Anda di halaman 1dari 17

RANGKUMAN BUKU AJAR PRIMER

ILMU BEDAH TORAKS, KARDIAK, DAN


VASKULAR

Oleh :

Sifana Zana Masyitha


011623143187

Pembimbing :

Prof. Dr. med. dr. Puruhito Sp. BTKV (K)

DEPARTEMEN ILMU BEDAH TORAKS, KARDIAK, DAN VASKULAR

RSUD Dr. Soetomo Surabaya

2016
BAB I

TORAKS

Anatomi dan Fisiologi


Anatomi Toraks :
 Toraks meliputi kulit region torakalis dengan otot atau muskulus yang mengelilingi
rongga toraks dengan vertebra torakal, tulang rusuk, sternum, dan jaringan ikat serta
semua organ tubuh didalam nya termasuk arteri dan vena, jantung, paru, saraf , dan
pembuluh limfe.
 Rongga toraks dibatasi di daerah bawah oleh diafragma dan di daerah atas dengan
region colli/ leher, sekitar batas atas incisura jugularis di tengah dan bahu dikanan dan
kiri. Rongga toraks terdiri dari atas dua bagian utama, yaitu (1) paru-paru (kanan dan
kiri) dan sistema trakeo bronchial dan pembuluh daarh arteri dan vena yang
menyertainya. (2) mediastinum.
 Paru kanan terdiri dari tiga lobus, yaitu superior, medius, dan inferior. Sedangkan paru
kiri terdiri dari dua lobus, yaitu superior dan inferior.sistem trakeobronkial terdiri atas
cabang –cabang bronchial hingga alveoli. Mediastinum dibagi menjadi tiga bagian
anatomis bedah, yaitu superior-anterior, medius, dan posterior. Dinding torak terdiri
dari 12 pasang tulang rusuk dan dilapisi 11 macam otot penting.
Fisiologi Pernapasan :
 Proses inspirasi merupakan proses aktif karena kontraksi dari otot-otot interkosatal,
menyebabkan rongga toraks mengembang, tekanan negative meningkat dalam rongga
toraks menyebebkan aliran udara masuk melalui saluran nafas.
 Yang kedua adalah proses ekspirasi yang merupakan proses pasif karena elastisitet/
daya lentur jaringan paru ditambah relaksasi otot-otot interkostal, menekan rongga
toraks hingga mengecilkan volume, sehingga udara mengalir keluar dari rongga
toraks.
 Fungsi dari pernapasan meliputi (1) ventilasi (2) distribusi (3) difusi (4) perfusi darah
arterial di kapiler.

Trauma toraks
Trauma thoraks sendiri dibagi menjadi dua bagian sesuai mekanismenya, yaitu trauma
tumpul dan trauma tajam.
Fraktur costae :
 Fraktur costae sendiri dibagi dua berdasarkan jumlah segmennya, yaitu: (1) Fraktur
costae tunggal, dan (2) Fraktur costae multipel
 Fraktur costae tunggal : Disebut fraktur costae tunggal apabila hanya ada satu garis
fraktur, sehingga costae masih mendapatkan fiksasi dari sternal atau vertebra. Pasien
cenderung malas bernafas karena nyeri, dapat menyebabkan pneumonia. Tanda
distress nafas, pergerakan nafas asimetris, perkusi redup, dan suara nafas yang
menurun pada auskultasi dapat diakibatkan oleh hematothoraks.
 Fraktur costae multipel : dapat mengakibatkan flail chest. Hal ini terjadi apabila
didapatkan fraktur costae yang segmental dan multipel, sehingga ada bagian costae
yang tidak terfiksasi. Flail chest merupakan kegawatan yang termasuk dalam golongan
life-threatening pada kasus trauma thoraks.
Flail chest :
 Flail chest adalah bergeraknya satu segmen rongga dada yang berlawanan dengan
gerakan nafas atau bisa disebut gerakan paradoksal. Segmen costae yang tidak
terfiksasi ini akan bergerak berlawanan dengan gerakan nafas. Saat inspirasi dimana
paru-paru mengembang, maka segmen costae ini akan tertarik masuk. Saat ekspirasi
dimana paru-paru mengempis, segmen akan tertarik keluar. Mediastinum pun akan
mengikuti gerakan ini, sehingga disebut dengan fenomena mediastinal flutter.
Pneumothoraks :
 Pada saat trauma dapat terjadi fraktur dan luka terbuka. Ketika dinding dada terbuka
dan terjadi robekan pada pleura parietalis, maka tekanan intrapleura akan menyedot
udara masuk ke dalam rongga dada dan mendesak paru sehingga paru akan collaps.
Terdapat 3 jenis pneumotoraks: (1) Open Pneumothorax (2) Tension Pneumothorax
(3) Closed Pneumothorax.
Hematotorak :
 Hematotoraks yaitu keadaan apabila teradapat penumpukan darah dalam rongga toraks
karena robeknya pembuluh darah dalam cavum thoracis, maka darah ini akan
mendesak paru dan ekspansinya terhambat. Hematotoraks kadang disertai dengan
pneumotoraks sehingga disebut hematopneumotoraks.
 Pada hematotoraks sering terjadi peradarahan yang massif sehingga mengakibatkan
terjadi anemis, takikardia, hipotensi maupun tekanan darah pre shock pada penderita.
Keadaan ini mengakibatkan terganggunya difusi dan perfusi pembuluh darah sehingga
penderita jatuh dalam keadaan hipoksia.
Tamponade jantung :
 Terkumpulnya darah dalam rongga pericardium oleh karena trauma pada jantung akan
mendesak jantung. Venous return terhambat dan kontraksi jantung terdesak oleh darah
yang ada di dalam rongga tertutup itu mendesak kembali. Gejala yang muncul ialah
lebih ke arah kegagalan hemodinamik, turunnya tekanan darah dan naiknya central
venous pressure dan nadi yang cepat dan paradox dengan pernapasan.Tamponade
memerlukan segera tindakan penyelamatan dengan pungsi perikard, dimana kita
melakukan pungsi melalui titik larrey untuk mengeluarkan darah pada rongga
perikard.

Kelainan Organ Intratoraks


Karsinoma paru :
 Kanker paru dapat dibagi ke dalam tiga kategori yaitu non small cell lung cancer
(75%), small cell lung cancer (20%), dan mixed type (5%).
 Squamous Cell Ca: berasal dari epitel bronkus, berkembang menjadi masa yang
seringkali mengakibatkan obstruksi pada bronkus besar. Kadang disertai pneumonia
obstruktif.
 Adeno Ca: berasal dari epitel bronkus alveolar atau kelenjar mukus sehingga tumbuh
di bagian perifer. Sering metastase ke KGB. Lebih sering ditemukan pada non smoker.
 Undifferentiated large cell Ca: cenderung timbul di sentral atau perifer dengan
diameter >5cm.
 Small Cell Lung Cancer: Mayoritas tumbuh di daerah sentral. Di mikroskop terlihat
menyerupai oat, sehingga disebut juga oat-cell Ca. Pertumbuhannya sangat cepat
sehingga sering dijumpai daerah nekrotik dan kavitas. Menyebar dengan cepat ke
KGB dan mediastinum, sering metastasis jauh.
 Tatalaksana bedah pada kanker paru meliputi tindakan pneumonektomi, lobektomi,
dan reseksi terbatas. Tindakan reseksi terbatas hanya dilakukan bila kapasitas vital faal
paru terbatas, ketidakmampuan mengangkat seluruh jaringan tumor, atau pasien
menolak. Reseksi paru harus disertai diseksi KGB mediastinum untuk re staging.
Abses paru dan empiema dan infeksi jamur :
 Abses paru ialah jaringan paru yang mengalami nekrosis dengan pembentukan nanah
yang disebabkan oleh iinfeksi mikrobadan membentuk kavitas yang mengandung
cairan atau debris. Proses ini seringkali diawali proses pneumonitis.
 Namun apabila nanah atau pus terdapat pada cavum pleura maka disebut empiema
toraksis. Biasanya disebabkan oleh infected pneumonia, tbc, abses yang pecah trauma
dengan infeksi sekunder, dll.
Tuberkulosis :
 Penyakit akibat bakteri M. tuberculosis.Terapi kausatifnya adalah dengan OAT.
Pembedan pada TBC dilakukan pada proses diagnostic, M. Tb resisten dengan
pengobatan terbatas, kavitas paru, destroyed lung, hemoptisi massif, fistula
bronkopleural, stenosis bronkus dan infeksi sekunder.
 Teknik pembedahan yang sering dilakukan adalah dekortikasi dan torakoplasi,
dekortikasis ialah tindakan operasi untuk mengelupas jaringn fibrosa agar paru dapat
mengembang sedangkan torakoplasi ialah membuat rongga udara pada rongga torak
agar kuman anaerob mati.
Trakea :
 Pembedahan pada trakea diindikasikan pada trauma trakea, tumor trakea dan kelainan
trakea kongenital. Trauma laringotrakea meliputi trauma tumpul, tajam , tembak
inhalasi, aspirasi benda asing maupun iatrogenic. Klinis yang ditunjukkan adalah sesak
napas. Tanda yang pasti adalah kebocoran udara atau suara mendesis pad tempat
trauma, atau kulit mengembung saat batuk.
Esofagus :
 Kelainan tersering dari esophagus adalah GERD, Barrett Esofagus dan Divertikel
Zenker serta karsinoma esofagus.
 GERD merupakan faktor resiko terjadi Barret esophagus. Barret esophagus adalah
suatu intestinal metaplasia dimana salurannya digantikan oleh mukosa intestine.
Terapi yang dilakukan adalah reseksi segmen esophagus dan menggantikannya dengan
thoracic stomach .
 Divertikulum Zenker adalah divertikel pada traktus digestive sepertiga atas di daerah
crycopharingeal. Terapinya adalah dengan miotomi sfingter esophagus atas dan
divertikolektomi.
 Karsinoma esophagus diterapi dengan reseksi esophagus,yaitu esofagektomi En-bloc
dengan reseksi radikal sepanjang 10 cm dari proximal dan distal dari tumor.
 Perforasi esophagus merupakan kejadian yang jarang terjadi, kecuali pada kasus
iatrogenic
Mediastinum dan pericard :
 Diagnostik tumor ini adalah dengan menggunakan foto toraks, CT scan. MRI
dilakukan untuk mengetahui adanya invasi tumor terhadap pembuluh darah atau
saraf.USG untuk membedakan masa tumor solid atau kistik.
 Klinis dari tumor mediastinum adalah batuk sesak nyeri dada.Bisa didapatkan gejala
vena cava superior syndrome yang menandakan tumor sudah mendesak
venacava.Tumor dengan batas jelas, jinak, dilakukan eksisi.Tumor dengan batas tak
jelas dilakukan FNAB dan kemoterapi sebelum pembedahan.
Diafragma :
 Terdapat 4 macam hernia pada diafragma yaitu hernia kongenital (Bochdalek dan
Morgagni) danhernia hiatal (sliding dan paraesofageal).
 Hernia Bochdalek merupakan kongenital dan sering disertai kelainan lain. Hernia
morgagni terjadi karena adanya defek pada diafragma di daerah retrosternal anterior
dan umumnya organ yang herniasi adalh omentum.Kedua hernia ini dapat
memberikan penekanan pada rongga toraks dan menghambat pengembangan
paru.Terapinya adalah dengan pembedahan, mengembalikan organ ke tempat semula.
Hernia hiatal terjadi karena defek pada hiatus diafragmatikus. Pemeriksaan adalah
dengan menelan barium dalam 24 jam terdapat pengosongan lambung yang lambat
dan menunjukkan pelebaran esophagus distal.
 Eventeratio diafragma berbeda dengan hernia. Eventratio adalah tipisnya lapisan otot
diafragma.Terapi pembedahan adalah dengan plikasi diafragma.Klinis yang
ditunjukkan adalah nyeri saat respirasi, kadang diserti sesak dan batuk
BAB II

JANTUNG

Anatomi Jantung
 Sistem kardiovaskuler terdiri atas komponen jantung, pembulh darah dan darah itu
sendiri. Jantung terdiri atas 4 ruangan yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel yang masing –
masing dibagi dalam kanan dan kiri. Diantara atrium dan ventrikel terdapat katup.
Vaskularisasi jantung oleh pembuluh darah koroner yang melalui aortic root. Sistem
konduksi jantung antara lain SA Node, AV node, bundle his, bundle cabang kanan dan
kiri, serta serabut purkinje.

Penyakit Jantung Bawaan


 Merupakan cacat jantung karena adanya malformasi struktur anatomis jantung. Secara
klinis dibagi dalam kelainan yang non cyanotic (tidak biru) artinya terdapat shunt dari
kiri ke kanan (L to R shunt) dan cyanotic (bayi biru), yaitu terdapat shunt dari kanan
ke kiri (R to L shunt), yang didasarkan pada arah shunt yang ada terkait morfologi
jantung.
 Yang tergolong dalam PJB non-cyanotic : (1)ASD, (2)VSD, (3)PDA
 Yang tergolong PJB cyanotic : Tetralogy of fallot, Tricuspid Atresia, Total Anomalous
Pulmonary Venus Return, Truncus arteriosus , Hipoplasia Left heart syndrome,
Pulmonary atresia, Double outlet right Ventricel
ASD (defek septum atrium):
 Pada kelainan ini terdapat satu hubungan antara dua atrium melalui satu lubang pada
septum atriorum. Berdasarkan pathogenesis dibagi menjadi tiga, yaitu:
 (1) Defek sinus venosus yaitu bila defek ini pada daerah sinus venosus,
 (2) Defek septum sekundum, yaitu bila terapat defek pada pertumbuhan septum
sekundum dan letaknya di tengah – tengah septum. Defek tersebut terletak pada
daerah foramen ovale.
 (3) Defek septum primum yaitu bila terdapat kegagalan pertumbuhan septum primer,
dan letaknya pada septum adalah di kaudal, di daerah perbatasan dengan ventrikel, dan
sering disertai kegagalan perumbuhan endikardial cushion hingga sering terdapat cleft
pada katup mitralis
VSD (defek septum ventrikel) :
 Merupakan suatu penyakit jantung bawaan yang disebabkan karena defek pada septum
ventrikel. Penyakit ini diklasifikasikan berdasarkan kedudukannya terhadap crista, ada
4 jenis yaitu defek di atas cirsta, defek di bawah crista, defek di daerah katup tricuspid
di bawah crista, dan defek di daerah septum musculosum, pembedahan hanya dapat
dilakukan menggunakan sirkulasi ekstracorporeal / pintas jantung. Operasi dapat
dilakukan dengan menjerat arteri pulmonalis sampai garis tekanan. Derajat keparahan
ditentukan berdasarkan besarnya VSD dan adanya potensi pulmonal.
PDA (paten duktus arteriosus) :
 Terjadi bila duktus arteriosus, yaitu hubungan antara aorta dan arteri pulmonalis yang
ada dalam massa prenatal/ janin dalam kandungan, tetap terbuka pada massa post
natal. Pada umumnya duktus ini tertutup spontan dalam waktu 10 – 15 jam pasca
kelahiran.dalam waktu 2 – 3 minggu duktus akan menutup lengkap karena perubahan
permanen dari endotheliumnya. Indikasi pembedahan dikarenakan terdapatnya
hubungan ini menyebabkan kelainan hemodinamik dan juga karena kemungkinan
besar terjadi endokarditis bacterial.
Tetralogy of fallot:
 Merupakan kelainan penyakit jantung bawaan cyanotic dengan R to L shunt yang
terdiri dari (1) VSD, (2) Overriding aorta atau aorta yang bergeser ke kanan, (3)
Stenosis pulmonal, (4) Hipertrofi Ventrikel. Bila disertai ASD kelainan ini disebut
Pentalogy of Fallot.
 Pada penderita ini biasanya datang dengan keluhan cyanosis dan terdapatnya sesak
nafas pada saat bekerja. Terkadang datang disertai dengan clubbing finger. Pada
gambaran X-foto toraks didapatkan hipertrofi ventrikel kanan yang berat disertai
dextra posisi aorta, menunjukkan bentukan jantung yang khas berupa “boot-shape”.
Diagnosis ditegakkan dengan kateterisasi jantung atau echocardiografi, dan angiografi.
Transposition of the Great Vessel (TGA):
 Adalah suatu keadaan aorta beserta cabang – cabang arteri koronarianya berasal dari
ventrikel kanan, sedangan arteri pulmonalis berasal dari ventrikel kiri. Kedua katup
pembuluh darah normal.
Penyakit Jantung Katup
Aorta Stenosis:
 Merupakan kelainan di mana katub aorta tidak menutup dengan sempurna. Biasanya
terjadi pada anak – anak dan menetap sampai dewasa. Penyakit ini menyebabkan
hipertofi otot jantung kiri yang konsentris sehingga menimbulkan iskemi relative dari
miokard karena kebutuhan oksigen yang meningkat.
 Pada aorta stenosis terjadi orifisium aorta yang sempit sehingga afterload nya
meningkat. Peningkatan afterload mengakibatkan kerja ventrikel kiri meningkat
sehingga massa dinding meningkat sehingga terjadi hipertrofi ventrikel. Hipertrofi
ventrikel dapat terjadi disfungsi ventrikel.
Regurgitasi Aorta:
 Merupakan penyakit jantung katub dimana katub aorta tidak menutup sempurna
sehinggaa daarah mengalir secara retrograde melalui katub pada waktu diastole
sehingga terjadi “recoil” dari katub dan aorta. Pada waktu diastole terjadi pengisian
balik dari ventrikel kiri dan aorta serta pengisian lanjut dari atrium kiri,
mengakibatkan volume ventrikel kiri akan meningkat sehingga terjadi dilatasi dan
hipertrofi, stroke volume meningkat.
 Pilihan utama pembedahan dengan penggantian katub aorta. Sedangkan tindakan
reparasi dari katub aorta terbatas atas indikasi khusus. Teknik pengobatan
interventional berupa percutaneous ballon valvotomy, AVR-transkutan.
Regurgitasi Mitral:
 Terjadinya ketidakmampuan katub mitral untuk menutup kembali aliran darah dari
ventrikel karena adanya kebocoran aliran yang disebabkan oleh robeknya layar katub
karena endokarditis, lepasnya muskulus papilaris, molornya jaringan katub karena
fibroelastosis.
 Dapat juga karena destruksi/nekrosis muskulus papilaris yang disebabkan karena
infark miokard. Adanya kelainan katub ini menyebabkan volume darah yang dipompa
dari ventrikel kiri berkurang karena sebagian darah kembali ke atrium kiri sehingga
ventrikel kiri mengkompensasi dengan cara pembesaran ventrikel kiri.
Stenosis Katub Mitral:
 Terjadi ketidakmampuan katub mitral untuk membuka dengan sempurna sehingga
darah menjadi stasis di atrium kiri yang menyebabkan terhambatnya sirkulasi darah
paru – paru sehingga terjadi hipertensi pulmonal.
 Biasanya pasien datang dengan keluhan sesak dan sering beradang serta batuk darah.
Pada gambaran X-foto toraks didapatkan pembesaran bilus paru – paru dan
penyumbatan darah serta terlihat pula pembesaran atrium kiri. Berkurangnya volume
darah yang masuk ke ventrikel kiri menyebabkan hipertrofi ventrikel kiri tanpa
dilatasi.
 Secara klinis pada asukultasi didapatkan bunyi murmur diastolic pada apeks cordis.
Konsep reparasi katub mitral adalah mengembalikan fungsi layar katub agar dapat
rapat menutup kembali dnegan melakukakn repoarasipada aparat sub katub, serta
memperkuat lingkar annulus dengan memasang ring annuloplasty.
Penyakit Jantung Trikuspidal:
 Regurgitasi katub tricuspid umumnya lebih dominan dari katub stenosis. Adanya
regurgitasi dari aliran yang dipompa dari ventrikel kanan menimbulkan hipertrofi
atrium kanan serta dilatasi yang dapat dilihat dari bendungan vena leher. Penegakan
diagnosis dengan echocardiografi.

