Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur atas kehadiran Allah SWT saya panjatkan atas terciptanya
makalah judul : “ SAMBUNGAN LAS “

Makalah ini ditulis berdasarkan judul yang sudah di tentukan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Elemen Mesin. Dengan isi yang di sesuaikan
dari beberapa sumber pustaka, mengenai sambungan las.

Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan menambah


sedikit nilai prestasi saya. Kritik dan saran dari dosen pembimbing mata
kuliah Elemen Mesin akan isi maupun bahasa serta tambahan isinya
sangat saya harapkan demi kesempurnaan dan demi bertambahnya ilmu
pengetahuan saya.

Hanya inilah yang dapat saya sampaikan kepada dosen pembimbing


mata kuliah Elemen Mesin, saya ucapkan terimakasih,

Wassalamu’alaikum wr.wb
Penyusun

Innu Treesna Juniarta

1
DAFTAR ISI

Judul …………………………………………………………….……x

Kata Pengantar ………………………………….………………….1

Daftar isi ………..………….………………………………….……..2

SAMBUNGAN LAS

A. Sejarah Pengelasan …………………………………………..3

B. Pengertian sambungan las ………………………………….4

C. Keuntungan dan kerugian sambungan las dibandingkan

sambungan baut/paku keling………………………............4

D. Jenis – jenis pengelasan …………………………………….6

E. Tipe Sambungan Las …………………………………….…10

F. Perhitungan Kekuatan Las ………………………………...12

G. Tegangan Sambungan Las ………………………………...15

H. Posisi pengelasan. …………………………......................17

I. Macam – macam cacat las………………………………....19

J. Cara penanggulangan cacat las…………………………..21

2
A.Sejarah Pengelasan

Berdasarkan penemuan benda sejarah dapat diketahui bahwa teknik


penyambungan logam telah diketahui sejak zaman prasejarah, misalnya
pada waktu antara 4000-300 SM, telah diketahui dan dipraktekan
pembrasingan logam paduan emas, tembaga, dan pematrian paduan
timah. Pada waktu itu sumber energy yang digunakan adalah hasil dari
pembakaran kayu atau arang. Berhubung suhu yang diperoleh dengan
pembakaran kayu dan arang sangat rendah maka teknik penyambungan
pada waktu itu tidak berkembang lagi.
Setelah energi listrik dapat dipergunakan dengan mudah, maka teknologi
pengelasan maju dengan pesat sehingga menjadi suatu teknik
penyambungan yang rnutakhir. Pada akhir abad ke 19 telah diciptakan
cara dan teknik pengelasan. Pengelasan yang banyak di gunakan adalah
las busur, las resistensi listrik, las gas, dan las termit.
Pada tahun 1885 alat-alat busur sudah banyak dipakai. Bernardes adalah
orang yang pertama kali rnenggunakan las busur yang memakai ektroda
yang dibuat dari batang karbon atau grafit. Dengan cara mendekatkan
elektroda las ke logam induk atau logam yang akan dilas, dengan jarak
kurang lebih 2 rnm, maka terjadilah busur listrik yang nrerupakan
sumber panas pada proses pengelasan tersebut. Karena terjadi panas,
maka logam yang terbuat dari logam yang sama dengan logam induk
mencair dan akhirnya mengisi tempat sambungan.

3
Pada tahun 1892 Slovianoff adalah orang pertama kali yang
menggunakan kawat logam elektroda yang turut mencair karena panas
yang ditimbulkan oleh busur listrik. Dengan penemuan ini elektroda
yang berfungsi sebagai penghantar dan pembangkit busur lisrrik, juga
berfungsi sebagai logarn pengisi. Kemudian Kjellberg menemukan
kwalitas sambungan las rnenjadi lebih baik bila kawat elektroda logam
dibungkus dngan terak.
Dan pada tahun 1886 Thomson menciptakan proses pengelasan
resistansi listrik, dan Glodschimiit tnenemukan las termit pada tahun
1895. Pada tahun 1900 adalah masa keemasan pertama untuk pengelasan
logam. Dan pada tahun 1926 adalah masa keemasan kedua dengan
adanya las hydrogenatom yang ditemukan oleh Lungumir, dan las busur
logam dengan perlindungan gas mulia yang ditemukan oleh Hobart dan
Dener.
Selanjutrnya pada tahun 1935 Knnedy menemukan las busur redam, hal
ini membuka jalan kearah otomatisasi dalam bidang pengelasan yang
dapat memperbaiki kualitas las.

4
Kemajuan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi las dicapai
sampai dengan tahun 1950, dan pada tahun 1950 dianggap sebagai
permulaan masa keemasan yang ketiga. Dan pada tahun itu juga
ditemukan cara-cara las baru antara lain: las dingin, las listrik terak, Ias
laser dan lain sebagainya.

B. Pengertian Sambungan Las

Sambungan las adalah sambungan permanen yang didapatkan dari


peleburan dari tepi dua benda yang akan disambung dengan atau tidak
dengan menggunakan tekanan dan material tambahan. Panas yang
digunakan untuk peleburan berasal dari terbakarnya gas (dalam hal ini
adalah las gas) atau dari busur listrik (dalam hal ini adalah las listrik).
Metode las listrik lebih sering digunakan karena kecepatan las yang
lebih besar. Sambungan las sering digunakan dalam sebuah perakitan
sebagai metode alternatif pencetakan dan penempaan dan sebagai
pengganti sambungan baut dan sambungan paku keling. Sambungan las
juga digunakan untuk menyatukan kembali logam yang retak,
memperbaiki bagian-bagian kecil yang rusak seperti roda gigi, dan untuk
memperbaiki permukaan yang aus seperti permukaan bearing.

C. Keuntungan dan kerugian sambungan las


dibanding sambungan baut/paku keling

Keuntungan
1. Struktur dalam las biasanya lebih ringan daripada struktur dalam
sambungan paku. Hal ini dikarenakan gussets atau komponen
penyambung lainnya tidak digunakan.
2. Sambungan las memberikan efisiensi maksimum (hampir 100%) yang
tidak mungkin diberikan oleh sambungan baut atau paku.
3. Perubahan atau penambahan bisa diberikan dengan mudah pada
struktur
atau sambungan las yang sudah ada.
4. Karena struktur las berwujud halus, maka tampilannya akan terlihat
lebih
5
bagus.
5. Pada sambungan las, tegangan yang ada pada sambungan tidak
melemah
seperti pada sambungan baut.
6. Sambungan las memiliki kekuatan yang besar. Seringkali sambungan
las
memiliki kekuatan yang sama seperti benda yang telah dilas.
7. Terkadang, bentuk-bentuk seperti pipa sulit untuk disambung
menggunakan sambungan baut. Tapi bisa dengan mudah disambung
dengan menggunakan las.
8. Sambungan las memberikan sambungan yang sangat keras.
9. Sangat mungkin untuk me-las bagian-bagian apa saja dan dari titik
manapun. Sedangkan sambungan baut membutuhkan daerah yang lebih
banyak.
10. Prosesnya lebih cepat dibandingkan sambungan baut.
11. Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode
las dan menyatu dengan lebih kokoh (lebih sempurna).
12. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
13. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
14. Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari
berat konstruksi, sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5
– 4% dari berat konstruksi.
15. Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubang
lubang pk/baut, tak perlu memasang potongan baja siku / pelat
penyambung, dan sebagainya ).
16.Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi,
sehingga kekuatannya utuh.

Kerugian
6
1. Karena adanya ketidakseimbangan selama pemanasan dan
pendinginan
saat pengelasan, maka benda yang dilas memiliki kemungkinan
perubahan
bentuk atau kemungkinan adanya tegangan tambahan pada benda.
2. Pengelasan membutuhkan tenaga kerja dan pengawas yang memiliki
keterampilan yang tinggi.
3. Pemeriksaan untuk sambungan las lebih sulit dibandingkan dengan
sambungan baut.

4. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas


pengelasan. Jika pengelasannya baik maka kekuatan sambungan akan
baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka kekuatan
konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat
berakibat fatal. Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan
merembet rusaknya sambungan yang lain dan akhirnya bangunan
dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak sedikit
bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan
berat seperti jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak
diijinkan menggunakan sambungan las.
5. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.

D. Jenis – jenis pengelasan

Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk


menyambung logam, yaitu:

> Las Resistansi Listrik (Tahanan)

7
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana
permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada
saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut
menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan
las resistensi listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu
sambungan tumpang dan sambungan tumpul. Las resistansi listrik ini
sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.

Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan


pelat-pelat tipis yang biasa digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :

-Las Titik (Spot Welding)

Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk


seperti titik. Elektroda penekan terbuat dari batang tembaga yang dialiri
arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda sebelah bawah
8
sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak
menekan pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan disambung
tidak sampai bolong sewaktu proses terjadinya pencairan maka kedua
ujung elektroda diberi air pendingin.

-Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)

Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las


resistansi titik, tetapi dalam pengelasan tumpang ini kedua batang
elektroda diganti dengan roda yang dapat berputar sesuai dengan
alur/garis pengelasanyang dikehendaki

>Las Busur Listrik

9
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa
alternatif diantaranya energi dari panas pembakaran gas, atau energi
listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan ini melebihi
dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur
yang dapat dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-3000º C.
Pada temperatur ini daerah yang mengalami pengelasan melebur secara
bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur
listrk adalah pemilihan elektroda yang tepat. Secara umum semua
elektroda diklasifikasikan menjadi lima kelompok utama yaitu mild
steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan non ferrous.
Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan
elektroda dalam kelompok mild steel (baja lunak).

>Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen

Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar


bahan bakar gas C2 H2 dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api
dengan suhu yang dapat mencair logam induk dan logam pengisi.

10
Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau
hidrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah
asetilen, sehingga las pada umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

>Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)

Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas)


merupakan salah satu pengembangan dari pengelasan yang telah ada
yaitu pengembangan dari pengelasan secara manual yang khususnya
untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan lain-
lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya.
Pengelasan Tungsten Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses
elektroda sekali habis (non consumable electrode). Temperatur yang
dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C dan
fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi udara
luar terhadap cairan logam yang dilas.

>Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding
(GMAW)

11
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang
energinya diperoleh dari busur listrik. Busur las terjadi di antara
permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda yang keluar dari
nozzle bersamasama dengan gas pelindung.

E. Tipe Sambungan Las

a. Lap joint atau fillet joint :


overlapping plat, dengan beberapa cara :
• Single transverse fillet (las pada satu sisi) :melintang
• Double transverse fillet (las pada dua sisi)
• Parallel fillet joint (las paralel)

b. Butt Joint

12
- Pengelasan pada bagian ujung dengan ujung dari plat.
- Pengelasan jenis ini tidak disarankan untuk plat yang tebalnya kurang
dari 5 mm
- Untuk plat dengan ketebalan plat (5 – 12,5) mm bentuk ujung yang
disarankan adalah : tipe V atau U.

F. Perhitungan Kekuatan Las

a.Kekuatan transverse fillet welded joint

13
Jika
t : tebal las
L : panjang lasan
Throat thickness, BD : leg sin 450

A : Luas area minimum dari las (throat weld)


= throat thickness x length of weld

σt = tegangan tarik ijin bahan las.


14
Tegangan tarik/kekuatan tarik maksimum sambungan las :
• Single fillet :

• Double fillet :

b. Kekuatan las paralel fillet

A : luas lasan minimum

Jika ⎯τ : tegangan geser ijin bahan las


• Gaya geser maksimum single paralel fillet :

• Gaya geser maksimum double paralel fillet :

15
Hal yang perlu diperhatikan dalam desain adalah :
1. Tambahkan panjang 12,5 mm pada lasan untuk keamanan.
2. Untuk gabungan paralel dan transverse fillet (melintang), kekuatan
lasan
merupakan jumlah kekuatan dari paralel dan transverse.
Ftotal = Fparalel + Ftranverse
c. Kekuatan butt joint weld
1. Digunakan untuk beban tekan /kompensi
2. Panjang leg sama dengan throat thickness sama dengan thickness of
plates (t)

Gaya tarik maksimum :


• Single V butt joint,

• Double V butt joint

Rekomendasi Ukuran Las Minimum

16
G. Tegangan Sambungan Las

Tegangan pada sambungan las, sulit dihitung karena variabel dan


parameter tidak
terprediksikan, misalnya :
• Homogenitas bahan las/elektroda
• Tegangan akibat panas dari las
• Perubahan sifat-sifat fisik.
Dalam perhitungan kekuatan diasumsikan bahwa :
• Beban terdistribusi merata sepanjang lasan
• Tegangan terdistribsi merata

Harga Tegangan Sambungan Las Dengan Beberapa Electrode Dan


Beban

Faktor Konsentrasi Tegangan Las


Konsentrasi tegangan (k) untuk static loading and any type of joint, k =
1

17
Konsentrasi tegangan terjadi akibat penambahan material yang berasal
dari material dasar yang mungkin berbeda dengan material utama yang
disambung.

Contoh simbol welding

H. Posisi Pengelasan
18
•Posisi di bawah tangan
Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah
dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan
pengelasan sedapat mungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan.
Kemiringan elektroda 10 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical kea
rah jalan elektroda dan 70 derajat-80 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi tegak (vertical)
Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya
keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling
sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah
dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15
derajat terhadapvertikal dan 70 derajat-85 derajat terhadap benda kerja.
• Posisi datar (horizontal)
Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana
kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti
horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat –
10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah
benda kerja.
• Posisi di atas kepala (Overhead)
Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair
banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan
perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda
kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar
5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat
terhadap benda kerja.
· Posisi datar (1G)
Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag
dan
setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi
pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja.
Type posisi datar (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat
diaplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar.
· Posisi horizontal (2G)

19
Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada
posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi
pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya
gravitasi akibatnya cairan las akan selalu kebawah. Adapun posisi sudut
electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara
1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan
kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin
yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian
dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar
dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan
seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya.
· Posisi vertikal (3G)
Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini
dilaksanakan pada plate dan elektrode vertikal. Kesulitan pengelasan ini
hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las
akan selalu kebawah.
· Posisi horizontal pipa (5G)
Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu :
1.Pengelasan naik
Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding tebal karena
membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik kecepatannya
lebih rendah dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga
panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan
pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi
horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut.
Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld)
pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam
12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30
ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass
(las akar) adalah berbentuk
segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode.
2. Pengelasan turun
Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta
gas

20
bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan
lebih cepat dan lebih ekonomis.
· Pengelasan Posisi Fillet
Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-
lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat
diantara material pada posisi mendatar dan posisi tegak. Posisi
sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative mudah, namun
hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan
elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan
operator las.

I. Macam-macam Cacat Las

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua logam atau lebih


dengan menggunakan energi panas sebagai medianya. Karena proses ini
maka logam disekitar lasan mengalami siklus termal cepat yang
menyebabkan terjadinya deformasi. Hal ini erat sekalihubunganya
dengan terjadinya cacat las yang secara umum mempunyai pengaruh
yang fatal terhadap keamanan kontruksi material yang dilas. Cacat las
ada beberapa macam, yaitu:
>Retak las
Cacat las yang sering sekali terjadi pada saat proses pengelasan adalah
retak las yang dapat dibagi menjadi dua kategori yakni : retak dingin dan
retak panas. Retak dingin adalah retak yang terjadi pada daerah las pada
suhu kurang lebih 300oC. Sedangkan retak panas adalah retak yang
terjadi pada suhu diatas 500oC. Retak dingin tidak hanya terjadi pada
daerah HAZ (Heat Affected Zone) atau sering disebut dengan daerah
pergaruh panas tetapi biasanya terjadi pada logam las. Retak dingin ini
dapat terjadi pada daerah panas yang sering terjadi. Dan retakan ini
dapat dilihat dibawah manik Ias, retak akar dan kaki, serta retak
melintang.
Retak dingin didaerah HAZ ini biasanya terjadi antara beberapa menit
sampai 48 jam
sesudah pengelasan. Retak dingin ini disebabkan oleh :.
21
o Struktur daerah pangaruh Panas.
o Hidrogen difusi didaerah las.
o Tegangan.
Sedangkan retak panas dibagi menjadi dua kelas yaitu retak karena
pembebasan tegangan pada daerah pengaruh panas yang terjadi pada
suhu 500oC - 700oC dan retak yang terjadi pada suhu diatas 900oC yang
terjadi pada peristiwa pembekuan logam las. Retak panas sering teriadi
pada logam las karena pembekuan, biasanya berbentuk kawah dan retak
memanjang. Retak panas ini terjadi karena pembebasan tegangan pada
daerah kaki didalam daerah pengaruh panas.
Retak ini biasanya terjadi pada waktu logam mendingin setelah
pembekuan dan terjadi karena adanya tegangan yang timbul, yang
disebabkan oleh penyusutan dan sifat baja yang ketangguhannya turun
pada suhu dibawah suhu pembekuan. Keretakkan las yang lain adalah
retak sepanjang rigi-rigi lasan retak disamping las dan retak memanjang
diluar rigi-rigi lasan. Akan tetapi penyebab umum pada semua jenis
keretakan las ini adalah:
o Pilihan jenis elektroda yang salah atau tidak tepat.
o Benda kerja terbuat dari baja karbon tinggi.
o Pendinginan setelah pengelasan yang terlalu cepat.
o Benda kerja yang dilas terlalu kaku.
o Penyebaran panas pada bagian-bagian yang di las tidak seimbang.

Selain retak, cacat las yang juga sering terjadi, adalah penembusan las
yang kurang dan jelek. Jika penembusan pengelasan kurang maka akibat
yang timbul pada konstruksi adalah kekuatan konstruksi yang kurang
kokoh karena penembusan yang kurang. Karena kurang penembusan
inilah maka penyambungan tidak sempurna. Penyebab dari penembusan
yang kurang ini antara lain :

o Kecepatan pengelasan yang terlalu tinggi.


o Arus terlalu rendah.
o Diameter elektroda yang terlalu besar atau terlalu kecil.
o Benda kerja terlalu kotor.
o Persiapan kampuh atau sudut kampuh tidak baik.
22
o Busur las yang terlalu panjang.

>Pengerukan / Under cut


Cacat las yang lain adalah pengerukan atau yang sering disebut dengan
under cut pada benda kerja. Pengerukan ini terjadi pada benda kerja atau
konstruksi yang termakan oleh las sehingga benda kerja tadi berkurang
kekuatan konstruksi meskipun sebelumnya telah dilakukan pengelasan.
Sebab-sebab pengerukan las antara lain :
o Arus yang terlalu tinggi.
o Kecepatan pengelasaan yang terlalu tinggi pula.
o Busur nyala yang terlalu panjang.
o Ukuran elektroda yang salah.
o Posisi elektroda selama pengelasan tidak tepat.
o Ayunan elektroda selama pengelasan tidak teratur.

23
>Keropos
Keropos merupakan cacat las yang juga sering terjadi dalam pengelasan.
Keropos ini bila didiamkan, lama kelamaan akan menebar yangdiikuti
dengan perkaratan atau korosi pada konstriksi sehingga kontruksi
menjadi rapuh karena korosi tadi. Cacat ini memang kelihatannya sepele
akan tetapi dampak yang ditirnbulkan oleh cacat ini cukup
membahayakan juga. Penyebab keropos ini yakni :
o Busur pendek.
o Kecepatan mengelas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.
o Kurang waktu pengisian.
o Terdapat kotoran-kotoran pada benda kerja.
o Kesalahan memilih jenis elektroda.
Penggerutan Benda Kerja.
Pada dasarnya setiap logam bila dipanasi akan memuai dan mengkerut
bila di dinginkan. Bila salah satu permukaan las tipis dilas pada arah
memanjang, maka setelah dingin terjadilah pelengkungan atau melenting
atau deformasi.
Dan pada dua bilah plat tipis dilas (tanpa membuat pengikat lebih dulu)
maka kedua sisi kampuh yang masih bebas akan bergeser, bahkan
sampai kedua sisi tersebut dapat berimpit
Penyebab pengerutan adalah:
Pengisian pengelasan kurang.
o Pengkleman salah.
o Pemanasan yang berlebihan.
o Kesalahan persiapan kampuh.
o Pemanasan tidak merata.
o Penempatan bagian-bagian yang disambung kurang baik.
o Salah urutan pengelasan.

J. Cara Penanggulangan Cacat Las

Dalam pembangunan kapal baru jumlah pekerjaan las kira-kira sepertiga


dari seluruh jumlah pekerjaan. Ada kapal yang dibangun dengan sistim
blok dan ini berarti banyak sekali konstruksi yang menggunakan

24
pengelasan. Jadi cacat-cacat las yang ada harus ditekan sekecil mungkin
atau bahkan harus dihindari sebisa mungkin.
Untuk mengatasi macam-macam cacat las yang telah terjadi supaya hasil
pekerjaan las dapat memuaskan banyak pihak, maka perlu dilaksanakan
cara-cara penanggulangannya, yaitu sebagai berikut:
>Penanggulangan Retak Las
Dalarn menghindari terjadinya retakan las pada daerah panas, atau usaha
penaggulanganya supaya tidak terjadi retak pada las antara lain :
o Menggunakan elektroda yang betul, dalam hal ini sedapat mungkin
menggunakan elektroda dengan fluk yang mempunyai kadar hydrogen
rendah.
o Sebelum mengelas, pada daerah sekitar kampuh harus dibersihkan dari
air, karat, debu, minyak
dan zat organik yang dapat menjadi sunrber hidrogen.
o Mendinginkan perlahan-lahan setelah dilas.
o Membebaskan kampuh dari kekakuan.
o Mengadakan pemanasan pendahuluan sebelum memulai pengelasan,
dengan cara ini retak las
dapat terhindarkan
>Penanggulangan Penembusan Las Yang Kurang Baik
Cara untuk mengatasi cacat las penembusan yang kurang baik dapat
dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut :
o Penyetelan arus pengelasan yang tepat.
o Pengelasan diperlambat dan stabil agar panas yang didapat lebih
merata.
o Mengatur kecepatan las, sehingga kedua sisi benda kerja mencair
dengan baik.
o Memilih diameter elektroda yang sesuai dengan ukuran coakan.
o Membersihkan benda kerja dari terak dan kotoran yang ada.
o Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
>Penanggulangan Pengerukan las (Under Cut)
Cara untuk mengatasi cacat las pengerukan/under cut dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
o Menyetel arus yang tepat.
o Mengurangi kecepatan mengelas.
25
o Mempertahankan panjang busur nyala yang tepat.
o Menggunakan ukuran elektroda yang benar.
o Menyetel posisi elektroda, sehingga gaya busur nyala akan menahan
cairan pengelasan.
o Mengupayakan ayunan elektroda dengan teratur.
>Penanggulangan Cacat Las Karena Keropos.
Cara untuk mengatasi cacat las keropos dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
o Mempertahankan jarak busur yang baik.
o Mengurangi kecepatan pengelasan atau kecepatan dipertinggi.
o Member waktu pengisian yang cukup untuk melepaskan gas.
o Membersihkan benda kerja.
o Menggunakan elektroda yang tepat.
>Penanggulangan Pengerutan Benda Kerja
Pada setiap proses pengelasan akan terjadi yang namanya perubahan
bentuk terhadap benda kerja. Perubahan bentuk ini akan mengurangi
ketelitian ukuran dan penampakan luar serta dapat juga menurunkan
kekuatan. Hal-hal untuk mengurangi terjadinya pengerutan benda kerja
atau perubahan bentuk antara lain :
o Pengurangan masuknya panas dan logam panas.
Dengan mengurangi masuknya panas lasan yang seperlunya saja maka
tidak akan terjadi suhu yang terlalu tinggi. Sehingga perubahan bentuk
dapat dikurangi menjadi sekeci-kecilnya. Bila logam las dikurangi, maka
jumlah logam pada waktu mendingin tidak terlalu banyak dan dengan
sendirinya perubahan bentuk juga dapat dikurangi. Pengurangan bahan
las dapat dilakukan dengan mengurangi panjang las, memilih bentuk
kampuh yang sesuai, memotongplat yang akan dilas dan merakitnya
dengan teliti.
Cara menanggulangi perubahan bentuk
o Pengelasan sedikit mungkin.
Pengelasan yang berlebihan akan menimbulkan penkerutan yang
bertambah besar
o Dudukan benda yang hendak dilas sedikit
dimiringkan keluar, sehingga rigi-rigi las akan menariknya kepada
kedudukan yang didinginkan.
26
o Melakukan pengelasan yang bergantian pada
setiap sisi dan membuat urutan rigi-rigi yang menimbulkan gaya-gaya
penyusutan yang saling meniadakan.
Bila pada jenis sambungan I (kampuhV) dilas mengalami pengkerutan,
rigi-rigi dapat membuat kampuh menjadi berimpit sesamanya. Maka
kerusakan ini dapat diatasi dengan cara antara lain :
o Membuat las pengikat atau las atau las titik/tack weld.
Las pengikat ini diletakkan di tempat-tempat yang kiranya benda kerja
akan mengerut bila nanti dilas. Sehingga dengan adanya las pengikat ini
pengerutan benda kerja tidak terjadi.
o Mebuat celah yang melebar.
Disini pelebaran celah tidak boleh asal melebar, akan tetapi masih dalam
jangkauan kemampuan las. Ini dimaksudkan agar bila nanti
setelahpengelasan mengalami pengerutan celah yang mengalami
pelebaran tadi.
o Memasang pasak untuk mempertahankan lebar celah.
pasak ini berguna untuk menjaga lebar celah pada benda kerja yang juga
disebut dengan plat pengikat. Jadi bila setelah pengelasan kondisi kerja
tetap pada posisi semula karena telah diikat oleh pasak tadi.
Untuk mengurangi perubahan bentuk dari pengaruh urutan pengelasan
dilakukan dengan jalan:
o Pengelasan dilakukan dari titik yang terikat ketitik yang terbebas.
o Majunya pengelasan dibuat simetri tehadap sumbu netral.
o Menggunakan pengelasan susulan mundur atau kebelakang,
untukmenghindari perubahan bentuk pada daerah memanjang.
Untuk mengurangi perubahan bentuk dari segi persiapan kampuh adalah
sebagai berikut:
o Membuat sudut kampuh sekecil mungkin.
o Membuat celah kampuh sekecil mungkin.
o Membuat kampuh ganda bila tebal plat lebih dari 16 mm.
Cara pengelasan kontuksi lambung kapal biasanya dilakukan langkah-
langkah antara lain:
o Pemeriksaan ukuran alur
o Pemilihan bahan las yng tepat
o Penentuan ukuran pengelasan
27
o Pembersihan alur dari debu, karat, dan minyak.
Perlu diketahui bahwa perakitan konstruksi dimulai dari tengah menuju
kesisi. Sedangkan untuk pengelasan antar plat kulit dan rangka gladak
atas urutanya adalah las tumpul dan kemudian barulah las tumpang.
Pengelasan dalam reparasi kapal harus diperhatikan hal-hal berikut:
o Menentukan seteliti mungkin besarnya bagian yang rusak.
o Memperhatikan lingkungan kerja, misalnya dalam memindahkan
tabung gas yang mudah terbakar.
o memasang pengaman bila pengelasan dilakukan ditempat yang tinggi.
o mempersiapkan tenaga listrik yang diperlukan.
o Dalam penggantian plat harus disiapkan lubang batas dan harus
menentukan urutan pengelasan.

28

Anda mungkin juga menyukai