Didalam ayat ini Allah menjelaskan tentang 3 sifat yang termasuk dalam
tanda-tanda kebahagiaan yang akan diperoleh seseorang. Hal ini
dijelaskan oleh Syekh Nashiruddin as-Sa’di bahwa tiga sifat ini yang
terdapat pada ayat tersebut adalah Iman, Hijrah dan Jihad. Iman mennurut
bahasa adalah Tashdiq (Pembenaran) atau dalam arti sehari-hari berarti
percaya tetapi dalam bahasa Arab berarti Tashdiq (pembenaran dalam
hati) bukan hanya percaya saja. Sehingga Allah mengisahkan atas apa yng
diucapkan saudara-saudara Yusuf ‘alaihissalam. Ketika saudaranya itu
mengajak nabi Yusuf untuk perjalanan dengan tujuan mencelakai Yusuf
karena cemburu atas kasih sayang bapaknya terhadap yusuf ‘alaihissalam.
Jadi bisa dikatakan terdapat 3 unsur dalam keimanan, yang dimana jika
ketiga unsur tadi tidak terdapat dalam diri seseorang maka tidak akan
dikatakan sebagai orang yang beriman. Sebagai contoh orang munafiq.
Orang munafiq ini dilihat dari ikrar dengan lisan dan perbuatan, mereka
adalah orang yg beriman, tapi diliat dari unsur tashdiq dengan hati maka
tidak ada pembenaran mereka di hatinya, dengan kata lain dalam hati
mereka mengingkarinya. Sehingga mereka disebut orang munafiq yang
keluar dari keimanan.
Oleh karena itu Allah memberikan hukuman lebih besar dibanding orang
kafir. Orang munafik ini berada di neraka paling dalam dikarenakan
bahayanya lebih besar dari orang kafir, sehingga Allah banyak
menceritakan sifat-sifat orang munafik dibanding orang kafir. Secara
khusus Allah menceritakan sifat-sifat orang munafik dalam surat Al-
munafiqun dan surat at-Taubah. Jadi jika hilang salah satu saja unsur
keimanan maka batallah keimanan tersebut.
Contoh yang lain yaitu Iblis la’natullah alaih, Iblis jika dilihat dari sisi
pembenaran maka iblis mengakui keesaan tauhidullah. Tetapi Iblis tidak
mempunyai unsur ketiga yaitu berkaitan dengan perbuatan. Ketika Iblis
diperintah Allah untuk sujud kepada Adam ‘alaihissalam, maka Iblis
menolaknya karena sombong. Sehingga iblis termasuk golongan yang
mengingkari atau kafir kepada Allah karena salah satu unsur keimanan
tidak ada.
Ada beberapa orang yg tidak jeli dalam memahami ayat ini. Mereka
berpendapat bahwa justru iblis merupakan makhluk yang paling bertauhid
karena tidak mau sujud kepada makhluk. Padahal kalau kita lihat, sujud
disini bukan dimaksudkan untuk beribadah akan tetapi untuk peghormatan
kepada nabi Adam yang telah diberikan kelebihan. Juga tidak mungkin
Allah memerintahkan hambanya untuk beribadah selainNya.
Dalam hal keimanan ada yang dinamakan syarat sah keimanan dan
kesempurnaan keimanan. Seperti dalam hadits “tidak beriman orang yang
tidak mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.” Kita
perlu melihat bahwa kata tidak beriman merupakan kesempurnaan iman
bukan syarat sah keimanan. Kata tidak beriman disini dimaknai tidak
sempurna iman. Namun terkadang ketika kita mendengar kata “tidak
sempurna” maka kita menyangka itu merupakan hal yang sunnah. Padahal
itu adalah sesuatu yang wajib.
Contoh yang lainnya misalkan dalam hadits. “tidak ada keimanan bagi
seseorang yg tidak memiliki sifat amanah”. Kata tidak sempurna iman di
sini bukan berarti dimaknai orang yang tidak amanah adalah orang yang
keluar dari keimanan atau kafir. Sehingga kita harus membedakan antara
syarat keimanan dan kesempurnaan iman. Supaya kita jangan terlalu
mudah mengkafirkan orang. Dan sebetulnya ini adalah ciri dari
pemahaman kaum khawarij, dimana mereka memahami ayat secara
zhahiriyah tanpa merujuk kepada pemahaman salafush-shaleh.
Kembali kepada ayat di awal tulisan.
Syarat kedua, harus memiliki ilmu agama. Karena banyak kerancuan yang
ada pada negeri kafir. Seperti ada anggapan bahwa Islam itu identik
dengan teroris dan lain sebagainya.
Syarat ketiga kalau memang betul-betul ia melakukan itu karena ada
kebutuhan yang mendesak seperti belajar ilmu yang tidak diperoleh di
negaranya, tetapi orang tersebut juga mempunyai misi berdakwah, maka
yang seperti ini dianjurkan.
Kata rahmat disini bisa bermakna salah satu sifat Allah. Yaitu mereka akan
mendapatkan kasih sayang Allah. Bisa saja rahmat disini adalah akibat,
yaitu ketika Allah memberikan rahmat kepada seseorang berarti dia
dimasukkan ke dalam surga. Jadi surga itu disebut dengan rahmat. Artinya
bentuk kasih sayang Allah kepada seseorang adalah dengan
dimasukkannya hamba-Nya ke dalam surga.
Makna yang lain bahwa keimanan, hijrah dan jihad adalah bagian dari
rahmat Allah. hal ini berarti seseorang tidak boleh bersandar atas
perbuatan yang dia kerjakan. Tidak boleh bersandar atas keimanan yang
dia miliki untuk mendapat surga Allah. Karena dia masuk surga bukan
dengan amal yang dia miliki tetapi atas rahmat Allah. Sebab tidak ada
bandingannya orang yang bertaqwa sekalipun dengan rahmat Allah.
Kita diberikan kenikmatan mana yang baik dan mana yang buruk dengan
wasilah diutusnya rasulullah shallallahualaihi wassalam. Karena akal
semata tidak mampu mengetahui secara rinci. Banyak orang yang
menyangka bahwa perbuatan yang mereka lakukan memiliki
kemashlahatan dengan dasar akal yang dimilkinya, padahal itu memiliki
mudhorot dalam dirinya. Salah satu hikmah diutusnya rasulullah
shallallahualaihi wassalam yaitu karena akal manusia yang tidak bisa
menjangkau kebaikan secara terperinci kecuali berdasarkan wahyu Allah
yang diturunkan kepada rasul-Nya.
Kemudian Allah mengakhiri ayat ini dengan kalimat “dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” Kata al-ghofur dalam kalimat ini
memiliki arti menutup atau menutupi dosa. Kata ini memiliki perbedaannya
dengan al-afwu yang artinya memaafkan. Al-ghofur di sini berarti
memberikan pengampunan berupa ditutupinya dosa tanpa didahului
sebelumnya dengan hukuman. Berbeda dengan al-afwu, dimana
seseorang diberikan hukuman terlebih dahulu sebelum dimaafkan.
Sedangkan Ar-Rahiim bermakna yang memberi kasih sayang. Allah
memberikan kasih sayang kepda orang-orang yg dikehendaki. Adapun
faidah surat Al Baqarah ayat 218 adalah sebagai berikut:
Wallahualam.
PSIKOTES SIPSS POLISI 2018
"Download file (Tes Kecermatan Banyak, Psikotes Bintara/Akpol/Setukpa/SESPIM, PMK, dan Tes
Akademik) di halaman berikutnya"
Berikut contoh Psikotes SIPSS (Soal hanya didasarkan pada pengalaman & prediksi semata):
Berisi angka-angka satuan yang harus dijumlahkan per dua baris, baik dari atas ke bawah (pauli)
atau dari bawah ke atas (kraepelin) dengan lebar kertas seukuran surat kabar (koran).
Ada dua versi waktu dan cara kerja yang digunakan, yaitu:
a. Waktu 1 menit dengan konsep pindah ke baris baru pada kolom selanjutnya, dst.
b. Waktu 3 menit dengan konsep menggaris angka terakhir yang Anda tulis dan Anda tetap
melanjutkannya hingga akhir.
Contoh soal:
PAULI (menjumlahkan dari atas ke bawah) / KRAEPELIN (menjumlahkan dari bawah ke atas)
- Angka Hilang
Sesuai dengan namanya, berarti yang akan dicari adalah angka yang hilang di antara deretan baris
angka-angka yang lain. Angka yang ada dipetunjuk sebanyak 5, sedangkan pada rangkaian baris
soal cuma terdapat 4 angka. Maka, angka yang hilang tersebutlah yang menjadi jawaban (a – b – c –
d –e) dan dipindahkan ke LJK.
Contoh soal:
Petunjuk Soal 6 5 2 7 8
Pilihan Jawaban a b c d e
Soal jawaban
8265 a b c d e d
6725 a b c d e e
5876 a b c d e c
8762 a b c d e b
7826 a b c d e b
- Huruf Hilang
Sesuai dengan namanya, berarti yang akan dicari adalah huruf yang hilang di antara deretan baris
huruf yang lain. Huruf hilang memiliki dua jenis model, yaitu huruf kecil semua ataukah huruf
kapital semua. Cara pengerjaannya sama dengan angka hilang dengan jumlah huruf yang ada
dipetunjuk sebanyak 5, sedangkan pada rangkaian baris soal cuma terdapat 4 huruf. Maka, angka
yang hilang tersebutlah yang menjadi jawaban (a – b – c – d –e) dan dipindahkan ke LJK.
Contoh soal:
Petunjuk Soal b w n u x
Pilihan Jawaban a b c d e
Soal jawaban
wbux a b c d e c
nubw a b c d e e
bxwn a b c d e d
nxbu a b c d e b
uxwn a b c d e a
Variasi huruf hilang merupakan pengembangan dari huruf hilang. Hal ini lebih menuntut kejelian
bagi seseorang dalam menentukan variasi huruf yang hilang di setiap barisnya. Maka dari itu,
seseorang harus mampu membedakan antara huruf yang hilang dengan yang tidak.
Contoh soal:
Petunjuk Soal N v X n h
Pilihan Jawaban a b c d e
Soal jawaban
NXhn a b c d e b
vnXh a b c d e a
hvNn a b c d e c
XnvN a b c d e e
NhxX a b c d e d
- Simbol Hilang
Simbol hilang merupakan pengembangan dari soal kecermatan yang telah ada sebelumnya.
Terdapat simbol/gambar/tanda lainnya di setiap soalnya. Sehingga, perlu kejelian dalam
menentukan jawaban.
Contoh soal:
Petunjuk Soal 6 5 2 7 8
Pilihan Jawaban a b c d e
Soal jawaban
8265 a b c d e d
6725 a b c d e e
5876 a b c d e c
8762 a b c d e b
7826 a b c d e b
Berisi:
- “Sangat Setuju (SS)”, “Setuju (S)”, “Ragu-Ragu (R)”, “Tidak Setuju (TS)”, “Sangat Tidak Setuju
(STS)”, yang disesuaikan dengan karakter Anda.
Contoh soal:
Contoh soal:
- (……) Apabila saya bercerita, maka jarang melupakan hal yang mendetail dalam cerita itu.
Contoh soal:
Contoh soal:
Contoh soal:
a. Saya suka menolong teman - teman saya, bila mereka berada dalam kesulitan
5. TES KECERDASAN:
Berisi:
Contoh soal:
A. 80 B. 56 C. 44 D. 34 E. 30
Contoh soal:
= TIGA : EMPAT
a. Enam : Delapan
b. Eka : Panca
c. Prima : Dasa
d. Ohm : Rho
e. Kuartet : Quin
- Pengetahuan umum
Contoh soal:
- Matematika dasar
Contoh soal:
= 2+3x4–6:2 =……
a. 11 b. 17 c. 5 d. 7 e. 14
- Sinonim / Antonim
Contoh soal:
MESARA : … …
A. Pusara
B. Mesra
C. Gaji
D. Perumpamaan
E. Pelengkap
- Soal cerita
Contoh soal:
= Untuk mengatasi demonstrasi, Kapolda Metro Jaya memerintahkan pengiriman 3 unit truk “water
canon”. Jarak menuju lokasi adalah 10 km. Bensin sebanyak 1 liter dapat menempuh 2 km. Berapa
anggaran bensin yang dibutuhkan untuk ketiga truk tersebut agar dapat tiba ke lokasi dan kembali
lagi ke markas, apabila harga 1 liter bensin adalah Rp. 5.000,-?
A. Rp. 210.000
B. Rp. 200.000
C. Rp. 180.000
D. Rp. 160.000
E. Rp. 150.000
- Logika gambar
Contoh soal:
Contoh soal:
Tentukan satu kata yang tidak sesuai dari keempat kata yang lain.
a. Inggris
b. Belanda
c. Argentina
d. Luxemburg
e. Rusia
Contoh soal:
C. Amir adalah seorang siswa yang pandai berhitung dan tidak sopan
Contoh soal:
Ada lima mahasiswa A,B,C,D, dan E yang mengikuti sebuah seminar. A dan B berasal dari fakultas
yang sama, dan D dan E juga berasal dari fakultas yang sama. Bila mahasiswa yang berasal dari
fakultas yang sama tidak boleh duduk berdekatan, kemungkinan posisi tempat duduk mereka
dalam satu deretan adalah
A. A, D, E, B, C
B. E, C, D, A, B
C. D, C, A, E, B
D. A, B, C, D, E
E. A, C, E, D, B
Atau
"Download file (Tes Kecermatan Banyak, Psikotes Bintara/Akpol/Setukpa/SESPIM, PMK, dan Tes
Akademik) di halaman berikutnya"
- SOAL SUDAH DILENGKAPI JAWABAN + CARA KERJA
Label: polisi sarjana, psiko SIPPS, psikotes SIPSS, sarjana polisi, SIPPS
Tafsir Surat al Hujurat [10]: Kenapa Allah Menciptakan Manusia Berbeda-Beda? Dan
Apa Kemuliaan yang Sebenarnya Menurut Al Quran?
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
(Qs. al-Hujurat: 13)
Keterangan:
Pada ayat sebelumnya khitob yang digunakan ditujukan kepada orang-orang mukmin di mana
ayatnya berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman”. sedangkan pada ayat ini khitobnya adalah
untuk seluruh manusia dan menjelaskan tentang dasar penting yang menjamin tatanan dan
ketetapan serta membedakan nilai hakiki kemanusiaan dari nilai-nilai palsu dan batil. Maka
ayatnya mengatakan: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling mengenal”.
Para ahli tafsir menyebutkan bahwa ayat di atas adalah melarang untuk berbangga diri dengan
menggunakan nasab, maka maksud dari ayat “dari seorang laki-laki dan seorang perempuan”
adalah Adam dan Hawa maknanya adalah Kami menciptakan kalian dari ayah dan ibu yang sama
tanpa ada perbedaan antara yang berkulit putih dan hitam serta yang Arab dan non-Arab dan
Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku bukan untuk saling memuliakan diri
kepada yang lainnya tapi agar kalian saling mengenal sehingga sebagian kalian bisa mengenal
sebagaian lainnya dan dengan begitu sempurnalah urusan sosial kalian dan hubungan kalian
menjadi baik, inilah tujuan kenapa Allah menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
bukan untuk membanggakan diri dengan nasab atau dengan ayah dan ibu kalian.
Pendapat lain mengatakan bahwa maksud dari ayat “dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan” adalah laki-laki dan perempuan secara mutlak, dan ayat di atas adalah untuk
menolak sikap mengutamakan diri dengan kelas-kelas secara mutlak seperti kulit putih dan
hitam, Arab dan non-Arab, kaya dan miskin, majikan dan budak serta laki-laki dan perempuan,
dan maknanya adalah wahai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan
perempuan maka setiap orang dari kalian adalah manusia yang dilahirkan dari dua orang
manusia dan kalian tidak punya perbedaan dari sisi ini, dan perbedaan bangsa-bangsa dan suku-
suku di antara kalian bukanlah untuk memuliakan atau mengutamakan diri tapi agar kalian saling
mengenal sehingga dengan itu sempurnalah urusan sosial kalian.
Dalam kitab al-Amtsal disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan” adalah asal penciptaan dan pengembalian nasab
manusia kepada Adam dan Hawa maka selama seluruh manusia berasal dari satu akar tidak
diperbolehkan satu kabilah membanggakan diri atas yang lainnya dari segi nasab, dan Allah
SWT menciptakan setiap kabilah dan memberikan mereka kekhususan dan tugas tertentu itu
adalah untuk menjaga tatanan kehidupan sosial manusia, karena keragaman ini memancing
manusia untuk saling mengenal, dan tatanan dalam masyarakat tidak akan tegak kecuali dengan
pengenalan individunya, karena jika mereka memiliki model yang sama maka fitnah dan
kekacauan akan menguasai masyarakat.
Para ahli tafsir berbeda pendapat dalam menjelaskan perbedaan antara as-syu’ub yang
merupakan jamak dari kata sya’b (sekelompok besar manusia) dan al-qaba’il jamak dari qabilah,
berkaitan dengan hal ini mereka memiliki beragam asumsi.
Sebagiannya mengatakan bahwa cakupan as-sya’b lebih luas dari cakupan qabilah sebagaimana
yang populer pada saat ini as-sya’b digunakan untuk bangsa tertentu yang besar. Sedang
sebagian lainnya mengatakan bahwa kata as-sya’b digunakan untuk sekelompok orang Ajam
adapun ¬al-qabilah adalah isyarat untuk sekelompok orang Arab. Sebagian lainnya mengatakan
bahwa as-sya’b adalah isyarat untuk orang-orang yang dinisbatkan kepada daerah geografis yang
mereka tinggali sedangkan al-qabail adalah isyarat untuk orang-orang yang dinisbatkan kepada
keringat dan darah. Tetapi tafsiran yang pertama lebih cocok dari pada yang lainnya
sebagaimana dzahir ayatnya.
Dalam Kitab al-Mizan disebutkan bahwa As-syu’ub adalah jamak dari As-sya’b sebagaimana
disebutkan dalam kitab al-Majma’ ia adalah sekumpulan besar dari manusia seperti suku Rabiah
dan Madhar, sedangkan al-qabail jamak dari al-qabilah adalah di bawah (lebih kecil dari) As-
sya’b seperti Tamim dari suku Madhar. Dan pendapat lain mengatakan bahwa As-syu’ub berada
di bawah al-qabail dan dinamakan dengannya karena ia berkelompok-kelompok, ar-Raghib
mengatakan: As-sya’b adalah al-qabilah yang berkelompok-kelompok dari satu kampung dan
jamaknya adalah As-syu’ub. Pendapat lainnya mengatakan bahwa As-syu’ub adalah sekumpulan
orang-orang non-Arab sedangkan al-qabail adalah sekumpulan orang-orang Arab.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa ayat ini turun ketika Rasulullah saw. memerintahkan
untuk menikahkan beberapa budak / orang-orang non-Arab dengan anak-anak perempuan
keturunan Arab. Maka mereka terheran-heran dan berkata: “Wahai Rasulullah apakah engkau
memerintahkan kami untuk menikahkan anak-anak perempuan kami dengan para budak?” Maka
turunlah ayat ini dan membatalkan pemikiran-pemikiran takhayul ini.
Dalam kitab al-Kafi disebutkan dari Abu Bakar al-Hadhrami dari Abi Abdillah as berkata:
Sesungguhnya Rasulullah saw menikahkan Miqdad bin al-Aswad dengan Dhuba’ah binti az-
Zubair bin Abdul Muththalib, beliau menikahkannya agar mereka tahu bahwa yang paling mulia
di antara mereka di Sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara mereka.
Dalam beberapa riwayat Islam diceritakan bahwa suatu hari Nabi saw. berkhutbah di Mekah dan
berkata: “Wahai manusia sesungguhnya Allah telah menghilangkan aib Jahiliyah dari pada
kalian yang mengagungkan diri mereka dengan ayah-ayah mereka. Sesungguhnya manusia itu
ada dua macam yakni orang yang baik, bertakwa dan mulia di sisi Allah kemudian orang yang
jahat, celaka dan terhina di sisi Allah. Dan manusia semuanya adalah keturunan Adam yang
Allah ciptakan dari tanah, Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Disebutkan dalam kitab Adab An-Nufus karangan At-Thabrasi bahwa Nabi saw memalingkan
wajahnya kepada orang-orang pada saat beliau sedang menunggangi untanya di hari Tasyriq di
Mina (yakni hari kesebelas, kedua belas dan ketiga belas bulan Dzulhijjah) lalu beliau bersabda:
على لعجمي ال و عجمي على لعربي فضل ال اال واحد اباكم ان و واحد ربكم ان اال الناس أيها يا
قالوا بلغت هل اال بالتقوى اال أسود على ألحمر ال و احمر على ألسود ال و عربي: قال نعم: ليبلغ
الغائب الشاهد
“Wahai manusia ketahuilah sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan ayah kalian adalah
satu ketahuilah tidak ada keutamaan yang dimiliki oleh orang Arab atas orang non-Arab dan
tidak pula orang non-Arab atas orang Arab, dan tidak pula orang berkulit hitam atas orang
yang berkulit merah dan tidak pula orang yang berkulit merah atas orang yang berkulit hitam
kecuali dengan ketakwaan. Apakah aku telah menyampaikannya (kepada kalian), mereka
berkata: Iya, beliau berkata: hendaknya yang menyaksikan menyampaikan kepada yang tidak
hadir”.
Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits lain yang maknanya serupa dengan hadits di atas
dalam kata-kata yang pendek namun memiliki makna yang luas yakni bahwa Rasulullah saw
bersabda:
الى ينظر لكن و اموالكم الى ال و اجسامكم الى ال و انسابكم الى ال و احسابكم الى ينظر ال هللا إن
قلوبكم، اتقاكم اليه احبكم و آدم بنو انتم انما و عليه هللا تحنن صالح قلب له كان فمن.
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kemuliaan leluhur kalian dan tidak pula pada nasab-nasab
kalian dan tidak pula pada fisik kalian dan tidak pula pada harta-harta kalian tetapi Dia melihat
kepada hati kalian, maka barang siapa memiliki hati yang baik Allah akan menyayanginya dan
sesungguhnya kalian adalah keturunan Adam dan yang paling dicintai Allah di antara kalian
adalah yang paling bertakwa”.
Dalam kitab tafsir al-Mizan deisebutkan bahwa ayat “Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” menjelaskan apa
yang menjadi kemuliaan di sisi Allah SWT, yakni sebagaimana yang telah dijelaskan di awal
ayat bahwa manusia mereka semuanya sama tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya dan
tidak ada yang lebih utama dari yang lainnya, dan bahwa perbedaan dari segi bangsa atau suku
itu hanyalah agar mereka saling mengenal dan dengan demikian juga bisa menjadi masyarakat
yang kokoh dan tolong menolong dan inilah tujuan dari penciptaan bangsa dan suku yang
berbeda-beda bukan untuk membanggakan diri dengan nasab dan mengaku lebih utama karena
hal-hal seperti kulit putih atau hitam sehingga sebagiannya memperbudak sebagian yang lainnya
dan menyebabkan munculnya kerusakan di muka bumi dan kehancuran.
Pada ayat tersebut Allah SWT menjelaskan apa yang menjadi kemuliaan di sisi-Nya dan ini
adalah hakikat dari kemuliaan. Yakni bahwa manusia tercipta untuk mencari suatu kemuliaan
yang membedakannya (menjadikannya istimewa) dari yang lainnya, dan kebanyakan manusia
karena keterikatan mereka dengan dunia memandang bahwa kemuliaan ada pada keutamaan
meterial berupa harta, kecantikan nasab, kemuliaan leluhur dan lain sebagainya, sehingga mereka
mencurahkan daya upaya mereka untuk mendapatkannya untuk kemudian membanggakannya
atas yang lainnya.
Keutamaan tersebut semuanya adalah palsu dan tidak memberikan kemuliaan apapun bagi
mereka kecuali kesengsaraan dan kehancuran.
ُّ ّللا
ُ الد ْنيا عرضَ تُ ِر
َيدون َُ َ د و
َُ خرةَ ُيرِي ْ
ِ اْل
“Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat
(untukmu)”. (Qs. al-Anfal: 67)
“Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (Qs. al-Baqarah: 197)
Jika kemuliaan itu diukur dengan takwa maka paling mulianya manusia adalah yang paling
bertakwa di antara mereka sebagaimana firman dari Allah. Dan tujuan yang dipilih oleh Allah
dengan ilmu-Nya ini adalah tujuan bagi manusia yang tidak akan menemui benturan dan tidak
akan ada saling dorong-mendorong antara pihak yang terlibat dengannya, berbeda dengan
tujuan-tujuan dan kemuliaan-kemuliaan yang dituju manusia berdasarkan khayalan mereka
seperti kekayaan, kepemimpinan, kecantikan dan lain sebagainya.
Dan firman Allah: “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” adalah
penekanan untuk ayat ini dan sebagai isyarat bahwa kemuliaan yang Allah pilihkan untuk
manusia adalah kemuliaan hakiki yang Ia pilih dengan ilmu dan pengetahuan-Nya berbeda
dengan kemuliaan yang dipilih oleh manusia untuk diri mereka sendiri yang merupakan khayalan
palsu dan hanyalah hiasan dunia belaka. Allah SWT berfirman:
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya
akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (Qs. al-Ankabut: 64)
Pada ayat ini terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa untuk mencapai tujuan hidupnya
manusia wajib mengikuti perintah Tuhan-nya dan memilih apa yang telah dipilih oleh-Nya dan
Allah telah memilihkan untuk mereka takwa.
Bisa jadi banyak orang yang mengklaim bahwa dirinya telah bertakwa sedangkan nyatanya yang
menyandang ketakwaan itu lebih sedikit maka al-Quran menambahkan di akhir ayat dengan
kata-kata: “Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Allah mengenal orang-orang yang benar-benar bertakwa dan Dia mengetahui derajat ketakwaan
mereka serta keikhlasan niat mereka dan kesucian mereka maka Dia memuliakan mereka sesuai
dengan pengetahuan-Nya. Adapun para pengklaim palsu mereka juga akan dihisab dan dibalas
atas kebohongannya.
Pertama: Tidak diragukan lagi bahwa setiap orang dengan fitrahnya ingin menjadi wujud yang
memiliki nilai dan kebanggaan, oleh karenya dia berusaha dengan segala eksistensinya untuk
memperoleh nilai tersebut, hanya saja pengetahuan tentang standar dari nilai tersebut berbeda-
beda sesuai dengan perbedaan kebudayaan dan bisa jadi nilai yang palsu mengambil tempat yang
lebih jelas sehingga tidak tersisa lagi tempat untuk nilai yang benar.
Karenanya sekelompok orang memandang bahwa nilai mereka yang hakiki adalah dinisbatkan
kepada kabilah yang terkenal oleh karenanya demi mengangkat reputasi kabilah dan kelompok
mereka, mereka menampakkan aktifitas-aktifitas umum untuk menjadi pemimpin karena
keluhuran dan ketinggian pangkat kabilah mereka.
Perhatian terhadap kabilah dan kebanggaan yang dinisbatkan kepada hal tersebut merupakan hal
yang tidak nyata di mana kabilah tertentu menganggap dirinya lebih mulia dari kabilah yang lain,
dan sangat disayangkan malapetaka Jahiliyah ini kita temukan dalam banyak jiwa individu
masyarakat.
Kelompok lain menganggap harta sebagai standar dari nilai kemuliaan seseorang, mereka
berusaha menumpuk-numpuk harta untuk mendapatkan kemuliaan tersebut, sedangkan
kelompok yang lain menganggap bahwa politik dan sosial yang tinggi merupakan standar
kemuliaan seseorang. Demikianlah setiap kelompok memiliki jalan masing-masing, mereka
mencari nilai-nilai tertentu dan menganggapnya sebagai standar kemuliaan seseorang.
Karena semua hal ini bersifat materi dan palsu, Islam memberikan standar hakiki sebagai tolok
ukur kemuliaan seseorang yakni ketakwaan, kesucian hati dan keteguhan agama. Sehingga dia
tidak memperhatikan tema-tema penting seperti ilmu pengetahuan dan kebudayaan jika hal itu
tidak berada dalam jalur keimanan, ketakwaan dan akhlak.
Takwa kepada Allah serta memerangi syahwat dan berpegang teguh kepada
kebenaran, kejujuran, kesucian dan keadilan adalah tolok ukur dari nilai
kemanusiaan itu sendiri bukan yang lainnya, hanya saja nilai-nilai asli ini
seringkali terlupakan oleh masyarakat dan digantikan oleh nilai-nilai palsu.
Dalam lingkungan orang-orang Jahiliyah yang meyakini bahwa nilai kemuliaan seseorang ada
pada kebanggaan pada leluhur mereka, harta dan anak-anak mereka muncul para perampok dan
perampas, sebaliknya dalam lingkungan orang-orang yang berlandaskan ayat “Sesungguhnya
orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antara kamu” muncul orang-orang seperti Salman, Abu Dzar, Ammar, Yasir dan Miqdad.
Kedua: Hakikat dari ketakwaan seperti yang telah kita ketahui sebelumnya bahwa al-Quran
memberikan keistimewaan terbesar untuk ketakwaan dan menganggapnya sebagai satu-satunya
tolok ukur untuk mengenal nilai kemuliaan seseorang dan juga menganggapnya sebaik-baiknya
bekal seraya mengatakan:
“Dan berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”. (QS. al-Baqarah: 197)
ُ
َباسِخ ْيرَ ذلِكَ ال َت ْقوى ول
“Dan pakaian takwa itulah yang paling baik”. (QS. al-A’raf: 26)
Sebagaimana al-Quran juga mengumpamakan dalam ayat lain bahwa takwa adalah salah satu
dasar dakwah awal para Nabi dan meninggikannya dalam beberapa ayat sampai-sampai al-
Quran mengumpamakan Allah sebagai ahlu taqwa:
ُ ل
ه َو ْ ل ال َت ْقوى أ
َُ ه ْ ْالم ْغ ِفر َِة وأ
َُ ه
“Dia (Allah) adalah Tuhan yang patut (kita) bertakwa kepada-Nya dan berhak memberi
ampun”. (QS. al-Mudatsir: 56)
Al-Quran menganggap takwa sebagai nur (cahaya) dari Allah (QS. al-Baqarah : 282) dan
menggandengkan takwa dengan kebaikan (QS. al-Maidah: 2) dan keadilan (QS. al-Maidah: 8).
Sekarang kita harus melihat hakikat takwa yang merupakan modal maknawiyah paling besar dan
kebanggaan bagi manusia. Al-Quran telah memberikan isyarat yang mengungkap hakikat takwa
dan menyebutkan dalam sejumlah ayat bahwa hati adalah tempat bagi ketakwaan:
ُ
َامتحنَ الَ ِذينَ أول ِئك َْ لِل َت ْقوى ُقلُوب ُه
َُ َ م
ْ ّللا
“Mereka itulah orang-orang yang telah diuji hatinya oleh Allah untuk bertakwa”. (QS. al-
Hujurat: 3)
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (QS. as-
Syams: 8)
Al-Quran juga menganggap setiap amalan yang muncul dari jiwa yang beriman dan ikhlas serta
niat yang jujur merupakan dasar ketakwaan sebagaimana ia mensifati masjid Quba (di Madinah)
yang dibangun oleh orang-orang munafik yang berlawanan dengan masjid Dhirar:
ُ
َجد ِ ن ال َت ْقوى على أ
ْ سسَ لم
ِ س َْ ل ِم َُّ ن أح
َِ ق ي ْومَ أ َو َْ ه ت ُقومَ أ
َِ فِي
“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba) sejak hari pertama
adalah lebih patut kamu solat di dalamnya”. (QS. at-Taubah: 108)
Makna Taqwa
Dari keseluruhan ayat-ayat di atas dapat kita pahami bahwa ketakwaan adalah kesadaran tentang
tanggung jawab dan janji yang menetapkan keberadaan manusia, hal itu adalah hasil dari
keteguhan iman dalam hatinya yang ia hindarkan dari kefasikan dan dosa serta mengajaknya
untuk beramal soleh dan membersihkan amalan-amalan manusia dari berbagai kotoran dan
menjadikan pikiran dan niatnya bersih dari berbagai noda.
Jika kita kembali kepada akar bahasa dari kata ini kita akan sampai pada kesimpulan yang sama
karena at-taqwa berasal dari kata ¬al-wiqayah yang maknanya adalah tekun dan berusaha
menjaga sesuatu dalam hal ini maksudnya adalah menjaga jiwa agar tidak tercemari oleh segala
jenis kotoran dan memusatkan kekuatan pada hal-hal yang diridhoi oleh Allah.
Menjaga diri dari siksa yang kekal dengan cara mendapatkan keyakinan-keyakinan yang benar
Menghindari semua dosa dan ini lebih umum dari meninggalkan kewajiban atau melakukan
kemaksiatan
Berusaha menahan diri dan sabar atas ajakan hati untuk melakukan sesuatu yang dapat
menjauhkannya dari kebenaran dan ini adalah inti ketakwaan bahkan yang paling spesifik.
Dalam Nahjul Balaghah Imam Ali as. memberikan pernyataan yang indah dan fasih berkaitan
dengan permasalahan takwa di mana permasalahan ini banyak disebutkan dalam khutbah beliau
dan kata-katanya yang singkat.
Dalam sebagian ucapannya beliau as. mengumpulkan takwa dan dosa dan berkata:
ُ التقوى وإنَ أال النار في بهم فتقحمت لجمها وخلعت أهلها عليها حمل
شمس خيل الخطايا وإنَ أال
الجنة فأوردتهم أزمتها وأعطوا أهلها عليها حمل ذلل مطايا
“Sesungguhnya dosa seperti sekawanan kuda yang tidak taat yang dikendarai oleh
penunggangnya dan terlepas tali kekangnya maka ia akan menceburkannya (si penunggang –
red) ke dalam neraka, sedangkan takwa adalah seperti binatang tunggangan yang taat kepada
penunggangnya maka ia akan membawanya ke surga”.
Berdasarkan penyerupaan yang disebutkan pada hadis ini, maka dapat dipahami bahwa takwa
adalah kondisi penjagaan diri dan penguasaan syahwat, sedangkan tidak adanya ketakwaan
merupakan penerimaan terhadap syahwat dan tidak adanya penguasaan terhadapnya.
أال إليه لجأ من يحرز وال أهله يمنع ال ذليل حصن دار والفجور عزيز حصن دار التقوى أن هللا عباد اعلموا
الخطايا حمة تقطع وبالتقوى
“Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah bahwa takwa adalah rumah pertahanan yang kuat
sedang kemaksiatan adalah rumah pertahanan yang rapuh yang tidak mampu melindungi orang
yang mendiaminya dan tidak dapat menjaga orang yang berlindung kepadanya,ketahuilah
bahwa hanya dengan ketakwaan kebatilah bisa terputus”.
ذروته منيعا ومعقال عروته وثيقا حبال لها فإنَ هللا بتقوى فاعتصموا
“Berpegang teguhlah kepada takwa sesungguhnya pada ketakwaan terdapat tali yang kuat
ikatanya dan benteng yang kokoh puncaknya”.
Melalui ungkapan-ungkapan dari Imam Ali as. di atas hakikat ketakwaan pun menjadi jelas.
Yakni bahwa takwa adalah buah dari pohon keimanan dan untuk mendapatkan buah yang langka
dan mahal ini maka landasan iman haruslah kokoh. Tentu taat dan menjauhi maksiat serta
memperhatikan akhlak akan menjadikan ketakwaan kokoh di dalam jiwa dan hasilnya adalah
munculnya cahaya keyakinan di dalam diri manusia.
Setiap kali cahaya takwa bertambah, bertambah pulalah cahaya keyakinan dan iman, oleh
karenanya kita temukan dalam riwayat-riwayat Islam bahwa takwa itu derajatnya lebih tinggi
dari iman dan lebih rendah dari yakin. Imam Ali bin Musa ar-Ridha as berkata:
في قسم ما و بدرجة التقوى فوق اليقين و بدرجة االيمان فوق التقوى و بدرجة االسالم فوق االيمان
اليقين من اقل شيئ الناس
“Iman berada satu derajat di atas Islam sedang takwa berada satu derajat di atas iman dan
yakin berada satu derajat di atas takwa dan tidak ada sesuatu pun bisa dibagi dalam diri
manusia yang ukurannya lebih kecil dari yakin”.
2. Memperbanyak Dzikir
darylhaviz01.blogspot.co.id
Dzikir adalah mengingat Allah, dan kita diperintahkan
ketika hari Jum’at untuk banyak-banyak berdzikir. Kalau
hari -hari biasa kita sudah banyak berdzikir, maka di hari
Jum’at, tentu kuantitasnya perlu ditambah.
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian diseru untuk
shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah mengingat
Allah…” (QS. Al Jumu’ah: 9)
3. Memperbanyak Doa
Di hari Jum’at, kita juga disunnahkan untuk
memperbanyak doa. Doa apa saja, yang penting untuk
kebaikan dong. Seperti yang ada dalam sebuah hadits
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebut hari Jum’at kemudian berkata,
“Di hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang jika seseorang
muslim melakukan shalat di dalamnya dan memohon
sesuatu kepada Allah Ta’ala, niscaya permintaannya akan
dikabulkan.” Lalu beliau memberi isyarat dengan
tangannya yang menunjukkan sedikitnya waktu itu. (HR.
Bukhari dan Muslim)
5. Merapatkan Sajadah
Di dalam masjid biasanya disediakan sajadah, namun jika
diperhatikan batas yang dimiliki oleh sajadah di masjid
cukup luas untuk memberikan kerenggangan shaf antar
jamaah satu dengan jamaah yang lain. Oleh karena itu,
barangkali akan lebih baik jika kita membawa sajadah
sendiri dan kemudian merapatkan posisi sajadah kita
dengan sajadah orang disamping kita.
6. Tidak Menyisakan Celah
Untuk merapatkan shaf saat shalat berjamaah, usahakan
untuk tidak menyisakan celah sedikitpun antar jamaah
satud dengan jamaah lain. Jika melihat tempat kosong,
maka segeralah mengisi tempat tersebut.
7. Meluruskan Shaf
Selain merapatkan shaf, anda juga perlu memperhatikan
apakah shaf sudah lurus atau belum. Untuk memastikan
hal tersebut, Imam Ibnu Ustaimin dalam kitabnya Asy
Syarhul Mumti’ menjelaskan,
“Yang menjadi patokan lurusnya shaf ialah pundak bagian
atas badan dan mata kaki di bagian bawah badan. Yang
menjadi patokan adalah lurusnya pundak-pundak karena
ia ada di atas tiangnya badan. Dan mata kaki ada di
bawah betis, dan betis merupakan pondasi badan, maka
inilah yang dijadikan patokan. Adapun ujung-ujung kaki
tidak menjadi patokan, yang demikian karena ujung-ujung
kaki seseorang berbeda satu sama lain. Sebagian
manusia ukuran kakinya panjang sebagian lagi pendek,
maka dari itu yang dijadikan patokan adalah mata kaki”.
Tafsir Surat At-Taubah, ayat 28-29
TOTALITAS BERDZIKIR
MaknaDzikir
َ سى أ َ ِبي
ع ْن َ ي ُم ْو َ ض ِ ع ْنهُ للاُ َر ُ صلهى للاِ َر
َ قَا َل، س ْو ُل قَا َل َ سله َم
َ ُعلَ ْي ِه للا َ َربههُ َي ْذ ُك ُر الذِي َمثَ ُل َو
ت ْال َحي ِ َمث َ ُل َربههُ يَ ْذ ُك ُر لَ َوالذِيِ َِو ْال َمي
ص ِب ْر
ْ س َك َوا َ الذيْنَ َم َع نَ ْف
ِ َع ْون ُ َاك تَ ْع ُد َولَ َو ْج َههُ ي ُِر ْيد ُْونَ َو ْالعَ ِشي ِ ب ْْال َغ َداةِ َربه ُه ْم َي ْد
َ ع ْين َ ت ُ ِر ْي ُد
َ ع ْن ُه ْم
َع ْن قَ ْلبَهُ أ َ ْغفَ ْلنَا َم ْن ت ُ ِط ْع َولَ ال ُّد ْنيَا ْال َحيَاةِ ِز ْينَةَ فُ ُرطا أ َ ْم ُرهُ َو َكانَ ه ََواهُ َواتهبَ َع ِذ ْك ِرنَا
Dzikir adalah suatu hal yang paling indah dalam kehidupan fana
ini. Oleh karenanya, sesungguhnya tidak ada alasan apapun,
yang membolehkan seorang muslim meninggalkan dzikir. Justru
semakin seorang muslim tenggelam dalam kelezatan dzikir,
semakin pula ia rindu dan rindu pada Dzat yang di sebutnya
dalam dzikirnya. Dan jika seorang hamba rindu pada Khlaiqnya,
maka Sang Khaliq pun akan rindu padanya. Rasulullah SAW
mengatakan, "barang siapa yang merindukan pertemuan dengan
Allah, maka Allahpun merindukan pertemuan dengan-Nya... Ya
Allah, jadikanlah kami sebagai hamba-hamba-Mu yang
senantiasa Engkau rindukan... Amiiin Ya Rabbal Alamin
Jakarta 13/2/2013
Sebentar lagi kita akan memasuki tanggal 1 Muharram. Seperti
kita ketahui bahwa perhitungan awal tahun hijriyah dimulai dari
hijrahnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Lalu apa saja empat bulan suci tersebut? Dari Abu Bakroh, Nabi
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
ٌ ِم ْن َها أ َ ْر َب َعة، ش ْه ًرا
َ ش َر َ سنَةُ اثْنَا
َ ع َّ ال، ض َ ت َواْل َ ْر ِ س َم َواَّ ار َك َه ْيئَ ِت ِه َي ْو َم َخلَقَ ال
َ ان قَ ِد ا ْست َ َد َّ
ُ الز َم
َ ض َر الَّذِى بَيْنَ ُج َما َدى َو
َش ْعبَان َ ب ُم ُ َو َر َج، ثََلَثَةٌ ُمت َ َوا ِليَاتٌ ذُو ْالقَ ْع َدةِ َوذُو ْال ِح َّج ِة َو ْال ُم َح َّر ُم، ُح ُر ٌم
”Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah
menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan.
Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya
berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu
bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil
(akhir) dan Sya’ban.”[2]
Jadi empat bulan suci yang dimaksud adalah (1) Dzulqo’dah; (2)
Dzulhijjah; (3) Muharram; dan (4) Rajab. Oleh karena itu bulan
Muharram termasuk bulan haram.
Karena pada saat itu adalah waktu sangat baik untuk melakukan
amalan ketaatan, sampai-sampai para salaf sangat suka untuk
melakukan puasa pada bulan haram. Sufyan Ats Tsauri
mengatakan, ”Pada bulan-bulan haram, aku sangat senang
berpuasa di dalamnya.”
َ ََيرا ً ل
سبَقُ ْونَا إِلَ ْي ِه ْ لَ ْو َكانَ خ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat)
sudah mendahului kita melakukannya.”[9] Inilah perkataan para
ulama pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah
dilakukan oleh para sahabat. Mereka menggolongkan perbuatan
semacam ini sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah
melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera
melakukannya.[10]
َ ِاضيَةَ ب
، ص ْو ٍم َّ َوأ َ َّو ِل َي ْو ٍم ِمنَ ال ُم َح َّر ِم فَقَ ْد َخت َ َم ال، الح َّج ِة
ِ سنَةَ ال َم ِ آخ َر َي ْو ٍم ِم ْن ذِي ِ ام
َ صَ َم ْن
ًسنَة
َ َارة ٌ َخ ْم ِسيْن َ َ َج َع َل هللاُ لَهُ َكف، ص ْو ٍم َ سنَةُ ال ُم ْست َ ْق ِبلَةُ ِب
َّ َوا ْفتَت َ َح ال
“Barang siapa yang berpuasa sehari pada akhir dari bulan
Dzuhijjah dan puasa sehari pada awal dari bulan Muharrom,
maka ia sungguh-sungguh telah menutup tahun yang lalu dengan
puasa dan membuka tahun yang akan datang dengan puasa.
Dan Allah ta’ala menjadikan kaffarot/tertutup dosanya selama 50
tahun.”
Muharram.
Shafar.
Rabi’ul Awwal.
Rabi’ul Akhir.
Jumadil Awwal.
Jumadil Akhir.
Rajab.
Sya’ban.
Ramadhan.
Syawal.
Dzul Qa’dah.
Dzul Hijjah.
Konon, di hari Asyura ini, ketika Nabi Nuh As. dan para
pengikutnya turun dari bahtera, mereka semuanya merasa lapar
dan dahaga, sedangkan perbekalan masing-masing telah habis.
Maka Nabi Nuh As. meminta masing-masing membawa satu
genggam biji-bijian dari jenis apa saja yang ada pada mereka.
Terkumpullah tujuh jenis biji-bijian, semuanya dicampurkan
menjadi satu, lalu dimasak oleh beliau untuk dijadikan bubur.
Berkat ide Nabi Nuh As., kenyanglah para pengikutnya pada hari
itu. Dari cerita inilah, dikatakan sunat membuat bubur Asyura dari
tujuh jenis biji-bijian untuk dihidangkan kepada fakir miskin pada
hari itu.
Eksistensi Hijrah
Menginterpretasikan hijrah sebagai the founding of Islamic
Community seperti dideskripsikan oleh Fazlur Rahman (guru
besar kajian Islam di Universitas Chicago), sepenuhnya benar
dan dapat dielaborasi dalam perspektif sejarah.
Tujuan dari hijrah, dalam visi al-Qur'an itu, agar manusia dapat
mengenyam 'kebebasan'. Jadi tidak semata-mata perpindahan
fisik dari satu daerah ke satu daerah lain, apalagi hanya sekadar
untuk memperoleh keuntungan ekonomi dan politik belaka,
melainkan lebih dari itu melibatkan hijrah mental-spiritual,
sehingga mereka memperoleh 'kesadaran baru' bagi keutuhan
martabatnya. Hijrah Nabi ke Madinah, telah terbukti mampu
mewujudkan suatu kepemimpinan yang di dalamnya berlangsung
tatanan masyarakat berdasarkan moral utama (makarimal
akhlaq), suasana tentram penuh persaudaraan dalam pluralitas
(ukhuwah) dan pengedepanan misi penyejahteraaan rakyat (al-
maslahatu al-ra'iyah).
Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah
hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada
rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari
perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi
sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita
isi dengan amal baik. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah
kita lewati apakah sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat
memperoleh ridho Allah? Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita
alami sekarang ini, harus kita gunakan untuk yang bermanfaat
baik dunia maupun akhirat. Hari ketiga, hari yang akan datang,
kita tidak tahu apakah itu milik kita atau bukan. Hari keempat,
yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut nyawa menyudahi
kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah siap dengan amal
kita? Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai
kerja atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik,
dimana tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan
tangan kiri kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di
neraka. Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan. Benar sekali
kata seorang ulama besar Tabi'in, bernama Hasan Al-Basri,
"Wahai manusia sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari,
setiap hari berkurang, berarti berkurang pula bagaianmu." Umar
bin Khatab berkata, "Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab."
Wallahu a'lam bishshowab...
Saya akhiri,
Menyongsong Tahun Baru Hijriyah
"Dan katakanlah! Beramallah maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui hal yang
ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan." (QS: At-Taubah:105)
Tidak terasa umur kita bertambah satu tahun lagi. Itu berarti jatah
hidup kita berkurang dan semakin mendekatkan kita kepada
rumah masa depan, kuburan. Pelajaran yang terbaik dari
perjalanan waktu ini adalah menyadari sekaligus mengintrospeksi
sepak terjang kita selama ini. Kita punya lima hari yang harus kita
isi dengan amal baik.
Kita punya lima hari yang harus kita isi dengan amal baik.
1. Hari pertama, yaitu masa lalu yang telah kita lewati apakah
sudah kita isi dengan hal-hal yang dapat memperoleh ridho
Allah?
2. Hari kedua, yaitu hari yang sedang kita alami sekarang ini,
harus kita gunakan untuk yang bermanfaat baik dunia maupun
akhirat.
3. Hari ketiga, hari yang akan datang, kita tidak tahu apakah itu
milik kita atau bukan.
4. Hari keempat, yaitu hari kita ditarik oleh malaikat pencabut
nyawa menyudahi kehidupan yang fana ini, apakah kita sudah
siap dengan amal kita?
5. Hari kelima, yaitu hari perhitungan yang tiada arti lagi nilai kerja
atau amal, apakah kita mendapatkan rapor yang baik, dimana
tempatnya adalah surga, atau mendapat rapor dengan tangan kiri
kita, yang menunjukan nilai buruk tempatnya di neraka.
Pada saat itu tidak ada lagi arti penyesalan.
Nah, setelah selesai membaca Ayat-ayat Al-Qur'an sebagaimana yang kami sebutkan diatas,
kemudian dilanjutkan dengan bacaan doa. Dan berikut adalah Bacaan Doa untuk 4 (empat)
Bulan Kehamilan dalam Bahasa Arab dan Artinya.
َشفَاؤُك
ِ َّشفَا َء اِال
ِ ََاف ال ْ ِى َمادَا َم فِى بَ ْطنِ ْى َوا
ٍ ش ِف ِه اَ ْنتَ ش ْ احفَ ْظ َولَد
ْ اَلل ُه َّم
ُس َده
َ ص ِ ِّححْ َج ً اَلل ُه َّم.ًَامال
َ ط ِّ ِو ْل ع ُْم َرهُ َو َ َامالً َوعَاقِالً َحا ِذقًا
ِ ع ِل ًما ع ِ ص ِح ْي ًحا ك
َ
صا ِلحا َ اج َع ْلهُ َولَدا ْ ط ِي َبة َو َ اج َع ْلهُ ذُ ِريهة ْ ط ِن … ِمنَ ْال َجنِي ِْن َو ْ ظ َما فِي َب ْ اح َف
ْ اَلل ُه هم
س ِخيًّا زَ ائِرا اِلَى َ ًّ ت َغنِيا ِ س ِعيدْا َم ْر ُز ْوقا ُم َوفهقا ِل ْل َخي َْرا َ امَل ِ ع َ عا ِلما َ عاقَِل َحاذِقا َ ص ِحيْحا ُمعَافى َ
ص ْوتَهُ ِل ِق َرا َء ِة ْالقُ ْرا َ ِن َ اَلله ُه هم ا َ ْح ِس ْن خ َْلقَهُ َو ُخلُقَهُ َو َح ِس ْن.س َكي ِْن ِب ًّرا ِْلل َوا ِل َدي ِْن
ُ ُّآء النِ اْل َح َر َمي ِْن ِلَ َد
عتِ َك َو َح ِس ْن َ طا َ اَلله ُه هم َوفِ ْقهُ ِل.علي ِه َوسله َم َ ُصلى للا َ اْل َك ِري ِْم َو ْال َح ِديْث النه َب ِوي ِ ِب َجا ِه نَ ِب ِي َك ُم َح هم ٍد
َسعَا َدة َو ْالعَافِيَة سَلَ َمة َوال ه ار ُز ْقهُ َوا ُ ُّمهُ َو َوالده ال ه ْ س ِه ْل ُخ ُر ْو َجهُ ِع ْن َد اْل ِولَ َدةِ َو َ اَلل ُه هم.ِعبَا َدتِ َك
اجنا ِ َربهنَا هَبْ لَنَا ِم ْن ا َ ْز َو.َوالسهادة َو ُحس ُْن اْلخَاتِ َمة
اج َع ْلنَا ِل ْل ُمت ه ِقيْنَ اِ َما َماْ َوذُ ِريهاتِنَا قُ هرة َ ا َ ْعي ٍُن َو
“Ya Allah, hendaklah Engkau menjaga janin yang bersemayam di
dalam perut… (disebutkan nama ibu dari janin), hendaklah
Engkau menjadikan janin ini sebagai keturunan yang baik, dan
hendaklah Engkau menjadikannya sebagai anak yang saleh,
yang sehat, yang selaniat sentosa, yang berakal sehat, yang
cerdas, yang pandai, yang pelaku (mengamalkan ilmunya), yang
beruntung, yang dianugerahi rezeki lapang, yang terbimbing pada
prilaku-prilaku baik, yang kaya, yang dermawan, yang berkunjung
ke dua negeri Haram (Mekah dan Madinah) untuk menunaikan
dua bentuk ibadah (haji dan umrah), dan yang berbakti kepada
dua orangtua. Ya Allah, baguskanlah ia dalam bentuk rupa dan
akhlak, dan baguskanlah suaranya untuk membaca al-Qur’an al-
Karim dan hadis-hadis Nabi. Demikian (kami berdoa) dengan
menwnjatkan kedudukan Nabi-Mu Muhammad Saw. Ya Allah,
hendaklah Engkau membimbing anak ini untuk mematuhi-Mu dan
mengabdi kepada-Mu dengan baik. Ya Allaht hendaklah Engkau
mempermudah kelahiran janin ini dan hendaklah
Engkau rezekikan —padanya, juga kepada ibu-bapaknya—
keselamatan, keberuntungan, kesejahteraan, kesyahidan dan
berakhir baik (khusnul- khatimah). Wahai Tuhan kami,
anugerahkanlah kami beristri dan berketurunan yang
menyejukkan hati, dan jadikanlah kami sebagai imam kaum
bertakwa.”
Sumber: https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-
membatalkannya.html
Sunnah wudhu
Sunnah Wudhu dan Penjelasannya Posted by Khamid Qurays
Label: Wudhu Muslim Fiqih - Dalam berwudhu terdapat tata cara
yang harus dipelajari agar proses wudhu kita sempurna dan
sesuai ajaran Nabi Muhammad SAW. salah satu yang penting
adalah sunnah sunnah wudhu. selain fardhu dan syarat wudhu
yang merupakan kewajiban, kita sebagai muslim tentu dianjurkan
untuk melaksanakan hal hal sunnah termasuk dalam
pelaksanaan wudhu. meski tidak apa ditinggalkan, namun akan
lebh baik jika kita mengerjakannya untuk menambah pahala.
Sebenarnya terdapat banyak sunnah sunnah wudhu yang tidak
banyak diketahui oleh khalayak umum selain dari pada yang
umum dikerjakan seperti kumur, membasuh hidung dan
membasuh telinga misalnya. bahkan sunnah dalam berwudhu
mencapai puluhan. nah kali ini akan dijelaskan mengenai 15
sunnah wudhu sesuai dengan mazhab Imam Syafi'i beserta
penjelasan dan tata cara pelaksanaannya lengkap . . . sunnah
wudhu
Sunnah Sunnah Berwudhu dan Penjelasannya :
1. Membaca bismillah Kesunnahan membaca bismillah ini
sebenarnya terletak pada setiap akan melaksanakan pekerjaan
pekerjaan ibadah atau hal hal baik lainnya.
2. Memakai siwak ( kayu aroq) Memakai kayu siwak atau benda
benda lainnya yang memiliki tekstur kasar semisal sikat gigi,
ujung kain dari baju bukan jari manusia yang kasar. dasar
kesunnahannya juga sama seperti dasar kesunnahan membaca
bismillah disetiap akan melaksanakan ibadah.
3. Niat sunnah wudhu Niat ini kita laksanakan pada saat awal
memakai siwak, niatnya semisal "saya niat melaksanakan sunnah
wudhu". sebagaimana yang diterangkan didalam beberapa kitab
kitab fiqih ahlussunnah waljamaah.
4. Membasuh tangan Yaitu menyela nyelai jari jari tangan dan
membasuh tangan sampai pergelangan.
5. Kumur Berkumur seperti biasanya hingga menyentuh pangkal
tenggorokan dan diulangi sampai 3 kali.
6. Intinsyak Yaitu memasukkan air ke hidung dan diulangi juga
sampai 3 kali. lebih baiknya kumur dan istinsyak dibarengkan.
7. Tastlis Mengulang 3 kali setiap basuhan wajib dan sunnah di
dalam wudhu.
8. Melebihkan basuhan Melebihkan basuhan untuk kedua tangan
dan kaki sampai diatas batas wajib membasuh.
9. Membasuh keseluruhan rambut Mengusap keseluruhan rambut
disunnahkan bagi yang memiliki rambut pendek.
10. Membasuh telinga Yaitu mengusap bagian luar dan dalam
telinga
11. Mengusap tengkuk Disunnahkan membasuh tengkuk ini
menurut pendapat dari al imam Ghozali.