Penyakit Jantung Koroner


 Pada dasarnya timbulnya angina pectoris merupakan gejala klinis adanya hipoksemia
dari miokard. Hal ini disebabkan karena adanya sumbatan yang berupa arterosklerosis
pada salah satu cabang arteri koronaria. Selain itu dapat juga disebabkan karena
altitude, anemia, keracunan CO2.
 Terjadinya hipoksemia menyebabkan vasodilatasi memberi suatu alarm atau sinyal
yang berupa nyeri. Secara klinis disebut infark miokard bila terdapat dua dari tiga
gejala yaitu : (1) nyeri dada/angina > 30 menit , (2) pada ECG terdapat gelombang Q/
elevasi ST/ inversi gelombang T, (3) enzim jantung meningkat (CK>195 dan Troponin
T >0,03)
 Factor resiko terjadinya Angina Pectoris adalah hipertensi, diabetes mellitus, dan
obesitas.
 Indikasi pembedahan biasa didasarkan pada indikasi klinis, indikasi urjen atau
emergency. Teknik pembedahan yang dapat dilakukan adalah (1) CABG, (2) plastic
koroner/ plastic ostium koroner, (3) endarteriektomi, (4) dilatasi intraoperatif, (5)
pengeboran miokard dengan laser atau revaskulasirsasi transmiokardial.
Kardiomiopati :
 Kardiomiopati dilatasi: Terjadi pembesaran bilik jantung dan terdapatnya fungsi
sistolik dari salah satu atau kedua bilik tersebut, terdapat ketebalan bilik ventrikel
jaringan normal dan tidak terkait dengan hipertensi dan penyakit jantung iskemik.
Gejala klinik sering disebabkan karena adanya kongesti berupa sesak bila bekerja,
ortopnea, paroxysmal nocturnal, dyspnea, kelelahan, edema tungkai bawah, lingkar
perut membesar.
 Kardiomiopati Hipertrofi: Keadaan dimana terdapat penebalan dari septum ventrikel
jantung yang menyebabkan penyempitan left ventricle outflow tracti sehingga darah
kurang dapat mengalir ke seluruh tubuh dengan lancar. Pembedahan dengan reseksi
segmen septum yang menebal. Gejala klinis dapat berupa nafas pendek, kelelahan,
sering pingsan, irama jantung tidak teratur, berdebar – debar, nyeri dada, kematian
mendadak.
 Kardiomiopati restriktif: Terdapat pengisian ventrikel yang abnormal disertai dengan
disfungsi diastolik. Gejala klinis terjadinya gagal jantung kanan-kiri. Secara umum,
tidak ada pengobatan yang memuaskan. gejala klinis dapat berupa tanda gagal jantung
kanan dan kiri, luksasi pulsasi vena jugularis yang jelas.
Teknik Dasar Bedah Jantung
Bedah jantung terbuka :
 menggunakan sayatan sternotomi medialis dan pembukaan perikard secara
memanjang. Dapat digunakan pada orang dewasa maupun anak-anak.
Bedah jantung tertutup :
 Merupakan pembedahan jantung yang dilakukan tanpa memakai bantuan sirkulasi
ekstra corporeal atau pintas jantung paru, dan dilakukan dengan jantung tetap
berdenyut. Ini hanya terbatas pada beberapa penyakit jantung.
Bedah jantung invasive minimal :
 Merupakan pembedahan jantung yang dilakukan melalui sayatan-sayatan kecil dengan
bantuan peralatan khusus(cardiac pacing) sehingga memungkinkan dilakukan tindakan
bedah tanpa membuat trauma besar dan meninggalkan parut kulit yang lebar.
Bantuan mekanik jantung (Ventricular Assist Device) :
 Merupakan alat atau pompa yang dapat diimplantasikan sebagian atau seluruhnya,
smenetara ataua menetap, ke dalam tubuh untuk membantu sirkulasi tubuh karena
jantung dalam keadaan gaga; jantung.
BAB III

VASKULAR

Hemangioma :
 Hemangioma adalah tumor benigna yang merupakan kelainan vaskuler bawaan paling
banyak pada bayi dan anak-anak. Hemangioma dibagi atas : Hemangioma infantile,
Hemangioma kongenital involute cepat, Hemangioma non-involut, Hemangioma
intramuskuler.
 Tanda dan gejala klinis hemangioma umumnya timbul sejak minggu pertama
kelahiran dan biasanya di daerah muka dan leher sehingga menyebabkan gangguan
kosmetik dan indera. Daerah tungkai dan lengan lebih jarang. Penampakan
hemangioma umumnya nampak kemerahan, bisa menonjol atau rata dengan kulit.
Sering disebut dengan “strawberry type hemangioma” karena seperti strawberry. Juga
dapat nampak seperti bercak-bercak dengan kelompok vena-vena di sekitarnya, dan
perabaan lunak/kenyal. Secara umum, diagnosis hemangioma dapat ditegakkan secara
klinis melalui anamnesis dan inspeksi.
 Hemangioma pada umumnya akan mengalami regresi secara perlahan sampai usia 5
tahun dan tidak diperlukan tindakan pengobatan. Apabila tidak terjaid regresi, atau
terjadi ekspansi massa yang cepat dalam waktu beberapa bulan, maka dapat dilakukan
tindakan pengobatan berupa: pengobatan bedah yaitu eksisi dari hemangioma yang
local, Radioterapi, Embolisasi Arterial, atau terapi obat-obatan:
Limfadema :
 Sistem limfatik terdiri atas pembuluh limfe, jaringan limfoid, dan organ limfoid.
Pembuluh limfe berjalan sepanjang perjalanan arteri dan vena dan dimulai dari kapiler
limfe, selanjutnya bergabung pada pembuluh limfe koleksi, dan menjadi trunkus
limfatikus, kemudian menjadi ductus limfatikus dan bermuara di system vena.
 Organ limfatik terdiri dari nodul, limpa, timus, dan tonsil. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh dan mengeliminasi sel-sel abnormal dan pathogen lain. Limpa
adalah organ pertahanan tubuh dan memberi respon tubuh untuk membuang debris,
benda asing, toksin, bakteri, virus, sel darah merah tua. Kelenjar thymus adalah tempat
maturase limfosit T dan mensekresi hormone timopoetin dan timosin.
 Diagnostik paling mudah adalah mengukur sirkumferensial tungkai dan
membandingkan dengan sisi yang sehat, yaitu apabila terdapat perbedaan 2,5 cm maka
dianggap edema. Diagnostik radiologis dengan limfoscintigrafi atau dengan MRI/CT-
scan.
 Staging limfedema dibagi sebagai berikut: Derajat I : edema pitting terbatas pada
daerah kaki. Derajat II: edema pitting menyangkut kaki dan bagian bawah tungkai s/d
ankle. Derajat III: edema kaki dan daerah tungkai bawah mengeras. Derajat IV: edema
menyangkut seluruh tungkai dengan hyperkeratosis kaki.
 Indikasi pembedahan limfatik adalah edema limfatik pascainflamatorik, pasca bedah
neoplasma, pasca radioterapi dan jenis edema limfe hiperplastik. Kontra indikasi
mutlak adalah bila terdapat dermato-limfangio-adenitis (DLA) dan adanya ulserasi
kulit.
Penyakit Arteri
Trauma arteri :
 Merupakan suatu kegawatdaruratan vascular apabila mengenai arteri besar atau vena
besar. Langkah awal yang harus dilakukan untuk menghentikan trauma vaskuler
adalah menghentikan perdarahan atau hemostasis. Cara yang harus dilakukan adalah
dengan bebat tekan atau penekanan dengan tangan.
 Gejala klinik dari trauma arteri ekstrimitas adalah hilangnya pulsasi perifer, rasa
dingin sampai rasa nyeri di kulit ekstrimitas, berkurangnya kekuatan otot tungkai,
hilang rasa, sensai / numb, perubahan warna kulit (facies mormorata) dan busa teraba
adanya masa hematom.
 Gejala klinik terbagi dalam gejala jelas (hard sign) dan gejala tidak jelas (soft sign).
Gejala jelas terdiri dari, deficit pulsasi sebelah distal dari trauma, adanya iskemia
jaringan distal dari trauma, ada auskultasi bising atau bruit, tampak adanya perdarahan
aktif/ deras, terlihat hematom berdenyut. Gejala tidak jelas meliputi terlihat senjata
tajam, ada perlukaan, shock hemoragis yang tidak diketahui sebabnya, pembengkakan
yang signifikan dari ekstrimitas, hematom dengan hemodinamik stabil.
 Diagnostik selanjutnya ditegakkan dengan Arteriografi, Dopller ulstrasonografi, Pulse
oxymetri pada akral ekstrimitas
 Indikasi intervensi bedah segera pada trauma vaskuler adalah: terdapatnya kerusakan
intima (derajat II), trauma vaskuler derajat III, iskemia tungkai yang lebih dari 4-5 jam
(maksimal 6 jam sebagai golden period). Proses reperfusi dengan melakukan tindakan
rekonstruksi vascular harus dilakukan sebelum melakukan tindakan ortopedi dab
setelah tindakan ortopedik, harus dicek kembali.
PAPO :
 Etiologi dari penyakit arteri oklusif adalah arteriosclerosis, arteritis dan
tromboemboli.Dari seluruhnya 90% disebabkan oleh arteriosclerosis dan
atherosclerosis.
 Pada arteritis, terjadi keradangan dari dinding arteri.Umumnya menyerang penderita
muda. Salah satu bentuk yang paling klasik adalah penyakit Winiwarter Buerger atau
Trohrombendangiitis –obliterans. Dari klinis, penyakit Buerger umumnya : diderita
oleh laki-laki <30 tahun, ada iskemia jari atau beberapa jari, ada flebitis migrans, tidak
ada diabetes atau kelainan pembekuan darah.
 Diagnosis dari PAPO diklasifikasikan berdasarkan Fountaine yang membagi menjadi
4 stadium: 1. Gejala tidak spesifik, 2. Claudicatio intermittens, 3. Rest pain, 4.
Nekrosis akral/ gangrene.
 Terapi bedah pada PAPO dapat dilakukan dengan cara bypass, endarteriektomi,
patching, interposisi graft. Terapi pembedahan paliatif meliputi simpatektomi .
Dengan dipotongnya serabut saraf simpatikus dan ganglion yang merawat arteri
tersebut, maka regulasi kimia akan terputus dan pembuluh darah yang dimaksud akan
mengalami vasodilatasi sehingga diharapkan ada perbaikan gejala dan hilangnya rasa
nyeri.
Emboli Arteria Akut :
 .Emboli yang mendadak ini menyebabkan keadaan yang disebut dengan Critical Limb
Ischemi. Onset terjadinya ischemia ini adalah kurang dari 6 jam , bila lebih dari 6 jam,
maka prognosisnya buruk. Umumnya terjadi pada usia<40 tahun.
 Letak emboli biasanya pada a. femoralis. Gejala yang ditunjukkan adalah 6P (Pain
Palor, Polar, Pulselessness, Paresthesia, Paralysis).Terapi definitive dari emboli adalah
embolektomy dengan tekni Fogarty segera.
Penyakit Aorta
Aneurisma Aorta Abdominalis :
 Aneurisma terjadi bila ada dilatasi local dengan peningkatan diameter > 50% dan
lapisan elastin menipis dengan fragmentasi atau disrupsi akibat aktivitas proteolitik.
