Anda di halaman 1dari 2

 Sistem pengendalian hama terpadu adalah upaya pengendalian populasi atau tingkat serangan

organisme pengganggu tumbuhan dengan menggunakan satu atau lebih dari berbagai teknik
pengendalian yang dikembangkan dalam suatu kesatuan, untuk mencegah timbulnya kerugian
secara ekonomis dan kerusakan lingkungan hidup.
 Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara
ekonomi.
 Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada
tanaman
 Gulma (tumbuhan pengganggu) adalah tumbuhan yang tumbuhnya di suatu tempat yang
tidak dikehendaki di antara tanaman budidaya, karena mengadakan kompetisi dengan
tanaman pokok dalam mendapatkan hara, sinar matahari dan tempat tumbuh.
 Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya OPT antara lain:
1. Sistem pertanaman yang monokultur
2. Masuknya OPT dari daerah lain, karena terbawa oleh angin, binatang atau agen lain
3. Penggunaan pestisida yang tidak benar, mengakibatkan hal-hal sebagai berikut:
resistensi, resurgensi, OPT potensial/tidak penting/kedua menjadi OPT baru
4. Pemasukan jenis tanaman baru
5. Terdapatnya genotipe baru hasil seleksi atau pemuliaan tanaman
6. Terjadinya (hama) biotype baru, yang mampu menyerang varietas-varietas baru
yang tahan terhadp hama yang bersangkutan.
7. Adanya sinkronisasi antara fenologi hama dan inangnya
8. Pindahnya hama poliphag/oligophag ke tanaman lain
9. Pemupukan tidak berimbang dapat mengakibatkan meningkatnya populasi
hama/patogen
10. Penghargaan konsumen terhadap kualitas hasil produksi tanaman tertentu yang
dapat mengakibatkan menurunnya nilai ambang ekonomi suatu hama/patogen.
 Bagaimana opt dapat merugikan:
1. Menurunkan kuantitas
2. Menurunkan kualitas
3. Menambah biaya pengendalian: biaya penelitian var. tahan, biaya
pengelolaan tanaman sehat, penyediaan sarana pengendalian, biaya
tenaga kerja
 Latar belakang munculnya konsep PHT:
1. Timbulnya Hama Resisten: menggunaan pestisida terus- menerus, ternyata beberapa
populasi hama ada yang mampu mengembangkan strain sehingga dapat bertahan
hidup meski diberi dosis tinggi. Strain-strain tersebut bahkan menjadi hama yang lebih
kuat daripada sebelumnya.
2. Munculnya Hama sekunder: setelah penggunaan pestisida secara terus-menerus,
beberapa jenis serangga yang dulunya merupakan hama yang tidak penting saat ini
muncul sebagai hama yang banyak merugikan tanaman budidaya.
3. Timbulnya Resurgensi Hama: resurgensi hama adalah peristiwa peningkatan populasi
hama sasaran lebih tinggi daripada tingkat populasi sebelumnya sehingga jauh
melampaui ambang ekonomi setelah diberikan pestisida tertentu. Penyebabnya antara
lain:
 butiran semprot tidak mencapai jasad sasaran, seperti yang terjadi pada wereng
coklat.
 terbunuhnya musuh-musuh alami.
 kurangnya pengaruh residu pestisida untuk membunuh nimfa atau larva yang
menetas setelah penyemprotan bahkan justru bisa menimbulkan resistensi
hama terhadap pestisida tersebut.
 pengaruh fisiologis insektisida
4. Timbulnya Pencemaran Lingkungan: penggunaan pestisida yang selain dapat
membunuh hama, juga dapat menimbukan pencemaran lingkungan.
5. Timbulnya Bahaya Terhadap Manusia: pestisida yang masuk ketubuh manusia bisa
masuk melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan, meresap melalui kulit, atau
masuk ke dalam saluran pencernaan melalui makanan yang telah teremar pestisida.
(Rukmana dan Saputra, 1997)

 Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah suatu konsepsi atau cara berpikir mengenai
pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dengan pendekatan ekologi yang
bersifat multidisiplin untuk mengelola populasi hama dan penyakit dengan memanfaatkan
beragam taktik pengendalian yang kompatibel dalam suatu kesatuan koordinasi
pengelolaan.
 Dilihat dari segi operasional pengendalian hama dengan PHT dapat kita artikan sebagai
pengendalian hama yang memadukan semua teknik atau metode pengendalian hama
sedemikian rupa, sehingga populasi hama dapat tetap berada di bawah aras kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai