Anda di halaman 1dari 17

PENETAPAN KADAR α-MANGOSTINKULIT BUAH MANGGIS

(GarciniamangostanaL.) DENGAN MENGGUNAKAN METODE


SPEKTROSKOPI FT-IR DAN KLT DENSITOMETRI.

Dosen Pembimbing : Ema Dewanti, M. Si..

Oleh :
Riska Nimas Pramesti 1604015065
Ilham Hoirurrozi 1604015207
AnnisaNurhayati 1604015168
Sinta Devianti 1604015264
Ahmad Rizki Iskandar 1604015163
Kelompok : 8
Kelas : 7D

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Masyarakat Indonesia telah lama menggunakan tanaman obat untuk


pengobatan tradisional dalam berbagai jenis sediaan herbal (Hidayat, 2005).
Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu tanaman yang
dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Kulit buah manggis digunakan untuk
mengobati sariawan, disentri, nyeri urat dan sembelit (Sudarsono et al.,
2002). Bentuk sediaan herbal yang sejak lama digunakan oleh masyarakat
antara lain infusa dan dekokta. Penggunaan kulit buah manggis dalam bentuk
sediaaninfusa merupakanmetodeyangmudahdansederhana(DepkesRI,2000).
Komponen utama yang terkandung dalam kulit buah manggis adalah
xanton (Jung et al., 2006). Xanton merupakan senyawa yang terdiri dari
cincin aromatik trisiklik yang disubstitusi dengan bermacam-macam gugus
fenolik,
metoksi,danisopren(Walker,2007).Senyawaxantontersebutdiantaranyaadalah
9-hydroxycalabaxanthone, 3-isomangostin, gartanin, 8-desoxygartanin
(Walker, 2007),α-mangostin,γ-mangostin,β-mangostindanmetoksi-β-
mangostin(Akaoet al., 2008). Senyawa α-mangostin merupakan senyawa
paling banyak yang ditemukan dalam kulit buah manggis ( Jung et al., 2006).
Senyawa α-mangostin dan xanton lain yang terdapat pada kulit buah manggis
cenderung bersifat non polar (Walker,2007).
Senyawa-senyawa xanton yang terdapat dalam kulit buah manggis
mempunyai aktivitas untuk menghambat pertumbuhan sel kanker
payudara, epidermoid carcinoma, small cell lung cancer dan
hepatocellular carcinoma
(Obolskiyetal.,2009).Senyawaxantontersebutdapatmenghambatpertumbuh
an sel kanker usus besar DLD-1 dengan nilai IC50 metoksi-β-mangostin <
β- mangostin < α-mangostin < γ-mangostin (Akao et al., 2008). Makalah
ini dibuat untuk membandingkan penetapan kadar alfa mangostin dengan
menggunakan metode FT-IR dan KLT Densitometri

B. PerumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka diperoleh perumusan
masalah yaitu “berapakah kadar senyawa α-mangostin yang terkandung
didalamkulit buah manggis (Garcinia mangostana L) dengan metode KLT
Densitometri dengan FT-IR?”

C. TujuanPenelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar senyawa α-
mangostin padakulit buah manggis (Garcinia mangostana L) dengan
metode FT-IR dan KLT Spektrofotometri Densitometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DeskripsiTanaman

Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Guttiferanaless
Famili :Guttiferae
Genus :Garcinia
Species : GarciniamangostanaL.
(Rukmana, 1995)

1. NamaDaerah
Manggis disebut dengan berbagai macam nama lokal seperti manggu
(Jawa Barat), manggus (Lampung), manggusto (Sulawesi Utara),
manggista (Sumatera Barat) (Anonim, 2000).

2. MorfologiTanaman
Manggis termasuk tanaman tahunan (perennial) yang masa hidupnya
dapat mencapai puluhan tahun. Batang tanaman manggis berbentuk
pohonberkayu, tumbuh tegak ke atas hingga mencapai ketinggian 25 meter
atau lebih. Kulitbatangnyatidakratadanberwarnakecoklat-
coklatan.Percabangantanaman umumnya simetris membentuk tajuk yang
rimbun dan rindang mirip piramida. Daun manggis berbentuk bulat-telur
sampai bulat-panjang, tumbuhnya tunggal
danbertangkaipendeksekalitanpadaunpenumpu(stipulae).Strukturhelaidaun
tebal dengan permukaan sebelah atas berwarna hijau mengkilap, sedangkan
permukaansebelahbawahwarnanyahijaukekuning-kuningan(Rukmana,1995).

3. Senyawaα-mangostin
Senyawaα-
mangostinmerupakansenyawapalingbanyakyangditemukan dalam kulit
buah manggis (Gambar 1). Senyawa α-mangostin merupakan suatu kristal
amorf berwarna kuning yang memiliki titik lebur 180-182oC. Serapan
tertingginya pada daerah UV adalah pada panjang gelombang 215, 243
dan 317 nm (Ee et al., 2005). Senyawa α-mangostin cenderung bersifat
non polar, sehingga akan mudah larut dalam pelarut-pelarut yang bersifat
non polar, seperti heksan (Walker,2007).
BAB III

PEMBAHASAN

Jurnalke-1
Pengaruh Metode Isolasi a-mangostin dari Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.) terhadap Rendemen α-mangostin
A. Pendahuluan
Metodeisolasi a-mangostin pada jurnal ini dengan menggunakan
spektrofotometri FT-IR dimana a-mangostin pada metodeIR diperoleh bilangan
gelombang (Vmaks) sebesar 3422, 2922, 1642, 1610 nm (Eedkk., 2008).
B. Prosedur
Berikut ini merupakan prosedur pembuatan metode isolasi a-mangostin dari buah
manggis, yaitu :
1. Pembuatan Simplisia
Kulit buah manggis matang dan segar sebanyak 1 kg dibersihkan, kemudian
dipotong-potong tipis dan dikering anginkan selama 8 hari hingga menjadi
simplisia (bahankering). Simplisia kulit buah manggis tersebut diblender dan
kemudian diayak. Serbuk kering disimpan dalam wadah kedap udara dan
terlindung dari cahaya.
2. Ekstraksi Metode Maserasi
Seratus gram serbuk kering kulit buah manggis dimaserasi dengan 500 ml etanol
96% pada suhu kamar selama 24 jam. Maserat disaring dan diremaserasi dengan
200 ml etanol 96% pada suhu kamar selama 24 jam. Ekstrak total yang
didapatkan dievaporasi pada suhu 700C dengan kecepatan 70 rpm hingga
diperoleh ekstrak kental.
3. Ekstraksi Metode Sokletasi
Seratus gram serbuk kering kulit buah manggis dimasukkan kedalam tabung
soklet dengan pelarut etanol 96% 500 ml pada suhu 60 0C selama 60 menit. Hasil
soklet diambil, kemudian dilakukan sokletasi ulang dengan menggunakan pelarut
etanol 96% 200 ml. Ekstrak total yang didapatkan dievaporasi pada suhu 600C
dengan kecepatan 70 rpm hingga diperoleh ekstrak kental.

4. Pemurnian Ekstrak Kulit Buah Manggis


Ekstrak kulit buah manggis yang diperoleh dimurnikan menggunakan metode
rekristalisasi. Ekstrak dilarutkan dengan etanol kemudian ditambahkan aquades
(perbandingan etanol : aquades adalah 1:1), dinginkan dalam lemari pendingin
pada suhu 40C selama 24 jam. Antara Kristal dan cairan dipisahkan dengan cara
disaring menggunakan kertas saring. Isolat dimonitoring dengan kromatografi
lapis tipis (KLT), dilakukan uji titik leleh dan kemudian dilanjutkan dengan
identifikasi spektrofotometri FT-IR.

C. Hasil

Rendemen ekstrak etanol kulit buah manggis yang diperolehdari proses


maserasi adalah 30,12% sedangkan dari proses sokletasi 26,34%. Hal ini
memperlihatkan bahwa dengan proses ekstraksi yang lebih mudah dan
sederhana (maserasi) mampu menghasilkan ekstrak yang lebih banyak.

Kristal yang terbentuk dimonitoring dengan kromatografi lapis tipis (KLT)


menggunakan eluen kloroform. Setelah terbentuk satu spot/bercak pada KLT
dengan nilai Rf 0,3, kemudian Kristal dikeringkan dan ditimbang. Rendemen α-
mangostin yang dihasilkan dari ekstrak dengan metode maserasi adalah 4,27%
sedangkan dengan metode sokletasi 2,13%. Metode ekstraksi maserasi
menghasilkan rendemen ekstrak dan rendemen α-mangostin yang lebih tinggi
dibandingkan dengan metode sokletasi. Hal ini terjadi karena proses sokletasi
membutuhkan pemanasan agar terjadi kontak antara pelarut dengan bahan baku
serta waktu yang lebih lama. Pada suhu 60ºC dan waktu 60 menit proses sokletasi
belum optimum karena titik didih etanol adalah 78,3ºC, sehingga proses
penguapan pelarut masih berlangsung sebagian. Pada proses maserasi, pelarut
dan bahan baku sudah terjadi kontak pada saat pencampuran dan adanya proses
pengadukan mampu mengoptimalkan kontak antara pelarut dan bahan baku.

Selanjutnya diuji titik lelehnya menggunakan alat pengukur titik leleh (A.
KRUSS OPTRONIC Germany) dan dihasilkan nilai titik lelehnya adalah 179,7
ºC. Hal ini sesuai dengan yang dilaporkan oleh Shankaranarayan dkk. (1979)
bahwa titik leleh α-mangostin adalah 178-180 0C.

Berikut merupakan spektrum hasil uji spektroskopi FT-IR:

Pada spektrum IR menunjukkan serapan-serapan yang khas untuk beberapa


gugus fungsi, diantaranya adalah pada bilangan gelombang (Vmaks) 3423 cm-1
menunjukkan adanya hidroksil bebas, sedangkan serapan pada bilangan
gelombang (Vmaks) 2990 cm1 , 2962 cm-1 , 2923 cm-1 dan 2854 cm-1
menunjukkan adanya gugus C-H alifatik. Serapan dengan bilangan gelombang
(Vmaks) 1643 cm-1 menunjukkan adanya satu karbonil yang terkhelat oleh gugus
hidroksi, sedangkan serapan pada bilangan gelombang (Vmaks) 1612 cm-1 dan
1584 cm-1 menunjukkan kekhasan –C=C- aril sp2 pada sistem aromatik dan
serapan pada bilangan gelombang (Vmaks) 1280 cm-1 menunjukkan adanya satu
gugus –C-O eter.

D. Kesimpulan

Kesimpulan dari metode ini bahwa isolasi α-mangostin menggunakan


metode maserasi menghasilkan rendemen ekstrak dan rendemen α-mangostin
lebih tinggi dari pada metode sokletasi dan hasil spektroskopi FT-IR menunjukan
senyawa isolat adalah senyawa α-mangostin.
Jurnal ke-2

Penetapan Kadar Alfa Mangostin Dan Uji Aktivitas Atibakteri S. aureus Pada
Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
A. Pendahuluan
Kandungan kimia yang terkandung pada kulit buah manggis meliputi saponin,
tanin, flavonoid, triterpenoid/steroid, xanthone dan zat warna kuning yang berasal
dari metabolit sekunder yaitu mangostin, α-mangostin dan β-mangostin.Karena
xanthone dari kulit buah manggis banyak memiliki khasiat, sehingga banyak
produkkesehatan yang telah memanfaatkan khasiat xhantone (terutama α-
mangostin) dengan menggunakan crude extract dari kulit buah manggis. Biasanya
pelarut yang digunakan pembuatan crude extractadalah etanol 96%, namun belum
dapat ditentukan apakah senyawa alfa mangostin yang terkandung pada kulit buah
manggis dapat terekstraksi seluruhnya dalam etanol 96%. Berdasarkan hal
tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengetahui kadar α-mangostin pada
ekstrak etanol kulit manggis dan aktivitas antibakteri dari ekstrak tersebut
terhadap Staphylococcus aureus.
B. Prosedur
Berikut ini merupakan prosedur pembuatan penetapan kadar alfa mangostin dan
uji aktivitas atibakteri S. aureus Pada Ekstrak Etanol Kulit Buah manggis, yaitu
:
1. Pengumpulan dan Pengolahan Simplisia
Sampel dikumpulkan secara purposif dari Desa Luwus, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan, Bali. Sampel kemudian diidentifikasi di Pusat Penelitian
Determinasi Kebun Raya Eka KaryaBedugul, Tabanan, Bali. Simplisia dicuci
hingga bersih, kemudian dikeringkan pada temperaturruang, setelah kering
simplisia diserbuk menggunakan blender dan diayak. Hasil ayakan
dikeringkandalam oven dengan temperatur 40°C. Serbuk yang diperoleh,
kemudian ditetapkan kadar airnyamenggunakan moister analyzer (Shimadzu)
pada temperatur 105°C.
2. Proses Maserasi Serbuk Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Sampel dimaserasi dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan 1:10 b/v selama 3
hari. Ampasyang diperoleh diremaserasi menggunakan etanol 96% dengan
perbandingan 1:4 b/v selama 24 jam.Maserat kemudian diuapkan pelarutnya
dengan rotavapor temperatur 50°C, lalu dilanjutkan denganpenangas air
temperatur 50°C hingga diperoleh ekstrak kental.
3. Penetapan Kadar Air Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah Manggis (Garcinia
mangostana L.)
Penetapan kadar air ekstrak etanol 96% kulit buah manggis dilakukan dengan
metode gravimetri padaMateria Medika Indonesia (Depkes RI, 1995).
4. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 96% Kulit Buah Manggis
Skrining fitokimia yang dilakukan terhadap ekstrak etanol 96% kulit buah
manggis meliputiidentifikasi saponin, flavonoid, alkaloid dan fenolik (Depkes RI,
1995; Farnworth, 1966)
5. Penetapan Kadar
a. Pembuatan larutan sampel ekstrak etanol 96% kulit buah manggis
Ditimbang 200 mg ekstrak kulit buah manggis dalam botol vial lalu dilarutkan
dalam 2 mL etanol96% dan disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian
diencerkan kembali dengan perbandiangan 1:100v/v dilarutkan dengan etanol PA
(larutan sampel).
b. Pengukuran Kadar alpha mangostin pada ekstrak etanol 96% kulit buah
manggis Seri standar baku alpha mangostin dibuat dengan larutan standar
konsentrasi 100 μg/mL. Larutanstandar ditotolkan sebanyak 1 μL, 4 μL, 8 μL dan
12 μL, 16 μL dan 20 μL. Larutan sampel ditotolkan sebanyak 4 μL. Plat dielusi
dengan kloroform : metanol (10:0,1) dengan jarak pengembangan 8 cm. Plat
dikeringkan dan spot diamati di bawah sinar Ultraviolet 254. Luas area dibawah
kurva alpha mangostin diukur dengan Spektrofoto- densitometer. Kadar alfa
mangostin dalam isolat ditentukan dari hasil regresi linier terhadap larutan standar
alpha mangostin.
c. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.). Ekstrak etanol kulit buah manggis dibuat konsentrasinya menjadi
10%, 1%, 0,1%, dan 0,01% b/v (g/ml). Konsentrasi tersebut dibuat dengan cara
melakukan pengenceran pada ekstrak etanol kulit buah manggis, yaitu dengan
menimbang ekstrak 100 mg kemudian dilarutkan dengan alkohol 70% hingga
volumenya menjadi 1 ml. Untuk konsentrasi 1% dibuat dengan cara diambil 1 ml
larutan uji konsentrasi 10% kemudian dilarutkan dengan alkohol 70% hingga
volumenya 10 ml dan seterusnya untuk pembuatan konsentrasi 0,1% dan 0,01%.
6. Pembuatan Suspensi Bakteri
Kultur murni bakteri Staphylococcus aureus yang telah diremajakan dalam media
Natural Broth (NB) diambil 1 ml dan disentrifuse dengan kecepatan 5.000 rpm
selama 10 menit. Bagian media yang terpisah dengan bakteri dicucikan dengan
menggunakan NaCl 0,9% higga volumenya 1 ml. Suspensi tersebut divortex
selama 5 menit hingga bakteri tersuspensi homogen.
7. Pengujian Aktivitas Antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak kulit manggis menggunakan metode
disk difusion(tes Kirby & Bauer) dengan bakteri uji Staphylococcus aureus dan
media Muller Hilton Agar (MHA). Sebanyak 100 μl suspensi bakteri S. aureus
disebarkan ke dalam cawan petri yang telah berisi media MHA. Cakram difusi
yang terbuat dari kertas whatman, diisi dengan larutan uji untuk masing-masing
cakram, dibuat juga kontrol negatif berupa cakram yang diisi alkohol 70%,
kontrol positif berupa cakram yang diisi klindamisin konsentrasi 1%, dan kontrol
media berupa cakram tanpa perlakuan. Cakram tersebut ditempatkan ke dalam
media MHA yang telah disebar bakteri S. aureus kemudian diinkubasi pada
temperatur 370C selama 24 jam secara aerob. Pengamatan dilakukan terhadap
zona hambat yang terbentuk.
8. Penentuan Konsentrasi Hambat minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh
minimum (KBM)
Penentuan nilai KHM dan KBM dari ekstrak etanol kulit buah manggis
menggunakan metode cakram difusi dengan konsentrasi larutan uji dibuat seri
0,1%, 0,08%, 0,06%, 0,04% dan 0,02% b/v (g/ml) media Muller Hilton Agar dan
bakteri S. aureus. Cakram difusi yang terbuat dari kertas whatman, diisi dengan
larutan uji untuk masing-masing cakram, dibuat juga kontrol negatif berupa
cakram yang diisi alkohol 70%, kontrol positif berupa cakram yang diisi
klindamisin konsentrasi 0,02%, dan kontrol media berupa cakram tanpa
perlakuan. Cakram tersebut ditempatkan ke dalam media MHA yang telah disebar
bakteri S. aureus kemudian diinkubasi pada temperatur 370C selama 24 jam
secara aerob. Pengamatan dilakukan terhadap zona hambat yang terbentuk dan
ada tidaknya
daerah bening.
C. Hasil
Hasil identifikasi terhadap olahan simplisia yang dilakukan di Pusat
Penelitian Determinasi Kebun Raya Eka Karya Bedugul, menunjukkan bahwa
tumbuhan ini termasuk ke dalam suku Clusiaceae, marga Garcinia dan spesies
Garcinia mangostana L.
Pada Proses Maserasi Serbuk Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
Perolehan ekstrak kental dari hasil maserasi adalah 161,68 gram dengan rendemen
adalah 8,08 %.
Skrining Fitokimia Tabel 1. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 96%
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.)
No Skrining Hasil Positif Hasil yang Kesimpulan
Fitokimia menurut Pustaka diperoleh
1. Saponin Ada busa yang Tidak terbentuk Negatif
bertahan ± 10 menit busa
setinggi 1-10 cm
2. Flavonoid Fluoresensi kuning Terdapat Positif
intensif fluoresensi kuning
intensif
3. Alkaloid Terbentuk endapan Terbentuk warna Positif
oranye(Pereaksi oranye
Dragendorff) (dragendroff)
Terbentuk endapan Terbentuk
putih (Pereaksi endapan putih
Mayer) (Mayer)
4. Fenolik Terbentuk warna hijau Terbentuk warna Positif
kehitaman hijau kehitaman

Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan data yang berbeda dengan


pustaka, Menurut Ngamsaeng, et al., selain kandungan antibakteri dan
antioksidannya yang tinggi, ekstrak etanol kulit buah manggis juga mengandung
saponin dalam jumlah yang cukup besar yakni sekitar 10%. Namun dari hasil
skrining fitokimia, ekstrak etanol kulit buah manggis tidak mengandung saponin.
Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan cuaca, sinar matahari, temperatur udara,
kadar karbondioksida, oksigen, kelembaban, sifat kimia dan fisika tanah, dan
ketersediaan air di dalam tanah (Nitisapto dan Siradz, 2005).
Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit
buah manggis memiliki zona hambat lebih kecil empat kali lipat dari klindamisin
sebagai kontrol positif. Hal ini memperlihatkan bahwa ekstrak etanol memiliki
aktivitas antibakteri yang jauh lebih lemah dibandingkan klindamisin.
Berdasarkan tabel dapat terlihat jika semakin besar konsentrasi ekstrak maka
besar zona hambat akan meningkat juga. Terlihat untuk ekstrak dengan
konsentrasi 0,1%, 1% dan 10% memiliki besar zona hambat berkisar antara 7-8,5
mm.
Hasil penelitian menunjukkan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) pada
konsentrasi 0,06% (g/ml) yang dilihat dari mulai adanya zona hambat pada kertas
cakram dan Konsentrasi Bunuh Minimun (KBM) pada konsentrasi 0,1% (g/ml)
yang dilihat dari terbentuknya zona yang bening tanpa terlihat adanya
pertumbuhan berupa kekeruhan pada zona tersebut. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan Masniari pada tahun 2010 nilai Konsentrasi Hambat minimum untuk
ekstrak kulit buah manggis sebesar 2% (g/ml). Perbedaan dapat disebabkan oleh
sumber bahan dan perlakuan yang berbeda.

Penetapan kadar alfa mangostin


Hasil pengamatan spektrum standar alfa mangostin dan larutan sampel ekstrak
etanol 96% kulit buah manggis ditampilkan pada gambar 1.
Gambar 1. Spektrum standar dan sampel ekstrak etanol 96% kulit buah manggis
dengan λmaks 318 nm.
Tabel 2. Penetapan persamaan untuk kurva kalibrasi.
A B C
2 789 y = 114,7x +
571,1
1,6 764 R 2 = 0,969
1,2 728
0,8 667
Keterangan:
A : Massa standar alfa mangostin (g)
B : Nilai AUC standar alfa mangostin
C : Persamaan regresi linier

Tabel 3. Hasil pengamatan sampel ekstrak etanol 96% kulit buah manggis
A B C D
1 4 785 1,864
2 4 792 1,922
3 4 795 1,955
Keterangan:
A : Replikasi sampel
B : Massa sampel dalam totolan (g)
C : Nilai AUC
D : Massa alfa mangostin dalam totolan (g)

Berdasarkan tabel 3. diperoleh massa rata-rata alfa mangostin dalam totolan


sebesar 1,914(g) (47,85% dengan RSD 0,74%.).
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kadar alfa mangosti pada ekstrak etanol 96%
kulit buah manggis yang diukur pada panjang gelombang 318 adalah 47,85%
dengan RSD 0,74%.
Nilai Konsentrasi Hambat Minimum dari Ekstrak etanol kulit manggis adalah
0,06% (g/ml) dan nilai Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit
manggis adalah 0,1% (g/ml).
BAB IV

KESIMPULAN

Pada metode kedua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa metode


menggunakan spektrofotodensitometri menghasilkan kadar yang lebih besar yaitu
sebesar 47,85%.
DAFTAR PUSTAKA

Cowan MM. (1999). Plant Product as Antimicrobial Agents. Clinical Microbiol.


Review 12 (4):56- 582.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, pp. 334, 336, 337.
Farnworth, N. R. (1966). Biological and Phytochemical Screening of Plant. J.
Pharm. Sci., 55: 59.
Linuma M, Tosa H, Tanaka T, Asai F, Kobayashi Y, Shimano R, Miyauchi K.
(1996). Antibacterial Activity of Xantones From Guttiferaeous Plants
Against Methicilin-Resistant Staphylococcus aureus. J. Pharm. Pharmacol.
48(8): 861-865.
Masniari P. (2010). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis
(Garcinia mangostana Linn.).Pusat Penelitian Botani-LIPI. Bogor,
Bandung.
Ngamsaeng, A., M. Wanapat dan S. Khampa. (2006). Effectof Mangosteen Peel
(Garcinia mangostana) Supplementation of Ecologi Microbial Protein
Synthesis, Digestibility and Voluntary Feed Intake in Cattle. Pakistan
Journal (5): 445-452.
Nitisapto, M., dan S. A. Siradz. (2005). Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk
Pengembangan Jahe pada Beberapa Daerah di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 5(2): 15-19.
Sherma, J. & Fried, B. (1996). Handbook of Thin-Layer Chromatography. 3rd
Edition. New York: Marcel Dekker, Inc. Hal : 135- 139.
Subroto, M.A. (2008). Real Food True Health. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Srivasta, A., Misra, H., Verma, R.K., & Gupta, M.M. (2004). Chemical finger
printing of Andrographis paniculata using HPLC, KLTKT and
Densitometry, Phytochemical Analysis, 15 : 280-285.
Tambunan, R. M. (1998). Telaah Kandungan Kimia dan Aktivitas Antimikroba
Kulit Buah Manggis. Tesis. Institut Teknologi Bandung, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai