Anda di halaman 1dari 13

PENYELESAIAN AUDIT

A. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Pada pengauditan tahap IV auditor menilai bukti selama tiga tahapan audit terdahulu
untuk menentukan apakah perlu melakukan pengauditan tambahan berkaitan dengan tujuan
audit penyajian dan pengungkapan. Pendekatan auditor untuk mendapatkan bukti tentang
penyajian dan pengungkapan sama dengan pendekatan yang digunakan auditor dalam
mendapatkan bukti untuk tujuan audit saldo yaitu (1) Melakukan prosedur-prosedur untuk
mendapatkan pemahaman pengendalian yang berkaitan dengan tujuan penyajian dan
pengungkapan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko, (2) Melakukan pengujian
pengendalian berkaitan dengan pengungkapan apabila penilaian awal risiko pengendalian
dibawah maksimum, (3) Melakukan prosedur-prosedur substantive untuk mendapatkan
informai maupun jumlah dalam penyajian dan pengungkapan di laporan keuangan. Prosedur
subtantif berkaitan dengan tujuan penyajian dan pengungkapan yaitu :
Tujuan Audit Contoh Prosedur Subtantif
Keterjadian serta hak dan kewajiban- Review perjanjian kredit untuk memastikan
Ungkapkan peristiwa dan transaki yang bahwa piutang usaha dijadikan agunan.
telah terjadi dan erkaitan degan entita
Kelengkapan- semua pengungkapan yang Gunakan daftar pengecekan pengungkapan
seharunya ke dalam laporan keuangan telah untuk memastikan bahwa laporan keuangan
dimasukkan. memuat emua pengungkapan yang
diyaratkan oleh tandar akuntansi keuangan.
Penggolongan dan kejelaan- Informasi Review laporan keuangan untuk
keuangan dan informasi lainnya telah memastikan bahwa aset digolongkan
diungkapkan secara wajar dan pada jumlah menjadi aset lancar dan aset tidak lancar.
yang tepat.
Keakuratan dan penilaian- Informasi Rekonsiliasi jumlah-jumlah yang
keuangan dan informasi lainnya telah dimasukkan dalam catatan kaki utang
diungkapkan secara wajar dan pada jumah jangka panjang ke informasi yang diperiksa
yang tepat. dan didukung dalam kertas kerja audit audit
utang jangka panjang.

Pada tahap IV, auditor juga mengevaluasi apakah penyajian keseluruhan laporan
keuangan dan catatan-catatan kakinya telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan

1
dimana mencakup evaluasi tentang apakah laporan keuangan individual mencerminkan
penggolongan yang tepat dan penjelasan akun-akun selaras dengan persyaratan dan bahwa
informasi disajikan dalam bentuk dan terminology yang tepat dan sesuai standar akuntansi
keuangan.
Salah satu hal yang menjadi perhatian auditor dalam tujuan yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan adalah menentukkan apakah manajemen telah mengungkapkan
semua informasi yang disyaratkan. Mengingat sifat pengungkapan tenang utang bersyarat dan
peristiwa kemudian yang unik, auditor sering menilai risiko yang tinggi bahwa ada
kemungkinan tidak semua informasi yang disyaratkan telah diungkapkan dengan lengkap
dalam catatan kaki.

B. REVIEW ATAS UTANG BERSYARAT DAN KOMITMEN


Utang bersyarat adalah kewajiban potensial kepada pihak luar di masa dating yang
jumlahnya belum diketahui yang merupakan akibat dari aktivitas yang telah terjadi
sebelumnya. Tiga kondisi untuk keberadaan utang bersyarat, yaitu (1) terdapat potensi
pembayaran kepada pihak luar atau pengurangan aset yang diakibatkan oleh kondisi yang
ada, (2) terdapat ketidakpastian mengenai jumlah pembayaran atau pengurangan aset yang
akandatang, (3) hasil akhir akan ditentukan oleh kejadian atau kejadian di masa yang akan
datang.
Catatan kaki kontingensi harus menjelaskan sifat kontingensi sepanjang hal itu diketahui
dan pendapat penasehat hukum atau manajemen tentang hasil akhir yang diperkirakan. Jenis
utang bersyarat yang sering menjadi perhatian auditor adalah (1) perkara pengadilan akibat
pelanggaran atas hak paten atau pelanggaran lainnya, (2) pajak penghasilan (PPh) yang masih
menjadi persoalan, (3) garansi produk, (4) utang wasel didiskontokan, (5) jaminan atas utang
pihak lain, (6) saldo belum digunakan dari letters of credit yang sedang berjalan
Tujuan utama audit dalam memeriksa utang bersyarat adalah (a) Menilai perlakuan
akuntansi atas utang bersyarat yang diketahui untuk memastikan bahwa apakah manajemen
telah menggolongkan kontingensi dengan tepat, (b) Mengidentifikasi seberapa besar
kemungkinan kontingensi yang belum diidentifikasi olehmanajemen.
Hal yang berkaitan erat dengan kontingensi adalah komitmen. Koitmen adalah
persetujuan untuk membeli bahan baku atau menyewa fasilitas dengan harga tertentu dan
menjual produk dengan harga yang pasti, ketentuan pemberian bonus, ketentuan pembagian
laba (profit sharing) dan program pension, serta perjanjian royalty. Karakteristik komitmen

2
yang terpenting adalah kesepakatan perusahaan untuk memenuhi suatu kondisi tertentu di
masa yang akan datang, apapun yang terjadi dengan laba atau ekonomi secara keseluruhan.
1. Prosedur Audit Untuk Menentukan Kontigensi
Kebanyakan dari kewajiban potensial ini diperiksa sebagai bagian integral dari berbagai
segmen audit, bukan sebagai aktivitas tersendiri, saat menjelang akhir tahun buku. Selain itu,
auditor harus mempertimbangkan kemungkinan utang pajak penghasilan, mereview arsip
korespondensi umum, dan memeriksa laporan dari agen. Langkah pertama dalam
pengauditan kontingensi adalah menentukan apakah terdapat kontingensi (tujuan penyajian
dan kelengkapan–keberadaan). Sejumlah prosedur audit yang lazim digunakan untuk
menentukan utang bersyarat saat audit, yaitu a) meminta keterangan dari manajemen (secara
lisan atau tertulis) tentang kemungkinanadanya utang bersyarat, b) review ketetapan dari
kantor pajak tahun ini dan tahun lalu, c) review notulen rapat dewan komisaris dan rapat
umum pemegang saham untukmenentukan indikasi pelanggaran hukum atau kontingensi lain,
d) analisis beban hukum pada periode yang diaudit dan review faktur dan laporan darikantor
penasehat hukum untuk menemukan indikasi utang bersyarat, terutama yang berkaitan
dengan pelanggaran hukum atau pajak, e) dapatkan surat dari setiap penasehat hukum utama
yang telah melaksanakan bantuanhukum untuk klien tentang status perkara di pengadilan
yang masih berlangsung bersyarat lainnya, f) review dokumentasi audit untuk mencari
informasi yang bisa menunjukan potensikontingensi, g) periksa letters of credit yang sedang
berjalan per tanggal neraca dan minta konfirmasitengtang saldo yang sudah digunakan dan
belum digunakan.
2. Mengevaluasi Utang Bersyarat Yang Diketahui
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat utang bersyarat, auditor harus
mengevaluasi signifikansi potensi kewajiban dan sifat pengungkapan yang diperlukan dalam
laporan keuangan untuk mendapatkan bukti tujuan audit penyajian dan pengungkapan yang
berkaitan dengan keterjadian dan hak & kewajiban. Kantor akuntan publik seringkali
mengevaluasi tersendiri mengenai kewajiban dari penasehat hukumnya, terutama jumlahnya
material, bukannya mengandalkan pada manajemen atau penasehat hukum manajemen.
Karena merupakan pembelaan klien, penasehat hukum klien sering kehilangan perspektif
dalam mengevaluasi penutupan kasus dan jumlah pertimbaangan potensial. Untuk
kontingensi yang memerlukan pengungkapan, auditor juga mereview konsep catatan kaki
untuk memastikan bahwa pengungkapan informasi bisa dimengerti dan menetapkan secara
wajar kondisi kontingensi.
3. Prosedur Audit Untuk Menentukan Komitmen
3
Pencarian komitmen yang tidak diketahui biasanya dilakukan sebagai bagian dari audit
padasetiap area audit. Sebagai contoh, dalam memeriksa transaksi penjualan, auditor harus
waspada dengan kemungkinan adanya komitmen penjualan. Begitu pula komitmen
pembelian bahan bakuatau peralatan dapat diidentifikasi sebagai bagian dari audit atas setiap
akun tersebut. Auditorharus faham dengan kemungkinan komitmen ketika ia membaca
notulen rapat, kontrak-kontrakdan arsip korespondensi.

C. MENELAAH PERISTIWA KEMUDIAN


Bagian ketiga dari penyelesaian audit adalah menelaah peristiwa-peristiwa kemudian.
Laporankeuangan mungkin dipengaruhi oleh peristiwa tertentu yang terjadi setelah tanggal
laporan keuangan. Auditor harus menelaah transaksi dan kejadian yang terjadi setelah tanggal
neracauntuk menentukan apakah transaksi atau kejadian tersebut mempengaruhi kelayakan
penyajiandan pengungkapan laporan keuangan tahun yang diperiksa. Secara spesifik SA 560
merumuskantujuan auditor berkaitan dengan peristiwa kemudian yaitu a) Untuk memperoleh
bukti yang cukup dan tepat tentang apakah yang terjadi antara laporankeuangan dan tanggal
laporan auditor yang mengharuskan penyelesaian atau pengungkapan dalam laporan
keuangan, b) Untuk merespon secara tepat fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal
laporan audit.
1. Tipe tipe Peristiwa Kemudian
Ada dua tipe peristiwa kemudian yang membutuhkan pertimbangan manajemen dan
dievaluasioleh auditor, yaitu (1) peristiwa kemudian yang memiliki dampak langsung
terhadap laporan keuangan, (2) peristiwa kemudian yang tidak memiliki dampak langsung
atas jumlah-jumlah dalamlaporan keuangan tetapi memerlukan pengungkapan
2. Prosedur Audit Atas Peristiwa Dan Fakta Sesudah Tanggal Neraca
Untuk memahammi prosedur-prosedur audit atas peristiwa dan fakta sesudah tanggal
neraca,yaitu (1) tanggal laporan keuangan; (2) tanggal laporan audit; dan (3) tanggal laporan
keuanganditerbitkan. Prosedur-prosedur audit atas peristiwa dan fakta sesudah tanggal neraca
dalam 3 situasi yaitu a) peristiwa terjadi antara tanggal laporan keuangan dan laporan auditor,
b) fakta yang diketahui oleh auditor setelah tanggal laporan auditor, namun sebelum tanggal
laporan keuangan diterbitkan, c) fakta yang diketahui oleh auditor sesudah laporan keuangan
diterbitkan.
a. Peristiwa Yang Terjadi Antara Tanggal Laporan Keuangan Dan Tanggal Laporan
Auditor

4
Paragraf 6 SA 560 menetapkan bahwa:“Auditor harus melaksanakan prosedur audit yang
dirancang untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, bahwa seluruh peristiwa yang
terjadi antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor yang mengharuskan
penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan keuangan, telah diidentifikasi. Namun,
auditor tidak diharapkan untuk melakukan prosedur audit tambahan atas hal-hal yang mana
prosedur audit yang sebelumnya diterapkan telah menyediakan kesimpulan yang memadai”.
b. Fakta yang Diketahui oleh Auditor setelah Tanggal Laporan Auditor namun
Sebelum Tanggal Laporan Keuangan Diterbitkan
Jika setelah tanggal laporan auditor tetapi sebelum tanggal laporan keuangan diterbitkan,
suatu fakta diitemukan oleh auditor yang mungkin menyebabkan auditor harus mengubah
laporan auditnya, maka yang harus dilakukan auditor :
1) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola
2) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan suatu perubahan dan jika
demikian,
3) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut dalam
laporan keuangan.
Paragraf 12 SA 560 menyatakan jika terjadinya perubahan atas laporan keuangan yang
disebabkan pengaruh peristiwa yang menyebabkan perubahan dan pihak yang bertanggung
jawab untuk menyetujui laporan keuangan tidak melarang untuk membatasi persetujuan
terhadap perubahan yang bersangkutan. Dalam kasus ini auditor harus :
1) Mengubah laporan auditor dengan memasukkan tanggal tambahan yang dibatasi sampai
dengan perubahan tersebut.
2) Menyajikan suatu laporan auditor baru atau laporan auditor yang diubah yang meliputi
suatu penyajian dalam suatu paragraf penekanan suatu hal.
Namun, jika manajemen tidak mengubah laporan keuangan dalam kondisi yang auditor
yakin bahwa laporan keuangan tersebut perlu diubah, maka :
1) Jika laporan auditor tersebut belum diserahkan kepada entitas, auditor harus mengubah
opininya dan kemudian menyerahkan laporan auditor tersebut.
2) Jika laporan auditor tersebut telah diserahkan kepada entitas, auditor harus memberi tahu
manajemen agar tidak menerbitkan laporan keuangan kepada pihak ketiga sebelum
perubahan yang diperlukan dibuat.
c. Fakta yang Diketahui Oleh Auditor Setelah Laporan Keuangan Diterbitkan

5
Jika setelah diterbitkannya laporan keuangan, suatu fakta ditemukan oleh auditor, yang
jika fakta tersebut diketahui auditor pada tanggal laporan auditor, mungkin dapat
menyebabkan auditor mengubah laporan auditnnya, maka auditor harus :
1) Membahas hal tersebut dengan manajemen dan jika relevan, dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola
2) Menentukan apakah laporan keuangan tersebut memerlukan suatu perubahan dan jika
demikian,
3) Meminta keterangan bagaimana manajemen akan memperlakukan hal tersebut dalam
laporan keuangan.
Jika manajemen mengubah lapora keuangannya maka auditor harus :
1) Melakukan prosedur audit yang diperlukan dalam kondisi perubahan tersebut
2) Menelaah tahap-tahap yang dilakukan oleh manajemen untuk memastikan bahwa setiap
pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya bersamaan dengan
laporan auditor, diberi tentang informasi situasi tersebut.
3) Kecuali jika kondisi paragraf 12 berlaku :
(a) Memperluas prosedur audit
(b) Menyerahkan laporan auditor yang baru atas laporan yang diubah
Jika manajemen tidak mengambil langkah yang diperlukan untuk memastikan bahwa
setiap pihak yang menerima laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya sudah diberitahu
tentang situasi tersebut dan juga tidak mengubah laporan keuangannya, maka auditor harus
mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah pengguna meletakkan kepercayaan terhadap
laporan auditor.

D. PENGUMPULAN BUKTI AKHIR


Selain menelaah peristiwa kemudian, auditor mempunyai sejumlah tanggung jawab
pengumpulan bukti akhir yang berkaitan dengan semua siklus.
1. Melaksanakan Prosedur Analitis Akhir
Standar audit mewajibkan auditor untuk melakukan prosedur analitis pada tahapan
penyelesaian audit. Prosedur ini berguna sebagai penelaah akhir tentang kesalahan penyajian
material atau masalah keuangan tidak terlihat ketika auditor melakukan pengujian lain.
Pelaksanaan prosedur analitis akhir biasanya dilakukan seorang partner ketika ia melakukan
penelaahan akhir atas dokumentasi audit dan laporan keuangan. Biasanya seorang partner
memiliki pemahaman yang baik tentang klien dan bisnisnya karena hubungan yang telah

6
berlangsung sebelumnya. Hasil prosedur analitis tersebut dapat mengidentifikasi risiko
kesalahan penyajian yang sebelumnya tidak disadari.
2. Mengevaluasi Asumsi Kelangsungan Usaha
Berdasarkan suatu asumsi kelangsungan usaha, suatu entitas dipandang bertahan dalam
bisnis untuk masa depan yang dapat diprediksi. Penilaian manajemen atas kemampuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya melibatkan suatu pertimbangan, pada suatu
waktu tertentu, tentang hasil peristiwa atau kondisi masa depan yang tidak pasti secara
inheren. Faktor-faktor yang relevan dengan pertimbangan tersebut adalah:
(a) Tingkat ketidakpastian yang berkaitan dengan hasil suatu peristiwa atau kondisi
meningkatkan secara sifgnifikan hasil yang terjadi.
(b) Ukuran dan komplesitas entitas, sifat dan kondisi bisnisnya, serta tingkat
keterpengaruhnya oleh faktor eksternal, memengaruhi pertimbangan tentang hasil
peristiwa atau kondisi.
(c) Setiap pertimbangan tentang masa depan didasarkan atas informasi yang tersedia keetika
pertimbangan dilakukan.
a. Tanggung Jawab Auditor
Tanggung jawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
tentang ketepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen dalam
penyusunan dan penyajian laporan keuangan, dan untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu
ketidakpastian material tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya.
b. Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait
Ketika melakukan prosedur penilaian risiko seperti yang diharuskan oleh SA 315, auditor
harus mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan
keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.
c. Pengevaluasian atas Penilaian Manajemen
Dalam mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus mencakup periode yang sama seperti
yang digunakan oleh manajemen untuk membuat penilaiannya, seperti yang di syaratkan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen,
auditor harus mempertimbangkan apakah penilaian manajemen mencakup seluruh informasi
relevan yang diketahui oelh auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukannya.
d. Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Teridentifikasi

7
Ketika peristiwa telah teridentifikasi yang dapat menyebabkan keraguan atas kemampuan
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus memperoleh bukti audit
cukup dan tepat untuk menentukan apakah terdapat ketidak pastian material melalui prosedur
audit tambahan. Prosedur tersebut mencakup:
1) Jika manajemen belum melakukan penilaian atas kemampuan entitas maka auditor
meminta manajemen untuk melakukan penilaian tersebut.
2) Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan
penilaian kelangsungan usaha entitas.
3) Jika entitas telah membuat prakiraan arus kas, dan analisis atas perkiraan tersebut
merupakan suatu faktor yang signifikan dalam mempertimbangkan hasil masa depan dari
peristiwa dalam mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan masa depan. Maka
auditor: (1) mengevaluasi keandalan data yang melandasi penyusunan prakiraan tersebut,
(2) menentukan apakah terdapat dukungan yang cukup untuk asumsi yang melandasi
prakiraan tersebut.
4) Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan telah tersedia sejak
tanggal dilakukannya penilaian tersebut oleh manajemen.
5) Meminta representasi tertulis dari manajemen tentang rencana mereka untuk tindakan di
masa depan dan kelayakan rencana tersebut.
e. Kesimpulan Audit dan Pelaporan
Berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah, menurut
pertimbangan auditor, terdapat suatu ketidakpastian material yang terkait dengan peristiwa
atau kondisi yang, baik secara individual maupun kolektif, dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Suatu
ketidakpastian yang signifikan terjadi ketika signifikansi dampak potensialnya dan
kemungkinan terjadinya menurut pertimbangan auditor diperlukan untuk penyajian yang
wajar atas laporan keuangan.

3. Mendapatkan Representasi Tertulis Dari Manajemen


a. Representasi Tertulis sebagai Bukti Audit
Bukti audit adalah informasi yang digunakan auditor dalam mengambil kesimpulan yang
mendasari opini audit. Jika manajemen memodifikasi atau tidak memberikan representasi
tertulis yang diminta hal tersebut mengindikasi kemungkinan adanya satu atau lebih isu yang
signifikan.
b. Manajemen yang Diminta untuk Memberikan Representasi Tertulis

8
Berkaitan dengan tanggungjawab untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan,
serta tanggung jawab untuk menjalankan bisnis entitas, manajemen diharapkan memiliki
pengetahuan yang cukup menegenai proses yang dilakukan oleh entitas dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuaangan beserta asersi-asersi terkait didalamnya yang akan menjadi
basis dalam pembuatan representasi tertulis.
c. Representasi Tertulis Tentang Tanggung Jawab Manajemen
Auditor harus meminta manajemen untuk menyediakan represntasi tertulis bahwa:
1) Mereka telah menyediakan bagi auditor semua informasi yang relevan dan akses sesuai
dengan yang disetujui dalam ketentuan perikatan audit
2) Semua transaksi telah dicatat dan dicerminkan dalam laporan keuangan.
d. Representasi Tertulis Lainnya
Representasi tambahan dapat meliputi representasi berikut:
1) Apakah pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi sudah tepat
2) Apakah hal-hal berikut ini, jika relevan dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku, telah diketahui, diukur, disajikan atau diungkapkan sesuai dengan kerangka
tersebut:
(a) Rencana atau maksud yang dapat memengaruhi nilai tercatat atau klasifikasi aset dan
liabilitas
(b) Liabilitas, baik yang aktual maupun yang kontijen
(c) Hak terhadap, atau pengendalian atas aset, hak gadai atas aset, dan aset yang
digadaikan sebagai jaminan
(d) Berbagai aspek peraturan perundang-undangan, dan kontrak perjanjian yang dapat
memengaruhi laporan keuangan, termasuk ketidakpatuhan
e. Tanggal dan Periode yang Dicakup oleh Representasi Tertulis
Tanggal representasi harus sama dengan tanggal laporan auditor atas laporan keuangan.
Representasi tertulis harus mencakup seluruh laporan keuangan dan periode yang dirujuk di
dalam laporan auditor.
f. Bentuk Representasi Tertulis
Representasi tertulis harus disajikan dalam bentuk surat representasi yang ditujukan
kepada auditor. Jika peraturan perundang-undangan mensyaratkan manajemen untuk
membuat pernyataan publik yang tertulis mengenai tanggungjawabnya, dan auditor
menganggap bahwa pernyataan tersebut menyediakan beberapa atauseluruh representasi yang
ditentukan diatas, maka hal-hal yang relevan yang telah mencakup oleh pernyataan tersebut
tidak perlu lagi dicantumkan dalam surat representasi.

9
g. Keraguan atas Keandalan Representasi Tertulis dan Representasi Tertulis yang
Diminta Tidak Diberikan
Jika auditor memiliki keraguan tentang kompetensi, integritas, nilai-nilai etik atau
komitmen mereka dalam menerapkan hal ini, auditor harus menentukan dampak keraguan
tersebut terhadap keandalan representasi (lisan atau tulis) dan bukti audit secara umum. Jika
manajemen tidak memberikan satu atau lebih repreesentasi tertulis yang diminta, auditor
harus:
1) Mendiskusikan masalah ini dengan manajemen
2) Mengevaluasi ulang integritas manajemen dan mengevaluasi dampak yang mungkin
timbul terhadapa kehandalan representasi (baik lisan maupun tertulis) dan bukti audit
secara umum
3) Mengambil langkah yang tepat, termasuk menentukan dampak yang mungkin timbul
terhadap opini dalam laporan auditor sesuai dengan SA 705, dengan tidak mengabaikan
ketentuan dalam paragraf 20 SA ini.

4. Membaca Informasi Lain dalam Laporan Tahunan


Standar audit SA 720 mewajibkan auditor untuk membaca informasi lain yang tercantum
dalam laporan tahunan yang berkaitan langsung dengan laporan keuangan. Tanggung jawab
auditor untuk membaca informasi lain yang tercantum dalam laporan tahunan hanya
menyangkut hal-hal yang bukan merupakan bagian dari laporan keuangan tetapi diterbitkan
bersama dengan laporan keuangan
.
E. MENGEVALUASI HASIL
Setelah melaksanakan semua prosedur audit pada setiap area audit, termasuk mereview
kontingensi dan peristiwa kemudian dan mengumpulkan bukti akhir, auditor harus
mengintegrasikan semua hasil yang diperoleh menjadi satu kesimpulan keseluruhan tentang
laporan keuangan. Auditor harus memutuskan apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah
terkumpul untuk menjamin kesimpulan bahwa laporan keuangan telah disusun sesuai
kerangka pelaporan yang berlaku.
1. Bukti yang Cukup dan Tepat
Sebagai alat bantu untuk menentukan apakah bukti audit telah cukup, auditor sering
menggunakan daftar pengecekan penyelesaian audit sebagai pengingat untuk hal-hal yang
mungkin terlupakan. Apabila auditor berkesimpulan bahwa bukti yang cukup belum
diperoleh untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, maka ia

10
mempunyai dua pilihan : mengumpulkan tambahan bukti atau menerbitkan laporan dengan
opini wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan opini.
2. Bukti Pendukung Opini Auditor
Bagian yang penting dalam mengevaluasi apakah laporan keuangan disajikan secara
wajar meliputi review oleh auditor atas ikhtisar kesalahan penyajian yang ditemukan dalam
audit. Apabila kesalahan penyajian bersifat material, auditor harus menyarankan kepada klien
untuk mengoreksi laporan keuangannya.
Selain kesalahan penyajian material individual, mungkin terdapat sejumlah kesalahan
penyajian tidak material yang tidak disesuaikan oleh klien. Auditor harus menggabungkan
kesalahan penyajian tidak material individual untuk menilai apakah jumlah gabungan
material atau tidak. Auditor dapat menyelenggarakan suatu catatan tentang kesalahan
penyajian dan menggabungkannya dengan berbagai cara, tetapi kebanyakan auditor
menggunakan suatu daftar kesalahan penyajian audit tidak disesuaikan.
3. Pengungkapan Laporan Keuangan
Sebagai bagian dari review akhir untuk pengungkapan laporan keuangan, banyak kantor
akuntan publik menggunakan daftar pengecekan pengungkapan laporan keuangan pada setiap
audit. Daftar pertanyaan ini dirancang sebagai pengingat bagi auditor tentang masalah-
masalah yang sering dijumpai auditor berkaitan dengan pengungkapan dalam laporan
keuangan dan digunakan untuk mempermudah review akhir untuk keseluruhan audit oleh
partner yang independen.
4. Review atas Dokumentasi Audit
Ada tiga alasan mengapa personil kantor akuntan yang telah berpengalaman harus
mengkaji ulang dengan teliti dokumentasi audit pada tahap penyelesaian audit : (1) untuk
mengevaluasi kinerja personil kantor akuntan yang kurang berpengalaman; (2) untuk
memastikan bahwa audit telah memenuhi standar kinerja kantor akuntan publik yang
bersangkutan; (3) untuk mengatasi bias yang sering kali mempengaruhi pertimbangan
auditor.
5. Pengkajian Ulang Independen
Pada penyelesaian audit yang lebih besar, biasanya dilakukan pengkajian ulang atas
laporan keuangan dan seluruh kertas kerja audit oleh reviewer independen yang sama sekali
tidak terlibat dalam audit yang bersangkutan, tetapi ia adalah anggota dari kantor akuntan
publik yang sama.
6. Ringkasan Penilaian Bukti

11
Auditor mengevaluasi kecukupan dan ketepatan bukti dengan pertama-tama
mengevaluasi risiko audit yang dicapai, per akun dan per siklus, kemudian melakukan
evaluasi yang sama untuk laporan keuangan sebagai keseluruhan. Auditor juga mengevaluasi
apakah bukti mendukung opini audit dengan pertama-tama membuat estimasi kesalahan
penyajian dalam setiap akun, kemudian untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam
praktik, pengevaluasian risiko audit yang dicapai dan pengestimasian kesalahan penyajian
dilakukan pada saat yang bersamaan. Atas dasar evaluasi tersebut, diterbitkanlah laporan
auditor atas laporan keuangan.
7. Menerbitkan Laporan Auditor
Auditor harus menunggu untuk memutuskan laporan audit yang tepat untuk diterbitkan
hingga semua bukti dikumpulkan dan dievaluasi, termasuk semua tahap penyelesaian audit
selesai dibahas. Mengingat bahwa laporan audit adalah satu-satunya hal yang dilihat
pengguna dalam proses audit, dan konsekuensi dari penerbitan laporan yang tidak tepat bisa
berakibat fatal, maka laporan audit harus dibuat dengan tepat. Pada umumnya kantor akuntan
publik memiliki buku pedoman laporan audit komprehensif untuk membantu mereka dalam
memilih kalimat yang tepat dalam laporan audit yang akan diterbitkan.

F. KOMUNIKASI DENGAN MANAJEMEN DAN PIHAK YANG


BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA KELOLA
SA 260.9 menyatakan bahwa tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola adalah : (1) untuk mengkomunikasikan secara jelas kepada
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola tentang tanggungjawab auditor berkaitan
dengan audit laporan keuangan, dan gambaran umum perencanaan lingkup dan saat audit; (2)
untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola; (3) untuk menyediakan kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
secara tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap tanggungjawab
mereka untuk mengawasi proses pelaporan keuangan; (4) untuk mendukung komunikasi dua
arah yang efektif antara auditor dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.

G. SURAT DITUJUKAN KEPADA MANAJEMEN


Setelah pengauditan selesai, auditor kadang merasa perlu untuk mengirim surat ditujukan
kepada manajemen. Tujuan pengiriman surat tersebut adalah untuk memberi informasi
kepada personil klien tentang rekomendasi yang diberikan akuntan publik untuk perbaikan
suatu bidang tertentu dalam bisnis klien.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al. Haryono Jusup. 2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta : Bagian
Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu YKPN

13

Anda mungkin juga menyukai