Oleh :
Pembimbing :
2016
BAB I
TORAKS
Trauma toraks
Trauma thoraks sendiri dibagi menjadi dua bagian sesuai mekanismenya, yaitu trauma
tumpul dan trauma tajam.
Fraktur costae :
Fraktur costae sendiri dibagi dua berdasarkan jumlah segmennya, yaitu: (1) Fraktur
costae tunggal, dan (2) Fraktur costae multipel
Fraktur costae tunggal : Disebut fraktur costae tunggal apabila hanya ada satu garis
fraktur, sehingga costae masih mendapatkan fiksasi dari sternal atau vertebra. Pasien
cenderung malas bernafas karena nyeri, dapat menyebabkan pneumonia. Tanda
distress nafas, pergerakan nafas asimetris, perkusi redup, dan suara nafas yang
menurun pada auskultasi dapat diakibatkan oleh hematothoraks.
Fraktur costae multipel : dapat mengakibatkan flail chest. Hal ini terjadi apabila
didapatkan fraktur costae yang segmental dan multipel, sehingga ada bagian costae
yang tidak terfiksasi. Flail chest merupakan kegawatan yang termasuk dalam golongan
life-threatening pada kasus trauma thoraks.
Flail chest :
Flail chest adalah bergeraknya satu segmen rongga dada yang berlawanan dengan
gerakan nafas atau bisa disebut gerakan paradoksal. Segmen costae yang tidak
terfiksasi ini akan bergerak berlawanan dengan gerakan nafas. Saat inspirasi dimana
paru-paru mengembang, maka segmen costae ini akan tertarik masuk. Saat ekspirasi
dimana paru-paru mengempis, segmen akan tertarik keluar. Mediastinum pun akan
mengikuti gerakan ini, sehingga disebut dengan fenomena mediastinal flutter.
Pneumothoraks :
Pada saat trauma dapat terjadi fraktur dan luka terbuka. Ketika dinding dada terbuka
dan terjadi robekan pada pleura parietalis, maka tekanan intrapleura akan menyedot
udara masuk ke dalam rongga dada dan mendesak paru sehingga paru akan collaps.
Terdapat 3 jenis pneumotoraks: (1) Open Pneumothorax (2) Tension Pneumothorax
(3) Closed Pneumothorax.
Hematotorak :
Hematotoraks yaitu keadaan apabila teradapat penumpukan darah dalam rongga toraks
karena robeknya pembuluh darah dalam cavum thoracis, maka darah ini akan
mendesak paru dan ekspansinya terhambat. Hematotoraks kadang disertai dengan
pneumotoraks sehingga disebut hematopneumotoraks.
Pada hematotoraks sering terjadi peradarahan yang massif sehingga mengakibatkan
terjadi anemis, takikardia, hipotensi maupun tekanan darah pre shock pada penderita.
Keadaan ini mengakibatkan terganggunya difusi dan perfusi pembuluh darah sehingga
penderita jatuh dalam keadaan hipoksia.
Tamponade jantung :
Terkumpulnya darah dalam rongga pericardium oleh karena trauma pada jantung akan
mendesak jantung. Venous return terhambat dan kontraksi jantung terdesak oleh darah
yang ada di dalam rongga tertutup itu mendesak kembali. Gejala yang muncul ialah
lebih ke arah kegagalan hemodinamik, turunnya tekanan darah dan naiknya central
venous pressure dan nadi yang cepat dan paradox dengan pernapasan.Tamponade
memerlukan segera tindakan penyelamatan dengan pungsi perikard, dimana kita
melakukan pungsi melalui titik larrey untuk mengeluarkan darah pada rongga
perikard.
JANTUNG
Anatomi Jantung
Sistem kardiovaskuler terdiri atas komponen jantung, pembulh darah dan darah itu
sendiri. Jantung terdiri atas 4 ruangan yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel yang masing –
masing dibagi dalam kanan dan kiri. Diantara atrium dan ventrikel terdapat katup.
Vaskularisasi jantung oleh pembuluh darah koroner yang melalui aortic root. Sistem
konduksi jantung antara lain SA Node, AV node, bundle his, bundle cabang kanan dan
kiri, serta serabut purkinje.
VASKULAR
Hemangioma :
Hemangioma adalah tumor benigna yang merupakan kelainan vaskuler bawaan paling
banyak pada bayi dan anak-anak. Hemangioma dibagi atas : Hemangioma infantile,
Hemangioma kongenital involute cepat, Hemangioma non-involut, Hemangioma
intramuskuler.
Tanda dan gejala klinis hemangioma umumnya timbul sejak minggu pertama
kelahiran dan biasanya di daerah muka dan leher sehingga menyebabkan gangguan
kosmetik dan indera. Daerah tungkai dan lengan lebih jarang. Penampakan
hemangioma umumnya nampak kemerahan, bisa menonjol atau rata dengan kulit.
Sering disebut dengan “strawberry type hemangioma” karena seperti strawberry. Juga
dapat nampak seperti bercak-bercak dengan kelompok vena-vena di sekitarnya, dan
perabaan lunak/kenyal. Secara umum, diagnosis hemangioma dapat ditegakkan secara
klinis melalui anamnesis dan inspeksi.
Hemangioma pada umumnya akan mengalami regresi secara perlahan sampai usia 5
tahun dan tidak diperlukan tindakan pengobatan. Apabila tidak terjaid regresi, atau
terjadi ekspansi massa yang cepat dalam waktu beberapa bulan, maka dapat dilakukan
tindakan pengobatan berupa: pengobatan bedah yaitu eksisi dari hemangioma yang
local, Radioterapi, Embolisasi Arterial, atau terapi obat-obatan:
Limfadema :
Sistem limfatik terdiri atas pembuluh limfe, jaringan limfoid, dan organ limfoid.
Pembuluh limfe berjalan sepanjang perjalanan arteri dan vena dan dimulai dari kapiler
limfe, selanjutnya bergabung pada pembuluh limfe koleksi, dan menjadi trunkus
limfatikus, kemudian menjadi ductus limfatikus dan bermuara di system vena.
Organ limfatik terdiri dari nodul, limpa, timus, dan tonsil. Berfungsi sebagai
pertahanan tubuh dan mengeliminasi sel-sel abnormal dan pathogen lain. Limpa
adalah organ pertahanan tubuh dan memberi respon tubuh untuk membuang debris,
benda asing, toksin, bakteri, virus, sel darah merah tua. Kelenjar thymus adalah tempat
maturase limfosit T dan mensekresi hormone timopoetin dan timosin.
Diagnostik paling mudah adalah mengukur sirkumferensial tungkai dan
membandingkan dengan sisi yang sehat, yaitu apabila terdapat perbedaan 2,5 cm maka
dianggap edema. Diagnostik radiologis dengan limfoscintigrafi atau dengan MRI/CT-
scan.
Staging limfedema dibagi sebagai berikut: Derajat I : edema pitting terbatas pada
daerah kaki. Derajat II: edema pitting menyangkut kaki dan bagian bawah tungkai s/d
ankle. Derajat III: edema kaki dan daerah tungkai bawah mengeras. Derajat IV: edema
menyangkut seluruh tungkai dengan hyperkeratosis kaki.
Indikasi pembedahan limfatik adalah edema limfatik pascainflamatorik, pasca bedah
neoplasma, pasca radioterapi dan jenis edema limfe hiperplastik. Kontra indikasi
mutlak adalah bila terdapat dermato-limfangio-adenitis (DLA) dan adanya ulserasi
kulit.
Penyakit Arteri
Trauma arteri :
Merupakan suatu kegawatdaruratan vascular apabila mengenai arteri besar atau vena
besar. Langkah awal yang harus dilakukan untuk menghentikan trauma vaskuler
adalah menghentikan perdarahan atau hemostasis. Cara yang harus dilakukan adalah
dengan bebat tekan atau penekanan dengan tangan.
Gejala klinik dari trauma arteri ekstrimitas adalah hilangnya pulsasi perifer, rasa
dingin sampai rasa nyeri di kulit ekstrimitas, berkurangnya kekuatan otot tungkai,
hilang rasa, sensai / numb, perubahan warna kulit (facies mormorata) dan busa teraba
adanya masa hematom.
Gejala klinik terbagi dalam gejala jelas (hard sign) dan gejala tidak jelas (soft sign).
Gejala jelas terdiri dari, deficit pulsasi sebelah distal dari trauma, adanya iskemia
jaringan distal dari trauma, ada auskultasi bising atau bruit, tampak adanya perdarahan
aktif/ deras, terlihat hematom berdenyut. Gejala tidak jelas meliputi terlihat senjata
tajam, ada perlukaan, shock hemoragis yang tidak diketahui sebabnya, pembengkakan
yang signifikan dari ekstrimitas, hematom dengan hemodinamik stabil.
Diagnostik selanjutnya ditegakkan dengan Arteriografi, Dopller ulstrasonografi, Pulse
oxymetri pada akral ekstrimitas
Indikasi intervensi bedah segera pada trauma vaskuler adalah: terdapatnya kerusakan
intima (derajat II), trauma vaskuler derajat III, iskemia tungkai yang lebih dari 4-5 jam
(maksimal 6 jam sebagai golden period). Proses reperfusi dengan melakukan tindakan
rekonstruksi vascular harus dilakukan sebelum melakukan tindakan ortopedi dab
setelah tindakan ortopedik, harus dicek kembali.
PAPO :
Etiologi dari penyakit arteri oklusif adalah arteriosclerosis, arteritis dan
tromboemboli.Dari seluruhnya 90% disebabkan oleh arteriosclerosis dan
atherosclerosis.
Pada arteritis, terjadi keradangan dari dinding arteri.Umumnya menyerang penderita
muda. Salah satu bentuk yang paling klasik adalah penyakit Winiwarter Buerger atau
Trohrombendangiitis –obliterans. Dari klinis, penyakit Buerger umumnya : diderita
oleh laki-laki <30 tahun, ada iskemia jari atau beberapa jari, ada flebitis migrans, tidak
ada diabetes atau kelainan pembekuan darah.
Diagnosis dari PAPO diklasifikasikan berdasarkan Fountaine yang membagi menjadi
4 stadium: 1. Gejala tidak spesifik, 2. Claudicatio intermittens, 3. Rest pain, 4.
Nekrosis akral/ gangrene.
Terapi bedah pada PAPO dapat dilakukan dengan cara bypass, endarteriektomi,
patching, interposisi graft. Terapi pembedahan paliatif meliputi simpatektomi .
Dengan dipotongnya serabut saraf simpatikus dan ganglion yang merawat arteri
tersebut, maka regulasi kimia akan terputus dan pembuluh darah yang dimaksud akan
mengalami vasodilatasi sehingga diharapkan ada perbaikan gejala dan hilangnya rasa
nyeri.
Emboli Arteria Akut :
.Emboli yang mendadak ini menyebabkan keadaan yang disebut dengan Critical Limb
Ischemi. Onset terjadinya ischemia ini adalah kurang dari 6 jam , bila lebih dari 6 jam,
maka prognosisnya buruk. Umumnya terjadi pada usia<40 tahun.
Letak emboli biasanya pada a. femoralis. Gejala yang ditunjukkan adalah 6P (Pain
Palor, Polar, Pulselessness, Paresthesia, Paralysis).Terapi definitive dari emboli adalah
embolektomy dengan tekni Fogarty segera.
Penyakit Aorta
Aneurisma Aorta Abdominalis :
Aneurisma terjadi bila ada dilatasi local dengan peningkatan diameter > 50% dan
lapisan elastin menipis dengan fragmentasi atau disrupsi akibat aktivitas proteolitik.
Klinis dari AAA adalah adanya masa pulsatile di daerah abdomen, nyeri perut yang
kronis dengan nyeri tekan di daerah aneurisma, emboli sentral.Bila terjadi diseksi,
didapatkan keluhan nyeri tiba-tiba hingga menembus punggung dan disertai kolaps
sirkulasi
.Terapi dari AAA adalah pembedahan yang dilakukan ketika tidak ada gejala karena
resikonya besar.
Angiopati Diabetik
Pasien diabetes memiliki resiko terkena infeksi yang sulit sembuh hingga
menimbulkan gejala yang disebut dengan diabetic foot hingga menyebabkan ulkus dan
bila semakin parahmenjadi gangrene.Pada kaki diabetic, terjadi neuropati dan
angiopati.Pemeriksaan untuk mendiagnosis adalah dengan mengukur ABPI.Inspeksi
luka dilakukan dengan cermat untuk menilai ekstensi, kedalaman nekrosis, luas
jaringan yang terkena serta adanya osteomyelitis.
Assesment dari ulkus diabetic adalah dengan klasifikasi wagner. Tindakan bedah
dilakukan dengan cara eksisi dari jaringan nekrosis, dilakukan tanpa anestesi dan
kemudian dirawat dengan balutan antibiotic (wound dressing) dan ujung luka
dibiarkan terbuka. Penggantian bebat dilakukan tiap hari dan disertai dengan regulasi
diabetesnya.
Pembedahan toraks, kardiak dan vaskuler memiliki fungsi vital dalam dalam
mempertahankan fungsi vital tubuh manusia. Oleh karena itu perlu pemahaman yang
mendasar untuk dapat menyelamatkan nyawa pasien.
Penyakit Vena
Varises Tungkai:
Penyakit pada vena yang sering dijumpai salah satunya adalah varises tungkai.Varises
adalah pemanjangan, pelebaran, disertai berkelok-keloknya system vena dan
terdapatnya gangguan sirkulasi darah di dalamnya. Beberapa factor yang dapat
dikaitkan dengan timbulnya varises yaitu factor tekanan dan factor aliran.
Etiologi varises tungkai dibagi dalam 2 golongan: (1) Varises primer, sering disebut
"idiopatik" yang berupa insufisiensi dari katup vena memang kira-kira sebanyak 30%
disebabkan karena kebocoran daerah sapheno femoral. (2) Varises sekunder,
dikaitkan dengan sejumlah factor risiko sebagai kausa sekunder dari varises tungkai.
Obesitas, perkerjaan berdirilama, hormonal/menopause, kehamilan, obat-obatan
kontrasepsi, hubungan keluarga.
Pada klinisnya, varises dibagi menjadi 4 stadium
Terapi pada varises terbagi menjadi 2, yaitu dengan pembedahan atau tanpa
pembedahan.Pembedahan dilakukan pada jenis varises tertentu.Pada vena yang telah
mengalami kerusakan, harus dilakukan tindakan pembedahan.Mulai stadium klinis II,
sudah harus dipikirkan tindakan pembedahan karena dapat melancarkan peredaran
darah balik sehingga tidak jatuh pada stadium lanjut.Sedangkan pada varises trunkal
dan reticularis pada stadium III dan IV, mutlak harus dilakukan pembedahan.Teknik-
teknik pembedahan pada varises yaitu secara ablasi venous saphenous, ligase vena
perforator, koreksi refluks vena profunda, terapi obstruksi vena profunda, maupun
bedah endovaskuler.
REFERENSI
Puruhito, 2013, Buku Ajar Primer Ilmu Bedah Toraks, Kardiak, dan Vaskular, Airlangga
University Press, Surabaya