Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH VARICELLA

A.PENGERTIAN
Cacar air adalah adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dan sangat
menular, terutama terjadi pada anak-anak.. Secara klinis penyakit ini ditandai
dengan adanya erupsi vesikuler pada kulit atau selaput lendir. Walaupun
manifestasinya ringan, tapi pada anak-anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum
sempurna, penyakit ini dapat menjadi berbahaya. suatu penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus varicella zoster yang mengakibatkan munculnya ruam kulit
berupa kumpulan bintik-bintik kecil baik berbentuk datar maupun menonjol,
melepuh serta berkeropeng dan rasa gatal. Cacar air dikenal juga dengan nama
lainnya yaitu varisela dan chickenpox.Orang yang pernah terkena infeksi virus
cacar air maka tubuh orang tersebut akan membentuk antibodi terhadap virus
varicella zoster sehingga di masa depan tidak akan lagi terserang penyakit virus
cacar air dari penularan yang dilakukan oleh orang lain. Namun cacar air yang
tidak diberantas habis secara tuntas bisa terus hidup di dalam tubuh penderitanya
dan akan muncul menjadi penyakit herpes zoster ketika kekebalan tubuh orang
tersebut sedang tidak baik.. Setelah sembuh, virus ini tidak pernah benar-benar
menghilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan
nantinya akan menyebabkan herpes zoster atau cacar ular. Penyakit herpes zoster
hanya terjadi sekali seumur hidup dengan predileksi usia di atas 60 tahun.

B. KLASIFIKASI
Menurut Siti Aisyah (2003). Klasifikasi Varisela dibagi menjadi 2 :
1. Varisela congenital
Varisela congenital adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi
ekstremitas, serta kelainan mata dan susunan syaraf pusat. Sering terjadi ensefalitis
sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki. Risiko terjadinya varisela
congenital sangat rendah (2,2%), walaupun pada kehamilan trimester pertama ibu
menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali
menyebabkan kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi
varisela intrauterin. Tidak diketahui apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu
dapat mencegah kelainan fetus.
2. Varisela neonatal
Varisela neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum
sampai 2 hari sesudah kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan
menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan varicella-zoster immune
globulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun neonatus dengan
lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela
berat karena mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari
anggota keluarga lainnya selain ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa risiko
tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir atau saat awitan infeksi
maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya timbul
dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif
(ensefalitis, pneumonia, varisela, hepatitis, diatesis pendarahan) harus diobati
dengan asiklovir intravena. Bayi yang terpajan dengan varisela maternal dalam 2
bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis untuk memberikan
antivirus pada varisela neonatal atau asiklovir profilaksis bila terpajan varisela
maternal.

C.ETIOLOGI
Penyebab dari penyakit cacar air adalah infeksi suatu virus yang
bernamavirus varicella zoster yang disebarkan manusia melalui cairan percikan
ludahmaupun dari cairan yang berasal dari lepuhan kulit orang yang menderita
penyakit cacar air. Seseorang yang terkena kontaminasi virus cacar air varicella
zoster ini dapat mensukseskan penyebaran penyakit cacar air kepada orang lain di
sekitarnya mulai dari munculnya lepuhan di kulitnya sampai dengan lepuhan kulit
yang terakhir mongering.Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex.
Virus ini dapat berbiak dalam bahan jaringan embrional manusia. Virus yang
infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang sakit. Virus ini tidak berbiak dalam
binatang laboratorium. Pada cairan dalam vesikel penderita, virus ini juga dapat
ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur dengan
tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak
langsung terhadap antigen selaput yang disebabkan oleh virus.Varisela disebabkan
oleh Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok Herpes Virus
tipe ;. Virus ini berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut
capsid yang berebntuk ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda.
Berbentuk suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer.
Lapisan ini bersifat infeksius1,3 .VZV dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan
dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan dengan menggunakan biakan
dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah mikroskop elektron.
Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak
(multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih
1,4,5
(intranuclear eosinophilic inclusion bodies) . VZV menyebabkan penyakit
varisela dan Herpes Zoster. Kedua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang
berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia menyebabkan penyakit varisela
atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi akut primer. Penderita
dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa
manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi
maka virus akan menyebabkan penyakit Herpes zoster1,3,4 .
EPIDEMIOLOGI
Di negara barat kejadian varisela terutama meningkat pada musim dingin
dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus menyerang pada musim
peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun varisela
dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang
tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 .
Varisela terutama menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-
9 tahun. Varisela merupakan penyakit yang sangat menular, 75 % anak terjangkit
setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui sekret saluran pernapasan,
percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan secara
transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa
inkubasi 11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum
lesi kulit timbul sampai lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,5 .

PATOGENESIS
Setelah VZV masuk melaui saluran pernapasan atas, atau setelah penderita
berkontak dengan lesi kulit, selama masa inkubasinya terjadi viremia primer.
Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran pernapasan atas kemudian
menyebar dan terjadi viremia primer. Pada Viremia primer ini virus menyebar
melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul dalam
monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat
mengatasi pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada viremia
sekunder virus berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar ke kulit
dan mukosa dan bereplikasi di epidermis memberi gambaran sesuai dengan lesi
varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin infeksi dari kaliper endotel pada lapisan
papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit dan glandula sebasea, saat
ini timbul demam dan malaise1,2,3 .
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal,
stadium erupsi.
1. StadiumProdormal
timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan
demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia,
dan malaise2,3 . Stadiumerupsi
1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose petals” tersebar
pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan
ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak
tangan dan telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi
yang ditemukan dapat mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi
papulla, vesikel, pustula, dan krusta. Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini
hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga varisella secara khas dalam
perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta dalam waktu
yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel
dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan
dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat,
berdinding tipis, tidak umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar
eritematous, terlihat seperti tetesan air mata/embun “tear drops”. Cairan dalam
vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel berubah menjadi besar dan keruh
akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi pustula. Kemudian terjadi
absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian tengah dan
akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada
dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna
merah muda, dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada
membran mukosa (hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih,
vagina dan konjungtiva) tidak langsung membentuk krusta, vesikel-vesikel akan
pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian sembuh dengan cepat. Karena
lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak menembus membran
basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan
jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap sampai
beberapa bulan. Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan
demam yang berlanjut dengan suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan
terbentuk jaringan parut1,2,3 .
Varisela yang menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000
kelamilan). Sekitar 17 % anak yang dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela
pada 20 minggu pertama kehamilannya akan menderita kelainan bawaan berupa
bekas luka dikulit (cutaneous scarr), mikrosefali, berat badan lahir rendah,
hipoplasia tungkai, kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang, retardasi mental,
korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis lainnya.
Defisit neurologis yang mengenai system persarafan autonom dapat menimbulkan
kelainan kontrol sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom. Jika wanita hamil
mendapatkan varisela dalam waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 % dari
neonatus yang dilahirkan akan memperliharkan gejala varisela kongenital pada
waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari, biasanya varisela ringan sebab antibodi
ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam bentuk IGg spesifik masih ada
dalam tubuh neonatus sehingga jarang mengakibatkan kematian. Bila seorang
wanita hamil mendapatkan varisela pada 4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka
neonatusnya akan memperliharkan gejala verisela kongenital pada umur 5-19 hari
Disini perjalanan varisela sering berat dan menyebabkan kematian pada 25-30 %
karena mereka mendapatkan virus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat
mendapatkan antibodi yang dikirimkan transplasental. Wanita hamil dengan
varisela pneumonia dapat menderita hipoksia dan gagal nafas yang dapat berakibat
fatal bagi ibu maupun fetus3,4,7 .
Seorang anak yang ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi
yang terkena varisela selama bulan awal kelahirannya mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk menderita herpes zoster dibawah 2 tahun3,4 .
v KOMPLIKASI VARISELA
· Herpes Zoster
Herpes Zoster adalah penyakit rekuren yang terjadi karena terjadinya
reaktivasi VZV yang tadinya laten di ganglion sensoris dorsalis kemudian
bereplikasi dan menyebar melalui persyarafan ke kulit3 .
pidemiologi Herpes Zoster
Peningkatan insidensi terjadinya zoster berhubungan dengan umur.
Reaktivasi ini dipercaya akibat imunitas tubuh individu yang menurun terhadap
VZV yang laten. Perbedaan ras juga mempengaruhi, insidensi Zoster pada ras
Afrika-Amerika hanya setengah dari yang dilaporkan terjadi pada ras kulit putih.
Anak-anak dengan degenerasi maligna (limfoma, akut limfositik leukemia) dan
AIDS memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan zoster 3 .
· Patogenesis Herpes Zoster
Jika virus tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesai,
selanjutnya virus menjadi laten dan diam untuk beberapa waktu di ganglion
sensoris dorsalis. Antigen spesifik Limfosit T dipercaya sebagai penyebab utama
virus sehingga menjadi laten. Immunosupresi atau penurunan kekebalan alami sel
T limfosit menyebabkan terjadinya mekanisme yang memungkinkan reaktivasi
virus dan rekurensi sehingga virus bermanifestasi sebagai penyakit yang disebut
zoster3 .
v MANIFESTASI KLINIS HERPES ZOSTER
Zoster tampak sebagai proses unilateral melibatkan satu sampai tiga
dermatom yang berdekatan. Beberapa lesi yang mungkin terdapat agak jauh dari
dermaton yang terkena dapat juga terlihat. Dermatom torakal adalah yang paling
sering terkena, disusul oleh nervus cranial dan daerah lombosakral. Lesi pertama
kali muncul sebagai eritema, yang kemudian berubah menjadi sekumpulan vesikel.
Nyeri dan parestesi pada dermatom yang terkena mendahului timbulnya vesikel.
Erupsi terjadi sekitar 3-5 hari kemudian mengering dan menjadi krusta dalam 2
minggu. Nyeri preerupsi torakal dapat disalah artikan sebagai angina pectoris.
· Komplikasi Herpes Zoster
Komplikasi yang dapat terjadi diantaranya adalah infeksi sekunder oleh bakteri
biasanya disebabkan oleh kokus gram positif, paralysis nervus motorik atau
kranialis, ensefalitis biasanya menyebabkan kejang dan gejala kelainan serebelar,
keratitis, disseminata pada pasien immunokompromis, dan post herpetik neuralgia.
Post herpetik neuralgia ini menyebabkan nyeri berat persisten pada dermatom yang
terkena setelah lesi kulit menghilang7,5 .
· Terapi
Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio
calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk menghilangkan gatal
diberikan antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan. Penggunaan
salisilat sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma
Reye. Karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh darah,
maka pada varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat diberikan
obat anti virus. Kuku sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi infeksi
sekunder saat anak menggaruk lesi karena merasa gatal. Jika terjadi infeksi
sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan penyulit neurologis
seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis dapat
diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai dengan hasil
pemeriksaan sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang 2 .Pasien dengan
immunodefisiensi seperti pada leukemia, keganasan, bayi baru lahir, penyakit
kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat-obat
sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan obat antivirus secepat
mungkin2 .
Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik untuk mengobati
varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah timbulnya
ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat timbulnya
lesi varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah menunjukaan
efisiensi dalam menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan asiklovir harus
dimulai pada 3 hari setelah onset zoster. VZ terlihat kurang suseptibel dengan
pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan Herpes Zoster dengan komplikasi post
herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek. Pemberian asiklovir tdak
dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir yang umum
diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5 hari. Dosis parenteral ini
terutama diberikan pada anak immunokompromis yang terkena herpes zoster.
Asiklovir oral dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi dalam 4 dosis, terbaik
digunakan 1-2 hari sebelum timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya
digunakan untuk anak-anak dengan status imun yang baik. Selain itu Valacylovir
500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis termasuk golongan
antiviral yang lebih baik absorpsinya5,7 .

G. DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha
diagnosa juga dapat ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam
jangka waktu 4 hari setelah munculnya ruam - ruam kulit pada varicella didaerah
punggung.
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui
pemeriksaan ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah
pemeriksaan IgM. Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah
dengan menggunakan FAMA – Fluorescent Antibody Membrane Antigen.
Varisella mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam
sekresi saluran pernapasan atau dengan kontk langsung lesi kulit varisella atau
herpes zoster. Pemasukan disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari, pada saat
tersebut penyebaran virus subklinis terjadi. Akibat lesei kulit tersebar bila infeksi
masuk fase viremi; sel mononuklear darah perifer membawa virus infeksius,
menghasilkan kelompok vesikel baru selama 3-7 hari. VVZ juga diangkut kembali
ketempat mukosa saluran pernafasan selama akhir masa inkubasi, memungkinkan
penyebaran pada kontak rentan sebelum muncul ruam. Penularan viris infeksius
oleh droplet pernafasan membedakan VVZdari virus herpes manusia yang lain.
Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk menghentikan
viremia, yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak dan organ lain. VVZ menjadi
laten disel akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi
primer. Reaktifasinya menyebabkan ruam vesikuler terlokalisasi yang biasanya
melibatkan dermatom dari satu syaraf sensorik; perubahan nekrotik ditimbulkan
pada ganglia terkait, kadang-kadang meluas kedalam kornu posterior.
Histopatologi varisella dan lesi herpes zoster adalah identik; VVZ infeksius ada
pada lesi herpes zoster, sebagaimana ia berada dalam lesi varisella, tetapi tidak
dilepaskan kedalam sekresi pernapasan. Varisella mendatangkan imunitas humoral
dan sululer yang sangat protektif terhadap infeksi ulang bergejala. Supresi imunitas
seluler pada VVZ berkolerasi dengan menambah resiko reaktifasi VVZ sebagai
herpes zoster.

v DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN


5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.
Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1. Persalinan preterm
2. Ensepalitis
3. Pneumonia
Penatalaksanaan terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan
pemeriksaan sinar x torak untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia
mengingat bahwa komplikasi pneumonia terjadi pada 16% kasus dan mortalitas
sampai diatas 40%.
Bila terjadi pneumonia maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan
diterapi dengan antiviral oleh karena perubahan dekompensasi akan sangat cepat
terjadi.Sindroma varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan
atastemuan IgM dalam darah talipusatdan gambaran klinik pada neonatus antara
lain :
 Hipoplasia tungkai
Parut kulit
 Korioretinitis
 Katarak
Atrofi kortikal
 mikrosepali
PJT simetrik
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada
kehamilan antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan
kurang dari 13 minggu
Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka
resiko infeksi janin pasca persalinan adalah 24%
Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 – 21 hari sebelum persalinan
dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan “self limiting”
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat
dengan mortalitas 30%.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam
jangka waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban
adalah bahan yang sangat infeksius.Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas
apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus varicella zoster harus segera
dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat segera diperoleh
atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca
paparan.
Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin
terdiri dari virus yang dilemahkan/
Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan
bila terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin.
Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella
dapat ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.

H. PENULARAN VARICELLA
Infeksi varicella ( chicken pox , cacar air , waterpoken ) disebabkan oleh
virus varicella zoster yang merupakan virus herpes DNA ( famili herpesviridae)
dan ditularkan melalui kontak langsung atau via pernafasan. Penyakit ini harus
dibedakan dengan penyakit Cacar (Variola) yang memiliki angka kematian cukup
tinggi. Penyakit cacar air merupakan penyakit menular yang bisa ditularkan
seseorang kepada orang lain secara langsung.

I. PENCEGAHAN VARICELLA
Pencegahan terhadap varisela dapat dilakukan dengan pemberian
immunisasi aktif maupun pasif, dengan demikian maka penderita yang beresiko
mendapatkan komplikasi saat menderita penyakit varisela, atau menderita varisela
yang cenderung berat dapat diberi immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya
Imunisasi tersedia bagi anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan.
Imunisasi ini dianjurkan bagi orang di atas usia 12 tahun yang tidak mempunyai
kekebalan. Pencegahan terutama dianjurkan pada anak-anak dengan
imunodefisiensi atau imunosupresi, menggunakan Imunoglobulin G dengan titer
antibodi spesifik yang tinggi pada plasma yang dikumpulkan dari penderita
konvalesen (penyembuhan) penyakit Herpes Zoster (GIVZ). GIVZ tidak
mempunyai nilai terapi jika diberikan setelah penyakit Varicella mulai timbul.
Vaksiniasi biasanya apabila terkena, manifestasi klinis yang muncul biasanya
sangat ringan. Vaksinasi varicella ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang
belum pernah menderita varicella.
Vaksinasi varicella ini biasanya diberikan kepada anak-anak yang belum
pernah menderita varicella. Mereka harus mendapat dua dosis vaksin yaitu pada
usia 12-15 tahun untuk dosis pertama, dan usia 4-6 tahun untuk dosis kedua. Anak-
anak yang berusia diatas 13 tahun, belum pernah menderita varicella atau
mendapat vaksin varicella, harus mendapat dosis minimal dalam jarak waktu 4-8
minggu. Vaksinasi cacar air tidak dapat diberikan kepada orang yang pernah
mengalami reaksi alergi yang mengancam nyawa terhadap gelatin/agar-agar,
antibiotik neomycin, atau penolakan terhadap vaksin varicella sebelumnya. Orang
yang sedang sakit ringan atau parah saat jadwal penyuntikan, harus menunggu
sampai sembuh sebelum mendapatkan vaksinasi varicella. Wanita hamil atau
menyusui tidak diindikasikan karena dapat menyebabkan terjadinya varicella
kongenital pada bayi. Sementara itu, orang yang baru menjalani transfusi darah
harus berkonsultasi dengan dokter kapan mereka boleh mendapatkan vaksinasi
varicella.
Penyakit ini erat kaitannya dengan kekebalan tubuh. Pencegahan penyakit
cacar air dilakukan dengan memberikan vaksin varisela pada anak-anak bayi yang
berumur antara 12 sampai 18 bulan. Pada orang dewasa yang belum pernah
mengalami cacar serta mempunyai gangguan pada sistem kekebalan tubuh bisa
minta diberikan immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella zoster dari
dokter karena dikhawatirkan akan terjadi hal buruk ketika terserang penyakit cacar
air akibat komplikasi yang bisa mengakibatkan kematian.
Apabila di sekitar kita ada orang yang menderita penyakit cacar air
sebaiknya segera menjauh jika kita bukan keluarganya agar tidak tertular. Jangan
dekat-dekat maupun memegang benda-benda yang telah dipegang penderita ketika
sakit cacar air. Jika kita keluarganya ada baiknya penderita segera dirawat di
rumah sakit agar virus tidak menyebar di dalam rumah maupun di tempat lainnya
si penderita melakukan aktivitas. Jika tidak memungkinkan maka bisa dirawat
berobat jalan di rumah sesuai petunjuk dari dokter. Jangan lupa untuk
membersihkan segala benda-benda yang mungkin terkontaminiasi virus cacar air.
Di negara barat vaksinasi varisela diberikan pada usia 1-1,5 tahun, atau pada
umur berapapun jika mereka belum pernah menderita varisela. Orang-orang yang
tidak mendapatkan vaksin sampai usia 13 tahun akan mendapatkan vaksinasi
sebayak 2 dosis, dengan selang waktu 4-8 minggu8.
Orang-orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan vaksinasi
varisela adalah:
Jika mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin, riwayat terjadinya
reaksi terhadap vaksinasi varisela.
Orang-orang yang sedang sakit sedang sampai berat harus menunda vaksinasi
varisela sampai mereka sembuh
Wanita hamil harus menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka
melahirkan. Wanita yang baru saja melaksanakan vaksinasi sebaiknya menunggu
sampai 1 bulan sebelum terjadinya kehamilan.
Beberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana vaksinasi
varisela yang ingin dilakukan, orang-orang ini diantaranya adalah;
Orang yang terkena virus HIV/IDS, atau penyakit lain yang mempengaruhi
status imunitasnya.
Orang-orang yang sedang mendapatkan terapi obat-obatan yang mempengatuhi
status imunitasnya, seperti steroid selama 2 minggu
orang yang menderita kanker
orang-orang yang sedang diterapi dengan sinar-x atau obat sitostatik
Orang-orang yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk-produk darah
lain.
Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah :
1. Ringan
Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5)
Demam (1:10)
Ruam ringan yang menetap sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien ini
dapat menularkan varisela pada orang-orang yang dekat dengannya, namun hal ini
jarang terjadi.
2. Sedang
Nyeri, dan bengkak pada tempat dimana vaksin disuntikkan (karena anak
bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas (1:1000)
3. Berat
Pneumonia (sangat jarang).
Reaksi serebral8 .
Umumnya reaksi allergi terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah
penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti tanda-tanda sulit sesak napas, serak, mengi,
takikardi, pusing kepala, pucat atau radang tenggorokan, panas tinggi, dan
perubahan perilaku8 .
2. Asiklovir sebagai postexposure prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9 hari
setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela sebaiknya diberikan sebagai
imunisasi wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko tinggi untuk
terkena varisela.
3. VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya dipertimbangkan untuk
diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada pasien yang
jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya anak-
anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena
varisela, bayi-bayi baru lahir dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari
sebelum kelahirannya sampai 2 hari setelah kelahirannya, bayi prematur berusia
lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela, atau bayi kurang dari 28
minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak erat dengan
penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan penderita varisela
misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah sakit.
Immunoglobulin dosis tinggi dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat infeksi
telah terjadi, penggunaan immunoglobulin ini tidak terbukti dapat mencegah
memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin tidak bermanfaat
digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG 0-10 kg=125
IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40 k5=625 IU.
Secara individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah terjadinya
penyakit, namun VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari menjadi
35 hari3,5,7.
J. MASA INKUBASI
Waktu terekspos sampai kena penyakit dalam tempo 2 sampai 3 pekan. hal
ini bisa ditandai dengan badan yang terasa panas.
K. GEJALA VARICELLA
Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat
merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada
kasus yang lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil
yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti
timbul di anggota gerak dan wajah.
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat
tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan
bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lama-kelamaan akan
pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera
terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini
memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah
mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih
lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih
sulit menghilang.
Gejala Varicella menurut Sarwono Prawirohardjo 2006 antara lain :
1. Demam seperti Influenza
2. Timbul erupsi, kemerahan pada kulit yang diikuti pembentuka vesikel pada
punggung, muka, dan ekstremitas.
3. Gatal dan nyeri pada daerah lesi.
4. Virus Varicella dapat menginveksi janin secara Trans Plasenter.
Gejala Varicella menurut http://khanzima.scribd.com antara lain :
1. Pada permulaannya, penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa
lelah, lesu, dan lemah. Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang
lebih berat, bisa didapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing.
2. Beberapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil
yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut atau punggung lalu diikuti
timbul di anggota gerak dan wajah.
3. Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan
dinding tipis. Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat
tergaruk tak sengaja. Jika lenting ini dibiarkan maka akan segera mengering
membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan terlepas dan meninggalkan
bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Lain halnya jika lenting cacar
air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan
mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas
luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan
bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda,
bekas cacar air akan lebih sulit menghilang.

L. WAKTU KARANTINA
5 hari setelah ruam mulai muncul dan sampai semua lepuh telah
berkeropeng. Selama masa karantina sebaiknya penderita tetap mandi seperti biasa,
karena kuman yang berada pada kulit akan dapat menginfeksi kulit yang sedang
terkena cacar air. Untuk menghindari timbulnya bekas luka yang sulit hilang
sebaiknya menghindari pecahnya lenting cacar air. Ketika mengeringkan tubuh
sesudah mandi sebaiknya tidak menggosoknya dengan handuk terlalu keras. Untuk
menghindari gatal, sebaiknya diberikan bedak talk yang mengandung menthol
sehingga mengurangi gesekan yang terjadi pada kulit sehingga kulit tidak banyak
teriritasi. Untuk yang memiliki kulit sensitif dapat juga menggunakan bedak talk
salycil yang tidak mengandung mentol. Pastikan anda juga selalu mengonsumsi
makanan bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit itu sendiri.
Konsumsi buah- buahan yang mengandung vitamin C seperti jambu biji dan tomat
merah yang dapat dibuat juice.

M. PENGOBATAN
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami
panurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan
"Asiklovir" berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa,
yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5%
yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari.
Larutan "PK" sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga
digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan
bekas luka yang ditimbulkan dengan banyak mengonsumsi air mineral untuk
menetralisir ginjal setelah mengonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo
ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat
dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman
dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung
pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut.
v Pengobatan di rumah pada cacar air ditujukan untuk meringankan gejala, yang dapat
dilakukan dengan:

 Istirahat secukupnya
 Mandi dengan air hangat atau air dingin setiap 3-4 jam pada hari-hari
pertama untuk mengurangi rasa gatal
 Pemberian calamine lotion untuk mengurangi rasa gatal
 Dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2%
atau mentol 1-2%
 Bagi anak kecil, dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah
menggaruk ruam-ruam
 Makan makanan yang lembut dan berikan minum air dingin jika terdapat
ruam di dalam mulut.
 Hindari makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk, dan
hindari juga garam
 Kulit dicuci sebersih mungkin dengan sabun
 Menjaga kebersihan tangan
 Kuku dipotong pendek
 Baju harus kering dan bersih

Pengobatan Varicella Menurut Sarwono Prawirohadjo 2006 yaitu :


Penanganan Khusus :
1. Rawat jalan bila tanpa komplikasi, Rawat inap jika disertai Komplikasi
2. Terapi Simtomatik berupa antipiretik (Paracetamol 3 X 500), Gatal dan Nyeri
Kulit (Talk Salisil) dan Antitusif (Noskapin)
3. Antiviral : Asiklovir 200mg tiap 4 jam
4. Terapi untuk komplikasi
a. Pneumonia :
 Ampisilin 3 X 1gr ( Dosis awal IV dilanjutkan Per Oral )
 Gentamisin 2 X 80mg
ATAU
 Amoksisiklin dan Asam Klavulanat 3 X 500mg ( Dosis Awal IV dilanjutkan
Per Oral )
b. Abortus :
Lakukan evakuasi dengan AVM/D & K
c. Partus Prematurus :
Lakukan tatalaksana janin premature.
d. Melakukan antisipasi terjadinya Varicella konginetal
5. Jika bayi lahir sebelum menerima antibody Varicella dari ibu, Bayi tersebut
mungkin akan mengalami Varicella diseminata, segera berikan Imunoglobulin
Varicella Zoster.
6. Bayi yang cukup bulan yang terinfeksi Varisella antara umur 5 – 10 Hari akan
menunjukkan gejala penyakit yang lebih berat, disbanding Varisella yang timbul
Saat atau Segera setelah lahir sehingga memerlukan perawatan Intensif.
Varicella ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi tidak
menutup kemungkinan adanya serangan berulang saat individu tersebut mengalami
panurunan daya tahan tubuh. Penyakit varicella dapat diberi penggobatan
“Asiklovir” berupa tablet 800 mg per hari setiap 4 jam sekali (dosis orang dewasa,
yaitu 12 tahun ke atas) selama 7-10 hari dan salep yang mengandung asiklovir 5%
yang dioleskan tipis di permukaan yang terinfeksi 6 kali sehari selama 6 hari.
Larutan “PK” sebanyak 1% yang dilarutkan dalam air mandi biasanya juga
digunakan.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas
luka yang ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk
menetralisir ginjal setelah mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C plasebo
ataupun yang langsung dari buah-buahan segar seperti juice jambu biji, juice tomat
dan anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit bisa didapat dari plasebo, minuman
dari lidah buaya, ataupun rumput laut. Penggunaan lotion yang mengandung
pelembab ekstra saat luka sudah benar- benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut.
Attack Rate pada individu yang rentan sekitar 90%.
Periode inkubasi 10 – 21 hari
Infeksi yang terjadi pada orang dewasa biasanya sangat berat dan dapat
menimbulkan komplikasi berbahaya seperti ensepalitis dan pneumonia.
Oleh karena termasuk virus herpes maka virus varicella juga memperlihatkan
potensi latensi dalam ganglion syaraf. Reaktiviasi virus memberikan gejala herpes
zoster.

Untuk mencegah tejadinya infeksi bakteri serta komplikasi akibat serangan cacar
air bisa dilakukan beberapa usaha berikut ini, antara lain :
- Menjaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan dengan sabun
- Memotong kuku yang panjang dan mengikir kuku yang tajam
- Sering mandi atau mencuci kulit dengan sabun anti kuman
- Memakai pakaian yang telah dicuci bersih dan kering serta nyaman dipakai
- Sering mengganti pakaian jika sudah dirasa kotor atau tidak nyaman
Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela, infeksi yang dapat terjadi
diantaranya adalah:
1. Infeksi sekunder dengan bakteri
Infeksi bakteri sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus dapat
muncul sebagai impetigo, selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses, vscarlet
fever, atau sepsis2,7.
2. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan
kehamilan. Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki
basah, sianosis, dan hemoptoe terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada
pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran noduler yang radio-opak pada kedua
paru1,7
3. Reye sindrom
letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan sensoris
menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom terutama
terjadi pada pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada varisela
penggunaan varisela harus dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan SGOT, SGPT serta amonia1,2,7 .
4. Ensefalitis
Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1 pada 1000
kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari
3-8 setelah timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak berusia
3 tahun dengan komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu
makan menurun, hiperaktif, iritabel dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul,
gerakan korea atetoid lengan dan tungkai. Penderita meninggal setelah 35 hari
perawatan1 .
5. Hemorrargis varisela
terutama disebabkan oleh autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis varisela
dapat menyebabkan idiopatik koagulasi intravaskuler diseminata (purpura
fulminan)7 .
6. Hepatitis
7. Komplikasi lain
Komplikasi yang dapat ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah neuritis
optic, myelitis tranversa, orkitis dan arthritis.

N. PENANGANAN
Karena cacar air pada umumnya ringan dan sembuh dengan sendirinya,
penanganan cacar air terutama ditujukan untuk meringankan gejala.1 Yang dapat
dilakukan adalah:1
• Tirah baring secukupnya
• Parasetamol untuk menurunkan demam
• Calamine dan mandi dengan air suam-suam kuku untuk meringankan rasa gatal
• Sarung tangan untuk mencegah anak menggaruk ruam mungkin dibutuhkan pada
anak-anak yang sangat kecil.
• Makanan yang lebih lembut dan menyejukkan jika ada ruam di dalam mulut.5
Sedangkan beberapa penanganan yang tidak dianjurkan adalah:2
• Antihistamin yang bersifat sedatif (membuat tidur) seperti chlorpheniramine.
Obat golongan ini tidak signifikan untuk menangani rasa gatal pada cacar air.2
• Antivirus tidak direkomendasikan penggunaannya pada cacar air tanpa
komplikasi. Bahkan jika mulai diberikan pada hari di mana ruam pertama kali
muncul, antivirus hanya mengurangi satu hari dari lamanya sakit. Penelitian yang
dilakukan juga menunjukkan bahwa acyclovir (salah satu antivirus) tidak
bermakna dalam menurunkan risiko komplikasi pada cacar air. Selain itu
penggunaan antivirus secara teori juga dapat berubahnya respon kekebalan tubuh
sehingga virus dapat teraktivasi kembali lebih cepat dalam bentuk herpes zoster
(cacar ular).6 Antivirus dapat dipertimbangkan untuk digunakan pada cacar air
dengan komplikasi yang berat, cacar air pada bayi di bawah usia 28 hari, atau pada
orang dedngan sistem kekebalan tubuh yang rendah. Pemberian antivirus ini harus
dilakukan dalam jangka waktu 48 jam setelah ruam pertama kali muncul.
• Antibiotik. Antibiotik hanya dibutuhkan jika ada infeksi kulit oleh bakteri.5
Varicella Zoster Immunoglobulin (VZIG).3
VZIG adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab cacar air. VZIG diberikan
hanya pada kelompok-kelompok tertentu yaitu:3
• Orang dengan sistem kekebalan yang rendah
• Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah mengalami cacar
air sebelumnya
• Bayi di bawah usia 28 hari yang lahir kurang dari usia kehamilan 28 minggu atau
berat lahirnya kurang dari 1000 g
• Bayi di bawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau mengalami
cacar air antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan
Yang penting diingat adalah bahwa VZIG hanya efektif mencegah terjadinya cacar
air jika diberikan dalam jangka waktu 96 jam setelah paparan terhadap kasus cacar
air.
O. PENGOBATAN CACAR AIR SECARA TRADISIONAL
Penyakit cacar air merupakan penyakit yang dipercaya harus menyerang tiap
individu sekali sepanjang hidupnya. Walaupun begitu, penyakit cacar air ini juga
harus ditangani dengan cara yang tepat, sebab tidak jarang penderita cacar air bisa
kehilangan nyawa jika tidak cepat diatasi sehingga menyebar di organ-organ vital
kita.
Walaupun cacar air pada umumnya hanya terlihat secara jelas gejalanya
pada kulit, namun sebenarnya asal cacar itu adalah dari dalam tubuh kita. Sehingga
jika cacar air itu tidak secara maksimal keluar pada permukaan kulit, ia akan tetap
tinggal dalam tubuh dan menjalari organ yang vital. Oleh karena itu sahabat klik
CARA haruslah menangani dengan cepat jika terkena cacar air dengan cara di
bawah ini. Berikut 8 cara alami mengobati cacar air dengan cepat

1. 25gram temulawak
15gram kencur, 15gram asam jawa, dan 600cc air. Cuci dan potong kecil-kecil
bahan-bahan tadi kemudian rebus sampai air berkurang setengahnya. Setelah itu air
rebusan tadi bisa anda minum 2-3 kali sehari.
2. Menggunakan Mengkudu
Buah mengkudu yang sudah matang (berwarna kuning) dibuat jus dan diminum
seperti ramuan pertama secara rutin.
3. Daun Pegagan
Ambil daun pegagan secukupnya dan cuci bersih, kemudian dibuat jus dan
dicampur dengan madu sesuai selera agar rasa lebih enak. Daun pegagan ini akan
membantu proses peremajaan kulit dari dalam.
4. Menggunakan Jagung Muda
Jagung muda dicuci bersih dan diparut, kemudian oleskan pada kulit tubuh yang
terkena cacar. Ramuan ini dapat dipakai saat cacar masih menjangkit tubuh dan
dilanjutkan pada masa penyembuhan dan proses menghilangkan bekas cacar.
5. Menggunakan Kacang Hijau
Kacang hijau direndam dalam air hingga mengembang/ membengkak, kemudian
tumbuk halus dan oleskan pada bagian kulit yang terdapat bekas cacar.
6. Buah mengkudu
Yang sudah matang biasanya berwarna kekuningan. Lalu anda buat jus dan minum
secara rutin setiap hari.
7. Air kacang polong
Air kacang polong merupakan obat alami yang sangat efektif untuk mengurangi
iritasi kulit. Air yang digunakan untuk memasak kacang polong harus dioleskan
pada bagian tubuh yang terkena penyakit.
8. Para natrium bikarbonat
Baking soda adalah obat yang sangat populer untuk mengontrol gatal-gatal yang
disebabkan oleh cacar air. Taruh 'sedikit baking soda dalam segelas air, lalu
mandikan anak dengan sponsyang dicelupkan ke dalam solusi ini sebelumnya.
Mengeringkan kulit dan akan mencegah anak menggaruk ruam.

P.PROGNOSIS
- Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis
yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.
- Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 – 7,5 dari 10.000 kasus
varicella.
- Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering
menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat.
- Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif
tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 – 27% dan sebagian
besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis.
Pencegahan.
UNTUK PENCEGAHAN CACAR AIR SEPERTI
IMUNISASI/VAKSINISASI
GAMBAR UNTUK CACAR AIR
http://auroranevadahasyim.blogspot.com/2013/11/makalah-varicella.html

BAGIAN ILMU PENYAKIT ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN 2005 BAB I


PENDAHULUAN Varisela merupakan salah satu penyakit sangat menular yang dapat menular
dengan sangat cepat. Varisela dapat merupakan penyakit kongenital, menyerang bayi baru lahir,
menyerang anak kurang dari 10 tahun terutama usia 5 sampai 9 tahun, bahkan orang dewasa.
Pada anak sehat penyakit ini biasanya bersifat jinak, jarang menimbulkan komplikasi dan hanya
sedikit yang menderita penylit, tetapi pada status immunitas yang menurun, seperti bayi baru
lahir, immunodefisiensi, tumor ganas, dan orang dewasa yang mendapat pengobatan
immunosupresan sering menimbulkan komplikasi bahkan menyebabkan kematian1 . Penyebab
penyakit ini adalah sejenis virus yang termasuk golongan Herpes Virus, yaitu Varicella Zooster
Virus (VZV). Pada kontak pertama virus ini menyebakan penyakit cacar air atau chicken Pox,
dan pada reaktivasi infeksi, virus ini menyebabkan penyakit yang disebut sebagai herpes zooster
atau shingles1 . Pencegahan terhadap varisela dapat dilakukan dengan pemberian immunisasi
aktif maupun pasif, dengan demikian maka penderita yang beresiko mendapatkan komplikasi
saat menderita penyakit varisela, atau menderita varisela yang cenderung berat dapat diberi
immunisasi untuk meningkatkan immunitasnya1 . Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh
Herbeden (1967) dan oleh Steiner (1875) yang dapat memindahkan varisela kepada sukarelawan.
1888 von Bokay pertama kali menemukan adanya hubungan antara penyebab varisela dengan
Herpes Zoster. 1922 Kudratitz melakukan percobaan skarifikasi yaitu dengan mengambil cairan
vesikel dari erupsi zoster yang khas dan diinokulasikan, ternyata mengkibatkan suatu erupsi
lokal dan generalisata seperti pada varisela. Paschen (1917) menggambarkan adanya inclusion
bodies pada pemeriksaan yang diambil dari dasar vesikel dan menyebutkan bahwa penyebab
penyakit varisella adalah sebuah virus, kemudian Willer (1953) menemukan pertumbuhan virus
varisela dan Zoster pada kultur jaringan manusia dan didapatkan bahwa keduanya disebabkan
oleh virus yang identik1 . BAB II VARISELA-ZOOSTER 2.1 Etiologi Varisela disebabkan oleh
Varicella Zoster Virus (VZV). yang termasuk dalam kelompok Herpes Virus tipe ;. Virus ini
berkapsul dengan diameter kira-kira 150-200 nm. Inti virus disebut capsid yang berebntuk
ikosahedral, terdiri dari protein dan DNA berantai ganda. Berbentuk suatu garis dengan berat
molekul 100 juta dan disusun dari 162 isomer. Lapisan ini bersifat infeksius1,3 . VZV dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita. Virus ini dapat diinokulasikan
dengan menggunakan biakan dari fibroblas paru embrio manusia kemudian dilihat dibawah
mikroskop elektron. Di dalam sel yang terinfeksi akan tampak adanya sel raksasa berinti banyak
(multinucleated giant cell) dan adanya badan inklusi eosinofilik jernih (intranuclear eosinophilic
inclusion bodies) 1,4,5 . VZV menyebabkan penyakit varisela dan Herpes Zoster. Kedua
penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda. Pada kontak pertama dengan manusia
menyebabkan penyakit varisela atau cacar air, karena itu varisela dikatakan sebagai infeksi akut
primer. Penderita dapat sembuh, atau penderita sembuh dengan virus yang menjadi laten (tanpa
manifestasi klinis) dalam ganglia sensoris dorsalis, jika kemudian terjadi reaktivasi maka virus
akan menyebabkan penyakit Herpes zoster1,3,4 . 2.2 Varisela 2.2.1 Definisi Varisela Varisela
adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varicella Zooster Virus
(VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel1 . 8
Gambar 2.1. Varisela pada tubuh anak I 2.2.4 Epidemiologi Di negara barat kejadian varisela
terutama meningkat pada musim dingin dan awal musim semi, sedangkan di Indonesia virus
menyerang pada musim peralihan antara musim panas ke musim hujan atau sebaliknya Namun
varisela dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang
tinggal di populasi padat, ataupun menyebar di dalam satu sekolah2,3 . Varisela terutama
menyerang anak-anak dibawah 10 tahun terbanyak usia 5-9 tahun. Varisela merupakan penyakit
yang sangat menular, 75 % anak terjangkit setelah terjadi penularan. Varisela menular melalui
sekret saluran pernapasan, percikan ludah, terjadi kontak dengan lesi cairan vesikel, pustula, dan
secara transplasental. Individu dengan zoster juga dapat menyebarkan varisela. Masa inkubasi
11-21 hari. Pasien menjadi sangat infektif sekitar 24 – 48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai
lesi menjadi krusta biasanya sekitar 5 hari1,2,3,5 . 2.2.3 Patogenesis Setelah VZV masuk melaui
saluran pernapasan atas, atau setelah penderita berkontak dengan lesi kulit, selama masa
inkubasinya terjadi viremia primer. Infeksi mula-mula terjadi pada selaput lendir saluran
pernapasan atas kemudian menyebar dan terjadi viremia primer. Pada Viremia primer ini virus
menyebar melalui peredaran darah dan system limfa ke hepar, dan berkumpul dalam
monosit/makrofag, disana virus bereplikasi, pada kebanyakan kasus virus dapat mengatasi
pertahanan non-spesifik sehingga terjadi viremia sekunder. Pada viremia sekunder virus
berkumpul di dalam Limfosit T, kemudian virus menyebar ke kulit dan mukosa dan bereplikasi
di epidermis memberi gambaran sesuai dengan lesi varisela. Permulaan bentuk lesi mungkin
infeksi dari kaliper endotel pada lapisan papil dermis menyebar ke sel epitel dermis, folikel kulit
dan glandula sebasea, saat ini timbul demam dan malaise1,2,3 . 2.2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis varisela terdiri atas 2 stadium yaitu stadium prodormal, stadium erupsi.
Stadium Prodormal timbul 10-21 hari, setelah masa inkubasi selesai. Individu akan merasakan
demam yang tidak terlalu tinggi selama 1-3 hari, mengigil, nyeri kepala anoreksia, dan
malaise2,3 . Stadium erupsi 1-2 hari kemudian timbuh ruam-ruam kulit “ dew drops on rose
petals” tersebar pada wajah, leher, kulit kepala dan secara cepat akan terdapat badan dan
ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup, jarang pada telapak tangan dan
telapak kaki. Penyebarannya bersifat sentrifugal (dari pusat). Total lesi yang ditemukan dapat
mencapai 50-500 buah. Makula kemudian berubah menjadi papulla, vesikel, pustula, dan krusta.
Erupsi ini disertai rasa gatal. Perubahan ini hanya berlangsung dalam 8-12 jam, sehingga
varisella secara khas dalam perjalanan penyakitnya didapatkan bentuk papula, vesikel, dan krusta
dalam waktu yang bersamaan, ini disebut polimorf. Vesikel akan berada pada lapisan sel
dibawah kulit dan membentuk atap pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya
adalah lapisan yang lebih dalam Gambaran vesikel khas, bulat, berdinding tipis, tidak
umbilicated, menonjol dari permukaan kulit, dasar eritematous, terlihat seperti tetesan air
mata/embun “tear drops”. Cairan dalam vesikel kecil mula-mula jernih, kemudian vesikel
berubah menjadi besar dan keruh akibat sebukan sel radang polimorfonuklear lalu menjadi
pustula. Kemudian terjadi absorpsi dari cairan dan lesi mulai mengering dimulai dari bagian
tengah dan akhirnya terbentuk krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu tergantung pada
dalamnya kelainan kulit. Bekasnya akan membentuk cekungan dangkal berwarna merah muda,
dapat terasa nyeri, kemudian berangsur-angsur hilang. Lesi-lesi pada membran mukosa (hidung,
faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan konjungtiva) tidak langsung
membentuk krusta, vesikel-vesikel akan pecah dan membentuk luka yang terbuka, kemudian
sembuh dengan cepat. Karena lesi kulit terbatas terjadi pada jaringan epidermis dan tidak
menembus membran basalis, maka penyembuhan kira-kira 7-10 hari terjadi tanpa meninggalkan
jaringan parut, walaupun lesi hyper-hipo pigmentasi mungkin menetap sampai beberapa bulan.
Penyulit berupa infeksi sekunder dapat terjadi ditandai dengan demam yang berlanjut dengan
suhu badan yang tinggi (39-40,5 oC) mungkin akan terbentuk jaringan parut1,2,3 . Gambar 2.2.
Varisela pada tubuh anak II 8 . Gambar 2.3. Varisela pada mukosa mulut8 . Varisela yang
menyerang wanita hamil sangat jarang (0,7 tiap 1000 kelamilan). Sekitar 17 % anak yang
dilahirkan dari wanita yang mendapat varisela pada 20 minggu pertama kehamilannya akan
menderita kelainan bawaan berupa bekas luka dikulit (cutaneous scarr), mikrosefali, berat badan
lahir rendah, hipoplasia tungkai, kelumpuhan, atrofi tungkai, kejang, retardasi mental,
korioretinitis, mikropthalmia, atrofi kortikal, katarak dan defisit neurologis lainnya. Defisit
neurologis yang mengenai system persarafan autonom dapat menimbulkan kelainan kontrol
sphingter, obstruksi intestinal, Horner sindrom. Jika wanita hamil mendapatkan varisela dalam
waktu 21 hari sebelum ia melahirkan, maka 25 % dari neonatus yang dilahirkan akan
memperliharkan gejala varisela kongenital pada waktu dilahirkan sampai berumur 5 hari,
biasanya varisela ringan sebab antibodi ibu yang sempat dihantarkan transplasental dalam bentuk
IGg spesifik masih ada dalam tubuh neonatus sehingga jarang mengakibatkan kematian. Bila
seorang wanita hamil mendapatkan varisela pada 4-5 hari sebelum ia melahirkan, maka
neonatusnya akan memperliharkan gejala verisela kongenital pada umur 5-19 hari Disini
perjalanan varisela sering berat dan menyebabkan kematian pada 25-30 % karena mereka
mendapatkan virus dalam jumlah yang banyak tanpa sempat mendapatkan antibodi yang
dikirimkan transplasental. Wanita hamil dengan varisela pneumonia dapat menderita hipoksia
dan gagal nafas yang dapat berakibat fatal bagi ibu maupun fetus3,4,7 . Seorang anak yang
ibunya mendapat varisella selama masa kehamilan, atau bayi yang terkena varisela selama bulan
awal kelahirannya mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita herpes zoster dibawah
2 tahun3,4 . 2.2.5 Komplikasi Varisela Beberapa komplikasi dapat terjadi pada infeksi varisela,
infeksi yang dapat terjadi diantaranya adalah: Infeksi sekunder dengan bakteri Infeksi bakteri
sekunder biasanya terjadi akibat stafilokokus. Stafilokokus dapat muncul sebagai impetigo,
selulitis, fasiitis, erisipelas furunkel, abses, scarlet fever, atau sepsis2,7. Varisela Pneumonia
Varisela Pneumonia terutama terjadi pada penderita immunokompromis, dan kehamilan.
Ditandai dengan panas tinggi, Batuk, sesak napas, takipneu, Ronki basah, sianosis, dan hemoptoe
terjadi beberapa hari setelah timbulnya ruam. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran
noduler yang radio-opak pada kedua paru1,7 Gambar 2.4. Gambaran Radiologis Varisela
Pnemonia8 .l Reye sindrom letargi, mual, muntah menetap, anak tampak bingung dan perubahan
sensoris menandakan terjadinya Reye sindrom atau ensefalitis. Reye sindrom terutama terjadi
pada pasien yang menggunakan salisilat, sehingga pada varisela penggunaan varisela harus
dihindari. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan SGOT, SGPT serta
amonia1,2,7 . Ensefalitis Komplikasi ini tersering karena adanya gangguan imunitas. Dijumpai 1
pada 1000 kasus varisela dan memberikan gejala ataksia serebelar, biasanya timbul pada hari 3-8
setelah timbulnya ruam. Maguire (1985) melaporkan 1 kasus pada anak berusia 3 tahun dengan
komplikasi ensefalitis menunjukkan gejala susah tidur, nafsu makan menurun, hiperaktif, iritabel
dan sakit kepala. 19 hari setelah ruam timbul, gerakan korea atetoid lengan dan tungkai.
Penderita meninggal setelah 35 hari perawatan1 . Hemorrargis varisela terutama disebabkan oleh
autoimun trombositopenia, tetapi hemorrargis varisela dapat menyebabkan idiopatik koagulasi
intravaskuler diseminata (purpura fulminan)7 . Hepatitis Komplikasi lain Komplikasi yang dapat
ditemukan namun jarang terjadi diantaranya adalah neuritis optic, myelitis tranversa, orkitis dan
arthritis. 2.3 Herpes Zoster Herpes Zoster adalah penyakit rekuren yang terjadi karena terjadinya
reaktivasi VZV yang tadinya laten di ganglion sensoris dorsalis kemudian bereplikasi dan
menyebar melalui persyarafan ke kulit3 . 2.3.1 Epidemiologi Herpes Zoster Peningkatan
insidensi terjadinya zoster berhubungan dengan umur. Reaktivasi ini dipercaya akibat imunitas
tubuh individu yang menurun terhadap VZV yang laten. Perbedaan ras juga mempengaruhi,
insidensi Zoster pada ras Afrika-Amerika hanya setengah dari yang dilaporkan terjadi pada ras
kulit putih. Anak-anak dengan degenerasi maligna (limfoma, akut limfositik leukemia) dan
AIDS memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan zoster3 . 2.3.2 Patogenesis Herpes
Zoster Jika virus tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesai, selanjutnya virus
menjadi laten dan diam untuk beberapa waktu di ganglion sensoris dorsalis. Antigen spesifik
Limfosit T dipercaya sebagai penyebab utama virus sehingga menjadi laten. Immunosupresi atau
penurunan kekebalan alami sel T limfosit menyebabkan terjadinya mekanisme yang
memungkinkan reaktivasi virus dan rekurensi sehingga virus bermanifestasi sebagai penyakit
yang disebut zoster3 . 2.3.2 Manifestasi Klinis Herpes Zoster Zoster tampak sebagai proses
unilateral melibatkan satu sampai tiga dermatom yang berdekatan. Beberapa lesi yang mungkin
terdapat agak jauh dari dermaton yang terkena dapat juga terlihat. Dermatom torakal adalah yang
paling sering terkena, disusul oleh nervus cranial dan daerah lombosakral. Lesi pertama kali
muncul sebagai eritema, yang kemudian berubah menjadi sekumpulan vesikel. Nyeri dan
parestesi pada dermatom yang terkena mendahului timbulnya vesikel. Erupsi terjadi sekitar 3-5
hari kemudian mengering dan menjadi krusta dalam 2 minggu. Nyeri preerupsi torakal dapat
disalah artikan sebagai angina pectoris. 3,5 . Go to fullsize image Gambar 2.5. Penyebaran Lesi
pada Herpes Zoster Secara Dermatomal8 . 2.3.3 Komplikasi Herpes Zoster Komplikasi yang
dapat terjadi diantaranya adalah infeksi sekunder oleh bakteri biasanya disebabkan oleh kokus
gram positif, paralysis nervus motorik atau kranialis, ensefalitis biasanya menyebabkan kejang
dan gejala kelainan serebelar, keratitis, disseminata pada pasien immunokompromis, dan post
herpetik neuralgia. Post herpetik neuralgia ini menyebabkan nyeri berat persisten pada dermatom
yang terkena setelah lesi kulit menghilang7,5 . 2.3.4 Terapi Pada anak sehat, varisela biasanya
ringan dan dapat sembuh sendiri. Lotio calamine dapat diberikan pada lesi kulit lokal, dan untuk
menghilangkan gatal diberikan antihistamin. Penggunaan kortikosteriod tidak dianjurkan.
Penggunaan salisilat sebaiknya dihindari karena berhubungan dengan komplikasi Sindroma
Reye. Karena VZV dapat menyebabkan kerusakan langsung pada pembuluh darah, maka pada
varisela fulminan saat vesikel baru timbul, sebaiknya dapat diberikan obat anti virus. Kuku
sebaiknya dipotong dan dibersihkan agar tidak terjadi infeksi sekunder saat anak menggaruk lesi
karena merasa gatal. Jika terjadi infeksi sekunder, antibiotik dapat diberikan. Pada pasien dengan
penyulit neurologis seperti ataksia serebelar, ensefalitis, meningoensefalitis, dan mielitis dapat
diberikan obat anti virus. Jika terjadi perdarahan, dapat diatasi sesuai dengan hasil pemeriksaan
sistem pembekuan dan pemeriksaan sumsum tulang2 . Pasien dengan immunodefisiensi seperti
pada leukemia, keganasan, bayi baru lahir, penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita
dengan immunosupresan oleh obat-obat sitostatik atau kortikosteroid, radioterapi mendapatkan
obat antivirus secepat mungkin2 . Obat anti VZV yang lazim diberikan adalah asiklovir, baik
untuk mengobati varisela maupun herpes zoster. Asiklovir yang diberikan 1-2 hari setelah
timbulnya ruam terbukti dapat berguna untuk menurunkan panas dan menghambat timbulnya lesi
varisela. Pada pasien dengan immunosupresi, asiklovir telah menunjukaan efisiensi dalam
menurunkan kejadian diseminata. Terapi dengan asiklovir harus dimulai pada 3 hari setelah
onset zoster. VZ terlihat kurang suseptibel dengan pengobatan asiklovir. Pada pasien dengan
Herpes Zoster dengan komplikasi post herpetic neuralgia, asiklovir hanya sedikit memiliki efek.
Pemberian asiklovir tdak dianjurkan untuk anak-anak berusia dibawah 12 tahun, Dosis asiklovir
yang umum diberikan adalah 500 mg/m2, i.v, setiap 8 jam selama 5 hari. Dosis parenteral ini
terutama diberikan pada anak immunokompromis yang terkena herpes zoster. Asiklovir oral
dengan dosis 80 mg.KbBB/hari dibagi dalam 4 dosis, terbaik digunakan 1-2 hari sebelum
timbulnya ruam kulit. Asiklovir oral umumnya digunakan untuk anak-anak dengan status imun
yang baik. Selain itu Valacylovir 500 mg setiap 8 jam dan Famciclovir 1 gr/hr dalam 3 dosis
termasuk golongan antiviral yang lebih baik absorpsinya5,7 . 2.4 Pencegahan Vaksinasi Vaksin
varisela dapat juga berguna untuk pencegahan jika diberikan 3-5 hari setelah kontak. vaksin
varisela semula berasal dari virus hidup yang telah dilemahkan (live attenuated). mengingat
harga vaksin varisela yang cukup mahal, sehingga cakupan imunisasinya belum cukup luas, dan
daya perlindungan vaksin hanya selama 10-12 tahun, maka bila vaksin diberikan pada anak
dengan usia kurang dari 12 tahun dapat mengubah epidemiologi penyakit, sehingga saat dewasa
anak yang telah divaksinasi ini akan menderita varisela, ini menyebabkan bertambahnya jumlah
orang dewasa yang menderita varisela. Karena varisela pada ibu hamil cenderung menjadi berat
dan beresiko terhadap anaknya maka imunisasi varisela dianjurkan untuk diberikan saat anak
berusia 12 tahun. Di negara barat vaksinasi varisela diberikan pada usia 1-1,5 tahun, atau pada
umur berapapun jika mereka belum pernah menderita varisela. Orang-orang yang tidak
mendapatkan vaksin sampai usia 13 tahun akan mendapatkan vaksinasi sebayak 2 dosis, dengan
selang waktu 4-8 minggu8. Orang-orang yang tidak direkomendasikan untuk mendapatkan
vaksinasi varisela adalah: · Jika mereka memiliki riwayat alergi terhadap gelatin, neomisin,
riwayat terjadinya reaksi terhadap vaksinasi varisela. · Orang-orang yang sedang sakit sedang
sampai berat harus menunda vaksinasi varisela sampai mereka sembuh · Wanita hamil harus
menunggu untuk vaksinasi varisela sampai mereka melahirkan. Wanita yang baru saja
melaksanakan vaksinasi sebaiknya menunggu sampai 1 bulan sebelum terjadinya kehamilan. ·
Beberapa orang harus memeriksakan diri ke dokter mengenai rencana vaksinasi varisela yang
ingin dilakukan, orang-orang ini diantaranya adalah; - Orang yang terkena virus HIV/IDS, atau
penyakit lain yang mempengaruhi status imunitasnya. - Orang-orang yang sedang mendapatkan
terapi obat-obatan yang mempengatuhi status imunitasnya, seperti steroid selama 2 minggu -
orang yang menderita kanker - orang-orang yang sedang diterapi dengan sinar-x atau obat
sitostatik - Orang-orang yang baru saja menerima transfusi darah, atau produk-produk darah
lain8 . Gambar 2.6. Perkiraan Cakupan Imunisasi Varisela-Zoster di AS bulan Agustus 1996-
November 19988 . Vaksinasi varisela memiliki efek samping diantaranya adalah : 1. Ringan -
Nyeri, bengkak saat vaksinasi dilakukan (1:5) - Demam (1:10) - Ruam ringan yang menetap
sampai 1 bulan setelah vaksinasi (1:20). Pasien ini dapat menularkan varisela pada orang-orang
yang dekat dengannya, namun hal ini jarang terjadi. 2. Sedang - Nyeri, dan bengkak pada tempat
dimana vaksin disuntikkan (karena anak bergerak atau terkejut) yang disebabkan oleh panas
(1:1000) 3. Berat - Pneumonia (sangat jarang). - Reaksi serebral8 . Umumnya reaksi allergi
terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam setelah penyuntikan. Rekasi allergi ini seperti
tanda-tanda sulit sesak napas, serak, mengi, takikardi, pusing kepala, pucat atau radang
tenggorokan, panas tinggi, dan perubahan perilaku8 . 2. Asiklovir sebagai postexposure
prophylaxis sangat efektif jika diberikan 8-9 hari setelah kontak selama 7 hari. vaksinasi varisela
sebaiknya diberikan sebagai imunisasi wajib pada anak-anak dan orang dewasa yang beresiko
tinggi untuk terkena varisela. 3. VZIG (Varicella-Zoster Immune Globulin), sebaiknya
dipertimbangkan untuk diberikan pada pasien yang beresiko tinggi untuk terkena, dan pada
pasien yang jika terkena akan menderita penyakit yang lebih berat. Termasuk didalamnya anak-
anak dengan immunokompromis, wanita hamil yang belum pernah terkena varisela, bayi-bayi
baru lahir dari ibu yang terkena varisela kurang dari 5 hari sebelum kelahirannya sampai 2 hari
setelah kelahirannya, bayi prematur berusia lebih dari 28 minggu dari ibu tanpa riwayat varisela,
atau bayi kurang dari 28 minggu dengan riwayat ibu selama kehamilan memiliki kontak erat
dengan penderita varisela atau zoster. Yang termasuk kontak erat dengan penderita varisela
misalnya jika ibu tersebut tinggal serumah, sekamar di rumah sakit. Immunoglobulin dosis tinggi
dianjurkan pada 3-4 hari setelah kontak. Saat infeksi telah terjadi, penggunaan immunoglobulin
ini tidak terbukti dapat mencegah memburuknya penyakit atau disseminata. Immunoglobulin
tidak bermanfaat digunakan sebagai terapi ataupun pencegahan rekurensi. Dosis VZIG 0-10
kg=125 IU, 10-20 kg=250 IU, 20-30 kg=375 IU, 30-40 kg=500 IU, > 40 k5=625 IU. Secara
individual, VZIG ini tidak terbukti dapat benar-benar mencegah terjadinya penyakit, namun
VZIG ini dapat memperpanjang masa inkubasi 28 hari menjadi 35 hari3,5,7. 2.5 Prognosis Pada
anak-anak sehat, prognosis varisela lebih baik dibandingkan orang dewasa. Pada neonatus dan
anak yang menderita leukemia, imunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi sehingga angka
kematian meningkat. Pada neonatus kematian umumnya disebabkan karena gagal napas akut,
sedangkan pada anak dengan degenerasi maligna dan immunodefisiensi tanpa vaksinasi atau
pengobatan antivirus, kematian biasanya disebabkan oleh komplikasinya. Komplikasi tersering
yang menyebabkan kematian adalah pneumonia dan ensefalitis1 . BAB III KESIMPULAN
Varisela dan Herpes Zoster adalah dua penyakit ini memiliki manifestasi klinis yang berbeda,
namun keduanya disebabkan oleh virus yang sama yaitu VZV (Varicella Zoster Virus). Varisela
merupakan penyakit yang sering menyerang anak usia 5-9 tahun. Kasus varisela meningkat pada
musim peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Namun kasus ini dapat
menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang tinggal di populasi
padat. Varisela pada anak akan menimbulkan manifestasi klinis yang lebih ringan dibandingkan
pada orang dewasa. Pada anak sehat varisela biasanya ringan, namun pada anak dengan sistem
imun yang menurun karena degenerasi maligna, immunodefisiensi, ataupun pada anak dengan
pengobatan immunosupresan, kasus varisela dapat menjadi berat akibat timbulnya komplikasi
sampai menyababkan kematian Herpes Zoster adalah penyakit yang terjadi akibat reaktivasi
virus yang tidak sepenuhnya dapat dihilangkan saat viremia selesat. Virus yang diam di dalam
ganglia dorsalis ini akan aktif saat terjadi penurunan kekebalan alami ataupun saat pasien
mendapat terapi dengan obat immunosupresif. Pada anak sehat, varisela biasanya ringan dan
dapat sembuh sendiri, pengobatan simptomatik dapat diberikan untuk menghilangkan gatal.
Antibiotik dapat diberikan jika terjadi infeksi sekunder. Antivirus sebaiknya diberikan secepat
mungkin pada orang dengan immunodefisiensi seperti leukemia, keganasan, bayi baru lahir,
penyakit kolagen, sindrom nefrotik, dan penderita dengan immunosupresan oleh obat-obat
sitostatik atau koetikosteroid, radioterapi. Antivirus yang biasa dipergunakan adalah asiklovir,
Valacylovir, Famciclovir . Pencegahan dapat dilakukan dengan memberikan Vaksinasi virus
yang telah dilemahkan, menggunakan VZIG (Varisela Zoster Immunoglobulin), ataupun
menggunakan obat anti virus.

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win


http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/07/varicella.html
makalah penyakit varicella

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH swt,karna hanya dengan izin dan

kuasaNyalah,saya dapat menyelesaikan makalah ini.Tujuan penulisan makalah ini adalah,untuk


menambah pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang berada di sekitar kita.

Penulis menyadari bahwa,makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh karna itu,kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun,selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata,semoga ALLAH swt senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amien.

DAFTAR ISI
- KATA PENGANTAR

- DAFTAR ISI

- PENDAHULUAN

- ISI/PEMBAHASAN

- PENUTUP

a.kesimpulan

b.saran

- DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus varisela-
zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya mengenai anak, yang ditandai oleh
demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulopapular untuk beberapa jam yang
kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat meninggalkan keropeng (Thomson, 1986,
p. 1483).

Sedangkan menurut Adhi Djuanda, varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau chickenpox
adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa yang secara klinis
terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian sentral tubuh (Djuanda, 1993).

PEMBAHASAN

Etiologi

Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian
bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktivasi (keadaan
kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves zoster.

epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang
dewasa. Tranmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hati dihitung dari
timbulnya gejala kulit.

Patogenesis

Masa inkubasi varisela berkisar antara 11 -20 hari, masa ini bisa lebih pendek atau lebih panjang.
lnfeksi varisela dimulai dengan masuknya virus ke mukosa saluran pemafasan, yang ditularkan melalui
vekresi pemafasan atau melalui kontak langsung. lnokulasi diikuti dengan masa inkubasi, di mana pada
saat tersebut penyebaran virus terjadi secara subklinis. Virus masuk melalui mukosa saluran pemafasan
clan diduga berkembang biak pada jaringan kelenjar regional. Empat sampai enam hari setelah infeksi,
diduga viremia ringan terjad, diikuti dengan virus menginfeksi dan berkembang biak di organ seperti
hati, limpa dan kemungkinan organ lain. Lebih kurang 10 -12 hari setelah infeksi terjadi viremia kedua di
mana pada saat tersebut virus bisa mencapai kulit. Rash muncul sesudah 14 hari infeksi. Lesi kulit yang
terjadi berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesicula, pustula, dan krusta
sesudah beberapa hari. Vesicula biasanya terletak pada epidermis.
Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari gejala prodromal,
yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul timbulnya erupsi kulit
berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel. Bentuk vesikel
khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul dan kemudian menjadi
krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan
gambaran polimorfi.

Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka
dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran nafas bagian atas. Jika
terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional (lymphadenopathy
regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

Komplikasi

Varisela dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada susunan
syaraf pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering dijumpai pada kulit
adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus ataupun streptococcus. Bisa juga
dijumpai hemorhagic varicella. Pada susunan syaraf pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis,
Reye’ssyndrome asepticmeningitis dan Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan
termasuk infeksi virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama otitis media. Kematian
yang disebabkan oleh varisela pada anak 1-14 tahun ditaksir 1,4 per 100.000 kasus varisela, sedang pada
orang dewasa berbeda signifikan yaitu 30,9 per 100.000 kasus.

Pengobatan

-Pengobatan Simptomatik

-Menghilangkan rasa gatal

-Menurunkan panas (hati-hati pemakaian golongan salicylate dikuatirkan timbul Reye’s Syndrome).

-Menjaga kebersihan

-Terutama pada daerah kuku yang sering digunakan untuk menggaruk


-Kebersihan pakaian

-Pengobatan dengan antivirus

-Pengobatan dengan antivirus

-Pada saat ini acyclovir telah terbukti bermanfaat untuk pengobatan varisela. Acyclovir – 9 – [(2-hydroxy
thonyl) methyl] guanine merupakan chat pilihan. Obat ini dapat digunakan secara oral maupun
intravena: Pada kasus dengan komplikasi berat atau dengan gangguan sistem kekebalan, Acyclovir ini
dianjurkan untuk diberikan intravena. Sedang pada pemberian oral dapat digunakan pada anak yang
tanpa komplikasi. Begitupun harus diingat bahwa penyakit ini dapat sembuh sendiri. Oleh karena itu
penghitungan biaya dalam penggunaan Acyclovir ini haruslah bijaksana.

Pencegahan

1. Isolasi.

2. Pemberian VZIG (Varicella-zoster Immune Globulin).

3. Pemberian vaksinasi.

Pada saat ini telah tersedia vaksin untuk varisela, yaitu Live, Attenuated

Varicella Virus Vaccine. Vaksin ini deberikan pada anak usia di atas 12 bulan. Pada

anak usia 12 bulan -12 tahun vaksin dapat diberikan secara subkutan dengan dosis

0,5 mI. Secara rutin vaksinasi ini dianjurkan pada usia 12 -18 bulan. Pemberian

dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian vaksinasi lain, seperti vaksinasi MMR

(Measles Mumps -Rubella) . Sedangkan pada anak usia = 13 tahun diberikan dosis

0,5 ml, s.c. dengan dua dosis. Jarak pemberian adalah 4-8 minggu.

PENUTUP

Kesimpulan
Varisela dapat menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi umumnya pada kulit, pada susunan
syaraf pusat, atau sistem pemafasan yang dijumpai. Komplikasi yang paling sering dijumpai pada kulit
adalah sebagai akibat infeksi sekunder oleh bakteri staphylococcus ataupun streptococcus. Bisa juga
dijumpai hemorhagic varicella. Pada susunan syaraf pusat, komplikasi bisa berupa encephalitis,
Reye’ssyndrome asepticmeningitis dan Guillain-Barre Syndrome. Komplikasi pada saluran pemafasan
termasuk infeksi virus dan bakteri pencumoni, infeksi saluran nafas atas terutama otitis media. Kematian
yang disebabkan oleh varisela pada anak 1-14 tahun ditaksir 1,4 per 100.000 kasus varisela, sedang pada
orang dewasa berbeda signifikan yaitu 30,9 per 100.000 kasus.

DAFTAR PUSTAKA

-www.google.com

-Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia, Jakarta, 1993.

-June M. Thomson, et. al. (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company, Toronto.

http://riripratiwimandong.blogspot.com/2011/06/makalah-penyakit-varicella.html
Tugas Makalah tentang Cacar air

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang

Cacar air merupakan infeksi sangat menular yang disebabkan oleh virus varisela zoster.
Cacar air dijangkiti melalui batuk dan bersin serta sentuhan langsung dengan cairan dalam lepuh
cacar air. Penyakit ini biasanya tidak parah dan hanya singkat di kalangan anak sehat, adakalanya
cacar air akan menjadi penyakit yang lebih parah, misalnya infeksi bakteri pada kulit yang
mengakibatkan bekas luka, radang paru-paru, atau radang otak. Orang dewasa yangmenderita
infeksi cacar air pada umumnya mengalami gejala yang lebih parah. Cacar air mungkin
menimbulkan risiko terhadap bayi dalam kandungan jika terjangkit sewaktu hamil. Cacar air
dapat menyebabkan penyakit parah, bahkan maut, pada tiap golongan usia. Waktu inkubasi
untuk cacar air adalah 10 sampai 21 hari, diikuti dengan ruam berbintik merah pada mulanya,
yang kemudian menjadi lepuh dalam waktu beberapa jam. Bintik-bintik ini biasanya timbul di
badan, muka dan bagian tubuh yang lain. Banyak orang yang menderita infeksi cacar air
mengalami demam dan merasa kurang sehat dan mungkin merasa gatal sekali. Siapapun
yang belum pernah menderita cacar air dapat terjangkit. Siapapun yang pernah menderita cacar
air dianggap kebal dan tidak memerlukan vaksin. Sekitar 75% dari masyarakat menderita
infeksicacar air sebelum usia 12 tahun.
June M. Thomson mendefinisikan varisela sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus
varisela-zoster (V-Z virus) yang sangat menular bersifat akut yang umumnya mengenai
anak,yang ditandai oleh demam yang mendadak, malese, dan erupsi kulit berupa makulo papular
untuk beberapa jam yang kemudian berubah menjadi vesikel selama 3-4 hari dan dapat me-
ninggalkan keropeng (Thomson, 1986, p. 1483).
Sedangkan menurut Adhi Djuanda varisela yang mempunyai sinonim cacar air atau
chickenpox adalah infeksi akut primer oleh virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan
mukosa yang secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama dibagian
sentral tubuh (Djuanda, 1993).

II. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai penyakit cacar pada
anak, cara menangani dan mencegahnya.

III. Tujuan Makalah


Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui tentang penyakit cacar air yang
menginfeksi 75% masyarakat sebelum umur 12 tahun, mngetahui gejala dan pengobatan
dari cacar air ini sendiri.

IV. Manfaat Makalah


Manfaat makalah ini adalah pembaca bisa dapat mengerti tentang cacar air
dan penanggulangannya serta mampu membantu mengambil tindakan awal untuk
membantu penderita serta masih banyak lagi yang lainya yang penulis ceritakan di dalam
makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
MIKROBIOLOGI VARICELLA ZOSTER
1. Varicella zoster

Cacar air adalah salah satu penyakit yang umum ditemui pada anak-anak. 90% kasus
cacar air dialami oleh anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun, dan lebih dari 90% orang
telah mengalami penyakit cacar air pada usia 15 tahun. Penyakit cacar air ini disebabkan oleh
infeksi primer dari virus varicella zoster, namun setelah sembuh, virus ini tidak benar-benar
hilang dari tubuh. Virus ini akan menetap di bagian saraf tertentu dan nantinya akan me-
nyebabkan herpeszoster atau cacar ular. Herpes zoster hanya terjadi sekali seumur hidup dan
pada usia di atas 60 tahun.

1.2. Morfologi

Pembungkus berasal dari selaput inti sel yang terinfeksi. Pembungkus ini mengandung
DNA,lipid, karbohidrat, dan protein, dan dapat menghilangkan eter. Berbentuk bulat.Varicella
zoster merupakan kelompok virus herpes, yang berukurang 140-200 µ, berinti DNA.

1.3. Klasifikasi Varicella Zoster

Varicella zoster diklasifikasikan sebagai berikut:


Family : Herpesviridae
sub family : Alphaherpesvirinae
Genus : Varicellovirus
Species : Varicella zoster

2. CACAR AIR PADA ANAK

Varisela berasal dari bahasa Latin, varicella. Di Indonesia penyakit ini dikenal dengan
istilah cacar air, sedangkan di luar negeri terkenal dengan nama chicken-pox. Varisela ada-
lah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai oleh erupsi
yang khas pada kulit. Pada umumnya menyerang anak-anak, tapi dapat juga terjadi pada orang
dewasa yang belum pernah terkena sebelumnya. Banyak menyerang anak usia sekolah dasar
(antara 5-9 tahun). Penularan memang cukup sering terjadi antar teman sekolah. Bersifat sangat
menular dengan masa penularan antara 1 hari sebelum timbul ruam sampai 7 hari setelah
munculnya gejala. Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dan percikan ludah (droplet
infection).
Masa inkubasi (masa sejak terpapar oleh virus sampai timbulnya gejala pertama) bi-
asanya berkisar antara 2-3 minggu. Cacar air dapat dicegah dengan pemberian Zoster Imun
Globulin (ZIG), yang didapat dari serum pasien yang mengalami penyembuhan dari herpes
zoster, atau dengan varicella - zoster imun globulin (VZIG), yang diperoleh dari pool plasma
yang mengandung titer anti bodi spesifik yang tinggi. Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa
dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster (Okastrain). Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun
di berikan satu kali, satu kali lagi diberikan pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan
menjadi 60 - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, diberikan sekali saat dewasa.
Kekebalan yang didapat ini bisa betahan sampai 10 tahun.
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung.
Luka akibat infeksi yang terbuka akan mudah menularkan virus ke bagian tubuh lain atau
keorang lain kalau terjadi persentuhan. Khusus varisela zoster juga dapat ditularkan melalui
udara, walau daya tularnya tidak sebesar cacar air. Jika seseorang tertular dan sebelumnya be-
lum pernah sakit cacar air, ia akan terkena cacar air dulu dan tidak langsung herpes zoster.
Gejalanya juga tidak sehebat herpes zoster.
Persoalannya, tidak semua orang tahu apakah dirinya pernah menderita cacar air
atau belum. Chicken pox (cacar air), terutama pada anak kecil, memang tidak selalu me-
nimbulkan ruam di kulit sehingga terkadang tak disadari. Gejalanya mirip demam biasa yang
beberapa hari kemudian sembuh sendiri. Namun, di saat ia dewasa, virusnya tiba-tiba langsung
menyerang sebagai herpes zoster dengan gejala lebih berat.
Lokasi munculnya gelembung di kulit sebenarnya mengikuti area persarafan yang selama
itu menjadi tempat varisela zoster mendekam. Maka lokasinya juga sama dengan lokasi se-
rangan ketika cacar air dulu. Serangan bisa terjadi pada satu atau beberapa area persarafan
sekaligus. Inilah yang menyebabkan serangannya bisa meluas ke beberapa bagian tubuh,
termasuk ke bagian kepala. Namun, kebanyakan hanya menyerang area persarafan di sekitar
dada.
Mengingat umumnya muncul di satu sisi tubuh, ada mitos menyatakan, jika serangan
sampai terjadi di dua sisi, penderita sudah mendekati pintu surga. Jangan takut, ini cuma
mitos. Namun bisa diartikan juga, jika herpes zoster sudah menyerang beberapa area per-
sarafan, penyakitnya memang tergolong parah. Apalagi jika usia penderita masih tergolong
muda.
Virus Varicella zoster juga menginfeksi sel satelit di sekitar neuron pada ganglion
akar dorsal sumsum tulang belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam
bentuk herpes zoster. Cepatnya penanganan herpes zoster penting agar tidak menimbulkan gejala
sisa,yang disebut nyeri pascaherpes atau postherpetic neuralgia.
Penyakit ini merupakan episode lanjutan dari herpes zoster yang diusahakan jangan
sampai terjadi. Sebab, penderitaannya hebat dan bisa bertahun-tahun. Terjadinya nye-
ri pascaherpes disebabkan lambatnya pengobatan saat varisela zoster bikin ulah. Akibatnya,
virus sempat merusak atau terjadi disfungsi sementara jaringan saraf di sekitarnya. Jika gejala
ini terlanjur terjadi, kulit yang terkena sentuhan sedikit saja bisa menimbulkan nyeri. Atau,
kadang saraf memancarkan sinyal nyeri terus-menerus. Sekitar 75% penderita nyeri ini men-
gaku,rasanya seperti terbakar.
Faktor usia sangat menentukan kerentanan serangan nyeri pasca herpes. Semakin tua
seseorang saat terkena herpes zoster, semakin besar kemungkinannya menderita nyeri. Jumlah
mantan penderita herpes zoster yang berlanjut ke nyeri pascaherpes kira-kira 10 - 15% populasi.
Di atas 50 tahun kemungkinannya menjadi 40%, di atas 60 tahun jadi 50%, dan di atas 80 tahun
menjadi 80% dari populasi.

Penderita herpes zoster berusia muda yang terkena serangan parah, misalnya sampai
kemata, semakin besar kemungkinannya terkena nyeri pasca herpes. Pada serangan yang sampai
menuju ke mata ini, biasanya disarankan untuk berobat juga ke dokter mata, agar kerusakan
saraf di sekitarnya dapat dicegah. Kerusakan saraf yang disebabkan herpes zoster sangat sulit
dipulihkan - jika tidak bisa dibilang tidak akan bisa sembuh. Setiap pasien juga punya pe-
ngobatan sendiri yang berbeda tergantung kecocokannya. Untuk kasus seperti ini, dokter
spesialis kulit tidak bekerja sendirian lagi. Ahli lain juga dilibatkan seperti ahli saraf, rehabilitasi
medik, bahkan psikiatri. Psikiatri dilibatkan, karena derita nyeri berlebihan bisa mengakibatkan
depresi.
Kendati dapat sembuh sendiri, namun yang sering kali dikhwatirkan adalah kom-
plikasinya yang sangat jarang namun bisa menyertai, diantaranya adalah rdang paru-paru yang
biasanya disebabkan oleh inspeksi sekunder, tapi dapat disembuhkan. Radang otak juga, menjadi
komplikasi akibat penyakit ini, walaupun bisa disembuhkan, namun dapat meninggalkan gejala
sisa seperti kejang, retardasi mental dan gangguan tingkah laku.

3. Proses eksositosis oleh virus

3.1. Gejala
Gejalanya mulai timbul 10-21 hari setelah terinfeksi. Pada anak-anak yang usia-
nya berkisar 10 tahun gejala pertamanya adalah sakit kepala, demam sedang, dan rasa tidak enak
di badan. Gejala tersebut tidak ditemukan pada anak-anak di bawah usia 10 tahun dan akan
menjadi gejala yang berat jika menyerang anak yang lebih dewasa. 24-36 jam pertama setelah
timbulnya gejala awal, muncul ruam di badan dan kemudian tersebar ke wajah, tangan, dan kaki.
Selain itu ruam juga akan muncul di selaput mukosa seperti di bagian dalam mulut atau vagina.
Ruam yang awalnya berbentuk bintik-bintik merah datar (makula), akan menjadi bintik-bintik
menonjol (papula), membentuk lepuhan berisi cairan (vesikel), yang terasa gatal, dan pada
akhirnya mengering. Proses ini memakan waktu 6-8 jam, selanjutnya akan terbentuk bintik-
bintik dan lepuhan baru.
Pada hari kelima biasanya tidak terbentuk lepuhan baru, seluruh lepuhan akan mengering
pada hari keenam, dan akan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari Penularan.
Virus varicella zoster menyebar melalui udara. Orang dengan daya tahan tubuh rendah
dapat terserang virus ini. Penularan dapat muncul sejak 48 jam sebelum ruam pertama muncul
hingga 5 hari setelahnya. Setelah tertular, biasanya dibutuhkan waktu sekiter 10-21 hari geja-
la pertama muncul. Jangka waktu ini dikenal sebagai masa inkubasi.
Cacar air ditularkan melalui udara pernapasan, kontak langsung dengan cairan ruam, dan kontak
dengan cairan yang tekena cairan ruam, seperti handuk, seprei, atau selimut.

3.2. Pengobatan
Pengobatan di rumah pada cacar air ditujukan untuk meringankan gejala, yang dapat dilakukan
dengan:
 Istirahat secukupnya
 Mandi dengan air hangat atau air dingin setiap 3-4 jam pada hari-hari pertama un-
tuk mengurangi rasa gatal
 Pemberian calamine lotion untuk mengurangi rasa gatal
 Dapat diberikan bedak basah atau bedak kering yang mengandung salisil 2% atau mentol 1-2%
 Bagi anak kecil, dianjurkan untuk memakai sarung tangan untuk mencegah mengga-ruk ruam-
ruam
 Makan makanan yang lembut dan berikan minum air dingin jika terdapat ruam di dalam mulut.
 Hindari makanan dan minuman yang terlalu asam, seperti jus jeruk, dan hindari juga garam
 Kulit dicuci sebersih mungkin dengan sabun
 Menjaga kebersihan tangan
 Kuku dipotong pendek
 Baju harus kering dan bersih

Sedangkan untuk pengobatan medis dapat dilakukan dengan menggunakan:


 Paracetamol untuk menurunkan demam, atau asetaminofen
 Antibiotik, jika ada infeksi bakteri
 Obat anti-virus asiklovir, jika kasusnya terlalu berat (diberikan pada anak berusia lebihdari 2
tahun atau remaja karena pada remaja, penyaakit ini lebih berat)
 Obat anti-virus vidarabin

3.3. Pencegahan

Cacar air dapat dicegah dengan melakukan vaksinasi. Vaksinasi diberikan pada ke-
lompok-kelompok berikut:

 Anak-anak dengan usia 12-18 bulan yang belum pernah mengalami cacar air diberikan satu
dosis vaksin
 Anak-anak dengan usia 19 bulan hingga 13 tahun yang belum pernah mengalami cacar air
diberikan satu dosis vaksin
 Orang dewasa yang belum pernah mengalami cacar air dan bekerja atau tinggal dilingkungan
yang sangat mudah terjangkit cacar air
 Wanita reproduktif yang belum pernah mengalami cacar air dan tidak dalam kondisi sedang
hamil
 Orang dewasa dan remaja yang belum pernah mengalami cacar air dan tinggal dengan anak-
anak
 Orang yang hendak bepergian ke luar negeri dan belum pernah mengalami cacar air

Voricella Zoster Immunoglobulin (VZIG) adalah zat kekebalan terhadap virus penyebab
cacar air. VZIG hanya diberikan pada kelompok-kelompok tertentu:
 Orang dengan sistem kekebalan rendah
 Wanita hamil yang terpapar kasus cacar air dan belum pernah terkena cacar air sebe-lumnya
 Bayi dibawah usia 28 hari yang lahir dari usia kehamilan kurang dari 28 minggu atau berat
lahirnya kurang dari 1000 gram
 Bayi dibawah usia 28 hari yang ibunya terpapar kasus cacar air atau yang mengalami cacar air
antara 7 hari sebelum persalinan hingga 7 hari setelah persalinan

3.4. Epidemiologi
Tersebar kosmopolit, menyerang terutama anak-anak tetapi dapat juga menyerang orang
dewasa. Transmisi penyakit ini secara aerogen. Masa penularan lebih kurang 7 hari dihitung dari
timbulnya gejala kulit.
3.5. Etiologi

Penyebab dari varisela adalah virus varisela-zoster. Penamaan virus ini mem-
beri pengertian bahwa infeksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela,
sedangkan reaktivasi (keadaan kambuh setelah sembuh dari varisela) menyebabkan herves
zoster.

3.6. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 14-21 hari. Gejala klinis mulai dari geja-
la prodromal, yakni demam yang tidak terlalu tinggi, malese dan nyeri kepala, kemudian disusul
timbulnya erupsi kulit berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah
menjadi vesikel. Bentuk vesikel khas berupa tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah
menjadi pustul dan kemudian menjadi krusta. Sementara proses ini berlangsung timbul lagi
vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.
Penyebarannya terutama didaerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal
kemuka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata, mulut dan saluran na-
fas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder terjadi pembesaran kelenjar getah bening regional
(lymphadenopathy regional). Penyakit ini biasanya disertai rasa gatal.

3.7. Komplikasi

Komplikasi pada anak-anak umumnya jarang timbul dan lebih sering pada orang
dewasa, berupa ensepalitis, pneumonia, glumerulonephritis, karditis, hepatitis, keratitis, konjunc-
tivitis,otitis, arteritis dan beberapa macam purpura.
Infeksi yang timbul pada trimester pertama kehamilan dapat menimbulkan kelainan
konginetal, sedangkan infeksi yang terjadi beberapa hari menjelang kelahiran dapat me-
nyebabkan varisela konginetal pada neonatus.

3.8. Diagnosis Bantuan

Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapus yang diwarnai
dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia ber-
inti banyak (multinukleated).

3.9. Diagnosis Banding

Harus dibedakan dengan variola, penyakit ini lebih berat, memberi gambaran monomorf,
dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh yakni telapak tangan dan telapak kaki.

3.10. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat simtomatik dengan antipiretik dan analgesik, untuk menghilangkan
rasa gatal dapat diberikan sedativ. Secara lokal diberikan bedak yang ditambah dengan zat
antigatal (antipruritus) seperti menthol, kamfor dll, untuk mencegah pecahnya vesikel secara dini
serta menghilangkan rasa gatal. Jika timbul infeksi sekunder dapat diberikan antibiotika berupa
salep dan oral. Dapat pula diberikan obat-obat anti virus seperti asiklovir dengan dosisi 5 x 400
mg sehari selama 7 hari dengan hasil yang cukup baik. Selain itu dapat pula diberikan
imunotimulator seperti isoprinosin. Satu tablet 500 mg. Dosisnya 50 mg/kg berat badan sehari,
Dengan dosisi maksimum 3000 mg sehari. Umumnya dosis untuk orang dewasa 6 x 1 tablet atau
4 x 1 tablet sehari. Lama pengobatan sampai penyakit membaik. Obat ini diberikan jika la-
ma penyakitnya telah lebih 3 hari.

3.11. Prognosis

Dengan perawatan yang teliti dan senantiasa memperhatikan kebersihan (hygiene) diri
dan lingkungan memberikan prognosis yang baik dan kemungkinan terbentuknya jaringan parut
hanya sedikit, kecuali jika klien melakukan garukan/tindakan lain yang menyebabkan kerusakan
kulit lebih dalam.

3.12. Pengkajian

 Gejala subyektif berupa keluhan nyeri kepala, anorexia dan malese.


 Pada kulit dan membran mukosa :
Lesi dalam berbagai tahap perkembangannya : mulai dari makula eritematosa yang
muncul selama 4-5 hari kemudian berkembang dengan cepat menjadi vesikel dan krusta yang di-
mulai pada badan dan menyebar secara sentrifubal kemuka dan ekstremitas. Lesi dapat pula
terjadi pada mukosa, palatum dan konjunctiva.
 Suhu : dapat terjadi demam antara 38°-39°C
3.13. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Aktual atau potensial gangguan integritas kulit


 Anjurkan mandi secara teratur
 Hindari menggaruk lesi
 Gunakan pakaian yang halus/lembut

3.13.1. Gangguan rasa nyaman : nyeri

 Gunakan analgetik dan bedak antipruritus.


 Pertahankan suhu ruangan tetap sejuk dengan kelembaban yang adekuat.

3.13.2. Potensial penularan infeksi

Lakukan isolasi (strict isolation) :


Prosedur strict isolation :
a. Ruangan tersendiri, pintu harus selalu tertutup. Klien yang terinfeksi karena organisme yang
sama dapat ditempatkan dalam ruangan yang sama.
b. Gunakan masker, pakaian khusus, dan sarung tangan bagi semua orang yang masuk kedalam
ruangan.
c. Selalu cuci tangan setelah menyentuh klien atau benda-benda yang kemungkinan ter-kontaminasi
serta sebelum memberikan tindakan kepada klien lain.
d. Semua benda-benda yang terkontaminasi dibuang atau dimasukan kedalam tempat khusus dan
diberi label sebelum dilakukan dekontaminasi atau diproses ulang kembal

3.13.3. Saran untuk mencegah supaya tidak terkena cacar air

a. Jangan bersentuhan secara langsung dengan anak yang terkena cacar air.
b. Hindari berdekatan atau bersentuhan secara langsung dengan anak yang terkena cacar air.
c. Lakukan tindakan isolasi pada anak yang terkena penyakit cacar air.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Cacar air (Varisela) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virusVarisella
zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit, dapat dicegah dengan pemberian Zoster Imun
Globulin (ZIG) atau dengan Varisella-Zoster Globulin (VIZIG). Pemberian vaksin ini dapat
dilakukan dengan tiga tahap, untuk hasil kekebalan yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Djuanda (1993). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Edisi Kedua, FK Universitas Indonesia,
Jakarta, 1993.
2. June M. Thomson, et. al. ( 1986 ). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Company,
Toronto.
3. Lorden.blospot.com
4. Carpenito.1997. Penerapam Pada Praktek Klinis. Salemba . Jakarta
5. http://iyan1603.blogspot.com/2008/12/cacar-air-pada-anak-anak.html
http://rohmahjasmin.blogspot.com/2012/05/tugas-makalah-tentang-cacar-air.html

Anda mungkin juga menyukai