R
DENGAN DIAGNOSA ENCELOPATY HEPATIKUM DI RUANG ASTER
RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
Oleh :
Yunira Priskila (Nim :2017.c.09a.0922)
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan karunia-
Nya lah kami selaku penulis Laporan pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan
Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Hipokalemia Ruang Bougenville Rsud dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya” yang mana laporan ini untuk memenuhi tugas Praktek Pra Klinik II
(PPK II)
Saat penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang kepada :
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes, Selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.
2. Fransiska, S.Kep., Ners, Selaku Pembimbing ruang Aster dan sekaligus pembimbing klinik
yang telah banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.
3. Rimba Apriyanti, S.Kep., Ners, Selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi
saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Meilitha Carolina, Ners., M.Kep, Selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan.
5. Elin Ria Resti, S.Kep. , Selaku Koordinator PPK II
Serta perawat senior di ruang Bougenville yang telah memberi saya kesempatan untuk
praktek di ruang Aster.
Serta teman-teman dikelas III-B yang telah memberikan dukungan dan sarannya.
Serta Orang Tua yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga laporan ini dapat berguna bagi pengembangan Ilmu Keperawatan dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Amin
Penulis
BAB I
TINJUAN PUSTAKA
1.1 Konsep Penyakit
1.1.1 Definisi
Ensefalopati hepatikum (EH) adalah suatu keadaan terjadinya disfungsi otak yang
disebabkan oleh kerusakan hepar. Ensefalopati hepatikum bermanifestasi klinis sebagai
bentuk kelainan neurologis dan psikiatri berawal dari perubahan subklinis lalu akan
berubah menjadi koma. Ensefalopati hepatikum merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik
yang umumnya terjadi karena kadar protein yang tinggi di saluran pencernaan atau karena
stress metabolik akut (perdarahan saluran pencernaan, infeksi, dan gangguan elektrolit
pada pasien dengan portal-systemic shunting. Gejala-gejala yang muncul umumnya gejala
neuropsikiatrik diantaranya confusion, flapping tremor, koma. Ensefalopati hepatik adalah
suatu kompleks suatu gangguan susunan saraf pusat yang paling banyak dijumpai pada
pasien dengan gagal hati. Kelainan ini ditandai oleh gangguan memori dan perubahan
kepribadian
Ensefalopati hepatikum adalah suatu kompleks gangguan susunan saraf pusat yang
dijumpai yang mengidap gagal hati. Kelainan ini ditandai oleh ngangguan memori dan
perubahan kepribadian. Hati merupakan salah satu organ yang berperan penting dalam
mengatur metabolisme tubuh, yaitu pada proses anabolisme atau sintesis bahan-bahan yang
penting seperti sintesis protein, pembentukan glukosa serta proses katabolisme yaitu dengan
melakukan detoksikasi bahan-bahan seperti aonia, berbagai jenis hormon, obat-obat-an dan
sebagainya.
Selain itu hati juga berperan sebagai penyimpanan bahan-bahan seperti glikogen dan vitamin
serta memelihara keseimbangan aliran darah splanknikus. Adanya kerusakan hati akan
mengganggu fungsi-fungsi tersebut sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan sistem
saraf otak akibat zat-zat yang bersifat toksik. Keadaan klinis gangguan sistem saraf otak pada
penyakit hati tersebut merupakan gangguan neuropsikiatrik yang disebut sebagai koma hepatik
atau ensefalopati hepatik (EH).
Perjalanan klinis EH dapat subklinis, apabila tidak begitu nyata gambaran klinisnya dan hanya
dapat diketahui dengan cara-cara tertentu. Angka prevalensi ensefalopati subklinis berkisar
antara 30% - 88% pada pasien sirosis hati.
EH merupakan suatu sindrom neuropsikiatrik yang umumnya terjadi karena kadar protein yang
tinggi di saluran pencernaan atau karena stress metabolik akut (perdarahan saluran pencernaan,
infeksi, dan gangguan elektrolit pada pasien dengan portal-systemic shunting. Gejala-gejala
yang muncul umumnya gejala neuropsikiatrik (confusion, flapping tremor, koma). Diagnosis
biasanya ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
1. Penurunan kesadaran sedang sammpai berat
2. Gangguan neuropsikiatrik : kejang, lateralisasi
3. Kelainan fungsi neurotransmitter otak
4. Tanpa disertai tanda-tanda infeksi bacterial yang jelas
1.1.3 Etiologi
Bahan-bahan yang diserap kedalam aliran darah dari usus, akan melewati hati, dimana
racun-racunnya dibuang tetapi pada ensefalopati hepatik, yang terjadi adalah:
1. Racun-racun ini tidak dibuang karena fungsi hati terganggu.
2. Telah terbentuk hubungan antara sistem portal dan sirkulasi umum (sebagai akibat dari
penyakit hati), sehingga racun tidak melewati hati.
3. Pembedahan by pass untuk memperbaiki hipertensi portal (shunt system portal) juga akan
menyebabkan beberapa racun tidak melewati hati.apapun penyebabnya, akibatnya adalah
sampainya racun di otak dan mempengaruhi fungsi otak.
4. Bahan apa yang bersifat racun terhadap otak, secara pasti belum diketahui, tetapi tingginya
kadar hasil pemecahan protein dalam darah,misalnya ammonia,tampaknya memegag
peranan yang penting. Pada penderita penyakit hati menahun, ensefalopati biasanya dipicu
oleh:
a. Infeksi akut.
b. Pemakaian alkohol.
c. Terlalu banyak makan protein, yang akan meningkatkan kadar hasil pemecahan protein
dalam darah.
d. Perdarahan pada saluran pencernaan, misalnya pada varises esofageal, juga bisa
menyebabkan bertumpuknya hasil pemecahan protein, yang secara langsung bisa
mengenai otak.
e. Obat-obat tertentu, terutama obat tidur, obat pereda nyeri dan diuretic (azotemia,
hipovolemia).
f. Obstipasi meningkatkan produksi, absorbsi ammonia dan toksin nitrogen lainnya.
1.1.4 Klasifikasi
Klasifikasi ensefalopati hepatikum yang banyak dianut adalah :
1. Menurut cara terjadinya
a. Ensefalopati hepatik tipe akut :
Timbul tiba-tiba dengan perjalanan penyakit yang pendek, sangat cepat memburuk
jatuh dalam koma, sering kurang dari 24 jam. Tipe ini antara lain hepatitis virus fulminan,
hepatitis karena obat dan racun, sindroma reye atau dapat pula pada sirosis hati.
Hipertermia
Sakit kepala
Penurunan kesadaran Nafsu makan Menurun
Nyeri
Koma
Bersihan Jalan Nafas Gangguan pemenuhan
Tidak Efektif kebutuhan nutrisi
Perfusi Jaringan
Serebral tidak efektif
Riggio O, Ridola L, Pasquale C. Hepatic encephalopathy: An overview. World J Gastrointest Pharmacol Ther.
2010;1(2):54-63.
1.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Spektrum klinis ensefalopati hepatiku sangat luas yang sama sekali asimtomatik hingga
koma hepatik. Simptom yang acap kali dijumpai pada ensefalopati hepatik klinis antara lain
perubahan personalitas, iritabilitas, apati, disfagia, dan rasa mengantuk disertai tanda klinis
seperti asteriksis, iritabilitas, gelisah, dan kehilangan kesadaran (koma). Manifestasi klinis
ensefalopati hepatik biasanya didahului oleh dekompensasi hati dan adanya faktor pencetus
yang berupa keadaan amoniaagenik seperti makan protein berlebih, perdarahan gastrointestinal
atau program obat sedatif.
Manifestasi ensefalopati hepatik adalah gabungan dari ganguan mental dan neurologik.
Gambaran klinik ensefalopati hepatik sangat bervariasi, tergantung progresivitas penyakit ini,
penyebab, dan ada tidaknya berdasarkan status mental, adanya asteriksis, serta kelainan EEG
(Electro Encephalogram), manifestasi neuropsikiatri pada EH dapat dibagi atas stadium. Di luar
itu terdapat sekelompok pasien yang asimtomatik, tetapi menunjukkan adanya kelainan pada
pemeriksaan EEG dan / atau psikometrik. Contoh uji piskometrik yang populer ialah NCT
(Number Conection Test).
Kelompok inilah yang digolongkan sebagai ensefalopatia hepatik subklinis atau laten
(EHS). Para peneliti mendapatkan bahwa proporsi EHS jauh lebih besar daripada ensefalopati
hepatik klinis (akut maupun kronik), yaitu mencapai 70-80% dari seluruh kasus sirosis hati
dengan hipertensi portal (Budihusodo., 2001). Gejala dan tanda klinis ensefalopati hepatik
dapat timbul sangat cepat dan berkembang menjadi koma bila terjadi gagal hati pada penderita
hepatitis fulminan. Pada penderita sirosis, perkembangan berlangsung lebih lambat dan bila
ditemukan pada stadium dini masih bersifat reversible. Perkembangan ensefalopati hepatik
menjadi koma biasanya dibagi dalam 4 stadium.
