Anda di halaman 1dari 1

Artjog MMXIX: Arts in Common: Common Space

Memaknai Alam sebagai Ruang Pengetahuan Bersama


Yogyakarta – (15/8) Pada hari Kamis, 15 Agustus 2019, menjelang hari kemerdekaan bangsa Indonesia
yang ke-74, ARTJOG sebuah pameran seni rupa kontemporer Internasional yang paling dinanti oleh
banyak kalangan kembali digelar di Jogja Nasional Museum. Bertemakan Arts in Common yang mengikat
3 edisi festival setiap tahunnya, termasuk di tahun 2019 ini, ARTJOG hendak menyuguhkan instalasi karya
yang terhubung atau dekat dengan kehidupan dunia sehari-hari. Dengan merangkul seniman dari
Indonesia maupun Mancanegara antara lain Austria, Australia, Filipina, serta Singapura untuk ambil
bagian dan membawa alam sebagai tokoh utama, pameran diisi oleh beragam pemaknaan mengenai
“ruang bersama” yang dapat dinikmati semua kalangan dan digambarkan tak terbatas. Namun lambat
laun, “ruang bersama” ini kian tereksploitasi akan kepentingan kelompok dominan yang menimbulkan
kesenjangan karena seharusnya dapat menjadi “pengetahuan bersama. Di sisi lain ada hal yang ingin
diperlihatkan yakni perubahan kondisi alam yang ditentukan oleh manusia itu sendiri. Dimana zaman
modern ini alam sulit dilihat dari sisi keindahan melainkan sisi gelap manusia yang menjadikannya peluang
untuk tetap singgah sementara ekosistem dan lingkungan sekitar terancam.

Salah satu karya yang banyak menyita perhatian sekaligus memiliki makna perenungan yang
dalam mengenai kehidupan mahluk hidup di laut yakni Daun Khatulistiwa. Instalasi seni bermodalkan
layer proyektor, speaker dan rangkaian logam berbentuk daun jati proyek ARTificial Reef oleh Teguh
Ostenrik ini pada tahun 2013 sudah berhasil menyelamatkan biota laut di wilayah perairan NUSANTARA.
Baik terumbu karang maupun daun memberikan kontribusi besar pada kehidupan di bumi, yakni sebagai
penghasil oksigen yang kita hirup. Letak geografis Indonesia yang berada di garis khatulistiwa memberi
berbagai keuntungan untuk keanekaragaman hayati. Kehangatan suhu sepanjang tahun di wilayah ini
menunjang kesuburan tanaman di darat dan terumbu karang di laut. Bagi Teguh, proyek ini hanyalah
upaya kecil untuk merintis kesenian yang berkontribusi langsung pada pelestarian alam.

Manusia sebagai penentu yang sudah ditentukan untuk memelihara memiliki peran besar dalam
mereposisi dan mengubah cara pandang mengenai “ruang bersama” yang juga dicerminkan pada karya
seni lainnya. Usai berjalan menyusuri area pameran, para pengunjung termasuk penggiat atau pengamat
seni juga diberi kesempatan untuk mengoleksi hasil karya para seniman di area merchandise dengan harga
yang cukup terjangkau. Setiap harinya ARTJOG juga mengadakan live music & performance di panggung
sisi barat Gedung JNM, mulai dari jam 18.00-22.00 dan dimeriahkan oleh beberapa food tenant yang
melengkapi suasana gigs bersama kawan hingga keluarga.

“Terkenal dengan Commision Art atau Special Art Project yang tampil sebagai muka ARTJOG dan
diketuai oleh Heri Pemad ini akan kembali hadir diperkirakan pada tanggal 30 Juli-30 Agustus 2020
mendatang.” Ujar Ivan Hector, salah satu Volunteer ARTJOG 2019 (eva, dirangkum dari berbagai sumber)

Anda mungkin juga menyukai