Henry Sintoro
PPDS Bedah Toraks Kardiovaskular
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo Surabaya
2015
Semoga apa yang tertulis disini dapat membantu memicu keinginan untuk menggali ilmu lebih
lanjut dengan membaca buku sumbernya atau jurnal terbaru karena apa yang tertulis belum bisa
dipertanggungjawabkan
Sejarah Phlebology
Celakannya, teori Hippocratic (460-377 BC) dlm “De Nutritione” ckp menyesatkan dg menyatakan hati seagi akar dari semua
vena dan vena membawa nutrisi utk tubuh.
Phlebology
Andre Vesale atau Vesalius dlm De Humanis Corporis Fabrica (1543) pertama kali
mendeskripsikan sistem vena dgn begitu lengkapnya. Cuma ada 3 kekurangan yg kmd
dilengkapi dari deskripsi selanjutnya yaitu adanya
1. Katup vena. Giovanni Battista Canano dlm Ostiola Sive Opercula (thn 1540) pertama
kali mendeskripsikan katup vena pd azygos, ginjal dan vena iliaca externa. Sylvius
Ambianus (thn 1555) menjelaskan adanya katup vena pd vena tungkai bawah. Frank
Cocket menyatakan tentang fungsi dari katup sebagai pencegah refluks
2. Vena perforantes. Justus Christian Von Loder (1803) mendeskripsikan vena
perforantes. Fungsi katup vena perforantes dan arah aliran darahnya kmd diperjelas
oleh Aristide August Verneuil thn 1855
3. Mekanisme aliran balik vena. Richard Lower (1670) menjelaskan aliran darah balik yg
sentripetal dalam vena dan peranan muscular pumping dlm membantu venous
return dlm bukunya “venarum tono Andreas Vesalius
1514-1564
Mgp pasien anemia cenderung mengalami prolonged bleeding time & pasien polisitemia cenderung protrombotik?
Eritrosit intak dan viable scr metabolik bersifat protrombotik krn berespon thd activated platelet dgn pembentukan senyawa
aktif biologis yg merekrut platelet dan mbentuk trombus. Respon ini diperkuat oleh pelepasan zat dari kombinasi suspensi
eritrosit platelet (poin 7 gb smpg). Eritrosit aktif berperan dlm platelet driven trombogenesis dan oklusi mikrovaskular.
(Prof Teddy Ontoseno) Endotel sebagai organ endokrin dan parakrin mempunyai fungsi sebagai berikut,
a. Mempertahankan semipermeabilitas dinding pembuluh darah.
b. Mengatur proses trombosis, trombolisis, fibrinolisis dan perlekatan trombosit.
c. Mengatur tonus dan struktur pembuluh darah serta aliran darah.
d. Metabolisme hormon.
e. Mengatur sistem imun dan reaksi inflamasi.
f. Mempunyai aktivitas metabolisme lemak pada dinding arteri.
g. Mengatur pertumbuhan sel otot polos pembuluh darah.
h. Mengatur leukosit dan perlekatan trombosit pada permukaan dinding pembuluh darah.
i. Memproduksi Nitric Oxide (NO)
(Rodak’s Hematology)
Dengan demikian bila terjadi DISFUNGSI ENDOTEL maka akan terjadi semua proses yang tersebut di atas, terutama:
1. Penurunan produksi NO
2. Peningkatan permeabilitas endotel
3. Gangguan koagulasi dan fibrinolisis
4. Penurunan kemampuan menekan reaksi inflamasi.
Disfungsi endotel, bila terjadi ketidak seimbangan antara faktor vasodilatasi dan vasokonstriksi, antar mediator prokoagulan
dan antikoagulan atau antara bahan-bahan yang menghambat dan mendorong pertumbuhan vaskuler. Pada sakit kritis
keseimbangan tersebut terganggu, mengakibatkan reaksi berantai dan menimbulkan respons mekanisme untuk
mengembalikan keseimbangan tersebut, sayangnya respons mekanisme ini ada batasnya dan tidak selamanya berhasil.
Kedua jalur ini nantinya mengerucut utk mengaktifkan faktor X dimana tjd tranformasi protrombin trombin, dan dgn
bantuan trombin, fibrinogen akan mjd fibrin.
Saat trauma vaskular tjd upregulasi P-selectin. Monosit, netrofil dan makrofag tertarik ke tempat trauma. Pd endotelium tjdi :
- Leukosit berikatan dgn P selectin teraktivasi dan berikatan dgn E-selectin pelepasan mediator inflamasi
- Leukosit berikatan dgn platelet dan endothelium terbentuk TISSUE FACTOR (TF) Pathway extrinsik (F VII
Pada tunika media saat inflamasi, sifat vascular smooth muscle cell (VSMC) dari status contractile menjadi status sintetik dan
menghasilkan mediator profibrotik dan kolagen
1. Fase inisial. TF, Faktor VII mengaktifkan faktor X, baik lgs maupun tdk lgs melalui faktor IX dan transformasi protrombin
thrombin pd jumlah kecil yg belum cukup utk melengkapi proses pembentukan fibrin
2. Fase amplifikasi. Trombin yg sdh terbentuk, bersama kalsium darah dan fosfolipid dari platelet secara aktif memicu
proses umpan balik yg mengaktifkan faktor V,VIII, IX,dan XI dan khususnya utk mempercepat aktivasi platelet. Faktor
tsb terlibat melalui mekanisme kemotatik thdp permukaan platelet, dmn aktivasi & amplifikasi yg cepat & ekstensif
blgsg.
3. Fase propagasi amplifikasi proses melalui mekanisme umpan balik termasuk trombin dan platelet dan aktivasi
seluruh faktor memungkinkan sejumlah besar faktor X teraktivasi dan membentuk prothrombinase complex utk
mengubah protrombin mjd trombin dan trombin membantu aktivasi fibrinogen mjd fibrin.
Pembentukan clot pd daerah trauma pada org sehat. Ekspresi TF oleh sel otot polos vaskular, perisit dan fibroblas, terpisah dari ligan FVII/FVIIa
oleh endothelium. Trauma vaskular memicu pengikatan cepat platelet ke subendothel dan aktivasi kaskade koagulasi oleh TF. Propagasi trombus
meliputi rekrutmen platelet dan amplifikasi cascade jalur intrinsik. Deposit fibrin stabilisasi clot.
Tekanan dalam pembuluh darah dan pola alirannya, bila ada konstriksi
Hemodinamik arteri ditentukan tekanan perfusi (tekanan denyut jantung) dan mengikuti sejumlah aturan :
- HUKUM HAGEN POISEUILLE, dimana aliran berbanding lurus dgn tek. darah, pangkat empat jari2 pembuluh darah.
- HUKUM OHM
- HUKUM BERNOULLI
Sehingga bila terjadi sumbatan spt ateroklerosis/trauma/emboli akan berpengaruh thdp suplai jaringan lewat hukum tsb.
Viskositas darah dapat diturunkan dengan menaikkan volume aliran darah persatuan waktu
Haganbach pada tahun 1860 mengkoresi Hukum Poiseulle untuk korelasi matematik antara beda tekanan terhadap
aliran darah, viskositas cairan/darah, panjang pembuluh dan radius pembuluh:
Hukum Poiseulle-Haganbach ini tentunya berlaku tepat pd pembuluh dgn aliran laminer yg tetap/ konstan, dgn
pembuluh yang lurus/kaku. Sementara darah mengalir dlm pembuluh yang lemas dan berkelok kelok, serta darah bukanlah
cairan murni. Hukum Poiseulle-Haganbach akan dapat berlaku bila diameter pembuluh darah lebih besar dari 100 micron, dan
tjdnya kehilangan energi tadi dlm aliran dinamis dgn perubahan diameter pembuluh drh akan mjd lebih rumit dijabarkan.
Secara klinis, bila ada stenosis pembuluh drh yg kritis, di mana penyempitan lumen menyebabkan pengurangan
tekanan stlh tempat stenosis tersebut. Untuk aorta, stenosis yg menyebabkan pengurangan tekanan secara hemodinamis akan
tjd bila stenosisnya mencapai penyempitan lumen sektional-silang sebesar 90%, sementara untuk arteria lebih kecil, iliaka,
renal, karotis diperlukan stenosis lumen dgn sektional-silang sebesar 70-90%.
Harus dibedakan penyempitan lumen secara sektional-silang dgn persentase pengurangan diameter.
Pengurangan diameter sebesar 50% menimbulkan penyempitan lumen sektional-silang sebesar 75%, dan
Penyempitan diameter sebesar 66% menimbulkan penyempitan lumen sektional-silang sebesar 90%.
Secara klinis, yg srg dipakai adalah pengurangan diameter sampai 60% dianggap secara hemodinamik signifikan
OHM LAW
Volume aliran drh ”Q” tgtg beda tekanan (”gradient”) antara tek sentral & tek perifer
serta tahanan perifer. Kecepatan aliran darah (”V”) tunduk pd rumus V = Q/A. ”V”
berbanding lurus thdp ”Q” & berbanding terbalik thdp diameter pembuluh drh (”A”).
Pd kondisi basal, NO dibentuk cNOS yg tgt Ca2+ dan calmodulin lwt 2 jenis Letak kerja inhibitor fosfodiestrasi (bwh)
proses pelepasan ion Ca2+ dari subsarkolema yaitu
1. shearing forces pd endotel akibat aliran darah (flow-dependent NO
formation) – shear stress
2. reseptor endotel terhadap ligand seperti asetilkolin, bradikinin dan
vasoaktif lainnya (receptor dtimulated NO formation)
Thn 1970, Robert Furchgott asetilkolin melepaskan zat yg memicu relaksasi
vaskular saat endotel intak NO
iNOS berbeda dg cNOS, tdk tergantung insulin, aktivitas sgt lemah pada kondisi
basal. Aktivitas dipicu inflamasi; endotoksin bakteri (LPS) & sitokin (TNF,
interleukin). Saat inflamasi, NO yg dihasilkan iNOS i 1000x produksi cNOS
Apa efek NO terhadap pembuluh darah dan apa yang terjadi bila produksi NO terganggu?
1. Vasodilatasi (mencegah stenosis)
a. langsung (flow dependent dan receptor mediated)
b. tidak langsung dg mhambat pengaruh vasokonstriktor
(angiotensin 2 & simpatis)
2. Efek antitrombotik, inhibisi adhesi platelet (mencegah thrombosis)
3. Efek anti inflamasi, inhibisi adhesi leukosit (mencegah inflamasi)
4. Efek anti proliferasi – inhibisi hyperplasia otot (mencegah hipertofi vascular)
o Arterial Pressure Index (API) atau ankle brachial index (ABI)< 0,9 (API TD sistolik tungkai cidera ÷ sehat)
o Penunjang
Cek saturasi pd kelima digitinya (tdk valid sih)
USG dopler pada sekitar tempat lesi
Arteriografi/MS CT angio sesuai indikasi
ABI
0.91 to 1.3. Normal
0.7 to 0.9. Mild Obstruction
0.4 to 0.69. Moderate Obstructio
< 0.4 Severe Obstruction
>1.30. Poorly compressible ankle artery (calcification)
If it is detected a fall between the measurements of ankle pressures >20mmHg the diagnosis is Intermittent Claudicating.
Ankle pressures < 55 mmHg in pd diabetics and < 70 mmHg pd diabetics soft tissues cicatrisation.
Pasien asimptomatik dgn ABI index < 0.90 increasing cardiovascular morbid-mortality too
(dr HK) Mengapa kerusakan intima dapat menyebabkan trombosis dan oklusi pembuluh darah?
Fungsi dari intima pada trauma vascular (bila terjadi kerusakan intima..)
1. Mempertahankan agar aliran darah intravascular tetap dalam kondisi yang luminar
2. Intima mengeluarkan zat antikoagulan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah
(dr HK) Kecurigaan adanya lesi vascular pertama ditujukan pada FRACTURE SITE
(dr HK, weekly report) Apa beda lesi vaskular pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah?
Tingkat survival ekstremitas atas terhadap lesi vaskular lebih baik karena memiliki kolateral yang lebih banyak dibandingkan
ekstremitas bawah
Apa kelebihan & kekurangan USG dopler dibanding arteriografi
USG Doppler Arteriografi
Evaluasi kecepatan aliran darah & informasinya bersifat Informasi akurat mengenai letak, banyak dan besarnya
segmentasi oklusi pada pembuluh darah yang diperiksa.
Lebih sering digunakan untuk evaluasi vena, karena evaluasi arteri
biasanya dinilai dari pulsasi
Beda karakteristik perlukaan arteri karena trauma tajam dan trauma tumpul?
1. Trauma tajam langsung memiliki 3 karakteristik
a. Luka diluar berhub lgsg secara topografi dgn arteri
b. Tanda perdaraan arteri – kecuali derajat I dan kadang2 derajat III
c. Letak perlukaan arteri jelas dan sering dapat direparasi dgn jahit langsung
2. Trauma tumpul memberikan gambaran :
a. Sering tidak ada luka di kulit
b. Tanda obstruksi arteri akut dgn iskemia perifer mrpkn tanda klinis utama
c. Diagnosi srg merupakan komplikasi gabungan dgn trauma lain seperti fraktur
d. Kerusakan dinding arteri lebih luas dibanding trauma tajam dan jarang bisa dikoreksi dg jahit langsung
sehingga memerlukan graft
Tahalele P, Basuki S, Puruhito. Penelitian Trauma Vaskular Selama 7 Tahun di Surabaya.
Bulletin Toraks Kardiovaskular Indonesia 1993; vol I (2);5
(OQR) Kenapa pada derajat II memberikan perdarahan yang lebih sedikit dibanding derajat III :
Pada derajat II, tidak dapat terjadi vasokonstriksi penuh karena masih parsial sedangkan pada derajat III, seluruh pembuluh
darah terputus dan kita tahu bahwa komposisi terbesar dalam pembuluh darah adalah tunika media jadi bisa terjadi
vasokonstriksi total perdarahan berhenti
Jadi jangan pernah merasa aman jika perdarahan berhenti, bisa saja karena sudah masuk dalam derajat III
(AT) Mekanisme konstriksi diawali oleh retraksi terlebih dahulu, jika parsial tidak bisa retraksi
Pada derajat III trauma tajam terjadi transeksi
Pada derajat III trauma tumpul, bisa saja tunika adventisia masih utuh dan tampak seperti benang, jadi bisa robek
The main pathophysiological mechanisms involved in acute traumatic coagulopathy and transfusion strategy.
SAP, systolic arterial pressure; RBC, red blood cells; FFP, fresh-frozen plasma. Bouglé et al. Annals of Intensive Care 2013 3:1
Hubungan ruptur a subclavia dan trauma tumpul toraks tlh byk dilaporkan. Rulliat
dkk melaporkan insiden ruptur a subclavia pd trauma toraks 0,4%
Shalhub dkk mlprkn insidennya mencapai 47% pd BTOAI atau Blunt Thoracic Outlet
Arterial Injuries.
Sekitar 50% kasus trauma a subclavia disertai fraktur clavicula.
Mekanismenya akibat elongasi (streching) atau laserasi. Elongasi terkait dgn trauma
tumpul pd bahu anterior atau clavicula ada KLL dimana tekanan tertuju lgsg pd
pembuluh darah.
Ruptur a subclavia uncommon complication dari trauma tumpul toraks tetapi hrs disingkirkan lbh dahulu kmgknnya krn
prognosis yg buruk. Sturm dan Cicero (1983) mengajukan lima kriteria sbg dasar pemeriksaan aortography arkus pd pasien dg
kecurigaan trauma vaskular subclavia yaitu :
1. Fraktur iga pertama
2. Penurunan atau hilangnya pulsasi radialis
3. Hematoma supraclavicular yg dapat dipalpasi
4. Pelebaran mediastinum pada foto toraks
5. Brachial plexus palsy
Assenza M, Centonze L, Valesini L, Campana G. Traumatic subclavian arterial rupture: a case report and review of literature.
World Journal of Emergency Surgery 2012, 7:18
Clavicular incisions –right subclavian artery, subclavian veins, and distal left subclavian arteryMedian sternotomy-origins of the right subclavian,
innominate, and proximal left carotid arteries Left anterolateralthoracotomy-proximal left subclavian artery
Pada kasus ini dilakukan patch, kenapa? Kapan dilakukan patch dan kapan memakai graft?
1. Pada kasus ini adalah trauma tajam, jika trauma tumpul akan memicu kerusakan jaringan lebih luas dengan
gambaran hematoma perivaskular maka dipertimbangkan memakai graft
2. Pemakaian patch pada kasus ini juga ditujukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya stenosis dan trombus.
3. Bila traumanya putus total dan ada gap lebih dari 2 cm, maka sebaiknya memakai graft untuk menghindari tension
(dr HSB, 5/12/13) Jika perlukaan pada vasa iliaca, mana yang boleh diligasi? Vena iliaca interna
(dr HSB, Morning report, 22/12/14) Kapan perdarahan di retroperitoneal atau pelvis kita buka? Dan apa yang harus dilakukan?
- Bila ada tanda hard sign jelas misalnya expanding bulging
- Prinsipnya :
o Hematoma jika tidak pulsatile jangan dibuka Packing
o Kalo hemodinamik msh stabil dan hematoma pulsatile harus dikerjakan dengan cepat; identifikasi a
iliaca interna dan ligasi akan mengurangi perdarahan hingga 70%.
Frykberg
Trauma tumpul berisiko amputasi 3x lipat dibanding trauma tajam
Reseksi lebih dari 2 cm tidak bisa dilakukan anastomosis primer
Suplai oksigen ke jaringan yg menurun produksi energi mitokondria terhenti (sintesis ATP, fosforilasi oksidatif). Cadangan
ATP mkn menipis, glikolisis dipercepat. Pemakaian energi jalur lain memicu gangguan seluler ion homeostasis (keseimbangan
Na, Ca dan K), aktivasi hidrolase dan peningkatan permeabilitas sel membran.
Makin iskemia suatu jaringan, terjadi kerusakan homeostasis ion dan aktivasi hirolase. ATP dipecah, lisosom sel melepaskan
ion hidrogen dan kecepatan glikolisis meningkat sehingga memicu asidosis seluler. Asidosis ini mengganggu fungsi pompa Na-
K-ATP ase dan enzim lain kadar Na dan Ca sitosol meningkat.
(Prof PR) Tatalaksana modern trauma arteri ditujukan pada dua hal :
- Prevensi eksanguinasi akut ;
o kontrol perdarahan kompresi digital dgn jari tangan dan bebat tekan aseptik pd luka
o koreksi cairan
- Rekonstruksi segmen arteri yg rusak
(dr HK, Forum Jumat) Bagaimana insisi luka pada eksplorasi vaskular? Dan apa yang harus diperhatikan?
Insisi kulit longitudinal sesuai dengan alur jalannya pembuluh darah
Hati-hati saat melakukan insisi, karena dapat memicu trombus bergerak pada vaskular sisi kontralateral sehingga
turut memicu oklusi di sisi sebelahnya
1.ANASTOMOSIS
(Prof PR) prinsip anastomosis kaliber pembuluh darah harus sama
Vena profunda dapat dipakai untuk graft iliaca, tanpa takut bengkak
Tujuan penjahitan dinding pmblh drh mpertemukan kedua sisi tunika
intima yg cukup dpt dicapai dg penjahitan kontinyu tunggal
Puruhito. Pengantar Bedah Vaskulus. Airlangga University Press 1987.h.35
2.ARTERIOTOMI
(Prof PR, Surabaya TCV Update, 15 Okt 2011) Kapan melakukan arteriotomi sejajar aksis /longitudinal atau tranversal?
o Tergantung kasusnya.. arteriotomi dilakukan secara transversal, utk mencegah stenosis
o Tapi bila kita akan melakukan prosedur misalnya bypass maka dapat dilakukan secara longitudinal dan saat menutup
sebaiknya dengan patch untuk mencegah stenosis
(dr ATA/Prof PR) Arteriotomi lebih dipilih dilakukan secaran transversal untuk mencegah stenosis, tapi dapat juga dilakukan
secara longitudinal walaupun tidak lazim, keuntungannya ialah mudah bila ingin melakukan bypass karena insisi sudah sesuai
tetapi dapat memicu stenosis, oleh sebab itu untuk penutupannya tidak boleh jahit primer tetapi harus dgn patch.
3.TEKNIK REPAIR
Repair vaskular meliputi :
o Bypass dengan graft
o Interposisi
o Patch
(Prof PR) Pada lesi vaskular, kapan dilakukan bypass dan kapan ligasi?
1. Bila mengenai arteri utama yang tunggal misalnya a brachialis, a femoralis sebaiknya dilakukan anastomosis
2. Kerusakan arteri yg cukup luas hingga perifer,tdk perlu anastomosis
3. Pertimbangan kerusakan soft tissue dan iskemik time yg dinilai dgn MESS
(OQR, PIT HBTKI III) Kapan dilakukan interposisi dan bypass pada trauma poplitea:
o Interposisi , bila lesi langsung di depan mata,
o Bypass, bila letak lesi berada di dalam sehingga sulit approach atau bila daerah tersebut kontaminasi
o Dr HK biasanya kita langsung melakukan bypass untuk menghemat waktu mengingat pada kasus vaskular
memiliki golden periode
(dr HK,1/2/2012)
Jahit distal lbh dahulu yg dijahit, kmd dari atas di spool utk memastikan bhw aliran tsbt lancar & memastikan tdk ada twisting.
Jadi yg dijahit adalah distal tlbh dahulu . Proksimal di spool terlebih dahulu baru disambung shg kita dpt memastikan bahwa
aliran dalam graft tersebut lancar dan tdk twist
Ide pemakaian vena saphena sebagai bypass graft untuk tatalaksana penyakit
arteri oklusif diawali di Perancis oleh sebuah tim dibawah Rene Leriche.
Keberhasilan pemakaian vena saphena magna pertama kali sebagai conduit
dalam prosedur vaskular kompleks dipublikasikan oleh Jean Kunlin, murid Rene
Leriche pada tahun 1949 saat melakukan femoropopliteal bypass.
Aplikasi vena saphena magna dalam bedah vaskular makin dikembangkan di
Amerika oleh Robert Linton, Clement Darling dan John Mannick pada operasi
rekonstruksi infrapopliteal.
Michael E DeBakey (1908-2008) juga menyelesaikan fellowship dibawah Prof
Rene Leriche di University of Strasbourg, Perancis. Pengalaman eropa di tahun
1930an ini mendukung beliau dalam menciptakan inovasi dalam bidang bedah
kardiovaskular.
David Sabiston melakukan operasi anastomosis vena saphena magna pada right
David Sabiston coronary artery pada 4 April 1962
(1924-2009)
4. GRAFT ADAPTATION
Arteri dan vena memiliki perbedaan struktural, fisiologi dan biokimia.
Vena Saphena Magna normal memiliki intima yg tipis & dilapisi endotelium. Lamina elastica internanya rudimenter & bagian
media terdiri serat otot longitudinal yg tipis dan jaras otot sirkular disisi lebih luarnya yg jelas jauh lebih tipis drpd arteri.
Tunika media yg tipis ini dpt menghambat kapasitasnya kontraksi atau relaksasi sbg respon hemodinamik seperti kemampuan
arteri. Variabilitas gen eNOS atau kadar ekspresi protein atau NO bioavailabilitas pada endotelial arteri dan vena juga berbeda
Remodeling adalah proses dinamik perubahan struktural konduit yg melibatkan perubahan proses selular dan matriks
ekstraseluler dan metabolisme protein fibrous (kolagen dan elastin). Proses ini tergantung pada interaksi dinamik antara
growth factor, vasoactive substances dan stimulus hemodinamik.
Gambar. Pola aliran pada anastomosis end too side dan side to end. Dekat dinding , aliran darah dapat berbalik dan bergerak secara
sirkumferensial untuk mencapai conduit resepien. Area dari pemisahan aliran ini seiring dengan pertumbuhan hiperplasia intimal.
(dr HSB, weekly report, 21/3/12) Apakah perlu pemberian heparin pada post repair vaskular?
o Pada kasus trauma, PERLU karena :
o Kasus trauma prlu menggunakan heparin krn kita tdk tahu seberapa bsr kerusakan yg terjadi pada arteri
o Masalah graft memicu TROMBUS karena
berasal dari vena yg sifatnya stasis, dan aliran drh berjalan krn faktor pumping dr otot
graft panjang sehingga trombus mudah terbentuk
o Saat anastomosis, perlu heparinisasi sebelum cross clamp
o Pada kasus non trauma, repair vaskular jika anastomosis baik, beberapa penelitian menunjukkan pemberian
heparinisasi tidak ada perbedaaan yang bermakna
(dr HSB, morning report 8/7/13) Berapakah dosis pemberian heparin dan berapa lama?
o Pemberian inisial 5000 iu diikuti maintenance 1000 iu tiap jam selama 6 jam sampai APTT 1,5x tercapai
o Dosis heparin 10-15iu/KgBB kemudian pemberian LMWH subcutan selama 7 hari dan kemudian overlapping dgn
pemberian oral
Delta pressure < 20 mmHg indikasi definitif. < 30 indikasi relatif. Rekomendasi fasciotomi meliputi
1. Tekanan kompartemen > 35-40 mmHg
2. Tanda klinis sindrom kompartemendan gambaran klinis sesuai dengan sindrom kompartemen
3. Gangguan perfusi arterial lebih dari 4 jam
Jika tekanan arterial diastole < 30 mmHg diatas tekanan jaringan aliran darah kapiler kompartemen mengalami
obstruksi bermakna hipoksia
Indikasi Fasciotomi? limb saving?, pertimbangkan untung dan rugi fasciotomi, Kesalahan fasciotomi memicu:
1. Pemanjangan lama rawatinap
2. Bone eksposrisiko infeksi atau osteomielitis
3. Sepsis
Tanda pertama kali muncul akibat adanya sindrom kompartemen ialah NYERIIII!!!! Jadi bukan hanya bengkak
Manifestasi klinis paling penting ialah nyeri dan 5P
Manifestasi lain meliputi :
a. Nyeri saat passive stretch
b. Hipoestesi interdigit space antara jari 1 & 2 tanda awal sindrom
kompartemen anterior disfungsi saraf peroneus profundus
Volkman contracture pada kaki?
Akibat kompartemen sindrom tungkai bawah yang terabaikan pes
cavus, clawed toes
Bila pulsasi masih teraba, apakah kemungkinan sindrom kompartemen dapat disingkirkan??
Apa dampak sindrom kompartemen bila tidak dikenali? (Jeffrey A Norton)
o Destruksi saraf dan nekrosis otot (terjadi bila tekanan intrakompartemen > 30 dan kerusakan irreversibel
terjadi setelah 4-6 jam iskemia). Iskemik pd saraf mjd jelas stlh 15 menit metab anaerob blgsg.
o Acute renal Failure
o Myoglobinuria
o ARDS
Hiperplasia Intimal
Hiperplasia intimal merupakan response universal vascular terhadap injury dan mrpkn perubahan structural kronis pada
denuded arterias, arterialized vein dan prosthetic bypass graft. Secara kronologis teragi mejadi
- Hiperakut ( bbrp menit hingga jam)
- Akut dan (bbrp jam hingga minggu)
- Kronis (bbrp minggu hingga bulan)
Hiperplasia intimal dpt didefiniskan sbg kelainan migrasi dan proliferasi vascular smooth muscle cell (VSMC) terkait deposisi
matriks jaringan konektif ekstraselular, yang kemudian diikuti remodeling.
Komposisi trombus arteri dan vena berbeda bermakna. Trombus arteri umumnya
dipicu oleh ruptur dari plak arterosklerosis dimana terjadi rekrutmen platelet secara
cepat ke lokasi ruptur melalui interaksi platelet spesifik - reseptor permukaan dgn
kolagen dan faktor von Willebrand. Platelet melekat pada dinding vaskular membentuk
trombus. Platelet melepaskan faktor lain yg memicu rekrutmen platelet lebih banyak,
adhesi, agregasi dan aktivasi.
Trombus arteri kaya akan pletelet teragregasi sdgkn trombus vena kaya akan
coagulated blood (faktor koagulasi, eritrosit dan platelet). Trombus arteri berwarna
Rudolph Ludwig Carl Virchow lebih pucat daripada trombus vena
1821-1902
Professor of Pathology
University of Wurzburg
Trombus vena kaya akan fibrin dan biasanya terjadi tanpa ada kerusakan pada pembuluh darah. Thromboemboli vena terjadi
akibat perubahan komposisi darah, perubahan aliran atau perubahan pada endotelium. Faktor genetik dan lingkungan turut
meningkatkan risiko tromboemboli ini. Predisposisi genetik seperti trombofilia jg terjadi akibat peningkatnya aktivasi protein
yg memicu koagulasi atau menurunnya protein yg menghambat koagulasi. Peningkatan Tissue Factor dlm bentuk mikropartikel
jg memicu venous thrombosis.
Dalam dokumen konsensus atherosclerosis dari AHA tahun 1995 dijelaskan jenis dan kausa histologinya :
Herbert C. Stary et al. Definition of Advanced Types of Atherosclerotic Lesions and a Histological Classification of Atherosclerosis.
Circulation. 1995; 92: 1355-1374
Mills NL, Everson CT: Atherosclerosis of the ascending aorta and coronary artery bypass.
Pathology, clinical correlates, and operative management. J Thorac Cardiovasc Surg 1991;102:546,
10 % simptomatis
90% asimptomatis
Patogenesis
Patogenesis penyakit arterial diawali oleh disrupsi sel endotel
Upregulasi CAM, sekresi sitokin/kemokin dan rekrutmen leukosit
pada intima arteri.
Ruptur plak terjadi akibat kerja kolagen dan faktor von Willebrand
terhadap platelet dalam sirkulasi yang teraktivasi dan melekat pada
tempat lesi.
Ekspos tissue faktor terhadap faktor VII menyebabkan aktivasi
kaskade koagulasi dan pembentukan trombin, memicu pembelahan
fibrinogen dan aktivasi F-XIII dan platelet untuk memicu bekuan fibrin
kaya platelet, proses kunci dalam arterial trombosis.
Pendekatan
1. Rheologi
2. Vasodilator
3. Neurotropik
Tatalaksana endovascular PAD
o Thrombektomi
o Angioplasti
o Stenting
(Puruhito) Bagaimana prinsip pengobatan hemorrheologi (rheologi darah)?
o Menaikkan fleksibilitas eritrosit (deformabilitas), kemampuan untuk lebih lentur sehingga mudah mengalir dalam
pembuluh darah yang diameternya kecil
o Menurunkan viskositas plasma
o Menurunkan viskositas umum dari darah
o Menurunkan agregasi trombosit karena sifat adhesinya
(dr HSB, 20/3/2012) Bagaimana cara membedakan penyakit burger, sklerotik dan trombosis vena?
Burger disease Sklerotic Trombosis vena
Anamnesis Nyeri dominan Edema lebih dominan
Faktor risiko Fakto risiko
o Perokok o Trias virchow
o Usia muda
Pemeriksaan Fisik Pulsasi perifer ada Pulsasi perifer menurun Pulsasi perifer ada
Akral hangat Akral lebih dingin Akral hangat
Pemeriksaan Penunjang
Tatalaksana
Bagaimana cara pemberian antiinflamasi pada kasus reperfusion injury post trombektomi?
Diberikan tatalaksana anti inflamasi tetapi yang non steroid, dalam hal ini seperti natrium diklofenak. Pemberian
kortikosteroid tidak diperkenankan karena akan memicu terjadinya infeksi akibat penurunan imun tubuh.
Rutherford RB et al, Recommended standards for reports dealing with lower extremity ischemia: Revised version.
J Vasc Surg 26(3) Sep 1997, p517-538
(Puruhito) Apa tujuan terapi limb iskemia: ?
1. Atasi kegawatan yang ada – atasi syok dan gagal jantung ingat syok menyebabkan gangguan peredaran darah
2. Mengembalikan aliran darah arteri
3. Menghilangkan sumber emboli
(Puruhito) Bila menemukan kasus emboli arteri akut di rumah sakit daerah atau puskesmas, harus segera merujuk dalam
waktu kurang dari 12 jam dengan disertai tindakan terapi pendahuluan berupa :
1. Analgetikum --- atasi nyeriinya
2. Digitalisasi – bila ada gangguan atau gagal jantung
3. Rendahkan ekstremitas yang sakit dan cegah tindakan penekanan atau bidai
4. Pasang infus cairan dextrose ( volume harus cukup)
5. Segera merujuk ke RS yang tersedia bedah vaskular dengan ambulans
(dr HSB, April 2013 - RSAL) Kasus Ny P, 29 thn dgn acute limb ischemia kiri ec tromboemboli + Cardiomyopathy peripartum.
Pasien sblmnya di rwt di RS Magetan dan dirujuk krn tungkai bawah kiri btambah nyeri, mghitam dan dingin. Fisik: pulsasi
femoralis kanan & kiri hingga distal tdk teraba. Echocardiografi didapatkan dilatasi semua chamber dg EF 47%, global
hypokinetic, MR moderate TR mild, Peripartum Cardiomyopathy. MSCT scan angio, thrombus mengisi dari distal hingga L3.
Konsul dr HSB embolektomi cito utk me↓ level amputasi, allopurinol 1x300 mg + vit C utk menekan risiko reperfusion
injury. Dilakukan trombektomi, keluar 30 cm thrombus dari superior & inferior tungkai kanan & kiri. Pasien kmd go on
hyperbaric therapy smbl menunggu persetujuan above knee amputation. Pasien meninggal mendadak bbrp hari kemudian stlh
hyperbaric therapy yg ketiga.
Pelajaran yg diperoleh :
Pada setiap kasus acute limb ischemia akibat thromboemboli :
o Tindakan trombektomi hrs segera dilakukan, utk menurunkan level amputasi walau dgn risiko besar utk reperfusion
injury. Kalo sdh dead limb ya sebaiknya amputasi disertai embolektomi. Tetapi diagnostik harus lengkap dulu.
o Cari sumber thrombus dengan echocardiografi, pemeriksaan darah dan lain sebagainya
o Identifikasi tingkat obstruksi juga penting. Arteriografi atau MSCT scan angio mberikan informasi berharga pd kasus
ini. Semula dipikirkan lgsg amputasi above knee dan embolektomi tnp MSCT angio sambil optimalisasi. Tetapi MSCT
angio memberikan informasi betapa berat obstruksi yang dialami
(dr HSB, 5/5/13) Acute limb ischemia jg bisa disebabkan oleh aterosklerosis dimana arteri mengalami sklerotik shg lumen mjd
sempit. Bagaimana mbedakan suatu sumbatan karena thrombus dg sklerotik?
- Dari faktor usia, usia lebih tua cenderung ke arah ateriosklerosis
- Dari faktor pencetus, adakah faktor risiko seperti gangguan irama jantung, hipokinetik jtg, trombus dlm ruang jtg
Jika curiga suatu thrombus, sebaiknya dilakukan embolektomi sjk awal & obat-obatan antikoagulan, jika terlambat hingga 1
minggu lbh maka thrombus sdh mjd matur dan menyatu dgn dinding vascular. Jika akibat proses sklerotik maka tindkn
embolektomi berbahaya krn dpt merusak plak yg ada bahkan dpt mperburuk iskemia akibat plak yg menyumbat
(dr HSB, 13/5/13) Kasus Ny T, 55 thn dgn chronic limb ischemia + dilated cardiomyopathy + DM
+ sepsis dikonsulkan.
Keluhan nyeri pada kedua tungkai sejak 1 bulan dan bengkak sjk 2 bulan SMRS. Nyeri saat
berjalan dan juga saat istirahat.
Pemeriksaan klinis Akral hangat dikedua tungkai, pulsasi a tibialis posterior kiri lebih lemah.
Pemikiran kronis
o Kejadian berlangsung lebih dari 2 minggu
o Nyeri pada tungkai kiri
o Riwayat DM
o Gambaran kebiruan tampak tidak merata tersebar di tungkai
Diagnostik? MS CT scan? Arteriografi?
(dr HSB, 6/1/2014, morning report) Pada kasus dgn acute limb ischemia dgn dead limb setinggi sepertiga cruris kiri. Apakah
masih perlu dilakukan diagnostik penunjang arteriografi walau sudah di lakukan dopler sebelum amputasi?
- Perlu, bila tidak bisa, minimal MSCT angio. Kita perlu melakukan evaluasi proksimalnya, sejauh mana terjadi
gambaran irregularitas akibat arteriosklerosis karena proses sklerosis tersebut dapat berlanjut naik. Selain itu juga
diperlukan utk memastikan sumbatan akibat stenosis atau akibat trombus, atau adanya trombus yang terbentuk
akibat stenosis tersebut
Pd thn 1978, Blaisdell dkk pertama kali mperkenalkan konsep heparinisasi dini utk mcegah
propagasi trombus di proksimal dan distal, pada kasus intervensi yg tertunda. Saat ini,
heparinisasi dini msh mrpkn tatalaksana awal ALI, walau demikian blm jelas alasannya.
Heparinisasi full dose segera dpt mberikan perbaikan simptomatik pada beberapa pasien
baik akibat efek antikoagulasi heparin maupun ekspansi volume. Dan yang paling penting
ialah pencegahan propagasi trombus proksimal distal dan mempertahankan mikrosirkulasi
F. William Blaisdell
Cardiovasc Surgeon
1927 –
One of Michael De Bakey student
Kasirajan K, Ouriel K. Current Options in the Diagnosis and Management of Acute Limb Ischemia. Prog Cardiovasc Nurs. 2002;17(1)
Rene Fontaine pada tahun 1954 memperkenalkan stadium Fontaine utk iskemia :
Rene Fontaine
Professor at University Strassbourg
Murid Rene Leriche
(1899-1979)
(dr HSB, 19/01/2015) Chronic limb ischemia itu diagnosis awal, jika sudah ada arteriografi maka bukan CLI lagi, misalnya pada
kasus ini dari gambaran arteriografinya tampak adanya arteriosklerosis
(dr HSB, 19/01/2015) Kasus Tn X 75 thn dgn CLI – arteriosklerosis yang difus. Bagaimana tatalaksananya?
Apakah bisa di bypass?
- Kontroversi bypass, kesulitannya : graft bakal panjang, evaluasi distal tidak jelas dimana letak anastomosis distalnya
karena tidak tampak run in -- jangan eksplorasi kalo tidak jelas tujuannya
- Stem cell aplication (?)
Sindrom kompresi arteri popliteal ini adalah salah satu penyebab intermittent claudication.
Bettega M, Szeliga A, Hageman RP. Popliteal artery Entrapment Syndrome : Case Report. J Vasc Bras 2011;10(4):
D Jusi) Kriteria diagnosis penyakit raynaud primer: (Rajagopalan S, h. 239) Kriteria diagnosis Raynaud Primer :
- Serangan fenomena raynaud krn rgsg dingin / emosi - Vasospastic attacks dipicu stress emosional / dingin
- Fenomena terjadi bilateral, jarang unilateral - Serangan bersifat simetris ( melibatkan kedua tangan)
- Tanpa gangren dan bila ada hy terbatas pada kulit - Normal nail fold capillaries;
- Tidak ada penyakit primer - Tidak ada underlying disease
- Gejala yg ada sedikitnya sudah 2 tahun - ESR normal dan nilai ANA negatif
(Rajagopalan S, h. 239) Beberapa kriteria yang dpt digunakan untuk membedakan Raynaud Primer dan Raynaud sekunder
Raynaud Primer Raynaud Sekunder
Age of onset 15-30 >40 yr
Severity of symptoms Mild Severe
Tissue necrosis and gangren Absent Maybe present
Risk of progression Minimal High
Autoantibodi Absent Present
Disfungsi endotelial + +++
Vasokonstriktor sirkulasi + +++
Merupakan inflamasi segmental akut dan kronis yg memicu trombosis arteri &
vena berukuran sedang dan kecil pd ekstremitas dgn pnyebab tidak diketahui.
Lesi akut tdd infiltrasi neutrofil arterial dgn pembentukan trombus mural yg
berisi mikroabses, srg disertai pembentukan sel raksasa dan kelainan sekunder
pada vena dan saraf didekatnya. Lesi lanjut memperlihatkan organisasi dan
Leo Buerger
rekanalisasi.
Surgeon, Professor at Mount Sinai Hospital
1879-1943
Dimulai dgn flebitis noduler, diikuti sensitivitas thdp hawa dingin shg mirip dengan Raynaud atau claudicatio pada tungkai.
Insufisiensi vaskular menyebabkan nyeri hebat yang berujung pada gangren ekstremitas
Mitchell RN. Pocket Companion to Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Elsevier 2008
Dari gambaran histopatologi, terbagi menjadi 3 fase menurut durasi penyakitnya yaitu :
1. Fase akut : segmen vaskular dgn thrombophlebitis superfisial pada biopsi. Hallmarknya ialah adanya trombus
inflamasi, high cellular dan oklusif dgn inflamasi pada dinding pembuluh darah
2. Fase subakut (intermediate) ditandai organisasi progresif trombus pada arteri dan vena
3. Fase kronis atau end stage phase didapatkan trombus dan fibrosis terorganisir dlm pembuluh darah
Progresi penyakit ini lambat dan kolateralpun terbentuk sehingga limb threatening
ischemic disease cenderung tidak tampak.
Kondisi ini sangat tergantung pada distribusi dan beratnya penyakit – sejumlah gejala
dapat muncul menyertai spt atrofi otot dan penyembuhan luka yg lambat pd tungkai
Rene Leriche at 1915
Murvet Y. Inevitable hemodialysis for treating resistant hypertension in a patient with (1879-1955)
Leriche syndrome. Clinics 2012 : 67 (12): 1483-1486. Professor of Surgery
University of Strasbourg France
Tatalaksana
Purpura fulminan mrpkn penyakit mengancam jiwa yg ditandai sudden progressive cutaneous hemorrhage dan nekrosis yg
diklasifikasikan menjadi tiga bentuk :
1. Neonatal purpura fulminan
2. Idiopathic purpura fulminan
3. Acute infectios purpura fulminan
Neonatal purpura fulminan biasanya muncul dlm 72 jam stlh lahir dgn lesi purpurik sekitar regio perineal, fleksor dari paha
dan abdomen. Mutasi protein C, defisiensi protein S atau antitrombin III dapat memicu terjadinya purpura fulminan neonatal.
PURPURA FULMINAN IDIOPATIK biasanya mengikuti
penyakit bakterial atau viral dgn onset 7-10 hari stlh infeksi,
sebagian bsr tjd pd anak. Streptokokus & varicella adlh
terbanyak. Patogenesis mencakup pe↓ kadar protein C,
protein S & antitrombin III
Lesi purpura fulminan pd umumnya serupa TANPA MEMANDANG FAKTOR PRESIPITASI. Manifestasi kardinal ialah ekimosis
kulit yg melingkar dan gangren ekstremitas dgn gang. koagulasi yg mangarah pd disseminated intravascular coagulation (DIC).
Pd pemeriksaan hematologi didapatkan kadar fibrinogen, faktor pembekuan dan platelet yg rendah. Pemanjangan protrombin
& partial thromboplastin time. FDP me↑, kadar protein C,S dan antitrombin III menurun. Demam dan leukositosis menyertai.
Penatalaksanaan meliputi terapi suportif dan replacement produk darah & faktor pembekuan. Pd purpura fulminan infeksius,
resusitasi agresif, antibiotik dan volume ekspansion sangat penting. Koreksi asam basa & elektrolit jg membantu. Eksisi jar.
nekrotik dan escharotomies dpt dilakukan sesuai indikasi. Pberian heparin dpt menekan pbentukan trombus dan mcegah
nekrosis kulit. Protein C jg memiliki manfaat antikoagulan dan antiinflamasi jg dpt meningkatkan kmgkn perbaikan. Pd
defisiensi protein C homozygot, FFP 8-12 ml/kgBB cukup efektif. Pemberian AT III juga dpt menekan DIC. Aplikasi rtPA mrgsg
fibrinolisis dan mperbaiki perfusi perifer pd dosis 0,25-0,5 mg/jam. Epoprostenol mrpkn vasodilator kuat dan diberikan pd
dosis 5-20ng/kg/menit. Plasmapharesis jg dpt mengeluarkan endotoksin dan mbantu keseimbangan cairan. FFP &
kriopresipitat dpt membantu meningkatkan kadar fibrinogen.
Talwar A, Kumar S, Gopal M G, Nandini A S. Spectrum of purpura fulminans:
Report of three classical prototypes and review of management strategies. Indian J Dermatol Venereol Leprol 2012;78:228
Purpura fulminan mrpkn komplikasi syok septik dan DIC yg bermanifestasi sbg hemoragi soft tissue dan nekrosis. Munculnya trias dermatologi
tdd ekimosis, bullae hemoragic dan nekrosis epidermal. Secara umum, mengenai jaringan distal dgn end circulation terkena dan ekstremitas scr
simetris. Lesi kulit meluas dgn cepat disertai hemoorhagic bullae dgn nekrosis dan black eschar formation. Komplikasi meliputi MOF, perdarahan
gastrointestinal dan infark adrenal hemoragi.
Purpura fulminan srg kali dikaitkan dgn sepsis meningococcal atau sebab lain seperti herediter atau defisiensi protein C, resistensi activated
protein C dan defisiensi protein S. Medikasi juga turut memicu, salah satunya diklofenak pernah dilaporkan. Angka mortalitas terkait purpura
fulminan ini mencapai 40%. Tatalaksana PF ditujukan pd kasuanya, meliputi steroid, antikoagulan dan protein C replacement.
Kosaraju N, Korrapati V, Thomas A, James B R. Adult purpura fulminans associated with
non-steroidal anti-inflammatory drug use. J Postgrad Med 2011;57:145-6
Lesi dpt terbatas pada kulit (vaskulitis kutaneus) atau mengenai organ
dalam spt paru, jantung dan ginjal. Nekrosis fibrinoid acap kali terjadi
walaupun pembuluh darah yang terkena hanya memperlihatkan nukleus
netrofilik yang mengalami fragmentasi di dalam dan di sekitar dinding
Leukocytoclastic vasculitis dgn area nekrosis dan ulserasi
pembuluh darah (angiitis leukositoklastik)
pd pasienpoliarteritis nodosa. Klinis sangat nyeri
Pertama kali dideskripsikan oleh Mikito Takayasu tahun 1908. Beliau mendeskripsikan
gambaran pembuluh darah “wreathlike appearance” pada retina. Berikutnya diketahui
bahwa malformasi yg terjadi di retina merupakan respon angiogenik thdp penyempitan
arteri di leher dan hilangnya pulsasi di akibat penyempitan pembuluh darah di tangan.
Obstruksi pada cabang utama aorta seperti arteri karotis komunis, arteri brachiocephalica
dan arteri subclavian memberikan manifestasi pulseless pd ekstremitas atas (lengan
tangan dan siku) dgn pulsasi tidak teraba atau lebih lemah.
Takayasu memberikan respon baik thdp steroid misal prednison. Pemberian awal
prednison 1 mg/kgBB/hari. Terapi bedah ditujukan pada kasus yg tidak memberikan
respon terhadap steroid. Reperfusion pd jaringan dpt dicapai dgn bedah rekonstruktif Mikito Takayasu
seperti bypass 1860-1938
Dlm perjalanan penyakitnya ada dua fase yaitu fase INFLAMASI dan fase PULSELESS
Lesi utamanya adalan PANARTERITIS pd area yg yg mengandung gabungan lesi inflamasi produktif aktif dan lesi fibrosa. Pada
awal perjalanan penyakit secara histologis tampak inflamasi granulomatous pada dinding arteri dan infiltrasi hingga adventisia
dari sel mononuklear, sel T dan sel retikular, leukosit polimorfonuklear dan multinucleated giant cell. Sel inflamasi pada tunika
adventisia ini menghasilkan kemokin aktif yg berdifusi hingga dinding medial melalui vasa vasorum dgn konsekuensi inflamasi
dan trombosis yg memicu perubahan sekunder pada tunika media
(HS Yuwono) Ciri-ciri diagnosis Arteritis Takayasu :
- Insufisiensi arteri dgn gejala iskemi, claudicatio, bruit, pulsus deficit
- Perbedaan tek darah di bagian kiri dibdg kanan, atau bagian atas dbdg bwh
- Penderita usia dibawah 40 tahun
- Perempuan 7-8x lebih banyak dibanding pria
- Stenosis aorta atau stenosis di bagian proksimal cabang utamanya
DEFINISI
1. Definisi Aneurisma (true aneurysm) Dilatasi permanen terlokalisir sebuah arteri, sedikitnya diameter
bertambah 50% dibandingkan dengan diametr normalnya.
2. Definisi Ektasia Dilatasi arteri kurang dari 150% diameter arteri
3. Definisi Arteriomegali dilatasi arteri difus mengenai beberapa segmen arteri dengan peningkatan
diameter lebih dari 50% dibandingkan diameter arteri normalnya
4. Definisi Diseksi Aorta “splitting” -- kerusakan lapisan media aorta dengan perdarahan didalam dan
sepanjang aorta. Diseksi dapat terjadi dengan atau tanpa aneurisma. Aneurisma dapat terjadi dengan atau
tanpa diseksi. Istilah “dissecting aortic aneurysm” sering digunakan secara tidak tepat dan hanya ditujukan
pada kasus dimana diseksi tjd pd kasus aneurisma aorta
ACCF/AHA/AATS Guidelines for The Diagnosis and Management Patients with Thoracic Aortic Disease.Circulation. 2010;121:e266-e369
PATOGENESIS
Peningkatan aktivitas KOLAGENASE dan ELASTASE dijumpai pd aneurisma yg cepat membesar dan ruptur. Induksi
enzim atau destruksi enzimatik eksperimental dari arsitektur matriks di aorta memicu dilatasi dan ruptur, demikian pula dgn
jejas mekanikal dg destruksi arsitektur lamelar medial jg memicu pbentukan aneurisma khususnya bila ada hiperlipidemia.
Stary HC et al. Definition of Advanced Types of Atherosclerotic Lesions and a Histological Classification of Atherosclerosis.
Circulation. 1995; 92: 1355-1374
Jadi histopatologi dari aneurisma aorta ialah akibat adanya:
1. Degenerasi medial
2. Atherosclerosis
3. Inflammatory vasculitides Gant Cell arteritis (GCA), Takayasu arteritis, Behcet disease.
Manifestasi klinis
Pasien acute traumatic aortic disruption srgkali disertai cedera berat lainnya spt laserasi hati dan limpa dgn
pdarahan intraabdominal bahkan cedera kepala. Cedera tsbt memiliki gmbrn klinis & kriteria diagnostik yg dpt mpengaruhi
tatalaksana aortic disruption.
Pasien yg dpt bertahan sampai di RS biasanya disertai syok hemoragi khususnya bila ekstravasasi mediastinum bsr
tlh tjd atau jika ada pdrhn mediastinum atau ektemitas yg ekstensif. Bbrp pasien dpt stabil scr hemodinamik stlh resusitasi.
Diagnostik
1. Pada pemeriksaan rontgen toraks biasanya ditemukan adanya :
a) pelebaran mediastinum atas yg difus pada kasus trauma berat yg mengarah pd upper descending aortic disruption
b) opasifikasi akibat hemotoraks kiri dan shift mediastinum terdorong ke kanan akibat pengumpulan cairan dlm ruang
pleura kiri akibat pdarahan trauma baik dari intercostal maupun pulmonal, ruptur cardiac atau pericardial atau
trauma ruptur dari hemidiafragma kiri dg ruptur splenik intratoraks.
2. Pd pemeriksaan CT scan toraks dpt dievaluasi adanya ekstravasasi contrast, intimal flap, mural thrombus, hematoma
paraaortik, penebalan dinding pembuluh darah, pseudoaneurisma, dan pseudocoartatio.
3. TEE, efektif utk evaluasi aorta ascending proksimal, arkus aorta distal & aorta torakalis descenden. Temuan karakteristik
ialah mobile mural flap.
4. Aortography mrpkn studi diagnostik definitif dgn spesifitas 100% dan prevalensi positif palsu dan negatif palsunya
sangat rendah. Prosedur ini dilakukan dgn sejumlah risiko yaitu membutuhkan waktu dan radiolog yg ahli.
Klasifikasi De BAKEY
De Bakey tipe I
De Bakey tipe II
De Bakey tipe III
Klasifikasi STANFORD
Stanford tipe A (De Bakey I,II)
ascending aorta --- Bedah
Stanford tipe B (De Bakey III)
descending aorta --- Medis
A.Sindrom Marfan
Pertama kali diperkenalkan tahun 1896 sebagai sindrome yg diturunkan secara dominan dgn
kerusakan pada gen yg mengkode protein konektif fibrilin (FBN-1). Gennya baru dapat
diisolasi pada tahun 1991 oleh Francesco Ramirez.
Gambaran kardinal meliputi kardiovaskular, okular dan skeletal. Kardiovaskular
meliputi penyakit katup (MVP) dan MR, AR. Skeletal meliputi overgrowth tulang pjg,
arachnodactyly, dolichostenomelia, kyposcoliosis, dolichocephaly dan pectus. Ocular meliputi
ectopia lentis dan lens dislocation. Ectopia lentis ini membedakan dgn Loeys Dietz syndrome.
Sebagian besar sindrom Marfan disertai dilatasi aortic root atau diseksi aorta tipe A.
Surgicar repair dilatasi aorta pd Marfan dilakukan pd ambang diameter external 5cm, lebih
kecil dibanding pasien lain karena pertumbuhan cepat (>0,5 cm/tahun), riwayat diseksi (AoD)
pd diameter < 5,0 cm dan adanya AR yang bermakna. Bernard Jean Antoine Marfan
Professor of Pediatrics
ACCF/AHA/AATS Guidelines for The Diagnosis and Management Patients with Thoracic Aortic Disease. Univeristy of Paris
Circulation. 2010;121:e266-e369
1848-1942
Diseksi aorta ascending sangat lethal dgn mortalitas 1-2% tiap jam setelah onset gejala. Gejala meliputi nyeri dada yg berat
(85%), nyeri punggung (46%) sinkope (13%). Bbrp pasien dpt mengalami kehilangan kesadaran s.d.hipotensi berat akibat syok.
Diseksi tipe B akut selalu kurang lethal dibanding tipe A tetapi gambaran klinisnya tidak berbeda tajam. Pasien diseksi tipe B
memiliki angka mortalitas 30 hari sekitar 10%
Beda gambaran nyeri pada diseksi tipe A dan B ialah:
- Pada diseksi tipe A lebih cenderung memicu anterior pain dan nyeri mirip angina
- Pada diseksi tipe B lebih cenderung memicu interscapular pain atau back pain
Baliga RR, Nienaber CA, Iselbacger EM, editors. Aortic Dissection and Related Syndromes. New York : Springer 2007
Diskusi
1. Adanya pulsasi pada abdomen bisa karena dua hal; pertama ada aneurisma aorta abdominal sendiri dan adanya
tumor yang menempel atau menekan pada aorta abdominal sehingga menimbulkan gambaran pulsasi pada PF
2. Apakah ada tempat dilakukan embolektomi? Bisa jadi sumbatan pada extremitas bawah kiri terjadi bukan
karena trombus tapi karena diseksi dari pembuluh darah itu sendiri yang menekan true lumen dan biasanya
trombus terlokalisir pada false lumen. Jadi sebaiknya dilakukan observasi
3. Sekitar 20% kasus diseksi pada aorta disertai acute limb ischemia
4. Bagaimana mekanisme terbentuknya trombus pada diseksi aorta?
a. Adanya intimal flap
b. Diseksi itu sendiri memicu penekanan, secara garis besar terbagi dua
i. Dynamic obstructive syndrome
ii. Static obstructive syndrome
5. Langkah apa yang dipertimbangkan?
a. Endovaskular?
b. Bypass? Femoro-femoral shunting? Femoro-ilial atau aorto-iliac shunt
(dr ATA, morning report 26/7/13) Mengapa bisa terjadi efusi pleura pada aneurisma aorta?
Case 1 (taken from Circulation 2005)
Kasus 86 dgn riwayat dispneu 2 minggu riwayat
dispneu yg memberat. Riwayat aneurisma aorta
torakalis sejak 5 thn sblmnya. Saat masuk, pasien
mengeluh distress respiratori sedang dgn NBP
130/80 HR 72 xpm RR 32xpm dgn suhu 36.
Auskultasi dada menunjukkan penurunan suara
napas di sisi kanan. EKG memperlihatkan AF. Chest
X-ray tampak di samping. Echo menunjukkan LV
tdk membesar. Dilakukan torakosentesis,
didapatkan cairan pleura dg karakteristik
TRANSUDATE. CT scan aneurisma aorta 9,5x 10
cm, meluas ke posterior dan menekan vaskular
Ro toraks dan CT scan menunjukkan
paru kanan + LA EFUSI PLEURA kanan masif
aneurisma aorta 9,5 x 10 cm, efusi
dan kolaps paru tnp diseksi, ruptur atau efusi kanan masif & kolaps paru
perikard.
Aneurisma aorta torakalis mbesar spt masa mediastinum dan berhub dgn kompresi atau ruptur dgn sejumlah komplikasi
iskemik dan mekanikal. Aneurisma midline besar dari aorta ascending dapat menekan pembuluh darah pulmonal shg tjd
UNILATERAL TRANSUDATIVE PLEURAL EFFUSION pada NONDISSECTED AORTIC ANEURYSM.
Anton E, Echeverria M. An Uncommon Complication of Nondissected Ascending Aortic Aneurysm. Circulation 2005;112:e116-7
AAA memiliki perkembangan yang kompleks dengan proses multifaktorial termasuk destructive remodelling pada jaringan
konektif dinding arota. Ada empat faktor yang terlibat dalam proses ini meliputi :
1. Inflamasi kronik dengan neovaskularisasi dan peningkatan produksi sitokin proinflamasi
2. Peningkatan dan disregulasi dari produksi matrix degrading proteinase
3. Destruksi dari struktural matrix protein
4. Penurunan medial smooth muscle cell (SMC) sehingga repair jaringan konektif terganggu
Stanley, Veith, Wakefield. Thrapy in Vascular and Endovascular Surg. Edisi ke 5. Philadelphia :Elsevier 2014.h.203
Kapan di repair?
- Bila simptomatis
- Bila diameter lebih besar dari 5 cm
- Bila pertambahan diameter dalam waktu satu tahun lebih dari 1 cm
Manifestasi klinis ruptur AAA meliputi “excruciating pain” pd lower back,
flank, abdomen dan paha. Perdarahan biasanya memicu syok hipovolemik
dengan hipotensi, takikardia, sianosis dan penurunan kesadaran.
Mortalitas ruptur AAA 90%. Perdarahan dpt berupa retroperitoneal atau
intraperitoneal dan ruptur dpt memicu terbentuknya fistula aortocaval
atau aortointestinal.
Flank ecchymosis (bruise) merupakan tanda hemoragi retroperitoneal yg
juga disebut Grey Turner Sign
Grey Turner Sign
RESEARCH
o Doxycycline in patients with abdominal aortic aneurysms and in mice: Comparison of serum levels and effect on
aneurysm growth in mice. Amy K Prall, G Matthew Longo, William G Mayhan. Journal of Vasc Surg 2002;35:923-9
Hasil : Pemberian 10,50 dan 100 mg/kg BB doksisiklin berperan dlm reduksi AAA msg msg 33%,44% dan 66% pada tikus. Pada
manusia, pemberian 2x100 mg selama 3 bulan memberikan hasil serupa.
Kesimpulan : Doksisiklin adl MMP 9 inhibitor (matrix metaloproteinase) berperan dlm inhibisi pertumbuhan aortic antara 33-66%
Endoleaks
Tipe I : kebocoran dari proximal anchoring (tipe IA) dan distal anchoring (tipe
IB) dan memerlukan tatalaksana. Dapat disebabkan oleh ketidakcocokan ukuran
protesis, kesalahan implantasi maupun migrasi sekunder
Tipe II : aneurisma mdpt perfusi dari cabang lateral (misaln arteri lumbalis atau
mesenterika inferior). Endoleak ini paling sering dgn frekuensi 15-20% dijumpai
pd follow up pertama pasca implantasi protesis. Umumnya hy memerlukan
monitoring dan bila diameter aneurisma meningkat maka harus ditatalaksana.
Sebagian besar kasus, arteri akan menutup spontan.
Tipe III: Kebocoran ke sakus aneurisma dari zona komponen stent protesis yg
overlapping. Dpt ditutup dgn balloon atau stent angioplasty pd docking zone
Tipe IV: Kebocoran ke sakus aneurisma melalui materi stent tetapi jenis
endoleak saat ini jarang karena kualitas protesis yg makin baik
(dr Bagus Herlambang, Maret 2013) Apa yang disebut Adam Kiewicz artery atau radicularis magna?
75%, Adam Kiewicz artery muncul dari sisi kiri aorta pada segmen vertebra antara T8 dan L1. Sekitar 30% muncul di
sisi kanan. Kdg Adam Kiewicz artery dapat muncul dari pembuluh darah lumbal. Sekitar 83% dipercabangkan dari
arteri intercostalis kiri.
Memperdarahi medulla spinalis lumbalis dan sakralis
Bila terluka atau tersumbat memicu anterior spinal artery syndrome yg ditandai inkontinensia urin dan alvi;
gangguan motoric tungkai bawah dan fungsi sensoris sesuai levelnya
Identifikasi keberadaan arteri ini sgt penting dlm tatalaksana aneurisma aorta torakalis atau thoracoabdominal. Lokasinya
dapat teridentifikasi dengan CT angiography.
Nicolaides AN, Investigation of Chronic Venous Insufficiency : A Consensus Statement. Circulation 2000; 102;e126-63
Klasifikasi
CVI akibat akhir varices stadium IV, dpt timbul tnp varices, ulkus yg nyeri .
Stadium Widmer terdiri :
1. Corona phlebectatika
2. Indurasi
3. Ulserasi
Klasifikasi penyakit vena ekstremitas terbagi berdasarkan Clinical, Etiology, Anatomi dan Pathophysiology (CEAP).
Klasifikasi CEAP ini mrpkn deskripsi dari CVI saja dan bukan menunjukkan gradasi dari penyakit
Klasifikasi ini banyak menuai kritikan karena begitu kompleks shg mempersulit aplikasi dlm praktek klinis dg keterbatasannya
Simkin R, Ulloa J, Loutric M, Caldevilla H, Genero M, Barros N.Classification of Primary Varicose Vein :
A Consensus of Latin America. Publicado Phlebolymphology 2004;44:244-8
Refilling Time (RT) mrpkn pengukuran bermakna. Mudah dan akurat untuk mendefinisikan 50% (t/2)
atau 90% RT daripada 100% RT. Variasi ditemukan dlm kelompok normal sepertihalnya nilai tumpang tindih antara
tungkai varicose vein primer atau dgn sindrom protrombotik (tabel 1). P10 dipertimbangkan sbg ukuran beratnya
hipertensi vena tanpa memandang sbg dampak obstruksi atau refluks di tingkat sistem vena superfisial, dalam atau
keduanya. Nilai P10 dgn status pathoanatomi yg berbeda disajikan pada tabel 2.
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara P10 dan prevalensi ulserasi dan range nilai 90% RT pd tungkai dgn patologi
berbeda yg diidentifikasi dgn phlebography tampak pada tabel 4
Jika ada severe outflow obstruction dan extensive deep venous reflux tmsk refluks pd vena poplitea, P10 mjd > P0
karena ↑ aliran darah dan volume vena akibat exercise hyperemia. Ini adl karakteristik kelompok yg mengeluhkan
“bursting pain” saat berjalan (claudicatio vena). Kelompok outflow obstruction dan competent poplitea valve
lainnya, tekanan vena kaki dapat normal saat latihan karena valve melindungi kaki walaupun ada oklusi proksimal,
walaupun tekanan tinggi terjadi di vena pada paha.
4. PPG, Light Reflection Rheography dan Quantitative Digital PPG teknik noninvasif utk mendeteksi kandungan
darah pd jaringan (study blood flow dan blood volume changes pada kulit)
5. Plethysmography
6. Foot Volumetry
7. Continuous Wave Doppler Ultrasound utk deteksi refluks saphenofemoral & saphenopopliteal
8. Duplex scanning (Quantification of Reflux) utk deteksi refluks pd vena individual sdgkn plethysmography utk
deteksi refluks di seluruh kaki, keuntungan plethysmografi ialah deteksi beratnya refluks.
9. Venous Tone (Pressure-Volume Relationship)
C. Pemeriksaan Microsirkulasi
1. Skin biopsi
2. Cappilaroscopy
3. Laser Doppler Fluxmetry
4. Transcutaneous Oxygen Tension
5. Fluorescence Microlymphography
6. Interstitial Pressure Measurements
Nicolaides AN, Investigation of Chronic Venous Insufficiency : A Consensus Statement. Circulation 2000; 102;e126-63
Studi American Venous Forum Committee on Venous Outcome Assessment mengembangkan sejumlah sistem skoring :
1. Venous Clinical Severity Score (VCSS),
2. Venous Segmental Disease Score (VSDS)
3. Venous Disability Score (VDS)
Alur tatalaksana
Leopardi et al. Systematic Review of Treatments for Varicose Veins. Ann Vasc Surg 2009
Sistem vena pada tungkai bawah. (Caggiati A. Nomenclature of the veins of the lower limbs : An international interdisciplinary
consensus statementJ. Vasc. Surg, 2002 ; 36:416-22) terbagi mjd
Vena superfisial
Vena dalam
Vena perforantes
A. Perjalanan aksesoris anterior VSM (garis putus2) yang paralel dan lebih anterior dari VSM (garis hitam)
B. Perjalanan aksesoris posterior VSM (garis putus2) yang pararel dan lebih posterior dari VSM
C. Ekstensi kranial dari VSP (garis hitam) yang berakhir di vena gluteus inferior (IGV) dan berhub dgn sciatic perforator
(ScP) atau menuju VSM melalui vena sirkumfleksa posterior pada paha (CV)
D. Anterior thigh circumflex vein berjalan naik secara menyilang di paha depan dan mencapai aksesoris anterior VSM
(AA) atau VSM
E. Vena sirkumfleksa posterior pada paha (garis lurus) berasal dari 1. Pleksus venosus lateral, atau dari ekstensi kranial
VSP 2. Langsung dari VSP atau 3. Berjalan menyilang dari paha posterior terhadap VSM
(dr HK, visite besar Sept 2011) Perawatan klinis pd post operasi varices ?
1. Mobilisasi bertahap
2. Pertahankan bebat tekan hingga 2 minggu
3. Elevasi tungkai
4. Periksa darah lengkap pd hari ketiga, tk evaluasi kmgkn tanda infeksi
Kapan cek darah post op ? Hari ketiga post op leukosit ↑bila manifest infeksi
Tatalaksana
Perintis pertama bedah varises tungkai adalah Sir Benjamin Brodie (1783-1862)3 yg mendeteksi refluks atau
backflow aliran vena pd tungkai atas/paha dan melakukan ligasi vena safena magna. Frederich von Trendelenburgh di Jerman
melakukan bedah varises pd thn 1860 yg dipublikasikan pd tahun 1890, dan menjadi awal bedah varises modern. Tes atau cara
diagnostik deteksi varises serta insufisiensi vena diperkenalkan kedua ahli tersebut, yaitu tes Brodie-Trendelenburgh.
Charles Mayo di USA mengembangkan teknik sayatan panjang utk mengambil varises, dan menciptakan stripper
ekstraluminer untuk mengambil varises yg inkompeten hanya dgn sayatan yg sedikit dan kecil. Pembuatan stripper
intraluminer oleh Keller (1905) membawa revolusi baru saat itu untuk stripping varises yg inkompeten, dan alat intraluminer
ini kmd disempurnakan Babcock dgn membuat ujung stripper berupa konus. Robert Linton (Boston, USA) mengembangkan
tehnik ligasi subfascial dari vena communicantes, dan menegaskan jg pentingnya refluks vena perforator yg dpt menimbulkan
inkompetensi dan insufisiensi katub vena di daerah proksimalnya. Hal ini diperkuat oleh temuan Cockett dan Dodd tentang
berbagai lokasi vena perforator,bukan hanya venae communicantes (1953). Temuan ini menjadi dasar pula dari konsep
pengobatan sindroma post-flebitik dan insufisiensi venosa kronik.
Eduardo Palma di Uruguay dan Andrew Dale (USA) melakukan tehnik bypass femoro-femoral overcross utk
menangani obstruksi/sumbatan vena disegmen proksimal, mendasari dan mengawali pembedahan rekonstruktif vena. Hal ini
kemudian disusul oleh berbagai teknik rekonstruksi untuk vena, baik katub maupun segmen vena yg inkompeten, tanpa harus
“membuang” (Stripping) vena safena magna. Pengalaman di Perang Dunia-II, Perang Korea dan Perang Vietnam di mana
perlukaan vena banyak hanya dilakukan ligasi agar cepat selesai pendarahan, menimbulkan konsep baru melakukan bedah
rekonstruksi vena pasca ligasi vena besar tersebut dan berkembang di antara tahun 1970-an.
Bedah varises modern sekitar tahun 1980-an didasarkan pd perkembangan alat baru USG/Doppler duplex scanner
bidirectional, serta teknologi non-invasif dg endoskopi. Perkembangan penggunaan dan penerapan gelombang RF untuk ablasi
jaringan mendukung tehnik ablasi vena safena dengan cara endovascular/endoluminal dan membawa harapan baru kedepan
untuk alternatif tehnik pengobatan “surgical intervensional non bedah”. (Puruhito, Dexamedia 2007;2:97)
o Surgery
o Phlebectomy utk mengangkat vena abnormal dibawah saphenofemoral junction (SFJ) dan saphenopopliteal
junction (SPJ) tidak termasuk GSV atau SSV
o Junction ligation dg atau tnp stripping vena dilakukan bila ada refluks atau inkompentensi pd GSV dan SSV yg
tampak pd scanning duplex. Junction ligation meliputi pengikatan pembuluh darah pd SFJ atau SPJ. Ligasi sendiri
memicu rekurensi sehingga memerlukan terapi after-care seperti sclerotherapy
o Endovenous therapy terbagi menjadi
Radiofrequency ablation (RFA)
Endovenous laser therapy (EVLT)
(Prof PR) Perforator ternyata tidak masuk ke dalam vena saphena magna tapi ke anterior
Kesalahan post stripping varices yang memicu terjadinya bengkak pada post op
(dr APM) Varices, sebaiknya tatalaksananya dg general anestesi, karena SAB menyebabkan vasodilatasi
Phlebology 2008;23:85-98
Endovenous Surgery
Endovenous Laser Therapy (EVLT)
Radiofrequency Ablation (RFA)
EVLT pertama kali diperkenalkan oleh Puglisi thn 1989
Kelebihan EVLT:
One day procedure
Nyeri lbh minimal dg anestesi local, tumescent anesthesia
Cepat kembali bekerja
Efisiensi 95% --- risiko reflux dg evaluasi USG doppler
Echimosis lebih sedikit
Kekurangan ?
Tidak bisa pd vena dg diameter > 12 mm & yg tll turtous
Komplikasi bruising, luka bakar kulit, pigmentasi kulit berkisar 0-15%
Jarak minimal dinding vena terdekat dg kulit adalah 0,4 mm utk menghindari luka bakar kulit atau discolorasi permanen.
Kontothanassis D, Di Mitri R, Ruffino SF, ZAmbrini E, Camporese G.
Endovenous Laser Treatment of The Small Saphenous Vein. J Vasc Surg 2009;49:973-9
Rekurensi cukup tinggi pada pasien dgn vena besar atau refluks vena karena rekanalisasi atau neovaskularisasi.
Recanalization restorasi spontan lumen pada vena saphena pasca oklusi
Neovaskularisasi proliferasi pembuluh darah di jaringan setelah vena safena diangkat
Leopardi D, Hoggan BL, Fitridge RA. Systematic Review of Treatments For Varicose Vein.
Ann Vasc Surg 2008;10:1-13
Diagnosis
Awalnya ST di era 1980an dianggap penyakit jinak, self limited
dgn low morbiditas tetapi skrg paradigma itu berubah.
Diagnosis harus dilakukan berdasar anamnesis dg fokus risiko
potensialnya seperti riwayat keganasan, merokok, infeksi dkk.
Faktor risikonya sama spt pd DVT dan perlu digali lanjut
Pemeriksaan penunjang terbaik dgn duplex scan terutama pada
kasus dgn lower limb edema dan riwayat ST karena ST memiliki
high predictive value bagi DVT terutama dlm 6 bulan stlh
episode pertama. Dengan duplex scan dapat dibedakan
patologi lain seperti lymphangitis, selulitis, eritema nodusum,
panniculitis.
Tidak ada referensi yg menyarankan penggunakan phlebografi
dalam diagnosis ST.
Tatalaksana
1. Non Bedah
a. Trendelenburg position saat istirahat
b. Bebat tekan (elastic compression) – stocking
c. Obat anti inflamasi baik topikal maupun sistemik spt
diclofenal gel/oral.
d. Heparinisasi
e. Local heat
2. Bedah
a. Stripping vena
b. Arch ligation
Komplikasi
1. Deep Vein Thrombosis
2. Pulmonary Emboli
Faktor Risiko
Sesuai dengan Trias Virchow (3V) :
Viscosity hiperkoagulabilitas akibat kanker atau kelainan sistem koagulasi intrinsik
Velocity melambat (Stasis) akibat prolonged immobilisasi
Vascular wall prob kerusakan dinding vena akibat knee surgery
Faktor lain :
Pasien bedah
o Pasien bedah ortopedi pada ekstremitas bawah
51% pada hip replacement
71% pada total knee replacement
48% pasca hip fracture surgery
o Pasien bedah abdominal
o Jenis anestesi Prosedur dg GA memicu DVT lbh byk dibanding subarachnoid block (75 vs 40%) pada
operasi hip fracture (McKenzie)
o Trauma ekstremitas bawah
Pasien medis
o Neoplasma maligna
o Myocardial infarct
o Ischemic stroke (42% pada paralyzed limb)
o Kelainan darah
Congenital deficiency protein C, protein S dan antitrombin III
Lupus anticoagulant
Hyperhomocysteinemia
Pasien Kebidanan
o Kehamilan dan Post partum
o Kontrasepsi Oral dan HRT
Usia
Immobilisasi
Goldhaber SZ, Bournameaux. Pulmonary embolism and deep vein thrombosis. Lancet 2012;379:1835-46
Deep-vein thrombosis (DVT) kondisi dimana terbentuk trombus pd vena dalam terutama pada tungkai yg dapat
memicu komplikasi berupa postphlebitic syndrome, pulmonary embolism dan kematian.
Deep vein thrombosis (DVT) itu termasuk thrombophlebitis atau phlebothrombosis sih??? Thrombophlebitis…
Beberapa kondisi lain dapat memicu Homan sign positif seperti calf muscle spasm, neurogenic leg pain, ruptured
Baker cyst dan cellulitis. Homan sign positif pada sekitar 8-56% kasus DVT.
Gejala DVT meliputi rasa nyeri, kemerahan, hangat dan pembengkakan pada ekstremitas bawah
PAda pemeriksaan klinis dijumpai nyeri tekan, akral hangat, eritema sianosis, edema, palpable cord (palpable hrombotic vein),
dilatasi vena superfisialis
1. Homan sign dorsofleksi ankle joint dgn fleksi lutut 30% memicu nyeri pada betis belakang atas. Hati hati risiko
terlepasnya thrombus pada pemeriksaan ini.
Beberapa kondisi lain dapat memicu Homan sign positif seperti calf muscle spasm, neurogenic leg pain, ruptured
Baker cyst dan cellulitis. Homan sign positif pada sekitar 8-56% kasus DVT.
2. Pratt sign peremasan (squeezing) pada otot betis akan memicu rasa nyeri
3. Louvel sign perburukan nyeri selama perjalanan penyakit trombotik disertai batuk dan bersin
4. Lowenberg sign pasca inflasi sphygmomanometer cuff pada setiap betis, nyeri dirasakan pada betis yang sakit
pada tekanan yang rendah dibanding sisi yang sehat
Susan Kahn. The Clinical Diagnosis of Deep Venous Thrombosis. Arch Intern Med 1998;158:2315-2323
Pada score Well utk DVT, nilai 0 low risk, 1-2 intermediate risk dan > 3 high risk
Pada score Well utk PE, nilai 0-1 low risk, 2-6 intermediate risk dan >7 high risk. Kmgkn menderita PE jika score > 4
PHLEGMASIA
Phlegmasia DVT yang merambat sampai terbentuk trombus pada sistem arteri iskemia dan nekrosis
(HS Yuwono) Phlegmasia berasal dari kata Yunani yang berarti inflamasi – dimana terdapat trombosis pada vena femoro iliaka
yg luas ditandai pembengkakan akibat gangguan aliran vena dan limfe ekstremitas inferior gangguan aliran darah pd vena
dalam & sistem kapilar yg merambat ke sistem darah arteriol shg terjadi tanda iskemia pd kaki.
Charles White (1784) memperkenalkan istilah phlegmasia alba dolens (white swelling) pd ekstremitas bawah
Jean Baptiste Cruveilheir memperkenalkan istilah phlegmasia coerulea dolens (phlebite blue)
PHLEGMASIA ALBA DOLENS trombosis vena dlm yg blm memicu iskemia, fungsi saraf msh normal. Dpt memicu gangren kaki
akibat propagated thrombus (trombus yg mejalar) ke sistem venul, kapilar & arterial kmd memicu phlegmasia cerulea dolens.
PHLEGMASIA CERULEA DOLENS phlegmasia lanjut akibat trombus yg menjalar hingga sistem arteriol shg memicu gejala
iskemia ditandai perabaan dingin, warna kebiruan, bengkak, petekiem bullae, insufisiensi arteri, gang sensoris motoris distal.
Patofisiologi
Patofisiologi Post thrombotic syndrome masih belum jelas tetapi perkembangannya diperkirakan sbg akibat dari
Hipertensi vena yang dipicu dari obstruksi vena residual dan refluks vena.
Inflamasi terbukti dari adanya peningkatan CRP, interleukin 6 dan ICAM-1
Diagnosis Post Thrombotic syndrome didasarkan pada klinis. The International Society of thrombosis and Haemostasis (ISTH)
merekomendasikan aplikas VILLALTA SCALE untuk menilai post thrombotic syndrome dan menentukan gradasinya
There are some technical criteria for crossover femoral grafts which include:
1. a patent opposite (contralateral) iliofemoral vein and caval run-off (patent
or open vena cava),
2. supine resting pressure gradient in excess of 4 to 5 mmHg between the
femoral veins in the involved and opposite limbs and
3. adequate distal venous system (a patent profunda femoris vein,
preferably with an open or partially recanalized superficial femoral vein),
4. patent and competent greater saphenous vein on the recipient side with a
minimal diameter of 4 to 5 mm,
5. and no varicose veins. Tyically, the great saphenous vein from the oposite
leg is used for this procedure and rarely PTFE grafts.
An arteriovenous fistula is made between the posterior tibial artery and vein to
increase flow through the graft thus maintaining graft patency and the fistula is
usually closed 6 weeks after surgery. Patients are anticoagulated for 3 months
after the procedure.
1. Medical
a. Implikasi heparin parenteral selama 5-7 hari (risiko bleeding 5%) baik dalam bentuk :
i. Intravenous unfractionated heparin
ii. Subcutaneous low molecular weight heparin
b. Antikoagulan oral selama 6-12 minggu atau seumur hidup (risiko bleeding 5-20%)
2. Surgery
(Prof PR, 2/3/12) menjawab ptanyaan dr T SpBTKV; mgp seringkali pengobatan DVT tdk membawa hasil memuaskan?
Langkah diagnostik seringkali tidak benar,
o Hanya dgn visual saja sudah menentukan stadium misalnya C1,2 dst
o Problem sarana diagnostik
Tdk ada phletysmografi
Tdk ada duplex scan, pdhl dg duplex scan dpt melakukan mapping vaskular baik dlm posisi erect/ supinasi
Phlebografi yang sering dilakukan bukan diagnosis utama
Aplikasi tatalaksana kompresi yang tidak benar
(dr Widarto Binafsihi, Survue 2/3/12) Selama masih dalam periode DVT, msh dlm kondisi yg mengancam, risiko meninggal
tinggi, harus dirawat di rumah sakit, kecuali telah MELEWATI periode post thrombotic syndrome, baru dikatakan aman.
Bagaimana pemberian tatalaksana antithrombotic therapy (LMWH) pada pasien deep vein thrombosis dg gagal ginjal, obesitas
dan kehamilan?
Pada pasien hamil, monitoring kadar anti Xa sangat penting
Pada pasien obesitas, disarankan weight based dosing
Pada pasien renal insufficiency berat yang memerlukan antikoagulan, disarankan unfractionated heparin (UFH)
sebagai ganti LMWH (grade 2C). Bila LMWH digunakan pada pasien renal insufficiency yang memerlukan terapi
antikoagulan maka dosis yang diberikan adalah 50% dari dosis yang direkomendasikan
Antihrombotic and Thrombolytic Therapy Ed 8: ACCP Guidelines. CHEST 2008; 133:71S–105S
(dr HK, visite besar 14/5/2013) Penatalaksanaan DVT mbthkn waktu yg lama, bisa memakan wkt hingga 3 bulan lebih.
Penanganan thrombus harus sedikit demi sedikit, bila terlalu cepat dapat memicu thrombus lepas yang akhirnya akan masuk
ke jantung dan menyumbat di paru sebagai pulmonal emboli sehingga pasien meninggal.
(dr HK, visite besar 14/5/2013) Bila ada pasien dikonsul dengan DVT dan tumor abdomen, maka tindakan apa yang akan
dilakukan? Pemasangan filter di IVC untuk menjaring thrombus yang lepas
(dr Heru Seno, 29/4/2013) Apakah ada tempat untuk HBO pada pasien deep vein thrombosis?
Diagram memperlihatkan posisi filter optimal dengan filter legs berada di bwh konfluensi
vena brachiocephalica. Apeks filter terletak didistal SVC.
Bila clot mengalami maturasi, maka terjadi pengerasan – hal ini disebabkan karena sebagian besar clot mengandung platelet,
fibrin dan neutrofin yg seiring waktu akan digantikan oleh kolagen dan sel mononuklear. Transisi inilah yg menyebabkan clot
mengeras akibat peningkatan komposisi kolagen dlm trombus untuk stabilisasi trombus. Salah satu cara utk menilainya ialah
dgn sonography elasticity imaging atau disebut juga elastography.
Rubin JM, Aglyamov SR. Clinical Application of Sonogra[phic Elasticity Imaging For Aging opf Deep Venous Thrombosis.
J Ultrasound Med 2003;22:443-8
Rubenstein LA, Richards MS. Mix D. Variations in Venous Wall Strain Can Be Modeled and Measured Using IVUS-Derived Elastography.
Arterioscler Thromb Vasc Biol. 2012; 32: A548
Pulmonal Emboli mrpkn kasus lethal yg menjadi penyebab ketiga terbanyak kematian pd pasien rawat inap di Amerika Serikat.
Angka mortalitas mencapai 30%, biasanya akibat emboli rekuren.
Mortalitas mencapai 60% bila terjadi acute massive PE (disertai hipotensi dan tekanan arterial sistol < 90 mmHg)
Bagaimana patofisiologi terjadinya pulmonal emboli (PE) pada pasien DVT?
Konsekuensi utama episode pulmonary thromboembolic episode adalah HEMODINAMIK dan manifestasinya makin
jelas setelah 30-50% pulmonal arterial bed tersumbat oleh thromboemboli
Emboli besar atau multiple secara mendadak dpt menyebabkan :
o Pe↑ PVR hingga level afterload yg tercapai oleh RV RV failure hipotensi sistemik/syok kematian
mendadak (dissosiasi electromechanical)
- Pd kasus akut, pasien dpt bertahan krn sensor sistemik mengaktifkan sistem simpatis. Stimulasi inotropic &
kronotropik + mechanism Frank Starling me↑ PVR utk restorasi sisa aliran pulmonal, filling dan output LV. Bersama
vasokonstriksi akan menstabilkan tekanan darah sistemik. Hal ini penting krn turunnya aortic pressure akan me↓
perfusi coroner RV dan fungsi RV.
Destabilisasi hemodinamik dpt terjadi dlm 24-48 jam pertama akibat emboli rekuren atau perburukan fungsi RV.
Stimulasi inotropik dan kronotropik mgkn tdk cukup mempertahankan fungsi RV jangka panjang. Kondisi
diperburuk pe↑ demand oksigen miokard RV dan pe↓ gradient perfusi coroner RV disfungsi dan iskemia RV
Gangguan hemodinamik insuficienci respiratory Hipoksia
Emboli kecil dan distal walau tidak mempengaruhi hemodinamik tapi dpt menyebabkan hemoptysis, pleuritisi dan
efusi pleura ringan. Manifestasinya disebut “PULMONAL INFARCTION”
Guidelines on the diagnosis and management of acute pulmonary embolism. European Heart Journal (2008) 29, 2276–2315
Temuan echocardiografi melaporkan bahwa disfungsi RV dijumpai pada 25% pasien PE. Meta analisis menunjukkan risiko
mortalitas pasien PE dgn disfungsi RV meningkat 2x lipat.
Adanya infiltrate massif dlama RV miokardium pasien yg meninggal dalam 48 jam pasca PE akut ini dapat dijelaskan oleh
adanya HIGH LEVEL EPINEPHRIN RELEASE sebagai dampak PE-INDUCED MYOCARDITIS. Respon inflamasi ini dapat
menjelaskan destabilisasi hemodinamik sekunder yg kadang terjadi dlm 24-48 jam setelah PE akut, walaupun rekurensi PE
dapat menjadi penjelasan alternative untuk beberapa kasus lainnya. Hubungan antara BIOMARKER MYOCARDIAL INJURY dlm
sirkulasi dan perburukan klinis menunjukkan bahwa RV ischemia merupakan pathophysiological significance pd fase akut PE.
Walau infark RV jarang pasca PE, ketidak seimbangan suplai dan demand oksigen memicu kerusakan kardiomiosit dan
mempengaruhi kekuatan kontraktilitas.
Kegagalan respiratori pada PE umumnya adalah dampak gangguan hemodinamik. LCO menyebabkan desaturasi mixed venous
blood. Disamping itu, zona aliran darah yg berkurang pd pembuluh darah yg tersumbat, dikombinasikan dgn zona yg overflow
pada capillary bed yg diperdarahi pembuluh darah yg tdk obstruksi V/P mismatch HYPOXEMIA.
Sekitar 1/3 pasien, R to L Shunting melalui PFO dapat terdeteksi melalui echo; akibat adanya keterbalikan pressure gradient
antara RA dan LA SEVERE HYPOXEMIA dan meningkatkan risiko PARADOXICAL EMBOLIZATION dan STROKE. Bila tdk
mempengaruhi hemodinamik, emboli kecil distal dapat membentk area hemoragi alveolar yg menyebabkan terjadinya
hemoptysis, pleuritis dan pleural effusion dan biasanya ringan.Gambaran ini dikenal sebagai “PULMONARY INFARCTION”.
2014 ESC Guidelines on the diagnosis and management of acute pulmonary embolism
Pemberian infus trombolitik melalui kateterisasi pada emboli pulmonal. Multisidehole infusion cathether ditembuskan melalui
embolus dan memungkinkan tromolitik dialirkan via infus menuju clot.
Pronto XL extraction device. (A) Dengan bantuan digital subtraction angiography melalui pigtail cathether yg masuk kedalam arteri
interlobaris dextra. Tampak gambaran filling defect pada cabang segmental. (B) Pronto straight cathether masuk dalam left lower
lobar artery, tampak segmental filling defect. (C) Gambar trombus yang berhasil diangkat melalui Pronto cathether
Chen RC, Genshaft S, Al-Hakim R, Moriarty J. Endovascular Approaches to Pulmonary Thromboembolic Disease.
Endovascular Today Juli 2014. H. 42
Nitinol Option Vena Cava Filter (Argon Medical Device, Plano TX)
Foto sudden fatal saddle pulmonary embolism yg terjadi 6 hari pasca lobektomi
Massive PE, kriteria :
1. PE akut dengan hipotensi, tekanzn darah sistolik dibawah 90mmHg sedikitrnya selama limabelas menit atau
memerlukan support inotropik
2. Tidak disebabkn oleh kausa selain PE seperti aritmia, hipovolemia, sepsis atau disfungsi LV
3. Pulseless
4. Bradikardia persisten (HR< 40 bpm)
Chronic thromboembolic pulmonary hypertension (CTEPH) is caused by organizing thrombotic obstructions in the pulmonary
arteries by nonresolving thromboemboli, formation of fibrosis and remodeling of pulmonary blood vessels.
Modifikasi Index Miller untuk penilaian volume trombus (angiographic) melalui arteriography pulmonal
Adanya emboli segmental tanpa memandang derajat obstruksi mendapatkan score satu
1. SCORE OBSTRUKSI – maksimal 16. Emboli proksimal dari level segmental dinilai berdasarkan jumlah arteri
segmental yg muncul ke distalnya
2. SCORE PERFUSI PERIFER – maksimal 18. Dinilai dari perfusi berdasarkan tiap lobusnya
a. Setiap paru dibagi menjadi tiga bagian yaitu atas, tengah dan bawah dan dinilai dgn skala 4 poin
b. Penilaian skla 4 poin : bila perfusi normal nilainya 0
bila perfusinya menurun moderate, nilainya 1
bila perfusinya menurun berat, nilainya 2
bila perfusinya tidak ada, nilainya 3
Score Miller Index maksimal ialah 34
Qanadli SD. New CT Index to Quantify Arterial Obstruction in Pulmonary Embolism
Comparison with Angiographic Index and Echocardiography.
American Journal of Roentgenology. 2001;176: 1415-1420
(PR, 4/09/2013) Malformasi vaskular artinya kegagalan pembentukan (mal-form) artinya tidak jadi arteri maupun vena. Jika di
jaman dahulu dipisahkan hemangioma dan limfangioma tetapi sebenarnya tidak dapat dipisahkan. Pemeriksaannya standart
dengan MRI. Pemeriksaan CT angio, angiografi atau phlebografi tidak akan memberikan informasi apapun dan hy dipakai pada
kasus yg berdenyut.
Hemangioma jika tidak pulsatile dan tidak ada murmur, maka tidak ada tempat untuk arteriografi sebab kontras tidak akan
masuk dalam arteri sehingga tidak akan tampak apa2. Bila pulsatile maka dapat dilakukan kontras untuk mencari feeding
arteri baik aferen maupun eferen serta menentukan tindak lanjutnya apakah diembolisasi atau diligasi.
Incidence ras kulit hitam dan usia 10-13 kali lebih banyak disbanding kulit putih. Anak wanita memiliki predileksi 3x lebih
banyak dibandingkan pria
Hemangioma pada wajah perlu hati-hati, risiko kena nervus facialis dan memicu bell’s palsy
(dr HSB, visite besar Nov 2011) Kapan hemangioma pd anak dibedah ?
Pertimbangan waktu :
o Hemangioma pada anak dapat mengalami resolusi (involusi maksudnya mungkin), hemangioma apapun
itu, biasanya hemangioma usia diatas 5-10 thn tdk involusi
o Bila hemangioma tumbuh dengan cepat (rapidly progressive)
o (Prof PR) usia 5 tahun terkait dengan angiogenesis
Pertimbangan letak
o Bila tempatnya melekat pada organ vital dan menyebabkan penekanan ada gejala
o Bila terletak ditempat yang mengganggu Faktor Kosmetik
Hemangioma yang mengenai wajah dan dapat mengganggu perkembangan penglihatan, harus segera ditangani
(dr HSB, morning report 19/01/2015) Apakah hanya itu alasan dibedah? Mengapa harus di eksisi? Kan nanti residif lagi..
Pada kasus anak Yohanes 14 thn, letak hemangioma berasal dari lapisan lebih dalam (dari muskular) shg eksisi saja tidak cukup
perlu kombinasi. Kedua bila ada luka dan perdarahan yang hebat shg operasinya lebih ditujukan sbg upaya menghentikan
perdarahannya.
(dr HSB, morning report 19/01/2015) Kenapa hemangioma dapat kembali residif? Apa yang menyebabkannya? Dan bagaimana
tindakan kita untuk mencegah atau menekan risiko residif tersebut?
(Prof PR) Kontroversi pemberian kortikosteroid dan anti angiogenesis pada hemangioma?
Apakah juga akan menekan perkembangan pembuluh darah lainnya bila VEGF ditekan?
(dr HSB, 18/7/2013) Apa yang dimaksud dgn Hemangiosarcoma ? Hemangioma malignant? Metastasis walaupun jarang,
radioterapi tidak memberikan respon yang baik
Penatalaksanaan
Pertama kali dideskripsikan Maurice Klippel dan Paul Trenaunay thn 1900;
dengan nama naevus vasculosus osteohypertrophicus.
Nama lainnya Angioosteohypertrophy syndrome dan hemangiectatic
hypertrophy mrpkn kondisi kongenital yg jrg dimana pembuluh darah dan
vaskular gagal tbtk sempurna, shg 3 gambaran klinis yg dominan tampak
Nevus flammeus (port-wine stain) hemangioma dg vascular naevi
Malformasi vena dan limfatik varicose vein akibat hipoplasia deep
vein atau tidak adanya deep valve
Soft Tissue Hyperthrophy pemanjangan tulang
Sekitar 90% kasus mengenai tungkai dan 10% mengenai kepala leher
Jgn melakukan operasi pd superficial vein (deep venous insufficiency)
Jacob AG, Driscoll DJ, Shaughnessy WJ, Stanson AW, Clay RP, Gloviczki P. "Klippel–Trénaunay syndrome: spectrum and management".
Mayo Clinical Proceedings 1998;73 (1): 28–36.
Dideskripsikan pertama kali oleh Dr Henry Gawen Sutton thn 1864, beliau mengira
kasus ini merupakan bagian dari HEMOFILIA.
Pada thn 1986, Dr Henri Jules Louis Marie Rendu menyadari adanya perdarahan
hidung, bercak merah kulit dan membran mukosa bukanlah merupakan suatu
hemofilia dan tahun 1901 dokter Sir William Osler menyatakannya sbg satu buah
sindrom. Pd thn 1907, Frederick Parkes Weber mdeskripsikan sbg suatu sindrom .
Istilah “hereditary hemorrhagic telangiektasia”(HHT) pertama kali diperkenalkan
oleh Frederic M Hanes utk mendeskripsikan kondisi ini.
Diagnosis berdasarkan kriteria Curacao, dinyatakan positif bila ditemukan tiga dari
empat gejala :
1. Epistaksis rekuren spontaneus
2. Teleangiektasia multipel pada lokasi tertentu
3. AVM visceral (pada paru, hati, otak dan tulang belakang)
Henri Jules Louis Marie Rendu
4. Riwayat keluarga dengan HHT
1844-1902
Hospital Saint Antoine France
PROTEUS
Proteus syndrome penyakit kongenital, dideskripsikan oleh Cohen dan Hayden pd tahun 1979. Wiedemann yg menamai
sindrom ini dgn istilah Proteus, hewan laut yg memapu mengubah tubuhnya untuk menghindari penangkapan. Dugaan
sindrom ini timbul akibat mutasi gen dominan somatik yg lethal. Klinis dpt sehat saat lahir dan kondisi ini baru terdiagnosis
saat dewasa muda, ditandai oleh sejumlah malformasi pembuluh darah dan overgrowth sejumlah jaringan spt
hemihypertrophy dan partial gigantism. Jadi kelainannya meliputi L
- Vascular malformation ,
- Lipoma, fatty hypertrophy, regional fatty athrophy, hyperpigmentation dan nevi
- Abnormalitas abdominal solid organ splenomegali dan nephromegali
- Abnormalitas skletal macrodactily, exostosis, progressive scoliosis dan limb length descrepancy
Seringkali misdiagnosis dgn Klippel Trenauney Syndrome, hemihyperplasia- multiple lipomatosis syndrome, Maffucci
syndrome dan Ollier disease
Pemeriksaan radiologi sgt membantu. Survey skeletas radiografik dapat menilai manifestasi osseus. CT dan MRI scan dari
abdomen dan pelvis dapat digunakan untuk evaluasi visceromegaly, visceral vascular malformation (venous, kapiler dan
limfatik) dan adanya lipomatosis intraabdominal dan intrapelvis yang berpotensi agresif. MRI pada SSP lebih superior
dibanding CT untuk evaluasi pasien dengan gejala neurologi. Gambaran pencitraan meliputi megalencephaly dan neuronal
migrational abnormalities. CT scan toraks sangat membantu untuk evaluasi penyakit emfisematous kistik difus dan emboli
pulmonal.
Elsayes KM. Vascular Malformation and Hemangiomatosis Syndromes: Spectrum of Imaging Manifestations.
American Journal of Roentgenology. 2008;190: 1291-1299
(dr HSB, morning report 8/7/2013) Kapan kita melakukan repair pseudoaneurisma dg anestesi lokal dan kapan GA?
Evaluasi bila di distal ada tanda iskemik. Pada kasus ini tidak sekedar repair pseudoaneurisma tetapi bisa saja
membutuhkan rekonstruksi vaksular dgn bypass sehingga diperlukan GA
Jika pseudoaneurisma sangat pulsating dan hematom yg ekspansif sehingga tidak mudah mengerjakannya
Jangan lupa pasang infus dan evaluasi Hb sebelum melakukan repair pseudoaneurisma
(dr HK, visite besar 9/7/2013) Apa untung rugi teugel arteri brachialis dgn torniquet dlm tatalaksana repair pseudoaneurisma?
Jika dgn torniquet, maka semua komponen arteri dan vena ikut terbendung sehingga aliran darah balik pun juga
terbendung dan keluar sebagai perdarahan saat repair pseudoaneurisma. Cara memakai torniquet seharusnya
diperas dari bawah ke atas lebih dahulu
Jika dgn teugel arteri maka aliran darah balik tidak terbendung… (tetapi gimana ya? Bisa gak banjir krn kolateral??)
Infected Pseudoaneurisma
(dr HSB, 29/8/2014) Pasien 35 tahun dengan ruptur infected pseudoaneurisma R. Cubiti Kanan
Dilakukan repair pseudoaneurisma dengan jahit primer dan aproksimasi defek kulit
Inhibisi protrombin dgn anti vitamin K (warfarin) adalah terapi pencegahan kronis trombosis yg plg banyak
digunakan. Studi Navarro dkk melaporkan kesulitan dlm pengawasan terapi antikoagulan utk mempertahankan kadar yang
sesuai utk mencegah terjadinya trombosis dan juga menggambarkan bahwa inhibisi berlebih pada satu faktor dlm cascade
protrombin dpt menempatkan pasien pada risiko perdarahan berat. Aktivasi platelet mengubah permeabilitas membran,
memungkinkan masuknya kalsium dan pelepasan zat kemotatik yg menarik faktor koagulasi ke permukaan.
Heparin adalah polianion terdiri dari 18-50s kuat unit sakarida dgn
BM msg2 300 d, shg BM senyawa tsbt mencapai 5000-30.000 d dgn
range 15.000. Sekitar 1/3 rantai mgdng pentasakarida spesifik yg
mengikat AT, rantai lbh bsr & mengikat trombin inaktivasi trombin.
Heparin mengikat sejumlah sel (makrofag dan platelet) dan protein
plasma (fibrinogen,vitronectin, fibronectin dan von Willebrand
factor). Heparin jg memiliki afinitas kuat thdp platelet factor 4 yg
terpajan pd permukaan platelet teraktivasi. Akibat berbagai interaksi
ini, ada DOSE-DEPENDENT absorption dari tmpt injeksi subkutan dan
kadar plasma variabel tgtg kadar heparin binding protein.
Artinya, ada DOSE DEPENDENT HALF LIFE misalnya
o Half life 56 menit pasca pemberian 100 U/kgBB
o Half life 156 menit paca pemberian 400 U/kgBB
Bagaimana pengawasannya?
o Tidak mudah memperkirakan dosis heparin yg aman dan efektif karena karakteristik farmakologisnya.
o Dosis harus dititrasi secara trial and error dgn panduan aPTT
Apa beda kerja UFH dan direct thrombin inhibitor (DTI) atau
direct factor Xa inhibitor (DFXaI)?
DTI menghambat aktivitas thrombin melalui free plasma
dan thrombus, mcegah konversi fibrinogen mjd fibrin &
mpengaruhi amplifikasi dan propagasi koagulasi dgn
menekan pbentukan thrombin. DTI tdk terikat plasma
protein shg tdk memerlukan Serpin (AT III) utk mperkuatnya
spt UFH shg DTI stabil tnp pengawasan laboratorium
DFXaI mengikat factor Xa scr langsung tnp memerlukan AT
III. Kerjanya sgt spesifik pada factor Xa tnp mempengaruhi
jalur koagulasi intrinsic atau ekstrinsik dan tnp efek samping
trombositopeni.
Bukti laboratorium terkait HIT pertama kali dilaporkan oleh Donald Silver, vascular
surgeon. Dua pasien yg menderita trombositopeni berat (Plt 80.000), myocardial
infarction, petechiae dan heparin resistance mengalami perbaikan stlh heparin
dihentikan, tetapi keduanya mengalami rekurensi cepat trombositopeni bila heparin
diberikan kembali dlm kurun waktu 1 minggu.
Sheridan melaporkan kaitan dosis heparin yg diberikan sgt kuat mempengaruhi aktivasi
platelet oleh HIT. Greinacher (1994) kmd melaporkan bahwa cairan dosis tinggi heparin
memicu pelepasan platelet factor 4 (PF-4) dari PF4-heparin complex
HIT antibody mediated adverse reaction thdp heparin yg dapat memicu thrombosis arteri maupun vena
Diagnosis HIT didasarkan pada gambaran klinis dan serologis. Manifestasi HIT meliputi :
Pada HIT dijumpai penurunan hitung platelet lebih dari 50% yg tidak dapat dijelaskan walaupun nadir diatas 150.000.
Penurunan hitung platelet biasanya tjd antara hari ke 5 dan 15 pasca pemberian heparin tetapi dpt timbul lebih dini pd pasien
yg telah terpajan dengan heparin selama 3 bulan sebelumnya.
Because thrombin plays a key role in HIT, it is an important target for therapeutic intervention with such agents as direct thrombin inhibitors.
Tabel. Perbedaan HIT type I dan type II --- sistem 4Ts utk skoring HIT
Penghentian semua heparin eksogen adl komponen terapeutik penting, tapi hrs diingat bahwa peningkatan
pembentukan trombin juga komponen sindrom ini dan penghentian heparin saja tidak serta merta mampu mengembalikan
proses. Oleh sebab itu prlu diberikan anticoagulan kerja menengah ; lepirudin atau danaparoid utk kontrol risiko propagasi
thrombosis.
Pemberian warfarin harus dihentikan pada kasus baru HIT karena berhubungan dgn venous limb gangren. Warfarin
tidak boleh diberikan pd kasus baru HIT karena berhubungan erat dgn timbulnya venous limb gangrene. Patogenesis venous
limb gangrene sendiri berhubunagn dgn kombinasi penurunan cepat protein C akibat warfarin dan patogenesis venous limb
gangrene tampaknya berhubungan dengan kombinasi penurunan cepat protein C akibat warfarin dan pembentukan trombin
terkait HIT yg tidakl
Agen GP IIa/IIIa inhibitor bekerja mengikat reseptor permukaan pd platelet shg tdk bisa mengikat fibrinogen. Reseptor IIa/IIIa
ini merupakan final common pathway dlm agregasi platelet shg GP IIa/IIIa inhibitor dikenal sebagai “ THE MOST POWERFUL
ANTIPLATELET AGENTS atau SUPERASPIRIN”
Trombotik
Terapi antitrombotik antiplatelet dan heparin untuk mencegah reocclusion
Aplikasi heparin bersama reperfusion therapy (terapi trombolitik) membantu mencegah reocclusion dan infark rekuren dgn
meminimalkan risiko efek protrombotik dari trombin yg terpajan saat disolusi clot.
Trombolitik
Evaluasi obat yg memicu fibrinolitik dimulai setelah penemuannya di awal 1980an
Agen fibrinolisis bekerja dgn mengubah plasminogen menjadi plasmin, dimana plasmin ini akan memecah fibrin mjd subunit yg
lebih kecil lagi.
Dalam memecah clot, apa beda streptokinase dgn alteplase ?
- Streptokinase bekerja pd plasminogen dlm sirkulasi dan menghasilkan status litik sistemik.
- Alteplase, tenecteplase, reteplase bekerja hanya pada plasminogen yg terikat pd fibrin & mnghasilkan clot-spesific lysis
Jadi perbedaannya pada site of action (systemic vs clot spesific)
Streptokinase itu protein bakterial Agen trombolitik pertama yg dievaluasi dan terbukti berhasil pada pasien dg MI akut dan
ST elevasi. Streptokinase kurang disukai walau merupakan agen plg murah dlm jajaran agen trombolitik karena bekerja seperti
antigen dan memicu demam (20-40% kasus), reaksi alergi dan akumulasi antibodi neutralisasi pd pemakaian berulang.
Alteplase (tissue plasminogena activator/ tPA) kloning molekular dari tPA endogen yg menggantikan streptokinase dlm
popularitas karena efek alergi dan superioritas manfaat menurut trial GUSTO.
Reteplase (rPA) varian molekular tPA, diberikan dlm 2 bolus dlm 30 menit dan efektif memicu lisis clot lebih cepat
Tenecteplase (TNK-tPA) varian tPA yg lain diberikan dlm bolus tunggal dan merupakan agen fibrinolitik paling spesifik dan
memicu lisis clot paling cepat.
Harga± Rp 300.000
Fondaparin Antithrombin dependent indirect inhibitor of activated Fxa. Half life 15 jam (lbh pjg dari UFH maupun
LMWH). Di USA hy diberikan utk kasus DVT, tidak perlu monitoring. Dosis diberikan 2,5 mg/hari subkutan
3. Simarc (Warfarin) – Antagonis vitamin K Warfarin – antikoagulan terbanyak dipakai dgn dosis tunggal pada
pemberian oral dan memiliki half life 37 jam setelah terikat seluruhnya oleh
albumin plasma. Mekanisme kerja menghambat aktivasi vitamin K pada
mikrosom hepar shg menekan pembentukan faktor pembekuan terkait
vitamin K spt protrombin. Warfarin diberikan sedikitnya 4 hari sebelum
heparinisasi dihentikan.
Pada kondisi gagal jantung kongestif, gagal hati (alkohol, malnutrisi), gagal
ginjal dan tiroktoksikosis (katabolisme vitamin K ↑) perlu reduksi dosis.
Intake diet yg mengandung vitamin K ( green salad) menurunkan efikasi
warfarin.
Harga ± Rp 1800/tablet Pemberian warfarin memerlukan monitoring INR rata rata 3 kali dalam
seminggu hingga 2 minggu. Setelah steady state requirement warfarin
diketahui, evaluasi INR diperiksa tiap 4-6 minggu.
Interaksi obat dengan 80 lebih obat lain :
Potensiasi allopurinol, kuinidin, amiodaron, sefalosporin
Inhibisi metronidazol, kotrimoksasol, simetidin
Kontraindikasi --- trisemester pertama kehamilan (teratogenicity) dan 2 minggu sebelum partus (bleeding risk)
WARFARIN SYNDROME --- Nasal hypoplasia, depression of nasal bridge, developmental delay, gangguan SSP dan fetal
hemorrhage (akibat pemberian warfarin yg mudah melewati plasenta)
4. Xarelto (Rivaroxaban) -- DFXaI
Harga ± Rp 30.000/tab
Harga Rp 25.000/caps
6. Salakinase
Salakinase mengandung :
Bacillus subtilis natto cultivation extract (nattokinase)
Dosis pemberian :
2x1 sd 2x2 caps per hari
Harga Rp 10.000/tab
9. Ciloztasol (Pleetal/Citaz) Cilostazol Fosfodiestrase (PDE) inhibitor. Mekanisme kerja cilostazol berasal
dari penghambatan PDE III yang akan meningkatkan cAMP, dengan
meningkatnya cAMP akan berakibat pada penghambatan agregasi platelet,
memperbaiki metabolisme lipid, dilatasi dan menghambat proliferasi VSCM
Dosis 2x 50-100 mg, diberikan setelah makan. Makanan berlemak membantu
absorbsinya. Obat ini memiliki waktu paruh 11-13 jam
Interaksi pemberian jangka pendek <4 hari, aspirin bersama cilostazol
meningkatkan penghambatan terhadap aggregator ADP sebesar 22-37%.
Dosis 1-2x 75 mg
Harga Rp 8000/tab
(dr ATA, 14/12/11) Ada berapa macam ulkus? Ada tiga Prinsip penanganan luka dg granulasi
Ulkus neuropati Buat suasana lembab
Ulkus iskemik Aplikasi duoderem
Ulkus campuran
Phantom pain sensasi post amputasi, pasien masih merasa seolah oleh kakinya terasa nyeri
Tidak ada kausa tunggal Charcot foot. Ada bbrp faktor predisposisi dan dipercaya dipicu oleh faktor individual terkait inflamasi
yg tidak terkendali pd kaki. Inflamasi yang terjadi memicu osteolisis yg secara tidak langsung berpotensi thdp terjadinya fraktur
progresif dan dislokasi. Saat tulang mengalami fraktur, pelepasan sitokin proinflamasi meliputi TNF-α dan IL 1β memicu
ekspresi polipeptida RANKL (receptor activator of nuclear factor KB ligand) yg pada akhrnya memicu maturasi osteoclas.
Osteoclas ini sendiri juga terbentuk dengan oleh macrophage colony stimulating factor dan RANKL dari pasien dengan CN aktif.
Klinis Charcot Joint dgn Rocker Bottom foot dan foto lateral. Tampak dislokasi sendi tarso metatarsal dg retakan pd garis talo –
metatarsal pertama ( garis patah-patah) dan penurunan sudut inklinasi kalkaneus (garis lurus)
Diabetes berhubungan dgn osteopenia. Bbrp bukti menunjukkan bhw penurunan BMD --- lbh cenderung dijumpai pd
diabetes tipe 1 drpd tipe 2. Penurunan BMD pd diabetes tipe 1 berhubungan dg hilangnya peptida islet spt insulin dan amilin,
keduanya berperan sbg faktor pertumbuhan tulang. Tapi kenyataannya, risiko fraktur pada diabetes tipe satu dan dua sama
besarnya. Beberapa kasus yg kerentanan tinggi terjadinya charcot ialah :
- Defisiensi vitamin D dg atau tanpa gagal ginjal
- Hiperparatiroidism yg akan mempebesar risiko penurunan BMD
- Pemberian thiazolidinediones yg mempengaruhi BMD – walau belum
- Pemakaian kortikosteroid pada pasien diabetes
Rogers LC, Frykberg RG, Amstrong DG, Boulton AJ. The Charcot Foot in Diabetes.
Diabetic Care 2011 ; 34 (9) 2123-2129
(dr HSB,15/12/14) Morning report Apa yang kamu pertimbangkan saat melakukan tindakan amputasi pada kasus di atas?
1. Level amputasi, biasanya kondisi di dalam lebih jelek daripada luarnya. Level amputasi bisa sampai pada above
knee dan harus dievaluasi apakah jaringannya masih viable
2. Open drainase, sebaiknya dilakukan open amputation untuk memungkinkan drainasenya
3. KIE keluarga bahwa kondisi pasien berat, sepsis dan operasi kita bertujuan sebagai source controll. Ada
kemungkinan pasien meninggal di atas meja operasi.
Bactigras is a medicated paraffin gauze dressing to prevent infection, soothe and protect wounds and allow wounds to drain
freely. Bactigras contains chlorhexidine for the prevention of infection.
Absorbent Dressing
ACTICOAT* Absorbent Dressing is an alginate dressing that provides antimicrobial protection in wounds with moderate to
heavy exudate. ACTICOAT Absorbent may help reduce infection in moderately to heavily exuding partial- and full-thickness
wounds including pressure ulcers, venous ulcers, surgical wounds, first- and second-degree burns, grafts and donor sites
Surgery is performed under general anesthesia. A tourniquet is used only briefly (average 35 minutes). After marking the limb, the incision is
carried down through skin, subcutaneous tissue, and fascia, and the muscles from the anterior and lateral compartments are divided (Figure 1).
The deep and superficial peroneal nerves and the saphenous nerve are pulled distally and divided, thus allowing them to retract away from
areas of pressure, scars, and vessels. The anterior tibial vessels are doubly ligated with 0 silk. The tibia is cleared to the skin retraction and
divided perpendicular to its long axis. The fibula is isolated and divided 15 mm shorter than the tibia. An amputation knife is used to dissect the
back of the tibia and fibula, and across the distal end of the flap. The deep posterior compartment muscle is resected, leaving the gastrocnemius,
soleus, and the muscular investing fascia intact. The superficial posterior compartment muscles are not beveled. The tibial and sural nerves are
pulled distally and divided and allowed to retract. The posterior tibial vessels are doubly ligated with 0 silk. The front of the tibia is beveled and
smoothed with rongeur and rasp. The wound is irrigated, the tourniquet is deflated, and hemostasis is achieved. A deep drain is placed. The final
step is to contour and inset the extended flap.
The flap is not beveled and is contoured by gently rounding the corners. It is positioned over the anterior pre-tibial skin, and the area of skin to
be removed is marked. The skin is excised, leaving the anterior pre-tibial subcutaneous tissue (Figure 2). Myodesis is performed, bringing up the
fascia of the soleus and securing it at two levels, one at the periosteum of the anterior tibia and one higher on the subcuta neous tissue with 2-0
suture (Figure 3). The suture line is more proximal than with the traditional flap of Burgess (Figure 4). The skin is closed with nylon suture and an
amputation cast is applied with tibial pads, a distal foam pad, supracondylar mold, and patellar cut-out. This rigid dressing prevents knee
contracture, protects the amputation site from additional trauma, allows physical therapy with straight-leg raising and towel-pull exercises, and
permits transfer training and single-leg ambulation in parallel bars or with a walker. The cast and dressing are changed on the fifth postoperative
day.
3.FOOT AMPUTATION
Sindrom ini pertama kali dideskripsikan oleh Zenker pada tahun 1862. Pada tahun
1873, Von Bergmann memperkenalkan istilah FES untuk pertama kali. Emboli lemak
ini terjadi pd semua pasien dgn fraktur tulang panjang dan biasanya asimptomatis.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis FES mencakup gagal napas, disfungsi serebral dan
petekie kulit
Disfungsi paru adalah manifestasi plg awal (75%) dimana 10%nya mjd gagal napas. Manifestasi berupa takipneu, dispneu,
sianosis, Hipoksemia dapat terdeteksi beberapa jam sblm onset keluhan respiratori. Perubahan cerebral tampak pada 86%
kasus, dan bersifat non spesifik mulai dari acute confuion hingga comma.
Disfungsi kulit bermanifestasi sebagai petechial rash pada dada, aksila, konjungtiva dan leher yg muncul dalam 24-36 jam dan
menghilang dalam waktu satu minggu pada 20-50% kasus.
Minor Criteria
1.Takikardia
2.Fever
3.Retinal Change
4.Jaundice
5.Renal Sign
6.Trombositopenia
7.Anemia
8.High ESR
9.Fat macroglobinemia
Mnrt kriteria Gurd dan Wilson, diagnosis FES membutuhkan 1 kriteria mayor dan 4 kriteria minor
Mnrt kriteria Schonfeld, diagnosis FES dipertimbangkan jumlah score bila lebih dari 5
Lymphedema disebabkan oleh anomali perkembangan sistem limfatik atau adanya trauma pada vaskulatura limfatik. Pada
kondisi ini cairan terkumpul dalam ruang interstitial yang menyebabkan pembesaran pada area tersebut. Komplikasi meliputi
disabilitas fungsional, gangguan psikososial, infeksi, perubahan kulit dan transformasi keganasan.
A. Primary Lymphedema
B. Secondary lymphedema
Alitalo K. Carmeliet P. Molecular mechanisms of Lymphangiogenesis in health and disease. Cancer 2002;1:209
Sebuah limfangiosarkoma, komplikasi jarang akibat lymphedema kronis dan lama (long standing lymphedema). Seringkali
terkait dengan keganasan misalnya pasca mastektomi atau radioterapi untuk kanker payudara. Lymphangiosarcoma juga
dapat terjadi akibat kongenital atau kausa lain dari lymphedema kronis sekunder. Prognosisnya cukup jelek bahkan pasca
eksisi bedah dan radioterapi sekalipun.
Gonne E, Collignon J, Angiosarcoma consecutive to chronic lymphoedema: a Stewart-Treves syndrome.
Rev Med Liege 2009;64(7-8):409-13
Tahun 1979, Scheiber mengatakan konsep bhw lymphedema dipicu oleh immunodefisiensi lokal dgn menilik pada penelitian
Stark di tahun 1960 dimana jaringan homograft skin yg ditransplantasikan pada lengan yg lymphedematous ternyata survive
lebih lama dibandingkan dengan lengan yg sehat derajat immunodefisiensi lokal dan kemungkinan adanya onkogenesis.
Schreiber H, Barry FM, Russell WC, Macon WL 4th, Ponsky JL, Pories WJ. Stewart-Treves syndrome.
A lethal complication of postmastectomy lymphedema and regional immune deficiency. Arch Surg. Jan 1979;114(1):82-5
KLINIS
PENUNJANG DIAGNOSTIK
Studi laboratorium untuk konfirmasi bahwa tumor berasal dari pembuluh darah :
- Antibodi terhadap faktor VIII – related antigen marker utk sel endotel. Lebih sensitif lagi lectin Ulex-europaeus I
yg bereaksi dengan sel tumor hemangiosarkoma
- CD 34 antigen --- marker vascular endothelial cell dan tidak bereaksi dgn endotelium limfatik
- Antikeratin antibodies menunjukkan tidak ada bukti keratin dalam keganasan, untuk membuktikan bahwa tumor
sel tidak berasal dari epitelial
- Staining positif untuk laminin, CD 31, kolagen IV, dan vimentin dapat membantu menegakkan diagnosis tumor
seperti angiosarkoma
STAGING
Menurut McConnel dan Haslam (1959), lymphangiosarcoma terbagi menjadi 3 derajat :
3. Prolonged lymphedema
4. Premalignant Angiomatosis
5. Frankly malignant angiosarcoma
(dr HK, weekly report 2011) Teknik operasi insersi double lumen utk
akses sentral via v. subclavia :
1. Informed consent, jangan lupa dan jelaskan risikonya
2. Siapkan larutan 100 cc PZ yang telah dicampur 5000 unit
heparin, bilas double lumen dengan cairan ini
3. Posisi pasien supinasi (datar) dengan punggung satu sisi
ipsilateral diganjal bantal supaya av subclavia lbh terdorong
ke superficial. Kepala menengok kearah kontra lateral
4. Desinfeksi dengan povidon iodine, lapangan operasi
dipersempit dengan doek steril
5. Dilakukan anestesi infiltrasi dengan lidokain pd lokasi pungsi
6. Spuit pungsi diisi dengan cairan PZ+heparin tersebut kira-
kira 2cc, siapkan untuk pungsi
7. Pungsi dilakukan 2 jari dibawah pertengahan clavicula
menyusuri sulkus deltopectoralis ke arah jugulum sterni.
Sulkus deltopectoralis adalah tempat jalannya a. axilaris
8. Pungsi dikenakan pada clavicula kemudian diturunkan sedikit ke bawah clavicula sambil aspirasi
9. Bila masuk akan tampak darah berwarna kehitaman (bila spuit terisi darah berwarna merah terang dan bertekanan
atau terdorong bila didiamkan berarti masuk arteri segera cabut & tekan yg lama)
10. Setelah masuk dalam v subclavia, masukkan wire sebagai guiding, kemudian dilebarkan dilator kecil dan besar, baru
double lumen dimasukkan
11. Cek dengan aspirasi double lumen.. bila ada salah satu jalur tidak lancar atau bila pasien merasa ada aliran/ nyeri
di bawah telinga maka dipertimbangkan kemungkinan false route ke jugular atau kingking
12. Fiksasi double lumen dengan side 2.0 dan rawat luka op
13. Foto toraks untuk memastikan sebaiknya tip double lumen ada di thoracal V
Apa saja yang dipertimbangkan untuk pemasangan double lumen pada anak?
- Pada anak harus dipersiapkan pada kondisi yang optimal, anak tidak sesak dan tidak gelisah
- Sebaiknya dilakukan dengan bantuan sedasi dan back up anestesi di ruang OK yang mampu untuk back up bila
terjadi hal yang tidak diinginkan.
Pada pemasangan
- Memasang dari subclavia vein kiri lebih mudah dibandingkan dari kanan karena alurnya lbh landai
- Memasang dari vena jugularis lebih terarah dan mudah (vena jugularis interna)
- Pertimbangan pemasangan dari femoral yang lebih aman
(Prof PR) Sebaiknya insisi pada arteri untuk anastomosis ialah 1/3 dari diameter
Risiko AV shunt bila shunt tll deras pelebaran pembuluh darah apalagi ditunjang biasanya pasien memiliki hipertensi
sehingga vena nya mkn melebar & shunt demikian harus ditutup krn sdh > 20% cardiac output.
(Prof PR). Apa beda AV shunt yang dibuat dengan shunt pada AVM? Shunt pada AV shunt biasanya berkisar 10% dari cardiac
output, sedangkan pada AVM yg besar hrs ditutup krn tlh mcapai 20% cardiac output bahkan lebih.
(dr HK, Okt 2011). Pasien CKD biasanya TD tinggi. Makin tinggi TD, flow di regio cubiti makin tinggi (ingat flow ya bukan
tekanan di cubiti!!) jadi arteriotomi tidak boleh lebih dari ½ cm karena berpotensi memicu tjdnya trombus (akibat turbulensi
yg terjadi mgkn?)
(Prof PR) AV shunt pada trauma seperti crush injury pada regio poplitea di beberapa center di Vietnam dilakukan AV shunt
pada av poplitea dgn tujuan arterialiasi kemudian di fasciotomi utk mcegah oedem. Jangan dibalik ya… eksplorasi dulu baru
fasciotomi!
Allen Test
(dr HSB, 20/12/11,bimbingan) Bagaimana cara membebaskan pembuluh darah? Harus sesuai aksisnya
(dr HSB, 20/12/11, bimbingan) Apa yg menyebabkan kebocoran post anastomosis pd AV shunt?
1. Pertama , adanya jahitan yang kurang rapat atau tidak rapi sehingga terbentuk ear dogs
2. Kedua, bila jahitan yang tidak all layer atau parsial dapat memicu terjadinya diseksi.
Rule of 6 :
- Aliran darah 600 ml/menit
- Akses vaskular 0,6 cm dibawah kulit
- Diameter minimal 0,6 cm
AV shunt sebaiknya dibuatkan pada lengan yang non dominan, pada sisi yang masih bersih dan bebas tusukan serta tidak
menggunakan double lumen pada sisi tersebut
EBPG on Vascular Access. (Nephrol Dial Transplant (2007) 22 [Suppl 2]: ii88–ii117)
.
Diameter a. radialis dan vena cephalica menentukan outcome
RCAVF & mpengaruhi strategi akses vaskular
Diameter minimal vaskular anastomosis ( a radialis dan vena
cephalica) dianjurkan minimal 2,0 mm utk keberhasilan RCAVF.
Diameter < 1,6 mm terkait dengan trombosis atau failure to
maturation
RCAVF (radial cephalic arterivenous fistula) adalah pilihan pertama untuk akses HD, bila maturasi berjalan adekuat, komplikasi
akan minimal. Tingkat kegagalan awal berkisar 5-30% akibat trombosis/ non maturasi, biasanya dipengaruhi oleh usia,
diabetes melitus dan penyakit jantung.
Bila pembuluh darah di pergelangan RCAVF terlalu kecil maka baru dipertimbangkan brachial-cubital (Gracz), brachial cephalic
dan brachial basilic. Ketiga anastomosis ini memicu aliran darah yg deras dan cukup untuk high efficiency dialysis. Insiden
trombosis dan infeksi rendah dan biasanya hasilnya baik. Kerugiannya ialah hipoperfusi distal iskemia tangan dan high
output cardiac failure khususnya pasien CAD dan/atau gagal jtg
Kecepatan aliran darah post anastomosis < 400 ml/menit kegagalan maturitas tidak ada shear stress pd pbuluh darah
gagal adaptasi vaskular (remodelling) gagal dilatasi vaskular dan gagal meningkatkan aliran.
Lokasi terjadinya stenosis vena paling umum pada graft yg menggunakan PTFE.
(a). Letak stenosis vena pada PTFE dyalisis graft. Tampak sebagian besar lesi pd anastomosis graft-vena atau dalam 6-10 cm dari
anastomosis dan juga pada anastomosis arterial
(b). Angiogram dari dialisis graft PTFE yg adanya pseudoaneurisma dan stenosis pada anastomosis graft-vena
Persiapan operasi
Surat Persetujuan Operasi dimintakan lebih dahulu.
Anamnesis pasien ;
1. Tentang HD ; sudah berapa kali? Lengan mana yg ditusuk? Kapan HD terakhir?
2. Penyakit yang mendasari ; ada DM? ada hipertensi? Riwayat pemakaian obat
Catatan Henry Sintoro 2015 695
Persiapan alat
Siapkan set AV shunt : Siapkan alat habis pakai :
- Doek Clamp (3) - Handschoen (3)
- Satinsky clamp - Lidokain 6 amp
- Buldog vena (1) Buldog arteri (2) - Spuit 10 cc (2)
- Pouch scissors - Surflo (kalo dr HK surflo besar , dr HSB surflo kecil 2)
- 1 Gunting - Suture Silk 1.0 dan 3.0
- 1 Metzebaum - Suture Premilene/ Prolene 7.0
- Hack - Suture Davilon 4.0
- Clamp - Elastic bandage 4 inch
Tahapan Operasi
- Evaluasi pembuluh darah dan perjalanan anatomisnya, evaluasi palpasi dan perkusi
- Desinfeksi dengan povidon iodine dari 1/3 distal humerus ke arah distal,
o jika dr HK cukup sampe telapak dan nanti dibalut dengan doek steril
o jika dr HSB desinfeksi sampai keseluruh telapak dan jari tangan,
- Drapping
o Pertama double drapping diatas meja dibawah lengan
o Pertahankan lengan terangkat , drapping sisi proksimal lengan dg drapping segitiga dan klem, lengan
diturunkan pelan-pelan hingga telapak tepat pada drapping segitiga pada distal kemudian balut.
o Drapping seluruh tubuh dan belakang kepala
o Tempatkan satu buah doek terlipat dibawah antebrachii sebagai ganjal
- Anestesi infiltrasi (lidokain siapkan 6 ampul ~ duration of action 1,5-2 jam),
o jika dr HK disuntikkan infiltrasi pada satu titik diantara arteri dan vena hingga bulging dan kemudian
diratakan dengan palpasi
o jika dr HSB disuntikkan sesuai distribusi arah insisi
- Insisi golf stick sesuai gambar A diatas. (ATA, 15/3/2012) Untuk pemula sebaiknya insisi jangan terlalu kecil karena
akan menyulitkan ekspos. Mata pisau saat insisi juga harus tegak lurus thd lap operasi jangan miring.
- Identifikasi vena cephalica – vena di teugel – bebaskan jaringan proksimal dan distal vena yang lengket dengan
gunting metzebaum sejajar aksis, hati-hati; pelan-pelan kalo narik, ingat ini bukan kawat jemuran. Saat
membebaskan pembuluh darah, dapat digunting sedikit kemudian tarik kebawah dan jangan terlalu dekat dengan
pembuluh darah supaya ada space untuk ligasi bila melukai pembuluh darah.
Evaluasi ada tidaknya cabang vena, jika ada cabang, dapat diligasi. Bedakan betul antara vena arteri dan saraf. Kalo
vaskular terasa ada lumen di dalamnya dalam palpasi dan amati percabangannya, kalo keras itu kemungkinan saraf.
- Identifikasi arteri radialis – arteri diteugel -- bebaskan arteri dari jaringan sekitar ke proksimal dan distal – evaluasi
arteri (pulsasi dsb)
- Rencanakan jenis anastomosis. Perlu dipertimbangkan sisi yg dijahit supaya tidak mengalami kesulitan saat
anastomosis. Sisi dari arah datangnya vena merupakan sisi yang dijahit terlebih dahulu
o Prof PR side to side anastomosis, dr HK dan dr HSB end to side anastomosis
Pertimbangkan jarak vena sebelum dipotong supaya tidak
kependekan (tension) atau kepanjangan (kingking, twisting )
– kira-kira tidak lbh dr jari lingkaran jarak arteri dan vena (dr
HK)
Potong miring v cephalica dgn mess no 11, dilatasi dgn irigasi
spooling NaCl+heparin; evaluasi ada tidaknya backflow,
klem vena dgn bulldog sedistal mungkin utk mcegah
kingking/ terpeluntir
(dr HSB) Ingat kalo motong dgn mess 11, pakai sisi
sampingnya, jangan menggunakan ujung mess karena nanti
akan dipakai untuk arteriotomi
Rekonstruksi vena dgn gunting pouch (mnrt DHI biar mirip
cobra gitu.., tapi ada yg bilang bikin diamond shape)
- Vena cephalica yang telah dipreservasi, kemudian didilatasi dg spooling NaCl menggunakan surflo ( dr HK,
menggunakan surflo besar no 16; dr HSB menggunakan surflo kecil no 20). Psg vein bulldog
- Cari arteri dan identifikasi. Tarik teugel arteri, bebaskan proksimal dan distal kemudian clamp arteri
o Dr HK clamp proksimal dan distal arteri dengan klem bulldog
o dr HSB clamp dengan satinsky
Amankan sekitar lapangan operasi dgn kassa basah. (kalo dr HSB jgn pake kain basah, pake klem)
- Lakukan anastomosis end to side, jahit dari arah sisi datangnya vena lbh dahulu dg castro dan benang premiline 7.0
dua jarum. Jarum pertama utk menjahit sisi belakang, jarum kedua utk menjahit sisi depan dan kmd bertemu pd
satu ujung dan buat simpul sebanyak mungkin. (dr HSB). Jahitan pertama, jarum jahit masuk dlm arteri (aturannya
arteri harus in-out) dan kmd lanjutkan ke vena dan seterusnya
- Saat menjahit, begitu satu tusukan masuk ke arteri dan vena, lsg tarik, atur ketegangan benang spy tdk kendor,
peranan asisten sgt membantu. Sisi benang yg tidak dibuat menjahit diklem dgn rubber set.
- Bulldog klem vena dibuka, bulldog klem arteri (satinsky) dibuka, evaluasi pengembangan vaskular, raba pulsasi dan
thrill yang terbentuk. Bila terjadi perdarahan post anastomosis kemungkinan
o Dog ear pada sudut anastomosis
o Diseksi karena jahitan tdk all layer
Apakah ada manfaat pemberian antikoagulan post AV shunt dan kaitannya dengan patency?
Sejumlah RCT melaporkan tidak ada perbedaan time to graft failure yg bermakna pd kelompok pasien yg mdpt
warfarin atau aspirin post AV shunt dgn kontrol dalam patensi shunt bahkan risiko perdarahan mencapai 10% post pemberian
warfarin. Pada studi DOPPS, pemberian warfarin bahkan akan memperburuk graft survival. Aspirin dan Clopidogrel juga tidak
menekan risiko graft thrombosis dan hanya meningkatkan bleeding risk saja. (Kaufmann 2003). Pentoxifilin juga tidak
memperbaiki patensi graft (Radmilovic 1989)
(dr HK, 3/6/13) Anak R, 9 thn pro AV shunt.. Bila NBP dibawah 90, risiko kegagalan AV shunt sgt tinggi
Steal syndrome ialah kondisi insufisiensi arterial distal akibat fistula hemodialisis permanen dimana terjadi ketidakseimbangan
antara aliran fistula adekuat dan perfusi distal. Hal ini dapat terjadi akibat diversi yang berlebihan pada sistem vena fistula 1
Iskemia ekstremitas dapat terjadi akibat fenomena steal, dimana tidak hanya aliran darah arterial yang secara bermakna
mengalir masuk dalam aliran vena dari fistula arteriovenous atau graft tetapi juga karena sejumlah aliran kolateral ke
ekstremitas distal “tercuri” oleh akses. 2
1Field M, Blackwell J, Jaipersad A, Wall M, Silva M, Morgan RH. Distal Revascularization with Interval Ligation (DRIL):
An Experience. Ann R Coll Surg Engl 2009;91:394-8
Harry R Schanzer
Professor of Vascular Surgery
Mount Sinai Hospital
Gambar 1. Skema arteriovenous fistula (AVF). (A) disertai steal (B) Ligasi interval, hanya menghilangkan steal
tetapi iskemia distal tetap ada (C) Revaskularisasi distal dan ligasi interval lengkap
Gambar 2. Gambaran topologi identik dan skematik AVF dengan steal dan DRIL. Pada setiap segmen tampak
perubahan resistansi dan resultant arah dari aliran pada lengan.
2. Ligasi
3. Banding
Catatan Henry Sintoro 2015 701