Adapun stadium – stadium Ensefalopati hepatik menurut gejala klinis antara lain :
1. Stadium 1 (prodromal)
Terdapat gangguan stasus mental, sedikit perubahan kepribadian dan tingkah laku,
termasuk penampilan yang tidak terawatt baik, pandangan mata kosong, bicara tidak jelas,
tertawa sembarangan, pelupa, dan tidak mampu memusatkan pikiran, penderita mungkin
cukup rasional, hanya terkadang tidak kooperatif atau sedikit kurang ajar, afektif hilang,
eufori, depresi, apati. Tingkat kesadaran somnolen, tidur lebih banyak dari bangun, letargi.
Tanda-tandanya:
a. Asteriksis : gangguan motorik yang di tandai dengan penyimpangan intermiten dari
postur.
b. Kesulitan bicara
c. Kesulitan menulis
d. EEG (elektroensefalografi) (+)
2. Stadium 2 (Impending koma atau koma ringan)
Terdapat gangguan mental semakin berat, flapping tremor (tangan bergetar), pengendalian
sfingter kurang, kebingungan, disorientasi, mengantuk, dan asteriksis.
3. Stadium 3 (Stupor)
Terjadi kebingungan yang nyata dengan perubahan tingkah laku yang mencolok, penderita
dapat tidur sepanjang waktu, bangun hanya dengan rangsangan, asteriksis, fetor hepatik,
lengan kaku, hiperreflek, klonus, grasp dan sucking reflek.
4. Stadium 4 (koma)
Penderita masuk ke dalam tingkat kesadaran koma sehingga muncul refleks hiperaktif dan
tanda babinsky yang menunjukkan adanya kerusakan otak lebih lanjut. Napas penderita akan
mengeluarkan bau apek yang manis (fetor hepatikum). Fetor hepatikum merupakan tanda
prognosis yang buruk dan intensitas baunya sangat berhubungan dengan derajat
kesadarannya, dan tonus otot hilang.
1.1.7 Komplikasi
a. Edema otak dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan intra kranial, sehingga dapat
b. Gagal ginjal: akibat penurunan perfusi ke korteks ginjal. Terdapat pada sekitar 40% kasus.
c. Kelainan asam-basa: hampir selalu terjadi alkalosis respiratorik hiperventilasi, sedangkan
alkalosis metabolik terjadi akibat hipokalemi. Asidosis metabolik dapat terjadi karena
penumpukan asam laktat atau asam organik lainnya karena gagal ginjal.
d. Hipoksia: sering terjadi karena edema paru atau radang paru akibat peningkatan
(hipokalsemia).
g. Kerentanggan terhadap infeksi: sering terjadi sepsis terutama karena bakteri gram negatif,
Gangguan sirkulasi: pada tahap akhir dapat terjadi hipotensi, bradikardi maupun henti
jantung
3) Obat-obatan lain
a) Penderita koma hepatikum perlu mendapatkan nutrisi parenteral. Sebagai langkah
pertama dapat diberikan cairan dektrose 10% atau maltose 10%, karena kebutuhan
karbohidrat harus terpenuhi lebih dahulu. Langkah selanjutnya dapat diberikan
cairan yang mengandung AARC (comafusin hepar) atau campuran sedikit AAA
dalam AARC (aminoleban) : 1000 cc/hari. Tujuan pemberian AARC adalah untuk
mencegah masuknya AAA ke dalam sawar otak, menurunkan katabolisme protein,
dan mengurangi konsentrasi ammonia darah. Cairan ini banyak dibicarakan akhir-
akhir ini.
b) L-dopa : 0,5 gram peroral untuk stadium I-II atau melalui pipa nesogastrik untuk
stadium III-IV tiap 4 jam.
c) Hindari pemakaian sedatva atau hipnotika, kecuali bila penderita sangat gelisah
dapat diberikan diimenhidrimat (dramamine) 50 mg i.m: bila perlu diulangi tiap 6-
8 jam. Pilihan obat lain, yaitu fenobarbital, yang ekskresinya sebagian besar melalui
ginjal.
d) Vitamin K 10-20 mg/hari i.m atau peroral atau pipa nasogastrik.
4) Pengobatan radikal
Exchange tranfusio, plasmaferesis, dialysis, charcoal hemoperfusion, transpalantasi
hati.
2. Ensefalopati hepatik tipe kronik
Prinsip-prinsip penatalaksanaan ensefalopati hepatik tipe kronik adalah sebagai berikut:
c. Diet rendah protein, maksimal 1 gram / kg berat badan terutama protein nabati.
d. Hindari konstipasi, dengan memberikan laktulosa dalam dosis secukupnya (2-3 x 10
cc/hari).
e. Bila gejala ensefalopati meningkat, ditambah neomisin 4x1 gram/hari.
f. Bila timbul aksaserbasi akut, sama seperti ensefalopati hepatik tipe akut.
g. Perlu pemantauan jangka panjang untuk penilaian keadaan mental dan
neuromuskulernya.
h. Pembedahan elektif : colon by pass, transplantasi hati, khususnya untuk ensefalopati
hepatik kronik stadium III-IV
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Keluhan Utama
Biasanya keluarga atau orang terdekat melaporkan bahwa adanya peubahan kepribadian
dan penurunan mental.
1.2.1.2 Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien mengalami keluhan seperti yang ada pada keluhan utama
dan tindakan apa yang dilakukan untuk menanggulanginya.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan pada pasien apakah pernah mengalami penyakit hati seperti sirosis hati,
infeksi hati, atau apakah pasien sering mengkonsumsi alcohol sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga pasien yang pernah menderita penyakit seperti yang di derita
pasien sekarang.
1.2.1.3 Riwayat Aktifitas Sehari-hari
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau gangguan hati.
1) Aktivitas
a) Kelemahan
b) Kelelahan
c) Malaise
2) Sirkulasi
a) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
b) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
3) Eliminasi
a) Urine gelap
b) Diare feses warna tanah liat
4) Makanan dan Cairan
a) Anoreksia
b) Berat badan menurun
c) Mual dan muntah
d) Peningkatan oedema
e) Asites
5) Neurosensori
a) Peka terhadap rangsang
b) Cenderung tidur
c) Letargi
d) Asteriksis
6) Nyeri / Kenyamanan
a) Kram abdomen
b) Nyeri tekan pada kuadran kanan
c) Mialgia
d) Atralgia
e) Sakit kepala
f) Gatal ( pruritus )
7) Keamanan
a) Demam
b) Urtikaria
c) Lesi makulopopuler
d) Eritema
e) Splenomegali
f) Pembesaran nodus servikal posterior
8) Seksualitas, Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan
1.2.1.4 Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum : keadaan umum lemah, tanda-tanda vital.
2) Kepala : normo cephalic, simetris, pusing, benjolan tidak ada, rambut tumbuh merata
dan tidak botak, rambut berminyak, tidak rontok.
3) Mata: alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor sclera
agak ikterus (-/ -), reflek cahaya positif, tajam penglihatan menurun.
4) Telinga : sekret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal.
5) Hidung: deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping
hidung tidak ada.
6) Mulut dan faring : bau mulut, stomatitis (-), lidah merah merah mudah, kelainan lidah
tidak ada.
7) Leher : simetris, kaku kuduk tidak ada.
8) Thoraks :
a) Paru: gerakan simetris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi
resonan, rhonchi -/-, wheezing -/-, vocal fremitus dalam batas normal.
b) Jantung: batas jantung normal, bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-),
capillary refill time 2 – 3 detik.
9) Abdomen : nyeri pada kuadran kanan atas.
1.2.2 Diagnosa Keperawatan
1.2.2.1 Perubahan perfusi jaringan serebral b.d proses peradangan, peningkatan TIK (Tekanan
Intra Karnial)
1.2.2.2 Resiko Injuri : Jatuh b.d aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan status mental
1.2.2.3 Kerusakan mobilitas fisik b.d kelemahan umum, defisit neurologic
DAFTAR PUSTAKA
Alfarisi. 2010. Definisi dan Klasifikasi Encelopaty Hepatikum. Diakses pada tanggal 8 April
2012 pada http://doc-alfarisi.blogspot.com/2011/05/definisi-dan-klasifikasi-encelopaty-
pleura.html
Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Nurdjanah S. Sirosis hati.
Dalam: Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I.
Edisi keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2009.
Mc Closkey, C.J., Iet all, 2002, Nursing Interventions Classification (NIC) second Edition,
IOWA Intervention Project, Mosby.
Rahtio, H. Wanita dengan ensefalopati hepatik. J Medula. 2015; 4:195-201
Hasan I, Araminta AP. Ensefalopati Hepatik: Apa, mengapa, dan bagaimana?. Medicinus.
2014; 27(3):1-8