12. Ad-dalk Yaitu menggosok setiap anggota wudhu yang
dibasuh. tetapi menurut madhab imam maliki hukumnya adalah
wajib. dan menurut madhab kita imam syafi'i hukumnya adalah
sunnah.
13. Tayammun Mendahulukan setiap bagian yang kanan dalam
anggota wudhu yang wajib maupun sunnah.
14. Membaca doa Yaitu membaca doa yang diriwayatkan didalam
kitab bidayatul hidayah karangan imam Ghozali di setiap
membasuh atau mengusap anggota wudhu. jika tidak hafal maka
berdoa kebaikan bagi anggota tubuh yang diusap/dibasuh.tempat
berdoanya didalam hati.
15. Membaca doa setelah wudhu Membaca doa setelah wudhu
sambil menghadap kiblat dan menengadahkan tangan sampai
terlihat ketiaknya sambil membaca doa dibawah ini.
ع ْبدُه اَ ْش َه ُداَ هنََو لَه َلش َِري َْك َو ْح َدهُ ا هِلللاُ َلا ِٰلهَ اَ ْن اَ ْش َه ُد َ سو ُم َح همدا ُ َو َر َ ْ لُه،
س ْب َحان ََك ُ ِك اللّٰ ُه همَ تَاِ َل َلا ِٰلهَ ا ْش َه ُداَ ْن َو ِب َح ْمد ُ اِلَي َْك َواَت ُ ْو.اَللّٰ ُه هم
َ ب ا َ ْستَ ْغ ِف ُر َك اَ ْن
اجعَ ْلنِ ْي ْ َالت ه هوابِيْنَ ِمن، اجعَ ْلنِ ْي ْ ط ِه ِريْنَ ِمنَ َو َ َ ْال ُمت، ِك ِمنَ َو ْجعَ ْلنَ ْي َ ِعبَاد
َصا ِل ِحيْن ال ه
Asyhadu an laa ilaaha illallaau wahdahuu laa syariika lah, wa
asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh.
subhanakallahumma wabihamdika asyhaduallailahailla anta
astagfirukawaatubuilaik. Allaahummaj’alnii minat-tawwaabiin,
waj’alnii minal-mutathahhiriin, waj’alnii min ‘ibaadikash-shaalihiin.
Artinya : "Aku bersaksi tiada Tuhan melainkan Allah yang
Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah
jadikanlah aku orang yang ahli taubat, dan jadikanlah aku orang
yang suci dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hamba-Mu
yang shaleh."
NB : sunnah sunnah diatas adalah sebagian kecil dari pada
sunnah sunnah yang diriwayatkan dari madhab Imam Syafi'i.
Nah, itu tadi sekilas infomasi mengenai daftar sunnah sunnah
wudhu sesuai akidah ahlussunnah waljamaah yang bisa kami
bagikan. akan lebih afdhol jika anda mengerjakan sebanyak
mungkin sunnah sunnah yang dicontohkan Rasullullah SAW
diatas untuk menambah pahala dan membuat wudhu anda lebih
sempurna lagi. sekian dari kami semoga bermanfaat dan bisa
menjadi referensi bagi anda pembaca setia muslim fiqih. wass.
wr. wb.
Rukun wudhu
Rukun Wudhu dan Penjelasannya Posted by Khamid Qurays
Label: Wudhu Rukun Rukun Wudhu dan Penjelasannya -
Rukun/fardhu dalam wudhu ada 6, wudhu sendiri memiliki banyak
fungsi dan keutamaan, salah satu diantaranya adalah
membersihkan diri dari hadast kecil. sedangkan langkah langkah
dan urutan yang wajib dilakukan dalam berwudhu hanya ada 6,
selebihnya adalah sunnah. meski begitu kita tetap dianjurkan
untuk mengerjakan sunnah sunnah wudhu yang lain semisal
membasuh hidung dan telinga. Kebersihan dan kesucian ini
adalah bagian dari keindahan islam, sebelum kita melaksanakan
ibadah, kita harus suci terlebih dahulu dari berbagai macam najis
dan kotoran baik itu dari hadast kecil maupun hadats besar.
Berikut Ayat Al-Quran yang Membahas Rukun Rukun Wudhu يَ ٰـٰٓأَيُّ َہا
َصلَ ٰوةِ ِإلَى قُ ۡمت ُ ۡم ِإ َذا َءا َمنُ ٰٓواْ ٱلهذِين
ٱغ ِسلُواْ ٱل ه ِ ِس ُحوا ۡٱل َم َراف
ۡ َق ِإلَى َوأ َ ۡي ِد َي ُك ۡم ُو ُجو َه ُك ۡم ف َ ْ ِب ُر ُءو ِس ُك ۡم
َ َو ۡٱم
َٱل َكعۡ َب ۡي ِن ِإلَى َوأ َ ۡر ُجلَڪ ُۡم ۡ Artinya :"Wahai orang-orang yang beriman,
apabila kalian mau mengerjakan shalat, maka basuhlah wajah
dan kedua tangan sampai siku kalian, usaplah kepala kalian dan
basuhlah kedua kaki sampai mata kaki kalian" (QS. Al-Maidah, 6)
Kali ini akan dibahas mengenai rukun rukun wudhu lengkap
beserta penjelasannya berdasarkan mazhab Imam Syafi'i. salah
satu dari rukun wudhu ini jika ditinggalkan maka wudhunya tidak
sah. maka dari itu sebagai seorang muslim kita wajib mengetauhi
fardhu fardhu wudhu dan bagaimana cara pelaksanaannya
seperti pada penjelasan dibawah ini . . .
Rukun rukun wudhu ada 6
ُ ث ْال ُو
1. Niat ُض ْو َء ِل َر ْفعِ ن ََويْت ِ الِلِ ْال َح َد ْ َ تَعَ ٰالى ْالRukun wudhu yang
ّٰ ِ صغ َِرفَ ْرض
pertama adalah niat. Niat adalah bertujuan sesuatu yang
bersamaan dengan pekerjaannya dan tempatnya dihati dan
melafadkannya sunnah. dan waktunya niat didalam
melaksanakan wudhu yaitu ketika membasuh bagian pertama
dari wajah. adapun bacaan niatnya seperti lafadz diatas.
2. Membasuh Muka Adapun membasuh muka didalam wudhu
batas batasnya adalah secara vertikal dari tempat tumbuhnya
rambut secara normal sampai ke dagu. dan secara horizontal dari
telinga ke telinga.
3. Membasuh Kedua tangan Rukun wudhu selanjutnya adalah
membasuh kedua tangan. Batasnya yaitu dari ujung jari hingga
ke siku lebih sedikit. lebih baiknya lebih 4 atau 5 jari diatas siku.
4. Membasuh sebagian kepala Yaitu membasuh sebagian dari
pada area kepala atau rambut.
5. Membasuh kedua kaki Batasnya yaitu dari jari jari kaki hingga
kedua mata kaki lebih sedikit, untuk lebih baiknya hingga ke betis.
6. Tertib Yaitu tidak mendahulukan bagian satu dengan bagian
yang lain atau sesuai urutan fardhu wudhu diatas. Jadi tidak
boleh dibolak balik urutannya, harus tertib dan urut. Nah, itu tadi
sekilas info mengenai rukun rukun wudhu dan penjelasannya
yang bisa kami bagikan. ilmu dan tata cara wudhu seperti diatas
sehendaknya sudah diajarkan kepada anak anak kita semenjak
masih dini karena merupakan ilmu dasar yang wajib diketahui
seorang muslim. sekian dulu semoga bermanfaat dan bisa
menjadi referensi bagi anda. wass. wr. wb.
Source: http://www.fiqihmuslim.com/2014/09/rukun-wudhu.html
Sebenarnya yang dimaksud hadits tersebut sangat jelas bahwa tiap mayit telah selesai dan putus
amal- nya, karena ia tidak diwajibkan lagi untuk beramal. Tetapi ini bukan berarti putus
pengambilan manfaat dari amalan orang yang masih hidup untuk si mayit itu. Juga tidak ada
keterangan dalam hadits tersebut bahwa si mayyit tidak dapat menerima syafa’at, hadiah bantuan
do’a dan sebagainya dari orang lain selain dari anaknya yang sholeh. Tidak juga berarti bahwa si
mayit tidak bisa berdo’a untuk orang yang masih hidup. Malah ada hadits Rasul- Allah saw.
bahwa para Nabi dan Rasul masih bersembah sujud kepada Allah swt. didalam kuburnya.
Menurut Imam al-Suyuti (911 H), bila semua hadis mengenai amal yang pahalanya terus
mengalir walau pelakunya sudah meninggal dunia dikumpulkan, semuanya berjumlah 10 amal,
yaitu:
Dari pemaparan di atas, sudah seharusnya kita berusaha mengamalkan 10 hal tersebut atau paling
tidak mengamalkan salah satunya, agar kita mendapatkan tambahan pahala di akhirat kelak,
sehingga timbangan amal kebaikan kita lebih berat dari pada timbangan amal buruk.
Allah SWT berfirman, ‘‘Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka barang
siapa berat timbangan kebaikannya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS al-A’raf
[7]: 8).
Ilmu agama yang bermanfaat, anak sholeh yang selalu mendoakan ortunya dan sedekah jariyah
adalah di antara amalan yang bermanfaat bagi mayit walaupun ia sudah di alam kubur. Simak
sajian singkat berikut.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
Pertama: Jika manusia itu mati, amalannya terputus. Dari sini menunjukkan bahwa seorang
muslim hendaklah memperbanyak amalan sholeh sebelum ia meninggal dunia.
Kedua: Allah menjadikan hamba sebab sehingga setelah meninggal dunia sekali pun ia masih
bisa mendapat pahala, inilah karunia Allah.
Ketiga: Amalan yang masih terus mengalir pahalanya walaupun setelah meninggal dunia, di
antaranya:
a. Sedekah jariyah, seperti membangun masjid, menggali sumur, mencetak buku yang
bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam ibadah.
b. Ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu syar’i (ilmu agama) yang ia ajarkan pada orang lain dan
mereka terus amalkan, atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan
setelah ia meninggal dunia.
c. Anak yang sholeh karena anak sholeh itu hasil dari kerja keras orang tuanya. Oleh karena itu,
Islam amat mendorong seseorang untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka dalam hal
agama, sehingga nantinya anak tersebut tumbuh menjadi anak sholeh. Lalu anak tersebut
menjadi sebab, yaitu ortunya masih mendapatkan pahala meskipun ortunya sudah meninggal
dunia.
Keempat: Di antara kebaikan lainnya yang bermanfaat untuk mayit muslim setelah ia meninggal
dunia yang diberikan orang yang masih hidup adalah do’a kebaikan yang tulus kepada si mayit
tersebut. Do’a tersebut mencakup do’a rahmat, ampunan, meraih surga, selamat dari siksa neraka
dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
Kelima: Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “atau anak sholeh yang mendo’akannya”,
tidaklah dipahami bahwa do’a yang manfaat hanya dari anak saja. Bahkan do’a kebaikan orang
lain untuk si mayit tersebut tetap bermanfaat insya Allah. Oleh karena itu, kaum muslimin
disyari’atkan melakukan shalat jenazah terhadap mayit lalu mendo’akan mayit tersebut walaupun
mayit itu bukan ayahnya.
Keenam: Dalam hadits terdapat isyarat adanya keutamaan menikah, juga terdapat dorongan
untuk menikah dan memperbanyak keturunan supaya mendapatkan keturunan sholeh (sehingga
bermanfaat nantinya ketika kita telah meninggal dunia, pen).
Sangat baik sekali jika pembaca membaca artikel terkait, yaitu amalan bermanfaat bagi mayit di
sini.
Tiga (3) Amalan Anak Adam Yang Tidak Terputus Setelah Mati
By Bakulrujak on 25 Juli 2012
Barangkali Anda sudah sangat hafal dengan hadist ini.Sebuah hadist yang sarat makna dan
pesan.
Dulu,sewaktu saya mengais-ngais ilmu di pesantren hadist tersebut hal yang sangat lumrah dan
banyak dijadikan materi ceramah dalam kegiatan latihan khitobah (pidato).Pak Kyai dan para
santri suka mengutipnya uuntuk menyemangati diri agar lebih bergairah dalam
beribadah.Demikian juga saya.Tapi hanya sekadar saja.Tidak lebih.Saya tidak pernah menyadari
bahwa di luar sana,di luar asrama,sudah banyak orang yang meraih sukses menerapkan hadist ini
dalam kehidupan mereka.
Tak ada salahnya tiga poin dalam hadist itu kita kaji ulang,katakanlah sekedar menyegarkan
kembali ingatan kita tentang tiga amalan anak adam yang tidak terputus setelah mati.Saya
bukan orang alim dan suci,bukan ustadz atau kyai,tapi saling mengingatkan adalah kewajiban
sesama muslim.
Hadist di atas menunjukkan bahwa kesempatan kita beramal hanyalah di waktu masih ada nyawa
dikandung badan.Setelah datang kematian maka terputuslah segala amal perbuatan.Maka,setiap
muslim wajib menjaga sikap berhati-hati dari lalai dan membuang-buang waktu serta menunda
ketaatan sebelum datangnya kematian.
Semoga sedikit coretan ini bermanfaat.Yang terbaik bukanlah penulis atau pembaca,tapi yang
terbaik di sisi Allah adalah orang yang mengamalkannya..
Shahihnya Hadits Riwayat Thawus Attabi’in dan Umair bin Ubaid : Dalil Selamatan / Kenduri Arwah / Tahlilan 7 hari &
40 Hari
1. hadis Thawwus:
Ertinya “ Berkata Thawwus, bahawasanya segala orang yang mati itu difitnah/diuji akan mereka itu didalam kubur,
didalam masa 7 hari. Maka adalah mereka itu ( Para Sahabat) suka bahawa memberi makan mereka itu ganti
daripada mereka itu pada demikian itu hari.” ] – Hadits Shahih marfu’
2. Berkenaan hadis Umair bin Ubaid yang sahih yang tiada pertikaian , disudut hubungannya
dengan Thawus tersebut apabila digabungkan (dikompromikan kesemua hadis-hadis tersebut ) beliau
memberi komentar :
يفتن رجالن مؤمن ومنافق فأما المؤمن فيفتن: قال:عن عبيد بن عمير
أربعين صباحا.
Difitnahkan (dalam kubur) dia jenis orang , yang beriman dan yang “ Ubaid bin Umair r.a , berkata Dari
”)munafik . maka yg beriman difitnahkan/diuji selama 40 pagi (hari
3.
ع ْنَ ى َذ ٍر اَ ِب ْى َ ض ِ ع ْنهُ للاُ َر َ َمن نَاسا اَ هن اَيْضا ِ ْ ب ِ ص َحا ْ َس ْو ِل ا ُ صلهى للاِ َر َ
ُعلَ ْي ِه للا َ سله َم َ صلهى ِل َِلنه ِبي ِ قَالُ ْوا َو َ َُ َُ َُُعلَ ْي ِه َُللا َ سله َم َ س ْو َل يَا َوُ َب للاِ َر َ َذه
صلُّ ْونَ بِاْلُ ُج ْو ِر ال ُّدث ُ ْو ِر اَ ْه ُل َ ُص ِلى َك َما ي َ ُص ْو ُم ْونَ ن ُ َص ْو ُم َك َما َوي ُ َن
َص هدقُ ْون َ َ ا َ ْم َوالَ ُه ْم َو َيت.
س قَا َل َ ص هدقُ ْونَ َما لَ ُك ْم للاُ َج َع َل قَ ْد اَ َولَ ْي َ َص َدقَة تَ ْس ِب ْي َح ٍة ِب ُك ِل اِ هن تَ ت َ ْك ِبي َْرةٍ َو ُك ِل
ص َدقَة َ ص َدقَة تَ ْح ِم ْي َدةٍ َو ُك ِل َ ص َدقَة ت َ ْه ِل ْيلَ ٍة َو ُك ِل
َ ف َواَ ْم ٍر ِ ص َدقَة بِ ْال َم ْع ُر ْو
َ َونَ ْه ٍى
ع ْن َ ص َدقَة ُم ْن َك ٍر َ ص َدقَة اَ َح ِد ُك ْم بُضْعِ َوفِى َ س ْو َل يَا اَْقَالُو ُ اَ َح ُدنَا اَيَأْتِ ْى للاِ َر
ُش ْه َوتَه َ َض َع َها ْوََل ا َ َرأَ ْيت ُ ْم قَا َل اَ ْجر ِف ْي َها لَهُ َو َي ُك ْون َ علَيْه اَ َكانَ َح َر ٍام ِفى َو َ َِ
ض َع َها اِ َذا فَ َكذَ ِل َك ِو ْزر َ ْجرََا لَهُ َكانَ ْال َحَلَ ِل فِى َوض. ُُم ْس ِلم َر َواه
Ertinya: Diriwayatkan daripada Abi Zar r.a, telah bertanya oleh beberapa orang sahabat kepada Nabi s.a.w, “wahai
Rasulullah telah pergilah orang-orang hartawan dengan pahala yang banyak maka sembahyang mereka itu
sepertimana kami sembahyang dan puasa mereka itu sepertimana kami puasa dan bersedekah mereka itu dengan
kelebihan daripada kekayaan mereka”. Telah menjawab oleh Nabi s.a.w, “adakah kamu bersusah hati?. Bukankah
telah dijadikan oleh Allah bagimu sesuatu yang boleh kamu bersedekah dengannya. Sesungguhnya bagi tiap-tiap
tasbih itu sedekah, tiap-tiap pujian itu sedekah, tiap-tiap tahlil itu sedekah, menyeru dengan pekerjaan yang baik-baik
itu sedekah, melarang kemungkaran itu sedekah dan pada berjimak kamu itu juga sedekah”. Berkata para sahabat,
“adakah bagi seseorang kami pahala dengan menunaikan shahwat?”. Jawab Rasulullah s.a.w “bagaimanakah
perkiraan kamu jika kamu tunaikan shahwat itu kepada yang haram?, adakah kamu berdosa?. Maka seperti
demikian pulalah apabila kamu menunaikan shahwat pada yang halal nescaya bagimu itu pahala”.
Hadis riwayat Muslim.
ى ب ِْن ُم َح هم ِد ب ُْن اَ ْح َم ُد قَا َل ْ س ِم ْعتُ َم ُر ْو ِز َ َدخ َْلت ُ ُم ِا َذا َيقُ ْو ُل َح ْن َب َل بْنَ اَ ْح َم َد
ب ِبفَاتِ َح ِة فَا ْق َرأ ُ ْوا ْال َمقَا ِب َر
ِ اج َعلُ ْوا اَ َحد للاُ ُه َو َوقُ ْل َو ْال َمعُ ْو َذتَي ِْن ْال ِكتَا ْ اب َو َ ثَ َو
ل َذ ِل َك ِ ص ُل فَ ِانههُ ْال َمقَا ِب ِر لَ ْه ِ َاِلَ ْي ِه ْم ي
Telah berkata oleh Ahmad bin Muhammad bin Maruzi, aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata “apabila kamu
masuk kepada perkuburan baca olehmu surah Fatihah dan mauzatain dan Qulhuallahuahad, lalu kamu jadikan
pahalanya bagi ahli kubur. Maka sesungguhnya ia sampai kepada mereka (Ihya’ Ulumuddin).
صا ِل ُح ْونَ َرأَهُ َما َواَ هما اطئَة ُكلُّ َها َْفَ ُرؤْ يَا ُهم ْال َمن َِام فِى ال ه ِ ُء ْونَ ََيَ ْقر َما بَ ْع َد ُمتَ َو
ِ علَى َي ُد ُّل ِم هما ِل ْل َم ِي
َت َو َي ْهد ُْون َ ص ْو ِل
ُ ب ُو ِ ع ُه ْم اِلَ ْي ِه ْم ْال ِق َرا َء ِة ثَ َوا
ُ لَ ِب َذ ِل َك َوا ْن ِتفَا
يُ ْحصى
Adapun barang yang melihat oleh orang-orang soleh pada ketika tidur, maka mimpi mereka itu sekeliannya muafakat
mereka itu yakni barang yang mereka baca dan mereka hadiahkan bagi si mati itu sampai pahala bacaan kepada si
mati dan mereka mengambil manfaat dengan demikian itu adalah riwayat tersebut tidak terhingga banyaknya.
َعلَ ْي ِه ُم َو َكان
َ سَلَ ُمعذَاب فَقَا َل بِقَب َْري ِْن َم هر ال ه َ ٍَن َْخل ِم ْن َج ِد ْي َدة فَا َ َخ َذ يَ ِسيْر
شقه َها
َ صفَي ِْن َو ْ ِس ن َ اح ٍد ُك هل َوغ ََر ِ علَى ِم ْن ُه َما َو
َ ف فَقَا َل ب ٍْرََق ُ ع ْن ُه َما يُ َخفه
َ
ابُ َف لَ ْم َما ْال َعذ ى َر َواهُ َي ُج هْ َارِ ْالبُخ
Adalah Nabi s.a.w lalu disamping 2 buah kubur, maka beliau bersabda “azab yang sedikit”. Maka mengambil pelepah
kurma daripada pohon kurma lalu membelahnya menjadi dua dan ditanamkan tiap-tiap satu di atas kubur. Lalu
baginda bersabda “diringankan azab selama pelepah ini tidak kering”.
(Riwayat Imam Bukhari)
Hukum selamatan hari ke-3, 7, 40, 100, setahun, dan 1000 hari diperbolehkan dalam syari’at Islam. Keterangan
diambila dari kitab “Al-Hawi lil Fatawi” karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi jilid 2 halaman 178 sebagai
berikut: scan kitab
قققق ققق قققق قق قققق قققققق ققق
قققق ققققق :قق ققققق قققق قق ققق
قق ققققققق ققققق :ققق قققققق قق
ققق ققققق
قق قققققق قققققق قق :قققق ققق
قق ققققققق قققققق قققق قققققق
ققق ,قققققق ققق قققق قققققق
ققققق :ققققق قق قققق ققق قققققق
قق قققق ققق ققققق قققق قق ققق ققق
قققق ققققق ققق ققققق قققق قق قققق
ققققق قق ققققققق ققققق قققققق قق
قق قققققق قققققق قق :قققق ققق :ققق
قق ققققققق قققققق قققق قققققق
قققققق ققق قققق قققققق
Artinya:
“Telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal ra di dalam kitabnya yang menerangkan tentang kitab zuhud: Telah
menceritakan kepadaku Hasyim bin Qasim sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i dari Sufyan
sambil berkata: TelaH berkata Imam Thawus (ulama besar zaman Tabi’in, wafat kira-kira tahun 110 H / 729 M):
Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari.
Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-orang yang
sudah meninggal selama hari-hari tersebut.
Telah berkata al-Hafiz Abu Nu’aim di dalam kitab Al-Jannah: Telah menceritakan kepadaku Abu Bakar bin Malik,
telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepadaku Ubay, telah
menceritakan kepadaku Hasyim bin al-Qasim, telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i dari Sufyan sambil berkata:
Telah berkata Imam Thawus: Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam
kuburan mereka selama 7 hari. Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan
(sedekah) untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut.”
Selain itu, di dalam kitab yang sama jilid 2 halaman 194 diterangkan sebagai berikut:
———————————————-
Keterangan:
Ertinya “ Berkata Thawwus, bahawasanya segala orang yang mati itu difitnah akan mereka itu didalam kubur,
didalam masa 7 hari. Maka adalah mereka itu ( Para Sahabat) suka bahawa memberi makan mereka itu ganti
daripada mereka itu pada demikian itu hari.” ]
Berkata Sayuti. Katanya : ( Kaanu Yastahibbu ) maknanya, “Adalah manusia buat mereka itu akan demikian itu pada
zaman Nabi S.A.W, dan mengetahui ia dengan dia dan tidak engkar Nabi S.A.W atas dia– Al Hawi lil Fatawa juzu’2
m/s 377.
daripada naqal beberapa nas yang menunjuk Berkata Ibrahim Al Halabi, didalam Syarah Al Kabir kemudian
perlu daripada ahli mayat :[ Dan tiada sunyi daripada Nazar (kecedraan yang atas makruh buat makanan
hadis Jarir bin Abdillah jua. Kerana dibahas), kerana bahawasanya tidak ada dalil atas makruh melainkan
hadis yang diriwayatkan akan dia oleh Imam Ahmad dengan sanad bahawasanya melawani akan dia oleh
Kulaib daripada bapanya sahih. Dan barang yang diriwayat oleh Abu Daud daripada Ashsim bin yang
Ansar daripada seorang laki-laki daripada
( قال خرجنا مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فى جنازة فرأيت رسول
هللا صلى هللا عليه وسلم وهو على القبر يوصى الحافر يقول أوسع من
قبل رجليه اوسع من قبل رأسه فلما رجع استقبله داعى امرأته فجأ
وجىء بالطعام فوضع بين يديه ووضع القوم فأكلوا ورسول هللا صلى هللا
) .وسلم يلوك لقمة فى فيه ثم قال انى أجد لحم شاة أخذت بغير اذن اهلها
suatu jenazah, maka lihat aku akan Rasulullah Ertinya, “ Berkata ia, keluar kami serta Rasullah S.A.W pada
,berpesan akan yang menggali kubur, perluaskan olehmu akan pihak kaki S.A.W dan ia atas kubur
kubur itu, berhadap akan dia perluaskan olehmu daripada pihak kepalanya. Maka takala kembali daripada
perempuan si mati itu, yakni isteri si mati itu. Maka datang Nabi daripada yang menyuruh suruhannya oleh
menghantar oleh Sahabat maka S.A.W didatang dengan makanan, maka dihantar dihadapan Nabi S.A.W dan
makan ia, akan satu suap, kemudian bersabda Ia, “ Aku dapati makan oleh mereka itu. Dan Rasulullah
menunjuk ia atas harus ,kambing yang diambil dengan tidak izin oleh ahlinya”. Maka ini hadis daging
panggil) atas manusia atasnya dan pada setengah riwayat ( membuat ahli mayat atas makanan dan seru
: dengan tidak ada dhomir. Maka kaedah usul fiqh, mesti kena … ”.“imraah
[Dan adapun barang yang membuat akan dia oleh qirobah ( kaum kerabat ) mayat, daripada makanan dan
menghimpun akan manusia atasnya. Maka jika ada ia kerana baca quran dan lain lagi daripada barang yang
diharapkan pahalanya bagi mayat, maka tiada mengapa dengan dia. Dan adapun jika kerana lain daripada demikian
itu, maka makruh ia. Dan tidak seyogia bagi seseorang makan daripadanya,melainkan jika adalah yang membuatnya
itu waris yang baligh lagi cerdik, maka tidak mengapa kita makan dengannya. Dan adapun jika wasiat oleh si mati
dengan dibuat akan makanan pada matinya, maka bahawasanya sah pada thulus (1/3) hartanya. Dan wajib
diluluskan akan dia, kerana diamalkan dengan fardhunya]- juzu’2 m/s 289.
baca quran di kubur atau bersedekah Adapun kitab Al Anwar :[ Dan adapun jika wasiat seseorang dengan
.itu, nescaya lulus ia] – juzu’ 1 m/s 126 daripadanya, atau umpama demikian
kuasa pun tebing ( buat-buat ) juga takut jadi Adapun jika buat dengan sebab adat hingga mereka yang tiada
pada bahasa dibuat jamuan) , kerana adat jua belaka. Inilah ynag dinamakan Takalluf keaiban (kalau tidak
syarak, yang ditegah oleh segala Ulamak didalam Arab. Maka inilah yang dinamakan bida’ah yang dicela oleh
barang yang Arab. Seperti kata Syekh Ibnu Hajar di dalam Tuhfah :[ “Dan bermula kitab Jawi ( Melayu) dan
supaya menyeru akan mereka diatasnnya itu, diadatkan, daripada membuat ahli mayat didalam makanan
itu juga hukumnya untuk sesiapa yang) memperkenankan (jemputan) mereka ( makruh lagi bida’ah. Seperti
: itu, kerana barang yang datang daripada hadis yang Sahih daripada Jarir
) ( كنا نعد اْلجتماع الى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة
Ertinya, “Adalah kami sekelian, sangkakan berhimpun pada ahli mayat dan buat mereka itu akan makanan
kemudian daripada tanamnya setengah daripada meratap (Niyahah) ”].
)Maka zahirnya berlawan antara hadis Ashim dan hadis Jarir ini, maka kaedah (usul fiqah
maka disini boleh dihimpun, maka ,]Apabila berlawan dua dalil, wajib dihimpun jika mungkin berhimpun [
barang yang dibuat tidak kerana adat. Bahkan buat kerana tarahum dan hadis Ashim itu ditanggungkan atas
itu, jika buat kerana adat seperti niat hadiah pahalanya kepada si mati. Dan yang ditegah pada hadis Jarir
.tadi). Wa Allahu`alam bis Sowab barang yang kami kata satni (sebentar
wajah dibilangkan dia daripada Niyahah itu, Berkata Ibnu Hajar di dalam Tuhfah , juzu’ 3 m/s 207. “Bermula
dan daripada bersangat-sangatan beramat- amati dengan pekerjaan kerunsingan ,barang yang ada padanya
. ”dukacita
dan apabila tidak ada illat tidak ada hukum. ,Maka ini illat tidak ada pada kebanyakan pada orang jawi kita
disini Bermula hukum itu berkeliling ia serta illatnya, maka murad dengan hukum “ ,Kerana kata mereka itu
.Allahu` alam ialah makruh berhimpun dan buat kenduri di rumah si mati”. Wa
kerana baca quran dan zikir. Adapun jika Maka berhimpun yang dilarang pada hadis Jarir itu jika tidak
zikir pada si mati adalah sunat, seperti barang yang sorih perkataan berhimpun kerana baca quran dan
: Imam Nawawi di dalam Majmuk
َل يقعد قوم يذكرون هللا اَل: (قاَل قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
) حفتهم المأليكة وغشيتهم الرحمة وأنزلت عليهم السكينة
mereka itu akan Allah Taala, melainkan Sabda Rasullah S.A.W, tidak duduk oleh satu kaum, menyebut“
mereka itu. Kerana memuliakan akan mereka itu dan menutupi akan mereka berkelilingi oleh malaikat akan
Qauluhu [Yazkuruna] : ertinya, .”itu oleh rahmat. Dan turun atas mereka itu oleh ketetapan pada hati
kelakuan dan barangmana seorang ada ia. Qauluhu [Yazkuruna] : “Barangmana kelakuan daripada segala
lebih pada dunia dan zikir itu melengkapi akan sembahyang, baca quran dan doa dengan yang Bermula
.akhirat-Dalilul Faalihin m/s 248
dengan berhimpun itu afdhal, daripada Maka kami faham daripada nas- nas ini, bahawasanya baca quran
Syafie. Kerana tidak ada nas daripada alquran dan hadis, melarang tidak baca seorang diri pada Mazhab kita
kiaskan makruh baca quran di rumah si boleh baca quran di rumah si mati. Bahkan setengah mereka itu, dia
itu Maka ini qias batal, kerana “Qias ma’alfaariq”. Kerana syarat sah qias .mati, dengan baca quran di jamban
sekali perbezaan, antara rumah si mati hendak ada jamik antara “maqis” dan “maqisu a`laih”. Maka jauh
si mati tidak ada najis dan jamban itu kotor (tempat najis), maka disini dengan jamban itu, kerana rumah
itu, am melengkapi ia, barangmana nyata batal qias itu. Maka jika engkau kata, ijtimak pada hadis Jarir
Maka .”faedah boleh ia datang dengan lafaz ma’rifah pada lafaz al ijtimak ijtimak nescaya kami jawab, “ Apa
yang membawa kepada niyahah yang dilihat kami faham daripada lafaz al ijtimak, dikehendaki dengan ijtimak
Mekah sana. Maka dimana- manapun, jika ijtimak seperti itu, “Bidaah dengan mata kepala sendiri di
.Mazmumah Muharamah” pada syarak
Murad dengan wasaail itu ijtimak dan murad dengan maqasid itu Niyahah. Dan jika engkau kata, alif lam pada ijtimak
itu. Alif lam apa? Nescaya kami jawab, ()العمى للعهد لم الف
, العهد:dengan ketiadaan sebutnya yang telah lalu). Dan makna mukhatab iaitu barang yang hasil pada ilmu(
.Ertinya: suatu yang diketahui الشيء المعهود
Nescaya kami jawab tidak betul, kerana syarat الف الم لالستغراق الجنس
itu bahawa sah kita letak lafaz ()كلkullu pada tempat dia itu. Maka disini tidak sah
kerana jadi fasad (rosak) makna, kerana bunyi maknannya:
() كل اجتماع وصنع الطعام من اهل الميت من النياحة
Ertinya, tiap- tiap berhimpun dan buat makan daripada ahli mayat daripada niyahah, maka ini nyata fasad (rosak
makna).
Jarir itu marfu’. Adapun jika kita berlaku atas Ini kesemuanya jika kita berlaku atas qaul yang berkata hadis
dengan dia), kerana Jarir itu mauwquf, tidak jadi hujjah ( yakni tidak boleh buat dalil qaul yang berkata hadis
jadi marfu’ itu, jika ia idofat kepada Rasulullah S.A.W, syarat perkataan Sahabi ( hadis mawquf ), hendak
: kata seperti dia
.…كنا فى زمن النبى كذا وكذا اتو كنا فى حياته كذا وكذا
seperti barang yang berkata oleh jumhur Muhaddisin dan Ashabul fiqh wal Usul. Dan berkata Imam Nawawi dalam
syarah Muslim, “Adakah ia, yakni hadis Mauwquf itu, jadi hujjah atau tidak?”. Ada padanya dua qaul, bagi Imam kita
Syafie yang masyhur keduanya. Bermula yang Asah, ialah Qaul Jadid, baginya tidak menjadi hujjah dengan hadis
Mauwquf. Dan yang kedua, ialah Qaul Qadim baginya ini dhoif. Maka apabila berlaku kita, atas qaul yang berkata
tidak menjadi hujjah, maka bermula Qiyas didahulukan atasnya dan harus bagi Tabi’in menyalahi akan dia, yakni
harus kita tidak berdalil dengannya.-Syarah Muslim juzu’1 m/s 45 — mulakhisan ( Diringkaskan).
Maka difaham daripada perkataan Imam Nawawi ini, tidak boleh kita bermudah- mudah hukum dengan kufur orang
itu dan kufur orang ini, dengan makanan kenduri dan baca Qul`hu wallah di rumah si mati. Takut terbalik kepada
yang berkata, wa`iyya zabillah.
Baca Juga:
- ibnu taimiyah tahlilan ???
- ketua Mufty halalkan kenduri sebagai sunnah sedekah untuk mayit
Jazaakumulloohu khoiroo
Yu' berwudhlu dulu
Shahihnya Hadits Riwayat Thawus Attabi’in dan Umair bin Ubaid : Dalil Selamatan / Kenduri Arwah / Tahlilan 7 hari &
40 Hari
1. hadis Thawwus:
Ertinya “ Berkata Thawwus, bahawasanya segala orang yang mati itu difitnah/diuji akan mereka itu didalam kubur,
didalam masa 7 hari. Maka adalah mereka itu ( Para Sahabat) suka bahawa memberi makan mereka itu ganti
daripada mereka itu pada demikian itu hari.” ] – Hadits Shahih marfu’
2. Berkenaan hadis Umair bin Ubaid yang sahih yang tiada pertikaian , disudut hubungannya
dengan Thawus tersebut apabila digabungkan (dikompromikan kesemua hadis-hadis tersebut ) beliau
memberi komentar :
يفتن رجالن مؤمن ومنافق فأما المؤمن فيفتن: قال:عن عبيد بن عمير
أربعين صباحا.
Difitnahkan (dalam kubur) dia jenis orang , yang beriman dan yang “ Ubaid bin Umair r.a , berkata Dari
”)munafik . maka yg beriman difitnahkan/diuji selama 40 pagi (hari
3.
Ertinya: Diriwayatkan daripada Abi Zar r.a, telah bertanya oleh beberapa orang sahabat kepada Nabi s.a.w, “wahai
Rasulullah telah pergilah orang-orang hartawan dengan pahala yang banyak maka sembahyang mereka itu
sepertimana kami sembahyang dan puasa mereka itu sepertimana kami puasa dan bersedekah mereka itu dengan
kelebihan daripada kekayaan mereka”. Telah menjawab oleh Nabi s.a.w, “adakah kamu bersusah hati?. Bukankah
telah dijadikan oleh Allah bagimu sesuatu yang boleh kamu bersedekah dengannya. Sesungguhnya bagi tiap-tiap
tasbih itu sedekah, tiap-tiap pujian itu sedekah, tiap-tiap tahlil itu sedekah, menyeru dengan pekerjaan yang baik-baik
itu sedekah, melarang kemungkaran itu sedekah dan pada berjimak kamu itu juga sedekah”. Berkata para sahabat,
“adakah bagi seseorang kami pahala dengan menunaikan shahwat?”. Jawab Rasulullah s.a.w “bagaimanakah
perkiraan kamu jika kamu tunaikan shahwat itu kepada yang haram?, adakah kamu berdosa?. Maka seperti
demikian pulalah apabila kamu menunaikan shahwat pada yang halal nescaya bagimu itu pahala”.
Hadis riwayat Muslim.
ى ب ِْن ُم َح هم ِد ب ُْن اَ ْح َم ُد قَا َل ْ س ِم ْعتُ َم ُر ْو ِز َ ُم َُ َدخ َْلت ِا َذا يَقُ ْو ُل َح ْنبَ َل بْنَ ََاَ ْح َمد
ب بِفَاتِ َح ِة فَا ْق َرأ ُ ْوا ْال َمقَابِ َر
ِ َو ْال َمعُ ْوذ ْال ِكتَا
َ َ اجعَلُو اَ َحد للاُ ُه َو َوقُ ْل تَي ِْن َ ْ اب ا
ْ َو َ ثَ َو
ل َذ ِل َكِ ص ُل فَ ِانههُ ْال َمقَا ِب ِر لَ ْه ِ اِلَ ْي ِه ْم َي
Telah berkata oleh Ahmad bin Muhammad bin Maruzi, aku mendengar Ahmad bin Hambal berkata “apabila kamu
masuk kepada perkuburan baca olehmu surah Fatihah dan mauzatain dan Qulhuallahuahad, lalu kamu jadikan
pahalanya bagi ahli kubur. Maka sesungguhnya ia sampai kepada mereka (Ihya’ Ulumuddin).
صا ِل ُح ْونَ َرأَهُ َما َواَ هما اطئَة ُكلُّ َها َْفَ ُرؤْ يَا ُهم ْال َمن َِام فِى ال ه ِ ُء ْونَ ََيَ ْقر َما بَ ْع َد ُمتَ َو
ِ ِعلَى يَ ُد ُّل ِم هما ِل ْل َمي
َت َويَ ْهد ُْون َ ص ْو ِل
ُ ب ُو ِ ع ُه ْم اِلَ ْي ِه ْم ْال ِق َرا َءةِ ثَ َوا
ُ لَ بِ َذ ِل َك َوا ْنتِفَا
يُ ْحصى
Adapun barang yang melihat oleh orang-orang soleh pada ketika tidur, maka mimpi mereka itu sekeliannya muafakat
mereka itu yakni barang yang mereka baca dan mereka hadiahkan bagi si mati itu sampai pahala bacaan kepada si
mati dan mereka mengambil manfaat dengan demikian itu adalah riwayat tersebut tidak terhingga banyaknya.
َ ع ْن اْلَ ْش َجا ِعيْنَ َح هدثَنا َ قَا َل قَا ِس ٍم ب ُْن ها َ ِش ُم َح هدثَنا
َ َس ْف َيانُ قَا َل: اوس قَا َل ُ ط َ هنَِا
تَ سبْعا قُبُ ْو ِر ِه ْم فِى يُ ْفتَنُ ْونَ ْال َم ْو ْ ُع ْن ُه ْم ي
َ طعَ َم اَ ْن تَ ِحب ُّْونَ َْيَس فَ َكانُ ْوا َ اْلَيا ه َم تِ ْل َك
Ertinya: Telah berkata oleh Tawus (tabii’n) sesungguhnya orang yang mati itu difitnahkan mereka di dalam kubur
selama 7 hari. Maka adalah mereka (para sahabat) kasih bahawa mensedekahkan makanan kepada orang ramai
untuk si mayat pada demikian hari.
َعلَ ْي ِه ُم َو َكان
َ سَلَ ُمعذَاب فَقَا َل بِقَب َْري ِْن َم هر ال ه َ ٍَن َْخل ِم ْن َج ِد ْي َدة فَا َ َخ َذ يَ ِسيْر
شقه َها
َ صفَي ِْن َو ْ س ِن َ اح ٍد ُك هل َوغ ََر ِ علَى ِم ْن ُه َما َو
َ ف فَقَا َل ب ٍْرََق ُ ع ْن ُه َما يُ َخفه
َ
ابُ َف لَ ْم َما ْال َعذ ى َر َواهُ َي ُج هْ َارِ ْالبُخ
Adalah Nabi s.a.w lalu disamping 2 buah kubur, maka beliau bersabda “azab yang sedikit”. Maka mengambil pelepah
kurma daripada pohon kurma lalu membelahnya menjadi dua dan ditanamkan tiap-tiap satu di atas kubur. Lalu
baginda bersabda “diringankan azab selama pelepah ini tidak kering”.
(Riwayat Imam Bukhari)
Hukum selamatan hari ke-3, 7, 40, 100, setahun, dan 1000 hari diperbolehkan dalam syari’at Islam. Keterangan
diambila dari kitab “Al-Hawi lil Fatawi” karya Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi jilid 2 halaman 178 sebagai
berikut: scan kitab
Artinya:
“Telah berkata Imam Ahmad bin Hanbal ra di dalam kitabnya yang menerangkan tentang kitab zuhud: Telah
menceritakan kepadaku Hasyim bin Qasim sambil berkata: Telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i dari Sufyan
sambil berkata: TelaH berkata Imam Thawus (ulama besar zaman Tabi’in, wafat kira-kira tahun 110 H / 729 M):
Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam kuburan mereka selama 7 hari.
Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan (sedekah) untuk orang-orang yang
sudah meninggal selama hari-hari tersebut.
Telah berkata al-Hafiz Abu Nu’aim di dalam kitab Al-Jannah: Telah menceritakan kepadaku Abu Bakar bin Malik,
telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepadaku Ubay, telah
menceritakan kepadaku Hasyim bin al-Qasim, telah menceritakan kepadaku al-Asyja’i dari Sufyan sambil berkata:
Telah berkata Imam Thawus: Sesungguhnya orang-orang yang meninggal akan mendapat ujian dari Allah dalam
kuburan mereka selama 7 hari. Maka, disunnahkan bagi mereka yang masih hidup mengadakan jamuan makan
(sedekah) untuk orang-orang yang sudah meninggal selama hari-hari tersebut.”
Selain itu, di dalam kitab yang sama jilid 2 halaman 194 diterangkan sebagai berikut:
َِArtinya:
“Sesungguhnya, kesunnahan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan perbuatan yang tetap
berlaku sampai sekarang (yaitu masa Imam Suyuthi abad ke-9 H) di Mekkah dan Madinah. Yang jelas kebiasaan
tersebut tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat sampai sekarang, dan tradisi tersebut diambil dari ulama salaf
sejak generasi pertama, yaitu sahabat.”
———————————————-
Keterangan:
Ertinya “ Berkata Thawwus, bahawasanya segala orang yang mati itu difitnah akan mereka itu didalam kubur,
didalam masa 7 hari. Maka adalah mereka itu ( Para Sahabat) suka bahawa memberi makan mereka itu ganti
daripada mereka itu pada demikian itu hari.” ]
Berkata Sayuti. Katanya : ( Kaanu Yastahibbu ) maknanya, “Adalah manusia buat mereka itu akan demikian itu pada
zaman Nabi S.A.W, dan mengetahui ia dengan dia dan tidak engkar Nabi S.A.W atas dia– Al Hawi lil Fatawa juzu’2
m/s 377.
daripada naqal beberapa nas yang menunjuk Berkata Ibrahim Al Halabi, didalam Syarah Al Kabir kemudian
perlu daripada ahli mayat :[ Dan tiada sunyi daripada Nazar (kecedraan yang atas makruh buat makanan
hadis Jarir bin Abdillah jua. Kerana dibahas), kerana bahawasanya tidak ada dalil atas makruh melainkan
hadis yang diriwayatkan akan dia oleh Imam Ahmad dengan sanad bahawasanya melawani akan dia oleh
Kulaib daripada bapanya sahih. Dan barang yang diriwayat oleh Abu Daud daripada Ashsim bin yang
Ansar daripada seorang laki-laki daripada
( قال خرجنا مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فى جنازة فرأيت رسول
هللا صلى هللا عليه وسلم وهو على القبر يوصى الحافر يقول أوسع من
قبل رجليه اوسع من قبل رأسه فلما رجع استقبله داعى امرأته فجأ
وجىء بالطعام فوضع بين يديه ووضع القوم فأكلوا ورسول هللا صلى هللا
) .وسلم يلوك لقمة فى فيه ثم قال انى أجد لحم شاة أخذت بغير اذن اهلها
suatu jenazah, maka lihat aku akan Rasulullah Ertinya, “ Berkata ia, keluar kami serta Rasullah S.A.W pada
,berpesan akan yang menggali kubur, perluaskan olehmu akan pihak kaki S.A.W dan ia atas kubur
kubur itu, berhadap akan dia perluaskan olehmu daripada pihak kepalanya. Maka takala kembali daripada
perempuan si mati itu, yakni isteri si mati itu. Maka datang Nabi daripada yang menyuruh suruhannya oleh
menghantar oleh Sahabat maka S.A.W didatang dengan makanan, maka dihantar dihadapan Nabi S.A.W dan
makan ia, akan satu suap, kemudian bersabda Ia, “ Aku dapati makan oleh mereka itu. Dan Rasulullah
menunjuk ia atas harus ,kambing yang diambil dengan tidak izin oleh ahlinya”. Maka ini hadis daging
panggil) atas manusia atasnya dan pada setengah riwayat ( membuat ahli mayat atas makanan dan seru
: dengan tidak ada dhomir. Maka kaedah usul fiqh, mesti kena … ”.“imraah
[Dan adapun barang yang membuat akan dia oleh qirobah ( kaum kerabat ) mayat, daripada makanan dan
menghimpun akan manusia atasnya. Maka jika ada ia kerana baca quran dan lain lagi daripada barang yang
diharapkan pahalanya bagi mayat, maka tiada mengapa dengan dia. Dan adapun jika kerana lain daripada demikian
itu, maka makruh ia. Dan tidak seyogia bagi seseorang makan daripadanya,melainkan jika adalah yang membuatnya
itu waris yang baligh lagi cerdik, maka tidak mengapa kita makan dengannya. Dan adapun jika wasiat oleh si mati
dengan dibuat akan makanan pada matinya, maka bahawasanya sah pada thulus (1/3) hartanya. Dan wajib
diluluskan akan dia, kerana diamalkan dengan fardhunya]- juzu’2 m/s 289.
baca quran di kubur atau bersedekah Adapun kitab Al Anwar :[ Dan adapun jika wasiat seseorang dengan
.itu, nescaya lulus ia] – juzu’ 1 m/s 126 daripadanya, atau umpama demikian
kuasa pun tebing ( buat-buat ) juga takut jadi Adapun jika buat dengan sebab adat hingga mereka yang tiada
pada bahasa dibuat jamuan) , kerana adat jua belaka. Inilah ynag dinamakan Takalluf keaiban (kalau tidak
syarak, yang ditegah oleh segala Ulamak didalam Arab. Maka inilah yang dinamakan bida’ah yang dicela oleh
barang yang Arab. Seperti kata Syekh Ibnu Hajar di dalam Tuhfah :[ “Dan bermula kitab Jawi ( Melayu) dan
supaya menyeru akan mereka diatasnnya itu, diadatkan, daripada membuat ahli mayat didalam makanan
itu juga hukumnya untuk sesiapa yang) memperkenankan (jemputan) mereka ( makruh lagi bida’ah. Seperti
: itu, kerana barang yang datang daripada hadis yang Sahih daripada Jarir
) ( كنا نعد اْلجتماع الى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة
Ertinya, “Adalah kami sekelian, sangkakan berhimpun pada ahli mayat dan buat mereka itu akan makanan
kemudian daripada tanamnya setengah daripada meratap (Niyahah) ”].
)Maka zahirnya berlawan antara hadis Ashim dan hadis Jarir ini, maka kaedah (usul fiqah
maka disini boleh dihimpun, maka ,]Apabila berlawan dua dalil, wajib dihimpun jika mungkin berhimpun [
barang yang dibuat tidak kerana adat. Bahkan buat kerana tarahum dan hadis Ashim itu ditanggungkan atas
itu, jika buat kerana adat seperti niat hadiah pahalanya kepada si mati. Dan yang ditegah pada hadis Jarir
.tadi). Wa Allahu`alam bis Sowab barang yang kami kata satni (sebentar
wajah dibilangkan dia daripada Niyahah itu, Berkata Ibnu Hajar di dalam Tuhfah , juzu’ 3 m/s 207. “Bermula
dan daripada bersangat-sangatan beramat- amati dengan pekerjaan kerunsingan ,barang yang ada padanya
. ”dukacita
dan apabila tidak ada illat tidak ada hukum. ,Maka ini illat tidak ada pada kebanyakan pada orang jawi kita
disini Bermula hukum itu berkeliling ia serta illatnya, maka murad dengan hukum “ ,Kerana kata mereka itu
.Allahu` alam ialah makruh berhimpun dan buat kenduri di rumah si mati”. Wa
kerana baca quran dan zikir. Adapun jika Maka berhimpun yang dilarang pada hadis Jarir itu jika tidak
zikir pada si mati adalah sunat, seperti barang yang sorih perkataan berhimpun kerana baca quran dan
: Imam Nawawi di dalam Majmuk
َل يقعد قوم يذكرون هللا اَل: (قاَل قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
) حفتهم المأليكة وغشيتهم الرحمة وأنزلت عليهم السكينة
mereka itu akan Allah Taala, melainkan Sabda Rasullah S.A.W, tidak duduk oleh satu kaum, menyebut“
mereka itu. Kerana memuliakan akan mereka itu dan menutupi akan mereka berkelilingi oleh malaikat akan
Qauluhu [Yazkuruna] : ertinya, .”itu oleh rahmat. Dan turun atas mereka itu oleh ketetapan pada hati
kelakuan dan barangmana seorang ada ia. Qauluhu [Yazkuruna] : “Barangmana kelakuan daripada segala
lebih pada dunia dan zikir itu melengkapi akan sembahyang, baca quran dan doa dengan yang Bermula
.akhirat-Dalilul Faalihin m/s 248
dengan berhimpun itu afdhal, daripada Maka kami faham daripada nas- nas ini, bahawasanya baca quran
Syafie. Kerana tidak ada nas daripada alquran dan hadis, melarang tidak baca seorang diri pada Mazhab kita
kiaskan makruh baca quran di rumah si boleh baca quran di rumah si mati. Bahkan setengah mereka itu, dia
itu Maka ini qias batal, kerana “Qias ma’alfaariq”. Kerana syarat sah qias .mati, dengan baca quran di jamban
sekali perbezaan, antara rumah si mati hendak ada jamik antara “maqis” dan “maqisu a`laih”. Maka jauh
si mati tidak ada najis dan jamban itu kotor (tempat najis), maka disini dengan jamban itu, kerana rumah
itu, am melengkapi ia, barangmana nyata batal qias itu. Maka jika engkau kata, ijtimak pada hadis Jarir
Maka .”faedah boleh ia datang dengan lafaz ma’rifah pada lafaz al ijtimak ijtimak nescaya kami jawab, “ Apa
yang membawa kepada niyahah yang dilihat kami faham daripada lafaz al ijtimak, dikehendaki dengan ijtimak
Mekah sana. Maka dimana- manapun, jika ijtimak seperti itu, “Bidaah dengan mata kepala sendiri di
.Mazmumah Muharamah” pada syarak
Murad dengan wasaail itu ijtimak dan murad dengan maqasid itu Niyahah. Dan jika engkau kata, alif lam pada ijtimak
itu. Alif lam apa? Nescaya kami jawab, ()العمى للعهد لم الف
, العهد:dengan ketiadaan sebutnya yang telah lalu). Dan makna mukhatab iaitu barang yang hasil pada ilmu(
.Ertinya: suatu yang diketahui الشيء المعهود
Nescaya kami jawab tidak betul, kerana syarat الف الم لالستغراق الجنس
itu bahawa sah kita letak lafaz ()كلkullu pada tempat dia itu. Maka disini tidak sah
kerana jadi fasad (rosak) makna, kerana bunyi maknannya:
() كل اجتماع وصنع الطعام من اهل الميت من النياحة
Ertinya, tiap- tiap berhimpun dan buat makan daripada ahli mayat daripada niyahah, maka ini nyata fasad (rosak
makna).
Jarir itu marfu’. Adapun jika kita berlaku atas Ini kesemuanya jika kita berlaku atas qaul yang berkata hadis
dengan dia), kerana Jarir itu mauwquf, tidak jadi hujjah ( yakni tidak boleh buat dalil qaul yang berkata hadis
jadi marfu’ itu, jika ia idofat kepada Rasulullah S.A.W, syarat perkataan Sahabi ( hadis mawquf ), hendak
: kata seperti dia
.…كنا فى زمن النبى كذا وكذا اتو كنا فى حياته كذا وكذا
seperti barang yang berkata oleh jumhur Muhaddisin dan Ashabul fiqh wal Usul. Dan berkata Imam Nawawi dalam
syarah Muslim, “Adakah ia, yakni hadis Mauwquf itu, jadi hujjah atau tidak?”. Ada padanya dua qaul, bagi Imam kita
Syafie yang masyhur keduanya. Bermula yang Asah, ialah Qaul Jadid, baginya tidak menjadi hujjah dengan hadis
Mauwquf. Dan yang kedua, ialah Qaul Qadim baginya ini dhoif. Maka apabila berlaku kita, atas qaul yang berkata
tidak menjadi hujjah, maka bermula Qiyas didahulukan atasnya dan harus bagi Tabi’in menyalahi akan dia, yakni
harus kita tidak berdalil dengannya.-Syarah Muslim juzu’1 m/s 45 — mulakhisan ( Diringkaskan).
Maka difaham daripada perkataan Imam Nawawi ini, tidak boleh kita bermudah- mudah hukum dengan kufur orang
itu dan kufur orang ini, dengan makanan kenduri dan baca Qul`hu wallah di rumah si mati. Takut terbalik kepada
yang berkata, wa`iyya zabillah.
Jika engkau menginginkan sesuatu kenikmatan itu terus padamu, maka perbanyaklah
mensyukurinya.
َب ْالعَالَ َمين
َ ْال َح ْمدُ َ هّلِلَ َر.
▪️Jikalau engkau merasa rezeki itu datangnya lambat, maka perbanyaklah istighfar.
ا ستغفر هللا العظيم.
▪️Jikalau engkau ditimpa kesedihan, maka perbanyaklah mengucapkan :
ال حول و ال قوة إال باهلل
Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.
.
▪️Jikalau engkau takut pada sesuatu makhluk, maka ucapkanlah :
حسبنا هللا و نعم الوكيل
Hasbunallaah wa ni'mal wakiil.
.
▪️Jikalau engkau kagum terhadap sesuatu, maka ucapkanlah :
ماشاء هللا ال قوة إال باهلل
Maasyaa Allaah laa quwwata illaa billaah.
.
▪️Jikalau engkau dikhianati, maka ucapkanlah :
و أفوض أمري إلى هللا إن هللا بصير بالعباد
Wa ufawwidhu amrii ilallaah innallaaha bashiirun bil 'ibaad.
.
▪️Jikalau engkau ditimpa kegundahan hati, maka ucapkanlah :
ال إله إال أنت سبحانك إني كنت من الظالمين
Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadzdzoolimiin.
.
(Sayyidina Ali Zainal Abidin bin Husein RA)
Wallahu a'lam
24 Kali Dibagikan
4242
14 KEMULIAAN WANITA ‘‘ISLAM’’ YANG SEDANG HAMIL
Suatu hari, sepeninggal Rasulullah SAW, Abu Hurairah r.a. beri’tikaf di masjid Nabawi. Ia
tertarik ketika mengetahui ada seseorang di masjid yang sama, duduk bersedih di pojok masjid.
Abu Hurairah pun menghampirinya. Menanyakan ada apa gerangan hingga ia tampak bersedih.
Setelah mengetahui masalah yang menimpa orang itu, Abu Hurairah pun segera menawarkan
bantuan.
”Mari keluar bersamaku wahai saudara, aku akan memenuhi keperluanmu,” ajak Abu Hurairah.
“Apakah kau akan meninggalkan i’tikaf demi menolongku?” tanya orang tersebut terkejut.
”Ya. Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh berjalannya
seseorang diantara kamu untuk memenuhi kebutuhan saudaranya, lebih baik baginya daripada
i’tikaf di masjidku ini selama sebulan’”
Sabda Rasulullah SAW itu diriwayatkan oleh Thabrani & Ibnu Asakir. Dishahihkan Al Albani
dalamAs-Silsilah As-Shahihah.
Sebagaimana Abu Hurairah, seorang Muslim seharusnya juga memiliki keterpanggilan untuk
menolong saudaranya, memiliki jiwa dan semangat memberi manfaat kepada sesama, memiliki
karakter Nafi’un li ghairihi.
Kebaikan seseorang, salah satu indikatornya adalah kemanfaatannya bagi orang lain.
Keterpanggilan nuraninya untuk berkontribusi menyelesaikan problem orang lain. Bahkan
manusia terbaik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Seorang Muslim, setelah ia membingkai kehidupannya dengan misi ibadah kepada Allah semata,
sebagaimana petunjuk Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56, maka orientasi hidupnya adalah
memberikan manfaat kepada orang lain, menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama, nafi’un li
ghairihi. Karenanya, Hasan Al Banna memasukkan nafi’un li ghairihi ini sebagai salah satu
karakter, sifat, muwashafat, yang harus ada pada diri seorang Muslim.
Siapapun Muslim itu, di manapun ia berada, apapun profesinya, ia memiliki orientasi untuk
memberikan manfaat bagi orang lain. Seorang Muslim bukanlah manusia egois yang hanya
mementingkan dirinya sendiri. Ia juga peduli dengan orang lain dan selalu berusaha memberikan
manfaat kepada orang lain.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa seharusnya setiap persendian manusia mengeluarkan
sedekah setiap harinya. Dan ternyata yang dimaksud dengan sedekah itu adalah kebaikan,
utamanya kebaikan dan kemanfaatan kepada sesama.
Setiap persendian manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya mulai matahari terbit.
Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah. Menolong seseorang naik ke atas kendaraannya
atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah. Berkata yang baik
adalah sedekah. Begitu pula setiap langkah berjalan untuk menunaikan shalat adalah sedekah.
Serta menyingkirkan suatu rintangan dari jalan adalah sedekah. (HR. Bukhari)
Seorang Muslim yang menjadi dokter, orientasinya adalah bagaimana ia memberikan pelayanan
terbaik kepada pasiennya, ia sangat berharap kesembuhan dan kesehatan mereka, melakukan
yang terbaik bagi kesembuhan dan kesehatan mereka.
Kelihatannya, memberikan manfaat kepada orang lain, membantu dan menolong sesama itu
membuat waktu kita tersita, harta kita berkurang, tenaga dan pikiran kita terporsir. Namun
sesungguhnya, saat kita memberikan manfaat kepada orang lain, pada hakikatnya kita sedang
menanam kebaikan untuk diri kita sendiri. Jika kita menolong orang lain, Allah akan menolong
kita.
Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. 17:7)
Jika kita menolong dan membantu sesama, pertolongan dari Allah bukan sekedar di dunia, tetapi
juga di akhirat. Jika kita memberikan manfaat kepada orang lain, Allah memudahkan kita bukan
hanya dalam urusan dunia, tetapi juga pada hari kiamat kelak.
Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan2 dunia, Allah akan
menyelesaikan kesulitan2nya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang
kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)
Pertama, dengan ilmu. Yakni ilmu yang dianugerahkan Allah kepada kita, kita bagikan kepada
orang lain. Kita mengajari orang lain, melatih orang lain, dan memberdayakan mereka. Ilmu ini
tidak terbatas pada ilmu agama, tetapi juga ilmu dunia baik berupa pengetahuan, keterampilan
hidup, serta keahlian dan profesi.
Kedua, dengan harta. Kita manfaatkan harta yang dianugerahkan Allah untuk membantu sesama.
Yang wajib tentu saja adalah dengan zakat ketika harta itu telah mencapai nishab dan haulnya.
Setelah zakat ada infaq dan sedekah yang memiliki ruang lebih luas dan tak terbatas.
Ketiga, dengan waktu dan tenaga. Yakni ketika kita mendengar keluhan orang lain, membantu
mereka melakukan sesuatu, membantu menyelesaikan urusan mereka, dan sebagainya.
Keempat, dengan tutur kata. Yakni perkataan kita yang baik, yang memotivasi, yang
menenangkan dan mengajak kepada kebaikan.
Kelima, dengan sikap kita. Sikap yang paling mudah adalah keramahan kita kepada sesama, serta
senyum kita di hadapan orang lain. Sederhana, mudah dilakukan, dan itu termasuk memberikan
kemanfaatan kepada orang lain.
Kelima hal nafi’un li ghairihi itu, jika kita lakukan dengan ikhlas, Allah akan membalasnya
dengan kebaikan dan pahala.
Teks Kutbah jumat Kedua yang singkat 2017 Menjadi Pribadi yang Bermanfaat (Nafi’un Li
Ghairihi)
َين ُك َل َه َولَ ْو ك ََرهَ ْال ُم ْش َر ُكون َ ُظ َه َرهُ َعلَى ال َد ْ ق َلي
َ َين ْال َح
َ سولَهُ بَ ْال ُهدَى َود َ ْال َح ْمد ُ َ هّلِلَ الهذَي أ َ ْر
ُ س َل َر
ُسوله ُ ور َ أن ُم َح همدًا ع ْبد ُه وأشهد ُ ه،ُأن ال إلَهَ إال هللاُ َوحْ دَهُ ال ش ََريكَ لَه ْ ُ أ َ ْش َهد.
ََّللاَ َح هق تُقَا َت َه َوال ت َ ُموت ُ هن َإال َوأَ ْنت ُ ْم ُم ْس َل ُمون
َياأ َ ُّي َها الهذَينَ آ َمنُوا اتهقُوا ه
سولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا ُ َ
صلَحْ لَ ُك ْم أ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ َف ْر لَ ُك ْم ذنُوبَ ُك ْم َو َم ْن ي َُطعَ ه
ُ َّللاَ َو َر ْ ُسدَيدًا * ي ُ ُ
َ َّللاَ َوقولوا قَ ْوال يَاأَيُّ َها الهذَينَ آ َمنُوا اتهقُوا ه
َع َظي ًما
ار ْك َعلَى ُم َح هم ٍد َو َعلَى َ َو َب،سل ْمتَ َع َلى َإب َْرا َهي َْم َو َعلَى آ َل َإب َْرا َهي َْم َ ص هليْتَ وَ َك َما،ٍس َل ْم َعلَى ُم َح هم ٍد َو َعلَى آ َل ُم َح همد َ ص َل و َ الله ُه هم
َ
ع ْن ُخلفَائَ َه ه
َو َع ْن، َالرا َش َديْن ه
َ ض الل ُه هم َ ار َ َ َ
ْ َو،ٌ فَي العَال َميْنَ إَنهكَ َح َم ْيد ٌ َم َج ْيد،اركتَ َعلى إَب َْرا َهي َْم َو َعلى آ َل إَب َْرا َهي َْم ْ َ َ َك َما ب،ٍآ َل ُم َح همد
َو َعنها َم َع ُه ْم َب َرحْ َمتَكَ يَا،ت َإلَى يَ ْو َم ال َدي َْن َ َو َع ْن ال ُمؤْ َمنَيْنَ َوال ُمؤْ َمنَا، َص َحابَ َة أَجْ َم َعيْن سائَ َر ال هَ َ َْ
ن ع و ، ي
َْن ن
َ م
َ ْؤ م
ُ ت الَ اج َه أ ُ هم َها
َ أَ ْز َو
َاح َميْن أ َ ْر َح َم ه.
َ الر
اب النه َ
ار سنَةً َوقَنَا َعذَ َ سنَةً َوفي َ
اآلخ َرةَ َح َ .ربهنَا آتَنَا في الدُّ ْنيَا َح َ َ
الو ههابَُ تَ ْ
ن َ أ كَ ه نإ ،ً
َ َ َ ة م حْ ر كَنْ ُ د َ ل ْ
ن م
َ َا نَ ل ه
َبْ وَ َا، نَ تيْ َ د ه
َ ْ ذ إ َ د ع
ْ
ْ َ َ َ ب َا نبو ُ لُ ق ْ
غ زَ ُ ت ال َا نب
ه .ر
َ
سنَا َوإَ ْن لَ ْم ت َ ْغ َف ْر لَنَا َوت َْر َح ْمنَا لَ َن ُك ْون هَن َمنَ الخَا َس َريْنَ ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ.ربهنَا َ َ
اء َم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َواتََ ،إنهكَ َ
س َم ْي ٌع قَ َريْبٌ ُم َجيْبُ الدُّ َع َ
اء .الله ُه هم ا ْغ َف ْر َل ْل ُمؤْ َمنَيْنَ َو ْال ُمؤْ َمنَاتََ ،و ْال ُم ْس َل َميْنَ َو ْال ُم ْس َل َماتَ ،األَحْ يَ َ
Khutbah pertama:
JamaahSholat Iddul Adha yg dirahmati Alloh SWT marilah kita tinggkatkan iman dan
taqwa kita pada Alloh SwT dg berusaha semaksimal mungkin untuk menjalankan
perintahnya dan meninggalkan segala laranganNya
.
Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta
keluarga, sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari
kiamat nanti.
Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran jamaah haji dari seluruh dunia
yang sedang menyelesaikan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci.
Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada kita, yakni nikmat
iman dan Islam.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang baik adalah
keteladanan dari figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya keteladanan, kita
memiliki tolok ukur untuk menilai apakah perjalanan hidup kita sudah baik atau belum.
Karena itu, hari ini kita kenang kembali manusia agung yang diutus oleh Allah swt untuk
menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi Ibrahim as beserta keluarga Ismail as dan Siti
Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad saw harus
mampu mengambil keteladanan darinya, Allah swt berfirman:
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang
yang bersama dengan dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang
sedang berlangsung di tanah suci,, apalagi bagi kita bangsa Indonesia yang masih
terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui kehidupan
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Allohuakbar3xwalillahilhamd
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang
menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian
serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram, melambangkan persamaan
akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam
segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya
merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa,
sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
Labaikalohumma labaik 3xkala syarikalah labaik inalhamda wanikmata laka walmulka la
syarikalah
Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan
hari raya yang menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat,
sehingga Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa
peristiwa yang menimpa Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti
Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya
Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka
ditempatkan disuatu lembah yang tandus, gersang.
Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun.
, Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu dengan
ikhlas dan penuh tawakkal.
Perjuangan Ibu Siti hajar lari kesana kemari untuk mencarikan air sambil lari kecil (sai)
antara bukit Sofa dan Marwa
Dan menginjak dewasa disuruh menyembelihnya dan Nabi Ibrahim As beserta anaknya
Ismail As tetap taat pada Alloh SWT walaupun syetan menggodanya yang akhirnya
sama Alloh SWT diganti dengan hewan Qurban
Lembah yg dahulunya gersang saat ini terkenal dengan Kota Mekkah, sebuah kota
yang aman dan makmur,ini semua berkat do’a Nabi Ibrahim As
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini,
sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kiamat.” (QS Al-
Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini memiliki
kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup,
selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta
keamanan hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu
menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran tidak hanya
dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
ط ُّرهُ ث ُ هم قَلِيَل فَأ ُ َمتِعُه ُ َكف ََر َو َمن قَا َل ْ َ ب إِلَى أ
َ ض ِ عذَا َ ْير َوبِئ
ِ س النه
َ ار ُ صِ ْال َم
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku
paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban
binatang ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim.
Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah
memberinya sebuah anugerah, sebuah kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau
menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan
keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah
isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim.
Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor
domba, 300 lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai
12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika
pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya:
“Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu bila Allah menghendaki, aku serahkan
semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan
juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang
kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya
yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan,
sehat lagi cekatan ini, supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri.
Sungguh sangat mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
ت يَا قَا َل ت ََرى َماذَا فَانظُ ْر أ َ ْذبَحُكَ أَنِي ْال َمن َِام فِي أ َ َرى إِنِي بُنَ ه
ي يَا قَا َل ِ َع ْلَْاف أَب
َ ست َِج ُدنِي تُؤْ َم ُر َما
َ شاء إِن
َ َُّللا
صابِ ِرينَ مِنَ ه
ال ه
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa
yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS
As-shaffat: 102).
Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu
dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh
bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika
memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka
melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian
menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah
yang dilaksanakan di mina.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap
kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah.
Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa
kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul
maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku
kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat
tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang
kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan,
nanti ayah akan bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta
ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih
dengan menekan pisau itu kuat-kuat, namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi,
mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela
dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh
kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak
melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan
putra kholilullah Ibrohim taat dan patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun
lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas.
Ibrohim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai
pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim.
Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan
potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada
Allah SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai
gantinya. Dan Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah
diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal
mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor
kambing sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang
kemudian.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia
itu, Malaikat Jibril menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan
membawa seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar,
Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha illahu Allahu Akbar.”
Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Inilah sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini.
Allah Maha pengasih dan Penyayang. Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup
binatang ternak, baik kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan
mampu menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk
menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 % harta kita
untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu kita untuk sholat lima
waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu makan kita untuk berpuasa, kita tak
mampu melaksanakannya, dan sebagainya. Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita
kerjakan, yang membuat kita jauh dari Rahmat Allah SWT.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah
Hikmah yang dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat manusia
adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang menunaikan ibadah haji,
pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak manusia akan dikumpulkan di
padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban.
Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa tersebut adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak yang
sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang tua, lebih-lebih
berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT, harus
dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na. Karena sesungguhnya,
ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
I’tibar ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus mengganggu manusia, agar
membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan senantiasa terus berusaha menyeret manusia
kepada kehancuran dan kegelapan. Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena
sesungguhnya syaithon adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hayawan
ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hayawaniyah harus
dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Hadirin Jama’ah Idul Adha yang dimuliakan Allah,
Tepatlah apabila perayaan Idul Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi
negeri kita tercinta, yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi
Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia itulah yang membuat Ibrahim
menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu,
maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-
zam yang tidak pernah kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras
berjuta liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu Siti Hajar
dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan berdoa, mudah-mudahan
kita semua, para pemimpin kita, elit-elit kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan
kepentingan pribadi dan kelompok, tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran
masyarakat, bangsa dan negara. Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan
pengorbanan yang besar. Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan
perjuangan dan pengorbanan ini dengan sebaik-baiknya.
Mudah-mudahan perayaan Idul Adha kali ini, mampu menggugah kita untuk terus bersemangat,
rela berkorban demi kepentingan agama, bangsa dan negara amiin 3x ya robbal alamin.
ص َل َل َربَكَ َوا ْن َح ْر إَ هن شَانَئَكَ ه َُو ْاأل َ ْبت َُر َ ط ْينَاكَ ْالك َْوث َ َر َف
َ إَنها أ َ ْع.الر َح َيم
من هَ ْالرح
بَس َْم هللاَ ه.الر َجي َْم ْطن ه َ شي أع ُْوذ ُ بَاهللَ َمنَ ال ه
الوتَهُ اَنهُ ه َُو الس َهم ْي ُع َ َوتَقَب ْهل َم َن ْي َو َم ْن ُك ْم َت.الذ ْك َر ْال َح َكي َْم
َ ت َو َ َونَ َف َع َني َوا ََيا ُك ْم بما فيه َمنَ اآل َيا.آن ْال َع َظي َْمَ اركَ هللاُ َلي َولَ ُك ْم َفي ْالقُ ْر َ َب
فَا ْست َ ْغ َف ُر ْوا اَنههُ ه َُوالغَف ْو ُر ه.اْلعَ َل ْي ُم
الر َح ْي ُم ُ ْ
Khutbah kedua:
Tags:
khutbah idul adha, khutbah idul adha 2016, teks khutbah idul adha, khotbah idul adha, ceramah idul
adha, contoh khutbah idul adha, kutbah idul adha, naskah khutbah idul adha, khutbah idul adha terbaik,
materi khutbah idul adha
Advertisement
Drs. Ahmad Yani 19/10/11 | 09:30 Khutbah Idul Adha Ada 42 komentar 63.471 Hits
هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر هللا أكبر
dakwatuna.com – Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah memberikan
kenikmatan kepada kita dalam jumlah yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini
dalam pelaksanaan shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar
tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan pelaksanaan
ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang diberikan Allah swt kepada
kita, yakni nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salah semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga,
sahabat dan para pengikut setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X Walillahilhamdu.
Salah satu yang amat kita butuhkan dalam menjalani kehidupan yang baik adalah keteladanan
dari figur-figur yang bisa diteladani. Dengan adanya keteladanan, kita memiliki tolok ukur untuk
menilai apakah perjalanan hidup kita sudah baik atau belum. Karena itu, hari ini kita kenang
kembali manusia agung yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi
Ibrahim as beserta keluarga Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya membuat kita
bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah swt
berfirman:
Dari sekian banyak hal yang harus kita teladani dari Nabi Ibrahim dan orang-orang yang bersama
dengan dia serta mengambil hikmah dari pelaksanaan ibadah haji yang sedang berlangsung di
tanah suci, dalam kesempatan khutbah yang singkat ini ada empat hikmah yang menjadi isyarat
bagi kaum muslimin untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini, apalagi bagi kita bangsa
Indonesia yang masih terus berjuang untuk mengatasi berbagai persoalan besar yang menghantui
kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pertama, Tinggalkan Yang Haram, dan Lakukan Yang Halal. Sebagaimana kita ketahui, ibadah
haji dimulai dengan ihram dan diakhiri dengan tahallul. Saat ihram, pakaian yang dikenakan
jamaah adalah kain putih tak berjahit, yang melambangkan kain kafan yang nanti akan dikenakan
di sekujur tubuhnya ketika akan kembali kepada Allah swt pada saat kematiannya. Pakaian ihram
yang putih-putih itu juga melambangkan tidak adanya perbedaan di mata Allah di antara sesama
manusia. Segala perbedaan harus ditanggalkan dalam arti jangan sampai memiliki fanatisme
secara berlebihan seperti perbedaan suku, organisasi, partai politik, paham, status sosial,
ekonomi atau profesi. Kesatuan dan persamaan merupakan sesuatu yang harus diutamakan dalam
upaya menegakkan kebenaran, bahkan siap mempertanggungjawabkan segala yang
dilakukannya.
اإلثْ َم َوأَنت ُ ْم تَ ْعل َ اط َل َوتُدْلُواْ بَ َها إَلَى ْال ُح هك َام َلت َأ ْ ُكلُواْ فَ َريقا ً َم ْن أ َ ْم َوا َل النه
َ َاس ب َ َُمونَ َِ َوالَ ت َأ ْ ُكلُواْ أَ ْم َوالَ ُكم َب ْي َن ُكم بَ ْالب
Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim supaya kamu
dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa,
padahal kamu mengetahui (QS Al Baqarah [2]:188).
Kedua, hikmah yang harus kita raih adalah Bergerak Untuk Kebaikan dan Berkorban. Ibadah
haji merupakan ibadah bergerak. Para jamaah bergerak dari rumahnya menuju ke asrama haji,
hanya beberapa jam di asrama haji, para jamaah harus bergerak lagi menuju Bandara, sesudah
naik pesawat, mereka diterbangkan menuju bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dari Jeddah para
jamaah harus bergerak lagi menuju Madinah bagi jamaah gelombang pertama untuk selanjutnya
Menuju Mekah, sedangkan bagi jamaah gelombang kedua para jamah langsung ke Mekah. Di
sana jamaah langsung menunaikan umrah hingga tahallul. Selama beberapa hari di Mekah, para
jamaah sudah harus bergerak lagi untuk melaksanakan puncak ibadah haji, mereka harus
bergerak lagi menuju Arafah untuk wuquf, malam harinya menuju Muzdalifah untuk mabit dan
mengumpulkan batu, keesokan harinya melontar di Mina, Tawaf ifadhah di Mekah, kembali lagi
ke Mina untuk melontar hingga selesai, lalu kembali lagi ke Mekah untuk bersiap meninggalkan
Mekah menuju Tanah air masing-masing dan sebelum meninggalkan Mekah, para jamaah
bergerak lagi untuk melakukan tawaf wada, yakni tawaf perpisahan dengan Ka’bah. Dari
rangkaian ibadah haji, puncak kesulitan bahkan resiko yang paling besar adalah saat melontar
yang melambangkan perlawanan atau peperangan melawan syaitan.
Dari rangkaian ibadah haji, kita bisa mengambil pelajaran bahwa setiap muslim apalagi mereka
yang sudah menunaikan haji seharusnya mau bergerak dan menjadi tokoh-tokoh pergerakan
untuk memperbaiki keadaan dan kualitas umat Islam. Setiap muslim harus bergerak untuk
mencari nafkah, bergerak mencari ilmu, bergerak untuk menyebarkan, menegakkan dan
memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, bergerak untuk memberantas kemaksiatan dan
kemunkaran. Ini semua menunjukkan bahwa seorang muslim jangan sampai menjadi orang yang
pasif, diam saja menerima kenyataan yang tidak baik, apalagi bila hal itu dilakukan dengan dalih
tawakkal, padahal tawakkal itu adalah berserah diri kepada Allah swt atas apa yang akan
diperoleh sesudah berusaha secara maksimal.
Ketiga, Jadikan masjid sebagai Pusat pergerakan. Ibadah haji dan rangkaian ibadah lainnya
berpusat di masjid. Ketika jamaah haji kita mendapat kesempatan untuk berziarah ke Madinah,
maka seluruh jamaah berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat berjamaah yang lima
waktu di masjid Nabawi, bahkan sampai ditargetkan mencapai angka arbain (40) waktu
meskipun hal ini tidak menjadi bagian dari ibadah haji. Oleh karena itu, sebagai muslim setiap
kita harus memiliki ikatan batin dengan masjid yang membuat kita mau mendatangi masjid
setiap hari untuk melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah, khususnya bagi laki-laki,
ikatan batin kita yang kuat kepada masjid membuat kita akan menjadi orang yang dinaungi Allah
swt pada hari kiamat, Rasulullah saw bersabda:
Karena itu aneh sekali bila ada lelaki muslim tapi sehari-hari tidak suka dan tidak mau datang ke
masjid. Karena tidak mau dipertanyakan keimanannya benar apa tidak, maka pada zaman Nabi
Muhammad saw, orang munafik yang sudah mengaku beriman pun akhirnya datang juga ke
masjid untuk menunaikan shalat berjamaah, namun hati mereka terasa berat dan malas, Allah swt
berfirman:
َسالَى يُ َرآؤُون َ صالَةَ قَا ُمواْ ُك ُ إَ هن ْال ُمنَافَ َقينَ يُخَا َدعُونَ َّللاَ َو ُه َو خَا َد
ع ُه ْم َوإَذَا قَا ُمواْ إَلَى ال ه
ًاس َوالَ يَ ْذ ُك ُرونَ َّللاَ َإاله قَ َليال
َ النه
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka.
Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya
(dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali
(QS An Nisa [4]:142).
Bila setiap lelaki muslim saja harus berusaha untuk selalu menunaikan shalat berjamaah di
masjid, apalagi bila ia sudah melaksanakan ibadah haji. Karena seorang haji yang sudah
menyempurnakan keislamannya seharusnya bisa menjadi contoh yang baik bagi masyarakat di
sekitarnya.
Pelajaran Keempat, yang kita peroleh dari Nabi Ibrahim as adalah keinginannya yang amat
besar untuk memiliki ilmu, menjadi pribadi yang shalih dan menjadi bahan pembicaraan yang
baik bagi generasi yang akan datang, hal ini tercermin dalam doanya yang disebutkan oleh Allah
swt dalam firman-Nya:
Hal yang luar biasa dari doa Nabi Ibrahim di atas adalah beliau meminta kepada Allah swt agar
dimasukkan ke dalam golongan orang yang shalih, padahal seorang Nabi sudah pasti shalih, tapi
masih saja ia berdoa agar dimasukkan ke dalam kelompok orang yang shalih, ini menunjukkan
betapa pentingnya menjadi shalih dan beliau tidaklah merasa tinggi hati dengan keshalihannya
hingga akhirnya ia tetaplah berdoa meminta dimasukkan ke dalam golongan orang yang shalih.
M. Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an menyatakan bahwa; Kata shalih
terambil dari akar kata shaluha yang merupakan lawan dari fasid (rusak). Dengan demikian
shalih diartikan dengan tiada atau terhentinya kerusakan. Shalih juga diartikan sebagai
bermanfaat dan sesuai. Amal shalih adalah pekerjaan yang apabila dilakukan tidak menyebabkan
dan mengakibatkan mudharat (kerusakan) atau bila pekerjaan itu dilakukan akan diperoleh
manfaat dan kesesuaian (hal 562).
Selanjutnya, Muhammad Abduh seperti yang dikutip oleh Quraish Shihab menyatakan bahwa
amal shalih adalah segala perbuatan yang berguna bagi pribadi, keluarga, kelompok dan manusia
secara keseluruhan. Dengan demikian, orang yang shalih adalah orang yang menjalani kehidupan
yang sesuai dengan ketentuan Allah swt dan Rasul-Nya sehingga memberi manfaat kebaikan dan
tidak mengakibatkan kerusakan atau kemudharatan bagi dirinya dan orang lain, baik di dunia
maupun di akhirat kelak.
Begitu penting menjadi shalih, sehingga selain Nabi Ibrahim, jauh sebelumnya Nabi Sulaiman as
juga berdoa agar dimasukkan ke dalam kelompok orang yang shalih, Allah swt berfirman:
Maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu, dan dia berdoa:
“Ya Tuhanku, berilah aku ilmu untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau
anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal shalih
yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-
hamba-Mu yang shalih (QS An Naml [27]:19).
Doa ketiga dari Nabi Ibrahim as yaitu agar menjadi buah tutur yang baik bagi orang-orang yang
datang kemudian. Tentu sebagai seorang nabi, Ibrahim as tidak berucap atau bertindak yang
buruk kepada keluarga dan kaumnya, meskipun begitu beliau khawatir bila ada saja orang yang
membicarakan keburukannya. Oleh karena itu, kesempatan hidup kita yang amat terbatas ini
harus kita gunakan untuk membuat sejarah hidup yang mulia sehingga menjadi bahan
pembicaraan yang baik saat kita sudah wafat, bukan karena kita ingin mendapat pujian, tapi
karena memang hanya kebaikan yang boleh dibicarakan tentang orang yang sudah mati, namun
bila tidak ada kebaikan yang bisa dibicarakan, lalu apa yang akan orang bicarakan tentang kita.
Karena itu menjadi penting bagi kita untuk merenungi kira-kira bila kita sudah mati, apa yang
orang bicarakan tentang kita, tentu seharusnya kebaikan dan manfaat hidup kita yang mereka
rasakan, bukan karena kita suka menceritakannya kebaikan kita kepada orang lain. Manusia
terbaik adalah yang paling bisa dirasakan manfaat keberadaannya oleh orang lain, Rasulullah
saw bersabda:
Dari uraian di atas, dapat kita ambil pelajaran bahwa meneladani Nabi Ibrahim as dan Nabi
Muhammad saw serta mengambil hikmah dari ibadah haji menuntut kita untuk selalu berusaha
memperbaiki diri dan keluarga serta memperbaiki orang lain untuk selanjutnya terus bergerak
dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran dan mau berkorban untuk mencapainya.
Akhirnya marilah kita tutup khutbah Idul Adha pagi ini dengan berdoa kepada Allah swt:
اص َريْنَ َوا ْفت َ ْح لَنَا فَ َانه َك َخي ُْر ْالفَاتَ َحيْنَ َوا ْغ َف ْر لَنَا فَ َانه َك َخي ُْر ُ اَلله ُه هم ا ْن
َ ص ْرنَا فَ َانه َك َخي ُْر النه
الر َازقَيْنَ َوا ْه َدنَا َون ََجنَاار ُز ْقنَا فَ َانه َك َخي ُْر ه ْ اح َميْنَ َو َ الر ْ ْالغَافَ َريْنَ َو
ار َح ْمنَا فَ َانه َك َخي ُْر ه
َالظا َل َميْنَ َو ْال َكافَ َريْن
منَ ْالقَ ْو َم ه. َ
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan.
Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan.
Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya
Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang
zhalim dan kafir.
طا َعتَ َك َما تُبَ َلغُنَا َب َه َ صيَتَ َك َو َم ْن َ اَلله ُه هم ا ْق َس ْم لَنَا َم ْن َخ ْشيَتَ َك َمات َ ُح ْو ُل بَ ْينَنَا َوبَيْنَ َم ْع
اَلله ُه هم َمتَ ْعنَا بَأ َ ْس َما َعنَا.ب الدُّ ْنيَاَ َصائ َ َجنهت َ َك َو َمنَ ْاليَ َقي َْن َمات ُ َه َو ُن بَ َه َعلَ ْينَا َم
َاج َع ْلهُ ثَأ ْ َرنَا َعلَى َم ْن َعاداَنَا َوال ْ ث َمنها َو َ اج َع ْلهُ ْال َو َار ْ ارنَا َوقُ هوتَنَا َما أ َ ْحيَ ْيتَنَا َو َ ص َ َوأ َ ْب
ط َعلَ ْينَا َم ْن ْ س َل
َ ُ ص ْي َبتَنَا فَى َد ْينَن ََاوالَ ت َ ْج َع َل الدُّ ْن َيا أ َ ْك َب َر َه َمنَا َوالَ َم ْبلَ َغ َع ْل َمنَا َوالَ ت
َ ت َ ْج َع ْل ُم
الَ َي ْر َح ُمنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan
perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke
surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala
musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran,
penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan
jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau
jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan
berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
ًسنَة
َ سنَةً َوفَى األ َ َخ َرةَ َح
َ ار َربهنَا اَتَنَا فَى الدُّ ْنيَا َح َ َوقَنَا َعذ.
َ اب النه َ
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di
akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2011/10/19/15667/khutbah-idul-adha-1432-h-bergerak-dan-
berkorban-dalam-kebenaran/#ixzz4qoi1jvbT
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
Khutbah Idul Adha 1436 H: Empat Prinsip Hidup
Drs. Ahmad Yani 22/09/15 | 08:00 Khutbah Idul Adha Belum ada komentar 89.314 Hits
Ilustrasi. (nurudinbs.wordpress.com)
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai
saudara-saudara kita yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan
ibadah haji, rukun Islam yang kelima. Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini kitapun
melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang
terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah yang bersamaan dengan wuquf di Arafah,
pemotongan hewan qurban setelah shalat idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil dan
tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah SWT.
Dalam kehidupan ini, ada banyak sekali prinsip-prinsip hidup yang harus kita jalani dan kita
pegang teguh. Belajar dari kehidupan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, pada kesempatan ini
paling tidak, ada empat prinsip hidup yang harus kita wujudkan dalam kehidupan kita, baik
secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa
kepada Allah SWT. Doa bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi
memang kita merasa betul-betul memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah
segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung kepada-Nya. Di antara doa
Nabi Ibrahim AS adalah agar negeri yang ditempati diri dan keluarganya dalam keadaan aman .
Allah SWT berfirman menceritakan doa Nabi Ibrahim as:
َام
َ صنْ ي أ َ ْن نَ ْعبُدَ األ ْ اجعَ ْل َهذَا ْالبَلَدَ َآمنًا َو
اجنُ ْبنَي َوبَنَ ه ْ بَ َوإَ ْذ قَا َل إَب َْرا َهي ُم َر
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri
yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.
(QS Ibrahim [14]:35).
Selain itu, Nabi Ibrahim juga berdoa agar selain aman, negeri ini juga diberikan rizki yang
cukup, doa yang dimaksud dikemukakan Allah SWT:
Berdoa kepada Allah SWT adalah untuk kepentingan bersama, termasuk mereka yang tidak
beriman sekalipun, karenanya Allah SWT menegaskan kepada Nabi Ibrahim as:
Dalam konteks kehidupan negara kita yang mengalami krisis, maka sudah seharusnya kita
berdoa untuk kebaikan negeri kita agar menjadi negeri yang aman sentosa dan para pemimpin
kita diberi petunjuk dan mau menerima petunjuk jalan hidup yang benar agar bisa melaksanakan
tugas kepemimpinan dengan benar.
Doa yang amat penting dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim adalah agar diri dan keturunannya
terhindar dari kemusyrikan, yakni menuhankan dan mengagungkan selain Allah SWT. Menurut
Sayyid Quthb dalam tafsirnya: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-
nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan dan kejahiliyahan
syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah SWT.” Karena itu, iman atau tauhid
merupakan nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita semua sehingga iman
merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam, dengan iman yang kokoh kita memiliki
kemerdekaan jiwa dalam arti tidak terbelenggu oleh apapun dan siapapun juga kecuali kepada
Allah SWT.
Iman juga membuat kita memiliki kekuatan jiwa sehingga ketiga hidup senang kita tidak lupa
diri dan ketika susah kita tidak putus asa, sesulit apapun keadaannya. Dan dengan iman membuat
kita memiliki ketenangan jiwa karena kita yakin bahwa pasti ada jalan keluar dari problematika
hidup.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Prinsip hidup Kedua adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal
mungkin. Hal ini karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka
lebar. Siti Hajar telah membuktikan kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di
daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah yang dalam ibadah haji dan umrah
dilambangkan dengan sai yang artinya usaha. Karena itu, ketika kita sudah berdoa, jangan
sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa
minta anak shalih tapi tidak mencontohkan keshalihan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta
sehat tapi mengonsumsi sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki tapi tidak mau
berusaha meraih yang halal, begitulah seterusnya. Ini yang kita maksud dengan mengkhianati
doa sendiri.
Siti Hajar telah mencontohkan kepada kita bahwa meskipun ia berbaik sangka kepada Allah
SWT Yang Maha Pemberi Rizki, tapi ia tetap berusaha untuk mencari rizki, namun ketika
mencari rizki, perhatian dan tanggung jawab utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan
hingga Ismail menjadi anak yang shalih dan selalu menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada
Allah SWT dan orang tuanya. Bangunan berupa pilar setengah lingkaran di dekat Ka’bah
merupakan monumen bersejarah yang disebut dengan hijr Ismail (pangkuan Ismail), di situlah
dulu Ismail diasuh oleh ibunya.
Karena itu, berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki secara halal untuk bisa menafkahi diri
dan keluarga termasuk berada di jalan Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda:
Prinsip hidup Ketiga yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS
dan keluarganya adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan dan benda-
benda, hati bisa mengalami kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi
kotor bila padanya ada sifat-sifat yang menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai
dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu, bila dosa kita sukai apalagi sampai kita
lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih kembali, Rasulullah
SAW bersabda:
ُب لَه َ التا ه ئَبُ َمنَ الذَ ْن
َ ب َك َم ْن الَ ذَ ْن
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa
adalah kekotoran yang sangat merusak jiwa. Karena itu, Nabi Ibrahim AS sampai berdoa agar
jangan sampai hatinya kotor, karena hal itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi
pada hari kiamat:
Setelah hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang hatinya tajam amat mudah
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang diperintah dan mana yang
dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim AS dan anaknya Nabi Ismail cepat paham dan nyambung
terhadap perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail meskipun hanya dengan isyarat mimpi.
Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena sudah berkarat dengan
dosa, sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang terang, jelas dan tegas saja bahwa hal itu
diperintah atau dilarang tetap saja tidak paham atau tidak mau dipahami.
Keempat yang merupakan prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim AS dan keluarganya
adalah Tidak Menyombongkan diri atas kebaikan yang dilakukannya. Dalam kehidupan
manusia, banyak orang baik merasa paling baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau
kelompok yang baik. Begitu pula ada orang yang berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa
sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar. Ini merupakan kesombongan atas
kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya. Sikap seperti ini merupakan sesuatu yang tidak baik
sekaligus menunjukkan bahwa dia orang yang tidak memahami sejarah. Karena itu, Nabi Ismail
AS menegaskan kepada ayahnya Nabi Ibrahim AS ketika diceritakan mimpi ayahnya dengan
mengatakan:
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim
berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar”. (QS Ash Shaffat [37]:102).
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail AS menunjukkan ia seorang remaja dengan kepribadian
yang matang. Ia langsung menangkap perintah Allah SWT dari cerita mimpi ayahnya, bahkan ia
siap melaksanakannya dengan segala konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia
mengatakan insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar. Itu artinya ia
memang siap menunjukkan kesabaran, tapi ia tidak mengklaim sebagai anak yang paling sabar
apalagi mengklaim sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu bahwa dahulu banyak
orang yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya. Ini berarti, Ismail bukan hanya
punya pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi juga begitu tawadhu atau
rendah hati dengan mengatakan termasuk orang yang sabar.
Karena itu, ibadah haji yang sedang dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia
mengisyaratkan bahwa kita tidak pantas berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan
yang kita lakukan, ini diisyaratkan dengan pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika
dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang dikuburkan.
Demikian khutbah Idul Adha kita pada hari ini, semoga menjadi poin-poin penting dalam upaya
memperbaiki kualitas hidup kita masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun
masyarakat dan bangsa. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita pagi ini dengan sama-
sama berdoa:
َاح َميْنَ الر ْ اص َريْنَ َوا ْفت َ ْح لَنَا فَ َانهكَ َخي ُْر ْالفَا َت َحيْنَ َوا ْغ َف ْر لَنَا فَ َانهكَ َخي ُْر ْالغَا َف َريْنَ َو
ار َح ْمنَا َف َا هنكَ َخي ُْر ه ُ اَلله ُه هم ا ْن
َ ص ْرنَا فَ َانهكَ َخي ُْر النه
ْ ه ْ
َالر َازقَيْنَ َوا ْه َدنَا َون ََجنَا َمنَ القَ ْو َم الظا َل َميْنَ َوالكَافَ َريْن
ار ُزقنَا فَ َانهكَ َخي ُْر هْ ْ َو.
َآخ َرتَنَا الهتَى فَ ْي َها َمعَادُنَا َواجْ عَ َل ْال َحيَاة ْ َ شنَا َوأ
َ ص َل ْح لَنَا ُ ص َل ْح لَنَا د ُ ْنيَانَ الهتَى فَ ْي َها َمعَا
ْ َ ص َمةُ أ َ ْم َرنَا َوأ
ْ ص َل ْح لَنَا َد ْينَنا َ الهذَى ه َُو َع
ْ َ اَلله ُه هم أ
ٍ َز َيادَة ً لَنَا َفى ُك َل َخي ٍْر َواجْ َع َل ْال َم ْوتَ َرا َحةً لَنَا َم ْن ُك َل
شر
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami.
Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami
yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam
setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
بَ صا َئ َ طا َعتَكَ َما تُبَ َلغُنَابَ َه َجنهتَكَ َو َمنَ ْاليَ َقي َْن َمات ُ َه َونُ بَ َه َعلَ ْينَا َم َ اَلله ُه هم ا ْق َس ْم لَنَا َم ْن َخ ْشيَتَكَ َمات َ ُح ْو ُل بَ ْي َننَا َو َبيْنَ َم ْع
َ ص َيتَكَ َو َم ْن
ص ْيبَتَنَا فَى ْ ْ
َ ث َمنها َواجْ َعلهُ ثَأ َرنَا َعلَى َم ْن َعاداَنَا َوالَ تَجْ َع ْل ُم ْ ْ
َ ارنَا َوقُ هوتَنَا َما أَحْ يَ ْيتَنَا َواجْ َعلهُ ال َو َار َ ص َ اَلله ُه هم َمتَ ْعنَا َبأ َ ْس َما َعنَا َوأ َ ْب.الدُّ ْنيَا
َ ْ َ ْ
س َلط َعل ْينَا َمن ال يَ ْر َح ُمنَا ُ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُّ َ َ
َ َد ْينَن ََاوال تجْ عَ َل الدنيَا أكبَ َر ه ََمنَا َوال َم ْبل َغ َعل َمنَا َوال ت
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan
perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke
surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala
musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran,
penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan
jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau
jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa
atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang
masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar,
Dekat dan Mengabulkan doa.
Ya Allah, jadikanlah mereka (para jamaah haji) haji yang mabrur, sa’i yang diterima, dosa yang
diampuni, perdagangan yang tidak akan mengalami kerugian
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di
akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2015/09/22/74831/khutbah-idul-adha-1436-h-empat-prinsip-
hidup/#ixzz4qebuIdW5
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
I. PENDAHULUAN
Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa ini nampaknya menjadi sebab utama, kenapa banyak
dari kaum muslimin tidak mengerjakan shalat. Tak usah jauh-jauh untuk melaksanakan sholat sunnah,
sholat 5 waktu yang wajib saja mereka tidak kerjakan padahal cukup 10 menit waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan shalat dengan khusyuk. Padahal jika kita membaca hadits-hadits Nabi SAW yang
berkaitan dengan orang meninggalkan shalat, kita akan mendapati informasi bahwa mereka termasuk
orang kafir. Lebih tegas lagi sabda Nabi SAW, bahwa shalatlah pembeda antara seorang mukmin dan
kafir.
Oleh karena itu, dalam tulisan yang singkat ini, kami akan mengemukakan pembahasan hukum
meninggalkan shalat. Semoga dengan sedikit goresan tinta ini dapat memotivasi kaum muslimin sekalian
untuk selalu memperhatikan rukun Islam yang teramat mulia ini.
II. POKOK PEMBAHASAN
III. PEMBAHASAN
Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Abu Kuraib, keduanya berkata: Abu Muawiyah menceritakan
kepada kami, dari Al-A’masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda,
“Jika anak keturunan Adam membaca (ayat) as-Sajadah, lalu dia sujud, maka syetan menyingkir sambil
menangis, lalu berkata, “Aduh celaka, --- dalam riwayat Abu Kuraib disebutkan dengan redaksi yaa wailii
(aduh celaka aku) ---. Anak keturunan Adam telah diperintahkan untuk sujud, lalu bersujud, maka dia
mendapatkan surga. Sedangkan aku telah diperintahkan untuk sujud, tetapi aku enggan (untuk
bersujud), maka aku mendapatkan neraka.” (HR. Muslim No 81)[1]
Zuhair bin Harb menceritakan kepadaku, Waki’ menceritakan kepada kami, Al-A’masy
menceritakan kepada kami. Hanya saja (dalam riwayat tersebut disebutkan kalau) syetan berkata, “Lalu
aku tidak menaati, maka aku mendapatkan neraka.”[2]
Hadits Kedua
Yahya bin Yahya At-Tamimi dan Utsman bin Abu Syaibah menceritakan kepada kami, keduanya
(meriwayatkan) dari Jarir. Yahya berkata: Jarir mengabarkan kepada kami, dari Al-A’masy, dari Abu
Sufyan, dia berkata: Aku telah mendengar Jabir berkata: aku telah mendengar Nabi SAW bersabda,
“Sesungguhnya (yang memisahkan) antara seorang laki-laki dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah
meninggalkan shalat.” (HR. Muslim No 82)[3]
Abu Ghassan Al-Misma’i menceritakan kepada kami, Adh-Dhahhak bin Makhlad menceritakan
kepada kami, dari Ibnu Juraij, dia berkata: Abu Az-Zubair mengabarkan kepadaku bahwa dia telah
mendengar Jabir bin Abdillah berkata: Aku telah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “(Yang
memisahkan) antara seorang laki-laki dengan kemusyrikan dan kekufuran adalah meninggalkan
shalat”[4]
Dari Buraidah RA, dari Nabi SAW beliau bersabda: “Ikatan janji di antara kami (umat Islam)
dengan mereka (orang-orang kafir) adalah shalat. Maka barangsiapa yang meninggalkan shalat berarti
ia kafir.” (HR. Tirmidzi No 2623 dan Ia berkata: “Hadits Hasan Shahih”)[15]
Dari Syaqiq bin Abdullah seorang ulama tabi’in yang telah disepakati memiliki kelebihan
rahimahullah berkata: “Para sahabat Nabi SAW tidak ada yang berpendapat tentang suatu perbuatan
yang apabila ditinggalkan menjadikan kafir, kecuali shalat.” (HR. Tirmidzi No 2624 di kitab Iman dengan
sanad shahih).[16]
IV. KESIMPULAN
1. Menurut pendapat kebanyakan ulama, orang yang membolehkan meninggalkan shalat adalah kafir.
Sedangkan sebagian ulama berpendapat seperti redaksi hadits apa adanya, jadi orang yang tidak shalat
(apa pun alasannya) berarti telah kafir. Mereka juga mengatakan, karena saat itu shalat merupakan
tanda keislaman seseorang, maka barangsiapa tidak shalat berarti dia kafir.
2. Menurut sebagian ulama, orang yang meninggalkan shalat karena lalai atau malas, maka dia tidak
menjadi kafir, tapi harus dijatuhi hukuman mati. Sebagian ulama lain berpendapat, orang itu dijatuhi
hukuman cambuk hingga mau shalat.
3. Sebagian sahabat dan ulama berpendapat bahwa meninggalkan shalat, meskipun karena malas, adalah
kekafiran dan murtad. Sedangkan kebanyakan ulama berpendapat bahwa orang yang meyakini shalat
tidak wajib adalah kafir. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa meninggalkan shalat mengarah
pada kekafiran, karena maksiat adalah pengantar kekafiran. Sebagian ulama lain berpendapat bahwa
hadits ini dan semacamnya merupakan peringatan keras, tidak mengarah pada pengkafiran orang yang
meninggalkan shalat.
V. DAFTAR PUSTAKA
Ad-Darimi, Imam, Sunan Ad-Darimi, Juz I, ttt: Dar Ihya As-Sunnah An-Nabawiyah, tt.
An-Nawawi, Imam, Syarah Shahih Muslim (2), diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi
Soffandi dari “Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi”, Jilid 2, Jakarta: Pustaka Azzam,
Cet. I, 2010.
, Riyadh ash- Shalihin, “Taqriz wa Taqdim Dr. Wahbah Zuhaili”, “Haqqaqahu wa Kharraja
Ahaditsuhu wa ‘Allaqa alaihi Ali Abdul Hamid Abu al-Khair”, Beirut: Dar al-Khair, Cet. IV, 1999.
Ash-Shiddiqi Asy-Sayafi’i Al-Asy’ari Al-Makki, Muhammad bin ‘Allan, Dalil al-Falihin li Thuruqi Riyadh ash-
Shalihin, Juz III, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tt.
[1] Imam An-Nawawi, Syarah Shahih Muslim (2), diterjemahkan oleh Wawan Djunaedi Soffandi dari
“Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi”, Jilid 2, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010), Cet. I, h. 245-246.
[11] Ibid.
[12]. Imam Ad-Darimi, Sunan Ad-Darimi, Juz I, (ttt: Dar Ihya As-Sunnah An-Nabawiyah, tt), h. 280.
[14] Muhammad bin ‘Allan Ash-Shiddiqi Asy-Sayafi’i Al-Asy’ari Al-Makki, Dalil al-Falihin li Thuruqi Riyadh
ash-Shalihin, Juz III, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, tt), h. 517.
[15] Imam An-Nawawi, Riyadh ash- Shalihin, “Taqriz wa Taqdim Dr. Wahbah Zuhaili”, “Haqqaqahu wa
Kharraja Ahaditsuhu wa ‘Allaqa alaihi Ali Abdul Hamid Abu al-Khair”, (Beirut: Dar al-Khair, 1999), Cet. IV,
h. 263.
[16] Ibid.
Reaksi:
Beberapa hari lagi bulan Sya’ban akan meninggalkan kita dan tibalah Ramadhan, bulan penuh berkah.
Sudah waktunya kita lebih mempersiapkan diri kita secara fisik dan mental agar di bulan Ramadhan
nanti kita bisa memperbanyak ibadah dan amal-amal shalih kita. Berikut akan kami ketengahkan
beberapa hadits-hadits shahih dan hasan seputar bulan dan puasa Ramadhan yang kami kutip dari
berbagai sumber kitab hadits.
1) َع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ س َه ْي ٍل ع َْن أَبِي ِه ْ ِوب َوقُت َ ْي َبةُ َوا ْبنُ حُجْ ٍر قَالُوا َح َّدثَنَا إ
ُ س َم ِعي ُل َوه َُو ا ْبنُ َج ْعفَ ٍر ع َْن أَبِي َ َُّح َّدثَنَا يَحْ َيى ْبنُ أَي
ُع ْنه
َ َُّللا
َّ َر ِض َي
ُاطين ِ َشي َْت ِّ
َّ ص ِفد ال َّ
ُ اب الن ِار َو َ ْت َ ِّ ُ َّ ْ
ُ اب ال َجن ِة َوغ ِلق أب َْو َ ْت ِّ ُ َُان َ
ُ سل َم قا َل إِذا جَا َء َر َمض ف ِت َح أب َْو َ َّ َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا َّ
َّ صلى َ َِّللاَّ سو َلُ أ َر َّنَ
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah dan Ibnu Hujr, mereka berkata,
telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil -dia adalah Ibnu Ja’far-, dari Abu Suhail, dari
Ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Jika telah datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu
neraka akan ditutup dan setan-setan akan dibelenggu dengan rantai.”
[Shahiih Muslim no. 1080; Shahiih Al-Bukhaariy no. 1898]
2) اش ع َْن ْاْلَ ْع َم ِش ع َْن أَ ِبي صَا ِلحٍ ع َْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ َقا َل َ ُب َح َّدث َ َنا أَبُو َبك ِْر ْبن
ٍ ع َّي ٍ ب ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْل َع َال ِء ب ِْن ك َُر ْيٍ َح َّدثَ َنا أَبُو ك َُر ْي
َ
اب النَّ ِار فلَ ْم َ ُ اطينُ َو َم َر َدةُ ا ْل ِجنِِّ َو
ُ غ ِِّلقَتْ أب َْو َّ ص ِفِّدَتْ ال
ِ ش َي ُ َشه ِْر َر َمضَان َ َ
َ سلَّ َم إِذا كَانَ أ َّو ُل لَ ْيلَ ٍة ِم ْنَ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
ِ َّ ِ اب َويُنَادِي ُمنَا ٍد َيا َبا ِغ َي ا ْل َخي ِْر أ َ ْق ِب ْل َو َيا َبا ِغ َي الش ِ َِّّر أَ ْق ِص ْر َو
ّلِل ٌ اب ا ْل َجنَّ ِة فَلَ ْم يُ ْغلَقْ ِم ْنهَا َب ُ اب َوفُ ِت ِّ َحتْ أَب َْو ٌ يُ ْفتَحْ ِم ْنهَا َب
َعتَقَا ُء ِم ْن النَّ ِار َوذَلكَ ُك ُّل لَ ْيل ٍة
ُ
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Alaa’ bin Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin ‘Ayyaasy, dari Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika telah datang
malam pertama di bulan Ramadhan maka setan-setan dan jin yang jahat akan dirantai, pintu-
pintu neraka akan ditutup dan tidak akan terbuka darinya satu pintupun, pintu-pintu surga akan
dibuka dan tidak akan tertutup darinya satu pintupun, dan seorang penyeru akan menyerukan,
“Wahai para pencari kebaikan, bersegeralah (menuju kebaikan), wahai para pencari keburukan,
berhentilah (dari keburukan), Allah membebaskan (seorang hamba) dari api neraka pada setiap
malam (di bulan Ramadhan).”
[Jaami’ At-Tirmidziy no. 682; Sunan Ibnu Maajah no. 1339] – Sanadnya terdapat ‘illat dari
Abu Bakr bin ‘Ayyaasy[1], namun ia hasan lighairihi dengan syawahid. Syaikh Al-Albaaniy
menghasankannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 998.
3) وب ع َْن أَبِي قِ َالبَةَ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ َقا َل َ ُّع ْب ُد ا ْل َو ِارثِ ع َْن أَي َ أ َ ْخبَ َر َنا بِش ُْر ْبنُ ِه َال ٍل قَا َل َح َّدثَنَا
اءِ س َمَّ اب الُ علَ ْي ُك ْم ِصيَا َمهُ ت ُ ْفتَ ُح فِي ِه أَب َْو
َ َّللاُ ع ََّز َو َج َّل
َّ ض َ اركٌ فَ َرَ َشه ٌْر ُمبَ ُسلَّ َم أَتَا ُك ْم َر َمضَان
َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا ُ قَا َل َر
َّ سو ُل
َ َ َ َ ْ
شه ٍْر َمن ُح ِر َم خي َْرها فق ْد ُح ِر َم َ ف ْ َ ْ َ ٌ َ َ
ِ ين ِ َّّلِلِ فِي ِه ل ْيلة خي ٌْر ِمن أل
ِ اطِ َشي ُ َ ُ
َّ يم َوتغ ُّل فِي ِه َم َر َدة ال ْ
ِ اب الج َِح َ
ُ ق ِفي ِه أب َْو َ ْ
ُ َوتغل ُ
Telah mengkhabarkan kepada kami Bisyr bin Hilaal, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul
Waarits, dari Ayyuub, dari Abu Qilaabah, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh
keberkahan. Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada kalian berpuasa didalamnya, di
bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan-
setan jahat akan diikat. Demi Allah, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu
bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.”
[Sunan An-Nasaa’iy no. 2106] – Sanadnya mursal jayyid[2]. Akan tetapi ia hasan lighairihi
dengan mutaba’at dari hadits yang telah lewat dan dengan syaahid yang akan datang berikut.
Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 999
4) ع َّبا ُد ْبنُ ا ْل َو ِلي ِد َح َّدثَ َنا ُم َح َّم ُد ْبنُ ِب َال ٍل َح َّدث َ َنا ِع ْم َرانُ ا ْل َق َّطانُ ع َْن َقتَا َد َة ع َْن أَ َن ِس ب ِْن َمالِكٍ قَا َل َ َح َّدث َ َنا أَبُو َبد ٍْر
َ
شه ٍْر َم ْن ُح ِر َمهَا ف َق ْد ُح ِر َم َ ف َ ٌ َ
ِ شه َْر ق ْد حَ ض ََر ُك ْم َوفِي ِه لَ ْيلَة َخي ٌْر ِم ْن أ ْل َ
َّ سلَّ َم إِنَّ َهذا ال
َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َّللا ُ َد َخ َل َر َمضَانُ َفقَا َل َر
ِ َّ سو ُل
ا ْل َخي َْر ُكلَّهُ َو َال يُحْ َر ُم َخي َْر َها ِإ َّال َمحْ ُرو ٌم
Telah menceritakan kepada kami Abu Badr ‘Abbaad bin Al-Waliid, telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Bilaal, telah menceritakan kepada kami ‘Imraan Al-Qaththaan, dari
Qataadah, dari Anas bin Maalik, ia berkata, ketika memasuki bulan Ramadhan maka Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya bulan ini sungguh telah hadir pada
kalian, dan didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa
yang terhalang (mendapat kebaikannya) maka sungguh ia telah terhalang dari kebaikan, dan
tidaklah dihalangi kebaikannya kecuali bagi yang terhalang (dari kebaikan).”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1644] – Sanadnya hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1000, beliau berkata “hasan shahih”.
5) سلَ َمةَ ب ِْن َ ش ْيبَانَ ا ْل ُحدَّانِ ِّي ِ ع َْن أَبِي َ ض ِر ب ِْن ْ َّع ِل ِّي ٍ ا ْل َج ْهض َِم ِّي ِ ع َِن الن
َ ْس ع َْن نَص ِْر ب ِْن ٍ ح ْبنُ قَي
ُ ان َح َّدث َ َنا نُو
ِ س َر ْي ُج ْبنُ النُّ ْع َم ُ َح َّدثَنَا
قَا َل الرحْ َم ِن
َّ ع ْب ِد َ
َّللا
ِ َّ سو ُل َ َ ْ َ َ
ُ سل َم فقا َل لهُ أقبَ َل َر َمضَانُ فقا َل َر َ َ َّ َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللاَّ سو ِل َ
ُ س ِمعَهُ أبُوكَ ِم ْن َر َ َ
َ َقُلتُ لهُ أ َال ت ُ َح ِ ِّدثنِي َحدِيثا ع َْن أ ِبيك
ً ُ َ ْ
س ِل ِمينَ قِيَا َمهُ فَ َم ْن صَا َمهُ ِإي َمانًا ْ سنَ ْنتُ ِل ْل ُم َ َّللاُ ع ََّز َو َج َّل ِص َيا َمهُ َو ِإنِِّي َّ ض َ شه ٌْر ا ْفتَ َر
َ َسلَّ َم ِإنَّ َر َمضَان َ علَ ْي ِه َو َ َُّللا َّ صلَّى َ
ُ َ
ُب َكيَ ْو ِم َول َدتْهُ أ ُّمه ُ ُّ َ
ِ سابًا خ َر َج ِم ْن الذنو َ َِواحْ ت
Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu’maan, telah menceritakan kepada kami Nuuh
bin Qais, dari Nashr bin ‘Aliy Al-Jahdhamiy, dari An-Nadhr bin Syaibaan Al-Huddaaniy, dari
Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, aku (An-Nadhr) berkata kepada Abu Salamah, ceritakanlah
kepadaku hadits dari Ayahmu yang ia dengar dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, Abu
Salamah menjawab, (jika) bulan Ramadhan datang maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah wajibkan kalian untuk berpuasa,
dan aku telah mensunnahkan kaum muslimin untuk shalat malam didalamnya, maka barangsiapa
berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya akan keluar
(darinya) bagaikan hari ketika ia baru dilahirkan ibunya.”
[Musnad Ahmad no. 1691] – Sanadnya dha’if[3], akan tetapi hadits ini hasan lighairihi dengan
syawahidnya. Syaikh Ahmad Syaakir menshahihkannya dalam Ta’liiq Musnad Ahmad 3/142.
6) س ْفيَانُ َقا َل َح ِف ْظ َناهُ َوإِنَّ َما حَف ُ َّللاِ َح َّدثَنَا َ ع ْنهُِِ َح َّدث َ َنا
َ ُع ِل ُّي ْبن
َّ ع ْب ِد َّ سلَ َمةَ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ َر ِض َي
َ َُّللا َ ي ِ ع َْن أ َ ِبي ُّ ََظ ِمن
ِّ الز ْه ِر
ًغ ِف َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن ذَ ْنبِ ِه َو َم ْن قَا َم لَ ْيلَةَ ا ْلقَد ِْر إِي َمانا
ُ سابًا ً ََان ْ
َ ِسل َم قا َل َمن صَا َم َر َمض إِي َمانا َواحْ ت َ َّ َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلىَّ َ ِ ع َْن النَّبِ ِّي
َ
غ ِف َر لَهُ َما تَ َق َّد َم ِم ْن ذ ْن ِب ِه
ُ سابًا
َ َِواحْ ت
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillaah, telah menceritakan kepada kami Sufyaan,
ia berkata, kami telah menghafalnya dan sungguh ia berasal dari Az-Zuhriy, dari Abu Salamah,
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan (kepada Allah) dan mengharap pahala maka
akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa yang menegakkan Lailatul Qadr
dengan keimanan (kepada Allah) dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2014; Shahiih Muslim no. 761]
7) س ِم َع أَبَا َ ُت أَنَّه ِ الزيَّا َّ ٍع َطا ٌء ع َْن أَ ِبي صَا ِلح َ ف ع َْن اب ِْن ُج َريْجٍ قَا َل أ َ ْخبَ َرنِي َ سُ سى أ َ ْخ َب َرنَا ِهشَا ُم ْبنُ يُو َ َح َّدث َ َنا إِب َْرا ِهي ُم ْبنُ ُمو
يَقو ُلُ ُ ْ
عنه َ َُّللا
َّ َر ِض َي َه َُري َْرة
َ ٌ
صيَا ُم ُجنَّة َوإِذا كَانَ يَ ْو ُم َ َ َ
ِّ ِ صيَا َم ف ِإنَّهُ ِلي َوأنَا أجْ ِزي ِب ِه َوال ِّ ِ ع َم ِل اب ِْن آ َد َم لَهُ إِ َّال ال َ َّللاُ ُك ُّل َ
َّ سلَّ َم قا َل َ ع َل ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
وف فَ ِم الصَّا ِئ ِم ُ ُس ُم َح َّم ٍد ِب َي ِد ِه لَ ُخل ُ سا َّبهُ أ َ َح ٌد أ َ ْو قَاتَلَهُ فَ ْل َيقُ ْل ِإ ِنِّي ا ْم ُر ٌؤ صَا ِئ ٌم َوالَّذِي نَ ْف َ ْخ ْب فَ ِإ ْن َ ص َْو ِم أ َ َح ِد ُك ْم فَ َال َي ْرفُ ْث َو َال َيص
َ َ َ َ َ ْ َ َ
ان يَف َر ُح ُه َما إِذا أفط َر ف ِر َح َوإِذا ل ِق َي َربَّهُ ف ِر َح بِص َْو ِم ِه ْ َ
ِ َ س ِك ِللصَّائِ ِم ف ْر َحت ْ
ْ َّللاِ ِم ْن ِريحِ ال ِم َّ ب ِع ْن َد ُ َأَطي
ْ
Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Muusaa, telah mengkhabarkan kepada kami
Hisyaam bin Yuusuf, dari Ibnu Juraij, ia berkata, telah mengkhabarkan kepadaku ‘Athaa’, dari
Abu Shaalih Az-Zayyaat, bahwasanya ia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua amalan anak Adam
adalah untuknya kecuali puasa karena sesungguhnya puasa adalah untukKu dan Akulah yang
akan membalasnya, puasa adalah taman-taman surga, jika suatu hari salah seorang dari kalian
berpuasa maka janganlah ia berbuat buruk dan mengumpat, jika ada seseorang yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka katakanlah, sesungguhnya aku sedang
berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, bau mulut orang yang sedang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik, dan bagi orang yang berpuasa ada dua
kegembiraan yang dengan keduanya ia akan bergembira, yaitu jika ia berbuka puasa maka ia
akan gembira dan jika ia bertemu Rabbnya, ia akan gembira dengan sebab puasanya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1904; Shahiih Muslim no. 1152]
8) ير ع َْن ْاْلَ ْع َم ِش ٌ ب َح َّدثَنَا ج َِر ٍ ش ْيبَةَ َح َّدثَنَا أَبُو ُمعَا ِويَةَ َو َو ِكي ٌع ع َْن ْاْل َ ْع َم ِش ح و َح َّدثَنَا ُز َهي ُْر ْبنُ ح َْر َ َح َّدثَنَا أَبُو بَك ِْر ْبنُ أَبِي
ع ْنهُ قَا َل َ
َّ ش ع َْن أ ِبي صَا ِلحٍ ع َْن أ ِبي ه َُري َْرةَ َر ِض َي
َ َُّللا َ َ
ُ ظ لَهُ َح َّدثَنَا َو ِكي ٌع َح َّدث َ َنا ْاْل ْع َم ُ ش ُّج َواللَّ ْف َ َ ح و َح َّدثَنَا أَبُو
َ س ِعي ٍد ْاْل
َّ ْعمائَة ِضعْفٍ قَا َل
َّللاُ ع ََّز َوجَ َّل إِ َّال ِ سب َ عش ُْر أَ ْمثَا ِلهَا إِلَى َ ُسنَة َ َف ا ْل َح
ُ ع َم ِل اب ِْن آ َد َم يُضَاع َ سلَّ َم ُك ُّل َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
وفُ ُاء َربِِّ ِه َو َل ُخل ٌ َ ٌ
ِ ان ف ْرحَة ِع ْن َد فِ ْط ِر ِه َوف ْرحَة ِع ْن َد ِل َق َ َ َ
ِ َشه َْوتَهُ َو َطعَا َمهُ ِم ْن أجْ ِلي ِللصَّائِ ِم ف ْر َحت َ ع َ َ َ
ُ الص َّْو َم ف ِإنَّهُ ِلي َوأنَا أجْ ِزي بِ ِه يَ َد
س ِك م ْ
ل ا يح
ْ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ر نْ م َّللا دَ ْ
ن ع ب يطْ
ِ ُ َ ِ ِ َ أ ه يف
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami
Abu Mu’aawiyah dan Wakii’, dari Al-A’masy, -dalam jalur periwayatan yang lain- telah
menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Al-
A’masy, -dalam jalur periwayatan yang lain- telah menceritakan kepada kami Abu Sa’iid Al-
Asyaj -dan lafazh miliknya-, telah menceritakan kepada kami Wakii’, telah menceritakan kepada
kami Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan
(pahalanya), sebuah kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali semisalnya hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa karena sesungguhnya puasa
adalah untukKu dan Akulah yang akan membalasnya, karena ia telah meninggalkan syahwat dan
makanannya karena Aku. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan
ketika ia berbuka puasa dan kegembiraan ketika ia berjumpa dengan Rabbnya, bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik.”
[Shahiih Muslim no. 1153; Sunan Ibnu Maajah no. 1638]
Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Daawud, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Lahii’ah, dari Huyay bin ‘Abdillaah, dari Abu ‘Abdurrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullaah bin
‘Amr, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an
keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba di hari kiamat, puasa berkata,
“Wahai Rabb, aku telah mencegahnya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka
izinkan aku memberi syafa’at padanya,” dan Al-Qur’an berkata, “Aku telah mencegahnya dari
tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafa’at padanya.” Rasulullah melanjutkan,
“Maka keduanya diizinkan memberi syafa’at.”
[Musnad Ahmad no. 6589] – Syaikh Al-Albaaniy menghasankannya dalam Shahiih At-
Targhiib no. 984, namun ada pembicaraan dalam sanadnya[4].
10) ُق َم ْو َلى َزائِ َدةَ حَ َّدثَه ُ َّب ع َْن أَ ِبي ص َْخ ٍر أَن
ْ ِع َم َر ْبنَ إ
َ س َح ٍ س ِعي ٍد ْاْل َ ْي ِل ُّي َق َاال أ َ ْخبَ َر َنا ا ْبنُ َو ْه
َ ُارونُ ْبن ُ َح َّدثَنِي أَبُو ال َّطا ِه ِر َو َه
َه َُر ْي َرة أَبِي ع َْن أَبِي ِه ع َْن
ُ
س َوا ْل ُج ْمعَة إِلَى ا ْل ُج ْمعَ ِة َو َر َمضَانُ إِلَى َر َمضَانَ ُم َك ِفِّ َراتٌ َما ُ صلَ َواتُ ا ْل َخ ْمَّ سلَّ َم كَانَ يَقُو ُل ال َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو َلُ أَنَّ َر
َ ََب ْينَ ُهنَّ ِإذَا اجْ تَن
ب ا ْل َك َبا ِئ َر
Telah menceritakan kepadaku Abu Ath-Thaahir dan Haaruun bin Sa’iid Al-Ailiy, keduanya
berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, dari Abu Shakhr, bahwasanya ‘Umar bin
Ishaq maulaa Zaa’idah telah menceritakan kepadanya, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Shalat lima waktu, shalat Jum’at
hingga ke Jum’at berikutnya, dan puasa Ramadhan hingga ke Ramadhan berikutnya, adalah
kaffarat (penebus dosa) apa yang ada diantara keduanya selama ia menghindari dosa-dosa
besar.”
[Shahiih Muslim no. 236]
Telah menceritakan kepada kami Aadam bin Abu Iyaas, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abi Dzi’b, telah menceritakan kepada kami Sa’iid Al-Maqburiy, dari Ayahnya, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak menahan perkataan keji dan perbuatan buruk didalamnya, maka Allah
tidak butuh (orang itu) menahan makan dan minumnya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1903; Sunan Abu Daawud no. 2362]
12) ع َْن،ٍ ع َِن ا ْل َو ِلي ِد ب ِْن َربَاح،ٍير ب ِْن َز ْيد ِ ِ ع َْن َكث،سلَ ْي َمانُ َوه َُو ا ْبنُ ِبال ٍل ُ أ َ ْخ َب َرنِي،ب
ٍ أنا ا ْبنُ َو ْه، َسلَ ْي َمان َّ َح َّدث َ َنا
ُ ُالر ِبي ُع ْبن
ْ
َ َما ُكنت،َِّللا
َّ سو َل ُ َ
ُ َيا َر: ف ِقي َل له،“ آم َ َين َين
ِ ، آم ِ ، آم َين َ َ ْ ْ
ِ ” :َ فقال،َّللا صلى هللا عليه وسلم َرقِ َي ال ِمن َب َر ِ َّ سو َل ُ أ َر،أَبِي ه َُري َْرة
َّنَ َ
َآمين َ َ
ِ : ُ فقُ ْلت،ُع ْب ٍد أ ْو بَعُ َد َد َخ َل َر َمضَانَ فلَ ْم يُ ْغفَ ْر لَه َ َ ف َ
َ َّللاُ أ ْن
َّ غ َم َ
َ أ ْر:ُ ” قا َل ِلي ِجب ِْريل:َصنَ ُع َهذَا؟ ! فَ َقال
َ ْ َ ت.
َآمين ِ : ُت ْ
ل ُ قَ ف ، َ ة َّ نجَ ْ
ل ا ُ ه ْ
ل ْخ د
ِ ُ ي م
ْ َ ل ام ُ
ه
َ َ د
َ حَ أ و
ْ َ أ ه يد
ِْ ِ َ َ ل ا و َكْر
َ د َ أ د
َ ع
َُ ب وْ َ أ ٍ
د ب
ْ ع
َ ف ُ ْ
ن َ أ م غ ر
َ ِ َ :َل اَ ق ث ُ َّم.
َآمين ْ َ
ِ : ُ فقُلت، َعلَ ْيك َ ص ِِّل َ ُ َ
َ ُ ذ ِك ْرتَ ِع ْن َدهُ فلَ ْم ي،َع ْب ٍد أ ْو بَعُد َ ف َ
ُ َر ِغ َم أ ْن:َ“ ث َّم قالَ ُ
Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabii’ bin Sulaimaan, telah mengkhabarkan kepada kami
Ibnu Wahb, telah mengkhabarkan kepada kami Sulaimaan -dia adalah Ibnu Bilaal-, dari Katsiir
bin Zaid, dari Al-Waliid bin Rabaah, dari Abu Hurairah bahwa suatu hari Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam naik mimbar dan beliau bersabda, “Aamiin, aamiin, aamiin.”
Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu mengatakan seperti itu?”
Beliau bersabda, “Jibriil berkata kepadaku, “Semoga Allah menghinakan seorang hamba yang
setelah memasuki Ramadhan, Allah belum mengampuni dirinya.” Maka aku katakan, “Aamiin.”
Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya masih
hidup atau salah satu dari keduanya akan tetapi tidak dapat membuatnya masuk surga.” Maka
aku katakan, “Aamiin.” Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba ketika namamu
disebut di sisinya, ia tidak bershalawat kepadamu.” Maka aku katakan, “Aamiin.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah 3/192; Al-Aadabul Mufrad no. 646] – Sanadnya shahih lighairihi.
Telah lewat pembahasannya di Hadits Berma’af-ma’afan di Bulan Ramadhan.
13) ع ْب ِد َ ث ب ِْن ِ حَارِ ع َِن ا ْل،اض ٍ س ْبنُ ِع َي ُ َ َوأ َ ْخبَ َرنِي أَن،ب أ َ ْخبَ َر ُه ْم
ٍ أَنَّ ا ْبنَ َو ْه،ع ْب ِد ا ْل َحك َِم
َ َّللا ب ِْن َ ُأ َ ْخبَ َرنِي ُم َح َّم ُد ْبن
ِ َّ ع ْب ِد
صيَا ُم ِ ص َيا ُم ِمنَ اْلَ ْك ِل َوالش ُّْر
ِّ ِ إِنَّ َما ال،ب َ ” لَي:َّللا صلى هللا عليه وسلم
ِّ ِ ْس ال ِ َّ سو ُلُ َقا َل َر:َ َقال،َ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرة،ع ِ ِّم ِه
َ ع َْن،الرحْ َم ِن
َّ
ِّ ِّ ُ َ
إِ ِني صَائِ ٌم، إِ ِني صَائِ ٌم:ْ فلتقل، عل ْيْ َ َك َ َ َ َك
َ سابَّ أ َح ٌد أ ْو ج َِه َل ْ َ
َ ف ِإن،ِالرفث َ ْ َّ
َّ “ ِم اللغ ِو َو َن
Telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin ‘Abdillaah bin ‘Abdil Hakam, bahwasanya
Ibnu Wahb mengkhabarkan kepada mereka, dan telah mengkhabarkan kepadaku Anas bin
‘Iyaadh, dari Al-Haarits bin ‘Abdurrahman, dari Pamannya, dari Abu Hurairah, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor,
maka jika ada seseorang yang menghina atau berbuat bodoh kepadamu, katakanlah,
sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1872; Al-Mustadrak 1/430] – Didalam sanadnya ada paman
Al-Haarits[5], dan hadits ini shahih lighairihi dengan syawahidnya. Dishahihkan Syaikh Al-
Albaaniy dalam Shahiih Al-Mawaarid no. 741.
Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Raafi’, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah
bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa
namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang
yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan
kantuk.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1690] – Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata “hasan shahih”
dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380.
15) ع َطاءٍ ع َْن َز ْي ِد ب ِْن َخا ِل ٍد ا ْل ُج َهنِ ِّي ِ قَا َل ُ ع ْب ِد ا ْل َم ِل ِك ب ِْن أَبِي
َ س َل ْي َمانَ ع َْن َ يم ع َْن ِ الر ِح
َّ ع ْب ُد َ َح َّدث َ َنا َهنَّا ٌد َح َّدثَنَا
سلَّ َم َم ْن فَ َّط َر صَا ِئ ًما كَانَ لَهُ ِمثْل
َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل َ ص ِم ْن أَجْ ِر الصَّا ِئ ِم
ُ ش ْيئ ًا ُِقَا َل َر ُ ُغي َْر أَنَّهُ َال َي ْنق
َ أَجْ ِر ِه
Telah menceritakan kepada kami Hannaad, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahiim, dari
‘Abdul Malik bin Abu Sulaimaan, dari ‘Athaa’, dari Zaid bin Khaalid Al-Juhaniy, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan untuk
berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal (orang yang berpuasa)
dengan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.”
[Jaami’ At-Tirmidziy no. 807] – Sanadnya hasan. Dishahihkan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1078.
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami
‘Abdurrazzaaq, telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaimaan, telah menceritakan
kepada kami Tsaabit Al-Bunaaniy bahwa ia mendengar Anas bin Maalik mengatakan, “Dahulu
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berbuka puasa dengan beberapa butir kurma muda
(ruthb atau kurma basah) sebelum melakukan shalat (Maghrib). Jika beliau tidak menemukan
beberapa kurma muda maka beliau berbuka dengan beberapa butir kurma matang (tamr atau
kurma kering). Jika beliau tidak menemukannya, maka beliau berbuka dengan beberapa teguk
air.”
[Sunan Abu Daawud no. 2356] – Sanadnya hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Silsilatu Ash-Shahiihah no. 2840.
17) ُع ْنه َ َُّللا َّ س ْه ٍل َر ِض َي َ َاز ٍم ع َْن ِ سلَ ْي َمانُ ْبنُ بِ َال ٍل قَا َل َح َّدثَنِي أَبُو ح ُ َح َّدثَنَا َخا ِل ُد ْبنُ َم ْخلَ ٍد َح َّدثَنَا
َ الر َّيانُ يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ الصَّائِ ُمونَ يَ ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة َال يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد
غي ُْر ُه ْم َّ ُسلَّ َم َقا َل ِإنَّ فِي ا ْل َجنَّ ِة َبا ًبا يُ َقا ُل لَه
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ِ ع َْن النَّ ِب ِّي
َ ْ َ َ ْ ُ ُ َ َ َ َ ْ ُ َ
يُقا ُل أ ْينَ الصَّائِ ُمونَ ف َيقو ُمونَ َال يَ ْد ُخ ُل ِمنهُ أ َح ٌد غي ُْر ُه ْم ف ِإذا د ََخلوا أغلِقَ فل ْم يَ ْد ُخ ْل ِمنهُ أ َح ٌد َ َ
Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami
Sulaimaan bin Bilaal, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Haazim, dari Sahl
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya
didalam surga ada sebuah pintu yang dinamakan Ar-Rayyaan yang pada hari kiamat akan
dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa dan tidak akan dimasuki oleh satu orang pun selain
mereka. Dikatakan, mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri dan tidaklah ada
seorang pun yang memasuki pintu tersebut selain mereka. Jika mereka telah masuk maka pintu
akan ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya lagi.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1896; Shahiih Muslim no. 1154]
18) س ِعي ِد ب ِْن أَ ِبي ِه ْن ٍد أَنَّ ُم َط ِ ِّر ًفا ِم ْن بَنِي َ ب ع َْن ٍ س ْع ٍد ع َْن يَ ِزي َد ب ِْن أ َ ِبي َح ِبي َ ُْث ْبن ُ ي أ َ ْن َبأَنَا ال َّلي
ُّ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ُر ْمحٍ ا ْل ِمص ِْر
ََُح َّدثه َصعَةَ ص ْع
َ ب ِْن َام ِر
ِ ع
سلَّ َم
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو َل ُ س ِم ْعتُ َرَ ُعثْ َمان ُ ف إِنِِّي صَائِ ٌم فَقَا َل ٌ س ِقي ِه قَا َل ُم َط ِ ِّر
ْ َاص الثَّقَ ِف َّي َدعَا لَهُ ِبلَبَ ٍن ي ِ َعثْ َمانَ ْبنَ أَبِي ا ْلع ُ َّأَن
ص َيا ُم ُجنَّةٌ ِم ْن النَّ ِار َك ُجنَّ ِة أ َ َح ِد ُك ْم ِم ْن ا ْل ِقتَا ِل
ِّ ِ يَقُو ُل ال
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh Al-Mishriy, telah memberitakan kepada
kami Al-Laits bin Sa’d, dari Yaziid bin Abu Habiib, dari Sa’iid bin Abu Hind bahwasanya
Mutharrif -dari bani ‘Aamir bin Sha’sha’ah- menceritakan kepadanya bahwa ‘Utsmaan bin Abu
Al-‘Aash Ats-Tsaqafiy memanggilnya untuk meminum susu yang ia tuang. Mutharrif berkata,
“Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” ‘Utsmaan berkata, “Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa adalah perisai dari api neraka bagaikan perisai
salah seorang dari kalian dalam peperangan.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1639; Musnad Ahmad no. 15844] – Sanadnya shahih. Dishahihkan
Syaikh Muqbil Al-Waadi’iy dalam Shahiihul Musnad no. 929, Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 982.
19) ب ب ِْن أَبِي ِ شعَ ْيُ ع َْن،ٍ َح َّدث َ َنا ا ْل َح َك ُم ْبنُ نَافِع،ين ٍ َح َّدثَنَا يَ ِحيَى ْبنُ َم ِع،ع ْب ِد ا ْل َجبَّ ِار الصُّوفِ ُّي َ س ِن ب ِْن َ أ َ ْخبَ َرنَا أَحْ َم ُد ْبنُ ا ْل َح
َ
جَا َء:َ قال،ع ْم َرو ْبنَ ُم َّرةَ ا ْل ُج َهنِ َّي َ ُس ِم ْعت َ َ
َ :َ قال،سى ب ِْن َط ْلحَة َ ع َْن ِعي،سي ٍْن َ
َ الرحْ َم ِن ب ِْن أ ِبي ُح َّ ع ْب ِد
َ َّللاِ ب ِْن
َّ ع ْب ِد َ ع َْن،َح َْم َزة
يَّ لص و ، َّللا
َُ ُ ُ َّ ِ َ َ ْت ل و س ر َكَّ نَ أ و ، َّللا
َ ُ َّ ِ ِال إ َ ه َ لإ ال ْ
ن َ أ دَه
ُِ ْت ش نْ إ
ِ َْتيَ أ ر َ أ ، َّللا
َ ِ َّ َ ُ َ َ لو س ر ا ي :َ
ل ا َ
ق َ ف ،وسلم عليه هللا صلى ِ ِّ َر ُج ٌل ِإلَى ال َّن ِب
ي
َاء
ِ ش َهد ُّ ص ِّدِي ِقينَ َوال َ َ َ ُ
ِّ ِ ” ِمنَ ال:َ ف ِم َّم ْن أنَا؟ قال،ُ َوق ْمتُه، َص ْمتُ َر َمضَان َ
ُ َو،الزكَاة َ
َّ ُ َوأ َّديْت،س ْ
َ ت ال َخ ْم َ
ِ صل َواَّ “ ال
Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin Al-Hasan bin ‘Abdul Jabbaar Ash-Shuufiy, telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ma’iin, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin
Naafi’, dari Syu’aib bin Abu Hamzah, dari ‘Abdullaah bin ‘Abdurrahman bin Abu Husain, dari
‘Iisaa bin Thalhah, ia berkata, aku mendengar ‘Amr bin Murrah Al-Juhaniy berkata, datang
seorang lelaki kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah,
bagaimana menurutmu jika aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah,
dan engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu (dalam sehari), aku membayar zakat, aku
puasa Ramadhan dan aku berdiri untuk shalat malam didalamnya, termasuk golongan apakah
aku?” Rasulullah bersabda, “Termasuk golongan Ash-Shiddiqiin dan Asy-Syuhadaa’.”
[Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3438; Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 2064] – Sanadnya shahih.
Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 1003.
20) س َم ِعي ُل ْبنُ َج ْع َف ٍر ْ وب َح َّدثَ َنا ِإ َ ُّس َم ِعي َل قَا َل ا ْبنُ أَي ْ ع ِل ُّي ْبنُ حُجْ ٍر ج َِمي ًعا ع َْن ِإ َ ُوب َوقُتَ ْيبَةُ ْبن
َ س ِعي ٍد َو َ َُّح َّدثَنَا يَحْ َيى ْبنُ أَي
َُع ْنهُ أَنَّهُ َح َّدثه
َ َُّللا
َّ ي ِ َر ِض َي ِّ َار ْ
ِ وب ْاْلنصَ َ َ ْ
َ ُّث ال َخ ْز َر ِج ِّي ِ ع َْن أبِي أي ِ َار ْ
ِ ت ب ِْن الح َ ُ ْس ع َْن
ِ ِع َم َر ب ِْن ثاب َ َ أ َ ْخبَ َرنِي
َ ُس ْع ُد ْبن
ٍ س ِعي ِد ب ِْن قي
َصيَ ِام ال َّد ْه ِر
ِ ستًّا ِم ْن ش ََّوا ٍل كَانَ ك ِ ُس َّل َم قَا َل َم ْن صَا َم َر َمضَانَ ث ُ َّم أَتْبَعَه
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللاَّ سو َل ُ أَنَّ َر
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah bin Sa’iid dan ‘Aliy bin Hujr,
semuanya dari Ismaa’iil, Ibnu Ayyuub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin
Ja’far, telah mengkhabarkan kepadaku Sa’d bin Sa’iid bin Qais, dari ‘Umar bin Tsaabit bin Al-
Haarits Al-Khazrajiy, dari Abu Ayyuub Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan
haditsnya, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa
Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwaal, maka ia
bagaikan berpuasa sepanjang masa.”
[Shahiih Muslim no. 1165]
21) ع ْنهُ َقا َل َقا َلَ َُّللا َّ س ْبنَ َمالِكٍ َر ِض َي َ َس ِم ْعتُ أَن
َ ب َقا َل َ ش ْعبَةُ حَ َّدثَنَا
ِ ع ْب ُد ا ْل َع ِز
ُ ُيز ْبن
ٍ ص َه ْي ٍ ََح َّدث َ َنا آ َد ُم ْبنُ أ َ ِبي ِإي
ُ اس حَ َّدثَنَا
ًور بَ َركَة َ َّ
َ َ سل َم ت
َّ س َّح ُروا ف ِإنَّ فِي ال
ِ س ُح َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلىَّ َّ
َ النبِ ُّي
Telah menceritakan kepada kami Aadam bin Abu Iyaas, telah menceritakan kepada kami
Syu’bah, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziiz bin Shuhaib, ia berkata, aku mendengar
Anas bin Maalik radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya didalam sahur terdapat keberkahan.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1923; Shahiih Muslim no. 1098]
22) ي ِ قَا َل َ ير ع َْن أ َ ِبي ِرفَاعَةَ ع َْن أ َ ِبي
ِّ س ِعي ٍد ا ْل ُخد ِْر ٍ ِست َُوائِ ِّي ِ قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ْبنُ أ َ ِبي َكث ْ َح َّدثَنَا ِإ
ْ س َما ِعي ُل ع َْن ِهش ٍَام ال َّد
َّللاَ ع ََّز َوجَ َّل َ ً َ
َّ َّع أ َح ُد ُك ْم ُج ْرعَة ِم ْن َماءٍ ف ِإن َ َ َ َ ٌ ُ َ
َ ور أ ْكلهُ بَ َركَة فال ت َ َدعُوهُ َول ْو أ ْن يَجْ َر ُ س ُحَّ سل َم الَّ َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللا
َّ سو ُلُ قَا َل َر
َ َع َلى ا ْل ُمت
َس ِ ِّح ِرين َ َصلُّون َ َُو َم َالئِ َكتَهُ ي
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, dari Hisyaam Ad-Dastuwaa’iy, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Abu Katsiir, dari Abu Rifaa’ah, dari Abu Sa’iid Al-
Khudriy, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Makan sahur semua
adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun salah seorang dari kalian
hanya sahur dengan seteguk air, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla dan para
malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.”
[Musnad Ahmad no. 10702] – Sanadnya dha’if[6], namun menjadi hasan lighairihi dengan
mutaba’atnya. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib no. 1070.
23) الرحْ َم ِن ع َْن ُجبَي ِْر ب ِْن َّ ع ْب ِد َ َاو َد ب ِْن أ َ ِبي ِه ْن ٍد ع َْن ا ْل َو ِلي ِد ب ِْن ُ ض ْي ِل ع َْن د َ ُس ِعي ٍد َقا َل َح َّدث َ َنا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْلفَ َُّللاِ ْبن ُ أ َ ْخبَ َرنَا
َّ عبَ ْي ُد
قا َل َ ذ ٍ ِّرَ أبِي َ ع َْن نُفَي ٍْر
ث اللَّ ْي ِل ُ ُب ثُل َ شه ِْر فَقَا َم ِبنَا حَ تَّى ذَ َه َّ س ْب ٌع ِم ْن ال َ سلَّ َم فِي َر َمضَانَ فَلَ ْم َيقُ ْم ِبنَا َحتَّى بَ ِق َي َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو ِل ُ ص ْمنَا َم َع َر ُ
َُّللاِ لَ ْو َنفَّ ْلت َ َنا بَ ِقيَّةَ لَ ْي َلتِنَا َه ِذ ِه قَا َل إِنَّهَّ سو َل ْ ُ َ
ُ شط ُر الل ْي ِل فقلتُ َيا َر َّ ْ َ ب َ َ
َ س ِة َحتى ذهَّ َ ام َ ْ َ
ِ س ِة فقا َم بِنا فِي الخ َ َ َ سا ِد َّ ث ُ َّم ل ْم َيق ْم بِنا فِي ال
َ ُ َ
َ
شه ِْر فقَا َم ِب َنا فِي الثَّا ِلثَ ِة َّ ث ِم ْن ال ٌ ص ِ ِّل ِبنَا َولَ ْم يَقُ ْم َحت َّى بَ ِق َي ث َ َال َ َُّللاُ لَهُ قِيَا َم لَ ْيلَ ٍة ث ُ َّم لَ ْم ي
َّ ب َ َ ف َكت َ اْل َم ِام َحتَّى يَ ْنص َِرِ ْ َم ْن قَا َم َم َع
ا ْلفَ َال ُح َيفُوتَنَا أ َ ْن ت َ َخ َّو ْفنَا َحتَّى سا َء ُه
َ َو ِن ُأ َ ْهلَه َو َج َم َع
ورُ س ُح َ
ُّ ح قا َل ال ْ
ُ قلتُ َو َما ال َف َال ْ ُ
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ubaidullaah bin Sa’iid, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Al-Fudhail, dari Daawud bin Abi Hind, dari Al-Waliid bin
‘Abdirrahman, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar, ia berkata, kami berpuasa bersama
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadhan dan beliau tidak bangun (shalat
malam) bersama kami hingga tersisa tujuh hari dari bulan tersebut, kemudian beliau shalat
bersama kami hingga berlalulah sepertiga malam, lalu beliau kembali tidak shalat bersama kami
pada (sisa) hari keenam. Beliau shalat bersama kami pada hari kelima hingga berlalu setengah
malam, aku berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kau jadikan nafilah pada sisa malam ini
bersama kami?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya barangsiapa yang shalat bersama imam hingga
selesai maka akan dicatat oleh Allah pahala shalat semalam penuh.” Kemudian beliau tidak
shalat bersama kami hingga tersisa tiga hari dari bulan tersebut, dan beliau shalat bersama kami
pada malam ketiga, beliau mengumpulkan keluarganya dan istri-istrinya hingga kami takut
kehilangan al-falaah. Perawi bertanya, “Apakah al-falaah?” Abu Dzar menjawab, “Yaitu waktu
sahur.”
[Sunan An-Nasaa’iy no. 1605; Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 2060] – Sanadnya shahih.
Syaikh Muqbil Al-Waadi’iy dalam Shahiihul Musnad no. 280 berkata, “Shahih sesuai syarat
Muslim.”
24) َّللاِ قَا َل أَ ْخبَ َرنَا َ ي ِ ح و َح َّدثَنَا بِش ُْر ْبنُ ُم َح َّم ٍد قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا
َّ ع ْب ُد ِّ الز ْه ِر
ُّ س ع َْن ُ َُّللاِ قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا يُونَّ ع ْب ُدَ ع ْبدَانُ قَا َل أ َ ْخ َب َرنَا
َ َح َّدث َ َنا
اس َقا َل ٍ ع َّب َ َّللا ع َْن اب ِْن ِ َّ ع ْب ِد
َ َُّللاِ ْبن َّ ع َب ْي ُد
ُ ي ِ نَحْ َو ُه قَا َل أَ ْخ َب َر ِني ِّ الز ْه ِر
ُّ س َو َم ْع َم ٌر ع َْن ُ ُيُون
ْ ْ
اس َوكَانَ أجْ َو ُد َما َيكُونُ فِي َر َمضَانَ ِحينَ يَلقَاهُ ِجب ِْري ُل َوكَانَ يَلقَاهُ فِي ُك ِ ِّل لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َ َ
ِ سلَّ َم أجْ َو َد ال َّنَ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ كَانَ َر
سلَ ِة ر م لْ ا
َ ْ ُ ِ ِّ ِ يح الر ْ
ن م ْر
ي َ
خ ْ
ل
ِ ِ ِ َ َ َ َ ِا ب د
ُ و ْج َ أ م َّ لس و ه ي
ْ َ لعَ َّللا
ُ َّ ىَّ لصَ َّللا
ِ َّ ل
ُ و س ر
ُ َ َ
ل َ ف َآن ر ْ ُ ق ْ
ل ا ُ ه س َار
د
ُ ِ ُ يَ ف ََان
ض م ر
َ َ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdullaah, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus, dari Az-Zuhriy, -dalam jalur
riwayat yang lain- telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad, ia berkata, telah
mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullaah, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus
dan Ma’mar, dari Az-Zuhriy yang semakna dengannya, ia berkata, telah mengkhabarkan
kepadaku ‘Ubaidullaah bin ‘Abdullaah, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut dan beliau lebih lembut lagi pada bulan
Ramadhan ketika Jibriil menemuinya pada setiap malam bulan Ramadhan untuk mengajarkan
beliau Al-Qur’an, dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sungguh lebih lembut daripada
angin yang berhembus.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 6; Shahiih Muslim no. 2309]
25) س َما ِعي ُل ْبنُ َج ْع َف ٍر َح َّدثَنَا أَبُو س ْ ِس ِعي ٍد َح َّدثَنَا إ َ ُع ْنهَا ُِ َح َّدث َ َنا قُتَ ْيبَةُ ْبن َ َُّللاَّ ع ْن أَبِي ِه ع َْن عَائِشَةَ َر ِض َي
َ َه ْي ٍل
ِ س َّل َم قَا َل تَح ََّر ْوا لَ ْيلَةَ ا ْلقَد ِْر فِي ا ْل ِوتْ ِر ِم ْن ا ْلعَش ِْر ْاْلَ َو
َاخ ِر ِم ْن َر َمضَان َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللا
َّ ىَّ لصَ ِ َّللا
َّ ل
َ وس ر
ُ َ َّنَ أ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid, telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil
bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abu Suhail, dari Ayahnya, dari ‘Aaisyah
radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalian
carilah Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2017; Shahiih Muslim no. 1170]
26) َاص ِم ب ِْن أَبِي ِ ع ْب َدةَ َوع َ عيَ ْي َنةَ ع َْن ُ ُس ْف َيانُ ْبن ُ عيَ ْينَةَ قَا َل ا ْبنُ حَاتِ ٍم َح َّدث َ َنا ُ ع َم َر ِك َال ُه َما ع َْن اب ِْن ُ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ حَاتِ ٍم َوا ْبنُ أَبِي
ُ َُيق
وال ْش ٍ ُح َبي َْبن ِز َّر س ِم َعا َ النَّ ُجو ِد
َ َ
َّللاُ أ َرا َد أ ْن َال َ ْ َ َ َ ْ
َّ ُسعُو ٍد يَقُو ُل َم ْن يَقُ ْم الح َْو َل يُ ِص ْب ل ْيلة القَد ِْر فقَا َل َر ِح َمه َ ْ
ْ ع ْنهُ فقُلتُ إِنَّ أ َخاكَ ا ْبنَ َمَ َ َُّللا َّ ب َر ِض َي ٍ سأ َ ْلتُ أبَ َّي ْبنَ َك ْع
ُ َ
ستَثْنِي أَنَّهَا ْ ي
َ َ
ال ف َ َ ل َح م
َّ ُ ث َين ْر
ِ ش ع
ِ و َ ٍ َْع
ب س ُ ة َ ليْ َ ل َا
ه َّ نَ أ و ر
َ ِ َاخ
ِ وَ ْ
اْل ْر
ش
ِ َ ع ْ
ل ا ي ف
ِ َا
ه َّ نَ أ و
َ ََان ضمَ َر ي ف
ِ َاه َّ ن َ أ م َ ل
ِ ع
َ ْ
د َ ق ُ ه َّ نإ امَ
ِ َ ُ أ اس َّ ن ال ل
َ ك
ِ َّ يَت
َ
عل ْي ِهَ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللا
َّ سو ُل َ ْ َ َّ َ ْ َ ْ ْ
ُ ي ِ ش َْيءٍ تَقو ُل ذ ِلكَ يَا أبَا ال ُمنذ ِِر قا َل بِالعَ َال َم ِة أ ْو بِ ْاْليَ ِة التِي أخبَ َرنا َر َ َ ُ َ ْ ُ َ
ِّ سب ٍْع َو ِعش ِْرينَ فقلتُ بِأ ُ
َ لَ ْيلة َ
ع َلهَا َ شعَاُ سلَّ َم أَنَّهَا ت َ ْطلُ ُع يَ ْو َمئِ ٍذ َال َ َو
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Haatim dan Ibnu Abu ‘Umar, keduanya dari
Ibnu ‘Uyainah, Ibnu Haatim berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin ‘Uyainah,
dari ‘Abdah dan ‘Aashim bin Abu An-Nujuud, keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata,
aku bertanya kepada Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya saudaramu, Ibnu
Mas’uud mengatakan bahwa barangsiapa yang shalat malam selama setahun penuh maka ia akan
memperoleh Lailatul Qadr.” ‘Ubay berkata, “Semoga Allah merahmatinya! Ia menginginkan
agar manusia bertawakkal sedangkan ia benar-benar telah mengetahui bahwasanya Lailatul Qadr
ada pada bulan Ramadhan, pada sepuluh hari terakhirnya di malam kedua puluh tujuh.”
Kemudian ‘Ubay bersumpah bahwasanya ia (Lailatul Qadr) ada pada malam kedua puluh tujuh.
Aku (Zirr) bertanya, “Dengan apakah kau mengatakan itu wahai Abul Mundzir?” ‘Ubay
menjawab, “Dengan tanda-tanda yang telah dikhabarkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam kepada kami bahwa pada hari itu matahari terbit dengan sinarnya yang tidak
menyengat.”
[Shahiih Muslim no. 1171]
28) ور ع َْن أَبِي ٍ ُس ْفيَانُ ع َْن أَبِي يَ ْعف ُ َّللاِ َح َّدثَنَا
َّ ع ْب ِدَ ُع ِل ُّي ْبن َ ع ْنهَا قَالَتْ َح َّدثَنَا َّ وق ع َْن عَائِشَةَ َر ِض َي
َ َُّللا ْ ضحَى ع َْن َم
ٍ س ُر ُّ ال
َ سلَّ َم ِإذَا َد َخ َل ا ْلعَش ُْر
ش َّد ِمئ َْز َرهُ َوأ َ ع َل ْي ِه َو
َ َُّللا
َّ ى َّ
ل ص
َ يُّ ِ بَّ نال ََان
ك َِ ُ ه َ لهْ َ أ َ
ظ َ قيْ َ أ و
َ ُ ه َ ليْ َ ل ا يَ ْح
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillaah, telah menceritakan kepada kami Sufyaan,
dari Abu Ya’fuur, dari Abu Adh-Dhuhaa, dari Masruuq, dari ‘Aaisyah radhiyallahu ‘anha, ia
berkata, “Dahulu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam jika telah memasuki sepuluh hari terakhir
(bulan Ramadhan) maka beliau mengencangkan sarungnya, beliau menghidupkan malam-
malamnya (dengan ibadah) dan beliau membangunkan keluarganya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2024]
29) ث التَّي ِْم ِّي ِ ع َْن أَ ِبي ِ َّللاِ ب ِْن ا ْلهَا ِد ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ِإب َْرا ِهي َم ب ِْن ا ْلح
ِ َار َّ ع ْب ِد َ س َما ِعي ُل َقا َل َح َّدثَ ِني َما ِلكٌ ع َْن َي ِزي َد ب ِْن ْ َح َّدثَنَا ِإ
ُع ْنه َ َُّللا
َّ َر ِض َي ِّ ال ُخد ِْر
ِي ْ س ِعي ٍد َ أبِي َ ع َْن الرحْ َم ِن َّ ع ْب ِدَ ب ِْن َسلَ َمة َ
َف عَا ًما َحتَّى ِإذَا كَانَ لَ ْيلَةَ ِإحْ دَى َ ك َ تعْ ا َ ف ََان
ض م ر
َ َ ْ
ن م
ِ ط
ِ س و
َ ْ َ ْ
اْل ْر ِ َش ع ْ
ل ا ي ف
ِ فُ ْك
ِ َ ت ع ي
َ ََان ك م
َ َ َ َّ ل س و ه
ِ ي
ْ َ لعَ َّللا
ُ َّ ى َّ ل ص
َ َّللا
ِ َّ ل
َ و ُ َ َأ
س ر َّن
ُ َ
اخ َر َوق ْد أ ِريتُ َه ِذ ِه َ
ِ ف العَش َْر ْاْل َو ْ ْ َ
ْ َف َم ِعي فليَ ْعتَ ِك َ
َ صبِي َحتِهَا ِم ْن ا ْعتِكَافِ ِه قا َل َم ْن كَانَ ا ْعتَك َ ج ِم ْن ْ َّ ُ َ َّ
ُ َو ِعش ِْرينَ َو ِه َي الل ْيلة التِي َيخ ُر
سو َها فِي ُك ِِّل ِوتْ ٍر ُ اخ ِر َوا ْلت َ ِم ِ سو َها فِي ا ْلعَش ِْر ْاْلَ َو ُ ص ِبي َحتِهَا َفا ْلت َ ِم َ ين ِم ْن ٍ ط
ِ و
َ ٍاء م
َ ي ف
ِ د
ُ جُ س
ْ َاللَّ ْيلَةَ ث ُ َّم أ ُ ْنسِيتُهَا َو َق ْد َرأ َ ْيتُنِي أ
على َ َّ
َ سل َم َ
َ عل ْي ِه َو َ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللاَّ سو َل ُ اي َر َ ع ْينَ َ ْص َرت َ
ُ َس ِج ُد فب ْ
ْ َف ال َم َ يش ف َوكَ ٍ على ع َِر َ َ س ِج ُد ْ س َما ُء ِت ْلكَ اللَّ ْيلَةَ َوكَانَ ال َم
ْ َّ فَ َم َط َرتْ ال
َصبْحِ إِحْ دَى َو ِعش ِْرين ُ ين ِم ْن ِ اء َوال ِ ِّط ِ َج ْب َهتِ ِه أَث َ ُر ا ْل َم
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Maalik, dari
Yaziid bin ‘Abdillaah bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibraahiim bin Al-Haarits At-Taimiy,
dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan
Ramadhan dan orang-orang mengikutinya, hingga apabila sampai pada malam kedua puluh satu
yaitu malam beliau kembali ke tempat i’tikafnya, beliau bersabda, “Barangsiapa yang telah
beri’tikaf bersamaku maka hendaklah ia melanjutkan i’tikafnya hingga sepuluh hari terakhir, dan
sungguh aku telah melihat malam (Lailatul Qadr) ini namun kemudian aku melihat diriku terlupa
mengenainya, maka carilah ia pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang
ganjil.” Pada malam itu langit menurunkan hujan, pada waktu itu bagian atap masjid masih
terbuat dari dedaunan hingga airnya menetes. Kemudian mataku melihat Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam pada dahinya ada bekas air dan lumpur di waktu subuh pada malam kedua
puluh satu.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2027; Shahiih Muslim no. 1167]
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahyaa, telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdullaah bin Wahb, telah mengkhabarkan kepadaku Yuunus bin Yaziid, dari Ibnu Syihaab, ia
berkata, telah mengkhabarkan kepadaku ‘Urwah bin Az-Zubair bahwa ‘Aaisyah mengkhabarkan
kepadanya, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah keluar di tengah malam
(bulan Ramadhan) kemudian beliau shalat malam di masjid, lalu shalatlah beberapa orang laki-
laki mengikuti beliau. Maka orang-orang saling menceritakan kepada yang lainnya mengenai hal
tersebut sehingga banyak dari mereka yang berkumpul. Pada malam yang kedua, Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam kembali keluar dan shalat bersama mereka dan orang-orang pun
menyebutkan mengenai hal tersebut hingga pada malam yang ketiga jama’ah masjid semakin
bertambah banyak dan Rasulullah keluar dan kembali shalat bersama mereka. Hingga pada
malam keempat, masjid menjadi penuh oleh jama’ah namun Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam tidak keluar kepada mereka, seorang lelaki dari jama’ah tersebut berseru, “Shalat!”
Akan tetapi beliau tidak juga keluar hingga beliau keluar untuk shalat Fajr. Ketika beliau usai
shalat Fajr, beliau menemui mereka, kemudian mengucapkan syahadat, beliau bersabda, “Amma
ba’d, sesungguhnya tidak ada kekhawatiran dalam diriku mengenai kalian semalam, akan tetapi
aku mengkhawatirkan hal itu (shalat malam) akan diwajibkan atas kalian, maka kalian tidak
mampu melaksanakannya.”
[Shahiih Muslim no. 763; Shahiih Al-Bukhaariy no. 2012][7]
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami
Ma’mar, dari Az-Zuhriy, dari Abu Bakr bin ‘Abdurrahman bin Al-Haarits bin Hisyaam, dari
seorang wanita yang berasal dari bani Asad bin Khuzaimah yang dipanggil Ummu Ma’qil, ia
berkata, aku ingin pergi haji akan tetapi aku menginginkan menaiki onta maka aku bertanya
kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Pergilah umrah pada bulan
Ramadhan karena sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan pahalanya bagaikan pergi haji.”
[Musnad Ahmad no. 26742; Sunan An-Nasaa’iy Al-Kubraa no. 4213] – Sanadnya shahih.
Syaikh Al-Albaaniy berkata dalam Al-Irwaa’ 3/374, “Sanadnya shahih sesuai syarat Asy-
Syaikhain.”
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Yuusuf, telah mengkhabarkan kepada kami
Maalik, dari Abu Haazim, dari Sahl bin Sa’d bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka
puasa.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1957; Shahiih Muslim no. 1100]
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Khuzaimah, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abu Shafwaan Ats-Tsaqafiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman
bin Mahdiy, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Abu Haazim, dari Sahl bin Sa’d, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umatku senantiasa berada di atas
sunnahku selama mereka tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.” Sahl
melanjutkan, “Dahulu, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam jika berpuasa maka beliau
memerintahkan seorang laki-laki menyediakan sesuatu (sebagai hidangan untuk berbuka), dan
jika diserukan, “Matahari telah tenggelam,” maka beliau berbuka.”
[Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3510] – Sanadnya shahih. Syaikh Al-Albaaniy menshahihkan
dalam Shahiih At-Targhiib no. 1074.
34) س ْعدَانَ ا ْلقُ ِِّم ِّي ِ ع َْن أَبِي ُمجَا ِه ٍد ع َْن أَبِي ُم ِدلَّةَ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل َ َّللاِ ْبنُ نُ َمي ٍْر ع َْن ٍ َح َّدثَنَا أَبُو ك َُر ْي
َ ب َح َّدث َ َنا
َّ ع ْب ُد
َّ وم َي ْرفَعُهَا
َُّللا ِ ْ سلَّ َم ث َ َالثَةٌ َال ت َُر ُّد َدع َْوت ُ ُه ْم الصَّا ِئ ُم َحتَّى يُ ْف ِط َر َو
ِ ُاْل َما ُم ا ْل َعا ِد ُل َو َدع َْوةُ ا ْل َم ْظل َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
َ
ٍ ص َر َّن ِك َول ْو بَ ْع َد ِح
ين َ
ُ ب َو ِع َّزتِي َْل ْنُّ الرَّ اء َويَقُو ُل ِ س َم َ َ ْ ْ
َ ق الغَ َم ِام َو َيفت َ ُح ل َها أب َْو
َّ اب ال َ
َ ف ْو
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin
Numair, dari Sa’daan Al-Qummiy, dari Abu Mujaahid, dari Abu Mudillah, dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiga orang yang do’a mereka tidak
akan ditolak yaitu do’a orang yang berpuasa hingga ia berbuka, do’a imam (pemimpin) yang
‘adil dan do’a orang yang dizhalimi. Do’a mereka akan dinaikkan Allah ke atas awan dan pintu-
pintu langit akan dibukakan atasnya, Rabb berfirman, “Demi kemuliaanKu, Aku akan
menolongmu walaupun beberapa saat kemudian.”
[Jaami’ At-Tirmidziy no. 3598; Sunan Ibnu Maajah no. 1752; Shahiih Ibnu Khuzaimah no.
1793; Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3428] – Sanadnya hasan[8]. Dishahihkan Al-Haafizh
Siraajuddiin Ibnul Mulqin dalam Al-Badrul Muniir 5/152.
Selain hadits-hadits diatas, masih banyak lagi hadits-hadits shahih atau hasan lainnya yang
karena keterbatasan tempat dan waktu, maka kami tidak bisa mengutipnya. Oleh karena itu kami
mencukupkan diri dengan hadits-hadits diatas dan bahwasanya mereka adalah hadits-hadits yang
umum dikutip oleh kaum muslimin dan dijadikan rujukan. Kami mengucap Alhamdulillah dan
kami memohon ampun kepada Allah Ta’ala jika terdapat kekurangan dan kesalahan. Yang benar
datangnya dari Allah, yang salah murni karena kedha’ifan kami.
Footnotes :
[1] Cacat pada hadits ini datang dari Abu Bakr bin ‘Ayyaasy, dalam Al-‘Ilal Al-Kabiir
disebutkan bahwa Imam At-Tirmidziy bertanya kepada Imam Al-Bukhaariy mengenai hadits ini.
Maka Imam Al-Bukhaariy berkata :
إذا كان رمضان صفدت الشياطين: عن مجاهد قال، عن األعمش، حدثنا ابو األحوص،حدثنا الحسن بن الربيع
بكر أبي حديث من عندي أصح وهذا :قال
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ar-Rabii’, telah menceritakan kepada kami Abul
Ahwash, dari Al-A’masy, dari Mujaahid, ia berkata, “Jika telah datang bulan Ramadhan maka
setan-setan akan diikat.”
(Al-Bukhaariy) berkata, “Dan inilah yang shahih menurutku dari hadits Abu Bakr.” [Al-‘Ilal At-
Tirmidziy hal. 111]
[3] Dha’if karena sebab An-Nadhr bin Syaibaan. Dia adalah An-Nadhr bin Syaibaan Al-
Huddaaniy Al-Bashriy. Ibnu Ma’iin berkata “haditsnya tidak ada apa-apanya”, Ibnu Khiraasy
berkata “tidak dikenal kecuali dengan hadits Abu Salamah, yakni hadits pada bulan Ramadhan”,
Ibnu Hajar berkata “layyinul hadiits”. [Al-Jarh wa At-Ta’diil 8/476, Al-Mughniy fiy Adh-
Dhu’afaa’ no. 6635; Miizaanul I’tidaal 7/29; Taqriibut Tahdziib no. 7186]
[4] Hadits ini lebih tepatnya adalah dha’if. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mubaarak (Musnad
no. 96); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/554); Nu’aim bin Hammaad (Az-Zuhd no. 385); Al-
Marwaziy (Mukhtashar Qiyaamul Lail 1/46); Al-Baghawiy (Ma’aalimut Tanziil no. 84);
Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 1994); Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa’
8/161); Adz-Dzahabiy (Mu’jam Asy-Syuyuukh Al-Kabiir 1/47), semuanya dari jalan Huyay
bin ‘Abdillaah, dari Abu ‘Abdurrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash,
dengan kata lain tafarrudnya Huyay bin ‘Abdillaah dalam hadits ini.
Huyay bin ‘Abdillaah bin Syuraih Al-Ma’aafiriy Al-Hubuliy, Abu ‘Abdillaah Al-Mishriy.
Ahmad berkata “hadits-haditsnya diingkari”, Ibnu Ma’iin berkata “tidak ada yang salah
dengannya”, Al-Bukhaariy berkata “fiihi nazhar” (dan di sisi Al-Bukhaariy, perkataan ini
menunjukkan kedha’ifan seorang perawi), dalam riwayat lain ia berkata “laisa bil qawiy”,
demikian pula An-Nasaa’iy, Ibnu ‘Adiy berkata “aku berharap tidak mengapa dengannya, jika
orang yang tsiqah meriwayatkan darinya”, Adz-Dzahabiy menyetujuinya dan dalam Ad-Diiwaan
ia berkata “hasanul hadiits”, Ibnu Hajar berkata “shaduuq yahimu”, Syu’aib Al-Arna’uuth dan
Basyaar ‘Awwaad berkata “dha’if, memerlukan penguat”, dan inilah pendapat yang rajih
mengenai Huyay, insya Allah. [Tahdziibul Kamaal no. 1585; Miizaanul I’tidaal 2/401; Al-Jarh
wa At-Ta’diil 3/271; Tahdziibut Tahdziib no. 2140; Taqriibut Tahdziib no. 1615; Adh-Dhu’afaa’
Al-‘Uqailiy 1/342; Adh-Dhu’afaa’ Ash-Shaghiir hal. 171; Diiwaan Adh-Dhu’afaa’ no. 1195;
Tahriirut Taqriib 1/337]
[5] Paman Al-Haarits bin ‘Abdurrahman bernama Al-Haarits bin Sa’d bin Abu Dzubaab
Ad-Dausiy Al-Hijaaziy, putra pamannya Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-. Biografinya
ada pada Taariikhul Kabiir 2/269, Al-Jarh wa At-Ta’diil 3/75 dan Ats-Tsiqaat 4/129, dengan
tanpa ta’dil maupun jarh dan disebutkan bahwa yang meriwayatkan darinya adalah Yaziid bin
Hurmuz.
[6] Dha’if karena keterputusan antara Yahyaa bin Abi Katsiir dengan Abu Rifaa’ah. Yahyaa bin
Abi Katsiir Ath-Thaa’iy, Abu Nashr Al-Yamaamiy. Seorang yang tsiqah tsabat namun
melakukan tadliis dan irsaal, dan tidak diketahui ia mempunyai periwayatan dari Abu Rifaa’ah.
Oleh Al-Haafizh Ibnu Hajar, ia dimasukkan dalam mudallis thabaqah kedua. [Taqriibut Tahdziib
no. 7632; Thabaqaat Al-Mudallisiin no. 63]
الصحيح رجال رجاله وبقية جرحه وال وثقه من أجد ولم رفاعة أبو فيه
Didalamnya ada Abu Rifaa’ah dan aku tidak menemukan mereka yang mentsiqahkan dan tidak
juga yang menjarhnya, para perawi sisanya adalah para perawi Ash-Shahiih. [Majma’ Az-
Zawaa’id 3/153]
[7] Hadits ini menunjukkan dalil yang kuat dan tegas bahwasanya shalat tarawih berjama’ah di
masjid adalah sesuatu yang masyru’ dalam sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan
ia bukanlah bid’ah seperti yang kerapkali disangka sebagian orang bahwa shalat tarawih adalah
bid’ah hasanah yang dibuat ‘Umar bin Al-Khaththaab -radhiyallahu ‘anhu-. Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu meninggalkannya karena beliau khawatir hal itu akan
diwajibkan atas umatnya dan umatnya tidak mampu melaksanakannya, dan setelah beliau wafat,
maka menjadi tsabit (tetap) akan kesunnahan shalat tarawih berjama’ah di masjid. Lalu pada
zaman khalifah ‘Umar, ‘Umar -radhiyallahu ‘anhu- melihat orang-orang melaksanakan shalat
tarawih secara sendiri-sendiri dan berpencar-pencar, maka beliau berinisiatif mengumpulkan
mereka di satu tempat yaitu di masjid lalu meminta ‘Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu
mengimami mereka, ‘Umar berkata, “sebaik-baik bid’ah adalah ini,” yakni yang beliau maksud
adalah shalat tarawih berjama’ah. Maka bid’ah yang beliau katakan disini bukanlah bid’ah secara
syari’at melainkan hanya bid’ah secara konteks bahasa/penyebutan bahwa shalat tarawih
berjama’ah di masjid tersebut adalah sesuatu yang baru pada zaman beliau karena pada zaman
Abu Bakr Ash-Shiddiiq -radhiyallahu ‘anhu-, orang-orang melaksanakannya secara sendiri-
sendiri, namun ‘Umar tahu bahwa shalat tarawih berjama’ah itu sendiri pernah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau meninggalkannya.
Oleh karena itu sangat tidak tepat jika perkataan ‘Umar dijadikan dalil untuk membuat-buat
bentuk-bentuk ibadah yang baru dalam agama ini yang sama sekali tidak ada dasarnya dari
hukum-hukum syari’at dengan alasan yang penting ia (bid’ah tersebut) baik, lalu dilegalkanlah
bid’ah hasanah dengan segala bentuk kreasi ibadah yang Allah dan RasulNya sama sekali tidak
pernah mensyari’atkannya. Allaahul Musta’an.
[8] Didalam sanadnya ada Abu Mudillah. Al-Imam Ibnu Hibbaan berkata bahwa dia adalah
maulaa Ummul Mu’minin ‘Aaisyah, namanya ‘Ubaidullaah bin ‘Abdullaah Al-Madaniy,
sedangkan Al-Haafizh Ibnu Hajar berkata namanya adalah ‘Abdullaah, saudara Abul Hubaab
Sa’iid bin Yasaar. ‘Aliy bin Al-Madiiniy berkata “tidak dikenal, namanya majhuul, tidak ada
yang meriwayatkan darinya selain Abu Mujaahid”, dihasankan haditsnya oleh Imam At-
Tirmidziy, tautsiq juga datang dari Imam Ibnu Maajah dan Imam Ibnu Hibbaan. Al-Haafizh Ibnu
Hajar berkata “maqbuul”, Syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth dan Dr. Basyaar ‘Awwaad berkata
“shaduuq hasanul hadiits”, dan Syaikh Al-Albaaniy berkata “tabi’in majhuul”. [Tahdziibul
Kamaal no. 7611; Tahdziibut Tahdziib no. 12033; Taqriibut Tahdziib no. 8349; Tahriirut Taqriib
4/268; Silsilatu Ash-Shahiihah no. 1797]
Beberapa hari lagi bulan Sya’ban akan meninggalkan kita dan tibalah Ramadhan, bulan penuh
berkah. Sudah waktunya kita lebih mempersiapkan diri kita secara fisik dan mental agar di bulan
Ramadhan nanti kita bisa memperbanyak ibadah dan amal-amal shalih kita. Berikut akan kami
ketengahkan beberapa hadits-hadits shahih dan hasan seputar bulan dan puasa Ramadhan yang
kami kutip dari berbagai sumber kitab hadits.
1) َس َه ْي ٍل ع َْن أَبِي ِه ع َْن أَبِي ه َُري َْرة ُ س َم ِعي ُل َوه َُو ا ْبنُ َج ْعفَ ٍر ع َْن أَبِي ْ ِوب َوقُت َ ْي َبةُ َوا ْبنُ حُجْ ٍر قَالُوا َح َّدثَنَا إَ َُّح َّدثَنَا يَحْ َيى ْبنُ أَي
ُع ْنه
َ َُّللا
َّ َر ِض َي
ُاطين َّ ص ِفِّدَتْ ال
ِ َشي ُ اب النَّ ِار َو َ
ُ غ ِلِّقَتْ أب َْو ْ
ُ اب ال َجنَّ ِة َو َ ُ َ َ
ُ س َّل َم قا َل إِذا جَا َء َر َمضَانُ ف ِتِّ َحتْ أب َْو
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللاَّ سو َلُ أنَّ َرَ
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah dan Ibnu Hujr, mereka berkata,
telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil -dia adalah Ibnu Ja’far-, dari Abu Suhail, dari
Ayahnya, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Jika telah datang bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu
neraka akan ditutup dan setan-setan akan dibelenggu dengan rantai.”
[Shahiih Muslim no. 1080; Shahiih Al-Bukhaariy no. 1898]
2) اش ع َْن ْاْلَ ْع َم ِش ع َْن أَ ِبي صَا ِلحٍ ع َْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ َقا َل َ ُب َح َّدث َ َنا أَبُو بَك ِْر ْبن
ٍ َّعي ٍ ب ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْلعَ َال ِء ب ِْن ك َُر ْيٍ َح َّدث َ َنا أَبُو ك َُر ْي
اب النَّ ِار فَلَ ْم ُ غ ِِّلقَتْ أَب َْو
ُ ش َيا ِطينُ َو َم َر َدةُ ا ْل ِج ِنِّ َو
َّ ص ِفِّدَتْ ال َ سلَّ َم إِذَا كَانَ أ َ َّو ُل لَ ْيلَ ٍة ِم ْن
ُ َشه ِْر َر َمضَان َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
عتَقَا ُء ْ َ ْ َ
ُ ِاب َويُ َنادِي ُمنَا ٍد يَا َبا ِغ َي ا ْل َخي ِْر أقبِ ْل َو َيا بَا ِغ َي الش ِ َِّّر أق ِص ْر َو ِ َّّلِل َ
ٌ اب ا ْل َجنَّ ِة فلَ ْم يُ ْغلَقْ ِم ْنهَا َب َ ُ
ُ اب َوف ِتِّ َحتْ أب َْو ٌ َيُ ْفتَحْ ِم ْنهَا ب
ِم ْن النَّ ِار َوذَلكَ ُك ُّل لَ ْيلَ ٍة
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib Muhammad bin Al-‘Alaa’ bin Kuraib, telah
menceritakan kepada kami Abu Bakr bin ‘Ayyaasy, dari Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu
Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika telah datang
malam pertama di bulan Ramadhan maka setan-setan dan jin yang jahat akan dirantai, pintu-
pintu neraka akan ditutup dan tidak akan terbuka darinya satu pintupun, pintu-pintu surga akan
dibuka dan tidak akan tertutup darinya satu pintupun, dan seorang penyeru akan menyerukan,
“Wahai para pencari kebaikan, bersegeralah (menuju kebaikan), wahai para pencari keburukan,
berhentilah (dari keburukan), Allah membebaskan (seorang hamba) dari api neraka pada setiap
malam (di bulan Ramadhan).”
[Jaami’ At-Tirmidziy no. 682; Sunan Ibnu Maajah no. 1339] – Sanadnya terdapat ‘illat dari
Abu Bakr bin ‘Ayyaasy[1], namun ia hasan lighairihi dengan syawahid. Syaikh Al-Albaaniy
menghasankannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 998.
3) ب ع َْن أ َ ِبي قِ َالبَةَ ع َْن أ َ ِبي ه َُري َْرةَ قَا َل َ ث ع َْن أَيُّو ِ ع ْب ُد ا ْل َو ِار َ أ َ ْخبَ َرنَا ِبش ُْر ْبنُ ِه َال ٍل َقا َل َح َّدث َ َنا
اءِ س َمَّ اب ال َ ْ َ
ُ عل ْي ُك ْم ِصيَا َمهُ تُفت َ ُح فِي ِه أب َْو َ َّللاُ ع ََّز َو َج َّل
َّ َاركٌ ف َرض َ َ َشه ٌْر ُمب َ ُسلَّ َم أَتَا ُك ْم َر َمضَان َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا ُ قَا َل َر
َّ سو ُل
شه ٍْر َم ْن ُح ِر َم َخي َْر َها فَقَ ْد ُح ِر َم
َ ف ٌ
ِ ين ِ َّّلِلِ فِي ِه لَ ْيلَة َخي ٌْر ِم ْن أَ ْل
ِ اط ِ اب ا ْلج َِح
َّ يم َوتُغَ ُّل فِي ِه َم َر َدةُ ال
ِ َشي ُ ق ِفي ِه أَب َْوُ ََوت ُ ْغل
Telah mengkhabarkan kepada kami Bisyr bin Hilaal, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul
Waarits, dari Ayyuub, dari Abu Qilaabah, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan penuh
keberkahan. Allah ‘Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada kalian berpuasa didalamnya, di
bulan itu pintu-pintu langit akan dibuka dan pintu-pintu neraka akan ditutup, di bulan itu setan-
setan jahat akan diikat. Demi Allah, di bulan itu ada malam yang lebih baik daripada seribu
bulan, barangsiapa terhalang mendapatkan kebaikannya maka sungguh ia telah terhalang.”
[Sunan An-Nasaa’iy no. 2106] – Sanadnya mursal jayyid[2]. Akan tetapi ia hasan lighairihi
dengan mutaba’at dari hadits yang telah lewat dan dengan syaahid yang akan datang berikut.
Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 999
4) ع َّبا ُد ْبنُ ا ْل َو ِلي ِد َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ِب َال ٍل َح َّدث َ َنا ِع ْم َرانُ ا ْل َق َّطانُ ع َْن َقتَا َد َة ع َْن أَ َن ِس ب ِْن َمالِكٍ قَا َل َ َح َّدث َ َنا أَبُو َبد ٍْر
شه ٍْر َم ْن ُح ِر َمهَا فَ َق ْد ُح ِر َمَ ف ِ شه َْر قَ ْد َحض ََر ُك ْم َوفِي ِه لَ ْيلَةٌ َخي ٌْر ِم ْن أ َ ْل
َّ سلَّ َم إِنَّ َهذَا ال
َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َّللا ُ َد َخ َل َر َمضَانُ َفقَا َل َر
ِ َّ سو ُل
ا ْل َخي َْر ُكلَّهُ َو َال يُحْ َر ُم َخي َْر َها إِ َّال َمحْ ُرو ٌم
Telah menceritakan kepada kami Abu Badr ‘Abbaad bin Al-Waliid, telah menceritakan kepada
kami Muhammad bin Bilaal, telah menceritakan kepada kami ‘Imraan Al-Qaththaan, dari
Qataadah, dari Anas bin Maalik, ia berkata, ketika memasuki bulan Ramadhan maka Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya bulan ini sungguh telah hadir pada
kalian, dan didalamnya terdapat satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan, barangsiapa
yang terhalang (mendapat kebaikannya) maka sungguh ia telah terhalang dari kebaikan, dan
tidaklah dihalangi kebaikannya kecuali bagi yang terhalang (dari kebaikan).”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1644] – Sanadnya hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1000, beliau berkata “hasan shahih”.
5) سلَ َم َة ب ِْن َ ش ْي َبانَ ا ْل ُحدَّا ِن ِّي ِ ع َْن أ َ ِبي َ ض ِر ب ِْن ْ َّع ِل ِّي ٍ ا ْل َج ْهض َِم ِّي ِ ع َِن الن
َ ْس ع َْن نَص ِْر ب ِْن ٍ ح ْبنُ قَي ُ ان َح َّدث َ َنا نُو ِ س َر ْي ُج ْبنُ النُّ ْع َم ُ َح َّدثَنَا
قا َلَ الرحْ َم ِن
َّ ع ْب ِد َ
َّللا ل
ِ َّ ُ ُ َ و س ر ل
َ اَ قفَ َُانض م ر
َ َ َل
َ بق ْ َ أ ُ ه َ ل ل
َ ا َ
ق َ ف م َّ لس و
َ َ َ ِ ْ ُ َّ ه يَ لعَ َّللا ىَّ لص َّللا
َ ِ َّ ِ ُ َ ِل وس ر ن ْ م َوك ب َ أ
ُ َ َِ ُ ه ع م س َيك ب
ِ َ أ ْ
َنع اً ثِيدحَ ِ َ ي نُ ثدِّ ِ ح ُ ت َ
ال َ أ ُ ه َ ل ُت ْ
ل ُق
َ
س ِل ِمينَ قِيَا َمهُ ف َم ْن صَا َمهُ إِي َمانًا ْ
ْ سنَ ْنتُ ِلل ُم َ َّللاُ ع ََّز َو َج َّل ِص َيا َمهُ َوإِنِِّي َّ ض ْ
َ شه ٌْر افت َ َر َ َسل َم إِنَّ َر َمضَان َّ َ عل ْي ِه َو َ َ َُّللاَّ صلى َّ َ
ُب َكيَ ْو ِم َولَ َدتْهُ أ ُ ُّمه ِ و ُ نُّ ذال ْ
ن م ِ ج
َ رَ َ
خ ا ب
ً اسَ ت
ِ ْاح وَ
Telah menceritakan kepada kami Suraij bin An-Nu’maan, telah menceritakan kepada kami Nuuh
bin Qais, dari Nashr bin ‘Aliy Al-Jahdhamiy, dari An-Nadhr bin Syaibaan Al-Huddaaniy, dari
Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, aku (An-Nadhr) berkata kepada Abu Salamah, ceritakanlah
kepadaku hadits dari Ayahmu yang ia dengar dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, Abu
Salamah menjawab, (jika) bulan Ramadhan datang maka Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Bulan Ramadhan adalah bulan yang Allah wajibkan kalian untuk berpuasa,
dan aku telah mensunnahkan kaum muslimin untuk shalat malam didalamnya, maka barangsiapa
berpuasa dengan penuh keimanan dan mengharap pahala, niscaya dosa-dosanya akan keluar
(darinya) bagaikan hari ketika ia baru dilahirkan ibunya.”
[Musnad Ahmad no. 1691] – Sanadnya dha’if[3], akan tetapi hadits ini hasan lighairihi dengan
syawahidnya. Syaikh Ahmad Syaakir menshahihkannya dalam Ta’liiq Musnad Ahmad 3/142.
6) ُع ْنه َّ سلَ َمةَ ع َْن أَ ِبي ه َُري َْرةَ َر ِض َي
َ َُّللا َ ي ِ ع َْن أ َ ِبي ُّ َس ْفيَانُ قَا َل َح ِف ْظنَاهُ َو ِإنَّ َما َح ِف َظ ِمن
ِّ الز ْه ِر ُ َّللاِ َح َّدثَنَا َ َح َّدثَنَا
َ ُع ِل ُّي ْبن
َّ ع ْب ِد
ًغ ِف َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن ذَ ْنبِ ِه َو َم ْن قَا َم لَ ْيلَةَ ا ْلقَد ِْر إِي َمانا
ُ سابًا ً
َ ِسل َم قا َل َم ْن صَا َم َر َمضَانَ إِي َمانا َواحْ تَ َّ َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلى َّ َ ِ ع َْن النَّبِ ِّي
غ ِف َر لَهُ َما تَ َق َّد َم ِم ْن ذَ ْن ِب ِه
ُ سابًا
َ َِواحْ ت
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillaah, telah menceritakan kepada kami Sufyaan,
ia berkata, kami telah menghafalnya dan sungguh ia berasal dari Az-Zuhriy, dari Abu Salamah,
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan keimanan (kepada Allah) dan mengharap pahala maka
akan diampuni dosa-dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa yang menegakkan Lailatul Qadr
dengan keimanan (kepada Allah) dan mengharap pahala maka akan diampuni dosa-dosanya yang
terdahulu.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2014; Shahiih Muslim no. 761]
Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Muusaa, telah mengkhabarkan kepada kami
Hisyaam bin Yuusuf, dari Ibnu Juraij, ia berkata, telah mengkhabarkan kepadaku ‘Athaa’, dari
Abu Shaalih Az-Zayyaat, bahwasanya ia mendengar Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu
mengatakan, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua amalan anak Adam
adalah untuknya kecuali puasa karena sesungguhnya puasa adalah untukKu dan Akulah yang
akan membalasnya, puasa adalah taman-taman surga, jika suatu hari salah seorang dari kalian
berpuasa maka janganlah ia berbuat buruk dan mengumpat, jika ada seseorang yang
menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka katakanlah, sesungguhnya aku sedang
berpuasa. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, bau mulut orang yang sedang
berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik, dan bagi orang yang berpuasa ada dua
kegembiraan yang dengan keduanya ia akan bergembira, yaitu jika ia berbuka puasa maka ia
akan gembira dan jika ia bertemu Rabbnya, ia akan gembira dengan sebab puasanya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1904; Shahiih Muslim no. 1152]
8) ير ع َْن ٌ ب َح َّدثَ َنا ج َِر ٍ ش ْيبَ َة َح َّدثَنَا أَبُو ُمعَا ِويَ َة َو َو ِكي ٌع ع َْن ْاْل َ ْع َم ِش ح و َح َّدثَنَا ُز َهي ُْر ْبنُ ح َْر َ َح َّدثَنَا أَبُو بَك ِْر ْبنُ أ َ ِبي
ُْعنه َ َُّللا َ
َّ ح ع َْن أبِي ه َُري َْرة َر ِض َيَ َ
ٍ ش ع َْن أبِي صَا ِل َ ْ َ َ َ َ َ ُ ْ َّ
ُ ش ُّج َواللفظ لهُ َح َّدثنا َو ِكي ٌع َح َّدثنا اْل ْع َم َ ْ
َ س ِعي ٍد اْل َ ْاْل َ ْع َم ِش ح و َح َّدثَنَا أَبُو
قَا َل
َّ ْعمائَة ِضعْفٍ قَا َل
َّللاُ ع ََّز َوجَ َّل إِ َّال ِ سب َ عش ُْر أَ ْمثَا ِلهَا إِلَىَ ُسنَة َ َف ا ْل َح
ُ ع َم ِل اب ِْن آ َد َم يُضَاع َ سلَّ َم ُك ُّل َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
وفُ ُاء َر ِبِّ ِه َو َل ُخل ٌ ٌ ِ َشه َْوتَهُ َو َطعَا َمهُ ِم ْن أَجْ ِلي ِللصَّائِ ِم َف ْر َحت
ِ ان َف ْرحَة ِع ْن َد فِ ْط ِر ِه َوفَ ْرحَة ِع ْن َد ِل َق َ ع ُ الص َّْو َم فَ ِإنَّهُ ِلي َوأ َنَا أَجْ ِزي ِب ِه يَ َد
س ِك ْ ْ
ْ َّللاِ ِمن ِريحِ ال ِم ْ
َّ ب ِعن َد ْ َ
ُ َفِي ِه أطي
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami
Abu Mu’aawiyah dan Wakii’, dari Al-A’masy, -dalam jalur periwayatan yang lain- telah
menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb, telah menceritakan kepada kami Jariir, dari Al-
A’masy, -dalam jalur periwayatan yang lain- telah menceritakan kepada kami Abu Sa’iid Al-
Asyaj -dan lafazh miliknya-, telah menceritakan kepada kami Wakii’, telah menceritakan kepada
kami Al-A’masy, dari Abu Shaalih, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Semua amalan anak Adam akan dilipatgandakan
(pahalanya), sebuah kebaikan akan dilipatgandakan dengan sepuluh kali semisalnya hingga tujuh
ratus kali lipat. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Kecuali puasa karena sesungguhnya puasa
adalah untukKu dan Akulah yang akan membalasnya, karena ia telah meninggalkan syahwat dan
makanannya karena Aku. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, kegembiraan
ketika ia berbuka puasa dan kegembiraan ketika ia berjumpa dengan Rabbnya, bau mulut orang
yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma misik.”
[Shahiih Muslim no. 1153; Sunan Ibnu Maajah no. 1638]
Telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Daawud, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Lahii’ah, dari Huyay bin ‘Abdillaah, dari Abu ‘Abdurrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullaah bin
‘Amr, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa dan Al-Qur’an
keduanya akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba di hari kiamat, puasa berkata,
“Wahai Rabb, aku telah mencegahnya dari makanan dan nafsu syahwat di siang hari, maka
izinkan aku memberi syafa’at padanya,” dan Al-Qur’an berkata, “Aku telah mencegahnya dari
tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafa’at padanya.” Rasulullah melanjutkan,
“Maka keduanya diizinkan memberi syafa’at.”
[Musnad Ahmad no. 6589] – Syaikh Al-Albaaniy menghasankannya dalam Shahiih At-
Targhiib no. 984, namun ada pembicaraan dalam sanadnya[4].
10) ُق َم ْو َلى َزائِ َدةَ حَ َّدثَه ُ َّب ع َْن أ َ ِبي ص َْخ ٍر أَن
ْ ِع َم َر ْبنَ إ
َ س َح ٍ س ِعي ٍد ْاْلَ ْي ِل ُّي َق َاال أ َ ْخبَ َر َنا ا ْبنُ َو ْه
َ ُارونُ ْبن ُ َح َّدثَنِي أَبُو ال َّطا ِه ِر َو َه
َه َُري َْرة أبِيَ ع َْن َ
أبِي ِه ع َْن
س َوا ْل ُج ْمعَةُ إِلَى ا ْل ُج ْمعَ ِة َو َر َمضَانُ إِلَى َر َمضَانَ ُم َك ِفِّ َراتٌ َما ُ صلَ َواتُ ا ْل َخ ْمَّ سلَّ َم كَانَ يَقُو ُل ال َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو َلُ أَنَّ َر
َ َبَ ْينَ ُهنَّ إِذَا اجْ تَن
ب ا ْل َكبَائِ َر
Telah menceritakan kepadaku Abu Ath-Thaahir dan Haaruun bin Sa’iid Al-Ailiy, keduanya
berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahb, dari Abu Shakhr, bahwasanya ‘Umar bin
Ishaq maulaa Zaa’idah telah menceritakan kepadanya, dari Ayahnya, dari Abu Hurairah, bahwa
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Shalat lima waktu, shalat Jum’at
hingga ke Jum’at berikutnya, dan puasa Ramadhan hingga ke Ramadhan berikutnya, adalah
kaffarat (penebus dosa) apa yang ada diantara keduanya selama ia menghindari dosa-dosa
besar.”
[Shahiih Muslim no. 236]
Telah menceritakan kepada kami Aadam bin Abu Iyaas, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Abi Dzi’b, telah menceritakan kepada kami Sa’iid Al-Maqburiy, dari Ayahnya, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak menahan perkataan keji dan perbuatan buruk didalamnya, maka Allah
tidak butuh (orang itu) menahan makan dan minumnya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1903; Sunan Abu Daawud no. 2362]
12) ع َْن،ٍ ع َِن ا ْل َو ِلي ِد ب ِْن َربَاح،ير ب ِْن َز ْي ٍد ِ ِ ع َْن َكث،سلَ ْي َمانُ َوه َُو ا ْبنُ بِال ٍل ُ أ َ ْخ َب َرنِي،ب
ٍ أنا ا ْبنُ َو ْه، َسلَ ْي َمان َّ َح َّدث َ َنا
ُ ُالربِي ُع ْبن
َ َما ُك ْنت،َِّللاَّ سو َل ُ َيا َر:ُ فَ ِقي َل لَه،“ َآمين ِ ، َآمين ِ ، َآمين ِ ” :َ َفقَال،َّللا صلى هللا عليه وسلم َرقِ َي ا ْل ِم ْن َب َر ِ َّ سو َل ُ أَنَّ َر،َأ َ ِبي ه َُري َْرة
َآمين ْ ُ َ ُ َ َ ْ َ َ
ِ : ُ فقلت،ع ْب ٍد أ ْو بَعُ َد َدخ َل َر َمض فل ْم يُغف ْر له ََان َ َ َ ف ْ َ
َ َّللاُ أن َ َ
َّ أ ْرغ َم:ُ ” قا َل ِلي ِجب ِْريل:َصنَ ُع َهذَا؟ ! فَقال
َ َ ْ َ ت.
َآمين ِ َ َ
: ُ فقُ ْلت،َوا ِل َد ْي ِه أ ْو أ َح َد ُه َما لَ ْم يُد ِْخ ْلهُ ا ْل َجنَّة َ َ َ َ
َع ْب ٍد أ ْو بَعُ َد أد َْرك َ ف َ
ُ َر ِغ َم أ ْن:َث ُ َّم قال. َ
َآمين :
ِ ُت لْ ُ ق َ ف ، َكي َ لعَ لص
ْ ِِّ َ ُ ْ ُ ِ ْ ِي م َ لَ ف هدَ ْ
ن ع َت ركُ ذ ،َ
د ع ب وَ أ ٍ
د
َُ ْ ْ ُ َ ِ َبعَ ف ْ
ن َ أ م غر :َ
ل اَ ق م
َّ ُ ث “
Telah menceritakan kepada kami Ar-Rabii’ bin Sulaimaan, telah mengkhabarkan kepada kami
Ibnu Wahb, telah mengkhabarkan kepada kami Sulaimaan -dia adalah Ibnu Bilaal-, dari Katsiir
bin Zaid, dari Al-Waliid bin Rabaah, dari Abu Hurairah bahwa suatu hari Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam naik mimbar dan beliau bersabda, “Aamiin, aamiin, aamiin.”
Ditanyakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apa yang membuatmu mengatakan seperti itu?”
Beliau bersabda, “Jibriil berkata kepadaku, “Semoga Allah menghinakan seorang hamba yang
setelah memasuki Ramadhan, Allah belum mengampuni dirinya.” Maka aku katakan, “Aamiin.”
Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba yang mendapati kedua orangtuanya masih
hidup atau salah satu dari keduanya akan tetapi tidak dapat membuatnya masuk surga.” Maka
aku katakan, “Aamiin.” Kemudian Jibriil berkata, “Terhinalah seorang hamba ketika namamu
disebut di sisinya, ia tidak bershalawat kepadamu.” Maka aku katakan, “Aamiin.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah 3/192; Al-Aadabul Mufrad no. 646] – Sanadnya shahih lighairihi.
Telah lewat pembahasannya di Hadits Berma’af-ma’afan di Bulan Ramadhan.
13) ع ْب ِد َ ث ب ِْن ِ حَارِ ع َِن ا ْل،اض ٍ س ْبنُ ِع َي ُ َ َوأ َ ْخبَ َرنِي أَن،ب أَ ْخبَ َر ُه ْم ٍ أَنَّ ا ْبنَ َو ْه،ع ْب ِد ا ْل َحك َِم
َ َّللا ب ِْن َ ُأ َ ْخبَ َرنِي ُم َح َّم ُد ْبن
ِ َّ ع ْب ِد
ِ صيَا ُم ِمنَ اْل َ ْك ِل َوالش ُّْر
ِإنَّ َما،ب ِّ ِ ْس ال َ ” لَي:َّللاِ صلى هللا عليه وسلم َّ سو ُل ُ َقا َل َر:َ قَال،َ ع َْن أَ ِبي ه َُري َْرة،ع ِ ِّم ِهَ ع َْن،الرحْ َم ِن َّ
ِّ ِّ ُ ْ َ
إِ ِني صَائِ ٌم، إِ ِني صَائِ ٌم:ْ فلتَقل، َعل ْيك َ َ َ َ
َ ف ِإ ْن،ِالرفث
َ سابَّكَ أ َح ٌد أ ْو ج َِه َل َ ْ َّ
َّ صيَا ُم ِمنَ اللغ ِو َو ِّ ِ “ ال
Telah mengkhabarkan kepadaku Muhammad bin ‘Abdillaah bin ‘Abdil Hakam, bahwasanya
Ibnu Wahb mengkhabarkan kepada mereka, dan telah mengkhabarkan kepadaku Anas bin
‘Iyaadh, dari Al-Haarits bin ‘Abdurrahman, dari Pamannya, dari Abu Hurairah, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa bukanlah hanya menahan diri dari
makan dan minum, sesungguhnya puasa adalah menahan diri dari perkataan dan perbuatan kotor,
maka jika ada seseorang yang menghina atau berbuat bodoh kepadamu, katakanlah,
sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1872; Al-Mustadrak 1/430] – Didalam sanadnya ada paman
Al-Haarits[5], dan hadits ini shahih lighairihi dengan syawahidnya. Dishahihkan Syaikh Al-
Albaaniy dalam Shahiih Al-Mawaarid no. 741.
Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin Raafi’, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah
bin Al-Mubaarak, dari Usaamah bin Zaid, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Berapa banyak orang yang berpuasa
namun tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar, dan berapa banyak orang
yang shalat malam namun tidak mendapatkan apa-apa dari shalat malamnya selain menahan
kantuk.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1690] – Sanadnya hasan. Syaikh Al-Albaaniy berkata “hasan shahih”
dalam Shahiih Ibnu Maajah no. 1380.
15) ع َطاءٍ ع َْن َز ْي ِد ب ِْن َخا ِل ٍد ا ْل ُج َهنِ ِّي ِ قَا َل ُ ع ْب ِد ا ْل َم ِل ِك ب ِْن أَ ِبي
َ س َل ْي َمانَ ع َْن َ يم ع َْنِ الر ِح َ َح َّدث َ َنا َهنَّا ٌد َح َّدثَنَا
َّ ع ْب ُد
ْسلَّ َم َم ْن فَ َّط َر صَائِ ًما كَانَ لَهُ ِمثل َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا َّ
َّ صلى َ َِّللا
َّ سو ُل َ
ُ ش ْيئ ًا ُِقا َل َر َ ْ
َ ص ِمن أجْ ِر الصَّائِ ِم ُ أَجْ ِر ِه غي َْر أنه ال يَنق
ُ ْ َ ُ َّ َ َ
Telah menceritakan kepada kami Hannaad, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahiim, dari
‘Abdul Malik bin Abu Sulaimaan, dari ‘Athaa’, dari Zaid bin Khaalid Al-Juhaniy, ia berkata,
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang memberi makan untuk
berbuka bagi orang yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal (orang yang berpuasa)
dengan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun.”
[Jaami’ At-Tirmidziy no. 807] – Sanadnya hasan. Dishahihkan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 1078.
“Barangsiapa mempersiapkan orang yang berperang, atau mempersiapkan orang yang berhaji,
atau menggantikannya mengurus keluarganya, atau memberi makan untuk berbuka bagi orang
yang berpuasa, maka baginya pahala yang semisal dengan mereka dengan tanpa mengurangi
pahala mereka sedikitpun.”
[Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 1930]
16) س ْبنَ َمالِكٍ يَقُو ُل َ س ِم َع أَ َن َ ُسلَ ْي َمانَ َح َّدث َ َنا ثَا ِبتٌ ا ْلبُنَانِ ُّي أَ َّنه
ُ ُاق َح َّدث َ َنا َج ْعفَ ُر ْبن
ِ الر َّز
َّ ع ْب ُدَ َح َّدث َ َنا أَحْ َم ُد ْبنُ َح ْنبَ ٍل َح َّدثَنَا
سا َ َ
َ ت ف ِإ ْن ل ْم تَك ُْن َح َ َ َ َ
ٍ ص ِل َي ف ِإ ْن ل ْم تَك ُْن ُرطبَاتٌ فعَلى ت َ َم َرا َ ِّ َ َ
َ ُت ق ْب َل أ ْن ي َ
ٍ على ُرطبَا َ ْ
َ سل َم يُف ِط ُر َّ َ ع َل ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ كَانَ َر
ٍت ِم ْن َماءٍ س َواَ َح
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami
‘Abdurrazzaaq, telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Sulaimaan, telah menceritakan
kepada kami Tsaabit Al-Bunaaniy bahwa ia mendengar Anas bin Maalik mengatakan, “Dahulu
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam berbuka puasa dengan beberapa butir kurma muda
(ruthb atau kurma basah) sebelum melakukan shalat (Maghrib). Jika beliau tidak menemukan
beberapa kurma muda maka beliau berbuka dengan beberapa butir kurma matang (tamr atau
kurma kering). Jika beliau tidak menemukannya, maka beliau berbuka dengan beberapa teguk
air.”
[Sunan Abu Daawud no. 2356] – Sanadnya hasan. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam
Silsilatu Ash-Shahiihah no. 2840.
17) ُع ْنه َ َُّللا َّ س ْه ٍل َر ِض َي َ َاز ٍم ع َْن ِ سلَ ْي َمانُ ْبنُ ِب َال ٍل قَا َل َح َّدثَنِي أَبُو ح ُ َح َّدثَنَا َخا ِل ُد ْبنُ َم ْخلَ ٍد َح َّدثَنَا
َ الر َّيانُ يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ الصَّائِ ُمونَ يَ ْو َم ا ْل ِق َيا َم ِة َال يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد
ُغي ُْره ْم َّ سلَّ َم َقا َل إِنَّ فِي ال َجن ِة َبابًا يُقا ُل له
ُ َ َ َّ ْ َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ ِ ع َْن النَّبِ ِّي
َ َ ُ َ َ
َ غي ُْر ُه ْم ف ِإذا َد َخلُوا أ ْغ ِل
ق فلَ ْم يَ ْد ُخ ْل ِم ْنهُ أ َح ٌد َ َ َ
َ يُقَا ُل أ ْينَ الصَّائِ ُمونَ ف َيقُو ُمونَ َال يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أ َح ٌد
Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Makhlad, telah menceritakan kepada kami
Sulaimaan bin Bilaal, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Abu Haazim, dari Sahl
radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya
didalam surga ada sebuah pintu yang dinamakan Ar-Rayyaan yang pada hari kiamat akan
dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa dan tidak akan dimasuki oleh satu orang pun selain
mereka. Dikatakan, mana orang-orang yang berpuasa? Maka mereka berdiri dan tidaklah ada
seorang pun yang memasuki pintu tersebut selain mereka. Jika mereka telah masuk maka pintu
akan ditutup sehingga tidak ada seorang pun yang bisa memasukinya lagi.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1896; Shahiih Muslim no. 1154]
18) س ِعي ِد ب ِْن أَبِي ِه ْن ٍد أَنَّ ُم َط ِ ِّرفًا ِم ْن بَنِي َ ب ع َْن ٍ س ْع ٍد ع َْن يَ ِزي َد ب ِْن أَبِي َحبِي
َ ُْث ْبن ُ ي أ َ ْن َبأَنَا اللَّي
ُّ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد ْبنُ ُر ْمحٍ ا ْل ِمص ِْر
َُح َّدثَه َصعَةَ ص ْع
َ ب ِْن َام ِر
ِ ع
َّسل َم َ
َ عل ْي ِه َو َ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللا
َّ سو َل َ ُعث َمان
ُ س ِم ْعتُ َر ْ َ َ ِّ
ُ ف إِ ِني صَائِ ٌم فقا َل َ َ
ٌ س ِقي ِه قا َل ُمط ِ ِّر َ َ َ
ْ َاص الثق ِف َّي َدعَا لهُ بِلبَ ٍن ي َّ ْ َ
ِ َعث َمانَ ْبنَ أبِي الع ْ ُ َّأَن
ٌ
ص َيا ُم ُجنَّة ِم ْن النَّ ِار َك ُجنَّ ِة أ َ َح ِد ُك ْم ِم ْن ا ْل ِقتَا ِل
ِّ ِ يَقُو ُل ال
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh Al-Mishriy, telah memberitakan kepada
kami Al-Laits bin Sa’d, dari Yaziid bin Abu Habiib, dari Sa’iid bin Abu Hind bahwasanya
Mutharrif -dari bani ‘Aamir bin Sha’sha’ah- menceritakan kepadanya bahwa ‘Utsmaan bin Abu
Al-‘Aash Ats-Tsaqafiy memanggilnya untuk meminum susu yang ia tuang. Mutharrif berkata,
“Sesungguhnya aku sedang berpuasa.” ‘Utsmaan berkata, “Aku mendengar Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Puasa adalah perisai dari api neraka bagaikan perisai
salah seorang dari kalian dalam peperangan.”
[Sunan Ibnu Maajah no. 1639; Musnad Ahmad no. 15844] – Sanadnya shahih. Dishahihkan
Syaikh Muqbil Al-Waadi’iy dalam Shahiihul Musnad no. 929, Syaikh Al-Albaaniy dalam
Shahiih At-Targhiib no. 982.
Telah mengkhabarkan kepada kami Ahmad bin Al-Hasan bin ‘Abdul Jabbaar Ash-Shuufiy, telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ma’iin, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam bin
Naafi’, dari Syu’aib bin Abu Hamzah, dari ‘Abdullaah bin ‘Abdurrahman bin Abu Husain, dari
‘Iisaa bin Thalhah, ia berkata, aku mendengar ‘Amr bin Murrah Al-Juhaniy berkata, datang
seorang lelaki kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, lelaki itu berkata, “Wahai Rasulullah,
bagaimana menurutmu jika aku bersaksi bahwa tiada Ilah yang berhak disembah kecuali Allah,
dan engkau adalah Rasulullah, aku shalat lima waktu (dalam sehari), aku membayar zakat, aku
puasa Ramadhan dan aku berdiri untuk shalat malam didalamnya, termasuk golongan apakah
aku?” Rasulullah bersabda, “Termasuk golongan Ash-Shiddiqiin dan Asy-Syuhadaa’.”
[Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3438; Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 2064] – Sanadnya shahih.
Syaikh Al-Albaaniy menshahihkannya dalam Shahiih At-Targhiib no. 1003.
20) س َم ِعي ُل ْبنُ َج ْعفَ ٍر ْ ِب َح َّدث َ َنا إ َ س َم ِعي َل قَا َل ا ْبنُ أَيُّو ْ ِع ِل ُّي ْبنُ حُجْ ٍر ج َِميعًا ع َْن إ َ ُوب َوقُتَ ْيبَةُ ْبن
َ س ِعي ٍد َو َ َُّح َّدثَنَا يَحْ َيى ْبنُ أَي
ُع ْنهُ أَنَّهُ َح َّدثَه
َ َُّللا
َّ ي ِ َر ِض َي ِّ َار ِ وب ْاْل َ ْنص َ ُّث ا ْل َخ ْز َر ِج ِّي ِ ع َْن أ َ ِبي أَيِ َار ِ ت ب ِْن ا ْلحِ ع َم َر ب ِْن ثَا ِب
ُ ْس ع َْن ٍ س ِعي ِد ب ِْن قَي َ أ َ ْخبَ َرنِي
َ ُس ْع ُد ْبن
َصيَ ِام ال َّد ْه ِر
ِ ست ًّا ِم ْن ش ََّوا ٍل كَانَ ك َ ُ
ِ ُسل َم قا َل َم ْن صَا َم َر َمضَانَ ث َّم أتْبَعَه َ َّ َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللا
َّ سو َل ُ أنَّ َرَ
Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Ayyuub, Qutaibah bin Sa’iid dan ‘Aliy bin Hujr,
semuanya dari Ismaa’iil, Ibnu Ayyuub berkata, telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil bin
Ja’far, telah mengkhabarkan kepadaku Sa’d bin Sa’iid bin Qais, dari ‘Umar bin Tsaabit bin Al-
Haarits Al-Khazrajiy, dari Abu Ayyuub Al-Anshariy radhiyallahu ‘anhu bahwa ia menceritakan
haditsnya, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa
Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawwaal, maka ia
bagaikan berpuasa sepanjang masa.”
[Shahiih Muslim no. 1165]
21) ع ْنهُ َقا َل َقا َلَ َُّللا َّ س ْبنَ َمالِكٍ َر ِض َي َ َس ِم ْعتُ أَن
َ ب َقا َل َ ش ْعبَةُ حَ َّدثَنَا
ِ ع ْب ُد ا ْل َع ِز
ُ ُيز ْبن
ٍ ص َه ْي ٍ ََح َّدث َ َنا آ َد ُم ْبنُ أ َ ِبي ِإي
ُ اس حَ َّدثَنَا
ًور بَ َركَة َ َّ
َ َ سل َم ت
َّ س َّح ُروا ف ِإنَّ فِي ال
ِ س ُح َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا
َّ صلىَّ َ النَّبِ ُّي
Telah menceritakan kepada kami Aadam bin Abu Iyaas, telah menceritakan kepada kami
Syu’bah, telah menceritakan kepada kami ‘Abdul ‘Aziiz bin Shuhaib, ia berkata, aku mendengar
Anas bin Maalik radhiyallahu ‘anhu berkata, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Makan sahurlah kalian karena sesungguhnya didalam sahur terdapat keberkahan.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1923; Shahiih Muslim no. 1098]
22) ي ِ قَا َل ِّ س ِعي ٍد ا ْل ُخد ِْر َ ير ع َْن أَ ِبي ِرفَاعَةَ ع َْن أَ ِبي ٍ أ َ ِبي َك ِث ُْبن ست َُوا ِئ ِّي ِ َقا َل َح َّدث َ َنا يَحْ َيى ْ َح َّدثَنَا ِإ
ْ س َما ِعي ُل ع َْن ِهش ٍَام ال َّد
َّللاَ ع ََّز َوجَ َّل َ ً
َّ َّع أ َح ُد ُك ْم ُج ْرعَة ِم ْن َماءٍ ف ِإنَ َ
َ ت َ َدعُوهُ َولَ ْو أ ْن يَجْ َر فَ َال ٌور أَ ْكلُهُ بَ َركَةُ س ُح َّ سلَّ َم ال
َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
َس ِ ِّح ِرين َ
َ ُ تم ْ
ل ا ى َ
ل ع
َ َون ُّ لصَ ُ ي ُ هَ تك َ ئ َ
ال م
ِ َ َ و
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, dari Hisyaam Ad-Dastuwaa’iy, ia berkata, telah
menceritakan kepada kami Yahyaa bin Abu Katsiir, dari Abu Rifaa’ah, dari Abu Sa’iid Al-
Khudriy, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Makan sahur semua
adalah berkah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun salah seorang dari kalian
hanya sahur dengan seteguk air, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla dan para
malaikatNya bershalawat kepada orang-orang yang sahur.”
[Musnad Ahmad no. 10702] – Sanadnya dha’if[6], namun menjadi hasan lighairihi dengan
mutaba’atnya. Dihasankan Syaikh Al-Albaaniy dalam Shahiih At-Targhiib no. 1070.
23) الرحْ َم ِن ع َْن ُج َبي ِْر ب ِْن َّ ع ْب ِد َ َاو َد ب ِْن أ َ ِبي ِه ْن ٍد ع َْن ا ْل َو ِلي ِد ب ِْن ُ ض ْي ِل ع َْن د َ ُس ِعي ٍد َقا َل َح َّدث َ َنا ُم َح َّم ُد ْبنُ ا ْلف َ َُّللاِ ْبن ُ أ َ ْخ َب َرنَا
َّ ع َب ْي ُد
قا َل َ ذ ٍ ِّر َ أبِي َ ع َْن نُفَي ٍْر
ث اللَّ ْي ِل ُ ُب ثُل َ َ
ه َ ذ ى َّ ت َح ا َ ن ب
ِ َ م ا َ ق َ ف ْر ِ ه ش
َّ ال ْ
ن م ع ب
ْ س
ِ ٌ َ َ َِ ي ق ب ى َّ ت ح
َ اَ نب م
ِ ْ َ ْ ُ قي م َ لَ ف ََان
ض م ر ي ف
َ َ ِ َ َ َ ِم َّ ل س و ه ي
ْ َ لعَ َّللا
ُ َّ ىَّ لصَ ِ َّ ِ ُ َ َ َ ص ْم
َّللا لو س ر ع م اَ ن ُ
َ َ َ َ
َُّللاِ ل ْو َنفلتَ َنا بَ ِقيَّة ل ْيلتِنَا َه ِذ ِه قا َل إِنَّه ْ َّ َ َّ سو َل ْ ُ َ
ُ شط ُر الل ْي ِل فقلتُ َيا َر َّ ْ َ ب َ
َ س ِة َحتَّى ذ َه ْ
ِ س ِة فقا َم بِنَا فِي ال َخ
َ ام َ َ َ سا ِد َّ ث ُ َّم لَ ْم َيقُ ْم بِ َنا فِي ال
شه ِْر فَقَا َم ِب َنا فِي الثَّا ِلثَ ِة َّ ث ِم ْن ال ٌ ص ِ ِّل ِبنَا َولَ ْم يَقُ ْم َحت َّى بَ ِق َي ث َ َال َ َُّللاُ لَهُ قِيَا َم لَ ْيلَ ٍة ث ُ َّم لَ ْم ي َّ ب َ َ ف َكت َ اْل َم ِام َحتَّى يَ ْنص َِر ِ ْ َم ْن قَا َم َم َع
الفال ُح َ َ ْ َ
يَفوتَنا ُ َ
أ ْن َ ْ
تَخ َّوفنا َ َحتَّى ُسا َءه
َ َِون َ
ُأ ْهله َ َو َج َم َع
ورُ ح
ُ س
ُّ ال ل
َ اَ ق ح
ُ الَ َ
ف ْ
ل ا امَ و َ ُت ْ
ل ُ ق
Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Ubaidullaah bin Sa’iid, ia berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Al-Fudhail, dari Daawud bin Abi Hind, dari Al-Waliid bin
‘Abdirrahman, dari Jubair bin Nufair, dari Abu Dzar, ia berkata, kami berpuasa bersama
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pada bulan Ramadhan dan beliau tidak bangun (shalat
malam) bersama kami hingga tersisa tujuh hari dari bulan tersebut, kemudian beliau shalat
bersama kami hingga berlalulah sepertiga malam, lalu beliau kembali tidak shalat bersama kami
pada (sisa) hari keenam. Beliau shalat bersama kami pada hari kelima hingga berlalu setengah
malam, aku berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kau jadikan nafilah pada sisa malam ini
bersama kami?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya barangsiapa yang shalat bersama imam hingga
selesai maka akan dicatat oleh Allah pahala shalat semalam penuh.” Kemudian beliau tidak
shalat bersama kami hingga tersisa tiga hari dari bulan tersebut, dan beliau shalat bersama kami
pada malam ketiga, beliau mengumpulkan keluarganya dan istri-istrinya hingga kami takut
kehilangan al-falaah. Perawi bertanya, “Apakah al-falaah?” Abu Dzar menjawab, “Yaitu waktu
sahur.”
[Sunan An-Nasaa’iy no. 1605; Shahiih Ibnu Khuzaimah no. 2060] – Sanadnya shahih.
Syaikh Muqbil Al-Waadi’iy dalam Shahiihul Musnad no. 280 berkata, “Shahih sesuai syarat
Muslim.”
24) َّللا َقا َل َ ي ِ ح و َح َّدثَنَا ِبش ُْر ْبنُ ُم َح َّم ٍد قَا َل أَ ْخبَ َر َنا
ِ َّ ع ْب ُد ِّ الز ْه ِرُّ س ع َْن ُ َُّللا قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا يُون َ ع ْبدَانُ قَا َل أ َ ْخبَ َر َنا
ِ َّ ع ْب ُد َ َح َّدثَنَا
َ
اس قا َل ٍ َّعب َ َّللاِ ع َْن اب ِْن َّ ع ْب ِد
َ َُّللاِ ْبنَّ عبَ ْي ُد ْ َ َ
ُ ي ِ نحْ َوهُ قا َل أخبَ َرنِي َ ِّ الز ْه ِر
ُّ س َو َم ْع َم ٌر ع َْن ُ أ َ ْخبَ َرنَا يُون
ُ
اس َوكَانَ أَجْ َو ُد َما َيكُونُ فِي َر َمضَانَ ِحينَ يَ ْلقَاهُ ِجب ِْري ُل َوكَانَ يَ ْلقَاهُ فِي ُك ِ ِّل لَ ْيلَ ٍة ِم ْن ِ سلَّ َم أَجْ َو َد ال َّن
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ كَانَ َر
َسل ِة ْ
َ الريحِ ال ُم ْر ْ َ ْ َ
ِّ ِ سل َم أجْ َو ُد بِالخي ِْر ِمن َّ َ
َ عل ْي ِه َو َ َُّللا
َّ صلى َّ َ َِّللا َ َ ُ
ُ سه الق ْرآنَ فل َر
َّ سو ُل ْ ُ َ
ُ َر َمضَانَ فيُد َِار
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdaan, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdullaah, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus, dari Az-Zuhriy, -dalam jalur
riwayat yang lain- telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Muhammad, ia berkata, telah
mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullaah, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami Yuunus
dan Ma’mar, dari Az-Zuhriy yang semakna dengannya, ia berkata, telah mengkhabarkan
kepadaku ‘Ubaidullaah bin ‘Abdullaah, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata, “Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut dan beliau lebih lembut lagi pada bulan
Ramadhan ketika Jibriil menemuinya pada setiap malam bulan Ramadhan untuk mengajarkan
beliau Al-Qur’an, dan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sungguh lebih lembut daripada
angin yang berhembus.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 6; Shahiih Muslim no. 2309]
25) س َما ِعي ُل ْبنُ َج ْع َف ٍر َح َّدث َ َنا أَبُو س ْ ِس ِعي ٍد َح َّدث َ َنا إ َ ُع ْنهَا ُِ َح َّدثَ َنا قُتَ ْيبَةُ ْبن َّ َه ْي ٍل ع َْن أَبِي ِه ع َْن عَائِشَةَ َر ِض َي
َ َُّللا
َاخ ِر ِم ْن َر َمضَان ْ س َّل َم قَا َل تَح ََّر ْوا لَ ْيلَةَ ا ْلقَد ِْر ِفي ا ْل ِوتْ ِر ِم ْن ا ْل َع
ِ ش ِر ْاْلَ َو َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو َلُ أَنَّ َر
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid, telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil
bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abu Suhail, dari Ayahnya, dari ‘Aaisyah
radhiyallahu ‘anha, bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Kalian
carilah Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil dari sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2017; Shahiih Muslim no. 1170]
26) َاص ِم ب ِْن ِ ع ْب َدةَ َوع َ عيَ ْينَةَ ع َْن ُ ُس ْف َيانُ ْبن ُ عيَ ْينَةَ قَا َل ا ْبنُ حَاتِ ٍم َح َّدث َ َنا ُ َح َّدث َ َنا ُم َح َّم ُد ْبنُ حَاتِ ٍم َوا ْبنُ أ َ ِبي
ُ ع َم َر ِك َال ُه َما ع َْن اب ِْن
ُيَقُوال ْش ٍ ُحبَي َْبن ِز َّر س ِمعَاَ النَّ ُجو ِد أَبِي
َ َ َ
َّ ُسعُو ٍد يَقُو ُل َم ْن يَقُ ْم ا ْلح َْو َل يُ ِص ْب لَ ْيلَة ا ْلقَد ِْر فَقَا َل َر ِح َمه
َّللاُ أ َرا َد أ ْن َال َ
ْ ع ْنهُ فَقُ ْلتُ إِنَّ أ َخاكَ ا ْبنَ َم َ َُّللا
َّ ب َر ِض َي ٍ سأ َ ْلتُ أُبَ َّي ْبنَ َك ْع
َ
ُستَثْنِي أَنَّهَا لَ ْيلَة ْ َف ال ي َ َ ُ َين
َ سبْعٍ َو ِعش ِْر ث َّم َحل ُ َ َ
َ اخ ِر َوأنهَا ل ْيلةَّ َ َ ْ ْ َّ َ ََان
ِ ع ِل َم أنهَا فِي َر َمض َوأنهَا فِي العَش ِْر اْل َو َّ َ ْ َ ُ َّ
َ اس أ َما إِنه قد َ َّ
ُ يَت َّ ِك َل الن
ع َل ْي ِه َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو ُل َ َ َ َ َ
ُ ي ِ ش َْيءٍ تَقُو ُل ذ ِلكَ يَا أبَا ا ْل ُم ْنذ ِِر قا َل بِا ْلعَ َال َم ِة أ ْو بِ ْاْليَ ِة الَّتِي أ ْخبَ َرنَا َر َ َ
ِّ سب ٍْع َو ِعش ِْرينَ فقُ ْلتُ ِبأ َ
ع َلهَا َ ش َعا ُ سلَّ َم أَنَّهَا تَ ْطلُ ُع َي ْو َم ِئ ٍذ َال
َ َ و
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Haatim dan Ibnu Abu ‘Umar, keduanya dari
Ibnu ‘Uyainah, Ibnu Haatim berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin ‘Uyainah,
dari ‘Abdah dan ‘Aashim bin Abu An-Nujuud, keduanya mendengar Zirr bin Hubaisy berkata,
aku bertanya kepada Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu, “Sesungguhnya saudaramu, Ibnu
Mas’uud mengatakan bahwa barangsiapa yang shalat malam selama setahun penuh maka ia akan
memperoleh Lailatul Qadr.” ‘Ubay berkata, “Semoga Allah merahmatinya! Ia menginginkan
agar manusia bertawakkal sedangkan ia benar-benar telah mengetahui bahwasanya Lailatul Qadr
ada pada bulan Ramadhan, pada sepuluh hari terakhirnya di malam kedua puluh tujuh.”
Kemudian ‘Ubay bersumpah bahwasanya ia (Lailatul Qadr) ada pada malam kedua puluh tujuh.
Aku (Zirr) bertanya, “Dengan apakah kau mengatakan itu wahai Abul Mundzir?” ‘Ubay
menjawab, “Dengan tanda-tanda yang telah dikhabarkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam kepada kami bahwa pada hari itu matahari terbit dengan sinarnya yang tidak
menyengat.”
[Shahiih Muslim no. 1171]
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al-
Mufadhdhal, dari Humaid, ia berkata, Anas berkata, telah menceritakan kepadaku ‘Ubaadah bin
Ash-Shaamit, ia berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam keluar untuk mengkhabarkan
kepada manusia mengenai Lailatul Qadr, akan tetapi ada dua orang laki-laki dari kaum muslimin
sedang berselisih. Maka Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku keluar untuk
mengkhabarkan kepada kalian akan tetapi fulaan dan fulaan saling berselisih sehingga
diangkatlah kembali (Lailatul Qadr tersebut) dan aku berharap hal itu lebih baik bagi kalian,
maka carilah ia pada malam kedua puluh sembilan, dua puluh tujuh atau dua puluh lima.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 6049; Musnad Ahmad no. 22256]
28) ور ع َْن أَبِي ٍ ُس ْفيَانُ ع َْن أَبِي يَ ْعف ُ َّللاِ َح َّدثَنَا َ ُع ِل ُّي ْبن
َّ ع ْب ِد َ ع ْنهَا قَالَتْ َح َّدثَنَا َّ وق ع َْن عَائِشَةَ َر ِض َي
َ َُّللا ْ ضحَى ع َْن َم
ٍ س ُر ُّ ال
َ
َ سلَّ َم إِذا َد َخ َل ا ْلعَش ُْر
ش َّد ِمئ َْز َرهُ َوأ َ ع َل ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َ
َ حْ َيا لَ ْيلَهُ َوأ ْيقَ َظ أ ْهلَهُ َِكَانَ النَّ ِب ُّي
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillaah, telah menceritakan kepada kami Sufyaan,
dari Abu Ya’fuur, dari Abu Adh-Dhuhaa, dari Masruuq, dari ‘Aaisyah radhiyallahu ‘anha, ia
berkata, “Dahulu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam jika telah memasuki sepuluh hari terakhir
(bulan Ramadhan) maka beliau mengencangkan sarungnya, beliau menghidupkan malam-
malamnya (dengan ibadah) dan beliau membangunkan keluarganya.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2024]
29) ث التَّي ِْم ِّي ِ ع َْن أَ ِبي ِ َّللاِ ب ِْن ا ْلهَا ِد ع َْن ُم َح َّم ِد ب ِْن إِب َْرا ِهي َم ب ِْن ا ْلح
ِ َار َ س َما ِعي ُل َقا َل َح َّدثَنِي َما ِلكٌ ع َْن يَ ِزي َد ب ِْن
َّ ع ْب ِد ْ َِح َّدثَنَا إ
ُع ْنهَ َُّللا
َّ َر ِض َي ِي ُ
ِّ الخد ِْرْ س ِعي ٍدَ َ
أبِي ْ
عَن الرحْ َم ِن
َّ ع ْب ِد
َ ب ِْن َسلَ َمةَ
َ
َف عَا ًما َحتَّى إِذَا كَانَ لَ ْيلَة إِحْ دَى َ س ِط ِم ْن َر َمضَانَ فَا ْعتَك َ
َ ف فِي ا ْلعَش ِْر ْاْل ْو ُ سلَّ َم كَانَ يَ ْعت َ ِك َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللا َّ صلَّى َ َِّللا
َّ سو َل ُ أَنَّ َر
ُاخ َر َو َق ْد أ ُ ِريت ِ ف ا ْلعَش َْر ْاْلَ َو ْ َف َم ِعي فَ ْليَ ْعتَ ِك َ صبِي َحتِهَا ِم ْن ا ْعتِكَافِ ِه َقا َل َم ْن كَانَ ا ْعتَك َ ج ِم ْن ُ َو ِعش ِْرينَ َو ِه َي اللَّ ْيلَةُ الَّتِي يَ ْخ ُر
سو َها فِي ُك ِِّل ِوتْ ٍر ُ اخ ِر َوا ْلت َ ِم َ
ِ سو َها فِي ا ْلعَش ِْر ْاْل َو َ
ُ صبِي َحتِهَا فا ْلتَ ِم َ ين ِم ْن ٍ س ُج ُد فِي َماءٍ َو ِط ْ َه ِذ ِه اللَّ ْيلَةَ ث ُ َّم أ ُ ْنسِيتُهَا َوقَ ْد َرأ َ ْيت ُ ِني أ
َ
ع َلى َ سلَّ َم َ علَ ْي ِه َو َّ ص َّلى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو َل ُ اي َر َ ع ْي َن َ ْص َرت ُ س ِج ُد فَ َب َ يش َف َوك
ْ َف ا ْل َم ٍ ع َلى ع َِر َ س ِج ُدْ س َما ُء ِت ْلكَ اللَّ ْيلَةَ َوكَانَ ا ْل َم َّ فَ َم َط َرتْ ال
َصبْحِ إِحْ دَى َو ِعش ِْرين ِّ
ُ اء َوال ِطي ِن ِم ْن ْ َ َ
ِ َج ْب َهتِ ِه أث ُر ال َم
Telah menceritakan kepada kami Ismaa’iil, ia berkata, telah menceritakan kepadaku Maalik, dari
Yaziid bin ‘Abdillaah bin Al-Haad, dari Muhammad bin Ibraahiim bin Al-Haarits At-Taimiy,
dari Abu Salamah bin ‘Abdurrahman, dari Abu Sa’iid Al-Khudriy radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan
Ramadhan dan orang-orang mengikutinya, hingga apabila sampai pada malam kedua puluh satu
yaitu malam beliau kembali ke tempat i’tikafnya, beliau bersabda, “Barangsiapa yang telah
beri’tikaf bersamaku maka hendaklah ia melanjutkan i’tikafnya hingga sepuluh hari terakhir, dan
sungguh aku telah melihat malam (Lailatul Qadr) ini namun kemudian aku melihat diriku terlupa
mengenainya, maka carilah ia pada sepuluh malam terakhir dan carilah pada malam-malam yang
ganjil.” Pada malam itu langit menurunkan hujan, pada waktu itu bagian atap masjid masih
terbuat dari dedaunan hingga airnya menetes. Kemudian mataku melihat Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wasallam pada dahinya ada bekas air dan lumpur di waktu subuh pada malam kedua
puluh satu.
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 2027; Shahiih Muslim no. 1167]
30) ُب َقا َل أ َ ْخبَ َرنِي ع ُْر َوةُ ْبن ٍ شهَا ِ س ْبنُ يَ ِزي َد ع َْن اب ِْن ُ ُب أ َ ْخ َب َر ِني يُون ٍ َّللا ْبنُ َو ْه َ َح َّدثَنِي ح َْر َملَةُ ْبنُ يَحْ يَى أَ ْخبَ َرنَا
ِ َّ ع ْب ُد
ُأَ ْخبَ َرتْه َعَائِشَة َّأَن ُّ
الزبَي ِْر
اس ُ صبَ َح ال َّن َ َ
ْ ص َّلى ِرجَا ٌل ِبص ََالتِ ِه فأ َ
َ س ِج ِد ف ْ ص َّلى فِي ا ْل َم َ
َ ف اللَّ ْي ِل ف ِ سلَّ َم َخ َر َج ِم ْن ج َْو َ علَ ْي ِه َو
َ َُّللا َّ صلَّى َ َِّللا
َّ سو َل ُ أَنَّ َر
اس ُ َّص َب َح الن ْ َ صلَّ ْوا ِبص ََال ِت ِه فَأ َ سلَّ َم ِفي اللَّ ْيلَ ِة الثَّا ِن َي ِة َف َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللاَّ سو ُل ُ َيت َ َح َّدثُونَ ِبذَ ِلكَ فَاجْ ت َ َم َع أ َ ْكث َ ُر ِم ْن ُه ْم فَ َخ َر َج َر
َس ِج ُد ع َْن أَ ْه ِل ِه فَل ْم ْ
ْ عج ََز ال َم ُ
َ الرابِعَة ُ َ َّ َ َ
َّ صل ْوا بِص ََالتِ ِه فل َّما كَانَتْ الل ْيلة َّ َ َ
َ س ِج ِد ِم ْن اللَّ ْيلَ ِة الثَّا ِلث ِة ف َخ َر َج ف
َ ْ يَ ْذك ُُرونَ ذَ ِلكَ فَ َكث ُ َر أ َ ْه ُل ا ْل َم
علَ ْي ِه
َ َُّللاَّ صلَّى َ َِّللاَّ سو ُل ُ ق ِرجَا ٌل ِم ْن ُه ْم يَقُولُونَ الص ََّالةَ فَلَ ْم َي ْخ ُر ْج ِإلَي ِْه ْم َر َ سلَّ َم فَ َط ِف
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا َّ سو ُل ُ يَ ْخ ُرجْ ِإلَي ِْه ْم َر
َعلَ َّي شَأْنُ ُك ْم اللَّ ْيلَة َ ف ْ َ َّ َ َ َ
َ ش َّه َد فقا َل أ َّما بَ ْع ُد ف ِإنهُ ل ْم يَخ َ ُ
َ َ اس ث َّم ت َّ
ِ على الن َ ْ َ ْ َ َ ْ
َ سلَّ َم َحتَّى َخ َر َج ِلص ََال ِة الفجْ ِر فل َّما قضَى الفجْ َر أقبَ َل
َ َ َ َ َو
ع ْنهَا َ علَ ْي ُك ْم ص ََالةُ اللَّ ْي ِل فَتَ ْع ِج ُزوا َ ض َ َولَ ِكنِِّي َخشِيتُ أ َ ْن ت ُ ْف َر
Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahyaa, telah mengkhabarkan kepada kami
‘Abdullaah bin Wahb, telah mengkhabarkan kepadaku Yuunus bin Yaziid, dari Ibnu Syihaab, ia
berkata, telah mengkhabarkan kepadaku ‘Urwah bin Az-Zubair bahwa ‘Aaisyah mengkhabarkan
kepadanya, bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah keluar di tengah malam
(bulan Ramadhan) kemudian beliau shalat malam di masjid, lalu shalatlah beberapa orang laki-
laki mengikuti beliau. Maka orang-orang saling menceritakan kepada yang lainnya mengenai hal
tersebut sehingga banyak dari mereka yang berkumpul. Pada malam yang kedua, Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam kembali keluar dan shalat bersama mereka dan orang-orang pun
menyebutkan mengenai hal tersebut hingga pada malam yang ketiga jama’ah masjid semakin
bertambah banyak dan Rasulullah keluar dan kembali shalat bersama mereka. Hingga pada
malam keempat, masjid menjadi penuh oleh jama’ah namun Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam tidak keluar kepada mereka, seorang lelaki dari jama’ah tersebut berseru, “Shalat!”
Akan tetapi beliau tidak juga keluar hingga beliau keluar untuk shalat Fajr. Ketika beliau usai
shalat Fajr, beliau menemui mereka, kemudian mengucapkan syahadat, beliau bersabda, “Amma
ba’d, sesungguhnya tidak ada kekhawatiran dalam diriku mengenai kalian semalam, akan tetapi
aku mengkhawatirkan hal itu (shalat malam) akan diwajibkan atas kalian, maka kalian tidak
mampu melaksanakannya.”
[Shahiih Muslim no. 763; Shahiih Al-Bukhaariy no. 2012][7]
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrazzaaq, ia berkata, telah mengkhabarkan kepada kami
Ma’mar, dari Az-Zuhriy, dari Abu Bakr bin ‘Abdurrahman bin Al-Haarits bin Hisyaam, dari
seorang wanita yang berasal dari bani Asad bin Khuzaimah yang dipanggil Ummu Ma’qil, ia
berkata, aku ingin pergi haji akan tetapi aku menginginkan menaiki onta maka aku bertanya
kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Pergilah umrah pada bulan
Ramadhan karena sesungguhnya umrah pada bulan Ramadhan pahalanya bagaikan pergi haji.”
[Musnad Ahmad no. 26742; Sunan An-Nasaa’iy Al-Kubraa no. 4213] – Sanadnya shahih.
Syaikh Al-Albaaniy berkata dalam Al-Irwaa’ 3/374, “Sanadnya shahih sesuai syarat Asy-
Syaikhain.”
32) س ْه ِل ب َ َاز ٍم ع َْنِ َما ِلكٌ ع َْن أَ ِبي ح ف أ َ ْخبَ َر َنا َ س
ُ يُو ُْبن َِّللا
َّ ع ْب ُد
َ س ْع ٍدِْ َح َّدث َ َنا
َ ِن
ْاس بِ َخي ٍْر َما عَجَّ لُوا ا ْل ِفط َر َّ َ َ َ َّ
ُ سل َم قا َل ال يَزا ُل الن َ
َ عل ْي ِه َوَ َُّللا َّ
َّ صلى َ َِّللا
َّ سو َل ُ أنَّ َرَ
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin Yuusuf, telah mengkhabarkan kepada kami
Maalik, dari Abu Haazim, dari Sahl bin Sa’d bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda, “Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka
puasa.”
[Shahiih Al-Bukhaariy no. 1957; Shahiih Muslim no. 1100]
Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Khuzaimah, telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin Abu Shafwaan Ats-Tsaqafiy, telah menceritakan kepada kami ‘Abdurrahman
bin Mahdiy, telah menceritakan kepada kami Sufyaan, dari Abu Haazim, dari Sahl bin Sa’d, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Umatku senantiasa berada di atas
sunnahku selama mereka tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka puasa.” Sahl
melanjutkan, “Dahulu, Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam jika berpuasa maka beliau
memerintahkan seorang laki-laki menyediakan sesuatu (sebagai hidangan untuk berbuka), dan
jika diserukan, “Matahari telah tenggelam,” maka beliau berbuka.”
[Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3510] – Sanadnya shahih. Syaikh Al-Albaaniy menshahihkan
dalam Shahiih At-Targhiib no. 1074.
34) س ْعدَانَ ا ْلقُ ِ ِّم ِّي ِ ع َْن أَبِي ُمجَا ِه ٍد ع َْن أَبِي ُم ِدلَّةَ ع َْن أَبِي ه َُري َْرةَ قَا َل َ َّللاِ ْبنُ نُ َمي ٍْر ع َْن ٍ َح َّدثَنَا أَبُو ك َُر ْي
َ ب َح َّدث َ َنا
َّ ع ْب ُد
َّ وم َي ْرفَعُهَا
َُّللا ٌ
ِ ْ سلَّ َم ث َ َالثَة َال ت َُر ُّد َدع َْوت ُ ُه ْم الصَّائِ ُم َحتَّى يُ ْف ِط َر َو
ِ ُاْل َما ُم ا ْلعَا ِد ُل َو َدع َْوةُ ا ْل َم ْظل َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا
َّ سو ُل ُ قَا َل َر
ين َ َّ
ٍ ص َرن ِك َول ْو بَ ْع َد ِح ْ َ َ َّ
ُ ب َو ِعزتِي ْلن ُّ الر ُ
َّ اء َويَقو ُل ِ س َمَّ اب ال َ َ َ ْ َ ْ
َ ق الغ َم ِام َو َيفت ُح لهَا أب َْو َ
َ ف ْو
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami ‘Abdullaah bin
Numair, dari Sa’daan Al-Qummiy, dari Abu Mujaahid, dari Abu Mudillah, dari Abu Hurairah, ia
berkata, Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tiga orang yang do’a mereka tidak
akan ditolak yaitu do’a orang yang berpuasa hingga ia berbuka, do’a imam (pemimpin) yang
‘adil dan do’a orang yang dizhalimi. Do’a mereka akan dinaikkan Allah ke atas awan dan pintu-
pintu langit akan dibukakan atasnya, Rabb berfirman, “Demi kemuliaanKu, Aku akan
menolongmu walaupun beberapa saat kemudian.”
[Jaami’ At-Tirmidziy no. 3598; Sunan Ibnu Maajah no. 1752; Shahiih Ibnu Khuzaimah no.
1793; Shahiih Ibnu Hibbaan no. 3428] – Sanadnya hasan[8]. Dishahihkan Al-Haafizh
Siraajuddiin Ibnul Mulqin dalam Al-Badrul Muniir 5/152.
Selain hadits-hadits diatas, masih banyak lagi hadits-hadits shahih atau hasan lainnya yang
karena keterbatasan tempat dan waktu, maka kami tidak bisa mengutipnya. Oleh karena itu kami
mencukupkan diri dengan hadits-hadits diatas dan bahwasanya mereka adalah hadits-hadits yang
umum dikutip oleh kaum muslimin dan dijadikan rujukan. Kami mengucap Alhamdulillah dan
kami memohon ampun kepada Allah Ta’ala jika terdapat kekurangan dan kesalahan. Yang benar
datangnya dari Allah, yang salah murni karena kedha’ifan kami.
Footnotes :
[1] Cacat pada hadits ini datang dari Abu Bakr bin ‘Ayyaasy, dalam Al-‘Ilal Al-Kabiir
disebutkan bahwa Imam At-Tirmidziy bertanya kepada Imam Al-Bukhaariy mengenai hadits ini.
Maka Imam Al-Bukhaariy berkata :
إذا كان رمضان صفدت الشياطين: عن مجاهد قال، عن األعمش، حدثنا ابو األحوص،حدثنا الحسن بن الربيع
بكر أبي حديث من عندي أصح وهذا :قال
Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Ar-Rabii’, telah menceritakan kepada kami Abul
Ahwash, dari Al-A’masy, dari Mujaahid, ia berkata, “Jika telah datang bulan Ramadhan maka
setan-setan akan diikat.”
(Al-Bukhaariy) berkata, “Dan inilah yang shahih menurutku dari hadits Abu Bakr.” [Al-‘Ilal At-
Tirmidziy hal. 111]
[3] Dha’if karena sebab An-Nadhr bin Syaibaan. Dia adalah An-Nadhr bin Syaibaan Al-
Huddaaniy Al-Bashriy. Ibnu Ma’iin berkata “haditsnya tidak ada apa-apanya”, Ibnu Khiraasy
berkata “tidak dikenal kecuali dengan hadits Abu Salamah, yakni hadits pada bulan Ramadhan”,
Ibnu Hajar berkata “layyinul hadiits”. [Al-Jarh wa At-Ta’diil 8/476, Al-Mughniy fiy Adh-
Dhu’afaa’ no. 6635; Miizaanul I’tidaal 7/29; Taqriibut Tahdziib no. 7186]
[4] Hadits ini lebih tepatnya adalah dha’if. Diriwayatkan pula oleh Ibnul Mubaarak (Musnad
no. 96); Al-Haakim (Al-Mustadrak 1/554); Nu’aim bin Hammaad (Az-Zuhd no. 385); Al-
Marwaziy (Mukhtashar Qiyaamul Lail 1/46); Al-Baghawiy (Ma’aalimut Tanziil no. 84);
Al-Baihaqiy (Syu’abul Iimaan no. 1994); Abu Nu’aim Al-Ashbahaaniy (Hilyatul Auliyaa’
8/161); Adz-Dzahabiy (Mu’jam Asy-Syuyuukh Al-Kabiir 1/47), semuanya dari jalan Huyay
bin ‘Abdillaah, dari Abu ‘Abdurrahman Al-Hubuliy, dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Aash,
dengan kata lain tafarrudnya Huyay bin ‘Abdillaah dalam hadits ini.
Huyay bin ‘Abdillaah bin Syuraih Al-Ma’aafiriy Al-Hubuliy, Abu ‘Abdillaah Al-Mishriy.
Ahmad berkata “hadits-haditsnya diingkari”, Ibnu Ma’iin berkata “tidak ada yang salah
dengannya”, Al-Bukhaariy berkata “fiihi nazhar” (dan di sisi Al-Bukhaariy, perkataan ini
menunjukkan kedha’ifan seorang perawi), dalam riwayat lain ia berkata “laisa bil qawiy”,
demikian pula An-Nasaa’iy, Ibnu ‘Adiy berkata “aku berharap tidak mengapa dengannya, jika
orang yang tsiqah meriwayatkan darinya”, Adz-Dzahabiy menyetujuinya dan dalam Ad-Diiwaan
ia berkata “hasanul hadiits”, Ibnu Hajar berkata “shaduuq yahimu”, Syu’aib Al-Arna’uuth dan
Basyaar ‘Awwaad berkata “dha’if, memerlukan penguat”, dan inilah pendapat yang rajih
mengenai Huyay, insya Allah. [Tahdziibul Kamaal no. 1585; Miizaanul I’tidaal 2/401; Al-Jarh
wa At-Ta’diil 3/271; Tahdziibut Tahdziib no. 2140; Taqriibut Tahdziib no. 1615; Adh-Dhu’afaa’
Al-‘Uqailiy 1/342; Adh-Dhu’afaa’ Ash-Shaghiir hal. 171; Diiwaan Adh-Dhu’afaa’ no. 1195;
Tahriirut Taqriib 1/337]
[5] Paman Al-Haarits bin ‘Abdurrahman bernama Al-Haarits bin Sa’d bin Abu Dzubaab
Ad-Dausiy Al-Hijaaziy, putra pamannya Abu Hurairah -radhiyallahu ‘anhu-. Biografinya
ada pada Taariikhul Kabiir 2/269, Al-Jarh wa At-Ta’diil 3/75 dan Ats-Tsiqaat 4/129, dengan
tanpa ta’dil maupun jarh dan disebutkan bahwa yang meriwayatkan darinya adalah Yaziid bin
Hurmuz.
[6] Dha’if karena keterputusan antara Yahyaa bin Abi Katsiir dengan Abu Rifaa’ah. Yahyaa bin
Abi Katsiir Ath-Thaa’iy, Abu Nashr Al-Yamaamiy. Seorang yang tsiqah tsabat namun
melakukan tadliis dan irsaal, dan tidak diketahui ia mempunyai periwayatan dari Abu Rifaa’ah.
Oleh Al-Haafizh Ibnu Hajar, ia dimasukkan dalam mudallis thabaqah kedua. [Taqriibut Tahdziib
no. 7632; Thabaqaat Al-Mudallisiin no. 63]
الصحيح رجال رجاله وبقية جرحه وال وثقه من أجد ولم رفاعة أبو فيه
Didalamnya ada Abu Rifaa’ah dan aku tidak menemukan mereka yang mentsiqahkan dan tidak
juga yang menjarhnya, para perawi sisanya adalah para perawi Ash-Shahiih. [Majma’ Az-
Zawaa’id 3/153]
[7] Hadits ini menunjukkan dalil yang kuat dan tegas bahwasanya shalat tarawih berjama’ah di
masjid adalah sesuatu yang masyru’ dalam sunnah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, dan
ia bukanlah bid’ah seperti yang kerapkali disangka sebagian orang bahwa shalat tarawih adalah
bid’ah hasanah yang dibuat ‘Umar bin Al-Khaththaab -radhiyallahu ‘anhu-. Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam dahulu meninggalkannya karena beliau khawatir hal itu akan
diwajibkan atas umatnya dan umatnya tidak mampu melaksanakannya, dan setelah beliau wafat,
maka menjadi tsabit (tetap) akan kesunnahan shalat tarawih berjama’ah di masjid. Lalu pada
zaman khalifah ‘Umar, ‘Umar -radhiyallahu ‘anhu- melihat orang-orang melaksanakan shalat
tarawih secara sendiri-sendiri dan berpencar-pencar, maka beliau berinisiatif mengumpulkan
mereka di satu tempat yaitu di masjid lalu meminta ‘Ubay bin Ka’b radhiyallahu ‘anhu
mengimami mereka, ‘Umar berkata, “sebaik-baik bid’ah adalah ini,” yakni yang beliau maksud
adalah shalat tarawih berjama’ah. Maka bid’ah yang beliau katakan disini bukanlah bid’ah secara
syari’at melainkan hanya bid’ah secara konteks bahasa/penyebutan bahwa shalat tarawih
berjama’ah di masjid tersebut adalah sesuatu yang baru pada zaman beliau karena pada zaman
Abu Bakr Ash-Shiddiiq -radhiyallahu ‘anhu-, orang-orang melaksanakannya secara sendiri-
sendiri, namun ‘Umar tahu bahwa shalat tarawih berjama’ah itu sendiri pernah dilakukan oleh
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam kemudian beliau meninggalkannya.
Oleh karena itu sangat tidak tepat jika perkataan ‘Umar dijadikan dalil untuk membuat-buat
bentuk-bentuk ibadah yang baru dalam agama ini yang sama sekali tidak ada dasarnya dari
hukum-hukum syari’at dengan alasan yang penting ia (bid’ah tersebut) baik, lalu dilegalkanlah
bid’ah hasanah dengan segala bentuk kreasi ibadah yang Allah dan RasulNya sama sekali tidak
pernah mensyari’atkannya. Allaahul Musta’an.
[8] Didalam sanadnya ada Abu Mudillah. Al-Imam Ibnu Hibbaan berkata bahwa dia adalah
maulaa Ummul Mu’minin ‘Aaisyah, namanya ‘Ubaidullaah bin ‘Abdullaah Al-Madaniy,
sedangkan Al-Haafizh Ibnu Hajar berkata namanya adalah ‘Abdullaah, saudara Abul Hubaab
Sa’iid bin Yasaar. ‘Aliy bin Al-Madiiniy berkata “tidak dikenal, namanya majhuul, tidak ada
yang meriwayatkan darinya selain Abu Mujaahid”, dihasankan haditsnya oleh Imam At-
Tirmidziy, tautsiq juga datang dari Imam Ibnu Maajah dan Imam Ibnu Hibbaan. Al-Haafizh Ibnu
Hajar berkata “maqbuul”, Syaikh Syu’aib Al-Arna’uuth dan Dr. Basyaar ‘Awwaad berkata
“shaduuq hasanul hadiits”, dan Syaikh Al-Albaaniy berkata “tabi’in majhuul”. [Tahdziibul
Kamaal no. 7611; Tahdziibut Tahdziib no. 12033; Taqriibut Tahdziib no. 8349; Tahriirut Taqriib
4/268; Silsilatu Ash-Shahiihah no. 1797]
Berikut hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang berhubungan dengan bulan suci ramadhan,
semoga dapat menambah keimanan kita Kepada Allah SWT.
Hadist 1
ُاط ْين ت ال ه
َ َشي َ َص َفد َ ت اَب َْوابُ النه
ُ ار َو ُ ت اَب َْوابُ ْال َجنه َة َو
ْ َغ َلق ْ ضانُ فُتَ َح
َ اَذَا َجا َء َر َم.
Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan
dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadist 2
غ َف َرلَهُ َما تَقَد َهم َم ْن ذَ ْن َب َه
ُ سابًا
َ ضانَ اَ ْي َمانًا َواحْ َت
َ ام َر َم
َ صَ َم ْن.
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha
Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Hadist 3
صائَ ُم َحتهى يُ ْف َط َر َواْإل َما ُم ْالعَا َد ُل َو ْال َمظ
اَل ه:لُ ْو ُمِْثَالَثَةٌ الَت ُ َردُّ دَع َْوت ُ ُه ْم.
Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doanya mereka: orang yang berpuasa hingga
berbuka, pemimpin yang adil dan donya orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).
Hadist 4
َ ض َعلَ ْي َه ا َ ْم َر
ان اَ َحدُ ُه َما َ ش ْيءٍ َم ْن َع َم َل َه َواَذَا ع َُر ُ َر ُج ٌل الَيَخ:ُثَالَثَةٌ َم ْن ُك هن فَ ْي َه يَ ْست َ ْك َم ُل اَ ْي َمانَه
َ ََاف فَىاهللَ لَ ْو َمةَ الَئَ ٍم َوالَي َُرائَى ب
َار ا َ ْم َراْالَ َخ َر َة َعلَى الدُّ ْن َيا
َ َللدُّ ْن َيا َواآلخ َُر َلالَ َخ َر َة ا َْخت.
Tiga perkara, barangsiapa hal itu ada pada dirinya, berarti ia menyempurnakan imannya: (1)
seseorang yang tidak pernah takut demi agama Allah pada kecaman si pengecam (2) tidak riya
dengan sesuatu dari amalnya, (3) apabila dua perkara dihadapkan kepadanya, salah satu untuk
dunia dan yang lain untuk akhirat, maka ia memilih urusan akhirat daripada urusan dunia (HR.
Ibnu Asakir dari Abu Hurairah ra).
Hadist 5
Sesungguhnya Allah ridha untuk kamu tiga perkara: (1) kamu beribadah kepada-Nya dan tidak
mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. (2) kamu berpegang teguh kepada tali Allah dan tidak
bercerai berai (3) kamu menasihati dengan tulus terhadap orang yang diangkat oleh Allah
menguasai urusanmu (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah).
Hadist 6
“Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba
yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh
puluh tahun” [Bukhari-Muslim]
Hadist 7
“Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di
dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk
melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka.
Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun
masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi
ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya” [Bukhari-Muslim]
Hadist 8
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan,
maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu (Nomor
hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793)
Hadist 9
Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal
awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari. (Hadis riwayat Ibnu Umar ra)
Hadist 10
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat
kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal
awal bulan Ramadhan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan
Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari) – (Nomor hadis dalam kitab Sahih
Muslim: 1795)
Hadist 11
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau
berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka
baginya silakan berpuasa. (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1812)
Hadist 12
“Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w
bersabda: Tidak boleh berpuasa pada dua hari tertentu, iaitu Hari Raya Korban (Aidiladha) dan
hari berbuka dari bulan Ramadan (Aidilfitri)” [Bukhari-Muslim]
Hadist 13
“Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur
karena dalam bersahur itu ada keberkatannya” [Bukhari-Muslim]
Hadist 14
“Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang
malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah
berbuka” [Bukhari-Muslim]
Hadist 15
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang
daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji
dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata:
Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa” [Bukhari-Muslim]
Hadist 16
“Dari Abu Hurairah ra: katanya Rasulullah saw berabda: “Barang siapa tidak meninggalkan
ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan
makan dan minum” [Bukhari]
Hadist 17
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w
lalu berkata: Celakalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang
telah membuatmu celaka?
Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu
menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Lelaki
itu menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir
miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. 3f
Rasulullah SAW kemudian memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda:
Sedekahkanlah ini.
Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di
kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.
Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum sehingga kelihatan sebahagian giginya.
Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri” [Bukhari-
Muslim]
Hadist 18
“Diriwayatkan daripada Aisyah dan Ummu Salamah r.a, kedua-duanya berkata:: Nabi s.a.w
bangkit dari tidur dalam keadaan berjunub bukan dari mimpi kemudian meneruskan puasa”
[Bukhari-Muslim]
Hadist 19
” Barang siapa yang berpuasa sehari pada jalan Allah niscaya Allah akan manjauhkan mukanya
dari api neraka (sejauh perjalanan) 70 tahun.” (Hadist riwayat Al-Bukhari)
Hadist 20
” Di dalam syurga terdapat satu pintu yang disebut Ar-Rayyan; pada hari Kiamat orang-orang
yang berpuasa masuk daripadanya (dan) tidak seorang pun selain mereka memasukinya…..”
(Hadist riwayat Al-Bukhari)
Hadist 21
“Puasa itu perisai yang dipergunakan seorang hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan
neraka.” (Hadist riwayat Imam Ahmad)
Hadist 22
” Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipat-gandakan pahalanya kepada sepuluh hinggalah ke
700 kali ganda. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan
Aku memberikan balasan kepadanya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makan
minumnya karena Aku’.” (Hadist riwayat Muslim)
PUJI SYUKUR KAMI PANJATKAN KE HADIRAT-MU, ATAS NIKMAT DAN KARUNIAMU, HIDAYAH DAN
INAYAHMU KAMI DAPAT MELAKSANAKAN ZIARAH KEPADA PARA PEJUANG TANAH AIR YANG TELAH
GUGUR MENDAHULUI KAMI
MEREKA YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI, ADALAH PARA HAMBA-MU YANG TELAH BANYAK
BERJASA MENGABDI DENGAN SEGALA PENGORBANAN DAN PENUH KEIKHLASAN. KARENANYA YA ALLAH
CURAHKANLAH RAHMAD DAN KASIH SAYANG-MU KEPADA MEREKA, LIPAT GANDAKAN PAHALA ATAS
SEGALA PENGORBANAN MEREKA DAN BERIKANLAH TEMPAT YANG LAYAK DI SISI-MU SDEBAGAI
RAHMAT BALASAN ATAS BAKTI MEREKA SERTA BERILAH KEMAMPUAN KEPADA KAMI UNTUK
MENELADAI SIKAP PERJUANGAN DAN PENGORBANAN MEREKA.
SEBAGAI HAMBA-MU, MEREKA ADALAH MANUSIA BIASA, YANG KADANG SALAH DAN TIDAK LUPUT
DARI DOSA. KARENA ITU YA ALLAH, AMPUNILAH SEGALA KHILAF DAN KESALAHAN MEREKA,
JADIKANLAH SEGALA KARYA DAN AMAL SHALEHNYA, ENGKAU CATAT SEBAGAI AMAL JARIYAH YANG
ABADI BAGI MEREKA.
RABBANNA AATINAA FTTDUNYAA HASAH WAFIL AAHIRATI HASANAH WAQINAA ‘ADZA BANNAAR
SUBKHANA ROBBIKA ROBBIL IZZATI AMMA YASIFUN WASALAMUN ALAL MURSALIN WALKHAMDULILAHI
ROBBIL NGALAMIN.
Pertama, lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah
Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan
yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4). Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah
malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar:
1)
طلَعِ إالفَجإ ر
ِي َحت اى َم إ ُّ تَن اَز ُل إال َم َلئِ َكةُ َو, ش إهر
َ , الرو ُح فِي َها ِبإ ِ إذ ِن َر ِب ِه إم ِم إن ُك ِل أ َ إمر
َ س َل ٌم ه ِ لَ إيلَةُ إالقَد ِإر َخي ٌإر ِم إن أ َ إل
َ ف
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat
dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar: 3-5). Sebagaimana kata Abu Hurairah,
malaikat akan turun pada malam lailatul qadar dengan jumlah tak terhingga.[2] Malaikat akan
turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar.[3]
Kedua, lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul
qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”[4] Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan
pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul
qadar.[5]
Ketiga, menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan pengampunan
dosa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
غ ِف َر لَهُ َما تَقَد َام ِم إن ذَ إن ِب ِه َ ِام لَ إيلَةَ إالقَد ِإر إِي َمانًا َواحإ ت
ُ سابًا َ ََم إن ق
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap
pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[6]
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.”[7]
Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-
malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ِ ت َ َح ار إوا لَ إيلَةَ إالقَد ِإر فِى إال ِوتإ ِر ِمنَ إال َع إش ِر األ َ َو
َ اخ ِر ِم إن َر َم
َضان
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”[8]
Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah
menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. Namun pendapat yang paling
kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu
terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya
berpindah-pindah dari tahun ke tahun[9]. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua
puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima,
itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
سة ت َ إبقَى َ فِى، ضانَ لَ إيلَةَ إالقَد ِإر فِى ت َا ِسعَة ت َ إبقَى
ِ فِى خ، سابِعَة ت َ إبقَى
َ َام ِ سوهَا فِى إالعَ إش ِر األ َ َو
َ اخ ِر ِم إن َر َم ُ إالت َِم
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh,
dan lima malam yang tersisa.”[10] Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah
menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang
bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal
pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan.[11]
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang
dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam–
sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
ُ عفُو ت ُ ِحبُّ إالعَ إف َو فَاع
إف َ َى لَ إيلَة لَ إيلَةُ إالقَ إد ِر َما أَقُو ُل فِي َها قَا َل « قُو ِلى اللا ُه ام إِناك
ُّ َ ع ِل إمتُ أ
َ َّللاِ أ َ َرأَيإتَ إِ إن ُ قُ إلتُ يَا َر
سو َل ا
عنِى َ
”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah
lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah:
‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha
Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”[12]
Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ض ِع إيفَةٌ َح إم َراء
َ صبِ إي َحت ُ َها
َ س
ُ ش إم اردَة ً ت ُ إ
َ صبِ ُح ال َ طلَقَةٌ ََّل َح
ِ َارة ً َو ََّل ب َ ٌس إم َحة
َ ٌلَ إيلَةُ القَدَ ِر لَ إيلَة
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga
tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-
merahan.”[13]
Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan
tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hari yang
lain.
Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian
sahabat.
Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari
Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan).
Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang
menyorot. [14]”[15]
Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput dari lailatul qadar,
maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh merugi seseorang yang luput dari malam
tersebut. Seharusnya setiap muslim mengecamkan baik-baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam,
ش إهر َم إن ُح ِر َم َخي َإرهَا فَقَ إد ُح ِر َم ِ فِي ِه لَ إيلَةُ إالقَد ِإر َخي ٌإر ِم إن أ َ إل
َ ف
“Di bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa
diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia akan luput dari seluruh
kebaikan.”[16]
Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah ketika itu dengan dasar
iman dan tamak akan pahala melimpah di sisi Allah. Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya
yang giat ibadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. ‘Aisyah menceritakan,
.ِغي ِإره ِ َيجإ ت َ ِهدُ فِى إال َع إش ِر األ َ َو-صلى هللا عليه وسلم- َِّللا
َ اخ ِر َما َّلَ َيجإ ت َ ِهدُ فِى ُ َكانَ َر
سو ُل ا
Seharusnya setiap muslim dapat memperbanyak ibadahnya ketika itu, menjauhi istri-istrinya dari
berjima’ dan membangunkan keluarga untuk melakukan ketaatan pada malam tersebut. ‘Aisyah
mengatakan,
َ َ َوأ َ إيق، ُ َوأَحإ يَا لَ إيلَه، ُى – صلى هللا عليه وسلم – ِإذَا دَ َخ َل إال َع إش ُر َشدا ِمئإزَ َره
ُظ أ َ إهلَه ُّ َِكانَ الناب
“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan),
beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’[18]),
menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”[19]
Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan
Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut.” Sufyan
pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat jika mereka mampu.[20]
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan malam lailatul qadar adalah menghidupkan
mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi’i
dalam pendapat yang dulu mengatakan, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan shalat
Shubuh di malam qadar, maka ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut”.[21]
Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan
tilawah Al Qur’an.[22] Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul
qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena
iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.”[23]
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana
pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam
keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak
pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima
amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”[24]
Dari riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan
bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat
ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat
wanita haidh lakukan ketika itu adalah,
غ َف َرلَهُ َما ت
ُ سابًا ْ ضانَ اَ ْي َمانًا َو
َ اح َت َ ام َر َم
َ صَ قَد َهم َم ْن ذَ ْنبَ َهَِ َم ْن.
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena
iman dan mengharap pahala (ridha Allah), maka diampuni
dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Cuplikan 22 Hadits Tentang Kemuliaan Bulan Ramadhan
Berikut hadist-hadist Nabi Muhammad SAW yang berhubungan dengan bulan suci ramadhan,
semoga dapat menambah keimanan kita Kepada Allah SWT.
Hadist 1
ُاط ْين ت ال ه
َ ش َي َ َص َفد َ ت اَب َْوابُ النه
ُ ار َو ُ ت اَب َْوابُ ْال َجنه َة َو
ْ َغ َلق ْ ضانُ فُ َت َح
َ اَذَا َجا َء َر َم.
Jika tiba bulan Ramadhan, maka dibuka pintu-pintu syurga dan ditutup pintu-pintu neraka dan
dibelenggu semua syaitan (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadist 2
غ َف َرلَهُ َما تَقَد َهم َم ْن ذَ ْن َب َه
ُ سابًا
َ َضانَ اَ ْي َمانًا َواحْ ت
َ ام َر َم
َ صَ َم ْن.
Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala (ridha
Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang terdahulu (HR. Bukhari).
Hadist 3
صائَ ُم َحتهى يُ ْف َط َر َواْإل َما ُم ْال َعا َد ُل َو ْال َمظ
اَل ه:لُ ْو ُمِْثَالَثَةٌ الَت ُ َردُّ دَع َْوت ُ ُه ْم.
Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doanya mereka: orang yang berpuasa hingga
berbuka, pemimpin yang adil dan donya orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).
Hadist 4
Tiga perkara, barangsiapa hal itu ada pada dirinya, berarti ia menyempurnakan imannya: (1)
seseorang yang tidak pernah takut demi agama Allah pada kecaman si pengecam (2) tidak riya
dengan sesuatu dari amalnya, (3) apabila dua perkara dihadapkan kepadanya, salah satu untuk
dunia dan yang lain untuk akhirat, maka ia memilih urusan akhirat daripada urusan dunia (HR.
Ibnu Asakir dari Abu Hurairah ra).
Hadist 5
Hadist 6
"Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Setiap hamba
yang berpuasa di jalan Allah, Allah akan menjauhkannya dari api Neraka sejauh perjalanan tujuh
puluh tahun” [Bukhari-Muslim]
Hadist 7
"Diriwayatkan dari Sahl bin Saad r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Sesungguhnya di
dalam Surga itu terdapat pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang yang berpuasa akan masuk
melalui pintu tersebut pada Hari Kiamat kelak. Tidak boleh masuk seorangpun kecuali mereka.
Kelak akan ada pengumuman: Di manakah orang yang berpuasa? Mereka lalu berduyun-duyun
masuk melalui pintu tersebut. Setelah orang yang terakhir dari mereka telah masuk, pintu tadi
ditutup kembali. Tiada lagi orang lain yang akan memasukinya” [Bukhari-Muslim]
Hadist 8
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Apabila tiba bulan Ramadan,
maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu neraka dan setan-setan dibelenggu (Nomor
hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1793)
Hadist 9
Wajib berpuasa Ramadan jika melihat hilal awal Ramadan dan berhenti puasa jika melihat hilal
awal Syawal. Jika tertutup awan, maka hitunglah 30 hari. (Hadis riwayat Ibnu Umar ra)
Hadist 10
Dari Nabi saw. bahwa beliau menyebut-nyebut tentang bulan Ramadan sambil mengangkat
kedua tangannya dan bersabda: Janganlah engkau memulai puasa sebelum engkau melihat hilal
awal bulan Ramadhan dan janganlah berhenti puasa sebelum engkau melihat hilal awal bulan
Syawal. Apabila tertutup awan, maka hitunglah (30 hari) – (Nomor hadis dalam kitab Sahih
Muslim: 1795)
Hadist 11
Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Janganlah engkau
berpuasa satu atau dua hari sebelum Ramadan, kecuali bagi seorang yang biasa berpuasa, maka
baginya silakan berpuasa. (Nomor hadis dalam kitab Sahih Muslim: 1812)
Hadist 12
"Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a katanya: Aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w
bersabda: Tidak boleh berpuasa pada dua hari tertentu, iaitu Hari Raya Korban (Aidiladha) dan
hari berbuka dari bulan Ramadan (Aidilfitri)” [Bukhari-Muslim]
Hadist 13
"Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Hendaklah kamu bersahur
karena dalam bersahur itu ada keberkatannya” [Bukhari-Muslim]
Hadist 14
"Diriwayatkan daripada Umar r.a katanya: Rasulullah s.a.w telah bersabda: Apabila datang
malam, berlalulah siang dan tenggelamlah matahari. Orang yang berpuasa pun bolehlah
berbuka” [Bukhari-Muslim]
Hadist 15
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila seseorang
daripada kamu sedang berpuasa pada suatu hari, janganlah berbicara tentang perkara yang keji
dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, hendaklah dia berkata:
Sesungguhnya hari ini aku berpuasa, sesungguhnya hari ini aku berpuasa” [Bukhari-Muslim]
Hadist 16
"Dari Abu Hurairah ra: katanya Rasulullah saw berabda: "Barang siapa tidak meninggalkan
ucapan dusta dan berbuat jahat (padahal dia puasa), maka Allah tidak butuh ia meninggalkan
makan dan minum” [Bukhari]
Hadist 17
"Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Seorang lelaki datang menemui Rasulullah s.a.w
lalu berkata: Celakalah aku wahai Rasulullah s.a.w. Rasulullah s.a.w bertanya: Apakah yang
telah membuatmu celaka?
Lelaki itu menjawab: Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada siang hari di bulan Ramadan.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu memerdekakan seorang hamba? Lelaki itu
menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya: Mampukah kamu berpuasa selama dua bulan berturut-turut? Lelaki
itu menjawab: Tidak.
Rasulullah s.a.w bertanya lagi: Mampukah kamu memberi makan kepada enam puluh orang fakir
miskin? Lelaki itu menjawab: Tidak. Kemudian duduk. 3f
Rasulullah SAW kemudian memberikan kepadanya suatu bekas yang berisi kurma lalu bersabda:
Sedekahkanlah ini.
Lelaki tadi berkata: Tentunya kepada orang yang paling miskin di antara kami. Tiada lagi di
kalangan kami di Madinah ini yang lebih memerlukan dari keluarga kami.
Mendengar ucapan lelaki itu Rasulullah s.a.w tersenyum sehingga kelihatan sebahagian giginya.
Kemudian baginda bersabda: Pulanglah dan berilah kepada keluargamu sendiri” [Bukhari-
Muslim]
Hadist 18
"Diriwayatkan daripada Aisyah dan Ummu Salamah r.a, kedua-duanya berkata:: Nabi s.a.w
bangkit dari tidur dalam keadaan berjunub bukan dari mimpi kemudian meneruskan puasa”
[Bukhari-Muslim]
Hadist 19
” Barang siapa yang berpuasa sehari pada jalan Allah niscaya Allah akan manjauhkan mukanya
dari api neraka (sejauh perjalanan) 70 tahun.” (Hadist riwayat Al-Bukhari)
Hadist 20
” Di dalam syurga terdapat satu pintu yang disebut Ar-Rayyan; pada hari Kiamat orang-orang
yang berpuasa masuk daripadanya (dan) tidak seorang pun selain mereka memasukinya…..”
(Hadist riwayat Al-Bukhari)
Hadist 21
"Puasa itu perisai yang dipergunakan seorang hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan
neraka.” (Hadist riwayat Imam Ahmad)
Hadist 22
” Segala amal kebajikan anak Adam itu dilipat-gandakan pahalanya kepada sepuluh hinggalah ke
700 kali ganda. Allah berfirman: ‘Kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu adalah untuk-Ku dan
Aku memberikan balasan kepadanya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makan
minumnya karena Aku’.” (Hadist riwayat Muslim)
ُ ت أَب َإو
،اب ال َجنا ِة ان فُتِ َح إ
ُ ضَ "إِذا َجا َء َر َم: عن أبي هريرة أَن َرسو َل هللا صلى هللا عليه وسلم قَا َل.1
ُ
أخرجه مسل ٌم."ياطين ت ال ا
ش ص ِفدَ إ
ُ َو،ار ُ ت أَب
ِ إواب النا غ ِلقَ إ
ُ َو
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “
Apabila datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu Surga, ditutuplah pintu-pintu Neraka dan Syetan-
Syetan dibelenggu. ( HR. Muslim )
غفر له ما،ً ((من صام رمضان إيمانا ً واحتسابا: عن أبي هريرة؛ عن النبي صلى هللا عليه وسلم.3
غفر له ما تقدم من ذنبه)) متفق على صحته،ً ومن قام ليلة القدر إيمانا ً واحتسابا،تقدم من ذنبه
“Dari Abu Hurairah, dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam: “ Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
dengan iman dan ihtisaban ( mengharap balasan dari Allah ) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu,
barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadr dengan iman dan mengharap balasan dari Allah akan
diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. ( Mutafaqun Alaih )
، فِي إال َجنا ِة ث َ َمانِيَةُ أَب َإواب:ع ِن النا ِبي ِ صلى هللا عليه وسلم قَا َل
َ س إعد رضي هللا عنه َ ع إن
َ س إه ِل ب ِإن َ .4
َّلَ َي إد ُخلُهُ ِإَّلا ال ا، َالرياان
صا ِئ ُمونَ _ رواه البخاري س امى ا
َ ُاب ي ٌ ِفي َها َب
Dari Sahl bin Said Radhiyallahu Anhu dari Nabi Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Surga ada
delapan pintu, di dalamnya ada pintu yang dinamakan Ar Rayyan, tidak akan masuk dari pintu tersebut
melainkan orang-orang yang berpuasa.” ( HR. Bukhari )
" من صام رمضان ثم: عن أبي أيوب رضى هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال.5
أتبعه ستا ً من شوال كان كصيام الدهر" رواه مسلم
Dari Abu Ayyub Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, ia
seperti berpuasa setahun ( HR. Muslim )
وكان أجود، "كان رسول هللا صلى هللا عليه وسلم أجود الناس: قال، عن عبد هللا بن عباس رضي هللا عنهما.6
فلرسول هللا، فيدارسه القرآن، وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان،ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل
رواه البخاري،"صلى هللا عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة
.
Dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, berkata: “Rasulullah adalah manusia paling pemurah,
dan Beliau lebih pemurah lagi pada bulan Ramadhan, Jibril menemui Beliau setiap malam untuk
membacakan Al Qur’an, Rasulullah lebih pemurah dari angin yang berhembus.” ( HR. Bukhari ).
: فقال، مرني بأمر آخذه عنك: أتيت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقلت: عن أبي أمامة رضي هللا عنه قال.7
. فإنه َّل مثل له) رواه النسائي،(عليك بالصوم
Dari Abu Umamah Radhiyallahu Anhu, Aku menemui Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam lalu aku
berkata: “ Perintahkan kepadaku yang bisa aku ambil dari Engkau, beliau berkata: “ Hendaklah kamu
berpuasa, karena puasa tidak ada yang menyamainya.” ( HR. Nasa’i )
كل عمل بن آدم له: (قال هللا عزوجل: عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال.8
فإن سابه، وَّل يصخب، وإذا كان يوم صوم أحدكم فل يرفث، والصيام جنة،إَّل الصيام؛ فإنه لي وأنا أجزي به
، والذي نفس محمد بيده لخلوف فم الصائم أطيب عند هللا من ريح المسك، إني امرؤ صائم:أحد أو قاتله فليقل
. وإذا لقي ربه فرح بصومه) رواه البخاري ومسلم، إذا أفطر فرح:للصائم فرحتان يفرحهما
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda: (
Allah Azza wa Jalla berfirman : “ Setiap amal anak Adam adalah baginya kecuali puasa, sesungguhnya ia
untuk –Ku, Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai, jika kalian sedang berpuasa janganlah
berkata kotor atau menghardik. Apabila seseorang mengumpat atau memusuhinya, katakana: “Aku
sedang berpuasa.” Demi Dzat yang jiwa Muhammad ditangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih
harum disisi Allah dari pada minyank wangi, bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan, ketika
berbuka puasa ia bergembira dan ketika bertemu Rabbnya ia gembira dengan pahala puasanya. ( HR.
Bukhari Muslim )
(فتنة الرجل في أهله وماله: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن حذيفة بن اليمان رضي هللا عنه قال.9
. واألمر والنهي) متفق عليه، والصدقة، والصوم، تكفرها الصلة،وولده وجاره
Dari Hudzifah bin Al Yaman Radhiyallahu Anhu, berkata: “Bersabda Rasulullah Shalallahu Alaihi wa
Sallam:” Fitnah ( cobaan ) seseorang dalam keluarga, harta, anak dan tetangga dihapuskan oleh shalat,
puasa, sadaqah dan amar ma’ruf nahi munkar.” ( Mutafaq Alaih ).
(الصيام ُجنة من: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول: قال، عن عثمان بن عفان رضي هللا عنه.10
. كجنة أحدكم من القتال) رواه ابن ماجه،النار
Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu berkata: “ Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa
Sallam bersabda: “ Puasa adalah perisai, ibarat perisai kalian dalam perang.( HR. Ibnu Majah )
) (الصيام جنة وحصن حصين من النار: عن أبي هريرة رضي هللا عنه أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال.11
.رواه أحمد
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:”
Puasa adalah benteng yang menjada dariapi Neraka.( HR. Ibnu Majah )
(من صام يوما ً في: سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول: عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه قال.12
. باعد هللا وجهه عن النار سبعين خريفاً) متفق عليه،سبيل هللا
Dari Abu Said Al Khudri Radhiyallahu Anhu berkata, Aku mendengar Rasulullah Shalallahu Alaihi wa
Sallam bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa sehari di jalan Allah, Dia akan menjauhkan wajahnya dari
api neraka sejauh 70 musim.” ( Mutafaq Alaih )
(إن في الجنة غرفا ً تُرى: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن علي بن أبي طالب رضي هللا عنه قال.13
(لمن أطاب: لمن هي يا رسول هللا؟ قال: فقام أعرابي فقال،) وبطونها من ظهورها،ظهورها من بطونها
. وصلى هلل بالليل والناس نيام) رواه الترمذي، وأدام الصيام، وأطعم الطعام،الكلم
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:”
Sesungguhnya di dalam Surga ada sebuah kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalam dan bagian
dalamnya dari luar, lalu seorang Arab Badui berkata: “Untuk siapakan itu wahai Rasulullah?”. Beliau
bersabda: “ Untuk orang yang perkataannya baik, suka memberi makan, membiasakan puasa dan shalat
malam ketika manusia tidur. ( HR. Tirmidzi )
(الصيام والقرآن يشفعان للعبد: عن عبد هللا بن عمرو رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال.14
منعته النوم: ويقول القرآن، فشفعني فيه، منعته الطعام والشهوات بالنهار، أي رب: يقول الصيام،يوم القيامة
. فيشفعان) رواه أحمد، فشفعني فيه،بالليل
Dari Abdullah bin Amru Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam
bersabda: “Puasa dan Al Qur’an akan memberi syafaat bagi hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: “
Wahai Rabb, ia telah menahan makan dan syahwatnya pada siang hari karena aku, izinkan aku memberi
syafaat kepadanya. Alqur’an berkata: “ Ia telah terjaga pada malam hari karena aku, izinkan aku memberi
syafaat kepadanya, maka puasa dan shalat memberi syafaat kepadanya. ( HR. Ahmad)
دعوة: (ثلث دعوات مستجابات َّل شك فيهن: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن أبي هريرة قال.15
. ودعوة الوالد على ولده) رواه الترمذي، ودعوة المسافر،المظلوم
Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Sallam bersabda:” Tiga doa yang dikabulkan
tidak diragukan lagi,yaitu doa orang yang didzalimi, doa musafir dan doa orang tua kepada anaknya. (
HR. Tirmidzi ).
(فصل ما بين صيامنا وصيام: عن عمرو بن العاص رضي هللا عنه أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال.16
.أهل الكتاب أكلة السحر) رواه مسلم
Dari Amr bin Ash Radhiyallahu Anhu bahwasanya Rasulullah Shalallahu Alaihi
wa Sallam bersabda: “Beda antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan
sahur.” ( HR. Muslim )
(السحور أكله بركة؛ فل: قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم: عن أبي سعيد الخدري رضي هللا عنه قال.17
تدعوه ولو أن يجرع أحدكم جرعة من ماء؛ فإن هللا عز وجل وملئكته يصلون على المتسحرين) رواه أحمد
.وابن حبان
أما بعد،بسم هللا والحمد هلل وصلى هللا على رسول هللا وعلى آله وأصحابه ومن اهتدى بهداه:
“Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan rasa harap,
maka akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Al Bukhari 2014 dan Muslim 760)
س ْل َسل
ُ َو،ت أَب َْوابُ َج َهنه َم ُ ت أَب َْوابُ ْال َجنه َة َو
ْ َغ َلق ْ ضانُ فُتَ َح
َ اط ْينُ َِ َإذَا دَ َخ َل َر َم ت ال ه
َ َشي َ .
Jika telah masuk bulan Ramadhan, pintu-pintu Al Jannah akan dibuka, pintu-pintu Jahannam
akan ditutup, dan para syaitan akan dibelenggu. (HR. Al Bukhari 1899 dan Muslim 1079)
Puasa itu adalah perisai, jika salah seorang dari kalian sedang berpuasa, maka janganlah
mengucapkan ucapan kotor, dan jangan pula bertindak bodoh, jika ada seseorang yang
mencelanya atau mengganggunya, hendaklah mengucapkan: sesungguhnya aku sedang berpuasa.
(HR. Al Bukhari 1904)
َ ش ْه َوتَهُ َو
ُطعَا َمهُ َوش ََرابَه َ َ ت ََرك،ي بَ َه ْ ام فَإَنههُ َل ْي َوأَنَا أَجْ َز
َ َالصي َ ْال َح،ُ ُك ُّل َع َم َل اب َْن آدَ َم لَه:يَقُ ْو ُل هللاُ َع هز َو َجله
َ إَاله،سنَةُ بَعَ ْش َر أ َ ْمثَا َل َها
َ طيَبُ َم ْن َريْحَ ْال َمس
ْك ْ َ صائَ َم َع ْندَ هللاَ أ
ف فَ َم ال ه َ َ َوفَ ْر َحةٌ َع ْندَ َلق،َط َره
ُ َولَ ُخلُ ْو،اء َر َب َه ْ َ فَ ْر َحة ٌ َع ْندَ ف،َان َلل ه، َم ْن أَجْ َل ْي.
َ صائَ َم فَ ْر َحت
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: Semua amalan anak Adam untuknya, setiap satu kebaikan akan
dibalas dengan sepuluh kali lipatnya, kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku, Aku yang akan
membalasnya. Karena seorang yang berpuasa telah meninggalkan syahwat, makan, dan
minumnya karena Aku. Bagi seorang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan:
gembira ketika berbuka, dan gembira ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut
seorang yang berpuasa itu di sisi Allah lebih wangi daripada minyak wangi misk. (HR. Al
Bukhari 1904 dan Muslim 1151)
Dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kabar gembira kepada para shahabatnya
dengan masuknya bulan Ramadhan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda kepada
mereka:
فأروا هللا من، ويباهي هللا بكم مالئكته، ويستجيب الدعاء، ويحط الخطايا، ينزل هللا فيه الرحمة،أتاكم شهر رمضان شهر بركة
أنفسكم خيرا ؛ فإن الشقي من حرم فيه رحمة هللا
Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh barakah. Allah menurunkan
padanya rahmah, menghapus kesalahan-kesalahan, mengabulkan do’a, dan Allah
membanggakan kalian di hadapan para malaikat-Nya, maka perlihatkanlah kepada Allah
kebaikan dari diri-diri kalian, sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang diharamkan
padanya rahmat Allah. (Dalam Majma’ Az-Zawa`id Al-Haitsami menyebutkan bahwa hadits ini
diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dalam Al-Kabir)
فليس هلل حاجة في أن يدع طعامه وشرابه، من لم يدع قول الزور والعمل به والجهل
Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan yang haram dan mengamalkannya, ataupun
bertindak bodoh, maka Allah tidak butuh dengan upaya dia dalam meninggalkan makan dan
minumnya. (HR Al Bukhari dalam Shahihnya).
Hadits-hadits tentang keutamaan bulan Ramadhan dan dorongan untuk memperbanyak amalan di
dalamnya sangatlah banyak.
Maka aku juga mewasiatkan kepada saudara-saudaraku kaum muslimin untuk istiqmah pada
siang dan malam-malam bulan Ramadhan dan berlomba-lomba dalam segala bentuk amalan
kebaikan, di antaranya adalah memperbanyak qira’ah (membaca) Al Qur’anul Karim disertai
dengan tadabbur (upaya mengkajinya) dan ta’aqqul (upaya memahaminya), memperbanyak
tasbih, tahmid, tahlil, takbir, dan istighfar, serta memohon kepada Allah Al Jannah, berlindung
kepada-Nya dari An Nar, dan do’a-do’a kebaikan yang lainnya.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung. (An Nur: 31)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka tetap
istioqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada pula berduka cita.
Mereka itulah penghuni-penghuni Al Jannah, mereka kekal di dalamnya, sebagai balasan atas
apa yang telah mereka kerjakan. (Al Ahqaf: 13-14)
Mudah-mudahan Allah memberikan taufiq bagi semuanya kepada perkara-perkara yang diridhai-
Nya, dan mudah-mudahan Allah melindungi semuanya dari kesesatan (yang disebabkan) fitnah
dan gangguan-gangguan setan. Sesungguhnya Dia Maha Dermawan lagi Maha Mulia.
[1] Nasehat ini disampaikan pada 1413 H. namun karena isi nasehat ini tidak pernah kadaluwarsa
dan senantiasa relevan maka kami tampilkan kembali meskipun sudah berlalu 7 tahun yang lalu
(Sumber http://www.assalafy.org/mahad/?p=335)
(4965) views
SHALAT WITIR BESERTA DZIKIR DAN DOANYA
Pengantar
Shalat Witr adalah shalat yang dilakukan pada malam hari setelah usai shalat isya.
Bilangan raka’atnya ganjil (gasal); bisa satu raka’at, tiga raka’at, lima raka’at sampai dengan
sebelas raka’at. Sekurang-kurangnya satu raka’at, dan sebanyak-banyaknya sebelas raka’at.1[1]
Shalat Witr sebaiknya dilakukan beriringan dengan shalat malam seperti shalat Tarawih atau
shalat Tahajjud. Tetapi jika dilakukan secara tersendiri tanpa diiringi (didahului) oleh shalat
malam juga boleh, misalnya dilakukan pada awal malam, setelah usai shalat fardlu ‘isya dan
shalat sunnah ba’da isya’, sebelum tidur.
“Barangsiapa khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia melakukan shalat
Witr pada awal malam (sebelum tidur), dan barangsiapa berkeyakinan bahwa dirinya bisa
bangun pada akhir malam, hendaklah ia shalat Witr pada akhir malam, karena shalat Witr di
akhir malam itu disaksikan (oleh malaikat) dan lebih utama”.3[3]
Sesuai dengan saran Rasulullah Saw, maka yang utama adalah melakukan shalat Witr
setelah shalat malam (shalat tarawih atau shalat tahajjud). Nabi Saw. bersabda:
Artinya:
3[3] Muslim, Shahih Muslim, Vol.I, 331. Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Vol.I, 163.
3[4] Muslim, Shahih Muslim, I, 335. Al-Baghawi, Syarh al-Sunnah, Vol. II (Bairut: Dar al-Kutub al-
‘Ilmiyah, 1992),490.
Sesuai hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan dalam Sunan Abi Dawud dan Nasa’i
dengan sanad yang shahih4[5] dan juga al-Daruqutni, maka dzikr-dzikr yang biasa dibaca oleh
Rasulullah Saw setelah usai shalat Witr adalah sbb:
3. Subhaanal Malikil Qudduus; (pada bacaan yang ketiga ini dibaca dengan memanjangkan
bacaan dan mengeraskan suaranya);5[6]
5[6] Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan al-Nasai dengan sanad yang shahih dari Ubay bin Ka’b ra
berkata: “ Adalah Rasulullah saw apabila selesai mengucapkan salam dalam shalat Witr, beliau membaca
dzkir "Subhaanal Malikil Qudduus; Subhaanal Malikil Qudduus; Subhaanal Malikil Qudduus”. Al-
Nawawi, Al-Adzkar, 74.
5[7] Al-Syaukani dalam kitabnya Tuhfat al-Dzakirin mengutip hadits dengan tambahan redaksi sebagai
berikut: “...Dan sesudah selesai salam (dari shalat Witr), membaca dzikr “Subhaanal Malikil Qudduus”
sebanyak tiga kali dengan memanjangkan bacaannya dan mengeraskan suaranya pada bacaan yang
ketiganya (HR.Abu Dawud, Al-Nasa-i dan Al-Daruqutni). Setelah itu membaca: “Rabbil Malaa-ikati
Warruuh” (HR.Al-Daruqutni). Al-Syaukani, Tuhfat al-Dzakirin (Bairut: Dar al-Kutrub al-‘Ilmiyah,tt),
128. Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah,Vol. I, 166.
Al-Nasa-i dalam kitabnya “Matn ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah” meriwayatkan hadits mengenai
do’a setelah shalat Witr tersebut dari ‘Ali ra., ia berkata: “Aku pernah bermalam dengan
Rasulullah Saw pada suatu malam, maka aku mendengar Nabi Saw apabila selesai mengerjakan
shalat Witr, ia merebahkan badannya sambil membaca doa tersebut”.8[9]
Catatan kaki:
8[9] Al-Nasa-i, Matn ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah, 261. Hadits tersebut juga di muat di berbagai kitab di
antaranya Ibn al-Qayyim, Zad al-Ma’ad,Vol.I, 88. Dan Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Vol.I, 166.
[1] Al-Mawardi, al-Hawi al-Kabir Fi Fiqh Madhhab al-Imam al-Syafi’i ra Wahuwa Syarh Mukhtashar al-
Muzani, Vol.II (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah,1994),293
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
PARA PEMIMPIN KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI YANG TELAH GUGUR
MENDAHULUI KAMI
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG – ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG – ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG YANG SESAT
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
Kelas : VII E
YA ALLAH JADIKANLAH ILMU YANG KAMI PELAJARI INI DAPAT BERMSANFAAT BAGI AGAMA
BANGSA DAN NEGARA KAMI
YA ALLAH YA QOWIYU YA MATIN
BERILAH KAMI KEKUATAN DAN KEMAMPUAN UNTUK MENEGAKKAN KEBENARAN DAN
KEADILAN TUNJUKKANLAH KAMI YANG BENAR ITU BENAR SEHINGGA KAMI DAPAT
MENJALANKAN DAN YANG SALAH ITU SALAH SEHINGGA KAMI DAPAT MENINGGALKANNYA
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PEMIMPIN KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
YA ALLAH HANYA KEPADAMU KAMI MENYEMBAH DAN HANYA KEPADAMU KAMI
MEMOHON PERTOLONGAN KABULKANLAH PERMOHONAN KAMI
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH ILMU YANG KAMI PELAJARI MENJADI ILMU YANG BERMANFAAT
YANG BISA BERGUNA DITEMPAT KAMI BERTUGAS
YA ALLAH LINDUNGILAH KAMI TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS SERTA
BERIKANLAH KEBERHASILAN DAN KESUKSESAN DIDALAM MELAKSANAKAN TUGAS
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH UJIAN INI SEBAGAI TOLOK UKUR KEMAMPUAN DAN PENINGKATAN
PRESTASI DALAM MEMUPUK KEDISIPLINAN DAN KETRAMPILAN SEHINGGA MENJADI
PENERUS BANGSA YANG BERPRESTASI DAN BERAKLAQ MULIA
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI YANG TELAH GUGUR
MENDAHULUI KAMI
6. SUMPAH KARATE
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH UJIAN INI SEBAGAI TOLOK UKUR KEMAMPUAN DAN PENINGKATAN
PRESTASI DALAM MEMUPUK KEDISIPLINAN DAN KETRAMPILAN SEHINGGA MENJADI
PENERUS BANGSA YANG BERPRESTASI DAN BERAKLAQ MULIA
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI YANG TELAH GUGUR
MENDAHULUI KAMI
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PEMIMPIN KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA
PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG – ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG – ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG YANG SESAT
YA ALLAH HANYA KEPADAMU KAMI MENYEMBAH DAN HANYA KEPADAMU KAMI
MEMOHON PERTOLONGAN KABULKANLAH PERMOHONAN KAMI
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PEMIMPIN KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA
PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG – ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG – ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG YANG SESAT
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH ILMU YANG KAMI PELAJARI MENJADI ILMU YANG BERMANFAAT
YANG BISA BERGUNA DITEMPAT KAMI BERTUGAS SEBAGAI APARATUR NEGARA PELINDUNG
PELAYAN PENGAYOM DAN PEMBIMBING MASYARAKAT
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG ORANG
YANG ENGKAU BERI PETUNJUK BUKAN JALANNYA ORNG2 YANG ENGKAU MURKAI DAN
BUKAN JALANNYA ORANG2 YANG SESAT
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG BENAR YAITU JALANNYA ORANG ORANG
YANG ENGKAU BERI PETUNJUK ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG ORANG YANG SESAT
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG – ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG – ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG YANG SESAT
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH ILMU YANG SUDAH KAMI PELAJARI MENJADI ILMU YANG
BERMANFAAT YANG BISA MENJADIKAN LAHAN IBADAH KAMI YANG BERGUNA BAGI AGAMA
BANGSA DAN NEGARA
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI YANG BENAR ITU BENAR SEHINGGA KAMI BISA
MENJALANKANNYA DAN YANG SALAH ITU SALAH SEHINGGA KAMI BISA MENINGGALKANNYA
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG – ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG – ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG YANG SESAT
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH ILMU YANG KAMI PELAJARI MENJADI ILMU YANG BERMANFAAT
YANG BISA BERGUNA BAGI AGAMA BANGSA DAN NEGARA
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG ORANG
YANG ENGKAU BERI PETUNJUK BUKAN JALANNYA ORNG2 YANG ENGKAU MURKAI DAN
BUKAN JALANNYA ORANG2 YANG SESAT
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DOSA PARA PELATIH KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI
YANG TELAH GUGUR MENDAHULUI KAMI
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLAH JADIKANLAH ANAK DIDIK KAMI YANG TELAH DIWISUDA MENJADI ANAK YANG
SHOLEH GENERASI YANG BERIMAN DAN BERTAQWA KEPADAMU, GENERASI YANG BERGUNA
BAGI AGAMA, ORANG TUA BANGSA DAN NEGARA
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORNG2 YANG ENGKAU
MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG2 YANG SESAT
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA KAMI, DOSA ORANG TUA KAMI, DOSA
GURU – GURU KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI YANG TELAH GUGUR
MENDAHULUI KAMI
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
YA ALLOH DZAT YANG MAHA KUASA ATAS SEGALA KEKUASAAN BERIKANLAH KAMI
BIMBINGAN DAN PETUNJUKMU DIDALAM MENGEMBAN TUGAS SEBAGAI PELINDUNG
PENGAYOM DAN PELAYAN MASYARAKAT
YA ALLAH YA GHOFURURROKHIM, AMPUNILAH DOSA DOSA KAMI,DOSA ORANG TUA KAMI
DOSA PARA PEMIMPIN KAMI DAN DOSA PARA PEJUANG TANAH AIR KAMI.
YA ALLAH TUNJUKKANLAH KAMI KEJALAN YANG LURUS YAITU JALANNYA ORANG – ORANG
YANG ENGKAU BERI NIKMAT ATAS MEREKA BUKAN JALANNYA ORANG – ORANG YANG
ENGKAU MURKAI DAN BUKAN JALANNYA ORANG ORANG YANG SESAT
A’UDZUBILLAHIMINASSYAITHONIRROJIIM
BISMILLAHIRROHMAANIRROKHIM
# Dari Ibnu Abbas ra., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Seandainya salah seorang
diantara kalian sewaktu bersetubuh dengan isterinya membaca: BISMILLAAH
ALLAAHUMMA JANNIBASY SYAITHAANA WAJANNIBNASY SYAITHAANA
MAARAZAQTANAA (Dengan nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari setan, dan
jauhkanlah setan dari rezeki yang Kau karuniakan kepada kami) kemudian dari
persetubuhan itu ditakdirkan lahir anaknya, maka anak itu tidak mudah terganggu
oleh setan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Abbas ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Berkah itu turun di tengah-
tengah makanan, maka makanlah dari pinggir, janganlah memulai dari
tengahnya!” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Anas ra., ia berkata: “Ada seseorang datang kepada Nabi SAW, dan berkata:
“Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya akan bepergian. Oleh karena itu, berilah
saya bekal!” Beliau bersabda: “Semoga Allah membekalimu dengan takwa.” Ia
berkata lagi: “Tambahlah bekal itu!” Beliau bersabda: “Semoga Allah mengampuni
dosamu!” Ia berkata lagi: “Tambahlah bekal itu!” Beliau bersabda: “Semoga Allah
memudahkan kebaikan padamu dimanapun kamu berada.” (HR. Tirmidzi)
Ada seseorang akan bepergian melewati padang pasir yang luas. Ia telah
mempersiapkan perbekalannya, baik makanan ataupun minuman selama perjalanan
itu pada onta, yang juga jadi kendaraannya. Di tengah padang pasir yang begitu
panasnya, ia ingin beristirahat di bawah suatu pohon. Tetapi begitu ia turun,
ontanya tersebut lepas dan melarikan diri entah kemana. Tidak bisa dibayangkan
bagaimana kesedihannya, apalagi semua perbekalannya ikut hilang.
Ia segera memeluk ontanya dan segera mengambil makanan dan minuman untuk
mengobati perutnya yang telah sangat perih minta diisi.
Nabi SAW yang menceritakan kisah perumpamaan tersebut, bersabda kepada para
sahabat, “Sungguh Allah lebih gembira untuk menerima taubat hamba-Nya,
daripada kegembiraan orang tersebut yang menemukan kembali ontanya yang telah
hilang di tengah-tengah padang sahara…!!”
Ya Allah…
Di Hari Amal Bakti
Departemen Agama Republik Indonesia Ke 64 ini
Berkenanlah Engkau Menyaksikan dan Mendengar > Mengabulkan do’a-do’a
kami
Hamba semua yang saat ini menundukkan kepala
Menengadahkan tangan memohon kehadapan-Mu
Taburkanlah cahaya dalam cara berpikir kami
Tanamkanlah keikhlashan dalam setiap amal bhakti kami
Mantapkanlah rasa syukur dan keimanan dalam kepribadian kami
Agar kami dapat mengaktualisasikan semangat perjuangan para pendahulu kami
Agar apa yang kami bhaktikan
Apa yang kami karyakan
Dan segala yang kami lakukan dalam bertugas
Menjalankan Amanah-Mu
Semua bisa betul-betul bermanfaat bagi diri, keluarga dan lingkungan kami
Bermanfaat bagi ummat seluruhnya
Ya Allah…
Imam Chanafi
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa
riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah bahwa Allah dan
Rasul-Nya akan memerangimu.” (Al Baqarah: 278-279)
Cukuplah ayat di atas menjadi petunjuk betapa keji dosa riba di sisi Allah Ta’ala.
Semua pihak yang berperan dalam kegiatan riba, baik yang secara langsung terjun
dalam kegiatan riba, perantara atau para pembantu kelancaran kegiatan riba adalah
orang-orang yang dilaknat melalui lisan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
Berdasarkan hadits di atas, maka setiap umat Islam tidak diperkenankan bekerja
sebagai sekretaris, petugas pembukuan, penerima uang nasabah, nasabah,
pengantar uang nasabah, satpam dan pekerjaan lainnya yang mendukung kegiatan
riba.
“Riba itu (memiliki) tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan daripadanya adalah
seperti (dosa) seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri). Dan sejahat-
jahat riba adalah kehormatan seorang muslim.” (Hadits riwayat Al-Hakim dalam
Al Mustadrak, 2/37; Shahihul Jami’, 3533.)
“Sedirham (uang) riba yang dimakan oleh seorang laki-laki, sedang dia mengetahui
(uang itu hasil riba) lebih keras (siksanya) daripada tiga puluh enam wanita
pezina.” (Hadits riwayat Al-Hakim dalam Al Mustadrak, 2/37; Shahihul Jami’,
3533.)
“(Uang) riba itu meski (pada awalnya) banyak, tetapi pada akhirnya ia akan
(menjadi) sedikit.”( Hadits riwayat Al-Hakim, 2/37; Shahihul Jami’, 3542.)
Riba juga tidak dikhususkan pada jumlah peredaran uang sehingga dikatakan kalau
dalam jumlah banyak, riba itu haram dan kalau sedikit tidak. Sedikit atau banyak,
riba hukumnya haram. Orang yang memakan atau mengambil uang riba, kelak
akan dibangkitkan dari dalam kuburnya pada hari Kiamat seperti bangkitnya orang
yang kemasukan setan lantaran tekanan penyakit gila.
Meskipun riba adalah suatu dosa yang sangat keji, tetapi Allah tetap menerima
taubat orang yang hendak meninggalkan perbuatan tersebut. Langkah yang harus
ditempuh oleh orang yang benar-benar taubat dari kegiatan riba adalah
sebagaimana dituturkan firman Allah,
“Dan jika bertaubat (dari kegiatan dan pemanfaatan riba) maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Al-Baqarah: 279)
Bisa dikatakan tak akan ada Islam di Indonesia tanpa peran khilafah. Orang sering
mengatakan bahwa Islam di Indonesia, khususnya di tanah Jawa disebarkan oleh
Walisongo. Tapi tak banyak orang tahu, siapa sebenarnya Walisongo itu? Dari
mana mereka berasal? Tidak mungkin to mereka tiba-tiba ada, seolah turun dari
langit?
Dalam kitab Kanzul ‘Hum yang ditulis oleh Ibn Bathuthah yang kini tersimpan di
Museum Istana Turki di Istanbul, disebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan
Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada
pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah
ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke
pulau Jawa.
Jadi, Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama yang diutus khalifah di
masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan
jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 6 angkatan yang masing-
masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh
angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada
tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian
kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan
dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana
Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Jadi, masyarakat
Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan Palestina.
Lalu ada Syekh Ja’far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal
dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari
Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang
kemudian disebut Kudus – berasal dari kata al Quds (Jerusalem).
Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang
kita lihat sekarang. Oleh karena itu, sungguh aneh kalau ada dari umat Islam
sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri,
padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus
oleh para khalifah.
Islam masuk ke Indonesia pada abad 7M (abad 1H), jauh sebelum penjajah datang.
Islam terus berkembang dan mempengaruhi situasi politik ketika itu. Berdirilah
kesultanan-kesultanan Islam seperti di Sumatera setidaknya diwakili oleh institusi
kesultanan Peureulak (didirikan pada 1 Muharram 225H atau 12 November tahun
839M), Samudera Pasai, Aceh Darussalam, Palembang; Ternate, Tidore dan Bacan
di Maluku (Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440);
Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura,
Mempawah, Sintang dan Kutai di Kalimantan.
Adapun kesultanan di Jawa antara lain: kesultanan Demak, Pajang, Cirebon dan
Banten. Di Sulawesi, Islam diterapkan dalam institusi kerajaan Gowa dan Tallo,
Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu. Sementara di Nusa Tenggara penerapan Islam di
sana dilaksanakan dalam institusi kesultanan Bima. Setelah Islam berkembang dan
menjelma menjadi sebuah institusi maka hukum-hukum Islam diterapkan secara
menyeluruh dan sistemik dalam kesultanan-kesultanan tersebut.
Kita sudah mengetahui bahwa mereka adalah Maulana Malik Ibrahim ahli tata
pemerintahan negara dari Turki, Maulana Ishaq dari Samarqand yang dikenal
dengan nama Syekh Awwalul Islam, Maulana Nur Ridwan Ahmad Jumadil Kubra
dari Mesir, Maulana Muhammad al-Maghrabi dari Maroko, Maulana Malik Israil
dari Turki, Maulana Hasanuddin dari Palestina, Maulana Aliyuddin dari Palestina,
dan Syekh Subakir dari Persia. Sebelum ke tanah Jawa, umumnya mereka singgah
dulu di Pasai. Adalah Sultan Zainal Abidin Bahiyan Syah penguasa Samudra Pasai
antara tahun 1349-1406 M yang mengantar Maulana Malik Ibrahim dan Maulana
Ishaq ke Tanah Jawa.
Pada periode berikutnya, antara tahun 1421-1436 M datang tiga da’i ulama ke
Jawa menggantikan da’i yang wafat. Mereka adalah Sayyid Ali Rahmatullah putra
Syaikh Ibrahim dari Samarkand (yang dikenal dengan Ibrahim Asmarakandi) dari
ibu Putri Raja Campa-Kamboja (Sunan Ampel), Sayyid Ja’far Shadiq dari
Palestina (Sunan Kudus), dan Syarif Hidayatullah dari Palestina cucu Raja
Siliwangi Pajajaran (Sunan Gunung Jati).
Mulai tahun 1463M makin banyak da’i ulama keturunan Jawa yang menggantikan
da’i yang wafat atau pindah tugas. Mereka adalah Raden Paku (Sunan Giri) putra
Maulana Ishaq dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu, Raja
Blambangan; Raden Said (Sunan Kalijaga) putra Adipati Wilatikta Bupati Tuban;
Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang); dan Raden Qasim Dua (Sunan Drajad)
putra Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati, putri Prabu Kertabumi Raja
Majapahit.
Banyaknya gelar Raden yang berasal dari kata Rahadian yang berarti Tuanku di
kalangan para wali, menunjukkan bahwa dakwah Islam sudah terbina dengan subur
di kalangan elit penguasa Kerajaan Majapahit. Sehingga terbentuknya sebuah
kesultanan tinggal tunggu waktu.
Namun, sebagian besar kapal tersebut tidak pernah tiba di Aceh. Banyak dari
kapal-kapal tersebut dialihkan untuk tugas yang lebih mendesak yaitu memulihkan
dan memperluas kekuasaan Utsmaniyah di Yaman. Ada satu atau dua kapal yang
tiba di Aceh. Kapal-kapal tersebut selain membawa pembuat senjata, penembak,
dan teknisi juga membawa senjata dan peralatan perang lainnya, yang langsung
digunakan oleh penguasa setempat untuk mengusir Portugis. Peristiwa ini dapat
diketahui dalam berbagai arsip dokumen negara Turki.
Hasil misi ke Mekah ini sangat sukses, sehingga dapat dikatakan kesultanan
Banten sejak awal memang meganggap dirinya sebagai kerajaan Islam, dan
tentunya termasuk Dar al-Islam yang ada di bawah kepemimpinan Khalifah Turki
Utsmani di Istanbul. Sultan Ageng Tirtayasa mendapat gelar sultan dari Syarif
mekah.
Hubungan erat ini nampak juga dalam bantuan militer yang diberikan oleh
Khilafah Islamiyah. Dalam Bustanus Salatin karangan Nuruddin ar-Raniri
disebutkan bahwa kesultanan Aceh telah menerima bantuan militer berupa senjata
disertai instruktur yang mengajari cara pemakaiannya dari Khilafah Turki Utsmani
(1300-1922).
Bernard Lewis (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1563 penguasa Muslim di
Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan
Portugis. Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut
persenjataan dan persediaan; sekalipun hanya satu atau dua kapal yang tiba di
Aceh.
Tahun 1652 kesultanan Aceh mengirim utusan ke Khilafah Turki Utsmani untuk
meminta bantuan meriam. Khilafah Turki Utsmani mengirim 500 orang pasukan
orang Turki beserta sejumlah besar alat tembak (meriam) dan amunisi. Tahun
1567, Sultan Salim II mengirim sebuah armada ke Sumatera, meski armada itu lalu
dialihkan ke Yaman. Bahkan Snouck Hourgroye menyatakan, “Di Kota Makkah
inilah terletak jantung kehidupan agama kepulauan Nusantara, yang setiap detik
selalu memompakan darah segar ke seluruh penduduk Muslimin di Indonesia.”
Bahkan pada akhir abad 20, Konsul Turki di Batavia membagi-bagikan al-Quran
atas nama Sultan Turki.
Di istambul juga dicetak tafsir al-Quran berbahasa melayu karangan Abdur Rauf
Sinkili yang pada halaman depannya tertera “dicetak oleh Sultan Turki, raja
seluruh orang Islam”. Sultan Turki juga memberikan beasiswa kepada empat orang
anak keturunan Arab di Batavia untuk bersekolah di Turki.
Pada masa itu, yang disebut-sebut Sultan Turki tidak lain adalah Khalifah,
pemimpin Khilafah Utsmaniyah yang berpusat di Turki. Selain itu, Snouck
Hurgrounye sebagaimana dikutip oleh Deliar Noer mengungkapkan bahwa rakyat
kebanyakan pada umumnya di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di
pelosok-pelosok yang jauh di penjuru tanah air, melihat stambol (Istambul,
kedudukan Khalifah Usmaniyah) masih senantiasa sebagai kedudukan seorang raja
semua orang mukmin yang kekuasaannya mungkin agaknya untuk sementara
berkurang oleh adanya kekuasaan orang-orang kafir, tetapi masih dan tetap
[dipandang] sebagai raja dari segala raja di dunia. Mereka juga berpikir bahwa
“sultan-sultan yang belum beragama mesti tunduk dan memberikan
penghormatannya kepada khalifah.” Demikianlah, dapat dikatakan bahwa Islam
berkembang di Indonesia dengan adanya hubungan dengan Khilafah Turki
Utsmani.
Dengan demikian, keterkaitan Nusantara sebagai bagian dari Khilafah, baik saat
Khilafah Abbasiyah Mesir dan Khilafah Utsmaniyah telah nampak jelas pada
pengangkatan Meurah Silu menjadi Sultan Malikussaleh di Kesultanan Samudra-
Pasai Darussalam oleh Utusan Syarif Mekkah, dan pengangkatan Sultan Abdul
Kadir dari Kesultanan Banten dan Sultan Agung dari Kesultanan Mataram oleh
Syarif Mekkah.
Dengan mengacu pada format sistem kehilafahan saat itu, Syarif Mekkah adalah
Gubernur (wali) pada masa Khilafah Abbasiyah dan Khilafah Utsmaniyah untuk
kawasan Hijaz. Jadi, wali yang berkedudukan di Mekkah bukan semata
penganugerahan gelar melainkan pengukuhannya sebagai sultan. Sebab, sultan
artinya penguasa. Karenanya, penganugerahan gelar sultan oleh wali lebih
merupakan pengukuhan sebagai penguasa Islam. Sementara itu, kelihatan Aceh
memiliki hubungan langsung dengan pusat khilafah Utsmaniyah di Turki.
KESIMPULAN
Jumlah dai yang diutus ini tidak hanya sembilan (Songo). Bahkan ada 6 angkatan
yang dikirimkan, masing-masing jumlanya sekitar sembilan orang. (Versi lain
mengatakan 7 bahkan 10 angkatan karena dilanjutkan oleh anak / keturunannya)
Para Wali ini datang dimulai dari Maulana Malik Ibrahim, asli Turki. Beliau ini
ahli politik & irigasi, wafat di Gresik.
- Maulana Malik Ibrahim ini menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa
sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara.
- Juga Sultan Aliyudin, beliau dari Palestina dan tinggal di Banten. Jadi masyarakat
Banten punya hubungan darah & ideologi dg Palestina.
- Juga Syaikh Ja'far Shadiq & Syarif Hidayatullah; dikenal disini sebagai Sunan
Kudus & Sunan Gunung Jati; mereka berdua dari Palestina.
- Maka jangan heran, Sunan Kudus mendirikan Kota dengan nama Kudus,
mengambil nama Al-Quds (Jerusalem) & Masjid al-Aqsha di dalamnya.
Asw2 kajian S. al Baqoroh 191 : Kita diperintah untuk membunuh atau mengusir
penjajah dimanapun berada dan fitnah itu lebih berbahaya dari pada pembunuhan.
Kl dulu Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya mau sholat di Ka'bah dihalang
halangi bahkan ada yg dibunuholeh org kafir Qurais maka boleh dilawan dg cara
diperingatkan dahulu , kl sekarang kita tdk terasa setiap selesai sholat masjid
dikunci itu juga menghalang halangi sholat kl takut barang Masjid hilang skrang
dah banyak cara mengamankan mg bermanfaat w3
Lihat Selengkapnya
Asw2 kita sudah mulai tdk terasa cara2 org2 yg ingin menyesatkan kita melalui
olahraga terutama masalah wajibnya menutup aurat bagi wanita muslim dianggap
sepele lihat berapa banyak macam olahraga yg akhirnya para wanita tdk menutup
aurat bahkan olahraga diadu /berkelai atau yg lain yg menyepelekan masalah aurat
wanita sampai kelihatan paha ,mg bermanfaat w3
Dwi Jaenuri
Tulis komentar...
Asw2 jangan setiap perbedaan terus dg mudah mengkafirkan org lain apalagi terus
dibunuh belum tentu sekarang iman beasuknya mati kafir juga bisa dan yg dulu
kafir besuknya matinya iman juga bisa, tapi doakan spt Nabi Muhammad SAW
mendoakan Shohabat Umar Bin Khotob yg akhirnya masuk Islam, apalagi sudah
sama Islamnya kok saling menjelekkan gara2 hy beda organisasi atau madzab,
DOAKAN AJA MG DPT PETUNJUK,dan sikapi bw kita ini semua keturunan
Nabi Adam As dan Siti Hawa, mg bermanfaat w3
Asw2 kajian s. Al Baqoroh ayat 188 ; Alloh SWT melarang kita utk berbuat batil(
mencuri ,korupsi, menipu, berbohong,mereka yasa dll) kepada org lain dg cara
berpayungkan hukum guna menyelamatkan kebatilannya padahal kamu
mengetahuinya.
Penipuan dg berpayung hukum sejak dulu sudah ada demi memiliki milik org lain,
padahal kl kita sadar bw yg kita bawa/kita makan hy 3 piring kenapa sampai
serakah sedemikian rupa ini yg akan menyengsarakan kita sendiri, dan perlu
diketahui anak keturunan kita itu sudah ada rezekinya masing2 yg penting didik
aklaqnya dan beri ilmu yg bermanfaat dunia akherat besuknya bisa jalan
perekonomiannya , mg bermanfaat w3
Tulis komentar...
Ada orang yg berpendapat : Marilah kembali pada alquran dan hadis. Pendapat yg
bagus, hanya untuk memahaminya sangat dibutuhkan kaidah kaidah ,dibutuhkan
ilmu yg berkaitan dngn alquran, sprti ilmu tafsir ,asbabu nuzul , ilmu bahasa Arab
atau alat sprti nahwu shorof ,ilmu balaghoh. jika tanpa ilmu itu hanya
mengandalkan terjemahan bagi orang awam yg tidak pernah nyantri ,maka akan
menimbulkan salah penafsiran. Maka kita butuh guru yaitu para ulama pd masing
masing bidangnya. I...
Dwi Jaenuri Asw2 maksud sy bukan spt itu tapi jangan membesar besarkan
madzabnya tapi ilmu yg ada dari ulamanya yg kita pakai mas karena Nabi tdk
mengajarkan utk membesar2kan madzab nya w3
Deden Burhanudin Yang jelas kita harus terus belajar dan terus menuntut
ilmu karena dgn ilmu yg blm jelas menjadi jelas dan terang..yg blm kita
ketahui jadi kita ketahui..Kalaupun ada perbedaan persepsi itulah
keindahan ilmu dan keluasan wawasan..Jadi teruslah belajar dan raih
hakikat ilmu..
Asw2 kajian 2 perkara apabila mau menjalankan maka akan menjadi org yg soleh
selamat dunia akherat yi:
1. takut yg menggetarkan
a. takut akan hukuman Alloh
b. takut akan adzab didunia
c. takut akan siksa kubur...
Asw2 sdr2 q yg terhormat sy betul2 minta maaf sebab ada yg ngirimi youtup yg
tdk pantas kr sy tdk merasa membagikan mungkin ada yg tau paswod sy dr teman2
sy atau baru sy tinggal pergi belum sy matikan fb sy jadi ini sbg pelajaran yg lain
mg bermanfaat maaf w3
Asw2 bagi sdr2 yg ikut bpjs yg tdk sakit niatkan setorannya di bpjs utk
ibadah yaitu membantu sdr2 kita yg sakit biar jadi tabungan amal soleh w3
asw2 RUQYAH dalam arti mantra dalam syar'i mantra yg dibacakan utk
menghilangkan penyakit/gangguan dr jin atau sihir atau penangkal.
pada jaman Nabi Muhammad SAW sudah dijalankan baik Nabi sendiri atau para
Shohabat.
bacaan yg dibaca itu jelas 2 tdk mengandung syirik,dan yg dibaca itu ayat2 Alloh
SWT.
Bacaan ituakan betul2 akan mujarab kl yg membaca orgnya sll taat sm Alloh dan
Rosululoh SAW. bukan dukun atau org hy berkedok pakai sorban tapi pembohong,
atau mengaku ustad tapi bukan ustad.
Diantara bacaan ayat2 Alloh yg pernah dibaca Nabi S. Al Iklas,Al falaq,Annas
pada waktu mau tidur yi dg cara dibaca kmd ditiupkan ditangan kmd diusapkan
kemuka dan tubuh.
Amalan yg lain S. Al Baqoroh ayat 1-5,ayat kursi dan 2 ayat berikutnya,ayat2
akhir di s. Al Baqoroh,dan masih banyak lagi ayat2 yg lain mg bermanfaat maaf
w3
Asw2 iman dan Islam harus berjalan bersama kr iman tanpa menjalankan rukun
islam juga bohong sedang islam tabpa iman juga bohong jadi dua2nya harus
dijalankan baik rukun iman dan rukun islam , kr banyak org ktp islam tdk tdk
menjalankan rukun islam atau org mengaku iman tapi tdk taat pd tuntunan
mengenai iman dan islam mg bermanfaat w3
Asw2 pada saudara2 sy yg dirahmati Alloh SWT mohon dukungan doa buat anak
sy Muhammad iqbal Al zaenuri yg sedang sakit di rs wirosaban yka semoga cepat
sembuh, trimakasih atas doanya semoga Alloh SWT selalu merahmati keluarga
saudara2 saya trim w3
Dwi Jaenuri Asw2 sakit demam bagi yg py anak kecil hati2 masalah
makanan atau minuman yg ada pengawetnya dirs t4 anak sy kurang lebih
ada 8 anak hampir sama kr makanan d minuman yg ada pengawetnya bagi
anak perlu diperhatikan mg bermanfaat w3
Asw2 dlm S. Al Baqoroh mengenai wasiat/ warisan intinya kl ada org tua
memberikan warisan pd anak2nya tdk adil maka kita boleh mengingatkan
seandainya tdk mau maka besuk setelah meninggal ortu kita benarkan ,
jadilah ortu yg adil dlm memberi warisan kr kl tdk nanti ditinggal mati malah jadi
rebutan atau kelg berantakan dan akhirnya yg meninggal dapat kiriman siksa mg
bermanfaat w3
Asw2 mari kita berusaha sesuai dg kemampuan kita masing2 dan pekerjaan kita
masing2 (dunia utk akherat )bawa dunia sp akherat(segala kegiatan dunia usahakan
niat utk bekal akherat ) mg bermanfaat w3
28 November 2014 ·
Asw2 SETIAP ORG PASTI PUNYA MASALAH ,KITA TDK TAU DARI
MANA SAJA, INI SEMUA MEMANG DIBUAT OLEH YG BUAT TINGGAL
KITA MAU JADIKAN IBADAH ATAU TDK KARENA SETIAP ORG
MENGAKU BERIMAN PASTI DIUJI OLEH ALLOH SWT , SIAPA YG
LOLOS AKAN DINAIKKAN DERAJADNYA ,DAN UJIAN ITU TERUS ADA
SEDANG UJIAN YG PALING BERAT YAITU PADA WAKTU SAKAROTUL
MAUT/ MENJELANG MATI, RESEPNYA SERING2 BACA TAHLIL SETIAP
HARI DAN AMAL SOLEH , SHOLAT FARDZU JG DITINGGALKAN, NGAJI
SUATU KEWAJIBAN MG KITA SLL DLM LINDUNGANNYA AMIIIN W3
Asw2 kenapa di Indonesia selalu terjadi korupsi jawabnya satu karena tdk mau
melaksanakan hukum Alloh SWT yaitu potong tangan, coba kl dipraktekkan
korupsi takuuuut yg setuju silahkan like w3
Bayu Samudro Ya kalau bisa di lihat dulu kalau yg agak ringan boleh potong
tangan kalau yg merugikan negara mau tdk mau dihukum mati karena dia yg bikin
hukum dan dia yg melanggarnya sendri itu yg adil bukan orng kecil ajah yg
dihukum berat dan hukuman mati
Bayu Samudro Ya klau cumak potong tangan buat orng krupsi it masalah
kecil bsh beli tangan yg yg baru kalau hukuman mati itulah yg dia pikirkan
nanti oleh yg krupsi itu bp dwi.itu hukuman yg tegas & bijaksana yg di
jalankan oleh bangsa indonesia sendri supaya hukum...Lihat Selengkapnya
ASW2 INNALILAHI WAINNAILAIHI ROJIUN TELAH MENINGGAL DUNIA
SDR Q BRIGADIR ANANTO SETIAWAN ANGGOTA BRIMOB
YOGYAKARTA KARENA SAKIT MARI KITA DOAKAN MG DIAMPUNI
DOSA2NYA DAN DIJADIKAN KUBURNYA TAMAN2 SURGA AMIIN W3
Sri Mulyono Inalilahi wainailaihi rojiun , turut berduka cita sedalam2nya , smg
arwah almarhum diterima disisiNYA , …آمي ْن
ِ …آمي ْن
ِ ي َ علَ ِمي ْن ب ْهل َر
َ
Terimaksih Shihan Harried Taning, disela kesibukan beliau bertugas di jogja masih
menyempatkan waktunya memberikan bekal ilmunya kepada kami, kami tidak bisa
balas apa-apa, kami hanya bisa membalasnya dengan ucapan syukur dan terima
kasih tak terhingga serta doa semoga shihan diberikan umur panjang, kesuksesan
dalam segala karya dan usaha.
5 Oktober 2014 ·
Sempatkan mnulis"Aamiin"jika do'a ini termasuk doa Anda juga !!..Aamiin ya
robbal alamin.
Artinya:...
Aleh Habsyi Hehehehehe gitu ya trus klo gitu berarti ngaa prnting dibalas
salamnya cukup di niatkan saja gitu ya sensei dwi hehehe sharing aja ya. Bkn
mengkretik apalagi merasa diri saya lebih pintar nauzubillah zumma nauzubillah.
Krn pada umumnya kita disuruh bac...Lihat Selengkapnya
Aleh Habsyi Padahal salam itu hukum wajib dijawab sunnah diucapkan nah
gmn saya bs jawab salam klo asw2 toh sensei dwi krn saya nga tau apa iyu
asw2 jadi mnrt saya mengartikan berarti asal wanita toh
hahahahahahahahahahahahahahahahahahaha
30 September 2014 pukul 8:36 · Batal Suka · 1
SELAMAT
Asw2 HATI HATI ada uang palsu 100ribuan ciri-ciri nomer seri kurang jelas
kertasnya agak tebal gambar laut dipulau kurang jelas ,cek dulu kl menerima uang
siarkan mg bermanfaat w3
Rescy Gantenk
Dwi Jaenuri Asw2 iman bisa dipupuk dg ngaji terus menerus sering2 dengerin
pengajian baik langsung atau tdk langsung (pakai cd dll) w3
Asw2Taqobqllohu mina waminkum taqobal ya Karim kami Dwi jaenuri beserta
kelg besar mengucapkan selamat Hari Raya Iddul Fitri dan kami sekeluarga mohon
maaf lahir dan batin kepada sdr2 q dimanapun berada dan kami berdoa semoga
keluarga kita selalu di Rahmati dan dilindungi oleh Alloh SWT , mg sukses dunia
akherat amiiin w3
Asw2 perang yg paling besar yi perang melawan hawa nafsu bukan bunuh
membunuh. Dunia hy sementara dan akherat selama lamanya.
Pengajian:" Sdr2 q yg dirahmati Alloh SWT betapa pentingnya kita taa sm
pemimpin didlm Al Qur'an saja diterangkan "taatilah pd Alloh, Rosul dan
pemimpin"
Diantara negara kacau kr :
1. banyak org tdk taat sm pemimpin, inginnya jd pemimpin d tdk mau dipimpin.
Spt skr banyak org ingin memutuskan puasa hr sendir2 besuk lebarannya sendiri2
tdk taat sm pem...
Asw2 dunia hy sementara akherat selama2nya .cinta dunia lupa akherat, cinta
dunia takut mati, cinta akherat dunia dapat.
Pengajian: "cintai aku kr Alloh, sayangi aku kr Alloh, kasihi aku kr Alloh, miliki
aku kr Alloh SWT. Makna : apa saja yg kita hadapi atau kita miliki diusahakan kr
Alloh SWT sehingga semua akan aman dari hisab Alloh di yaumil akhir , maaf mg
bermanfaat w3
Abdul Jafar betul pak ustad, tunjukanlah kami jalan yang lurus. dan bersabarlah,
tunaikanlah sholat,sesunggu sholat itu mencegah dari perbuatan yang keji dan
munkar. jadikanlah ahlaq nabi Muhammad sebagai suri tauladan yang mulia
24 Juni 2014 pukul 7:22 · Batal Suka · 1
Dwi Jaenuri Asw2 makna takbir dlm Sholat dari takbirotul ikrom terus rukuk,
sujud ,duduk ada takbirnya memeknai bw kita hidup dlm keadaan diatas(jd org
kaya/berpangkat tinggi)ditengah/ sedang atau dlm keadaan dibawah/miskin
semua disuruh sll mengingat Alloh SWT, mg bermanfaat w3
Asw2 berdzikirlah kamu kepd Alloh kr akan menyelamatkan dr siksa kubur. kubur
adalah awal dr kehidupan akherat, siapa yg dikuburnya selamat mk diberikutnya
akan selamat.
Dzikir laaailahaillaloh akan menyingkirkan 99 balak, mg bermanfaat w3
Asw2 dunia ini hy sementara dan akherat selama lamanya. Apa yg kita miliki hy
titipan Allah SWT tapi kenyataannya kl kita kehilangan tetap susah ini kodratnya
manusia, tapi q hr sll berusaha menyadarkan diri bw semua itu milik Allah SWT d
q berusaha bs menerima apa yg dititipkan Allah SWT, berdzikir lahaulawala
quwata ila billah yg banyak mg bermanfaat w3
Idolaku Nabi Muhammad S.A.W
AAMIIN
Asw2 mencari ilmu agama itu wajib sekali bagi kaum muslim laki2 dan
perempuan .Pengajian : " Didlm S. Albaqoroh dlm tafsir Al Munir bw kaumnya
Nabi Dawud As dulu disuruh ibadah setiap hari sabtu tempat tinggalnya dekat laut
tapi pd hr sabtu ikan paling banyak kelihatan jd sm mencari ikan dia mereka bgmn
dihari itu utk mendptkan ikan sp keturunanya bertahun2 spt itu mk sm Allah
dirubah tubuhnya jadi kera akhirnya selama 3 hari sm stres dan mati.
Hikmah : bw siapa saja yg merekayasa agama disuruh ibadah malah melanggar
pasti akan dibalas ,mari kt sadarkan diri mg bermanfaat w3
Beliau tdk gila hormat baliau. Sngt bartanggung jawab terhadap pilihannya hanya
satu tekatnya untuk memeliharanya sampai akhir usia.dan sdh baliau buktikan..tgs
kt adalah memelihar...
Syeh ibnu Athoillah dalm kitab al-hikam mengatkan; "Dijadikan Allah negri ahirat
itu adalh pembalasan dari amal ibadah orang orang mukmin. Karena alam dunia ini
tidak cukup untuk menjadi imbalan dari amal ibadah mereka. Demikian juga
karena Allah menyayangi mereka, sehingga tidak memberi hasil jerih payah
mereka di tempat yg tidak kekal ini".
Asalamu alaikum wr wb, Hari Ahad di minggu pertama bulan rajab, termasuk
salah satu dari bulan yg dimulyakan Allah, dianjurkan untuk meningkatkan amal
ibadah diantrany puasa sunah, namun bagi yg masih ada hutang puasa, utamakan
mengkodo puasa. Hari ini acar pernikahan sahabat kita bu Isnayati Cinay
Abi Anwar Al-Barbasy Betul tidak cukup dasar negara, iman harus
diimplemntasikan dlm segala aspek kehidupan trmsuk berpolitik, dan hal ini
membutuhkan miliu atau biah yg bisa mnjamin terlaksananya sila trsbt bukan
hanya selogan kosong, maka kita butuh para elit politik yg agamis, partai yg
agamis, kondisi yg agamis.
Dwi Jaenuri Asw2 betul sobat tapi skrg mau cari yg bener2 agamis d
amanah itu yg siulit dan kita tdk tau sdr kehidupan sehar2 sobat w3
Asw2 kehidupan kl tdk dimanfaatkan akan rugi dan hilang spt matahari terbit jalan
terus danterus kmd terbenam, maka waktu itu/hari itu sudah hilang, sudah tdk bs
beramal lagi, ayooo mumpung msih ada waktu kita saling mengingatkan utk
beramal sholeh baik dg berdzikir, Sholat, ngaji, sodaqoh, silaturokhim,baca Al
qur'an dll mg bermanfaat w3
Imam Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa
bertambah dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang
dengan sebab kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan
bisa berkurang. Ia bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan
sebab meninggalkan amal.” Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu
dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak
pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan
perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.”
Definisi Iman berdasarkan hadist merupakan tambatan hati yang diucapkan dan
dilakukan merupakan satu kesatuan. Iman memiliki prinsip dasar segala isi hati,
ucapan dan perbuatan sama dalam satu keyakinan, maka orang - orang beriman
adalah mereka yang di dalam hatinya, disetiap ucapannya dan segala tindakanya
sama, maka orang beriman dapat juga disebut dengan orang yang jujur atau
orang yang memiliki prinsip. atau juga pandangan dan sikap hidup.
Para imam dan ulama telah mendefinisikan istilah iman ini, antara lain, seperti
diucapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib: "Iman itu ucapan dengan lidah dan
kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah r.a.
berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati dan mengerjakan dengan anggota." Imam al-Ghazali menguraikan
makna iman: "Pengakuan dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu
dengan hati dan mengamalkannya dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."
Jadi,dapat di simpukan,seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang
beriman) sempurna apabila memenuhi unsur unsur keimanan di atas. Apabila
seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, unsur
unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
Keimanan adalah hal yany paling mendasar yang harus dimiliki seseorang. Allah
memerintahkan agar ummat manusia beriman kepada-Nya, sebagaimana firman
Allah yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya
(Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya,
serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka
sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka
akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya
adalah untuk kebaikan manusia.Maka pegang teguhlah keimanan yang sudah
anda miliki!!!
Page 75
Tambahkan “Assolaatu khairun minan naum” (2X) artinya “Sembahyang itu lebih baik dari
Tidur” pada Azan Subuh setelah “Haiyaalal falah” (2X)
1. Berwudhu’
2. Menghadap ke arah Kiblat
3. Berdiri sewaktu menyeru Adzan atau Qamat
4. Dilakukan di tempat yang tinggi.
5. Muadzin hendaklah menyaring dan mengeluarkan suaranya.
6. Mengulang-ulang lafadz syahadatain
7. Muadzin menutup kedua telinganya dengan jari telunjuk ketika mengucapkan
“Haiyaalas solah” sambil memalingkan muka kearah kanan, dan ketika mengucapkan
“Haiyaalal falah” berpaling ke arah kiri.
“Assolaatu khairun minan naum” maka kita ucapkan “Syadaqta wa barirta waana mina syaahidiin”
maksudnya “ Benarlah dan mendapat kebaikanlah engkau dan aku adalah daripada yang menyaksikan”.
IQAMAH :
Qamat disebut juga dengan Iqamah yakni ucapan atau bacaan yang dilakukan ketika akan melakukan
sholat.
Menjawab bacaan Qamat:
Jika berjamaah, maka yang membacakan Qamat itu cuma seorang saja contohnya muadzin, tidak perlu
lagi kita Qamat. Bagaimanapun untuk beroleh pahala hendaklah kita menyahut, mengikut atau
menjawab apa yang diucapkan dalam Qamat yang dibacakan oleh muadzin dengan perlahan-lahan,
cuma pada bacaan :
“Haiyaalas solah Haiyaalal falah” maka kita ucapkan
“Laa haulawala quwwata illa billa hil alyyil aadzim” artinya
“Tiada daya upaya dan kekuatan ku kecuali dengan pertolongan Allah”.
Suka · Komentari
Tak terasa kita sudah berada di hadapan bulan agung dan mulia. Bulan yang dirindukan
kedatangannya oleh para kekasih Allah SWT. Dan hanya kekasih Allah-lah yang merindukan
bulan mulia ini.
Yang tidak pernah merindukannya tidak akan pernah merasa perlu untuk menyambutnya. Yang
tidak rindu untuk menyambutnya tidak akan bisa memuliakannya.
Dan yang tidak memuliakannya tidak akan dimuliakan oleh Allah SWT.
Jangan ada yang tertinggal di antara kita di bulan suci Ramadhan dari rombongan orang-orang
pilihan Allah SWT. Jangan tunda esok hari, akan tetapi sekarang dan saat inilah waktunya kita
untuk mempersiapkan diri menyambut bulan Ramadhan. Mengatur waktu kegiatan yang akan
kita laksanakan di hari-hari Ramadhan. Kapan kita bekerja dan kapan kita beribadah. Jadwal
harus kita buat atas dasar kerinduan kepada Allah SWT.
Mari kita sadari bahwa bulan ramadhan ini adalah bulan mulia bulan Allah SWT melipat-
gandakan pahala amal kebaikan yang kita lakukan. Yang tidak menyadari kedatangan dan
kemuliaan bulan Ramadhan ia akan keluar dari Ramadhan seperti orang yang tidak pernah
memasuki bulan Ramadhan. Tidak mendapatkan pengampunan dan kemuliaan dari Allah SWT.
Itulah orang-orang celaka yang pernah disebutkan oleh Rasululloh SAW.
Dan disaat kita sudah memasuki bulan Ramadan nanti, senantiasa hadirkanlah kemuliaan
Ramadhan di hati kita dalam segala aktivitas kita. Kita perbanyak untuk bisa beri’tikaf di masjid.
Jika kita tergolong orang yang sibuk dengan pekerjaan di pasar atau di kantor, jadikanlah
sepanjang kita di dalam tugas pekerjaan tersebut senantiasa dalam dzikir kepada Allah SWT.
Hal lain yang harus kita persiapkan untuk menyambut ramadhan adalah persiapan hati yang
lapang kepada sesama. Lebih khusus adalah kepada orang tua, suami, istri, kerabat dekat dan
tetangga. Kelapangan dada itu adalah kunci untuk mewujudkan keindahan kita dalam beribadah
dibulan Ramadhan. Adanya rasa saling mencintai karena Allah SWT baik itu antara suami istri,
tetangga atau yang lainnya. Hal ini akan mempermudah untuk melakukan amal baik bersama
dalam kebersamaan.
Kedengkian hanya akan menghadirkan gunjingan dan kebencian yang akan menjadikan hidup ini
tidak nyaman. Lapar dan dahaga di siang hari bulan Ramadhan akan semakin terasa berat jika
dibarengi dengan hati yang saling membenci dan permusuhan.
Alangkah tepatnya jika bulan ramadhan kita jadikan bulan untuk memulai segala keindahan dan
mengakhiri segala kebencian dan permusuhan.
Hati merupakan bagian yang paling mulia dan memiliki kedudukan paling agung di dalam tubuh
manusia. Ibarat raja, hati menjadi standar kebaikan amalan yang dilakukan oleh tubuh. Jika baik amalan
hati, maka baiklah semua amalan lainnya.
Akan tetapi, tidak semua manusia bisa menjaga kualitas hatinya. Sebab ada banyak hal yang ternyata
bisa menyebabkan hati orang tersebut tidak bersih, dan keras. Akibatnya adalah mereka menjadi orang-
orang yang sulit untuk menerima hidayah dan segala macam kebaikan.
Selain itu, kerasnya hati juga bisa mendatangkan pengaruh buruk terhadap kehidupannya di dunia. Oleh
sebab itu, sebagai seorang muslim kita harus mengetahui perkara yang menyebabkan kerasnya hati. Apa
saja? Berikut informasi selengkapnya.
“Sedikitkanlah tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.: [ Shahih adabul mufrad : 252 ]
Sementara itu, Rasulullah sendiri memiliki kebiasan tersenyum bukan tertawa. Memperbanyak senyum
merupakan amalan yang diperintahkan oleh agama. Bahkan senyuman seseorang kepada saudaranya
dinilai sebagai sedekah. Rasulullah SAW bersabda:
Selain itu, Rasulullah SAW juga memperbanyak untuk menangis kepada Allah Ta’ala. Kebiasaan beliau ini
juga diikuti oleh para khulafa’ ar rasyidun dan para sahabat lainnya. Beliau bersabda dalam sebuah
hadist ;
“Dan demi jiwaku yang ada ditangan-Nya, seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui kalian
akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” [ Adabul mufrad 254 ]
Selain dapat membuat hati menjadi keras, makan terlalu banyak juga bisa membuat orang itu menjadi
malas, berat badan tidak ideal, dan mudah terserang penyakit. Lebih dari itu, ternyata orang yang
banyak makan juga akan sulit untuk berpikir. Rasulullah SAW bersabda:
“Tidak ada wadah paling buruk yang diisi manusia selain perutnya, cukuplah seorang anak Adam makan
beberapa suap makanan saja yang dapat mengokohkan tulang punggungnya. Jika memang ia harus
mengisi perutnya maka hendaknya ia mem-berikan sepertiga untuk makanannya, sepertiga untuk
minumannya dan sepertiga lagi untuk nafasnya”. { HR. At-Tirmidzi}
“Tidak akan lurus iman seorang hamba hingga lurus hatinya. Dan tidak akan lurus hatinya hingga lurus
lisannya.” [ HR. Ahmad ].
Itulah yang menyebabkan Rasulullah menyuruh umatnua untuk berkata yang baik atau lebih baik untuk
diam. Sebagaimana sabda beliau yang artinya:
“Barangsiapa yang berimana kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah dia berkata benar atau diam,”
[HR. Al-Bukhari}
“Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka,”
(QS. Al Muthoffifin: 14).
Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Seorang hamba
apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia
meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali
(berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang
diistilahkan ‘ar raan’ yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian),
sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’,”(HR Tirmidzi).
“Dan (Ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: ‘Aduhai
kiranya (dulu) Aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.’ Kecelakaan besarlah bagiKu; kiranya Aku
(dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia Telah menyesatkan Aku dari Al
Quran ketika QS Al Quran itu Telah datang kepadaku. dan adalah syaitan itu tidak mau menolong
manusia,”(Al-Furqan: 27-29).
Tenyata, pergaulan bersama teman itu sangat berpengaruh terhadap hati seseorang. Bergaul dengan
orang yang baik akan membuat seseorang juga bisa menjadi baik dan sebaliknya. Rasulullah SAW
bersabda:
“Seseorang itu tergantung kepada agama teman dekatnya. Maka hendaklah seseorang melihat siapa
yang dijadikan teman dekatnya,” (HR Ahmad, Tirmidzi, Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).
Itulah lima penyebab yang bisa membuat kerasnya hati. Pengaruh kerasnya hati ini sangatlah besar,
karena dapat membuat sulit untuk menangis dan hilangnya perasaan takut kepada Allah SWT. Sebagai
muslim yang baik, hendaknya kita menghindari perkara-perkara di atas agar Allah senantiasa
memberikan kebaikan bagi kehidupan kita.
Amalkan 9 Nasihat Sufi Ini, Anda Pasti Bahagia
16:56:00
Tilawah dikhususkan untuk al-Qur’an. Hendaknya seorang penempuh jalan menuju Allah Ta’ala memiliki
dzikir al-Qur’an yang konsisten, sepanjang hari, seumur hidupnya. Baik berupa membaca,
mendengarkan, maupun menghafalkan dan mengulang-ulangnya.
Taklim bermakna memiliki guru yang secara serius membimbingnya menuju Allah Ta’ala. Guru yang
benar-benar Rabbani dan amat besar rasa takutnya kepada Allah Ta’ala. Guru yang bukan sekadar
mengajarkan ilmu dalam buku, tapi juga mewariskan akhlak hingga pesonanya terasa oleh orang-orang
sekitar.
Sedangkan tazkiyah bisa digapai dengan melakukan riyadhah-riyadhah ruhani untuk semakin mengenal
Allah Ta’ala, hingga hatinya bersih dan hanya ada Dia semata, tiada lagi selain-Nya.
Maka jalan sufi haruslah ditempuh dalam semua maknanya. Inilah jalan yang dianjurkan oleh Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam dan para sahabatnya, meski mereka tidak menamainya dengan jalan sufi.
Inilah jalan yang benar-benar bisa mengantarkan seseorang kepada Allah Ta’ala, jika dipelajarai dengan
benar, dipahami tanpa kebengkokan, dan diamalkan tanpa bid’ah.
Seorang sufi agung, Imam al-Harits al-Muhasibi menyampaikan salah satu nasihatnya. Dalam nasihat
yang terdiri dari 9 poin lengkap dengan keutamaannya ini, beliau mengawali dengan mengatakan,
“Tegakkanlah kebenaran. Percayalah kepada Allah Ta’ala. Dan lakukanlah amar makruf nahi mungkar.”
Beliau pun melanjutkan;
- siapa yang percaya kepada selain Allah Ta’ala, niscaya Dia murka kepadanya
- siapa yang takut kepada Allah Ta’ala, Dia menjamin keamanan baginya
- siapa yang bersyukur kepada Allah Ta’ala, pastilah Dia menambahkan nikmat kepadanya
- siapa yang berlaku taat kepada Allah Ta’ala, Dia akan memuliakannya
- siapa yang dicintai oleh Allah Ta’ala, maka dia pasti akan mendapatkan keberuntungan.
Inilah 9 nasihat agung sang sufi besar, Imam al-Harits al-Muhasibi dalam Risalah al-Mustarsyidin. Jika
berhasil menjalankan 9 nasihat ini, insya Allah kita akan senantiasa bahagia di dunia dan sejahtera di
akhirat. Aamiin.
ALLOHUMMASHOLI ALA
SAYIDINA MUHAMMAD
SYUKUR
ALKHAMDULILAH WASYUKURILAH 2X
ASKA SHOLATI WASALAMI LI ROSULILAH 2X
ALKHAMDULILAH WASYUKURILAH 2X
ASKA SHOLATI WASALAMI LI ROSULILAH 2X
NYUWUN NGAPURO
SEDOYO DOSO 2X
ALKHAMDULILAH WASYUKURILAH 2X
ASKA SHOLATI WASALAMI LI ROSULILAH 2X
ALKHAMDULILAH WASYUKURILAH 2X
ASKA SHOLATI WASALAMI LI ROSULILAH 2X
NYUWUN NGAPURO
SEDOYO DOSO 2X
ALKHAMDULILAH WASYUKURILAH 2X
ASKA SHOLATI WASALAMI LI ROSULILAH 2X
ALKHAMDULILAH WASYUKURILAH 2X
ASKA SHOLATI WASALAMI LI ROSULILAH 2X
Teks Latin Surah Al Mulk Beserta Artinya
Di bawah ini sengaja saya ketik sendiri text Latin dari Surah AlMulk (Kerajaan) salah satu surah Al
Qur’an. Surah Al Mulk ini sering juga disebut kaum Muslimin dengan nama surah Tabarok atau Tabarak.
Semoga teks bertuliskan Laten ini dapat bermanfaat buat anda. Surat Al Mulk dengan tulis Latin. 1.
Tabaarakal ladzii biyadihil mulku wa huwa ‘alaa kulli syai’in qadiir. 2. Alladzii khalaqal mauta wal hayaata
liyabluyakum ayyukum ahsanu ‘amalaa, wa huwal ‘aziizul ghafuur 3. Al Ladzi khalaqa sab’a samaawaatin
thibaaqam maa taraa fii hkalqir rahmaani min tafaawut farji’il basharahal taraa min futhuur 4. Tsummar
ji’il bashara karrataini yanqalib ilaikal basharu khaasiaw waahuwa hasiir 5. Walaqad zayyannas samaa-ad
dunyaa bimashaabiiha waja’alnaahaa rujuumal lisy syayaathiini, wa a’tadnaa lahum ‘adzaabas sa’iir. 6.
Walil ladziina kafaruu birabbihim ‘adzaabu jahannama wabi’sal mashiir. 7. Idzaa ulquu fiihaa sami’uu
lahaa syahiiqaw wahiya tafuur. 8. Takaadu tamayyazu minal ghayzhi kullamaa ulqiya fiihaa faujun sa-
alahum khazanatuhaa alam ya-tikum nadziir. 9. Qaaluu balaa qad jaa-anaa nadziirun fakadzdzabnaa
waqulnaa maa nazzalallohu min syai-in in antum illaa fii dhalaalin kabiir. 10. Waqaaluu law kunnaa
nasma’u auna’qilu maa kunnaa fii ash-haabis sa’iir. 11. Fa’tarafuu bidzambihim fasuhqal li-ash haabis
sa’iir. 12. Innal ladziina yakhsyauna rabbahum bil ghaibi lahum maghfiratuw wa ajrun kabiir. 13. Wa-
asirruu qaulakum awijharuu bihii innahuu ‘aliimum bidzaatish shuduur. 14. Alaa ya’lamu man khalaqa
wahuwal lathiiful khabiir. 15. Huwal ladzii ja’ala lakumul ardha dzaluulan famsyuu fii manaakibihaa
wakuluu mir rizqihii wailaihin nusyuur. 16. A-amintum man fis samaa-i ayyakhsifa bikumul ardha fa-
idzaa hiya tamuur. 17. Am amintum man fis samaa-I ayyursila ‘alaikum haashiban fasata’lamuuna kaifa
nadziir. 18. Walaqad kadzdzabal ladziina minqablihim fakaifa kaana nakiir. 19. Awalam yarau ilath thairi
fauqahum shaaffaatiw wayaqbidhna maa yumsikuhunna illar rahmaan. Innahuu bikulli syai-im bashiir.
20. Amman hadzalladzii huwa jundul lakum yanshurukum min duunir rahmaani inil kaafiruuna illa fii
ghuruur. 21. Amman haadzal ladzii yarsuqukum in amsaka rizqahuu bal lajjuu fii’utuwwim wanafuur. 22.
Afamay yamsyi mukibban ‘alaa waihihii ahdaa ammay yamsyi sawiyyan ‘alaa shiraathim mustaqiim. 23.
Qul huwal ladzii ansya –akum waja ‘ala lakumus sam’a wal abshaara wal af-idah, qaliilammaa
tasykuruun. 24. Qul huwal ladzii dzara akum fil ardhi wa-ilaihi tuhsyaruun. 25. Wayaquuluuna mataa
haadzal wa’du inkuntum shaadiqiin. 26. Qul innamal ‘ilmu indaallaahi wa-innamaa ana nadziirum
mubiin. 27. Falammaa ra-auhu zulfatan sii-at wujuhul ladziina kafaruu waqiila haadzal ladzii kuntum
bihii tadda’uun. 28. Qula ara-aitum in ahlakaniyallaahu wamam ma’iya au rahimanaa famay yujiirul
kaafiriina min ‘adzaabin aliim. 29. Qul huwar rahmaanu aamannaa bihil wa’alaihi tawakkalnaa
fasata’lamuuna man huwa fii dhalaalim mubiin. 30. Qul ara-aitum in ash baha maa ukum ghauran famay
yatiikum bimaa im ma’iin.
Ancaman Bagi Orang yang Membuka Auratnya
ٌسا ٌء َكا ِسيَات َ ِاس َونَ ب ا إلبَ َق ِر يَض ِإربُونَ ِب َها النا ِ اط َكأ َ إذنَاٌ َار لَ إم أ َ َر ُه َما َق إو ٌم َم َع ُه إم ِسي ِ ان ِم إن أ َ إه ِل الناِ َص إنفِ
ت إال َمائِلَ ِة ََّل َي إد ُخ إلنَ إال َجناةَ َو ََّل يَ ِج إدنَ ِري َح َها َو ِإ ان ِري َح َهاِ س ُه ان َكأ َ إسنِ َم ِة إالب إُخ
ُ يلتٌ َمائِ َلتٌ ُر ُءو َ ار َياتٌ ُم ِمِ ع َ
َ لَيُو َجدُ ِمن َمس
َِيرةِ َكذَا َو َكذا إ
“Ada dua golongan manusia yang menjadi penghuni neraka, yang sebelumnya aku tidak
pernah melihatnya; yakni, sekelompok orang yang memiliki cambuk seperti ekor sapi yang
digunakan untuk menyakiti umat manusia; dan wanita yang membuka auratnya dan
berpakaian tipis merangsang berlenggak-lenggok dan berlagak, kepalanya digelung seperti
punuk onta. Mereka tidak akan dapat masuk surga dan mencium baunya. Padahal, bau
surga dapat tercium dari jarak sekian-sekian.”[HR. Imam Muslim].
Di dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawiy berkata, “Hadits ini termasuk salah satu
mukjizat kenabian. Sungguh, akan muncul kedua golongan itu. Hadits ini bertutur tentang
celaan kepada dua golongan tersebut. Sebagian ‘ulama berpendapat, bahwa maksud dari
hadits ini adalah wanita-wanita yang ingkar terhadap nikmat, dan tidak pernah bersyukur
atas karunia Allah. Sedangkan ulama lain berpendapat, bahwa mereka adalah wanita-
wanita yang menutup sebagian tubuhnya, dan menyingkap sebagian tubuhnya yang lain,
untuk menampakkan kecantikannya atau karena tujuan yang lain. Sebagian ulama lain
berpendapat, mereka adalah wanita yang mengenakan pakaian tipis yang menampakkan
warna kulitnya (transparan)…Kepala mereka digelung dengan kain kerudung, sorban, atau
yang lainnya, hingga tampak besar seperti punuk onta.”
Imam Ahmad juga meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah dengan redaksi
berbeda.
Hadits-hadits di atas merupakan ancaman yang sangat keras bagi wanita yang
menampakkan sebagian atau keseluruhan auratnya, berbusana tipis, dan berlenggak-
lenggok.
Kesimpulan
Syariat Islam telah mewajibkan wanita untuk menutup anggota tubuhnya yang
termasuk aurat. Seorang wanita diharamkan menampakkan auratnya di kehidupan umum,
di hadapan laki-laki non mahram, atau ketika ia melaksanakan ibadah-ibadah tertentu yang
mensyaratkan adanya satru al-‘aurat (menutup aurat).
Aurat wanita adalah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan.
Seseorang baru disebut menutup aurat, jika warna kulit tubuhnya tidak lagi tampak dari
luar. Dengan kata lain, penutup yang digunakan untuk menutup aurat tidak boleh
transparan hingga warna kulitnya masih tampak; akan tetapi harus mampu menutup warna
kulit.
Ancaman bagi yang tidak menurut aurat adalah tidak mencium bau surge alias
neraka, karena tidak amanah, tidak tunduk kepada aturan sang Kholik.[Arief Adiningrat]
[1] Abu Ishaq, al-Mubadda’, juz 1/360-363. Diskusi masalah ini sangatlah panjang.
Menurut Ibnu Hubairah dan Imam Ahmad, dalam satu riwayat; aurat wanita adalah
seluruh tubuh, kecuali wajah dan kedua telapak tangannya. Sedangkan dalam
riwayat lain Imam Ahmad menyatakan, bahwa seluruh badan wanita adalah
aurat.[Ibnu Hubairah, al-Ifshaah ‘an Ma’aaniy al-Shihaah, juz 1/86
[4]Imam al-Nasafiy, tafsir al-Nasaafiy, juz 3/143. Dalam kitab Ruuh al-Ma’aaniy, juz
18/140, dituturkan, “Diungkapkan dengan perkataan “al-ziinah” (perhiasan), bukan
“anggota tubuh tempat menaruh perhiasan”, ditujukan untuk memberikan kesan
penyangatan dalam hal perintah untuk menutup aurat.. Sedangkan yang boleh
ditampakkan adalah muka dan kedua telapak tangan.. Imam Ibnu Katsir, dalam
Tafsir Ibnu Katsir, juz 3/285, menyatakan; menurut jumhur ulama tafsir, “illa ma
dzahara minhaa” diartikan muka dan kedua telapak tangan.
Na’udzubillah, orang yang membuka aurat diancam tidak akan masuk surga, bahkan mencium baunya
surga saja tidak.
Islam mempunyai ketentuan dalam menutup aurat, menutup aurat bukan berarti membalut tubuh yang
masih memperlihat lekuk-lekuk tubuh. Menutup aurat juga bukan berarti membungkus tubuh yang masih
memperlihat bayang-bayang tubuh.
2. Dosa karena membuat/mengundang orang berbuat berdosa
Setiap lawan jenis yang melihat auratnya dengan sengaja, maka yang melihat akan berdosa. Yang
memperlihatkan auratnya (memasang foto profil) akan menanggung 2 kali lipat, yaitu dosa membuka
aurat dan dosa membuat/mengundang orang berdosa/bermaksiat.
Setiap lawan jenis yang melihat foto profil (yang membuka aurat), maka pemilik foto profil akan selalu
menanggung dosa. Na’udzubillah, ini merupakan permasalahan dan kerugian yang sangat besar bagi
seorang muslim.
Memasang foto profil yang membuka aurat berarti memarkan kemaksiatan. Membuka aurat adalah
perbuatan dosa/maksiat, dan menjadikannya sebagai foto profil berarti memerkan dosa/kemaksiatan
tersebut. Cukuplah Hadist ini menjadi cambuk dan nasehat bagi kita, orang yang memerkan perbuatan
dosa diancam tidak diampuni dosanya. Na’udzubillah.
Bagi para wanita, masihkah mau memasang foto profil yang memamerkan auratnya?
Semoga Allah mengampuni dosa kita semua. Aamiin.
2. Hubungan antara suami isteri harus atas dasar saling membutuhkan, seperti pakaian dan yang
memakainya (hunna libasun lakum wa antum libasun lahunna, Q/2:187). Fungsi pakaian ada tiga, yaitu
(a) menutup aurat, (b) melindungi diri dari panas dingin, dan (c) perhiasan. Suami terhadap isteri dan
sebaliknya harus menfungsikan diri dalam tiga hal tersebut. Jika isteri mempunyai suatu kekurangan,
suami tidak menceriterakan kepada orang lain, begitu juga sebaliknya. Jika isteri sakit, suami segera
mencari obat atau membawa ke dokter, begitu juga sebaliknya. Isteri harus selalu tampil
membanggakan suami, suami juga harus tampil membanggakan isteri, jangan terbalik jika saat keluar
rumah istri atau suami tampil menarik agar dilihat orang banyak. Sedangkan giliran ada dirumah suami
atau istri berpakaian seadanya, tidak menarik, awut-awutan, sehingga pasangannya tidak menaruh
simpati sedikitpun padanya. Suami istri saling menjaga penampilan pada masing-masing pasangannya.
3. Suami isteri dalam bergaul memperhatikan hal-hal yang secara sosial dianggap patut (ma`ruf), tidak
asal benar dan hak, Wa`a syiruhunna bil ma`ruf (Q/4:19). Besarnya mahar, nafkah, cara bergaul dan
sebagainya harus memperhatikan nilai-nilai ma`ruf. Hal ini terutama harus diperhatikan oleh suami isteri
yang berasal dari kultur yang menyolok perbedaannya
4. Suami istri secara tulus menjalankan masing-masing kewajibannya dengan didasari keyakinan bahwa
menjalankan kewajiban itu merupakan perintah Allah SWT yang dalam menjalankannya harus tulus
ikhlas. Suami menjaga hak istri dan istri menjaga hak-hak suami. Dari sini muncul saling menghargai,
mempercayai, setia dan keduanya terjalin kerjasama untuk mencapai kebaikan didunia ini sebanyak-
banyaknya melalui ikatan rumah tangga. Suami menunaikan kewajiabannya sebagai suami karema
mengharap ridha Allah. Dengan menjalankan kewajiban inilah suami berharap agar amalnya menjadi
berpahala disisi Allah SWT. Sedangkan istri, menunaikan kewajiban sebagai istri seperti melayani suami,
mendidik anak-anak, dan lain sebagainya juga berniat semata-mata karena Allah SWT. Kewajiban yang
dilakukannya itu diyakini sebagai perinta Allah, tidak memandang karena cintanya kepada suami
semata, tetapi di balik itu dia niat agar mendapatkan pahala di sisi Allah melalui pengorbanan dia
dengan menjalankan kewajibannya sebagai istri.
5. Semua anggota keluarganya seperti anak-anaknya, isrti dan suaminya beriman dan bertaqwa kepada
Allah dan rasul-Nya (shaleh-shalehah). Artinya hukum-hukum Allah dan agama Allah terimplementasi
dalam pergaulan rumah tangganya.
6. Riskinya selalu bersih dari yang diharamkan Allah SWT. Penghasilan suami sebagai tonggak berdirinya
keluarga itu selalu menjaga rizki yang halal. Suami menjaga agar anak dan istrinya tidak berpakaian,
makan, bertempat tinggal, memakai kendaraan, dan semua pemenuhan kebutuhan dari harta haram.
Dia berjuang untuk mendapatkan rizki halal saja.
7. Anggota keluarga selalu ridha terhadap anugrah Allah SWT yang diberikan kepada mereka. Jika diberi
lebih mereka bersyukur dan berbagi dengan fakir miskin. Jika kekurangan mereka sabar dan terus
berikhtiar. Mereka keluarga yang selalu berusaha untuk memperbaiki semua aspek kehidupan mereka
dengan wajib menuntut ilmu-ilmu agama Allah SWT.
11. Suami secara berkala mengajak istri dan anaknya melakukan instropeksi diri untuk melakukan
perbaikan dimasa yang akan datang. Misalkan, suami istri, dan anak-anaknya saling meminta maaf pada
anggota keluarga itu pada setiap hari kamis malam jum’at. Tujuannya hubungan masing-masing
keluarga menjadi harmonis, terbuka, plong, tanpa beban kesalahan pada pasangannnya, dan untuk
menjaga kesetiaan masing-masing anggota keluarga.
12. Saat menghadapi musibah dan kesusahan, selalu mengadakan musyawarah keluarga. Dan ketika
terjadi perselisihan, maka anggota keluarga cepat-cepat memohon perlindungan kepada Allah dari
keburukan nafsu amarahnya.
Wallahu Alam
Menimbang : a. bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan rasa aman dan bebas dari segala
bentuk kekerasan sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa segala bentuk kekerasan, terutama kekerasan dalam rumah tangga,
merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus;
c. bahwa korban kekerasan dalam rumah tangga, yang kebanyakan adalah perempuan,
harus mendapat perlindungan dari negara dan/atau masyarakat agar terhindar dan
terbebas dari kekerasan atau ancaman kekerasan, penyiksaan, atau perlakuan yang
merendahkan derajat dan martabat kemanusiaan;
d. bahwa dalam kenyataannya kasus kekerasan dalam rumah tangga banyak terjadi,
sedangkan sistem hukum di Indonesia belum menjamin perlindungan terhadap korban
kekerasan dalam rumah tangga;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d, perlu dibentuk Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga;
Mengingat : Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal 28D ayat (1) dan ayat (2), Pasal 28E,
Pasal 28F, Pasal 28G, Pasal 28H, Pasal 28I, Pasal 28J, dan Pasal 29 Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pasal 2
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 3
Pasal 4
Penghapusan kekerasan dalam rumah tangga bertujuan :
BAB III
LARANGAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA
Pasal 5
Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam
lingkup rumah tangganya, dengan cara :
a. kekerasan fisik;
b. kekerasan psikis;
c. kekerasan seksual; atau
d. penelantaran rumah tangga.
Pasal 6
Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang
mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.
Pasal 7
Kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b adalah perbuatan yang
mengakibatkan ketakutan, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk
bertindak, rasa tidak berdaya, dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
Pasal 8
Kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi :
a. pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam
lingkup rumah tangga tersebut;
b. pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah
tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu.
Pasal 9
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya, padahal
menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau perjanjian ia
wajib memberikan kehidupan, perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut.
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang
yang mengakibatkan ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
berada di bawah kendali orang tersebut.
BAB IV
HAK-HAK KORBAN
Pasal 10
BAB V
KEWAJIBAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT
Pasal 11
Pemerintah bertanggung jawab dalam upaya pencegahan kekerasan dalam rumah
tangga.
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Setiap orang yang mendengar, melihat, atau mengetahui terjadinya kekerasan dalam
rumah tangga wajib melakukan upaya-upaya sesuai dengan batas kemampuannya untuk
:
a. mencegah berlangsungnya tindak pidana;
b. memberikan perlindungan kepada korban;
c. memberikan pertolongan darurat; dan
d. membantu proses pengajuan permohonan penetapan perlindungan.
BAB VI
PERLINDUNGAN
Pasal 16
(1) Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak mengetahui atau
menerima laporan kekerasan dalam rumah tangga, kepolisian wajib segera
memberikan perlindungan sementara pada korban.
(2) Perlindungan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan paling
lama 7 (tujuh) hari sejak korban diterima atau ditangani.
Dalam waktu 1 x 24 (satu kali dua puluh empat) jam terhitung sejak pemberian
(3)
perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kepolisian wajib meminta surat
penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.
Pasal 17
Dalam memberikan perlindungan sementara, kepolisian dapat bekerja sama dengan
tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani
untuk mendampingi korban.
Pasal 18
Kepolisian wajib memberikan keterangan kepada korban tentang hak korban untuk
mendapat pelayanan dan pendampingan.
Pasal 19
Kepolisian wajib segera melakukan penyelidikan setelah mengetahui atau menerima
laporan tentang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
Pasal 20
Kepolisian segera menyampaikan kepada korban tentang :
a. identitas petugas untuk pengenalan kepada korban;
b. kekerasan dalam rumah tangga adalah kejahatan terhadap martabat kemanusiaan;
dan
c. kewajiban kepolisian untuk melindungi korban.
Pasal 21
(1) Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada korban, tenaga kesehatan harus :
a. memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesinya;
b. membuat laporan tertulis hasil pemeriksaan terhadap korban dan visum et
repertum atas permintaan penyidik kepolisian atau surat keterangan medis yang
memiliki kekuatan hukum yang sama sebagai alat bukti.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di sarana
kesehatan milik pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.
Pasal 22
(1) Dalam memberikan pelayanan, pekerja sosial harus :
a. melakukan konseling untuk menguatkan dan memberikan rasa aman bagi
korban;
b. memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan
perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari pengadilan;
c. mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif; dan
d. melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban
dengan pihak kepolisian, dinas sosial, lembaga sosial yang dibutuhkan korban.
(2) Pelayanan pekerja sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di rumah
aman milik pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat.
Pasal 23
Dalam memberikan pelayanan, relawan pendamping dapat :
a. menginformasikan kepada korban akan haknya untuk mendapatkan seorang atau
beberapa orang pendamping;
b. mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan atau tingkat pemeriksaan
pengadilan dengan membimbing korban untuk secara objektif dan lengkap memaparkan
kekerasan dalam rumah tangga yang dialaminya;
c. mendengarkan secara empati segala penuturan korban sehingga korban merasa
aman didampingi oleh pendamping; dan
d. memberikan dengan aktif penguatan secara psikologis dan fisik kepada korban.
Pasal 24
Dalam memberikan pelayanan, pembimbing rohani harus memberikan penjelasan
mengenai hak, kewajiban, dan memberikan penguatan iman dan taqwa kepada korban.
Pasal 25
Dalam hal memberikan perlindungan dan pelayanan, advokat wajib :
a. memberikan konsultasi hukum yang mencakup informasi mengenai hak-hak korban
dan proses peradilan;
b. mendampingi korban di tingkat penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan dalam
sidang pengadilan dan membantu korban untuk secara lengkap memaparkan kekerasan
dalam rumah tangga yang dialaminya; atau
c. melakukan koordinasi dengan sesama penegak hukum, relawan pendamping, dan
pekerja sosial agar proses peradilan berjalan sebagaimana mestinya.
Pasal 26
(1) Korban berhak melaporkan secara langsung kekerasan dalam rumah tangga kepada
kepolisian baik di tempat korban berada maupun di tempat kejadian perkara.
(2) Korban dapat memberikan kuasa kepada keluarga atau orang lain untuk melaporkan
kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak kepolisian baik di tempat korban
berada maupun di tempat kejadian perkara.
Pasal 27
Dalam hal korban adalah seorang anak, laporan dapat dilakukan oleh orang tua, wali,
pengasuh, atau anak yang bersangkutan yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 28
Ketua pengadilan dalam tenggang waktu 7 (tujuh) hari sejak diterimanya permohonan
wajib mengeluarkan surat penetapan yang berisi perintah perlindungan bagi korban dan
anggota keluarga lain, kecuali ada alasan yang patut.
Pasal 29
Permohonan untuk memperoleh surat perintah perlindungan dapat diajukan oleh :
a. korban atau keluarga korban;
b. teman korban;
c. kepolisian;
d. relawan pendamping; atau
e. pembimbing rohani.
Pasal 30
(1) Permohonan perintah perlindungan disampaikan dalam bentuk lisan atau tulisan.
(2) Dalam hal permohonan diajukan secara lisan, panitera pengadilan negeri setempat
wajib mencatat permohonan tersebut.
(3) Dalam hal permohonan perintah perlindungan diajukan oleh keluarga, teman korban,
kepolisian, relawan pendamping, atau pembimbing rohani maka korban harus
(4) memberikan persetujuannya.
Dalam keadaan tertentu, permohonan dapat diajukan tanpa persetujuan korban.
Pasal 31
Pasal 32
(1) Perintah perlindungan dapat diberikan dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun.
(2) Perintah perlindungan dapat diperpanjang atas penetapan pengadilan.
(3) Permohonan perpanjangan Perintah Perlindungan diajukan 7 (tujuh) hari sebelum
berakhir masa berlakunya.
Pasal 33
(1) Pengadilan dapat menyatakan satu atau lebih tambahan perintah perlindungan.
(2) Dalam pemberian tambahan perintah perlindungan, pengadilan wajib
mempertimbangkan keterangan dari korban, tenaga kesehatan, pekerja sosial,
relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani.
Pasal 34
Pasal 35
(1) Kepolisian dapat menangkap untuk selanjutnya melakukan penahanan tanpa surat
perintah terhadap pelaku yang diyakini telah melanggar perintah perlindungan,
walaupun pelanggaran tersebut tidak dilakukan di tempat polisi itu bertugas.
(2) Penangkapan dan penahanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib diberikan
surat perintah penangkapan dan penahanan setelah 1 x 24 (satu kali dua puluh
empat) jam.
(3)
Penangguhan penahanan tidak berlaku terhadap penahanan sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan ayat (2).
Pasal 36
(1) Untuk memberikan perlindungan kepada korban, kepolisian dapat menangkap pelaku
dengan bukti permulaan yang cukup karena telah melanggar perintah perlindungan.
(2) Penangkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilanjutkan dengan
penahanan yang disertai surat perintah penahanan dalam waktu 1 x 24 (satu kali
dua puluh empat) jam.
Pasal 37
(1) Korban, kepolisian atau relawan pendamping dapat mengajukan laporan secara
tertulis tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap perintah perlindungan.
(2) Dalam hal pengadilan mendapatkan laporan tertulis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pelaku diperintahkan menghadap dalam waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh
empat) jam guna dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh pengadilan di
(3)
tempat pelaku pernah tinggal bersama korban pada waktu pelanggaran diduga
terjadi.
Pasal 38
BAB VII
PEMULIHAN KORBAN
Pasal 39
Pasal 40
(1) Tenaga kesehatan wajib memeriksa korban sesuai dengan standar profesinya.
(2) Dalam hal korban memerlukan perawatan, tenaga kesehatan wajib memulihkan dan
merehabilitasi kesehatan korban.
Pasal 41
Pekerja sosial, relawan pendamping, dan/atau pembimbing rohani wajib memberikan
pelayanan kepada korban dalam bentuk pemberian konseling untuk menguatkan
dan/atau memberikan rasa aman bagi korban.
Pasal 42
Dalam rangka pemulihan terhadap korban, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan
pendamping dan/atau pembimbing rohani dapat melakukan kerja sama.
Pasal 43
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan upaya pemulihan dan kerja sama
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB VIII
KETENTUAN PIDANA
Pasal 44
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp 15.000.000,00
(2) (lima belas juta rupiah).
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan korban
mendapat jatuh sakit atau luka berat, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
(sepuluh) tahun atau denda paling banyak Rp 30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah).
(3) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mengakibatkan
matinya korban, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).
(4) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling
banyak Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
Pasal 45
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan psikis dalam lingkup rumah
tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana dengan pidana
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp 9.000.000,00
(2) (sembilan juta rupiah).
Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suami
terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan
untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata pencaharian atau kegiatan sehari-
hari, dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling
banyak Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
Pasal 46
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun
atau denda paling banyak Rp 36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).
Pasal 47
Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah tangganya melakukan
hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 huruf b dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan pidana penjara paling lama 15 (lima
belas) tahun atau denda paling sedikit Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) atau
denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
Pasal 48
Pasal 49
Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang :
a. menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1);
b. menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2).
Pasal 50
Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam Bab ini hakim dapat menjatuhkan pidana
tambahan berupa :
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban
dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku;
b. penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan lembaga
tertentu.
Pasal 51
Tindak pidana kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4)
merupakan delik aduan.
Pasal 52
Tindak pidana kekerasan psikis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat (2)
merupakan delik aduan.
Pasal 53
Pasal 55
Sebagai salah satu alat bukti yang sah, keterangan seorang saksi korban saja sudah
cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah, apabila disertai dengan suatu alat
bukti yang sah lainnya.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 56
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 22 September 2004
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 22 September 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Proses belajar mengajar keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor.Menurut Slamento ( 1990 :
56 ) faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor
yang ada diluar individu.
Pendidikan keluarga adalah salah satu bentuk pendidikan di luar sekolah yang besar pengaruhnya
terhadap keberhasilan siswa dalam belajar. Dan pendidikan keluarga yang maksimal, memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar, yang pada akhirnya akan
mempengaruhi pula terhadap belajar siswa. Sedangkan lemahnya pendidikan keluarga memiliki
kecenderungan untuk melemahkan minat siswa dalam belajar dan akan melemahkan pula terhadap
prestasi belajar siswa.
B. Rumusan Makalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian keluarga ?
2. Bagaimana pentingnya pendidikan keluarga ?
3. Tujuan, fungsi, ruang lingkup pendidikan keluarga ?
4. Seperti apa karakteristik pendidikan keluarga ?
5. Pengaruh-pengaruh keluarga dalam pendidikan anak ?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui apa itu pendidikan keluarga
2. Agar mahasiswa mengetahui pentingnya pendidikan keluarga
3. Agar mahasiswa mengetahui tujuan, ruang lingkup dan fungsi pendidikan keluarga dan karakteristik
pendidikan keluarga
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu
kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau
ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga dan
makan dalam satu periuk.
Terdapat beberapa definisi keluarga dari beberapa sumber, yaitu:
1. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan
untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986).
2. Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang lain,
mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya,1978 ).
3. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).
Suatu keluarga setidaknya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terdiri dari orang-orang yang memiliki ikatan darah atau adopsi.
2. Anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk
satu rumah tangga.
3. Memiliki satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan
peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.
4. Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum
yang lebih luas.
Fungsi Keluarga
Fungsi Biologis
Untuk meneruskan keturunan
Memelihara dan membesarkan anak
Memberikan makanan bagi keluarga dan memenuhi kebutuhan gizi
Merawat dan melindungi kesehatan para anggotanya
Memberi kesempatan untuk berekreasi
Fungsi Psikologis
Identitas keluarga serta rasa aman dan kasih sayang
Pendewasaan kepribadian bagi para anggotanya
Perlindungan secara psikologis
Mengadakan hubungan keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat
Fungsi Sosial Budaya atau Sosiologi
Meneruskan nilai-nilai budaya
Sosialisasi
Pembentukan noema-norma, tingkah laku pada tiap tahap perkembangan anak serta kehidupan
keluarga
Fungsi Sosial
Mencari sumber-sumber untuk memenuhi fungsi lainnya
Pembagian sumber-sumber tersebut untuk pengeluaran atau tabungan
Pengaturan ekonomi atau keuangan
Fungsi Pendidikan
Penanaman keterampilan, tingkah laku dan pengetahuan dalam hubungan dengan fungsi-fungsi lain.
Persiapan untuk kehidupan dewasa.
Memenuhi peranan sehingga anggota keluarga yang dewasa
B. Pengertian Pendidikan
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli, Definisi - Pendidikan secara umum adalah segala upaya
yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Definisi pendidikan - Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara,
perbuatan mendidik. (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 1)
Unsur-unsur Pendidikan
1. Input Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat
2. Pendidik Yaitu pelaku pendidikan
3. Proses Yaitu upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
4. Output Yaitu melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)
Tujuan pendidikan
1. Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep
2. Mengubah sikap dan persepsi
3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68)
Jalur Pendidikan
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
1. Jalur Formal
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs)
atau bentuk lain yang sederajat
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan
universitas
2. Jalur Nonformal
3. Jalur Informal
Dari uraian terdahulu dapat pula dipahami bahwa fungsi pendidikan dalam keluarga adalah:
1. Sebagai pelentak dasar pendidikan anak.
2. Sebagai persiapan kearah kehidupan anak dalam masyarakatnya
3. Situasi Keluarga Mempengaruhi Pendidikan Anak
Berbagai faktor yang ada dan terjadi didalam keluarga akan turut menentukan kualitas hasil pendidikan
anak. Jenis keluarga, gaya kepemimpinan orang tua, kedudukan anak dalam urutan keanggotaan
keluarga, fasilitas yang ada dalam keluarga, hubungan keluarga dengan dunia luar, status sosial ekonomi
orang tua dan sebagainya akan turut mempengaruhi situasi pendidikan dalam keluarga yang ada pada
akhirnya akan turut pula mempengaruhi pribadi anak.
2. Fungsi Pendidikan Keluarga
Adapun fungsi keluarga menurut MI Soelaeman (1978) adalah :
a. Fungsi edukatif adalah yang mengarahkan keluarga sebagai wahana pendidikan pertama dan utama
bagi anak-anaknya agar dapat menjadi manusia yang sehat, tangguh, maju dan mandiri sesuai dengan
tuntutan kebutuhan pembangunan yang semakin tinggi.
b. Fungsi sosialisasi anak adalah keluarga memiliki tugas untuk mengantarkan dan membimbing anak
agar dapat beradaptasi dengan kehidupan sosial (masyarakat), sehingga kehadirannya akan diterima
oleh masyarakat luas.
c. Fungsi proteksi (perlindungan) adalah keluarga berfungsi sebagai wahana atau tempat memperoleh
rasa nyaman, damai dan tentram seluruh anggota keluarganya.
d. Fungsi afeksi (perasaan) keluarga sebagai wahana untuk menumbuhkan dan membina rasa cinta dan
kasih sayang antara sesama anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.
e. Fungsi religius keluarga sebagai wahana pembangunan insan-insan beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, bermoral, berahlak dan berbudi pekerti luhur sesuai dengan ajaran agamanya.
f. Fungsi ekonomi adalah keluarga sebagai wahana pemenuhan kebutuhan ekonomi fisik dan materil
yang sekaligus mendidik keluarga untuk hidup efisien, ekonomis dan rasional.
g. Fungsi rekreasi, keluarga harus menjadi lingkungan yang nyaman, menyenangkan, cerah, ceria,
hangat dan penuh semangat.
h. Fungsi biologis, keluarga sebagai wahana menyalurkan kebutuhan reproduksi sehat bagi semua
anggota keluarganya.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Keluarga
Untuk mengetahui ruang lingkup pendidikan keluarga dapat diketahui dari jawaban pertanyaan “ sampai
berapa jumlah tanggung jawab keluarga dalam mendidik anak?” tampaknya ruang lingkup tidak
terbatas. Sejak anak dalam kandungan, orang tua sudah bertanggung jawab penuh atas keselamatan
dan perkembangan anak. Tanggung jawab orang tua terhadap perkembangan dan pendidikan anaknya
tampaknya lebih berpangkal pada tanggung jawab instingtif dan moral. Dan akan bertambah ringan,
apabila anak sudah mampu berdiri sendiri karena pada akhirnya orang tua harus “melepaskan“ anaknya,
supaya mampu berdiri dan tidak lagi tergantung kepada orang tuanya.
E. Karakteristik Pendidikan Keluarga
Lingkungan pendidikan keluarga tergolong jalur pendidikan informal, adapun karakteristiknya antara
lain:
1. Tujuan pendidikannya lebih menekankan pada pengembangan karakter.
2. Peserta didiknya bersifat heterogen.
3. Isi pendidikannya tidak terprogram secara formal/tidak ada kurikulum tertulis.
4. Tidak berjenjang.
5. Waktu pendidikan tidak terjadwal secara ketat, relatif lama.
6. Cara pelaksanaan pendidikan bersifat wajar.
7. Evaluasi pendidikan tidak sistematis dan insidental.
8. Credentials tidak ada dan tidak penting.
F. Pentingnya Pendidikan Keluarga
Lembaga keluarga merupakan pendidikan yang pertama yang didapat oleh anak. Lingkungan pendidikan
yang pertama membawa pengaruh terhadap anak untuk melanjutkan pendidikan yang akan dialaminya
di sekolah dan di masyarakat, dengan kata lain bahwa peran keluarga adalah suatu kewajiban harus
diberikan kepada anaknya untuk membentuk kepribadian masalah bagi anaknya baik lingkungan sekolah
maupun diluar lingkungan sekolah.
Motivasi pendidikan keluarga semata-mata demi cinta kasih sayang, dimana di dalamnya terdapat
suasana cinta inilah proses pendidikan berlangsung seumur anak-anak itu dalam tanggung jawab orang
tua/ keluarga. Mereka tidak hanya berkewajiban mendidik atau menyekolahkan anaknya ke sebuah
lembaga pendidikan. Akan tetapi mereka juga diamati Allah SWT untuk menjadikan anak-anaknya
bertaqwa serta taat beribadah sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Al-Qur’an dan Hadits.
Jadi, orang tua seharusnya tidak hanya menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada pihak
lembaga pendidika atau sekolah, akan tetapi mereka harus lebih memperhatikan pendidikan anak-anak
mereka di lingkungan keluarga mereka, karena keluarga merupakan faktor yang utama di dalam proses
pembentukan kepribadian sang anak.
Orang tua merupakan pribadi yang sering ditiru anak-anaknya, kalau prilaku orang tua baik. Dengan
demikian keteladanan yang baik merupakan salah satu kiat yang harus diterapkan dalam mendidik anak.
Anak yang sholeh bukan hanya anak yang berdo’a untuk orang tuanya saja, akan tetapi anak sholeh
adalah anak yang berusaha secara maksimal melaksanakan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk melaksanakan ajaran Islam, seorang anak harus dilatih sejak dini dalam praktik pelaksanaan
ajaran Islam seperti : shalat, puasa, berjilbab bagi yang putri dll.
Dari sini jelas bahwa perkembangan kepribadian anak bermula dari keluarga, dengan cara anak
mengambil nilai-nilai yang ditanamkan orang tua baik secara sadar maupun tidak sadar. bekitupun
dengan pemakaian jilbab bagi sang anak kalau tidak ada dorongan dari orang tua anak tersebut akan
sedih, maka peran keluargalah yang harus memberikan masukan, motivasi dan bimbingan kepada anak.
Orang tua memberikan masukan kepada anak –anaknya agar kalau keluar rumah harus memakai jilbab,
karena Islam menganjurkan sebaiknya bagi perempuan harus memakai jilbab.
Menurut Quraish Shihab (1983) “Keluarga adalah tiang Negara, jiwa masyarakat dan tulang
punggungnya kesejahteraan lahir dan batin yang dinikmati oleh suatu bangsa, atau sebaliknya
kebodohan dan keterbelakangannya adalah cerminan dari keluarga yang hidup pada masyarakat
/lingkungan”. Agama Islam memberikan perhatian yang sangat besar terhadap pembinaan keluarga.
Allah SWT menganjurkan agar kehidupan keluarga menjadi bahan pemikiran setiap insan. Kehidupan
kelurga disamping menjadi salah satu tanda-tanda kebesaran Illahi dan memberikan nikmat yang dapat
disyukuri.
Kehidupan keluarga yang banyak memberikan pengaruh atas pertumbuhan anak tidak boleh bersifat
kaku terhadap kehidupan anak. Dengan demikaian walaupun anak telah dewasa harus berdiri sendiri
dan bertanggung jawab, akan tetapi mereka masih tetap berhubungan erat dengan keluarga sepanjang
hidupnya.
Orang tua sebagai pembentuk dan peran keluarga sangat penting dalam pendidikan anak, kekuasaan
keluarga dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. Kekuasaan pendidikan dipergunakan untuk memelihara anak atau membimbingnya hingga menjadi
manusia dewasa dan bertanggung jawab.
2. Kekuasaan keluarga. Ayah sebagai kepala keluarga bertanggung jawab atas keselamatan
keluarganya.
Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah wadah utama dan agen pertama pensosialisasian kultur di setiap lapisan masyarakat.
Keluarga juga sebagai media pertama yang memancarkan kultur kepada anak-anak sebab keluarga
adalah dunia yang pertama kali menyentuh kegidupan anak-anak, keluarga merupakan dunia inspirasi
bagi anak-anak. Anggota keluarga termasuk anak kecil mendapatkan pelajaran berbagai hal yang ada
dalam keluarga, tanpa disadari bahwa apa yang terjadi dalam keluarga memberikan pengaruh sangat
besar bagi kehidupan mereka, Ayah dan ibu sebagai orang dewas dalam keluarga berperan sangat
penting dalam membuat sistem dalam keluarga, ia membuat aturan disiplin, mentransmit nilai-nilai baik
positif ataupun negative kepada anak, sehingga akan membentuk perilaku anak sebagai anggota
keluarga.
Kebanyakan anak yang berprestasi di sekolah sampai lulus studi hingga bekerja disebabkan lingkungan
keluarga yang baik yang dapat mendorong anak-anak mencapai keberhasilan, sedangkan anak-anak
yang prestasi belajar di sekolahnya kurang baik bahkan drop out dari sekolah lebih besar dikarenakan
lingkung keluarga, maka sesungguhnya keluarga mempunyai tanggung jawab dan peranan yang sangat
besar dalam melahirkan dan membentuk generasi yang baik dan berkualitas.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai – nilai, keyakinan – keyakinan dan
persepsi budaya sebuah masyarakat. Faktor genetic dan lingkungan secara terpisah atau dengan
sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing – masing
saling memiliki andil dalam pembentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah
satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lain harus dipertekankan lebih keras.
Kedua orang tua memiliki tugas yang di adapkan anaknya dimana mereka harus memenuhi kebutuhan –
kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan – kebutuhan yang harus
dipenuhi. Dengan dipenuhi kebutuhan – kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak
yang riang dan gembira serta tidak malas dalam proses pendidikan/ belajar. Untuk mwujudkan
kepribadian anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki pengetahuan yang berkaitan dengan
masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan anak. Dengan demikian kedua orang tua
dalam menghadapi anaknya baik dalam berfikir atau memberi hukuman, akan bersikap sesuai dengan
tolak ukur yang telah ditentukan.
Pengaruh keluarga terhadap pendidikan disekolah
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa ada hubungan erat antara keluarga dan sekolah. Pendidikan
dalam keluarga merupakan dasar pada pendidikan disekolah.
Beriyamin S. Bloom (1976) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan faktor-faktor luar sekolah yang
telah secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa-siswa hidup di kelas pada suatu sekolah relatif
singkat, sebagian besar waktunya dipergunakan siswa untuk bertempat tinggal di rumah. Keluarga telah
mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang dewasa dan beberapa kualitas dan
kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja dan perhatian terhadap tugas yang merupakan dasar
terhadap pekerjaan di sekolah. Dari uraian ini dapat diketahui lebih lanjut bahwa kecakapan-kecakapan
dan kebiasaan di rumah merupakan dasar bagi studi anak di sekolah.
Suasana keluarga yang bahagia akan mempengaruhi masa depan anak baik di sekolah maupun di
masyarakat, dalam lingkungan pekerjaan maupun dalam lingkung keluarga kelak (Sikun Pribadi, 1981, p.
67). Dari kutipan ini dapat diketahui bahwa suasana dalam kelaurga dapat mempengaruhi kehidupan di
sekolah.
Menurut Erikson yang dikutip oleh Sikun Pribadi (1981) bahwa pendidikan dalam keluarga yang
berpengaruh terhadap kehidupan anak di masa datang ditentukan oleh (1) rasa aman, (2) rasa otonomi,
(3) rasa inisiatif. Rasa aman ini merupakan periode perkembangan pertama dalam perkembangan anak.
Perasaan aman ini perlu diciptakan, sehingga anak merasakan hidupnya aman dalam kehidupan
keluarga.
Rasa aman yang tertanam ini akan menimbulkan dari dalam diri anak suatu kepercayaan pada diri
sendini. Anak yang gagal mengembangkan rasa percaya diri ini akan menimbulkan suatu kegelisahan
hidup, ia merasa tidak disayangi, dan tidak mampu menyayangi.
Fase perkembangan yang kedua adalah rasa otonomi (sense of autonomy) yang terjadi pada waktu anak
berumur 2 sampai 3 tahun. Orang tua harus membimbing anak dengan bijaksana agar anak dapat
mengembangkan kesadaran, bahwa ia adalah pribadi yang berharga, yang dapat berdiri sendiri dan
dengan caranya sendiri ia dapat memecahkan persoalan yang ia hadapi. Kegagalan pembentukan rasa
otonomi, suatu sikap percaya pada diri sendiri dan dapat berdiri sendiri akan menyebabkan anak selalu
tergantung hidupnya pada orang lain. Setelah ia memasuki bangku sekolah ia selalu harus dikawal oleh
orang tuanya. Ia selalu tidak percaya diri sendiri untuk menghadapi persoalan yang dihadapi di sekolah.
Pada fase perkembangan ketiga disebut perkembangan rasa inisiatip (sense of initiative) yaitu pada
umur 4 sampai 6 tahun. Anak harus dibiasakan untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam lingkungan
keluarga. Sebab dengan dibiasakan menangani masalah hidupnya maka anak akan mengembangkan
inisiastipnya dan daya kreatifnya dalam rangka menghadapi tantangan hidupnya. Jika orang tua selalu
membantu dan bahkan melarang anaknya untuk mengerjakan sesuatu hal maka inisiatif dan daya kreasi
anak akan lemah dan akan mempengaruhi hidup anak dalam belajar di sekolah.
Pengaruh kualitas pengasuhan anak dan kondisi lingkungan dengan perkembangan kemampuan
anak :
Levine dan Hagighurst (1984, p. 169.179) melaporkan hasil penelitian. Anak yang tingkat kondisi IQ
rendah dari suatu rumah yatim piatu dengan kondisi yang menyedihkan sebagian kemudian diasuh
dalam rumah yatim piatu yang kondisi baik dengan penyelenggaraan program-program perawatan yang
baik. Setelah satu tahun anak dari dua lingkungan yatim piatu tersebut dites intelegensi. Dari hasil tes
intelegensi diperoleh hasil bahwa IQ anak dipelihara dalam rumah yatim piatu dalam kondisi yang
menyedihkan IQ-nya teap bahkan ada yang menurun, scdang anak yang diasuh dalam kondisi rumah
yatim piatu yang baik IQ naik. Setelah belajar di sekolah anak-anak diasuh dalam kondisi yang baik
berhasil memperoleh ijazah pendidikan tinggi.
Pengaruh fasilitas hidup dalam keluarga dan rumah tangga terhadap perkembangan kognitif :
Keluarga lapisan bawah, lapisan menengah dan lapisan atas memiliki fasilitas yang berbeda-beda.
Keluarga lapisan bawah fasilitas yang kurang lengkap bila dibanding keluarga lapisan menengah dan
lapisan atas. Kelengkapan fasilitas mempunyai dampak yang positif terbadap pengembangan kognitif
anak yang belajar di sekolah.
Pengaruh besamya keluarga terhadap kemamuan intelektual :
Dari hasil-hasil penelitian dilaporkan bahwa besarnya keluarga berkorelasi negatif terhadap kemampuan
intelektual Dari hasil penelitian diketahui bahwa makin besar jumlah keluarga makin rendah
kemampuan intelektual anak. Sebaliknya makin kecil jumlah keluarga kemampuan intelektual makin
tinggi. Jika ditambah variabel lapisan keluarga, maka jumlah keluarga yang besar pada lapisan bawah
kemampuan intelaktual akan lebih rendah lagi di banding pada keluarga besar pada lapisan menengah
Oleh karena makin banyak jumlah anak maka kemampuan intelektual makin rendah apalagi jika
ditambah dengan lapisan keluarga rendah (miskin).
Pengaruh urutan kelahiran terhadap kemampuan intelektual :
Pengaruh urutan kelahiran telah dilaporkan oleh Laosa dan Sigel (1982). Dari hasil penelitian ini
diketahui makin menurun urutan kelahiran maka prestasi belajar makin rendah. Umumnya prestasi
belajar anak sulung lebih baik daripada prestasi bclajar anak kedua, anak kedua prestasi belajar lebih
baik dari anak ketiga dan seterusnya.
Pengaruh pekerjaan ibu :
Pengaruh antara ibu yang bekerja di luar rumah terhadap prestasi belajar anak belum ada kata sepakat.
Dari berbagai penelitian ada kecenderungan bahwa prestasi belajar anak dan ibu yang bekerja lebih
tinggi dari anak dan ibu yang tidak bekerja. Tetapi pada beberapa penelitian juga menghasilkan bahwa
prestasi belajar ibu yang tidak bekenja lebih tinggi dari pada prestasi belajar dari anak ibu yang bekerja.
Oleh karena itu perlu dilacak faktor yang lain yang menyebabkan keragu-raguan tersebut di atas
umpama jenis kerja dari ibu, kualitas keluarga dan sebagaiya.
Hubungan perlakuan orang tua dengan kemampuan kognitif :
Dari hasil penelitian Rollins dan Thomas yang dilaporkan oleh Lewin dan Havighurst (1982, p. 172-173)
menyatakan bahwa (1) makin besar dukungan orang tua makin tinggi tingkat perkembangan kognitif
anak, (2) makin kuat pemaksaan yang diberikan oleh orang tua maka makin rendah perkembangan
kognitif anak, (3) makin besar dukungan orang tua, makin tinggi kemampuan sosial dan kemampuan
instrumental anak, (4) makin kuat tingkat pemaksaan yang diberikan orang tua terhadap anak-anaknya
maka makin rendah kemampuan sosialnya, (5) bagi anak perempuan besarnya dukungan dan frekuensi
usaha pengawasan orang tua berkorelasi negatif terhadaap pencapaian prestasi akademik, (6) bagi anak
laki.laki besarnya dukungan orang tua dan kuatnya pengawasan orang tua berkorelasi positif terhadap
pencapaian prestasi belajar.
Luis M. Laosa dan Irving Sigel (1982) yang merangkumkan berbagai hasil penelitian juga melaporkan
hasil penelitian hubungan orang tua dengan keberhasilan belajar anak. Clarke dan Stewart meneliti
tentang penlakuan ibu dalam hubungan antara ibu dan anak terhadap prestasi belajar siswa
menyimpulkan bahwa prestasi belajar anak dipengaruhi oleh hubungan akrab antara ibu dan anak.
Dalam hubungan yang akrab itu ibu sering mengajak berbincang-bincang anaknya, ibu memberikan
hiburan terhadap anaknya, memberi pujian, pertolongan dan keterangan-keterangan ibu juga mengajar
berbagai hal seperti bekerja sama dengan anak lain serta mengembangkan kegiatan anak. Apabila
perlakuan tersebut di atas disertai suasana hubungan dan kasih sayang ternyata lebih meningkatkan
kemampuan intelektual dari pada penerapan disiplin yang kaku, pengawasan yang ketat, membujuk,
memberi perintah, dan larangan atau ancaman dan hukuman.
Pengaruh hubungan akrab antara ayah dan anak juga mempengaruhi kemampuan intelektual anak.
Pergaulan yang akrab antara orang tua ayah dan anak akan mengurangi rasa takut terhadap pengaulan
antara anak dengan orang-orang di luar keluarga. Pengaruh hubungan akrab anak laki-laki dan ayahnya
terhadap prestasi belajar lebih tinggi dari pada pengaruh hubungan akrab antara ayah dan anak putri
terhadap prestasi belajar.
Pengaruh latar belakang keluanga terhadap hasil belajar di sekolah :
Menurut John Simmons dan Leigh Alexander (1983) latar belakang keluarga biasanya berkaitan dengan
status sosial ekonomi keluarga. Status sosial ekonomi ini biasanya mempergunakan indikator pendidikan
keluarga, pekerjaan dan penghasilan orang tua. Beberapa penelitian juga memasukkan indikator-
indikator lain seperti harapan siswa, harapan keluarga, harapan masyarakat setempat terhadap hasil
belajar anak serta sikap mereka terhadap hasil belajar. Hasil penelitian yang dilaksanakan di India, Chile,
Iran, dan Thailand yang dilaporkan oleh Thorndike menjelaskan bahwa latar belakang keluarga itu dapat
menjelaskan perubahan prestasi belajar antara 1,5% sampai 8,7%. Jika dikontrol dengan indikator-
indikator yang berasal dari sekolah seperti kualitas pengajaran, fasilitas sekolah, jumlah siswa dalam
kelas dan sebagainya, hasil test menunjukkan sumbangan latar belakang keluarga itu tidak signifikan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat kami simpulkan bahwa pendidikan lingkungan keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama dan utama tempat anak didik (siswa) menerima pendidikan dan bimbingan
dari orang tuanya atau anggota keluarganya yang lain. Di dalam keluarga inilah tempat meletakkan
dasar-dasar kepribadian anak didik, keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan-
keterampilan, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.
Adapun tujuan pendidikan keluarga adalah memlihara, mendidik dan melindungi anak sehingga dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Sedangkan fungsi dari pendidikan keluarga menurut MI
Soelaeman yaitu (1) Fungsi edukatif; (2) Fungsi Sosialisasi; (3) Fungsi Proteksi; (4) Fungsi Afeksi; (5)
Fungsi Religius; (6) Fungsi Ekonomi; (7) Fungsi Rekreasi; (8) Fungsi Biologis.
Pentingnya pendidikan dalam keluarga sangatlah jelas karena merupakan wahana pengembangan
sumber daya manusia. Di samping itu, tidak terlepas juga berbagai strategi dalam pendidikan lingkungan
keluarga sesuai dengan tumbuh kembangnya peserta didik, diantaranya :
a. Bantulah anak untuk menemukan sendiri tujuan hidupnya.
b. Bantulah anak mengembangkan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.
c. Jadilah figur ideal bagi anak dalam berperilaku.
d. Beri semangat dan gugah hati anak untuk berperilaku terpuji.
Sedangkan menurut Popov dkk (1997) dapat berperan sebagai :
a. Educator
b. Autority
c. Guide
d. Konselor