Audit Bab 21
Audit Bab 21
Pada tahap IV, auditor juga mengevaluasi apakah penyajian keseluruhan laporan
keuangan dan catatan-catatan kakinya telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan
1
dimana mencakup evaluasi tentang apakah laporan keuangan individual mencerminkan
penggolongan yang tepat dan penjelasan akun-akun selaras dengan persyaratan dan bahwa
informasi disajikan dalam bentuk dan terminology yang tepat dan sesuai standar akuntansi
keuangan.
Salah satu hal yang menjadi perhatian auditor dalam tujuan yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan adalah menentukkan apakah manajemen telah mengungkapkan
semua informasi yang disyaratkan. Mengingat sifat pengungkapan tenang utang bersyarat dan
peristiwa kemudian yang unik, auditor sering menilai risiko yang tinggi bahwa ada
kemungkinan tidak semua informasi yang disyaratkan telah diungkapkan dengan lengkap
dalam catatan kaki.
2
yang terpenting adalah kesepakatan perusahaan untuk memenuhi suatu kondisi tertentu di
masa yang akan datang, apapun yang terjadi dengan laba atau ekonomi secara keseluruhan.
1. Prosedur Audit Untuk Menentukan Kontigensi
Kebanyakan dari kewajiban potensial ini diperiksa sebagai bagian integral dari berbagai
segmen audit, bukan sebagai aktivitas tersendiri, saat menjelang akhir tahun buku. Selain itu,
auditor harus mempertimbangkan kemungkinan utang pajak penghasilan, mereview arsip
korespondensi umum, dan memeriksa laporan dari agen. Langkah pertama dalam
pengauditan kontingensi adalah menentukan apakah terdapat kontingensi (tujuan penyajian
dan kelengkapan–keberadaan). Sejumlah prosedur audit yang lazim digunakan untuk
menentukan utang bersyarat saat audit, yaitu a) meminta keterangan dari manajemen (secara
lisan atau tertulis) tentang kemungkinanadanya utang bersyarat, b) review ketetapan dari
kantor pajak tahun ini dan tahun lalu, c) review notulen rapat dewan komisaris dan rapat
umum pemegang saham untukmenentukan indikasi pelanggaran hukum atau kontingensi lain,
d) analisis beban hukum pada periode yang diaudit dan review faktur dan laporan darikantor
penasehat hukum untuk menemukan indikasi utang bersyarat, terutama yang berkaitan
dengan pelanggaran hukum atau pajak, e) dapatkan surat dari setiap penasehat hukum utama
yang telah melaksanakan bantuanhukum untuk klien tentang status perkara di pengadilan
yang masih berlangsung bersyarat lainnya, f) review dokumentasi audit untuk mencari
informasi yang bisa menunjukan potensikontingensi, g) periksa letters of credit yang sedang
berjalan per tanggal neraca dan minta konfirmasitengtang saldo yang sudah digunakan dan
belum digunakan.
2. Mengevaluasi Utang Bersyarat Yang Diketahui
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat utang bersyarat, auditor harus
mengevaluasi signifikansi potensi kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangan untuk mendapatkan bukti tujuan audit penyajian dan pengungkapan yang
berkaitan dengan keterjadian dan hak & kewajiban. Kantor akuntan publik seringkali
mengevaluasi tersendiri mengenai kewajiban dari penasehat hukumnya, terutama jumlahnya
material, bukannya mengandalkan pada manajemen atau penasehat hukum manajemen.
Karena merupakan pembelaan klien, penasehat hukum klien sering kehilangan perspektif
dalam mengevaluasi penutupan kasus dan jumlah pertimbaangan potensial. Untuk
kontingensi yang memerlukan pengungkapan, auditor juga mereview konsep catatan kaki
untuk memastikan bahwa pengungkapan informasi bisa dimengerti dan menetapkan secara
wajar kondisi kontingensi.
3. Prosedur Audit Untuk Menentukan Komitmen
3
Pencarian komitmen yang tidak diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit
padasetiap area audit. Sebagai contoh, dalam memeriksa transaksi penjualan, auditor harus
waspada dengan kemungkinan adanya komitmen penjualan. Begitu pula komitmen
pembelian bahan bakuatau peralatan dapat diidentifikasi sebagai bagian dari audit atas setiap
akun tersebut. Auditorharus faham dengan kemungkinan komitmen ketika ia membaca
notulen rapat, kontrak-kontrakdan arsip korespondensi.
4
Paragraf 6 SA 560 menetapkan bahwa:“Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang
dirancang untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, bahwa seluruh peristiwa yang
terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, telah diidentifikasi. Namun,
auditor tidak diharapkan untuk melakukan prosedur audit tambahan atas hal-hal yang mana
prosedur audit yang sebelumnya diterapkan telah menyediakan kesimpulan yang memadai”.
b. Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Tanggal Laporan Auditor namun
Sebelum Tanggal Laporan Keuangan Diterbitkan
Jika setelah tanggal laporan auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan,
suatu fakta diitemukan oleh auditor yang mungkin menyebabkan auditor harus mengubah
laporan auditnya, maka yang harus dilakukan auditor :
1) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola
2) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan suatu perubahan dan jika
demikian,
3) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut dalam
laporan keuangan.
Paragraf 12 SA 560 menyatakan jika terjadinya perubahan atas laporan keuangan yang
disebabkan pengaruh peristiwa yang menyebabkan perubahan dan pihak yang bertanggung
jawab untuk menyetujui laporan keuangan tidak melarang untuk membatasi persetujuan
terhadap perubahan yang bersangkutan. Dalam kasus ini auditor harus :
1) Mengubah laporan auditor dengan memasukkan tanggal tambahan yang dibatasi sampai
dengan perubahan tersebut.
2) Menyajikan suatu laporan auditor baru atau laporan auditor yang diubah yang meliputi
suatu penyajian dalam suatu paragraf penekanan suatu hal.
Namun, jika manajemen tidak mengubah laporan keuangan dalam kondisi yang auditor
yakin bahwa laporan keuangan tersebut perlu diubah, maka :
1) Jika laporan auditor tersebut belum diserahkan kepada entitas, auditor harus mengubah
opininya dan kemudian menyerahkan laporan auditor tersebut.
2) Jika laporan auditor tersebut telah diserahkan kepada entitas, auditor harus memberi tahu
manajemen agar tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga sebelum
perubahan yang diperlukan dibuat.
c. Fakta yang Diketahui Oleh Auditor Setelah Laporan Keuangan Diterbitkan
5
Jika setelah diterbitkannya laporan keuangan, suatu fakta ditemukan oleh auditor, yang
jika fakta tersebut diketahui auditor pada tanggal laporan auditor, mungkin dapat
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnnya, maka auditor harus :
1) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola
2) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan suatu perubahan dan jika
demikian,
3) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut dalam
laporan keuangan.
Jika manajemen mengubah lapora keuangannya maka auditor harus :
1) Melakukan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi perubahan tersebut
2) Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa setiap
pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya bersamaan dengan
laporan auditor, diberi tentang informasi situasi tersebut.
3) Kecuali jika kondisi paragraf 12 berlaku :
(a) Memperluas prosedur audit
(b) Menyerahkan laporan auditor yang baru atas laporan yang diubah
Jika manajemen tidak mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa
setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya sudah diberitahu
tentang situasi tersebut dan juga tidak mengubah laporan keuangannya, maka auditor harus
mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah pengguna meletakkan kepercayaan terhadap
laporan auditor.
6
berlangsung sebelumnya. Hasil prosedur analitis tersebut dapat mengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian yang sebelumnya tidak disadari.
2. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha
Berdasarkan suatu asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam
bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Penilaian manajemen atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan, pada suatu
waktu tertentu, tentang hasil peristiwa atau kondisi masa depan yang tidak pasti secara
inheren. Faktor-faktor yang relevan dengan pertimbangan tersebut adalah:
(a) Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi
meningkatkan secara sifgnifikan hasil yang terjadi.
(b) Ukuran dan komplesitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat
keterpengaruhnya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan tentang hasil
peristiwa atau kondisi.
(c) Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi yang tersedia keetika
pertimbangan dilakukan.
a. Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu
ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.
b. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
Ketika melakukan prosedur penilaian risiko seperti yang diharuskan oleh SA 315, auditor
harus mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan
keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
c. Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen
Dalam mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus mencakup periode yang sama seperti
yang digunakan oleh manajemen untuk membuat penilaiannya, seperti yang di syaratkan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen,
auditor harus mempertimbangkan apakah penilaian manajemen mencakup seluruh informasi
relevan yang diketahui oelh auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukannya.
d. Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi
7
Ketika peristiwa telah teridentifikasi yang dapat menyebabkan keraguan atas kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus memperoleh bukti audit
cukup dan tepat untuk menentukan apakah terdapat ketidak pastian material melalui prosedur
audit tambahan. Prosedur tersebut mencakup:
1) Jika manajemen belum melakukan penilaian atas kemampuan entitas maka auditor
meminta manajemen untuk melakukan penilaian tersebut.
2) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan
penilaian kelangsungan usaha entitas.
3) Jika entitas telah membuat prakiraan arus kas, dan analisis atas perkiraan tersebut
merupakan suatu faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan hasil masa depan dari
peristiwa dalam mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan masa depan. Maka
auditor: (1) mengevaluasi keandalan data yang melandasi penyusunan prakiraan tersebut,
(2) menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup untuk asumsi yang melandasi
prakiraan tersebut.
4) Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan telah tersedia sejak
tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh manajemen.
5) Meminta representasi tertulis dari manajemen tentang rencana mereka untuk tindakan di
masa depan dan kelayakan rencana tersebut.
e. Kesimpulan Audit dan Pelaporan
Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah, menurut
pertimbangan auditor, terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa
atau kondisi yang, baik secara individual maupun kolektif, dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Suatu
ketidakpastian yang signifikan terjadi ketika signifikansi dampak potensialnya dan
kemungkinan terjadinya menurut pertimbangan auditor diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan.
8
Berkaitan dengan tanggungjawab untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan,
serta tanggung jawab untuk menjalankan bisnis entitas, manajemen diharapkan memiliki
pengetahuan yang cukup menegenai proses yang dilakukan oleh entitas dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuaangan beserta asersi-asersi terkait didalamnya yang akan menjadi
basis dalam pembuatan representasi tertulis.
c. Representasi Tertulis Tentang Tanggung Jawab Manajemen
Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan represntasi tertulis bahwa:
1) Mereka telah menyediakan bagi auditor semua informasi yang relevan dan akses sesuai
dengan yang disetujui dalam ketentuan perikatan audit
2) Semua transaksi telah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan.
d. Representasi Tertulis Lainnya
Representasi tambahan dapat meliputi representasi berikut:
1) Apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi sudah tepat
2) Apakah hal-hal berikut ini, jika relevan dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, telah diketahui, diukur, disajikan atau diungkapkan sesuai dengan kerangka
tersebut:
(a) Rencana atau maksud yang dapat memengaruhi nilai tercatat atau klasifikasi aset dan
liabilitas
(b) Liabilitas, baik yang aktual maupun yang kontijen
(c) Hak terhadap, atau pengendalian atas aset, hak gadai atas aset, dan aset yang
digadaikan sebagai jaminan
(d) Berbagai aspek peraturan perundang-undangan, dan kontrak perjanjian yang dapat
memengaruhi laporan keuangan, termasuk ketidakpatuhan
e. Tanggal dan Periode yang Dicakup oleh Representasi Tertulis
Tanggal representasi harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan keuangan.
Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan periode yang dirujuk di
dalam laporan auditor.
f. Bentuk Representasi Tertulis
Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk
membuat pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggungjawabnya, dan auditor
menganggap bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atauseluruh representasi yang
ditentukan diatas, maka hal-hal yang relevan yang telah mencakup oleh pernyataan tersebut
tidak perlu lagi dicantumkan dalam surat representasi.
9
g. Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang
Diminta Tidak Diberikan
Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik atau
komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor harus menentukan dampak keraguan
tersebut terhadap keandalan representasi (lisan atau tulis) dan bukti audit secara umum. Jika
manajemen tidak memberikan satu atau lebih repreesentasi tertulis yang diminta, auditor
harus:
1) Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen
2) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi dampak yang mungkin
timbul terhadapa kehandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan bukti audit
secara umum
3) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin timbul
terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SA 705, dengan tidak mengabaikan
ketentuan dalam paragraf 20 SA ini.
10
mempunyai dua pilihan : mengumpulkan tambahan bukti atau menerbitkan laporan dengan
opini wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan opini.
2. Bukti Pendukung Opini Auditor
Bagian yang penting dalam mengevaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara
wajar meliputi review oleh auditor atas ikhtisar kesalahan penyajian yang ditemukan dalam
audit. Apabila kesalahan penyajian bersifat material, auditor harus menyarankan kepada klien
untuk mengoreksi laporan keuangannya.
Selain kesalahan penyajian material individual, mungkin terdapat sejumlah kesalahan
penyajian tidak material yang tidak disesuaikan oleh klien. Auditor harus menggabungkan
kesalahan penyajian tidak material individual untuk menilai apakah jumlah gabungan
material atau tidak. Auditor dapat menyelenggarakan suatu catatan tentang kesalahan
penyajian dan menggabungkannya dengan berbagai cara, tetapi kebanyakan auditor
menggunakan suatu daftar kesalahan penyajian audit tidak disesuaikan.
3. Pengungkapan Laporan Keuangan
Sebagai bagian dari review akhir untuk pengungkapan laporan keuangan, banyak kantor
akuntan publik menggunakan daftar pengecekan pengungkapan laporan keuangan pada setiap
audit. Daftar pertanyaan ini dirancang sebagai pengingat bagi auditor tentang masalah-
masalah yang sering dijumpai auditor berkaitan dengan pengungkapan dalam laporan
keuangan dan digunakan untuk mempermudah review akhir untuk keseluruhan audit oleh
partner yang independen.
4. Review atas Dokumentasi Audit
Ada tiga alasan mengapa personil kantor akuntan yang telah berpengalaman harus
mengkaji ulang dengan teliti dokumentasi audit pada tahap penyelesaian audit : (1) untuk
mengevaluasi kinerja personil kantor akuntan yang kurang berpengalaman; (2) untuk
memastikan bahwa audit telah memenuhi standar kinerja kantor akuntan publik yang
bersangkutan; (3) untuk mengatasi bias yang sering kali mempengaruhi pertimbangan
auditor.
5. Pengkajian Ulang Independen
Pada penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya dilakukan pengkajian ulang atas
laporan keuangan dan seluruh kertas kerja audit oleh reviewer independen yang sama sekali
tidak terlibat dalam audit yang bersangkutan, tetapi ia adalah anggota dari kantor akuntan
publik yang sama.
6. Ringkasan Penilaian Bukti
11
Auditor mengevaluasi kecukupan dan ketepatan bukti dengan pertama-tama
mengevaluasi risiko audit yang dicapai, per akun dan per siklus, kemudian melakukan
evaluasi yang sama untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi
apakah bukti mendukung opini audit dengan pertama-tama membuat estimasi kesalahan
penyajian dalam setiap akun, kemudian untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam
praktik, pengevaluasian risiko audit yang dicapai dan pengestimasian kesalahan penyajian
dilakukan pada saat yang bersamaan. Atas dasar evaluasi tersebut, diterbitkanlah laporan
auditor atas laporan keuangan.
7. Menerbitkan Laporan Auditor
Auditor harus menunggu untuk memutuskan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan
hingga semua bukti dikumpulkan dan dievaluasi, termasuk semua tahap penyelesaian audit
selesai dibahas. Mengingat bahwa laporan audit adalah satu-satunya hal yang dilihat
pengguna dalam proses audit, dan konsekuensi dari penerbitan laporan yang tidak tepat bisa
berakibat fatal, maka laporan audit harus dibuat dengan tepat. Pada umumnya kantor akuntan
publik memiliki buku pedoman laporan audit komprehensif untuk membantu mereka dalam
memilih kalimat yang tepat dalam laporan audit yang akan diterbitkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN
13