 Klinis dari AAA adalah adanya masa pulsatile di daerah abdomen, nyeri perut yang
kronis dengan nyeri tekan di daerah aneurisma, emboli sentral.Bila terjadi diseksi,
didapatkan keluhan nyeri tiba-tiba hingga menembus punggung dan disertai kolaps
sirkulasi
 .Terapi dari AAA adalah pembedahan yang dilakukan ketika tidak ada gejala karena
resikonya besar.
Angiopati Diabetik
 Pasien diabetes memiliki resiko terkena infeksi yang sulit sembuh hingga
menimbulkan gejala yang disebut dengan diabetic foot hingga menyebabkan ulkus dan
bila semakin parahmenjadi gangrene.Pada kaki diabetic, terjadi neuropati dan
angiopati.Pemeriksaan untuk mendiagnosis adalah dengan mengukur ABPI.Inspeksi
luka dilakukan dengan cermat untuk menilai ekstensi, kedalaman nekrosis, luas
jaringan yang terkena serta adanya osteomyelitis.
 Assesment dari ulkus diabetic adalah dengan klasifikasi wagner. Tindakan bedah
dilakukan dengan cara eksisi dari jaringan nekrosis, dilakukan tanpa anestesi dan
kemudian dirawat dengan balutan antibiotic (wound dressing) dan ujung luka
dibiarkan terbuka. Penggantian bebat dilakukan tiap hari dan disertai dengan regulasi
diabetesnya.
 Pembedahan toraks, kardiak dan vaskuler memiliki fungsi vital dalam dalam
mempertahankan fungsi vital tubuh manusia. Oleh karena itu perlu pemahaman yang
mendasar untuk dapat menyelamatkan nyawa pasien.
Penyakit Vena
Varises Tungkai:
 Penyakit pada vena yang sering dijumpai salah satunya adalah varises tungkai.Varises
adalah pemanjangan, pelebaran, disertai berkelok-keloknya system vena dan
terdapatnya gangguan sirkulasi darah di dalamnya. Beberapa factor yang dapat
dikaitkan dengan timbulnya varises yaitu factor tekanan dan factor aliran.
 Etiologi varises tungkai dibagi dalam 2 golongan: (1) Varises primer, sering disebut
"idiopatik" yang berupa insufisiensi dari katup vena memang kira-kira sebanyak 30%
disebabkan karena kebocoran daerah sapheno femoral. (2) Varises sekunder,
dikaitkan dengan sejumlah factor risiko sebagai kausa sekunder dari varises tungkai.
Obesitas, perkerjaan berdirilama, hormonal/menopause, kehamilan, obat-obatan
kontrasepsi, hubungan keluarga.
 Pada klinisnya, varises dibagi menjadi 4 stadium
 Terapi pada varises terbagi menjadi 2, yaitu dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan.Pembedahan dilakukan pada jenis varises tertentu.Pada vena yang telah
mengalami kerusakan, harus dilakukan tindakan pembedahan.Mulai stadium klinis II,
sudah harus dipikirkan tindakan pembedahan karena dapat melancarkan peredaran
darah balik sehingga tidak jatuh pada stadium lanjut.Sedangkan pada varises trunkal
dan reticularis pada stadium III dan IV, mutlak harus dilakukan pembedahan.Teknik-
teknik pembedahan pada varises yaitu secara ablasi venous saphenous, ligase vena
perforator, koreksi refluks vena profunda, terapi obstruksi vena profunda, maupun
bedah endovaskuler.
REFERENSI

Puruhito, 2013, Buku Ajar Primer Ilmu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, Airlangga
University Press, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai