Abstract
One of the substitute for sucrose is xylitol. Xylitol is a sweetener that has excellent properties for
food development and pharmaceutical products. Xylitol can be obtained from the hydrolysis of
xylan into xylose, and then converted into xylitol with fermentation by using Candida tropicalis
yeast. Corn cob as agricultural waste is one important source of xylose because xylan content in
range of 12.4 to 31.94%. The success of the fermentation reaction is influenced by several
operating parameters, such as raw material type, the type of yeast used, the ratio of raw materials
for fermentation reactions, temperature, pH conditions, and time. Xylitol production in this
research was conducted through several stages such as pretreatment of raw material, hydrolysis,
xylose treatment, and fermentation. Corn cobs were used as raw material for source of xylan. The
variables of fermentation were time and temperature i.e 12, 24, 36, and 48 hours and 30, 34, and
37oC respectively. This research revealed that the optimum condition applied at 30oC and 48 hours
with yield 0.558 g xylitol/g xylose. It showed that the effective growth of Candida tropicalis occur
at 30oC and 48 hours.
heksuronat (glukoronat, metilglukoronat dan ragi, dengan strain dari genus Candida dan
galakturonat) dan deoksi heksosa (rhamnosa Debaryomyces hansenii menjadi produsen
dan fruktosa). Rantai utama hemiselulosa alami terbaik. Namun rute mikroba untuk
dapat hanya terdiri atas satu macam monomer produksi xilitol ramah lingkungan dan
saja (homopolimer), misalnya xilan, atau penelitian di bidang ini terus bertambah.
dapat terdiri dua atau lebih monomer Enzim utama untuk produksi xilitol dalam
(heteropolimer), misalnya glukomanan ragi adalah reduktase D-xilose yang, baik
(Kulkarni et al., 1999). menggunakan NADH atau NADPH,
Xilan dapat diproses menjadi gula mengurangi D-xilose ke xilitol, dan terutama,
xilitol melalui proses hidrolisis xilan menjadi NAD-linked dehidrogenase xilitol yang
xilosa, kemudian dihidrogenasi menjadi reoksidasi xilitol untuk D - xilulosa.
xilitol. Xilanase adalah enzim yang dapat Akumulasi xilitol dalam ragi peka terhadap
menghidrolis xilan menjadi xilosa. Xilanase kondisi lingkungan seperti nutrisi, suhu, pH ,
dapat dimanfaatkan untuk campuran pakan inokulum dan aerasi substrat dengan dua
ternak, penjernih sirup, pembuatan gula xilosa terakhir menjadi penting untuk pertumbuhan
dan bahan proses pemutih kertas (Beg et al., ragi dan fermentasi. Hemicellulosic
2001). Xilosa ini dapat dikonversi menjadi hidrolisate berasal dari kayu, terutama dari
xilitol. residu pertanian seperti gula tebu, tongkol
Xilitol, gula alkohol lima karbon, jagung, gandum dan jerami padi yang
memiliki kekuatan yang sama seperti pemanis digunakan sebagai bahan baku untuk produksi
sukrosa. Xilitol dapat diproduksi dari xilitol. Karena keberadaan komponen hambat,
hidrogenasi katalitik xilosa atau xilosa kaya beberapa hidrolisat harus diperlakukan
hidrolisat hemiselulosa. Bahan kimia rute sebelum pemanfaatan mikroba (Parajo et al.,
produksi memerlukan pemurnian luas untuk 1998a, Rodrigueset et al., 1998; Sene et al.,
memenuhi standar makanan dan farmasi 2000).
sehingga produk ini sangat mahal. Produksi Kemampuan lima strain ragi
mikroba belakangan ini lebih menarik karena (terisolasi secara lokal) untuk memfermentasi
pengolahan hilir diharapkan akan lebih murah xilosa menjadi xilitol diseleksi menggunakan
(Rodrigues et al., 1998; Winkelhausen & hidrolisat tongkol jagung hidrolisat. Mikroba
Kuzmanova, 1998). Struktur xilitol dapat yang melakukan biokonversi xilosa menjadi
dilihat pada Gambar 1. xilitol adalah ragi, bakteri, serta fungi.
Mikroorganisme terbaik dalam memproduksi
xilitol adalah ragi terutama dari genus
Candida (C. guilliermondii, C. tropicalis, C.
pelliculosu, C. parapsilosis) dan genus
lainnya seperti Debaryomyces hansenii,
Saccharomyces sp. dan Penicillium sp.
Candida tropicalis terbukti menjadi produser
Gambar 1. Struktur xilitol (Anonim, 2013) terbaik. Efek dari kondisi kultur yaitu pH
awal, sumber nitrogen dan konsentrasi ekstrak
Xilitol banyak digunakan untuk pasta ragi pada produksi xilitol dapat dievaluasi.
gigi karena dapat menguatkan gigi dan Kondisi untuk batch produksi xilitol,
bersifat anti caries. Dalam pengembangan menggunakan C. tropicalis amobil sel ragi
bioproses xilan dimanfaatkan untuk substrat tumbuh dihidro jel pembawa kopolimer telah
sumber karbon pada media pertumbuhan dioptimalkan. Efek suplementasi medium
mikroba penghasil xilanase (Beg et al., 2001). fermentasi dengan konsentrasi metabolik
Biokonversi dapat dilakukan dengan inhibitor yang berbeda (asam mono fluoro
jamur, bakteri, ragi atau dimurnikan enzim acetat atau asam monoc hloro asetat) dan
dari mikroorganisme ini. Para produsen metanol sebagai pengubah aktivitas produksi
xilitol yang paling banyak dipelajari adalah xilitol oleh sel amobil dipelajari. Dalam
Tabel 1. Produksi xilitol oleh berbagai macam jenis ragi dari dari hidrolisat tongkol jagung setelah
4 hari dan pH awal 5.0 (El Batal & Salwa, 2004)
east strain Konsumsi Xilosa Konsentrasi Xilitol Koefisien yield Xilitol
C.boidinii 37.2 11.7 0.32
C.gulliermondii 38.5 13.4 0.35
C.tropicalis 37.4 16.5 0.44
Pichia farinose 40.7 10.6 0.26
Rhodotorula glutinis 39.3 12.8 0.33
Tujuan umum penelitian ini adalah alumunium foil, gelas ukur, corong, sentrifus,
membuat xilitol dari tongkol jagung. Tujuan pompa vakum, ayakan, hydroclave, blender,
khususnya adalah menentukan kondisi pemarut, neraca digital, gelas kimia, pH
terbaik yaitu dari variasi waktu dan meter, labu ukur, piknometer, cawan
temperatur fermentasi dikaitkan dengan porselin, pisau, botol sampel. Bahan-bahan
rendemen campuran gula xilitol yang yang digunakan adalah tongkol jagung,
dihasilkan. larutan H2SO4 0.1 N, larutan NaOH 0,1 N,
kertas saring, kapas berlemak dan air suling.
MATERIAL DAN METODE Cara kerja tahap pembuatan xilosa
Penelitian dilakukan di Laboratorium merujuk dan memodifikasi penelitian
Penelitian Teknik Kimia Kampus Itenas, Octaviani dan Elsya (2011). Perlakuan awal
Bandung pada tahun 2012-2013. Penelitian bahan baku dan hidrolisis dilakukan sebagai
melalui beberapa tahap kegiatan, yaitu tahap berikut, yaitu tongkol jagung dicuci kemudian
pembuatan xilosa dan tahap pembuatan dikeringkan di dalam oven pada temperatur
xilitol. Tahap pembuatan xilitol terdapat 60oC sampai berat tongkol jagung tersebut
beberapa tahap, yaitu tahap inokulasi, tahap konstan. Tongkol jagung dihaluskan
fermentasi dan tahap analisis kualitatif xilitol. menggunakan blender dan diayak dengan
Tahap hidrolisis dilakukan pada pH 5.5 ukuran 40 dan 50 mesh.
dengan konsentrasi larutan H2SO4 0.1 N. Tahap hidrolisis dimulai dengan
Tahap fermentasi menggunakan jenis ragi penimbangan sebanyak 10 gram tongkol
Candida tropicalis dengan variabel waktu jagung, kemudian dimasukkan ke dalam labu
fermentasi 24, 48, 72 dan 96 jam serta erlenmeyer 250 ml. larutan H2SO4 dengan
temperatur fermentasi 28, 34, dan 38 oC. konsentrasi 0,1 N sebanyak 100 ml
Penelitian ini menggunakan alat utama ditambahkan ke dalam labu erlenmeyer (rasio
berupa seperangakat alat fermentor seperti tongkol jagung terhadap larutan H2SO4
pada Gambar 2. Alat pendukung sebagai adalah 1:10 b/v). Sampel didiamkan dalam
berikut: autoclave, labu erlenmeyer 1 oven, suhu kamar selama 12 jam.
Sampel dihidrolisis menggunakan menggunakaan pompa vakum dengan
hydroclave pada temperatur konstan yaitu mengambil hidrolisat berupa cairan.
135oC selama 30 menit. Sampel disaring Hidrolisat ditambahkan larutan NaOH, diatur
pH samapai dengan 5,5. Sentrifugasi larutan Sample dianalisis untuk mengetahui kadar
dengan kecepatan putaran 6000 rpm dan xilosa dengan menggunakan HPLC.
waktu 20 menit. Hidrolisat diuapkan sampai
dengan ½ volume awal dengan suhu 100oC.
Gambar 2. Alat untuk proses fermentasi
Tabel 2. Data kadar xilosa dari tongkol jagung (Fairus, et al., 2011)
No Kandungan Kadar (mg/kg) Rata-Rata (mg/kg) Kadar (g/L)
20973,572
1. Glukosa 20970.434 27,45
20967,294
30678,838
2. Xilosa 30692.417 40,18
30705,996
5699,852
3. Arabinosa 5558.375 7,28
5416,897
Hidroksimetilfu 856,697
4. 895.479 1,17
lfural (HMF) 934,261
Pada Tabel 3 menunjukkan hasil hidrolisis analisis menunjukkan bahwa hidrolisis tongkol
jagung menghasilkan produk utama berupa xilosa dan poduk samping berupa arabinosa. Xilosa
didapatkan dari hidrolisis hemiselulosa berupa xilan dan arabinosa didapat dari hidrolisisis cabang
rantai induk xilan. Selain arabinosa, produk samping yang biasa dihasilkan dari hidrolisis tongkol
jagung yaitu glukosa yang dihasilkan dari hidrolisis selulosa. Diketahui rendemen xilosa sebesar
0,633 yang didapat dari perbandingan berat kering hidrolisat dengan berat kering tongkol jagung
sebesar 26,433 gram.
12.4 to 31.94%, sehingga didapat tongkol aerasi, konsentrasi substrat, dan konsentrasi
jagung sebagai bahan baku yang baik untuk kosubstrat (Parajo et al., 1998). Nilai pH yang
pembuatan xilosa. Hasil rendemen campuran digunakan 5.5 yang termasuk di antara nilai
gula pada percobaan 2 lebih besar daripada pH yang baik untuk Candida sp. yaitu 4-6.
percobaan 1. Hal ini karena temperatur pada Aerasi merupakan faktor yang penting karena
percobaan 2 lebih besar dari pada percobaan 1 ketersediaan oksigen di dalam media dapat
yang menyebabkan pemutusan rantai pada mempengaruhi pertumbuhan khamir,
xilan lebih cepat dan menghasilkan lebih kecepatan pengambilan substrat, dan
banyak monomer-monomer gula. Ukuran kecepatan pembentukan produk.
mesh yang lebih kecil yaitu 50 mesh Penelitian ini menggunakan ragi jenis
menghasilkan ukuran butiran tongkol jagung C. tropicalis yang merupakan jenis ragi
yang lebih halus sehingga lebih banyak terbaik untuk mengonversi xilosa menjadi
menghasilkan xilosa. xilitol. Hasil penelitian Anggraeni (2011)
Fermentasi konversi xilitol dengan menggunakan C.
Sebelum masuk ke tahap fermentasi, tropicalis mendapatkan konsentrasi xilitol
semua peralatan dan media yang digunakan 12.08 g/l. Xilosa dengan nilai rendemen 555,1
disterilisasi terlebih dahulu untuk mencegah mg xilosa/g tongkol jagung digunakan pada
kontaminasi oleh mikroorganisme lain, media fermentasi sebagai substrat yang dapat
adanya mikroorganisme lain yang tidak langsung direduksi menjadi xilitol. Kadar
diinginkan dapat menghambat pertumbuhan xilosa yang didapat dari tahap sebelumnya
karena terjadi kompetisi untuk merebutkan didukung dengan adanya glukosa pada media
nutrisi yang terdapat dalam media. Media fermentasi yang berfungsi sebagai ko-
pertumbuhan mengandung ekstrak khamir, substrat. Adanya ko-substrat bertujuan agar
ekstrak malt, bakto pepton, dan glukosa. xilitol yang dihasilkan tidak dimetabolisme
Glukosa pada media digunakan sebagai lebih lanjut oleh C. tropicalis, baik untuk
sumber karbon. Ekstrak khamir terbuat dari pertumbuhan atau sebagai sumber ko-enzim
ragi pengembang roti atau pembuat alkohol serta sumber energi. Adanya glukosa dapat
yang mengandung asam amino dan vitamin B digunakan oleh C. tropicalis sebagai
kompleks. Adanya bakto pepton dan ekstrak ekuivalen reduksi (NADH/NADPH) yang
khamir dalam media berperan dalam diperlukan untuk mereduksi xilosa menjadi
memenuhi kebutuhan material sel untuk xilitol untuk pemeliharaan serta pertumbuhan
metabolime sel khamir. sel.
Pada proses fermentasi dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu pH, temperatur,
0,500 dengan kondisi terbaik pada temperatur 30 oC dan waktu fermentasi 48 jam.
Gambar 3. Hubungan perolehan campuran gula sebagai fungsi temperatur dalam berbagai waktu
fermentasi
Pengaruh temperatur fermentasi terhadap tetap yaitu 5,5 dengan temperatur fermentasi
produksi campuran gula xilitol pada 30 oC, 34 oC, dan 38 oC rendemen
Gambar 3 menyajikan grafik campuran gula menurun seiring dengan
hubungan perolehan campuran gula sebagai semakin tingginya temperatur. Hasil yang
fungsi temperatur dalam berbagai waktu terbaik terjadi pada temperatur 30 oC dengan
fermentasi. Jika dilihat dari grafik, pada pH waktu fermentasi 48 jam. Hal ini disebabkan
suhu optimum biasanya antara 27-30 oC. Berdasarkan data rendemen campuran
Sedangkan pada suhu 34-40 oC hasil gula yang digunakan untuk temperatur
rendemen campuran gula cenderung konstan. fermentasi optimum ditetapkan suhu 30 oC
Pada temperatur 40 oC pertumbuhan dari C. sebagai waktu yang efesiensi untuk
tropicalis berhenti (Anggraeni, 2011). Oleh melakukan konversi xilitol melalui
karena itu temperatur 30 oC merupakan fermentasi. Nilai rendemen secara berturut-
temperatur optimum untuk proses fermentasi. turut 0,443; 0,558; 0,508; dan 0,447 pada
Jumlah dari xilosa yang terkonversi menurun waktu 24, 48, 72 dan 96 jam.
seiring dengan meningkatnya temperatur.
temperatur. Jika dilihat dari gambar di atas
Pengaruh waktu fermentasi terhadap diketahui volume bahan baku 100 ml dengan
produksi campuran gula xilitol konsentrasi Candida tropicalis 20% bahan
Dari Gambar 4 menunjukkan grafik baku dan pH 5.5 pada waktu fermentasi 24,
hubungan rendemen campuran gula sebagai 48, 72, dan 96 jam.
fungsi waktu dalam berbagai waktu
Gambar 4. Hubungan rendemen campuran gula sebagai fungsi waktu dalam berbagai waktu
temperatur
Rodrigues, D.C.G.A., Silva, S.S., Prata, M.R. Sunna, A. & Antranikian, G. (1997).
& Felipe, M.G.A. (1998). Xylanolytic enzyme from fungi and
Biotechnological production of xylitol bacteria. Crit. Rev. in Biotechnol. 17(
from agroindustrial residues 1), 39-67.
evaluation bioprocesses. Appl. Winkelhausen, E. & Kuzmanova, S. (1998).
Biochem. Biotechnol. 70(72), 869– Microbial conversion of D– xylose to
875. xylitol.J. Ferment. Bioeng. 86, 1–14.
Sene, L., Vitolo, M., Felipe, M. G. A. &
Silva, S. S. (2000). Pengaruh kondisi
lingkungan pada xylose reduktase dan
produksi dehidrogenase xylitol oleh
Candida guilliermondii. Appl .
Biochem . Biotechnol. 84(86), 371-
380.