Anda di halaman 1dari 34

PROPOSAL PENELITIAN

EDIBLE FILM BERBAHAN ISOLAT PROTEIN KACANG KEDELAI


DAN KITOSAN CANGKANG KERANG HIJAU

Oleh :

1. Lismisgianti 1631010047
2. Irsyad Andi Waradana 1631010082

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2019
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN

EDIBLE FILM BERBAHAN ISOLAT PROTEIN KACANG KEDELAI


DAN KITOSAN CANGKANG KERANG HIJAU”

Disusun Oleh :

Lismisgianti 1631010047
Irsyad Andi Wardana 1631010082

Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui

Dosen Pembimbing Penelitian

Ir. Retno Dewati, MT


NIP. 196001121987032001

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur i
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan proposal penelitian dengan judul “Edible Fim Berbahan Isolat
Protein Kacang Kedelai Dan Kitosan Cangkang Kerang”.

Dengan selesainya proposal penelitian ini, tak lupa penyusun


mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Retno Dewati, MT selaku Dosen Pembimbing


2. Ibu Ir. Caecilia Pujiastuti, MT selaku Dosen Penguji
3. Ibu Ir. Kindriari Nurma W., MT selaku Dosen Penguji

Penyusun menyadari bahwa dalam proposal penelitian ini masih banyak


terdapat kekurangan – kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik yang
membangun akan penulis terima dengan lapang dada.

Akhir kata, semoga proposal penelitian ini dapat memberi manfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan, dan Tuhan Yang Maha Esa memberikan
balasan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penyusun.

Surabaya, April 2019

Penyusun

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur ii
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… vi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
I.1 Latar Belakang…………………………………………………… 1
I.2 Tujuan Penelitian………………………………………………… 3
I.3 Manfaat Penelitian……………………………………………….. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………. 4
II.1 Teori Umum…………………………………………………….. 4
II.1.1 Edible Film………………………………………………….... 4
II.1.2 Isolat Protein....................................………………………… 5
II.1.3 Kacang Kedelai..............………………………………….. 6
II.1.4 Pembuatan Kitosan…………………………………………… 7
II.1.5 Cangkang Kerang HIjau...............................……………….... 11
II.1.6. Plasticizer..............................................……………………… 11
II.1.7. Gliserol..............................................……………………… 12
II.2 Landasan Teori…………………………………………………. 14
II.2.1 Metode Pembuatan Edible Film………………………………. 14
II.2.2. Faktor yang Memepengaruhi Pembuatan Edible Film…...........15
II.2.3 Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film……………………...........16
II.2.4 Interaksi antara Protein-Gliseril-Kitosan.....................................17
II.3 Hipotesa………………………………………………………….. 18

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN…………………………………. 19


III.1 Bahan…………………………………………………………… 19
III.2 Alat……………………………………………………………… 19

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur iii
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

III.3 Rangkaian Alat………………………………………………… 20


III.4 Kondisi………………………………………………………... 20
III.4.1 Kondisi Tetap................…………………………………… 20
III.4.2 Kondisi Peubah.............……………………………………. 20
III.5 Prosedur Penelitian……………………………………………… 21
III.5.1Pembuatan Kitosan dari Cangkang Kerang Hijau…………… 21
III.5.2Pembuatan Edible Film………………………………………. 21
III.6 Diagram Alir…………………………………………………… 20
III.6.1 Pembuatan Kitosan.....................................................................23
III.6.2 Pembuatan Edible Film...............................................................24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………... 25

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur iv
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kitin . . . . . . . . . … …….. . .…………………………… 10


Gambar 2.2 Struktur Kitosan………………………………………………….. 10
Gambar 2.3 Struktur Gliserol……………………….…………………………. 14
Gambar 3.1 Rangkaian Alat Pembuatan Edible Film.…………………………. 20

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur v
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Standart Karakteristik Edible Film…………………………… 5


Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kacang Kedelai……………………………….. 8

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur vi
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Berdasarkan data yang diperoleh dari Asosiasi Industri Plastik Indonesia
(INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS), sampah plastik di Indonesia
mencapai 64 juta ton/ tahun dimana sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah
plastik yang dibuang ke laut.
Oleh karena itu diperlukan alternatif untuk pengembangan kemasan yang
bersifat biodegradable yang terdegradasi dalam lingkungan. Edible film
merupakan kemasan plastik ramah lingkungan yang berbentuk lembaran tipis
dibuat dari bahan yang dapat dimakan, bersifat transparan, dan digunakan untuk
melapisi komponen makanan yang berfungsi sebagai barrier terhadap transfer
massa, misalnya kelembaban, oksigen, lipid, dan zat terlarut.
(Hui, 2006).
Kerang hijau ini merupakan salah satuhasil laut yang dikonsumsi luas oleh
masyarakat di Indonesia. Banyak orang yang memakan hanya dagingnya, setelah
itu cangkangnya dibuang begitu saja yang pada akhirnya hanya akan menjadi
limbah ataupun sampah. Selama ini limbah cangkang kerang hijau hanya
dimanfaatkan sebagai salah satu material hiasan dinding, hasil kerajinan, atau
bahkan sebagai campuran pakan ternak. Pengolahan limbah tersebut tentunya
belum mempunyai nilai tambah yang besar karena masih terbatas dari segi harga
maupun jumlah produksinya. Oleh karena itu limbah cangkang kerang hijau kami
manfaatkan menjadi bahan pembuatan edible film.
Menurut penelitian Ani Purwanti (2010) “Optimasi Pembuatan Edible
Film dari Kitosan” diperoleh bahwa pada konsentrasi film kitosan 1% (berat
kitosan/ mL asam asetat) dengan suhu pengeringan 40°C, 50°C, dan 60°C,
diperoleh sifat edible film yang relatif paling baik pada kondisi pengeringan 40°C
dengan komposisi gliserol 0,00125 g/mL yang mempunyai nilai water vapor
permeability 0,0257 ng.m/(s.m2.Pa), kuat tarik 22,90 MPa, elongasi 16,97%, dan
kadar air kesetimbangan 11,51 – 44,07%.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 1
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Menurut (Firmansyah, 2018) dalam penelitiannya tentang pembuatan


edible film menggunakan isolate protein kacang tunggak dan kitosan cangkang
kupang dengan konsentrasi gliserol 1-3% serta suhu pengadukan 80 ℃ diperoleh
kuat tarik antara 6,0241-33,1325 Mpa (semakin tinggi konsentrasi griserol
semakin tinggi kuat tariknya); elongasi 31,27-64,60%; dan kelarutan 56,23-
64,21%.
Menurut (Murni dkk, 2013) dalam penelitiannya tentang pembuatan edible
film dari tepung jagung dan kitosan dengan suhu pengadukan 50℃ diperoleh hasil
terbaik dengan kuat Tarik sebesar 5,6 MPa. Sedangkan menurut (Irawan, 2010)
dalam penelitiannya tentang pengaruh gliserol terhadap sifat fisik/mekanik dan
barrier edible film dari kitosan dengan suhu pengadukan 50℃ diperoleh hasil
terbaik dengan elongasi 12,2% dan kuat tarik 182,112 kgf/mm2.
Salah satu kelemahan edible film adalah bersifat rapuh. Plasticizer
merupakan bahan yang sering ditambahkan dalam pembentukan edible film, akan
memperbaiki karakteristik edible filmmenjadi elastis, fleksibel dan tidak mudah
rapuh. Gliserol merupakan salah satu plasticizer yang sering digunakan dalam
pembuatan edible film (Hastuti, 2015). Gliserol adalah plasticizer dengan titik
didih yang tinggi, larut dalam air, polar, non volatile dan dapat bercampur dengan
protein. Gliserol merupakan molekul hidrofilik dengan berat molekul rendah,
mudah masuk ke dalam rantai protein dan dapat menyusun ikatan hidrogen
dengan gugus reaktif protein (Galietta, Di Gioia, Guilbert and Cuq, 1998).
Menurut penelitian Khotibul Umam Al Awwaly (2010) “Pembuatan
Edible Film Protein Whey : Kajian Rasio Protein dan Gliserol Terhadap Sifat
Fisik dan Kimia” dapat disimpulkan bahwa gliserol memberikan pengaruh yang
sangat nyata (P<0,01) terhadap nilai WVP, kadar air dan kelarutan protein film.
Perlakuan terbaik yaitu G3 dengan rasio protein: gliserol 1,5:1 memberikan nilai
WVP dan kelarutan protein terendah. Nilai WVP, kadar air dan kelarutan protein
film menjadi meningkat seiring meningkatnya gliserol yang ditambahkan.
Oleh karena itu, dengan banyaknya limbah cangkang kerang hijau dan
banyaknya sampah plastik yang lama untuk dapat terurai. Diilakukan alternatif

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 2
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

lain yaitu pememanfaatkan cangkang kerang hijau dan isolat protein menjadi
edible film dengan gliserol sebagai pemlastisnya. Kitosan yang terkandung dalam
cangkang kerang hijau dan isolate protein akan digunakan dengan perbandingan
tertentu. Sedangkan, untuk konsentrasi griserol akan ditingkatkan daripada
penelitian sebelumnya untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan standart yang
telah ada.

I.2 Tujuan Penelitian


1. Membuat edible film berbahan isolat protein kacang kedelai dan kitosan
cangkang kerang hijau sebagai bahan pengemas makanan yang aman
dikonsumsi.
2. Mengetahui pengaruh suhu pengadukan, konsetrat protein, kitosan serta
gliserol terhadap karakteristik edible film.
I.3 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat menghasilkan edible film yang aman dikonsumsi dan
melindungi produk agar tidak terkontaminasi.
2. Dapat mengetahui karakteristik edible film dari kitosan cangkang kerang
dan isolat protein kacang kedelai.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 3
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Teori Umum


II.1.1 Edible Film
Edible film merupakan lapisan tipis yang berfungsi sebagai pengemas atau
pelapisan makanan yang sekaligus dapat dimakan bersama dengan produk yang
dikemas (Yulianti dan Ginting, 2012). Selain berfungsi untuk memperpanjang
masa simpan, edible film juga dapat digunakan sebagai pembawa komponen
makanan, di antaranya vitamin, mineral, antioksidan, antimikroba, pengawet,
bahan untuk memperbaiki rasa dan warna produk yang di kemas. Selain itu,
bahan-bahan yang digunakan untuk membuat edible film relatif murah, mudah
dirombak secara biologis (biodegradable) dan teknologi sederhana. Bahan
pembentuk edible film dapat diperoleh dari sumber polisakarida seperti pati, dari
sumber hewan seperti jaringan hewan, susu, telur, biji-bijian, gelatin, whey
protein isolate dan masih banyak yang lainnya.
Polimer alam dapat menjadi sumber alternatif untuk pengembangan
kemasan karena palatabilitas dan biodegradabilitas. Edible film muncul sebagai
alternatif untuk plastik sintesis untuk aplikasi makanan dan telah diterima oleh
sebagian orang dalam beberapa tahun terakhir karena keunggulan mereka dari film
sintesis. Keuntungan utama dari edibel film dibanding dengan sintetis tradisional
adalah edibel film tidak ada bagian yang dapat dibuang dan bahkan jika tidak
dikonsumsi, edibel film masih ramah lingkungan. Menurut (Comelia, dkk, 2012),
edible film dapat berfungsi sebagai barrier terhadap perpindahan massa (seperti
kelembaban, oksigen, lipida, dan zat terlarut) sehingga dapat mempertahankan
mutu dan umur simpan bahan atau produk pangan. Contoh penggunaan edible film
antara lain sebagai pembungkus permen, sosis, buah, dan sup kering (Yulianti dan
Ginting, 2012).

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 4
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Tabel 2.1 Standart Karakteristik Edible Film


Ketebalan Maksimal 0,25 mm
Laju Transmisi Uap Air Maksimal 7 g/m2/hari
Kuat Tarik Minimal 3,92266 Mpa
Persen Pemanjangan (Elongasi) Minimal 70%
Sumber : Japanese Industrial Standard (JIS), 1975

II.1.2. Isolat Protein


Isolat protein adalah produk pekatan protein yang memilikikandungan
protein minimal 70%, sedangkan isolat protein memiliki kadar protein minimal
90% (Waggle dan Kolar, 1979). Pemekatan kadar protein bahan pangan dapat
dilakukan dengan cara mengolahnya menjadi tepung, tepung rendah lemak, isolat,
dan isolat protein (Waggle dan Kolar, 1979). Isolat protein umumnya memiliki
kandungan protein sekitar 65-75%, 15-25% polisakarida tak larut, 4-6% mineral,
dan 0.3-1.2% minyak (Cheftel et al., 1985).
Kandungan gula pada isolat protein telah dikurangi, sehingga produkyang
menggunakan isolat protein lebih mudah dicerna dan lebih sedikit menyebabkan
flatulensi. Isolat protein dapat dengan mudah dibentuk teksturnya, namun
membutuhkan jumlah air dan energi mekanik yang lebih besar daripada produk
tepung rendah lemak (Riaz, 2004).
Pembuatan isolat protein dilakukan dengan ekstraksi mineral
dankarbohidrat yang larut air. Mineral dan karbohidrat larut air dapat diekstrak
dengan larutan asam, campuran air-etanol, atau air panas. FAO (2009)
mengklasifikasikan tiga cara yang umumnya digunakan dalam proses produksi
isolat protein, yaitu proses pencucian dengan alkohol, proses pencucian dengan
asam, proses denaturasi protein dengan panas. Proses pembuatan isolat protein
dengan pencucian alkohol didasarkan pada kemampuan alkohol rantai pendek
(metanol, etanol, atau isopropil alkohol) untuk mengekstrak fraksi gula larut air
tanpa melarutkan protein. Umumnya konsentrasi alkohol optimum yang
digunakan adalah 60%. Setelah proses ekstraksi gula, alkohol dievaporasi dari

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 5
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

protein dengan menggunakan prinsip destilasi dan protein dikeringkan (FAO,


2009).
Proses pencucian dengan asam menggunakan prinsip kelarutan
proteinpada berbagai nilai pH. Saat protein dikondisikan pada pH isoelektrik,
komponen protein akan mengendap, sedangkan karbohidrat dan mineral akan
larut dalam air. Protein yang telah mengendap dipisahkan dengan sentrifugasi dan
dikeringkan (FAO, 2009). Penggunaan larutan asam pada pH isoelektrik dapat
mengurangipembukaan lipatan protein (unfolding), agregasi, dan kehilangan sifat
fungsionalnya (Handoko, 2000).

II.1.3. Kacang Kedelai


Kedelai merupakan tanaman yang telah lama dikenal dan dibudidayakan.
Di Indonesia, sejarah perkembangan kedelai pertama kali ditemukan pada
publikasi oleh Rumphius dalam HerbariumAmboinesse yang menyebutkan bahwa
kedelai di tanam di Ambon. Kedelai termasuk dalam famili Leguminosae,
subfamili Papilionoideae. Kebanyakan kedelai yang dibudidayakan di Indonesia
adalah Glycine max L. Merrill.
Karakteristik kedelai yang dibudidayakan di Indonesia merupakan
tanaman semusim, tanaman tegak dengan tinggi 40-90 cm, bercabang, memiliki
daun tunggal dan daun bertiga, bulu pada daun dan poling tidak terlalu padat dan
umur tanaman antara 72-90 hari. Kedelai introduksi ummnya tidak memiliki atau
memiliki sangat sedikit percabangan dan sebagian bertrikoma pada bait pada daun
polong
Taksonomi kacang kedelai adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Leguminosae
Sub Kelas : Papilioniodeae

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 6
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosae
Sub-famili : Papilionoideae
Genus : Glycine
Subgenus : Soja
Species : max
(Adie dan Krisnawati, 2007)
Tabel 2.2 Kandungan Gizi Kacang Kedelai
Kacang
Kandungan Gizi
Delai
Air (%) 8
Energi (kal) 331
Protein (%) 34,9
Lemak (%) 18,1
Karbohidrat (%) 35
Ca (mg/100 gr) 227
Fe (mg/100 gr) 8,0
Beta karotin equivalent (mcg) 10
Thiamin (mg/100 gr) 1,07
Riboflavin (mg/100 gr) 0,30
Niacin (mg/100 gr) 2,0
Vitamin C (mg/100 gr) 8
(Sinaga, dkk, 2013)

II.1.4. Pembuatan Kitosan


Kitosan dengan rumus molekul (C6H11NO4)n adalah hasil hidrolisis
kimiawi maupun enzimatik dari senyawa kitin. Kitosan merupakan kitin yang
telah dihilangkan gugus asetilnya melalui proses deasetilasi. Jadi kitosan adalah
suatu senyawa polimer dari glukosamin pada ikatan 11-1-4 atau 2-amino-2-
deoksi-D-glukosa (Alistair, 1995). Suatu molekul dikatakan kitin bila mempunyai

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 7
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

derajat deasetilasi (DD) sampai 10% dan kandungan nirogennya kurang dari 7%.
Dan dikatakan kitosan bila nitrogen yang terkandung pada molekulnya lebih besar
dari 7% berat dan derajad deasetilasi (DD) lebih dari 70% (Siregar, 2016)
Kelarutan kitosan yang paling baik ialah dalam larutan asam asetat 1%,
asam format 10 % dan adam sitrat 10%. Kitosan tidak dapat larut dalam asam
piruvat, asam laktat dan asam-asam anorganik pada pH tertentu, walaupun setelah
dipanaskan dan diaduk dengan waktu yang agak lama (Meriatna, 2008).
Kitosan juga merupakan suatu polimer multifungsi karena mengandung
tigajenis gugus fungsi yaitu asam amino, gugus hidroksil primer dan sekunder.
Adanya gugus fungsi ini menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas yang tinggi.
Kitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air dan larutan basa kuat
namun sedikit larut dalam asam klorida (HCl), asam nitrat (HNO3) dan asam
posfat (H3PO4) (Silvia, dkk, 2014).
Tabel 2.3 Karakteristik Kitosan

Sumber : Meriatna, 2008

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 8
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Gambar 2.1 Struktur Kitin

Gambar 2.2 Struktur Kitosan


Kitosan mempunyai potensi untuk dimanfaatkan pada berbagai jenis
industri maupun aplikasi pada bidang kesehatan. Salah satu contoh aplikasi
kitosan yaitu sebagai pengikat bahan-bahan untuk pembentukan alat-alat gelas,
plastik dan karet. Pemanfaatan kitosan sebagai bahan tambahan pada pembuatan
bioplastik berfungsi untuk memperbaiki kekuatan lembar bioplastik yang
dihasilkan. Semakin banyak kitosan yang digunakan, maka sifat mekanik dan
ketahanan terhadap air dari produk bioplastik yang dihasilkan semakin baik
(Sanjaya dan Puspita, 2011). Kandungan kitin terbanyak terdapat pada cangkang
kepiting yaitu mencapai 50%-60%, cangkang udang mencapai 42%-57%, dan
cangkang cumi-cumi dan kerang masing-masing 40% dan 14%-35% (Margonof,
2003).
Proses utama dalam pembuatan kitosan, meliputi penghilangan protein dan
kandungan mineral melalui proses deproteinasi dan demineralisasi, yang masing-
masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan asam. Selanjutnya,
kitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara memanaskan dalam
larutan basa.
Laju reaksi pada proses deasetilasi dipengaruhi oleh konsentrasi basa,
temperatur, waktu reaksi, perbandingan antara kitin dengan larutan alkali, ukuran

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 9
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

partikel. Pada konsentrasi NaOH tinggi. semakin banyak gugus asetil yang
terlepas dari kitin sehingga meningkatkan derajat deasetilasi kitosan yang
dihasilkan, Pada temperatur rendah reaksi akan berjalan lambat, sedangkan jika
temperatur terlalu tinggi dapat merusak struktur bahan dasar. Pada pembuatan
kitosan terjadi tiga proses diantaranya adalah:
1. Diproteinasi
Proses pembuatan kitosan diawali dengan deproteinasi menggunakan
NaOH 4 %. Proses deproteinasi, bertujuan untuk memutuskan ikatan antara
protein dengan kitin. Deproteinasi dilakukan selama 60 menit dengan suhu 80°C
dan perbandingan 1:10 b/v.
2. Demineralisasi
Proses demineralisasi untuk menghilangkan mineral-mineral yang terdapat
dalam bahan baku. Proses demineralisasi dilakukan dengan mereaksikan bahan
baku dengan HCl.
3. Deasetilasi
Proses deasetilasi merupakan penghilangan gugus asetil kitin menjadi
gugus amida kitosan. Proses deasetilasi kitin pada penelitian ini dilakukan dengan
penambahan NaOH 50 % dengan perbandingan 1:10 b/v.
semakin tinggi suhu maka kadar abu kitosan semakin berkurang. Hal
tersebut dikarenakan oleh suhu dapat membuat mineral yang terkandung dalam
bahan larut dalam pelarut. Waktu deasetilasi juga mempengaruhi kadar abu
kitosan. Dimana semakin lama waktu deasetilasi maka kadar abu kitosan yang
didapat semakin menurun. Kadar abu yang menurun dikarenakan oleh semakin
lama proses deasetilasi maka semakin banyak mineral dalam kitosan yang larut
dalam larutan NaOH. Dan semakin tinggi kadar kitosan yang digunakan maka
semakin lama pula pencucian yang dilakukan untuk menetralkan pH kitosan.
(Siregar dkk,2016)

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 10
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

II.1.5. Cangkang Kerang Hijau


Kerang hijau (Perna Viridis) dikenal sebagai green mussels adalah
binatang lunak (moluska) yang hidup dilaut, bercangkang dua berwarna hijau.
Kerang hijau merupakan oganisme yang yang termasuk kelas pelecypoda, kelas
ini selalu mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia.
Hewan ini disebut juga pelecys yang artinya kapak kecil dan podos yang artinya
kaki. Pelecypoda berarti hewan berkaki pipih seperti mata kapak. Hewan kelas ini
pun beringsang berlapis-lapis sering disebut Lamelli branchiate. (Fitriah, dkk.
2018)
Cangkang kerang hijau (Perna Viridis L.) terdiri dari lapisan luar dan
dalam. Laposan luar cangkang (periostrakum) merupakan lapisan tipis berwarna
hijau kebiruan. Garis – garis melengkung yang terdapat pada permukaam
cangkang bagian luar merupakan garis umur. Lapisan dalam cangkang berwarna
putih keperakaan yang tersusun atas kalsit (Niswari,2004). Cangkang kerang hijau
tersusun atas mineral, protein dan kitin. Tepung cangkang kerang hiaju memiliki
kandungan kitin 43,88 % (Sumandari, 2012). Kalsium 33,56 % dan fosfor 0.12 %
(permana 2006).
II.1.6. Plasticizer
Plasticizer didefenisikan sebagai zat non volatil, bertitik didih tinggi, yang
pada saat ditambahkan pada material lain mengubah sifat fisik dari material
tersebut.Plasticizerbahan yang tidak mudah menguap, dapat merubah struktur
dimensi objek,menurunkan ikatan rantai antar protein dan mengisi ruang-ruang
yang kosong pada produk (Murni, dkk,.2013).Pelapis edible filmharus memiliki
elastisitas dan fleksibilitas yang baik, daya kerapuhan rendah,ketangguhan tinggi,
untuk mencegah retak selama penanganan dan penyimpanan.Oleh karena itu,
plasticizerdengan berat molekul kecil (nonvolatil) biasanya ditambahkan ke dalam
pembentukan filmhidrokoloid sebagai solusi untuk memodifikasi fleksibilitas
edible filmtersebut seperti pati, pektin, gel, dan protein.
Plastisizerberfungsi untuk meningkatkan elastisitas dengan mengurangi
derajat ikatan hidrogen dan meningkatkan jarak antar molekul dari polimer.Syarat

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 11
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

plastisizer yang digunakan sebagai zat pelembut adalah stabil (inert), yaitu tidak
terdegradasi oleh panas dan cahaya, tidak merubah warna polimer dan tidak
menyebabkan korosi. Salah satu jenis plasticizer yang banyak digunakan selama
ini adalah gliserol. Gliserol cukup efektif digunakan untuk meningkatkan sifat
plastisfilmkarena memiliki berat molekul yang kecil (Huri dan Fitri, 2014).

II.1.7. Gliserol
Gliserol merupakan suatu trihidroksi alkohol yang terdiri atas tiga atom
karbon. Jadi, tiap atom karbon mempunyai gugus -OH. Gliserol merupakan suatu
molekul bidrofilik yang relative kecil dan mudah di sisipkan diantara rantai
protein dan membentuk ikatan hidrogen dengan gugus dan protein gluten. Hal ini
berakibat pada penurunan interaksi langsung dan kedekatan antara rantai protein.
Selain itu, laju transmisi uap air yang melewati film gluten yang dilaporkan
meningkatkan seiring dengan peningkatan kadar gliserol dalam film akibat dari
penurunan kerapatanjenis protein (Gontard, 2009).
Bahan pemlatis adalah bahankimia yang dapat digunakan untuk
mengurangi kekakuan resin termoplastik. Prinsip kerja bahan pemlastis adalah
dengan membentuk interaksi molekuler rantai polimer untuk meningkatkan
kecepatan respon viskoelastis pada polimer. Hal ini akan meningkatkan mobilitas
molekuler rantai polimer dan akibatnya dapat menurunkan substransisi kaca (Tg)
(Sutanto, 1998).
Sutanto (1998) menambahkan bahwa jika suatu polimer semikristalin
mendapat tambahan bahan pemlastis maka akan terjadi penurunan titik lebur (Tm)
dan derajat bahan pemlastis akan lebih banyak berinteraksidengan fase amorf dan
sangat sedikit yang berinteraksi dengan fase kristalin. Efektivitas penambahan
bahan pemlastis dapat dilihat melalui beberapa parameter semi empiris, seperti
penurunan suhu transisi kaca dan titik leleh, karakteristik mekanik, serta kondisi
molekuler.
Menurut Syarief (1989), untuk memperbaiki sifat plastik maka
ditambahkan berbagai jenis tambahan atau aditif. Bahan tambahan ini sengaja

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 12
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

ditambahkan dan berupa komponen bukan plastik yang diantaranya berfungsi


sebagai bahan pemlastis, penstabil pangan, pewama, penyerap UV, dan lain-lain.
Bahan itu dapat berupa senyawa organik maupun anorganik yang biasanya
mempunyai berat molekul rendah.
Bahan pemlastis merupakan bahan tambahan yang diberikan pada
waktuproses untuk meningkatkan beberapa sifat dari polimer, misalnya ketahanan
terhadap panas atau minyak dan polimer yang dihasilkan lebih halus dan luwes.
Bahan pemlastis adalah bahan non-volatil dengan titik didih tinggi yang apabila
ditambahkan ke dalam bahan lain akan merubah sifat fisik dan atau sifat mekanik
daribahan tersebut (Krochta, et.al, 1994).Bahan pemlastis ditambahkan
untukmengurangi gaya intermolekul antar partikel penyusun pati yang
menyebabkan terbentuknya tekstur edible film yang mudah patah (getas). Bahan
pemlastis juga meningkatkan gaya intermolekuler dan meningkatkan mobilitas
ikatan polimer sehingga memperbaiki fleksibilitas dan extensibilitas film.
Sedangkan bahan pemlastis yang umum digunakan dalam pembuatan
plastikbioplastik adalah gliserol karena ketersediaan gliserol melimpah di alam
dan sifatnya yang tidak merusak alam. Gliserol atau biasa disebut gliserin
merupakan suatu larutan kental tidak berwama dan mempunyai rasa yang manis.
Jika direaksikan dengan air dan alkohol menyebabkan rasa dingin pada kulit.
Gliserol dapat dihasilkan dari minyak sawit (CPO, BPO, dan RPDPO), minyak
inti sawit (PKO), dan minyak kelapa (CNO). Dalam pengolahan minyak
(trigliserida) selain menghasilkan gliserol juga akan menghasilkan asam lemak
yang juga dapat diolah menjadi beberapa macam produk seperti asam laurat, asam
kaprat, dan asam stearat (Guerrero,dkk,. 2010).
Gliserol efektif digunakan sebagai bahan pemlastis pada film
hidrofilik,seperti pektin, pati, gel dan modifikasi pati, maupun pembuatan edible
film berbasis protein (Juliyarsi et al, 2011).
Konsentrasi gliserol berpengaruh terhadap ketebalan, laju transmisi uap,
kekuatan tarik, dan warna edible film (Ningsih, 2015). Menurut penelitiannya,
yaitu edible film campuran whey dan agar dengan konsentrasi gliserol antara 10-

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 13
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

50% diperoleh ketebalan antara 0,032 – 0,036 mm; laju transmisi uap rata-rata 2,7
– 3,96 g/m2/jam; kekuatan tarik antara 9,4 – 4,9 N; kemuluran atau elongation
33,33% - 66,33%; sedangkan untuk waranya adalah untuk warna L* (87,23 –
88,89), warna a* (-0,215 – (-0,431) dan warna b* (3,464 – 3,474).

Gambar 2.3 Struktur Gliserol

II.2. Landasan Teori


II.2.1. Metode Pembuatan Edible Film
Edible film merupakan lapisan tipis yang berfungsi sebagai pengemas
atau pelapisan makanan yang sekaligus dapat dimakan bersama dengan produk
yang dikemas (Yulianti dan Ginting, 2012). Film plastik dapat dibentuk menjadi
suatu objek, film ataupun serat. Film plastik dapat dibuat melalui dua teknik
dasar yang berbeda, yaitu solution casting atau molten polymer. Penentuan
penggunaan teknik pembuatan film plastik ini dipertimbangkan dan ditinjau dari
karakteristik fisis dan kimia bahan baku pembuatan plastik itu sendiri. Teknik
solution casting, bahan polimer dilarutkan ke dalam pelarut yang cocok untuk
menghasilkan larutan yang viskos. Larutan yang dihasilkan dituang pada suatu
permukaan yang rata (cetakan) yang bersifat non-adsesif dan pelarut dibiarkan
menguap sampai habis. Film plastik yang sudah kering kemudian diangkat dari
cetakannya. Teknik molten polymer dilakukan dengan cara pemanasan polimer
sampai di atas titik lelehnya (Allock et al., 1981).
Penentuan pelarut yang selektif adalah faktor penting yang perlu
diperhatikan. Teknik solution casting dilakukan dengan membuat larutan

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 14
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

polimer 20% (b/v) untuk menghasilkan larutan dengan viskositas yang sesuai.
Pengadukan diperlukan untuk mempercepat kelarutan, misalnya dengan
penggunaan strirrer. Plat kaca atau cawan gelas diperlukan dalam proses casting
guna membentuk ketebalan larutan yang setelahnya akan diuapkan hingga
pelarutnya habis (Allock et al., 1981).

II.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Pembuatan Edible Film


Dalam pembuatan edible film, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah: suhu, konsentrasi polimer, dan plasticizer.
1. Suhu
Perlakuan suhu diperlukan untuk membentuk edible filmyang utuh, tanpa
adanya perlakuan panas kemungkinan terjadinya interaksi molekuler
sangatlah kecil. Sehingga pada saat filmdikeringkan akan menjadi retak
dan berubah menjadi potongan-potongan kecil (Mc Hugh dan Krochta,
1994).
2. Konsentrasi Polimer
Konsentrasi polimer ini sangat berpengaruh, terutama pada sifat fisik
edible film yang dihasilkan.
3. Plasticizer
Plasticizerini merupakan bahan nonvolatile, yang ditambahkan ke dalam
formula film akan berpengaruh terhadap sifat mekanik dan fisik film yang
terbentuk karena akan mengurangi sifat intermolekuler dan menurunkan
ikatan hidrogen internal. Plasticizerini mempunyai titik didih tinggi dan
penambahan plasticizerdalam film sangat penting karena diperlukan untuk
mengatasi sifat rapuh film yang disebabkan oleh kekuatan intermolekuler
ekstensif ( Gontard et al., 2009 ). Menurut Krochta dan Jonhson ( 1997 ),
plasticizer polyol yang sering digunakan yakni seperti gliserol dan
sorbitol. Konsentrasi gliserol 1 – 2 % dapat memperbaiki karakteristik
film.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 15
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

II.2.2.3 Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Edible Film


Sifat fisik edible film meliputi ketebalan yang menunjukkan kemampuan
film untuk pengemasan produk. Menurut Diredja ( 1996 ), ketebalan pengemas
akan mempengaruhi umur simpan produk, apabila semakin tebal maka laju
transmisi uap air dan gas akan semakin rendah. Akan tetapi, kenampakan edible
film yang tebal akan memberi warna yang semakin buram atau tidak transparan
dan akan mengurangi penerimaan konsumen karena produknya menjadi kurang
menarik.
Sifat mekanik menunjukkan kekuatan film untuk melindungi produk yang
dikemasnya terhadap tekanan, seperti gesekan dan guncangan. Sifat-sifat fisik dan
mekaniknya adalah sebagai berikut :
1. Laju Transmisi Uap Air (Water Vapor Transmission Rate)
Laju transmisi uap air adalah jumlah uap air yang hilang persatuan waktu
dibagi dengan luas area film. Laju transmisi uap air menentukan
permeabilitas uap air film( Mc Hught dan Krochta, 1994 ).
2. Kekuatan Renggang Putus (Tensile Strength) dan Perpanjangan
Kekuatan renggang putus adalah ukuran untuk kekuatan film yang secara
spesifik merupakan tarikan maksimum yang dapat dicapai sampai film
tetap bertahan sebelum putus atau sobek. Menurut Krochta dan Johnson
(1997), edible film harus dapat dipertahankan keutuhannya selama
pemrosesan bahan yang dikemasnya. Cara untuk menguji
kemampuannyaharus dilakukan dengan evaluasi terhadap sifat-sifat
mekaniknya yang meliputi kekuatan renggang putus dan perpanjangan.
3. Ketahanan Dalam Air (Water Resistance)
Sifat film yang penting untuk penerapannya sebagai pelindung makanan
adalah ketahanannya di dalam air. Menurut Gontard et al., (2009), apabila
aktivitas air tinggi (saat film harus kontak dengan air) selama proses
pengolahan makanan yang dikemasnya, maka film harus seminimal
mungkin larut dalam air. Edible filmdengan kelarutan air yang tinggi juga

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 16
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

dikehendaki, misalnya pada pemanfaatannya bila dilarutkan atau dalam


makanan panas.
II.2.2.4 Interaksi Antara Protein – Gliserol – Kitosan
Tidak ada teori yang menjelaskan kombinasi protein dan kitosan untuk
membuat film. Protein dapat berinteraksi secara ionik melalui kelompok sulfida
anionik dengan kelompok amino yang terprotonasi dari kitosan. Protein akan
membentuk ikatan hidrogen dengan gugus amina kitosan. (Abugoch, 2011)
Sifat polikationik kitosan memberikan kemungkinan berinteraksi dengan
polimer anionik lain atau dengan gugus hidroksil yang ada dalam molekul
gliserol. (Debandi, 2016)
Gliserol bekerja sebagai plasticizer dalam film dengan cara merusak
ikatan hidrogen, menyebabkan pembentukan campuran protein-plasticizer dan
mengganggu interaksi protein-protein (Galietta et al.,1998). Gontard, Guilbert and
Cuq (1993) juga menyatakan bahwa gliserol mudah masuk di antara rantai protein
dan mengatur ikatan hidrogen dengan gugus amina protein.
O O
O O
O KITOSAN O KITOSAN

N N
O O
H H H H
H H

H H
O
N C C H PROTEIN

H R O

H H H H H H

O O O O O O

H C C C H GLISEROL H C C C H GLISEROL

H H H H H H

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 17
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

II.3 Hipotesa
Isolate protein kacang kedelai dan kitosan cangkang kerang hijau yang
terbentuk sebagai bahan pengemas makanan yang aman dikonsumsi. Karkteristik
edible film dipengaruhi oleh suhu pengadukan, isolat protein, kitosan, dan
gliserol.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 18
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
III.1 Bahan
1. Isolat Protein Kacang kedelai
2. Kitosan Cangkang Kerang
3. Asam Asetat
4. Natrium Hidroksida
5. Gliserol
6. Aquadest

III.2 Alat
1. Pipet 8. Kertas saring
2. Oven 9. Labu ukur
3. Magnetic stirer 10. Thermometer
4. Kaca arloji 11. Statif
5. Gelas Ukur 12. Petridist
6. Beaker Glass 13. Neraca analitik
7. Eksikator 14. Ayakan 100 mesh

III.3 Rangkaian Alat


III.3.1 Rangkaian Alat Pembuatan Edible Film

Keterangan Gambar :
1. Stirer
2. Magnetic
3. Beaker Glass
4. Termometer
5. Statif

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Pembuatan Edible Film.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 19
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

III.4 Kondisi
III.4.1 Kondisi Tetap
1. Waktu pengadukan 30 menit
2. pH isolat protein 10
3. Berat kitosan:isolate protein :0.6:1.4 gram
4. Asam asetat 1%
5. Natrium hidroksida 2 N

III.4.2 Kondisi Peubah


1. Konsentrasi gliserol:suhu pengadukan : 2%, 3%, 4%, 5%, 6% dari
volume campuran kitosan dan isolat protein.
2. Suhu pengadukan : 50, 60,70,80,90 ℃

III.5 Prosedur Penelitian


III.5.1 Pembuatan Kitosan dari Cangkang Kerang Hijau
1. Cangkang Kerang Hijau dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama
±8 jam.
2. Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 100 mesh.
3. Serbuk Cangkang Kerang Hijau ditempatkan dalam wadah dan tambahkan
NaOH 3,5% dengan perbandingan 1:10 (b/v)
4. Panaskan dan diaduk menggunakan magnetic stirrer pada suhu 60°C
selama 4 jam.
5. Setelah dingin, saring menggunakan kertas saring dan dicuci
menggunakan aquadest sampai netral.
6. Residu yang diperoleh dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C selama 4
jam.
7. Tambahkan larutan HCl 1 N 1:15 (b/v) selama 30 menit dan diaduk.
8. Disaring menggunakan kertas saring dan dicuci sampai netral.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 20
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

9. Residu yang diperoleh dikeringkan dengan oven pada suhu 90°C selama 6
jam.
10. Kitin yang telah diperoleh ditambahkan larutan NaOH 50% 1:10 (b/v)
dipanaskan 100°C selama 1,5 jam.
11. Setelah dingin, disaring dan dicuci dengan aquadesst sanpai pH netral (pH
7)
12. Residu yang diperoleh dikeringkan dengan oven pada suhu 60°C selama 4
jam.

III.5.2 Pembuatan Edible Film


1. Menimbang kitosan cangkang kerang dan isolat protein kacang kedelai
dengan berat 0.6:1.4 gram
2. Melarutkan protein kacang kedelai dalam aquadest sebanyak 50 ml lalu
ditambahkan larutan NaOH 2N hingga mencapai pH 10.
3. Melarutkan kitosan kedalam larutan asam asetat 1% sebanyak 50 ml.
Kitosan larut sempurna di dalam asam asetat 1% dengan pengadukan
menggunakan stirrer selama 30 menit.
4. Campur larutan kitosan dan isolat protein
5. Kemudian ditambahkan gliserol 2%, 3%, 4%, 5%, 6% dari volume
campuran kitosan dan isolat protein 100 ml.
6. Setelah semua bahan tercampur, dilakukan pengadukan selama 30 menit
dengan temperatur 50, 60, 70, 80 dan 90℃ dengan magnetic stirer.
7. Setelah homogen, larutan didiamkan pada suhu kamar kemudian
dimasukkan dalam eksikator selama 24 jam untuk menghilangkan
kandungan air dan oksigen yang tersisa.
8. Membersihkan alat cetak sebelum digunakan dengan menggunakan
alkohol 96%.
9. Mencetak larutan ke dalam plat kaca lalu mengeringkannya menggunakan
oven pada suhu 90°C selama ± 6 jam.
10. Setelah kering, didiamkan pada suhu kamar hingga dingin.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 21
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

III.6.1. Pembuatan Kitosan

Cangkang Kerang Hijau

Dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C


selama ±8 jam

Dihaluskan dan diayak dengan ayakan 100


mesh

Proses Deproteinasi:
Serbuk cangkang kerang ditempatkan dalam
wadah, dan ditambahkan NaOH 3,5 % 1:10 (b/
v)

Dipanaskan sambil diaduk Dengan magnetikc


stirrer pada suhu 65°C selama 2 jam.

setelah dingin, disaring menggunakan kertas


saring dan dicuci sampai netral.

Residu:
Dikeringkan Dengan oven pada Filtrat
suhu 60°C selaha 4 jam

Demineralisasi:
Ditambahkan HCl 1 N 1:15 (b/v)
selama 30 menit dan diaduk.

Disaring menggunakan kertas


saring dan dicuci sampai netral.

Residu:
dikeringkan Dengan oven pada Filtrat
suhu 90°C selama 6 jam.

Kitin

Ditambahkan larutan NaOH


50% 1:10 (b/v) dipanaskan
100°C selama 1,5 jam.

Setelah dingin, disaring dan


dicuci dengan aquadest sampai
pH netral (pH 7)

Residu:
dikeringkan Dalam oven pada suhu Filtrat
60°C selama 4 jam.

Kitosan

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 22
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

III.6.2 Pembuatan Edible Film

Isolat Protein 0.6 Kitosan 1.4


gram + Aquades 50 gram + Asam
ml Asetat 1% 50 ml

Diatur pH dengan
Diaduk hingga
NaOH 2N sampai pH
larut
10

Penambahan Gliserol 2%, 3%,


4%,5%, dan 6%

Aduk sambil dipanaskan dengan


suhu 50, 60,70,80,90 ⁰C selama
30 menit hingga homogen

Diamkan dalam desikator selama


24 jam

Pencetakan film plastik

Pengeringan dalam oven 90⁰C


selama ± 6 jam

Dinginkan pada suhu kamar

Edible Film

Uji Bahan

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 23
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

DAFTAR PUSTAKA

Abugoch, L., Romero, N., Tapia, C., Rivera, M., & Silva, J. (2011). Study of
some physicochemical and functional properties of quinoa (Chenopodium
Quinoa Willd.) protein isolates. Journal of Agricultural and Food
Chemistry, 56(12), 4745-4750.
Adie, M. M dan Krisnawati A. 2007. Biologi tanaman kedelai. Dalam Kedelai,
Teknik Produksi dan Pengembangan hlm 45-73, Bogor : Pusat Penelitian
dan Tanaman Pangan
Allock, H.R. and Lampe, F.W. 1981. Contemporary Polymer Chemistry. Prentice-
Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey 07632.
Cheftel, J.C., J. L. Cuq and D. Lorient. 1985. Amino Acid, Peptide and Protein. In
: O. R. Fennema (ed). Food Chemistry. Third Edition. Marcell Dekker Inc,
New York.
Comelia, Melanie., dkk. 2012. Pengaruh Penambahan Pati Bengkoang Terhadap
Karakteristik Fisik Dan Mekanik Edible Film. Jurnal Kimia Kemasan 34,
No.2.
Debandi, Maria V., Bernal, Celina., Francois, Nora J. (2016). Development of
Biodegradable Films Based on Chitosan/Glycerol Blends Suitable for
Biomedical Applications. Journal of Tissue Science & Engineering, 7 : 3.
Diredja, D., 1996. Mempelajari Pengaruh Penambahan Sodium
Karboksimetilselulosa terhadap Karakteristik Edible film dari Protein
Bungkil Kedelai. Fateta: IPB
Firmansyah, Muhammad P., dan Syahnaz, Karimah. 2018. Edible Film Berbahan
Isolat Protein Kacang Tunggak dan Kitosan Kulit Kupang. Surabaya:
UPN “Veteran” Jawa Timur
Fitriah, dkk.2018. Pemanfaatan Daging dan Cangkang Kerang Hijau (Perna
Viridis) Sebagai Bahan Olahan Pangan Tinggi Kalsium. Jurnal STIKES
PKU Muhammadiyah Surakarta.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 24
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Food and Agriculture Organization [FAO]. 2009. Technology of Production of


Edible Flours and Protein Products From Soybeans.
Galietta, G., Di Gioia, L.,Guilbert, S., and Cuq, B., 1998. Mechanical and
Thermomechanical Properties of Films Based on Whey Proteins as
Affected by Plasticizer and Crosslinking Agents. J. Dairy Sci, Vol 81:
3123-3130.
Gontard, N., Guilbert, S. and Cuq, J.L. 2009. Water and Glycerol as Plastisizer
Affect Mechanical and Water Barrier Properties at an Edible Wheat
Gluten Film. J. Food Sci. Vol. 58, No. 1, pg. 206-211.
Guerrero, P. 2010. Mechanical and Thermal Properties of Soy Protein Film
Processby Casting and Compression. Journal of Food Engineering, Vol.
16, No. 6,pg. 145-151.
Handoko, D. D. 2000. Pembuatan Isolat Protein Tempe dan Analisis Sifat-
sifat Fungsionalnya. Bogor: Fateta IPB.
Hastuti, Sri. 2015. Pengaruh Plasticizer Gliserol Terhadap Karakteristik Edible
Film Campuran Whey dan Agar. Universitas Hassanudin. Makassar.
Hui, Y. H. 2006. Handbook of Food Science, Technology and Engineering
Volume I. CRCPress. USA.
Huri, Daman dan Fithri Choirun Nisa. 2014. Pengaruh Konsentrasi Gliserol Dan
Ekstrak Ampas Kulit Apel Terhadap Karakteristik Fisik Dan Kimia Edible
Film”. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2 No 4.
Irawan, Suryo. 2010. Pengaruh Gliserol terhadap Sifat Fisik/Mekanik dan Barrier
Edible Film dari Kitosan. Departemen Perindustrian RI: Jakarta Timur.
Juliyarsi, I., Melia S., dan Sukma, A. 2011. The Quality of Edible Film by Using
Glicerol as Plasticizer. Pakistan Journal of Nutrition 10 (9): 884-887.
Krochta. 1994. Edible Coating and Film to Improve Food Quality. Technornic
Publishing Company Inc., Lancaster.
Krochta, J. M. ,and C. M. ,Johnson, 1997. Edible Film and Biodegradable
Polymer Film Challenger and Opportunities, Food Tech, 51 ( 2 ); 61-74.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 25
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Margonof, 2003. Potensi Limbah Udang Sebagai Penyerap logam Berat (Timbal,
Kadmium, dan Tembaga) di Perairan. Jurnal Program Pasca Sarjan
Institut Pertanian Bogor.
Mc Hugh, T. H and J. M. Krochta, 1994. Permeability Properties of Edible Film,
dalam Krochta, J. M. , E. A. Baldwin and M.O. Nisperos – Carriedo (
Eds), Edible Coating and Film to Improve Food Quality, Technomic
Pulb. Co. Inc. , Lancester, Basel.
Meriatna. 2008. Penggunaan Membran Kitosan untuk Menurunkan Kadar Logam
Crom (Cr) dan Nikel (Ni) dalam Limbah Cair Industri Pelapisan Logam.
Murni, Sri Wahyu, dkk. 2013. Pembuatan Edible Film dari Tepung Jagung (Zea
MaysL.) dan Kitosan. Jurnal Pengembangan Teknologi Kimia Untuk
Pengelohan Sumber Daya Alam Indonesia.
Ningsih, Sri H. 2015.Pengaruh Plastizer Gliserol Terhadap Karakteristik Edible
Film Campuran Whey dan Agar.Jurnal Fakultas Peternakan Universitas
Makasar.
Permana, Harry. 2006. Optimalisasi Pemanfaatan Cangkang Kerang Hijau
(Perna Viridis L.) Dalam Pembuatan Kerupuk. Jurnal Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor.
Purwanti, Ani. 2010. Optimasi Pembuatan Edible Film dari Kitosan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Riaz, M. N. 2004. Texturized Soy Protein as an Ingredient. Di dalam: Yada, R. Y
(Ed). 2004. Proteins in Food Processing. UK: Woodhead Publishing.
Silvia, dkk. 2014. Pemanfaatan Kitosan dari Cangkang Rajungan Sebagai
Pengawet Ikan Kembung dan Ikan Lele. Jurnal Teknik Kimia USU,
Volume 3, No. 4.
Sinaga, L. Lorensia, dkk. Karakteristik Edible Film dari Ekstrak Kacang Kedelai
dengan Penambahan Tepung Tapioka dan Gliserol Sebagai Bahan
Pengemas Makanan. Jurnal Teknik Kimia Universitas Sumatera
UtaraVolume 2 No. 4

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 26
Proposal Penelitian
“Edible Film Berbahan Isolat Protein Kacang Kedelai dan Kitosan Cangkang Kerang Hijau”

Siregar, dkk. 2016. Pengaruh Suhu dan Waktu Reaksi pada Pembuatan Kitosan
dari Tulang Sotong (sepia officianalis). Jurnal Teknologi Kimia Unimal
Batam.
Sumandari, Oktarina. 2012. Pengaruh Penambahan Tepung Cangkang Kerang
Hijau pada Medium Pertumbuhan Terhadap Kemampuan Metarhizium
majus UICC 295 Menginfeksi Larva Oryctes rhinoceros Linnaeus. Jurnal
Universitas Indonesia.
Sutanto, N. 1998. Pembentukan Film Edible dari campuran CMC, MC, Lilin
Lebah, dan Protein Bungkil Kedelai dengan Polietilen Glikol sebagai
Plastisiser. ITB : Bogor.
Syarief, R., Sentausa, S., Isyana, St. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Pusat
Antar Pangan dan Gizi. Bogor.
Umam, Khotibul. 2010. Pembuatan Edible Film Protein Whey. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Ternak Volume 5(1) : 45-56.

Waggle DH, Kolar CW. 1979. Types of Soy Protein Products. In Soy Protein and
Human NutritionDi dalam Wilke HL, Hopkins DT, Waggle DH (eds).
Academic Press, New York, pp. 19-51.
Yulianti. R dan E. Ginting. 2012. Perbedaan karakteristik fisik edible film dari
umbi-umbian yang dibuat dengan penambahan plasticizer. Balai
penelitian tanaman kacang-kacangan dan umbi-umbian. Penelitian
Pertanian Tanaman Pangan 31( 2): 131-136.

Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik


Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur 27

Anda mungkin juga menyukai