Oleh :
1. Lismisgianti 1631010047
2. Irsyad Andi Waradana 1631010082
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Lismisgianti 1631010047
Irsyad Andi Wardana 1631010082
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Edible Fim Berbahan Isolat
Protein Kacang Kedelai Dan Kitosan Cangkang Kerang”.
Akhir kata, semoga proposal penelitian ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan, dan Tuhan Yang Maha Esa memberikan
balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
I.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
I.2 Tujuan Penelitian………………………………………………… 3
I.3 Manfaat Penelitian……………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 4
II.1 Teori Umum…………………………………………………….. 4
II.1.1 Edible Film………………………………………………….... 4
II.1.2 Isolat Protein....................................………………………… 5
II.1.3 Kacang Kedelai..............………………………………….. 6
II.1.4 Pembuatan Kitosan…………………………………………… 7
II.1.5 Cangkang Kerang HIjau...............................……………….... 11
II.1.6. Plasticizer..............................................……………………… 11
II.1.7. Gliserol..............................................……………………… 12
II.2 Landasan Teori…………………………………………………. 14
II.2.1 Metode Pembuatan Edible Film………………………………. 14
II.2.2. Faktor yang Memepengaruhi Pembuatan Edible Film…...........15
II.2.3 Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film……………………...........16
II.2.4 Interaksi antara Protein-Gliseril-Kitosan.....................................17
II.3 Hipotesa………………………………………………………….. 18
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
lain yaitu pememanfaatkan cangkang kerang hijau dan isolat protein menjadi
edible film dengan gliserol sebagai pemlastisnya. Kitosan yang terkandung dalam
cangkang kerang hijau dan isolate protein akan digunakan dengan perbandingan
tertentu. Sedangkan, untuk konsentrasi griserol akan ditingkatkan daripada
penelitian sebelumnya untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan standart yang
telah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae
Sub-famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Subgenus : Soja
Species : max
(Adie dan Krisnawati, 2007)
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kacang Kedelai
Kacang
Kandungan Gizi
Delai
Air (%) 8
Energi (kal) 331
Protein (%) 34,9
Lemak (%) 18,1
Karbohidrat (%) 35
Ca (mg/100 gr) 227
Fe (mg/100 gr) 8,0
Beta karotin equivalent (mcg) 10
Thiamin (mg/100 gr) 1,07
Riboflavin (mg/100 gr) 0,30
Niacin (mg/100 gr) 2,0
Vitamin C (mg/100 gr) 8
(Sinaga, dkk, 2013)
derajat deasetilasi (DD) sampai 10% dan kandungan nirogennya kurang dari 7%.
Dan dikatakan kitosan bila nitrogen yang terkandung pada molekulnya lebih besar
dari 7% berat dan derajad deasetilasi (DD) lebih dari 70% (Siregar, 2016)
Kelarutan kitosan yang paling baik ialah dalam larutan asam asetat 1%,
asam format 10 % dan adam sitrat 10%. Kitosan tidak dapat larut dalam asam
piruvat, asam laktat dan asam-asam anorganik pada pH tertentu, walaupun setelah
dipanaskan dan diaduk dengan waktu yang agak lama (Meriatna, 2008).
Kitosan juga merupakan suatu polimer multifungsi karena mengandung
tigajenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan sekunder.
Adanya gugus fungsi ini menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas yang tinggi.
Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air dan larutan basa kuat
namun sedikit larut dalam asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3) dan asam
posfat (H3PO4) (Silvia, dkk, 2014).
Tabel 2.3 Karakteristik Kitosan
partikel. Pada konsentrasi NaOH tinggi. semakin banyak gugus asetil yang
terlepas dari kitin sehingga meningkatkan derajat deasetilasi kitosan yang
dihasilkan, Pada temperatur rendah reaksi akan berjalan lambat, sedangkan jika
temperatur terlalu tinggi dapat merusak struktur bahan dasar. Pada pembuatan
kitosan terjadi tiga proses diantaranya adalah:
1. Diproteinasi
Proses pembuatan kitosan diawali dengan deproteinasi menggunakan
NaOH 4 %. Proses deproteinasi, bertujuan untuk memutuskan ikatan antara
protein dengan kitin. Deproteinasi dilakukan selama 60 menit dengan suhu 80°C
dan perbandingan 1:10 b/v.
2. Demineralisasi
Proses demineralisasi untuk menghilangkan mineral-mineral yang terdapat
dalam bahan baku. Proses demineralisasi dilakukan dengan mereaksikan bahan
baku dengan HCl.
3. Deasetilasi
Proses deasetilasi merupakan penghilangan gugus asetil kitin menjadi
gugus amida kitosan. Proses deasetilasi kitin pada penelitian ini dilakukan dengan
penambahan NaOH 50 % dengan perbandingan 1:10 b/v.
semakin tinggi suhu maka kadar abu kitosan semakin berkurang. Hal
tersebut dikarenakan oleh suhu dapat membuat mineral yang terkandung dalam
bahan larut dalam pelarut. Waktu deasetilasi juga mempengaruhi kadar abu
kitosan. Dimana semakin lama waktu deasetilasi maka kadar abu kitosan yang
didapat semakin menurun. Kadar abu yang menurun dikarenakan oleh semakin
lama proses deasetilasi maka semakin banyak mineral dalam kitosan yang larut
dalam larutan NaOH. Dan semakin tinggi kadar kitosan yang digunakan maka
semakin lama pula pencucian yang dilakukan untuk menetralkan pH kitosan.
(Siregar dkk,2016)
plastisizer yang digunakan sebagai zat pelembut adalah stabil (inert), yaitu tidak
terdegradasi oleh panas dan cahaya, tidak merubah warna polimer dan tidak
menyebabkan korosi. Salah satu jenis plasticizer yang banyak digunakan selama
ini adalah gliserol. Gliserol cukup efektif digunakan untuk meningkatkan sifat
plastisfilmkarena memiliki berat molekul yang kecil (Huri dan Fitri, 2014).
II.1.7. Gliserol
Gliserol merupakan suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom
karbon. Jadi, tiap atom karbon mempunyai gugus -OH. Gliserol merupakan suatu
molekul bidrofilik yang relative kecil dan mudah di sisipkan diantara rantai
protein dan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus dan protein gluten. Hal ini
berakibat pada penurunan interaksi langsung dan kedekatan antara rantai protein.
Selain itu, laju transmisi uap air yang melewati film gluten yang dilaporkan
meningkatkan seiring dengan peningkatan kadar gliserol dalam film akibat dari
penurunan kerapatanjenis protein (Gontard, 2009).
Bahan pemlatis adalah bahankimia yang dapat digunakan untuk
mengurangi kekakuan resin termoplastik. Prinsip kerja bahan pemlastis adalah
dengan membentuk interaksi molekuler rantai polimer untuk meningkatkan
kecepatan respon viskoelastis pada polimer. Hal ini akan meningkatkan mobilitas
molekuler rantai polimer dan akibatnya dapat menurunkan substransisi kaca (Tg)
(Sutanto, 1998).
Sutanto (1998) menambahkan bahwa jika suatu polimer semikristalin
mendapat tambahan bahan pemlastis maka akan terjadi penurunan titik lebur (Tm)
dan derajat bahan pemlastis akan lebih banyak berinteraksidengan fase amorf dan
sangat sedikit yang berinteraksi dengan fase kristalin. Efektivitas penambahan
bahan pemlastis dapat dilihat melalui beberapa parameter semi empiris, seperti
penurunan suhu transisi kaca dan titik leleh, karakteristik mekanik, serta kondisi
molekuler.
Menurut Syarief (1989), untuk memperbaiki sifat plastik maka
ditambahkan berbagai jenis tambahan atau aditif. Bahan tambahan ini sengaja
50% diperoleh ketebalan antara 0,032 – 0,036 mm; laju transmisi uap rata-rata 2,7
– 3,96 g/m2/jam; kekuatan tarik antara 9,4 – 4,9 N; kemuluran atau elongation
33,33% - 66,33%; sedangkan untuk waranya adalah untuk warna L* (87,23 –
88,89), warna a* (-0,215 – (-0,431) dan warna b* (3,464 – 3,474).
polimer 20% (b/v) untuk menghasilkan larutan dengan viskositas yang sesuai.
Pengadukan diperlukan untuk mempercepat kelarutan, misalnya dengan
penggunaan strirrer. Plat kaca atau cawan gelas diperlukan dalam proses casting
guna membentuk ketebalan larutan yang setelahnya akan diuapkan hingga
pelarutnya habis (Allock et al., 1981).
N N
O O
H H H H
H H
H H
O
N C C H PROTEIN
H R O
H H H H H H
O O O O O O
H C C C H GLISEROL H C C C H GLISEROL
H H H H H H
II.3 Hipotesa
Isolate protein kacang kedelai dan kitosan cangkang kerang hijau yang
terbentuk sebagai bahan pengemas makanan yang aman dikonsumsi. Karkteristik
edible film dipengaruhi oleh suhu pengadukan, isolat protein, kitosan, dan
gliserol.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Bahan
1. Isolat Protein Kacang kedelai
2. Kitosan Cangkang Kerang
3. Asam Asetat
4. Natrium Hidroksida
5. Gliserol
6. Aquadest
III.2 Alat
1. Pipet 8. Kertas saring
2. Oven 9. Labu ukur
3. Magnetic stirer 10. Thermometer
4. Kaca arloji 11. Statif
5. Gelas Ukur 12. Petridist
6. Beaker Glass 13. Neraca analitik
7. Eksikator 14. Ayakan 100 mesh
Keterangan Gambar :
1. Stirer
2. Magnetic
3. Beaker Glass
4. Termometer
5. Statif
III.4 Kondisi
III.4.1 Kondisi Tetap
1. Waktu pengadukan 30 menit
2. pH isolat protein 10
3. Berat kitosan:isolate protein :0.6:1.4 gram
4. Asam asetat 1%
5. Natrium hidroksida 2 N
9. Residu yang diperoleh dikeringkan dengan oven pada suhu 90°C selama 6
jam.
10. Kitin yang telah diperoleh ditambahkan larutan NaOH 50% 1:10 (b/v)
dipanaskan 100°C selama 1,5 jam.
11. Setelah dingin, disaring dan dicuci dengan aquadesst sanpai pH netral (pH
7)
12. Residu yang diperoleh dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C selama 4
jam.
Proses Deproteinasi:
Serbuk cangkang kerang ditempatkan dalam
wadah, dan ditambahkan NaOH 3,5 % 1:10 (b/
v)
Residu:
Dikeringkan Dengan oven pada Filtrat
suhu 60°C selaha 4 jam
Demineralisasi:
Ditambahkan HCl 1 N 1:15 (b/v)
selama 30 menit dan diaduk.
Residu:
dikeringkan Dengan oven pada Filtrat
suhu 90°C selama 6 jam.
Kitin
Residu:
dikeringkan Dalam oven pada suhu Filtrat
60°C selama 4 jam.
Kitosan
Diatur pH dengan
Diaduk hingga
NaOH 2N sampai pH
larut
10
Edible Film
Uji Bahan
DAFTAR PUSTAKA
Abugoch, L., Romero, N., Tapia, C., Rivera, M., & Silva, J. (2011). Study of
some physicochemical and functional properties of quinoa (Chenopodium
Quinoa Willd.) protein isolates. Journal of Agricultural and Food
Chemistry, 56(12), 4745-4750.
Adie, M. M dan Krisnawati A. 2007. Biologi tanaman kedelai. Dalam Kedelai,
Teknik Produksi dan Pengembangan hlm 45-73, Bogor : Pusat Penelitian
dan Tanaman Pangan
Allock, H.R. and Lampe, F.W. 1981. Contemporary Polymer Chemistry. Prentice-
Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey 07632.
Cheftel, J.C., J. L. Cuq and D. Lorient. 1985. Amino Acid, Peptide and Protein. In
: O. R. Fennema (ed). Food Chemistry. Third Edition. Marcell Dekker Inc,
New York.
Comelia, Melanie., dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Pati Bengkoang Terhadap
Karakteristik Fisik Dan Mekanik Edible Film. Jurnal Kimia Kemasan 34,
No.2.
Debandi, Maria V., Bernal, Celina., Francois, Nora J. (2016). Development of
Biodegradable Films Based on Chitosan/Glycerol Blends Suitable for
Biomedical Applications. Journal of Tissue Science & Engineering, 7 : 3.
Diredja, D., 1996. Mempelajari Pengaruh Penambahan Sodium
Karboksimetilselulosa terhadap Karakteristik Edible film dari Protein
Bungkil Kedelai. Fateta: IPB
Firmansyah, Muhammad P., dan Syahnaz, Karimah. 2018. Edible Film Berbahan
Isolat Protein Kacang Tunggak dan Kitosan Kulit Kupang. Surabaya:
UPN “Veteran” Jawa Timur
Fitriah, dkk.2018. Pemanfaatan Daging dan Cangkang Kerang Hijau (Perna
Viridis) Sebagai Bahan Olahan Pangan Tinggi Kalsium. Jurnal STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta.
Margonof, 2003. Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap logam Berat (Timbal,
Kadmium, dan Tembaga) di Perairan. Jurnal Program Pasca Sarjan
Institut Pertanian Bogor.
Mc Hugh, T. H and J. M. Krochta, 1994. Permeability Properties of Edible Film,
dalam Krochta, J. M. , E. A. Baldwin and M.O. Nisperos – Carriedo (
Eds), Edible Coating and Film to Improve Food Quality, Technomic
Pulb. Co. Inc. , Lancester, Basel.
Meriatna. 2008. Penggunaan Membran Kitosan untuk Menurunkan Kadar Logam
Crom (Cr) dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam.
Murni, Sri Wahyu, dkk. 2013. Pembuatan Edible Film dari Tepung Jagung (Zea
MaysL.) dan Kitosan. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia Untuk
Pengelohan Sumber Daya Alam Indonesia.
Ningsih, Sri H. 2015.Pengaruh Plastizer Gliserol Terhadap Karakteristik Edible
Film Campuran Whey dan Agar.Jurnal Fakultas Peternakan Universitas
Makasar.
Permana, Harry. 2006. Optimalisasi Pemanfaatan Cangkang Kerang Hijau
(Perna Viridis L.) Dalam Pembuatan Kerupuk. Jurnal Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Purwanti, Ani. 2010. Optimasi Pembuatan Edible Film dari Kitosan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Riaz, M. N. 2004. Texturized Soy Protein as an Ingredient. Di dalam: Yada, R. Y
(Ed). 2004. Proteins in Food Processing. UK: Woodhead Publishing.
Silvia, dkk. 2014. Pemanfaatan Kitosan dari Cangkang Rajungan Sebagai
Pengawet Ikan Kembung dan Ikan Lele. Jurnal Teknik Kimia USU,
Volume 3, No. 4.
Sinaga, L. Lorensia, dkk. Karakteristik Edible Film dari Ekstrak Kacang Kedelai
dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Gliserol Sebagai Bahan
Pengemas Makanan. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sumatera
UtaraVolume 2 No. 4
Siregar, dkk. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu Reaksi pada Pembuatan Kitosan
dari Tulang Sotong (sepia officianalis). Jurnal Teknologi Kimia Unimal
Batam.
Sumandari, Oktarina. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Cangkang Kerang
Hijau pada Medium Pertumbuhan Terhadap Kemampuan Metarhizium
majus UICC 295 Menginfeksi Larva Oryctes rhinoceros Linnaeus. Jurnal
Universitas Indonesia.
Sutanto, N. 1998. Pembentukan Film Edible dari campuran CMC, MC, Lilin
Lebah, dan Protein Bungkil Kedelai dengan Polietilen Glikol sebagai
Plastisiser. ITB : Bogor.
Syarief, R., Sentausa, S., Isyana, St. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat
Antar Pangan dan Gizi. Bogor.
Umam, Khotibul. 2010. Pembuatan Edible Film Protein Whey. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Ternak Volume 5(1) : 45-56.
Waggle DH, Kolar CW. 1979. Types of Soy Protein Products. In Soy Protein and
Human NutritionDi dalam Wilke HL, Hopkins DT, Waggle DH (eds).
Academic Press, New York, pp. 19-51.
Yulianti. R dan E. Ginting. 2012. Perbedaan karakteristik fisik edible film dari
umbi-umbian yang dibuat dengan penambahan plasticizer. Balai
penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan 31( 2): 131-136.