya,

misalnya dengan kalimat afala taqilun, afala tatafakkarun, dan lainnya,

karena daya dan fitrah intelek ini dapat membedakan antara manusia

dan hewan;

(b) Fitrah sosial. Kecenderungan manusia untuk hidup berkelompok yang

di dalamnya terbentuk suatu ciri-ciri yang khas yang disebut dengan

kebudayaan. Kebudayaan ini merupakan cermin manusia dan

masyarakatnya. Islam dapat disebut sebagai realitas. Realitas yang

ideal adalah realitas yang dekat dengan ide. Kebudayaan sangat

bervariasi dan bermacam makna dan tugas pendidikan disini adalah

menjadikan kebudayaan sebagai proses kurikulum pendidikan dalam

berbagai peringkat dan tahapan;

(c) Fitrah susila. Kemampuan manusia untuk mempertahankan harga diri

dan sifat-sifat bermoral, atau sifat-sifat yang menyadari tujuan Allah

menciptakannya;

(d) Fitrah ekonomi. Daya manusia untuk mempertahankan hidupnya

dengan upaya memberikan kebutuhan jasmaniyah demi kelangsungan

hidupnya;
221

(e) Fitrah seni. Kemampuan manusia yang menimbulkan daya estetika.

Tugas pendidikan yang terpenting adalah memberikan suasana

kondusif dan aman dalam proses pembelajaran, karena pendidikan

merupakan proses kesenian yang menuntut adanya seni mendidik;

(f) Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, persamaan, ingin dihargai,

dan kebutuhan hidup manusia lainnya. (Hasan,2012 : 90).

Fitrah manusia pada prinsipnya baik dan cenderung mencari dan

membela kebenaran. Fitrah manusia mengarahan pada aktualisasi potensi

menuju pemuliaan harkat dan martabatnya sebagai makhluk pemikul

amanah dimuka bumi. Kehormatan dan harga diri manusia sangat

tergantung pada kesucian fitrahnya. Tindakan manusia yang mengarah

pada kelalaian dan kemalasan akan mengikis kehormatan dirinya.

Sebaliknya, tindakan yang kreatif dan bersungguh-sungguh dalam

melaksanakan komitmen akan mempertahankan eksistensi kesucian

fitrahnya. Merujuk kepada fitrah yang dikemukakan diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa guru sebagai manusia sejak asal kejadiannya

membawa potensi beragama yang lurus, serta memiliki tingkatan komitmen

yang tinggi untuk menjalankan tugas profesinya secara profesional.

2) Kesatuan jasad dan ruh

Potensi manusia dalam Al-Quran adalah kesatuan perpaduan unsur


222

jasmani dan ruhani. Jasad merupakan bagian raga atau badan manusia

yang berasal dari tanah, sering dipandang sebagai pusat kemunculan

kebutuhan-kebutuhan kepuasan semata, seperti kebutuhan biologis akan

minum, makan dan kebutuhan seksual. Karena esensinya seperti itu, jasad

kadang dipandang rendah oleh sebagian orang, padahal dalam Islam

menurut Jalal dalam Abdullah, tubuh merupakan tabiat manusia yang harus

diperhatikan, karena tubuh dapat membantu seseorang dalam

menjalankan tugas kemanusiaannya. Sedangkan ruh, secara harfiah bisa

diartikan sebagai nafas yang merupakan hakikat dari manusia yang

dengannya manusia dapat hidup dan mengetahui segala sesuatu, karena

ruh inilah manusia memiliki kemampuan penalaran, intuisi, kebijakan, dan

kecerdasan. (Ma’arif. 1985: 144)

Dari dua asumsi tersebut terakumulasi bahwa manusia bukanlah

sekedar makhluk dengan kebutuhan ragawinya ataupun makhluk spiritual

semata, tetapi manusia merupakan makhluk hasil perpaduan interaksi ruh

dan jasad. Asumsi ini menyebabkan bahwa perilaku manusia tidak dapat

dijelaskan hanya dari satu sisi. Keterpaduan keduanya akan menunjukkan

realitas manusia yang sesungguhnya.

3) Kemampuan berkehendak

Potensi yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah


223

kemampuan berkehendak (free will) dalam menentukan perilaku

kehidupannya.

Hal tersebut didasarkan pada Q.S. al-Kahf/18: 29 yang berbunyi:

‫َوقُ ِل ال َح ُّق ِمن هربِ ُكم فَ َمن شَاء فَليُؤ ِمن َو َمن شَاء فَليَكفُر ِإنها أَعتَدنَا‬
‫س َرا ِدقُ َها َو ِإن يَست َ ِغيثُوا يُغَاثُوا ِب َماء َكال ُمه ِل يَش ِوي‬
ُ ‫ط ِب ِهم‬ ‫ِل ه‬
َ ‫لظا ِل ِمينَ نَارا ً أ َ َحا‬
ً ‫ساءت ُمرتَفَقا‬
َ ‫اب َو‬ ‫س ال ه‬
ُ ‫ش َر‬ َ ‫ال ُو ُجوهَ ِبئ‬
Terjemahnya:
Dan katakanlah, kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka
barang siapa yang ingin beriman, hendaklah ia beriman, dan barang
siapa yang ingin kafir, biarlah dia kafir.”Sesungguhnya Kami telah
menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung
mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan
diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah.
(Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek.

Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia memiliki kesadaran

berkehendak untuk menerima atau menolak, mempunyai kehendak bebas

dan membuatnya mampu melakukan seleksi terhadap elemen-elemen

yang bakal berinteraksi dengan fitrahnya. Akan tetapi, kebebasan yang

dimiliki manusia tidaklah bersifat mutlak. Kenyataan eksistensi manusia

sebagai khalifah dan 'abdullah dengan sendirinya membatasi kebebasan

yang dimilikinya. Manusia harus menempatkan kebebasan yang dimilikinya

pada alur aktualisasi kekhalifahannya sebagai proses kreatif. Dalam


224

ungkapan Mulkhan, hakikat perbuatan-perbuatan manusia adalah pilihan-

pilihan kreatif diantara rentangan takdir dan ikhtiar dan diantara

keterbatasan dan kesenggangan.

Perbuatan manusia merupakan suatu kebebasan kreatif yang harus

bertanggung jawab. Kebebasan manusia merupakan pilihan dari berbagai

peluang yang tersedia. Ditambahkan Mulkhan, Islam tidak menolak

kebebasan yang konsekuensinya, yakni tanggung jawab, tapi melihat

kebebasan itu sebagai pilihan kreatif yang menuntut tanggung jawab,

tanggung jawab manusiawi justru menempatkan dirinya pada pencapaian

kejernihan eksistensial dan kesucian jiwa.

Dapatlah disimpulkan bahwa guru sebagai manusia memiliki

kebebasan berkehendak dalam menjalankan tugas keprofesionalannya,

tetapi kebebasannya senantiasa harus diterjemahkan sebagai perwujudan

amanah dan tanggung jawab profesinya, sehingga kebebasannya dalam

memilih perilaku yang lebih baik dan mengarah pada pencapaian tujuan

yang profesional.

4) Potensi akal

Untuk maksud pengembangan potensi kualitas manusia baik

sebagai khalifah atau sebagai 'abdullah, Allah telah memberikan perangkat

khusus, yaitu akal. Ayat Al-Quran yang menerangkan fungsi akal dan
225

dorongan untuk menggunakan akal sebagai alat untuk mengetahui dan

bertindak.

Q.S. al-Hujurat/49: 7 yang berbunyi:

‫ير ِمنَ اْلَم ِر لَعَنِتُّم َولَ ِك هن ه‬


َ‫َّللا‬ ٍ ِ‫َّللاِ لَو يُ ِطيعُ ُكم فِي َكث‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫َواعلَ ُموا أ َ هن فِي ُكم َر‬
َ‫سوقَ َوال ِعصيَان‬ ُ ُ‫اْلي َمانَ َوزَ يهنَهُ فِي قُلُو ِب ُكم َو َك هرهَ ِإلَي ُك ُم ال ُكف َر َوالف‬
ِ ‫هب ِإلَي ُك ُم‬
َ ‫َحب‬
‫أُو َلئِ َك هُ ُم ه‬
َ‫الرا ِشدُون‬

Terjemahnya:
Dan Ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah, kalau
ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah
kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta'
kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam
hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan,
dan kedurhakaan. Mereka Itulah orang-orang yang mengikuti jalan
yang lurus.

Akal merupakan salah satu unsur kejiwaan manusia untuk mencapai

kebenaran di samping rasa untuk mencapai keindahan dan kehendak

mencapai kebaikan. Dengan akal inilah manusia dapat berpikir untuk

menilai kebenaran yang hakiki. Islam memberi kedudukan sangat tinggi

pada akal manusia. Akal dan panca indera dalam kaitannya dengan

pencarian kebenaran, sama dengan yang lain tidak dapat dipisahkan

secara tajam, bahkan saling berhubungan. Mulkhan menyatakan dengan

tegas, bahwa akal budi tidak dapat menyerap sesuatu dan panca indera
226

tidak dapat memikirkan sesuatu, hanya bila keduanya bergabung, maka

timbullah pengetahuan, menyerap sesuatu tanpa dibarengi akal budi sama

dengan kebutaan dan pikiran tanpa isi sama dengan kehampaan.

Dalam tatanan kehidupan, tidak bisa disangsikan lagi bagaimana

besarnya peranan akal. Kalangan ilmuwan menyatakan bahwa seluruh

bangunan dari ilmu pengetahuan manusia merupakan produk akal, dengan

dilengkapi refleksi ayat-ayat Tuhan, akal merupakan sebuah alat yang

tepat untuk memahami perbuatan, menemukan formula baru dalam sebuah

pengetahuan dalam bentuk wahyu verbal maupun non-verbal.

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa akal bagaimanapun tidak

bisa mandiri dan sempurna tanpa kehadiran wahyu. Superioritas akal akan

dengan sendirinya tidaklah kemudian harus menafikan dan

mengesampingkan keberadaan wahyu, sebagaimana dikatakan Abdullah,

akal dan wahyu merupakan dua sumber pengetahuan yang komplementer,

salah satu dari keduanya bukan merupakan antitesis dari yang lainnya,

keduanya berada dalam entitas yang terpadu. Akal penting bagi wahyu,

karena wahyu tidak mengandung pengetahuan detail tentang segala aspek

hidup manusia. Ditambahkan Abdullah bahwa, pintu terbuka bagi akal

untuk memahami prinsip-prinsip general dalam wahyu dan merumuskan

aplikasi dalam situasi-situasi baru. Di dunia intelektual Islam,


227

fungsionalisasi akal dan wahyu dalam pencapaian kebenaran,

dikembangkan dalam kehidupan keagamaan secara akrab. Sebagai

khalifah dan 'abdullah, manusia dituntut sebaik-baiknya untuk

mempergunakan akal secara proporsional dan professional, sehingga

secara otomatis dapat membedakan dirinya dengan makhluk yang lainnya.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan dimaksudkan untuk menjawab masalah dan hipotesis

penelitian yang diajukan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

Hasil analisis statistik deskriptif kepemimpinan kepala Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar data tersebut telah dijelaskan

dengan jumlah skor kualitas jawaban responden (sum) 120 orang.

Berdasarkan perolehan skor kualitas jawaban responden dan skor ideal

yang seharusnya diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan

kepala sekolah menurut responden berada dalam kategori baik, yaitu Hasil

analisis deskriptif menurut guru, diperoleh adanya sebaran data yang

sangat variatif. Berdasarkan sebaran data, kecenderungan jawaban guru

tertinggi terhadap kepemimpinan kepala sekolah.


228

Melalui hasil wawancara tentang gaya kepemimpinan pada SMA

Islam Athitrah, yaitu:

a. Gaya kepemimpinan otoraktis. Hal yang dilakukan kepala sekolah

pimpinan dengan gaya ini hanya memberitahukan tugas dan menuntut

kepatuhan bawahannya secara totalitas.

b. Gaya kepemimpinan birokratis. Kepemimpinan dijalankan dengan

menginformasikan kepada para anggota atau bawahannya tentang

tugas dan cara yang harus dilaksanakan.

c. Gaya kepemimpinan diplomatis. Seorang pemimpin yang diplomat

adalah juga seorang seniman dan melalui seninya ia berusaha

melakukan persuasi secara pribadi dan cenderung memilih cara

menjual sesuatu (motivasi) kepada bawahannya serta mengerjakan

tugas dengan baik.

d. Gaya kepemimpinan partisipatif. Pemimpin selalu mengajak secara

terbuka anggota bawahannya untuk berpartisipasi atau mengambil

bagian secara aktif.

Gaya kepemimpinan pada SMA Islam Athirah, jelas dalam

mengimplementasikan fungsi-fungsi kepemimpinan yang menurut teori ini

sangat besar pengaruhnya dan bersifat sangat menentukan dalam

mengefektifkan organisasi untuk mencapai tujuannya.


229

Gambaran kepemimpinan kepala sekolah yang diukur pada lima

dimensi kepemimpinan kepala sekolah, yaitu : Pengawasan, Pemberian

Motivasi dalam Pelaksanaan Pembelajaran, Kepemimpinan dan

Pengadaan Sarana Prasarana, Kepemimpinan dan Pembiayaan Sekolah,

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Rekruitmen Tenaga Pendidik.

a. Pengawasan

Pengawasan oleh kepemimpinan kepala sekolah kepada guru

dalam melaksanakan tugas tergolong baik. Berdasarkan data tersebut,

beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan, yaitu: (1) memberi petunjuk

pada guru yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugasnya, (2)

membimbing guru dalam membuat rencana program pembelajaran, dan

(3) membimbing guru mengklasifikasi materi atas materi fakta, konsep,

prinsip, dan prosedural. Sejalan dengan itu, Jejen Mustafa mengemukakan

pengarahan adalah kegiatan membimbing karyawan dengan jalan memberi

perintah (komando), memberi petunjuk, menegakkan disiplin dan berbagai

usaha lainnya agar mereka dalam melakukan pekerjaan mengikuti arah

yang ditetapkan dalam petunjuk, peraturan atau pedoman yang telah

ditetapkan. (Jejen Mustafa, 2015 : 304).

Kepemimpinan kepala sekolah dalam hal pengendalian dengan

pengawasan maka, beberapa hal yang perlu ditingkatkan oleh kepala


230

sekolah, yaitu: (1) menetapkan standar kerja meliputi: (a) penetapan

standar perencanaan program pembelajaran yang harus dibuat oleh guru

dan (b) standar evaluasi pelaksanaan proses pembelajaran, (2)

melaksanakan supervisi pelaksanaan pembelajaran, dan (3) memberikan

umpan balik pelaksanaan tugas guru, meliputi: (a) pelaksanaan evaluasi

pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan standar yang disepakati,

(b) melakukan penilaian terhadap hasil kerja guru, dan (c) memeriksa bukti

fisik rencana program pembelajaran yang dibuat guru. Sejalan dengan itu,

Veithzal Rivai dalam Neni Marlina mengemukakan bahwa pimpinan yang

menerapkan pengawasan yang ketat, sehingga bawahan melakukan

tugasnya dengan menggunakan prosedur yang telah ditetapkan. (Neni

Marlina, 2013 : 129) sedangkan Malayu S.P. Hasibuan mengemukakan

bahwa pengendalian adalah perbaikan pelaksanaan kerja bawahan, agar

rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan dapat

terselenggara. (Hasibuan : 2005 : 21)

Pengawasan dalam Islam tidak tanggung-tanggung, yang

menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun

saja. Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia

yang keenam sebagaimana sebagaimana firman Allah dalam QS. Al

Mujadilah : 7
231

‫ألم تر أن هللا يعلم مافي السموات وما في األرض ما يكون من نجوى ثالث ٍة إالّ هو رابعهم وال خمس ٍة إال‬

‫هو سادسهم وآل أدنى من ذلك وآل أكثر إالّ هو معهم أين ما كانوا ثم يُنَ ِّّبئ ُهم بما عملوا يوم القيامة إن هللا‬

‫بك ِّ ّل شيءٍ عليم‬

Terjemahnnya:

“Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa


yang ada di langit dan apa yang ada di bumi? Tiada pembicaraan rahasia
antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. Dan tiada
(pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya. Dan
tiada (pula) pembicaraan antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih
banyak, melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun mereka berada.
Kemudian Dia akan memberitakan kepada mereka pada hari kiamat apa
yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu”.

Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita, yaitu lebih dekat dari urat

leher kita.

‫و نحن أقرب إليه من حب ِّل الوري ِّد‬

“Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”(QS. Qaaf 16).

Sebagai makhluk Allah yang tidak memiliki nafsu, salah satu tugas

Malaikat adalah mengawasi tingkah laku amal buruk

Kepala sekolah perlu memberikan menyampaikan kepada guru

terhadap hasil yang dicapai agar mereka mengetahui bahwa apa yang
232

telah dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Menurut

peneliti bahwa.

b. Pemberian Motivasi dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Kepemimpinan kepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar dilihat dari beberapa dimensi, yaitu (1) memotivasi, (2)

kerjasama, dan (3) percaya diri, melalui observasi peneliti ada beberapa

hal yang perlu dilakukan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar, yaitu (1) mendeskripsikan tugas dengan jelas, seperti standar

kinerja yang ditetapkan dan relevan dengan tugas guru dan guru

memahami tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam melaksanakan

proses pembelajaran, (2) menerapkan manajemen terbuka, seperti kepala

sekolah mengajak atau mengikutsertakan guru untuk bersama-sama

merumuskan tujuan sekolah dan mengikutsertakan guru menyusun standar

kinerja, dan (3) pengawasan berkelanjutan, kepala sekolah melaksanakan

supervisi proses pembelajaran secara rutin pada semua guru.

J. Sterling Livingston dalam Winardi mengemukakan bahwa

memotivasi guru agar selalu bergairah dalam bekerja akan menghasilkan

kinerja yang baik. Selanjutnya dikemukakan bahwa pihak bawahan tidak

akan termotivasi untuk mencapai tingkat produktivitas, kecuali apabila

mereka menganggap bahwa ekspektasi-ekspektasi atasan bersifat realistis


233

dan dapat dicapai. (J. Winardi : 2007 : 43). Malayu S.P. Hasibuan

mengemukakan dalam memotivasi para bawahan, pimpinan hendaknya

menyediakan peralatan, menciptakan suasana pekerjaan yang baik,

sehingga memungkinkan para bawahan meningkatkan kinerjanya.

(Hasibuan : 2005 : 21). Kedua pendapat ini dimaknai bahwa kepala

sekolah pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar tidak akan

mendapatkan ekspektasi-ekspektasi dari guru jika kebutuhan guru yang

mendukung untuk melakukan tugasnya dengan tidak tersedia, demikian

lingkungan yang tidak kondusif.

Kepemimpinan Kepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar senantiasa mendorong keterlibatan guru dalam kegiatan sekolah

dan kepala sekolah mementingkan kerjasama dengan guru dalam

melaksanakan kegiatan. Sejalan dengan itu, Malayu S.P. Hasibuan

mengemukakan bahwa karyawan dapat bekerja sama secara harmonis

dengan sesama karyawan baik horisontal maupun vertikal dalam mencapai

tujuan sasaran organisasi, sehingga tercipta suasana hubungan kerja yang

baik diantara semua karyawan. (Hasibuan : 2005 : 21).

Kepemimpinan kepala Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar perlu meningkatkan dalam hal kemampuan memberi umpan

balik dan membantu guru meningkatkan kompetensinya, seperti kepala


234

sekolah memberi perhatian kepada guru yang mengalami kesulitan

melaksanakan tugasnya dan kepala sekolah memberi masukan kepada

guru terhadap pelaksanaan proses pembelajaran. Melalui hasil observasi

lapangan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar bahwa

umpan balik merupakan masukan yang dipergunakan untuk mengukur

kemajuan kinerja, standar kinerja dan pencapaian tujuan. Umpan balik

dilakukan evaluasi terhadap kinerja dan sebagai hasilnya dapat dilakukan

perbaikan kinerja.

Esensi proses pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar mengisyaratkan bahwa pendidikan di sekolah tersebut

harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu,

keluarga maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya baik

lokal, nasional maupun Internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi,

pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar harus

menyiapkan sumber daya manusia yang mampu bersaing secara nasional

dan internasional. Dalam mengaktualisasikan kedua filosofi tersebut, maka

empat pilar pendidikan, yaitu Learning to know, learning to do, learning to

live together and learning to be merupakan patokan berharga bagi

penyelarasan penyelenggaraan pendidikan di Indonesia pada umumnya

dan MTs Negeri di Sulawesi Selatan pada khususnya, mulai dari kurikulum,
235

guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana hingga sampai

penilaiannya. Jadi, standar proses pembelajaran tidaklah sekedar

memperkenalkan nilai learning to know, tetapi juga harus bisa

membangkitkan penghayatan dan mendorong menerapkan nilai tersebut

(Learning to do) yang dilakukan secara kolaboratif (learning to live together)

dan menjadikan peserta didik percaya diri dan menghargai dirinya

(learning to be).

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar senantiasa

mengembangkan nilai-nilai pembelajaran yang berbasis IPTEK dan tidak

mengabaikan nilai-nilai moralitas (IMTAQ) hal ini sejalan dengan visi, yakni

”Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar menuju sekolah

berkualitas ungul dalam IPTEK, IMTAQ dan mampu berkomunikasi secara

global”.

Salah satu misi sentral pendidikan sekolah Menengah Atas Islam

Athirah adalah menjadi sekolah unggulan yang berciri Islam, berjiwa

nasional dan berwawasan global. Peningkatan kualitas SDM itu

dilaksanakan dengan keselarasan dengan tujuan misi profetis, yaitu

pertama, meningkatkan kinerja sekolah baik prestasi akademik maupun

non akademik melalui inovasi dalam input dan proses pembelajaran,


236

kedua, meningkatkan kompetensi dan sistem penghargaan guru, ketiga,

meningkatkan mutu proses pembelajaran, mengembangkan bahan ajar

serta memberikan bimbingan secara efektif, sehingga siswa dapat

berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki, keempat,

menciptakan lingkungan pengajaran dan lingkungan belajar dengan

menggunakan bahasa Inggris, kelima menumbuhkan penghayatan

terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa, sehingga

menjadi sumber kearifan dalam bertindak, keenam mengembangkan

standar pencapaian ketuntasan kompetensi, serta meningkatkan prestasi

intra dan ekstra kurikuler, ketujuh meningkatkan persamaan dalam bidang

pendidikan, kedelapan menerapkan mekanisme partisipasi melibatkan

warga sekolah dan komite sekolah , kesembilan mengembangkan standar

penilaian.

Untuk mewujudkan visi sekolah Menengah Atas Islam Athirah, maka

guru-guru pada juga mempunyai perang penting dalam peningkatan SDM,

sesuai dengan cirinya sebagai pendidikan agama, secara ideal pendidikan

Islam berfungsi dalam penyiapan SDM yang berkualitas tinggi, baik dalam

penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi maupun dalam hal

karakter, sikap moral dan Iman dan Taqwa, serta penghayatan dan

pengamalan ajaran agama. Secara ideal menurut penulis, pendidikan


237

berfungsi membina dan menyiapkan peserta didik yang berilmu,

berteknologi, berketerampilan tinggi dan sekaligus beriman dan beramal

shaleh.

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah untuk meningkatkan kualitas

SDM tersebut, standar proses pendidikan haruslah senantiasa

mengorientasikan diri kepada menjawab kebutuhan dan tantangan yang

muncul dalam masyarakat khususnya di lingkungan sekolah Menengah

Atas Islam Athirah sebagai konsekwensi logis dari perubahan.

Pembangunan yang berlangsung demikian cepat dalam beberapa

dasawarsa terakhir telah mengantarkan Indonesia ke dalam barisan

Negara-negara yang disebut NICS (New Industrialized Countries) atau

negara-negara industri baru. Meski Indonesia telah mencapai kemajuan

seperti itu, pembangunan tentu saja belum berakhir. Bahkan sebaliknya,

Indonesia harus semakin meningkatkan momentum pembangunannya.

Untuk itu, tidak ada alternative lain, kecuali penyiapan SDM yang

berkualitas tinggi dan dibarengi dengan nilai-nilai moralitas, menguasai ilmu

pengetahuan dan teknologi, serta keahlian dan keterampilan. Hanya

dengan tersedianya SDM yang berkualitas tinggi itu, Indonesia bisa survive

di tengah pertarungan ekonomi politik Internasional.


238

Melalui hasil penelitian pada sekolah Menengah Atas Islam Athirah

untuk meningkatkan kualitas proses pendidikan pada sekolah Menengah

Atas Islam Athirah sebagai pendidikan keagamaan, Pertama, Nilai dari

pendidikan yang diajarkan adalah nilai yang bersandar pada perilaku dan

etika. Sebanyak apapun ilmu yang dikuasai, sejumlah rumus yang

bagaimanapun dikuasai dan kosakata yang diluar kepala, tetapi pendidikan

nilai etika yang kurang menjadi kuranglah arti pendidikan itu. Nilai, tidak

saja dapat diperoleh dibangku sekolah, tetapi di sekitar masyarakat pun

terdapat seperangkat nilai yang tidak pernah habis. Kedua, Pendidikan

yang dibutuhkan saat ini, bukan agama yang mengajarkan seperangkat

dogma yang seakan-akan menjadi sesuatu yang tak mungkin lagi berubah,

tetapi Pendidikan yang memberi petunjuk untuk kemaslahatan. Ketiga,

substansi pendidikan adalah substansi nilai, sehingga nilai yang diajarkan

setiap agama tidak akan bertentangan dengan nilai-nilai universal, yakni

nilai kemanusiaan.

Selama ini usaha pembaharuan ke arah peningkatan SDM yang

berlandaskan pada keimanan sering bersifat sepotong-sepotong atau tidak

komperhensif dan menyeluruh. Sebab usaha pembaharuan dan

peningkatan SDM dilakukan seadanya, maka tidak terjadi perubahan

esensial dalam sistem pendidikan QS. al- Taubah/9 :122, yaitu :


239










Artinya :Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke
medan peran). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya.

Ayat-ayat diatas memberikan gambaran, bahwa menutut ilmu itu

sangat penting bagi manusia untuk mengembangkan potensi yang telah

dianugerahkan Allah kepada manusia. Peningkatan mutu pendidikan

merupakan sasaran pembangunan dibidang pendidikan nasional dan

merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia

Indonesia secara menyeluruh. Pemerintah dalam hal ini Menteri

Pendidikan Nasional telah mencanangkan “Gerakan Peningkatan Mutu

Pendidikan” dan lebih terfokus lagi, setelah diamanatkan dalam Undang-

undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Bab II, Pasal 3 menyebutkan bahwa: Pendidikan nasional


240

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, Mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

Bila diperhatikan lebih jauh, tugas dan tanggung jawab dalam

pengembangan proses pembelajaran yang mestinya dilaksanakan oleh

pengelola pendidikan yang telah dijelaskan pada firman Allah swt. diatas

intinya adalah mengajak manusia melaksanakan perintah Allah swt.

Peneliti menegaskan, “Tugas dan tanggung jawab pendidikan dapat

diidentifikasikan sebagai tugas yang harus dilakukan oleh guru, yaitu

menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar. Hal ini menunjukkan

adanya kesamaan tugas yang dilaksanaan oleh guru yang melaksanakan

tugasnya melalui jalur pendidikan non formal. Rasulullah saw, bersabda:

)‫يولَ ْوآيَةِّ(رواهالبخارى‬
َ ِِّ‫سلَّ َمقَالَبَ ِلغُواعَن‬ َ َّ‫ع ْن َع ْبدِاللَّ ِه ْبنِ َع ْم ٍروأَنَّالنَّبِي‬
َ ‫صلَّىاللَّ ُه َعلَ ْي ِه َو‬ َ
Artinya:
Dari Abdullah bin Amr, dia berkata, ‘Nabi saw. bersabda,
“Sampaikanlah dari ajaranku walaupun satu ayat. (HR. al-Bukhari)

Berdasarkan hadis diatas dapat dipahami bahwa tugas dan

tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah menyampaikan

apa yang dipahami dan diketahuinya (ilmu) untuk ditransfer kepada orang
241

orang yang belum mengetahui. Hal tersebut merupakan suatu wujud

pertanggungjawaban sosial seorang guru pada lingkungan sosial di mana

dia berada. Sebagai seorang pendidik, guru merupakan pemimpin

pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang kepemimpinan

tersebut harus dipertanggung jawabkan kepada pemerintah sebagai

penanggung jawab pendidikan dan kepada Allah SWT sebagai titik

kulminasi pertanggung jawaban normatif seorang hamba atas

kepemimpinannya sebagaimana sabda Rasulullah saw yang berbunyi

sebagai berikut:

‫عن‬ َ
‫سله َم َيقُولُ ُكلُّ ُكم َراع ٍَو ُكلُّ ُك‬
َ ‫صلهىالله ُه َعلَي ِه َو‬
َ ‫وَللله ِه‬
َ ‫س‬ َ ُ‫عبدَالله ِهبنَعُ َم َريَقُول‬
ُ ‫س ِمعت ُ َر‬ َ
‫م َمسئُولٌعَن َر ِعيهتِ ِه‬
Artinya:
Dari Abdullah bin Umar berkata, ‘Saya mendengar Rasulullah saw.
bersabda, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. (H.R. al-
Bukhari)

Berdasarkan hadis diatas dapat dipahami bahwa tanggung jawab

dalam Islam bersifat pribadi dan sosial, dalam pendidikan formal, guru

adalah pemimpin di dalam kelas yang bertanggung jawab tidak hanya

terhadap perbuatannya, tetapi juga terhadap perbuatan orang-orang yang

berada di bawah perintah dan pengawasannya, yaitu peserta didik.


242

Berdasarkan data tersebut diatas, kinerja guru yang diukur pada tiga

aspek, yaitu : (a) kemampuan guru membuat/menyusun program

pembalajaran, (b) kemampuan melaksanakan kegiatan pembelajaran, (c)

kemampuan melaksanakan penilaian, analisis penilaian dan tindak lanjut

penilaian hasil pembelajaran. Ketiga aspek tersebut diuraikan sebagai

berikut :

a. Hasil penelitian, kemampuan guru menyusun rencana program

pembelajaran termasuk kategori baik. Artinya, guru telah mampu

membuat perencanaan dengan baik, yaitu RRP disusun sesuai dengan

silabus, merumuskan indikator pembelajaran, memilih materi/bahan ajar

sesuai dengan indikator, memilih metode mengajar, mengalokasikan

waktu pembelajaran, memilih media pembelajaran dan memilih strategi

evaluasi. Namun demikian, beberapa hal yang perlu ditingkatkan, yaitu

kemampuannya dalam menentukan metode pembelajaran dengan

kondisi kelas dan materi pokok diklasifikasikan atas materi fakta,

konsep, prinsip, dan prosedur. Sehubungan dengan hal tersebut kepala

sekolah dalam kepemimpinannya perlu memberi pengarahan yang lebih

banyak atas kekurangan tersebut. Hamzah B. Uno mengemukakan

pengorganisasian/klasifikasi materi merupakan fase yang amat penting

dalam rancangan pembelajaran. (Hamzah B. Uno, 2007 : 45).


243

b. Kemampuan guru melaksanakan kegiatan pembelajaran termasuk

kategori cukup baik. Artinya, bahwa kemampuan guru dalam

melaksanakan kegiatan pembelajaran secara rata-rata baik. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran yang perlu ditingkatkan, yaitu: (1) kegiatan

pendahuluan/membuka proses pembelajaran meliputi, melakukan

kegiatan apersepsi dan menyampaikan kepada peserta didik indikator

pencapaian kompetensi yang akan dicapai, (2) kegiatan

inti/melaksanakan proses pembelajaran, meliputi: menyampaikan materi

sesuai metode yang direncanakan, menyampaikan materi sesuai media

yang direncanakan, memfasilitasi peserta didik bekerja sama dengan

peserta didik lainnya dalam pembelajaran, melakukan bimbingan pada

peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi, dan

memotivasi peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran, (3) kegiatan

menutup/mengakhiri proses kegiatan pembelajaran, meliputi:

menyimpulkan materi yang telah dipelajari, memberi umpan balik

terhadap proses pembelajaran, menyampaikan rencana pembelajaran

berikutnya dan memberi tugas individu maupun kelompok.

c. Kemampuan guru melaksanakan penilaian, analisis penilaian, remedial,

dan pengayaan termasuk kategori baik. Artinya, kemampuan guru pada

kegiatan ini secara rata-rata baik. Hasil penelitian menunjukkan


244

beberapa hal yang perlu ditingkatkan meliputi: menganalisis

ketercapaian hasil belajar peserta didik, melaksanakan remedial kepada

peserta didik yang belum mencapai KKM ideal dan melaksanakan

pengayaan kepada peserta didik yang mencapai KKM ideal.

Berdasarkan hasil penelitian diuraikan diatas, Pemberian Motivasi

dalam Pelaksanaan Pembelajaran yang diukur dari dimensi/aspek

kemampuan membuat/menyusun program pembelajaran diperoleh hasil

prosentase capaian baik, kemampuan melaksanakan kegiatan

pembelajaran mendapatkan hasil prosentase tingkat capaian cukup, dan

kemampuan melaksanakan evaluasi, analisis evaluasi, remedial, dan

pengayaan nilai prosentase tingkat capaian cukup. Hal ini berarti kedua

kemampuan guru tersebut perlu mendapat perhatian agar kinerja guru atau

kualitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran meningkat.

Djamarah dalam Supardi mengemukakan bahwa kinerja guru yang baik

adalah menguasai bahan ajar dan guru memiliki kinerja adalah guru yang

mampu: (1) Menyusun rencana pembelajaran, (2) melaksanakan interaksi

pembelajaran, (3) menilai proses belajar peserta didik, (4) melaksanakan

tindak lanjut hasil penilaian prestasi peserta didik, (5) mengembangkan

profesi, (6) memahami wawasan pendidikan, dan (7) menguasai kajian

akademik.
245

c. Kepemimpinan dan Pengadaan Sarana Prasarana

Kepemimpinan kepalah sekolah tidak terlepas dari kebutuhan

sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan pembelajaran. Selain

kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran,

dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam membantu guru.

Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang dimiliki sebuah

sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

tenaga pendidik. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan

pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar dapat

menunjang proses belajar mengajar. Yamin menyebutkan beberapa hal

yang perlu dikembangkan dalam menunjang proses belajar mengajar:

1) Perpustakaan,

2) Sarana penunjang kegiatan kurikulum, dan

3) Prasarana dan sarana kegiatan ekstrakurikuler dan mulok.

Mengingat pentingnya sarana prasarana dalam kegiatan

pembelajaran, maka peserta didik, guru dan sekolah akan terkait secara

langsung. Peserta didik akan lebih terbantu dengan dukungan sarana

prasarana pembelajaran. Tidak semua peserta didik mempunyai tingkat

kecerdasan yang bagus sehingga, penggunaan sarana prasarana

pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya yang memiliki


246

kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi guru akan

terbantu dengan dukungan fasilitas sarana prasarana. Kegiatan

pembelajaran juga akan lebih variatif, menarik dan bermakna. Sedangkan,

sekolah berkewajiban sebagai pihak yang paling bertanggung jawab

terhadap pengelolaan seluruh kegiatan yang diselenggarakan. Selain

menyediakan, sekolah juga menjaga dan memelihara sarana prasarana

yang telah dimiliki.

Sarana dan prasarana pendidikan pada Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar, membutuhkan penanganan khusus, dengan

mengalokasikan sejumlah anggaran yang memadai dari dana Komite,

dalam pandangan peneliti bahwa sarana dan prasarana harus ditata dan

dikelola dengan baik agar dapat memberikan kontribusi secara optimal

dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan

yang dimaksud adalah meliputi kegiatan perencanan pengadaan,

pengawasan, penyimpanan inventarisasi dan pemeliharaan.

Pengelolaan dan penataan sarana dan prasarana yang baik diharapkan

dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapih dan indah, sehingga

menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun

murid, di samping itu, juga diharapkan tersedianya alat-alat atau

fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan


247

dengan kebutuhan peserta didik. Lebih lanjut penulis menilai bahwa

sarana dan prasarana yang ada sudah lebih dari yang cukup, tinggal

pemeliharaannya yang perlu diperhatikan agar tetap utuh.

Hal penting yang perlu diperhatikan dalam hal pengadaan sarana

dan prasarana pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar adalah upaya secara sistematis yang dilakukan oleh kepala

sekolah sebagai pemimpin tertinggi pada lembaga pendidikan tersebut

guna melakukan pendekatan secara sistematis dan persuasif kepada

segenap elemen masyarakat agar masyarakat terutama orang tua siswa

dapat turut serta berpartisipasi dalam hal pengadaan dan pemeliharaan

aset sarana dan prasarana sekolah.

d. Kepemimpinan dan Pembiayaan Sekolah

Pembiayaan pendidikan sebagaimana disebutkan dalam Standar

Nasional Pendidikan : PP RI No.19 Tahun 2005 terdiri atas 3 bagian besar,

yaitu:

1. Biaya investasi, meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap.

2. Biaya operasional, meliputi biaya pendidikan yang harus

dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses

pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.


248

3. Biaya personal yang meliputi :

a. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala

tunjangan yang melekat pada gaji.

b. Bahan atau peralatan pendidikan habis pakai

c. Biaya operasional pendidikan tak langsung berupa daya, air,

jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,

uang lembur, transportasi, konsumsi, dan lain sebagainya.

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar menggunakan

dana yang tersedia untuk terlaksananya proses belajar mengajar yang

bermutu. Sekolah harus menyediakan dana pendidikan secara terus

menerus sesuai dengan kebutuhan sekolah. Untuk itu, Sekolah

berkewajiban menghimpun, mengelola, dan mengalokasikan dana untuk

mencapai tujuan sekolah .Dalam menghimpun dana, Sekolah

memperhatikan semua potensi sumber dana yang ada seperti subsidi

pemerintah, sumbangan masyarakat dan orang tua peserta didik, hibah,

dan sumbangan lainnya. Pengelolaan dana pendidikan di sekolah harus

dilakukan secara transparan, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip

keadilan dan pemerataan, yaitu tidak diskriminatif terhadap anggaran biaya

yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan sekolah.


249

Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya

yang secara langsung menunjangefektifitas dan efisiensi pengelolaan

pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBM yang

menuntut kemampuan elemen sekolah untuk merencanakan,

melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan

pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan

merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan

dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi

konsumtif yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses

belajar mengajar padaSekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassarbersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap

kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik disadari maupun

tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola

sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara

optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting,

terutama dalam rangka penerapan strategi MBM yang memberikan

kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai

sumber dana sesuai dengan potensi yng dimiliki masing-masing sekolah,


250

karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah

keterbatasan dana.

Pada tingkat sekolah (satuan pendidikan), biaya pendidikan

diperoleh dari subsidi pemerintah pusat, pemerintah daerah, iuran siswa,

dan sumbangan masyarakat. Sejauh tercatat dalam rencana anggaran

pendapatan dan belanja sekolah (RAPBM), sebagian besar biaya

pendidikan di tingkat sekolah swasta berasal dari orang tua siswa, dan

juga pemerintah daerah serta masyarakat.

Adapun pembayaran pada Menengah Atas Islam Athirah Makassar

pada tahun Ajaran 2018/2019, yaitu berjumlah 26.655.000 (Dua Puluh

Enam Juta Enam Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah) yang terdiri dari uang

pendaftaran, uang pangkal, uang asrama, uang SPP, Seragam sekolah,

OSIS, uang kegiatan, dan lain-lain dan rincian pembayaran terlampir. (Arsip

Menengah Atas Islam Athirah Makassar 2019).

Dalam dimensi sumber-sumber pembiayaan Sekolah Menengah

Atas Islam Athirah Makassar dapat dibagi dalam 4 kategori besar, yaitu:

a. Hasil penerimaan umum pemerintah, merupakan sumber yang

terpenting dalam pembiayaan pendidikan. Termasuk di dalamnya

adalah semua penerimaan pemerintah disemua tingkat pemerintahan,

baik pajak, bantuan luar negeri maupun pinjaman pemerintah. Besarnya


251

ditentukan oleh aparat pemerintah ditingkat pusat atau daerah yang

pertimbangannya berdasarkan prioritas tertentu.

b. Penerimaan khusus untuk pendidikan, seperti bantuan atau pinjaman

luar negeri yang diperuntukkan untuk pendidikan, seperti UNICEF,

UNESCO, pajak khusus yang hasilnya seluruhnya atau sebagian

diberikan untuk pendidikan.

c. Uang Sekolah atau iuran lainnya, yaitu pembayaran orang tua murid

secara langsung kepada Komite Sekolah atau Majelis Sekolah

berdasarkan pertimbangan tertentu.

d. Sumbangan sukarela, seperti sumbangan perseorangan, sumbangan

masyarakat, dapat berupa uang tunai, barang atau jasa serta segala

usaha sekolah untuk mengumpulkan dana yang sifatnya sukarela.

Masyarakat berpandangan bahwa dengan adanya program

pendidikan gratis, maka orang tua siswa dan masyarakat tidak perlu lagi

turut serta membantu pembiayaan pada lembaga pendidikan termasuk

sekolah. Pendidikan gratis dianggap telah mampu memenuhi segala

kebutuhan pembiayaan pada sekolah, padahal sesungguhnya biaya yang

diberikan pemerintah pada bantuan operasional sekolah masih belum

mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah dalam upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan.


252

e. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Rekruitmen Tenaga

Pendidik

Rekruitmen Tenaga Guru sebagai tenaga pendidik profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,

melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan

formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesional

tertentu yang tercermin dari komitmen terhadap kompetensi, kemahiran,

kecakapan atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma

etik tertentu.

Rekruitmen guru berdasarkan profesional guru pada Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar, yaitu;

a. Memiliki keahlian

Keahlian yang dimaksud di sini adalah dalam bidang pengetahuan

yang diajarkan dan ahli dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak hanya

menguasai isi pengajaran yang diajarkan, tetapi juga mampu menanamkan

konsep mengenai pengetahuan yang diajarkan. Mengajar adalah sarana

untuk mendidik dan menyampaikan pesan-pesan pendidikan. Guru yang

ahli memiliki pengetahuan tentang cara mengajar, juga keterampilan dan

mengerti bahwa mengajar adalah suatu seni, dalam kaitan ini orang selalu
253

membicarakan guru yang berhasil (succesful teacher), guru yang efektif

dan guru yang baik.

Melalui hasil observasi bahwa guru Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar menguasai prinsip-prinsip ilmu mendidik. Karena banyak

guru hanya ahli dalam mengajar tetapi kurang memperhatikan segi-segi

mendidik. Pemahaman seperti itu tidak akan bermanfaat bagi guru sebagai

pendidik.

b. Memiliki Etika dan Profesi Keguruan

Kompetensi sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi profesi,

dalam masyarakat yang kompleks seperti masyarakat modern dewasa ini,

profesi menuntut kemampuan membuat keputusan yang tepat dan

kemampuan membuat kebijaksanaan yang tepat, untuk itu diperlukan

banyak keterangan yang lengkap agar jangan menimbulkan kesalahan

yang akan menimbulkan kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi

masyarakat. Kesalahan dapat menimbulkan akibat yang fatal atau

malapetaka yang dahsyat. Itu sebabnya kebijaksanaan, pembuatan

keputusan, perencanaan, dan penanganan harus ditangani oleh para

ahlinya, yang memiliki kompetensi profesional dalam bidangnya.

Guru pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar sebagai

tenaga profesional juga perlu meningkatkan kompetensinya dalam rangka


254

menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang ada. Jadi etika profesi

guru itu adalah tingkah laku guru dalam mendidik peserta didiknya, yang

mana seorang guru harus terampil terhadap peserta didiknya, karena

bagaimanapun juga mendidik bukan pekerjaan yang mudah, karena

mendidik peserta didik itu tidak semudah membalikkan telapak tangan

karena guru selalu memberikan yang terbaik untuk peserta didiknya.

Seorang guru pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar

dalam menyikapi suatu masalah dengan baik dalam mendidik, karena

tingkah laku atau etika seseorang guru sangat berperan sekali dalam

profesinya sebagai pendidik, sehingga sifatnya akan menjadi contoh

kepada peserta didiknya, selain memberikan ilmu pengetahuan atau

mentransfer ilmu kepada peserta didik, guru pun harus bisa memberikan

sikap yang baik terhadap peserta didiknya karena seorang peserta didik

adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan,

keterampilan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya

agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-

sungguh.

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar perlu menjadi

contoh yang baik bagi peserta didiknya, karena seorang guru adalah sosok
255

yang diguguh dan ditiru oleh peserta didik. Diguguh karena ilmunya dan

ditiru karena sikap dan budi pekertinya.

c. Memiliki Otonomi dan Rasa Tanggung Jawab

Guru yang profesional di samping ahli dalam bidang mengajar dan

mendidik, ia juga memiliki otonomi dan tanggung jawab. Otonomi adalah

suatu sikap yang profesional yang disebut mandiri berdasarkan

keahliannya. Ciri-ciri kemandirian diantaranya: a) Dapat menguraikan nilai-

nilai hidup, b) Dapat membuat pilihan nilai, c) Dapat menentukan dan

mengambil keputusan sendiri, dan d) Dapat bertanggung jawab atas

keputusan itu. Jelas bahwa guru profesional harus mempersiapkan diri

sematang-matangnya sebelum ia mengajar. Melalui hasil wawancara

dengan Tawakkal bahwa guru harus menguasai materi yang akan

diajarkan dan bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Islam

memandang profesionalitas merupakan suatu keharusan dalam setiap

profesi atau pekerjaan, Rasulullah SAW dalam salah satu hadist yang

diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Hurairah r.a., mengatakan:

ِ َ َ‫سله َم…ق‬
‫اْلذَ ُاو ِسدَاْلَم ُر ِإلغَي ِرأَه ِل ِه‬ َ ‫صلهىالله ُه َعلَي ِه َو‬
َ ُّ‫عنأَبِي ُه َري َرةَقَالَبَينَ َماالنهبِي‬
َ
،(‫كتابالعلم‬،‫ (صحيحالبخاري‬.َ‫عة‬ َ ‫سا‬ ‫فَانتَ ِظرال ه‬
256

Artinya: Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah … bersabda suatu


pekerjaan yang diserahkan kepada seseorang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya. (HR Bukhari)

Hadis diatas memberikan isyarat bahwa Islam menjunjung tinggi

profesionalitas dalam setiap pekerjaan. Profesionalitas pendidik dan tenaga

kependidikan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam mengemban

suatu tugas. Hal ini disebabkan karena tugas yang diemban merupakan

amanah yang harus dipertanggungjawabkan, baik pada lembaga yang

memberikan amanah, kepada masyarakat, dan yang terpenting bahwa

amanat itu harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Allah SWT melarang untuk mengikuti apa yang seseorang tidak

mempunyai pengetahuan dan kompetensi atasnya, sebab hal itu dapat

mendatangkan kerusakan, baik pada pekerjaan itu, maupun kepada yang

memberikan pekerjaan itu. Allah SWT berfirman dalam QS al-Isra’/18: 36

sebagai berikut :

﴿ً‫ص َر َوالفُ َؤادَ ُك ُُّّلُولــــــَئِ َك َكانَ َعن ُه َمسؤُوَل‬ ‫سلَ َك ِب ِه ِعل ٌمإِنهال ه‬
َ َ‫سم َع َوالب‬ َ ‫َوَلَتَقفُ َمالَي‬
﴾٣٦
Artinya :Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.
257

Mendidik merupakan salah satu amanat yang diemban oleh

seseorang yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini memerlukan

pengelolaan secara profesional, untuk mencapai hasil maksimal yang

diharapkan oleh pemberi amanat, baik sebagai pendidik pada jalur

pendidikan informal dan formal, maupun pada jalur nonformal. Dalam hal

ini termasuk pada orang tua, guru, dan tokoh masyarakat beserta segenap

stake holder lainnya. Dengan demikian, tidak hanya dituntut kompetensi

yang berhubungan dengan tugasnya di depan kelas (pedagogik,

profesional), tetapi guru juga membutuhkan kompetensi lain, seperti

kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dalam upaya mewujudkan

tenaga pendidik yang profesional.

Indikator kompetensi profesionalisme guru menurut peneliti, yakni:

1. Guru senantiasa bertugas sebagai pengajar

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam

merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, dalam tugas ini guru

dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis

mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya.

Guru menyampaikan materi pembelajaran secara tersusun dan sistematik,

menggunakan bahasa yang jelas dan mudah, memberi informasi yang jelas

serta memberi contoh-contoh yang saling berkaitan, memberi penekanan


258

kepada materi pembelajaran dan mengaitkan pelajaran itu dengan

pengetahuan dan pengalaman peserta didik dan menggunakan alat bantu

pembelajaran untuk membantu dalam menjelaskan sesuatu konsep

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang

diharapkan.

2. Guru bertugas sebagai pembimbing

Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pembimbing memberi

tekanan kepada tugas seorang guru, yaitu memberikan bantuan kepada

peserta didik dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Tugas ini

merupakan aspek mendidik sebab tidak hanya berkenaan dengan

penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan juga menyangkut pembinaan

kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para peserta didik.

3. Guru bertugas sebagai administrator kelas

Tugas dan tanggung jawab sebagai administrator kelas pada

hakikatnya merupakan jalinan antara ketatalaksanaan bidang pengajaran

dan ketatalaksanaan pada umumnya. Namun demikian, ketatalaksanaan

bidang pengajaran jauh lebih menonjol dan lebih diutamakan pada profesi

guru. Dikatakan demikian, karena profesi gurulah yang melaksanakan

pengajaran dan menimbulkan proses pembelajaran baik yang dilaksanakan

secara formal di sekolah maupun secara non formal.


259

4. Guru bertugas sebagai pengembang kurikulum

Tanggung jawab mengembangkan kurikulum membawa implikasi

bahwa guru dituntut untuk selalu mencari gagasan-gagasan baru,

penyempurnaan praktik pendidikan, khususnya dalam praktik pengajaran.

Kurikulum sebagai program belajar atau semacam dokumen belajar yang

harus diberikan kepada para peserta didik. Pelaksanaan kurikulum tidak

lain adalah pengajaran. Kurikulum adalah rencana atau program, serta

pengajaran adalah pelaksanannya. Misalnya, ia tidak puas dengan cara

mengajar yang selama ini digunakan, kemudian ia mencoba mencari jalan

keluar bagaimana usaha mengatasi kekurangan alat peraga dan buku

pelajaran yang diperlukan oleh peserta didik. Tanggung jawab guru dalam

hal ini ialah berusaha untuk mempertahankan apa yang sudah ada serta

mengadakan penyempurnaan praktik pengajaran agar hasil belajar peserta

didik dapat ditingkatkan.

Adapun Indikator kompetensi profesional guru pada Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar melalui hasil penelitian, yaitu

meliputi;

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.


260

b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/ bidang pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Rekruitmen guru pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah

Makassar berdasarkan profesionalisme. Profesionalisme guru pada

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar menekankan kepada

penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta

strategi penerapannya. Tuntutan memenuhi standar profesionalisme bagi

guru sebagai wujud dari keinginan menghasilkan guru yang mampu

membina peserta didik sesuai dengan tuntutan masyarakat, di samping

sebagai tuntutan yang harus dipenuhi guru dalam meraih predikat guru

yang profesional, yaitu untuk menjadi profesional, seorang guru dituntut

untuk memiliki lima hal, yaitu : Guru harus mempunyai komitmen, Guru

menguasai secara mendalam bahan/materi mata pelajaran yang

diajarkannya serta cara mengajarnya kepada peserta didik, Guru

bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai


261

cara evaluasi, Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang

dilakukannya dan belajar dari pengalamannya, Guru seyogyanya

merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.

2. Peningkatan Mutu Pendidikan

Sekolah yang bermutu tidak terlepas dari pengelola dan tenaga yang

profesional di samping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia juga

memiliki otonomi dan tanggung jawab. Otonomi adalah suatu sikap yang

profesional yang disebut mandiri berdasarkan keahliannya. Ciri-ciri

kemandirian diantaranya: a) Dapat menguraikan nilai-nilai hidup, b) Dapat

membuat pilihan nilai, c) Dapat menentukan dan mengambil keputusan

sendiri, dan d) Dapat bertanggung jawab atas keputusan itu. Jelas bahwa

guru profesional harus mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum

ia mengajar, bahwa guru harus menguasai materi yang akan diajarkan dan

bertanggung jawab atas segala tingkah lakunya. Islam memandang

profesionalitas merupakan suatu keharusan dalam setiap profesi atau

pekerjaan, Rasulullah SAW dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh

Bukhari dari Abu Hurairah r.a. mengatakan:

ِ َ َ‫سله َم…ق‬
‫اْلذَ ُاو ِسدَاْلَم ُر ِإلغَي ِرأَه ِل ِه‬ َ ‫صلهىالله ُه َعلَي ِه َو‬
َ ُّ‫عنأ َ ِبي ُه َري َرةَقَالَبَينَ َماالنه ِبي‬
َ
،(‫كتابالعلم‬،‫ (صحيحالبخاري‬.َ‫عة‬ َ ‫سا‬ ‫فَانتَ ِظرال ه‬
262

Artinya:

Dari Abi Hurairah r.a. berkata: Rasulullah… bersabda suatu


pekerjaan yang diserahkan kepada seseorang bukan ahlinya maka
tunggulah kehancurannya. (HR Bukhari)

Hadis diatas memberikan isyarat bahwa Islam menjunjung tinggi

mutu dan profesionalitas dalam setiap pekerjaan. Profesionalitas pendidik

dan tenaga kependidikan merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam

mengemban suatu tugas. Hal ini disebabkan, karena tugas yang diemban

merupakan amanah yang harus dipertanggungjawabkan, baik pada

lembaga yang memberikan amanah, kepada masyarakat dan yang

terpenting bahwa amanat itu harus dipertanggungjawabkan dihadapan

Allah swt. Allah SWT melarang untuk mengikuti apa yang seseorang tidak

mempunyai pengetahuan dan kompetensi atasnya, sebab hal itu dapat

mendatangkan kerusakan, baik pada pekerjaan itu, maupun kepada yang

memberikan pekerjaan itu. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Isra’/18: 36

sebagai berikut:

﴿ً‫ص َر َوالفُ َؤادَ ُك ُُّّلُولــــــَ ِئ َك َكانَ َعن ُه َمسؤُوَل‬ ‫سلَ َك ِب ِه ِعل ٌمإِنهال ه‬
َ ‫سم َع َوال َب‬ َ ‫َوَلَتَقفُ َمالَي‬
﴾٣٦
Artinya :Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.
263

Mendidik merupakan salah satu amanat yang diemban oleh

seseorang yang menjadi tanggung jawabnya. Hal ini memerlukan

pengelolaan secara profesional, untuk mencapai hasil maksimal yang

diharapkan oleh pemberi amanat, baik sebagai pendidik pada jalur

pendidikan informal dan formal, maupun pada jalur nonformal. Dalam hal

ini termasuk pada orang tua, guru, dan tokoh masyarakat.

Dengan demikian, tidak hanya dituntut kompetensi yang

berhubungan dengan tugasnya di depan kelas (pedagogik, profesional),

tetapi guru juga membutuhkan kompetensi lain, seperti kompetensi sosial

dan kompetensi kepribadian.

Langkah mewujudkan sekolah yang bermutu diawali dengan

membuat perencanaan. Langkah ini dilakukan dengan menetapkan visi

dan misi serta tujuan sekolah. Penetapan tersebut memperhatikan

beberapa konteks, seperti tingkat kebutuhan pendidikan dan tuntutan

kebutuhan daerah untuk masa mendatang.

Strategi peningkatan mutu sekolah, bisa dimulai dengan dua cara.

Pertama, dengan cara mengelompokkan siswa sesuai dengan

kemampuan, minat, dan karakter masing-masing. Kedua, dengan cara

melakukan pemetaan kemampuan dan potensi guru dan murid.

Kedua cara tersebut diperlukan semuanya. Persoalan mana yang

lebih didahulukan, akan bergantung kepada karakteristik sekolah. Karena


264

itulah, kepala sekolah memegang kendali utama, untuk menentukan model

pencapaian, berdasarkan pertimbangan kekuatan dan potensi yang dimiliki,

kekhasan karakteristik, serta kekurangan yang hendak dibenahi.

Peningkatan kapasitas tenaga pendidik dan kependidikan, bisa

dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya mengikutsertakan mereka dalam

berbagai pelatihan yang sesuai dengan bidang keilmuannya atau

melaksanakan studi banding ke sekolah-sekolah unggulan. Disamping itu,

aspek lain yang harus menjadi perhatian dalam rangka peningkatan mutu

sekolah adalah dengan pemberdayaan semua potensi sekolah, baik

internal maupun eksternal, akan memudahkan peningkatan proses maupun

kelulusan. Selain itu, kendala apapun akan lebih mudah dihadapi dan

diselesaikan.

Potensi-potensi internal dan eksternal, merupakan aset utama yang

harus dikelola melalui program sekolah bermutu. Potensi-potensi internal

dan eksternal tersebut adalah sebagai berikut : pertama, kentalnya

pandangan di masyarakat bahwa sekolah merupakan pilar dalam

penyelenggaraan pendidikan, yang dilandasi dengan nilai-nilai ajaran Islam

Kedua, sekolah dipandang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki

intelektual tinggi dan berwatak Islami, dengan penguasaan IPTEK dan

IMTAQ. Ketiga, sikap rasional dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat
265

muslim, merupakan pilar bagi penegakan pendidikan yang berciri khas

Islam.
Sebagai tindak lanjut dari ditetapkannya UU Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka Pemerintah melalui PP 19

Tahun 2005 menetapkan Peningkatan Mutu pada Sekolah yang dapat

dijadikan sebagai pedoman yang mengarahkan setiap praktisi, birokrat dan

penyelenggara pendidikan untuk menggunakan standarisasi dalam proses,

penyelenggaraan dan hasil pendidikan dari semua jenjang dan satuan

pendidikan.

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar dapat berperan

serta dalam penyelenggaraan, peningkatan mutu, dan penyiapan anggaran

pendidikan. Undang-Undang RI tetap diakui dan dilindungi untuk

mengoptimalkan peran sertanya dalam pengembangan pendidikan

nasional. Namun, tata kelola penyelenggaraan pendidikan itu selanjutnya

harus mengikuti ketentuan dalam Undang-Undang RI. Sehubungan dengan

itu, diperlukan pengaturan tentang badan hukum pendidikan dalam bentuk

undang-undang, sesuai dengan amanat Pasal 53 ayat (4) UU Sisdiknas.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54

tahun 2013 tentang standar mutu pendidikan pada Sekolah, menyebutkan

bahwa kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan dan prestasi

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar mencakup sikap,


266

pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian, pembelajaran

seharusnya diarahkan pada terbentuknya manusia yang selain pintar atau

memiliki pengetahuan, juga memelihara amanah atau kepercayaan atas

jabatan yang diberikan kepadanya. Orang seperti ini yang dinyatakan Allah

SWT, dalam QS Al-Mujadilah 58: 11 sebagai berikut:

ِ‫سح‬َ ‫س ُحوا َيف‬ َ ‫س ُحوا فِي ال َم َجا ِل ِس فَاف‬ ‫َيا أَيُّ َها الهذِينَ آ َمنُوا إِذَا قِي َل لَ ُكم تَفَ ه‬
َ‫َّللاُ الهذِينَ آ َمنُوا ِمن ُكم َوالهذِين‬
‫ش ُزوا يَرفَعِ ه‬ ُ ‫ش ُزوا فَان‬ ُ ‫َّللاُ لَ ُكم َو ِإذَا ِقي َل ان‬
‫ه‬
﴾١١﴿ ‫ير‬ ٌ ِ‫َّللاُ بِ َما تَع َملُونَ َخب‬
‫ت َو ه‬ ٍ ‫أُوتُوا ال ِعل َم دَ َر َجا‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
"Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.

Dalam menafsirkan ayat diatas, M. Quraish Shihab mengatakan

bahwa ayat tersebut tidak menyebutkan secara tegas bahwa Allah

meninggikan derajat orang yang berilmu, tetapi menegaskan bahwa

mereka memiliki derajat, yakni lebih tinggi dari sekadar beriman. Tidak

disebutnya kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa sebenarnya ilmu

yang dimilikinya itulah yang berperan besar dalam ketinggian derajat yang

diperolehnya, bukan faktor di luar ilmu itu.


267

Ayat diatas juga membagi kaum beriman kepada dua kelompok

besar, yakni yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh, dan yang

kedua beriman dan beramal saleh serta memiliki pengetahuan. Kelompok

kedua ini yang menjadi lebih tinggi, bukan karena nilai ilmu yang

disandangnya, tetapi juga karena amal dan pengajarannya kepada pihak

lain, baik secara lisan, tulisan, maupun dengan keteladanan.

Pada ayat yang lain disebutkan dalam QS. Al- Taubah/9 :122 yaitu :















Artinya : Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke

medan peran). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka

tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar

mereka dapat menjaga dirinya.


268

Ayat-ayat diatas memberikan gambaran, bahwa menutut ilmu itu

sangat penting bagi manusia untuk mengembangkan potensi yang telah

dianugerahkan Allah kepada manusia.

D. Temuan Hasil Penelitian

Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya tidaklah terlepas dari

bagaimana kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan mutu

pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar tetap

sukses.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam konteks penelitian ini adalah

pola-pola perilaku kepemimpinan kepala sekolah yang diterapkan kepada

guru-guru di sekolah yang dijalankan secara konsisten dalam

mempengaruhi dan mengarahkan guru dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pola-pola perilaku dimaksud, yaitu perilaku kepemimpinan beorientasi

tugas yang meliputi pengawasan, pelaksanaan pembelajaran,

Kepemimpinan dan Pengadaan Sarana Prasarana, Kepemimpinan dan

Pembiayaan Sekolah dan Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam

Rekruitmen Tenaga Pendidik serta perilaku kepemimpinan beorientasi

perilaku kepemimpinan partisipatif

. Temuan penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan

kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan


269

mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar.

Artinya tinggi rendahnya mutu pendidikan dijelaskan oleh kepemimpinan

kepala sekolah. Besarnya kontribusi kepemimpinan kepala sekolah

terhadap peningkatan mutu telah dijelaskan pada hasil penelitian, data ini

menunjukkan bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan, kepala sekolah

masih perlu meningkatkan kepemimpinannya terutama pada aspek

pengawasan, pelaksanaan pembelajaran, Kepemimpinan dan Pengadaan

Sarana Prasarana, Kepemimpinan dan Pembiayaan Sekolah dan

Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Rekruitmen Tenaga Pendidik

Hasil analisis deskriptif, menurut guru bahwa kepemimpinan kepala

sekolah yang berorientasi tugas termasuk kategori baik. Artinya, kepala

sekolah telah menerapkan dengan baik kepemimpinan berorientasi tugas

pada Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar, peneliti

menemukan bahwa kepemimpinan yang berorientasi tugas adalah perilaku

kepemimpinan yang menekankan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan

dengan baik, dengan cara mengarahkan dan mengendalikan dengan

pengawasan ketat pada bawahan. Sejalan dengan hasil wawancara oleh

Tawakkal bahwa perilaku atau gaya kepemimpinan berorientasi tugas

adalah: (1) memberi petunjuk-petunjuk kepada bawahan, (2) mengadakan

pengawasan terhadap bawahan, (3) meyakinkan bawahan bahwa tugas


270

harus selalu dilaksanakan sesuai dengan keinginan pimpinan, dan (4)

menekankan kepada pelaksanaan tugas. Sehubungan dengan itu, peran

kepala sekolah selaku pemimpin perlu memberikan petunjuk dan

penjelasan pada guru hal-hal yang harus dikerjakan, memberi bimbingan,

memberi perintah dan mengawasi pelaksanaan tugas guru untuk

meningkatkan profesionalismenya. Pengawasan Sekolah Menengah Atas

Islam Athirah Makassar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan

untuk membimbing, menggerakkan, mengatur segala kegiatan yang telah

diberi tugas dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha.

Temuan penelitian ini didukung hasil studi kepemimpinan dilakukan

peneliti dengan fokus penelitian yang berorientasi pada produk, hasilnya

penelitian ditemukan adalah pemimpin yang berorientasi produk

menetapkan standar kerja yang kaku, mengorganisasi tugas secara terinci,

menentukan metode yang harus diikuti, dan mengawasi kerja bawahan

secara ketat. E. Mulyasa mengemukakan bahwa pengawasan harus

dilaksanakan secara melekat (waskat), baik terhadap perencanaan

pengajaran (intructional planning), pelaksanaan (implementing), maupun

terhadap penilaian atau evaluasi (evaluation), proses belajar mengajar

yang dilakukan guru. Berpedoman pada pendapat ini, Kepala Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar dalam menjalankan tugasnya


271

dalam upaya meningkatkan kinerja guru, selain memberikan pengarahan

atas standar kerja atau prosedur-prosedur yang harus dikerjakan guru

dalam melaksanakan tugas, kepala sekolah perlu mengendalikan dengan

pengawasan ketat standar kerja atau prosedur-prosedur untuk mengetahui

hasil yang diharapkan sesuai dengan yang ditetapkan. Schmoker dalam

James H. Stronge, Holly B. Richard, Nancy Catano berpendapat bahwa

pemimpin yang efektif dapat meningkatkan pengawasan terhadap

pengajaran dengan cara memeriksa bukti-bukti bahwa materi pembelajaran

benar-benar telah diajarkan dengan cara meninjau nilai-nilai formatif

peserta didik, buku laporan pendidikan, catatan harian (buku penghubung

guru-peserta didik) dan hasil-hasil karya peserta didik.

Hasil penelitian memberikan makna bahwa kepemimpinan kepala sekolah

sangat memegang peran penting dalam usaha memajukan satuan

pendidikan yang dipimpinnya. Keberhasilan ini ditentukan salah satunya

karena gaya atau perilaku kepemimpinan yang dianut dalam

menggerakkan dan memengaruhi anggota organisasi untuk bersama-sama

mencapai tujuan yang dicapai. Sehubungan dengan kepemimpinan kepala

sekolah yang berorientasi tugas, kepala sekolah dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan perlu untuk mengoptimalkan, yaitu: (1)

pemberian pengarahan meliputi pemberian petunjuk dan penjelasan pada


272

guru, memberi bimbingan, dan memberi perintah pada guru dalam

melaksanakan tugasnya. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan

pertemuan rutin, untuk mengevaluasi dan mengetahui permasalahan-

permasalah yang dialami guru, (2) pengendalian dan pengawasan yang

ketat. Pada satuan pendidikan, guru senantiasa dituntut meningkatkan

kinerjanya, baik dalam menyusun rencana program pembelajaran,

melaksanakan pembelajaran, dan melaksanakan evaluasi proses

pembelajaran. Dengan demikian, jelaslah bahwa kepemimpinan kepala

sekolah berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan pada Sekolah

Menengah Atas Islam Athirah Makassar.

E. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah diuraikan

diatas, tidak terlepas dari keterbatasan penelitian dilihat dari:

1. Penelitian ini dibatasi hanya satu lingkup wilayah kerja, yaitu

Sekolah Menengah Atas Islam Athirah Makassar.

2. Penelitian ini difokuskan hanya Sekolah Menengah Atas Islam

Athirah Makassar

3. Penelitian ini dari aspek variable yang diteliti dibatasi pada variable

yang mengacu pada internal organisasi, tidak mengamati eksternal

organisasi, sehingga sulit untuk memperbandingkan sejauh mana


273

kepuasan kerja dari sekolah dan pencapaian kinerja tenaga pendidik

dan kependidikan.

4. Metode mengandalkan angket dan instrument wawancara yang

disebar untuk variabel kepemimpinan Kepala Sekolah dan

peningkatan mutu pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai