Anda di halaman 1dari 25

1. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehtan ?

Promosi Kesehatan adalah suatu proses membantu individu dan masyarakat


meningkatkan kemampuan dan ketrampilannya guna mengontrol berbagai faktor yang
berpengaruh pada kesehatan,sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatannya(WHO).

Promosi kesehatan adalah kombinasi dari pendidikan kesehatan dan faktor-faktor


organisasi, ekonomi, dan lingkungan yang seluruhnya mendukung terciptanya perilaku
kesehatan meliputi: perilaku pencegahan, perilaku sakit, dan perilaku peran sakit.

Hubley( 2002 )mengatakan bahwa pemberdayaan kesehatan(health empowerment


),sadar kesehatan ( health literacy ) dan promosi kesehatan ( health promotion )
diletakkan dalam kerangka pendekatan yang komprehensif

WHO telah merumuskan suatu bentuk definisi mengenai promosi kesehatan :


“ Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and
improve, their health. To reach a state of complete physical, mental, and social, well-
being, an individual or group must be able to identify and realize aspirations, to satisfy
needs, and to change or cope with the environment “. (Ottawa Charter,1986).
Jadi, dapat disimpulkan dari kutipan tersebut diatas bahwa Promosi Kesehatan adalah
proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan yang
sempurna, baik fisik, mental, dan sosial, maka masyarakat harus mampu mengenal serta
mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya dan sebagainya).
Australian Health Foundation merumuskan batasan lain pada promosi kesehatan sebagai
berikut

“ Health promotion is programs are design to bring about “change”within people,


organization, communities, and their environment ”.
Artinya bahwa promosi kesehatan adalah program-program kesehatan yang
dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di dalam masyarakat
sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

2. Apa saja visi dan misi promosi kesehatan ?


VISI

Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat


kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun
social.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)

MISI
1. Advokat (Advocate)
Melakukan kegiatan advokasi terhadap para pengambil keputusan diberbagai
program dan sector yang terkait dengan kesehatan. Melakukan advokasi berarti
melakukan upaya-upaya agar para pembuat keputusan atau penentu kebijakan
tersebut mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan
perlu didukung melalui kebijakan-kebijakan atau keputusan-keputusan politik.

2. Menjembatani (Mediate)
menjadi jembatan dan menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sekotr
yang terkait dengan kesehatan. Dalam melaksanakan program-program kesehatan
perlu kerjasama dengan program lain dilingkungan kesehatan, maupuns ekotr lain
yang terkait. oelh sebab itu, dalam mewujudkan kerja sama atau kemitraan ini
peran pendidikan / promosi kesehatan diperlukan.

3. Memampukan (Enable)
Memberikan kemampuan atau ketrampilan kepada masyarakat agar mereka
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri secara mandiri.
Hal ini berarti masyarakat diberikan kemampuan atau ketrampilan agar mereka
mandiri di bidang kesehatan, termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
mereka.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)

3. Apa tujuan dari promosi kesehatan ?


Tujuan Umum
Peningkatan keterpaduan penyelenggaraan program promosi kesehatan tahun 2006
dalam mencapai indikator keberhasilan PHBS RT sehat 37% untuk mendukung
Indonesia Sehat 2010.

Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pengetahuan bagi pengelola promosi kesehatan dalam pencapaian
program promosi kesehatan tahun 2006.
b. Meningkatkan koordinasi dan integrasi pelaksanaan program promosi kesehatan di
daerah dan di pusat.
c. Mewujudkan pengembangan desa sehat yang berorientasi promotif dan preventif
terutama dalam penanggulangan KLB.
d. Peningkatan pengembangan media informasi dan Komunikasi tentang kesehatan.
e. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada provider dan masyarakat

Menentukan Tujuan Promosi Kesehatan


Pada dasarnya tujuan utama promosi kesehatan adalah untuk mencapai 3 hal, yaitu :
a. Peningkatan pengetahuan atau sikap masyarakat
b. Peningkatan perilaku masyarakat
c. Peningkatan status kesehatan masyarakat

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
a. Tujuan Program
 Merupakan pernyataan tentang apa yang akan dicapai dalam periode waktu
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan
b. Tujuan Pendidikan
 Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah
kesehatan yang ada

c. Tujuan Perilaku

 Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus tercapai (perilaku yang


diinginkan). Oleh sebab itu, tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan
sikap.

Tujuan promosi kesehatan adalah untuk mempengaruhi sikap masing-masing


mengenai kesehatan secara individu dan menentukan keputusan mereka atas
pilihannya secara personal menuju gaya hidup yang sehat dan positif.
Ada beberapa tujuan khusus secara jelas yang harus di sampaikan pada individu adalah
sebagai berikut :
1. Mempengaruhi sikap untuk menerima gaya hidup yang sehat dan positif
2. Mempengaruhi dan memelihara kebiasaan makan dengan kandungan gizi yang
optimal
3. Mempengaruhi berhenti merokok demi kesehatan
4. Membantu dan mengatasi stress yang dialami dalam kehidupan

4. Apa sasaran dari promosi kesehtan ?


1. Sasaran Primer (Primary Target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan atau
promosi kesehatan. Sesuai dengan masalah kesehatan, maka sasaran ini dapat
dikelompokkan menjadi kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu hamil
dan menyusui untuk masalah KIA, anak sekolah untuk kesehatan remaja dan
sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap sasarn primer ini sejalan
dengan strategi pemberdayaan masyarakat.
2. Sasaran Sekunder (Secondary Target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder karena dengan memberikan pendidikan kesehatan pada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
pada masyarakat sekitarnya. Disamping itu dengan perilaku sehat para tokoh
masyarakat sebagai hasil pendidikan kesehatan yang diterima, maka para tokoh
masyarakat ini akan memberikan contoh atau acuan perilaku sehat bagi masyarakat
sekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan pada sasaran sekunder ini
adalah sejalan dengan strategi dukungan social (Social Suport).
3. Sasaran Tersier (Tertiary Target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik ditingkat pusat maupun daerah
adalah sasaran tersier pendidikan kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (Sasaran Sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (Sasaran Primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujuakan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo, Rineka Cipta)

5. Apa saja strategi dari promosi kesehatan ?


Strategi global menurut WHO 1984
a. Advokasi (Advocacy)
Kegiatan yang ditujukan kepada pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik
dibidang kesehatan maupun sector lain diluar kesehatan, yang mempunyai pengaruh
terhadap public. Tujuannya adalah agar para pembuat keputusan ini mengeluarkan
kebijakan-kebijakan, atara lain dalam bentuk : peraturan, undang-undang, instruksi,
dan sebagainya yang menguntungkan kesehatan publik.

b. Dukungan social (Social Suport)


Kegiatan yang ditujukan kepada para tokoh masyarakat, baik formal (Guru, Lurah,
Camat, Petugas kesehatan, dan sebagainya) maupun informal (Tokoh agama dan
sebagainya ) yang mempunyai pengaruh dimasyarakt. Tujuan kegiatan ini adalah
agar kegiatan dan program kesehatan tersebut memperoleh dukungan dari tokoh
masyarakat dan agama. Selanjutnya Toma dan Toga ini dapat menjembatani antara
pengelola program kesehatan dengan masyarakat

c. Pemberdayaan masyarakat (Empowerment)

Pemberdayaan ini ditujukan kepada masyarakat langsung, sebagai sasaran primer


promosi kesehatan. Tujuaannya adalah agar masyarakat memiliki kemampuan
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri. Pemberdayaan
masyarakat ini dapat diwujutkan dalam berbagai kegiatan antara lain penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian, dan pembangunan masyarakat dalam bentuk
misalnya koperasi dan pelatihan ketrampilan dalam rangka peningkatan
pendapatan keluarga (latihan menjahit, pertukangan, peternakan dan
sebagainnya). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan masyarakat
memiliki kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (self relince in health).

Strategi promosi kesehatan berdasarkan piagam Ottawa (Ottawa Charter)


Dikelompokkan menjadi 5 butir yaitu :

o Kebijakan berwawasan kesehatan (healthy public policy)


 Kegiatan yang ditujukan kepada para pembuat keputusan atau penentu
kebijakan. Sehingga dikeluarkan atau dikembangkannya kebijakan-
kebijakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Hal ini berarti
bahwa setiap kebijakan pembangunan dibidang apa saja harus
mempertimbangkan dampak kesehatannya bagi masyarakat.
o Lingkungan yang mendukung (supportive environment)
 Kegiatan untuk mengembangkan ajringan kemitraan dan suasana yang
mendukung. Kegiatan ini ditujukan kepada para pemimpin organisasi
masyarakat serta pengelola tempat-tempat umum (public places). kegiatan
mereka diharapkan memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, baik
lingkunagn fisik maupun lingkunagn non fisik yang mendukung atau
kondusif terhadap kesehatan masyarakat.
o Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health service)
 Kesehatan masyarakat bukan hanya masalah pihak pemberi pelayanan
(provider), baik pemerintah maupun swasta saja, melainkan juga masalah
masyarakat sendiri (consumer). Oleh sebab itu penyelenggaraan pelayanan
kesehatan juga merupakan tanggung jawab bersama antara pihak pemberi
pelayanan (provider) dan pihak penerima pelayanan (consumer). Dewasa
ini titik berat pelayanan kesehatan masih berada pada pihak pemerintah
dan swasta, dan kurang melibatkan masyarakat sebagai penerima
pelayanan. Melibatkan masyarakat dalam pelayanan kesehatan berarti
memberdayakan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya sendiri.
o Ketrampilan individu (personal skill)
 Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat, yang terdiri dari
kelompok, keluarga an individu. Oleh sebab itu kesehatan masyarakat
terwujud apabila kesehatan kelompok, kesehatan masing-masing keluarga,
dan kesehatan individu terwujud. Oleh sebab itu meningkatkan
ketrampilan setiap anggota masyarakat agar mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri adalah sangat penting.
o Gerakan masyarakat (community action)
 Kesehatan masyarakat adalah perwujudan kesehatan kelompok, keluarga
dan individu. Oleh sebab itu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat
akan efektif apabila unsure-unsur yg ada dimasyrakat dalam
mengupayakan peningkatan kesehatan mereka sendiri adalah wujud dari
gerakan masyarakat (community action)
( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)
6. Apa saja ruang lingkup promosi kesehatan ?

Terdiri dari 2 dimensi yaitu :

 Dimensi Aspek Pelayanan Kesehatan


Kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok, yakni : promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Ahli lain hanya membaginya menjadi 2 aspek, yakni : a)
Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, b) Aspek preventif
(pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran kelompok orang yang
beresiko tinggi terhadap penyakit dan kelompok yang sakit. Sejalan dengan uraian
ini, maka ruang lingkup pendidikan / promosi kesehatan juga dikelompokkan
menjadi dua.

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

Sasaran pendidikan atau promosi kesehatan pada aspek promotif adalah


kelompok orang sehat. Selama ini kelompok orang sehat kurang memperoleh
perhatian dalam upaya kesehatan masyarakat. Padahal kelompok orang sehat
disuatu komunitas sekitar 80-85% dari populasi. Apabila jumlah ini tidak dibina
kesehatannya, maka jumlah ini akan meningkat. Oleh sebab itu pendidikan
kesehatan pada kelompok ini perlu ditingkatkan atau dibina agar tetap sehat, atau
lebih meningkat lagi.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan

Pada aspek ini upaya pendidikan kesehatan mencakup 3 upaya atau kegiatan,
yaitu :

2) Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)


Sasaran promosi / pendidikan kesehatan pada aspek ini adalah Kelompok
masyarakat yang berisiko tinggi (high risk), misalnya : kelompom ibu
hamil dan menyusui, para perokok, obesitas, para pekerja seks (wanita
atau pria), dan sebagainnya. Tujuan upaya pendidikan / promosi
kesehatan pada kelompok ini adalah agar mereka tidak jatuh sakit atau
terkena penyakit.

3) Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah para penderita penyakit
kronis, misalnya asma, DM, TBC, reumatik, tekanan darah tinggi dan
sebagainnya. Tujuan upaya promosi kesehatan pada kelompok ini adalah
agar penderita mampu mencegah penyakitnya menjadi lebih parah.

4) Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Sasaran promosi kesehatan pada aspek ini adalah kelompok pasien yang
baru sembuh (recovery) dari suatu penyakit. Tujuannya adalah agar
mereka segera pulih kembali kesehatannya.

o Dimensi tatanan (setting) atau tempat pelaksanaan promosi kesehatan


Dapat dikelompokkan menjadi :

 Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)


Keluarga atau rumah tangga adalah unit masyarakat terkecil. Oleh sebab itu untuk
mencapai perilaku masyarakat yang sehat harus dimulai di masing-masing keluarga. Di
dalam keluargalah mulai terbentuk perilaku-perilaku masyarakat. Orang tua (ayah dan
ibu) merupakan sasaran utama dalam promosi kesehatan pada tatanan ini.

 Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah


Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan kesehatan bagi keluarga.
sekolah, terutama guru pada umumnya lebih dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab
itu lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat,
akan sangat berpengaruh terhadap perilaku sehat anak-anak (murid). Kunci pendidikan
kesehatan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan,
melalui pelatihan-pelatihan kesehatan, seminar, lokakarya dan sebagainya.

 Pendidikan kesehatan di tempat kerja


Lingkungan kerja yang sehat (fisik dan non fisik) akan mendukung kesehatan
pekerja atau karyawannya dan akhirnya akan menghasilkan produktivitas yang optimal.
Sebaliknya lingkungan kerja yang tidak sehat serta rawan kecelakaan kerja akan
menurunkan derajat kesehatan pekerjanya dan akhirnya kurang produktif. Oleh sebab itu
pemilik, pemimpin atau manajer dari institusi tempat kerja termasuk perkantoran
merupakan sasaran promosi kesehatan sehingga mereka peduli terhadap kesehatan para
pekerjanya dan mengembangkan unit pendidikan kesehatan di tempat kerja

 Pendidikan di tempat-tempat umum


Tempat – tempat umum disini mencakup pasar, terminal bus, bandar udara, tempat-
tempat perbelanjaan, tempat-tempat olahraga, taman-taman kota dan sebagainnya.
Tempat-tempat umum yang sehat, bukan saja terjaga kebersihannya, tetapi juga harus
dilengkapi dengan fasilitas kebersihan dan sanitasi, terutama WC umum dan sarana air
bersih, serta tempat sampah. Para pengelola tempat-tempat umum merupakan sasaran
promosi kesehatan agar mereka melengkapi tempat-tempat umum dengan fasilitas yg
dimaksud, disamping melakukan himbauan – himbauan kebersihan dan kesehatan bagi
pemakai tempat umum atau masyarakat melalui pengeras suara, poster, leaflet, dan
sebagainya.
 Fasilitas pelayanan kesehatan
Fasilitas pelayanan kesehatan ini mencakup RS, puskesmas, poliklinik, rumah
bersalin, dan sebagainya. Kadang-kadang sangat ironis, dimana RS atau puskesmas tidak
menjaga kebersihan fasilitas pelayanan kesehatan. Keadaan fasilitas tersebut kotor, bau,
tidak ada air, tidak ada tempat sampah dan sebagainya. Oleh sebab itu pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan ini. Mereka inilah yang bertanggung jawab atas terlaksananya pendidikan atau
promosi kesehatan di institusinya tersebut.

Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan dapat


dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari Leavel and Clark

1. Promosi Kesehatan (Health Promotion)


Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam peningkatan gizi,
kebiasaan hidup, perbaikan sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan
sebagainya

2. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)


Dlam program imunisasi sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus ini
pendidikan kesehatan sangat diperlukan terutama di negara-negara berkembang. Hal
ini karena kesadaran masyarakat tentang pentingnya imunisasi sebagai cara
perlindungan terhadap penyakit pada orang dewasa maupun pada anak-anaknya
masih rendah.

3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)
Dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan
dan penyakit, maka penyakit-penyakit yang terjadi di dalam masyarakat sering sulit
terdeteksi. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan
diobati penyakitnya. Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh
pelayanan kesehatan yang layak. Oleh sebab itu pendidikan kesehatan / promosi
kesehatan sangat diperlukan pada tahap ini.

4. Pembatasan Cacat (Disability Limitation)


Kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit,
seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai
tuntas. Mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap
penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang
yang bersangkutan menjadi cacat atau memiliki ketidakmampuan untuk melakukan
sesuatu. Oleh karena itu pendidikan kesehatan juga diperlukan pada tahap ini.

5. Rehabilitas (Rehabilitation)
Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat.
Untuk memulihkan cacatnya tersebut diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena
kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak atau segan melakukan
latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari
penyakit, kadang merasa malu untuk kembali ke masyarakat. sering terjadi pula
masyarakat tidak mau menerima mereka sebagai anggota masyrakat yang normal.
Oleh sebab itu jelas pendidikan kesehatan diperlukan bukan saja untuk orang yang
cacat tersebut, tetapi juga untuk masyarakat.

( Sumber : Buku Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo,
Rineka Cipta)

7. Apa saja metode promosi kesehatan ?


Secara garis besar, metode promosi kesehatan dibagi menjadi dua, yakni (Maryam S, 2014):
1. Metode didaktif, adalah metode yang didasarkan atau dilakukan secara satu arah atau
one way method. Tingkat keberhasilan metode dedaktif sulit dievaluasi karena peserta didik
bersifat pasif dan hanya pendidik yang aktif. Ceramah, film dan siaran radio adalah contoh
dari metode ini.
2. Metode sokratif, adalah metode yang dilakukan secara dua arah atau two way method.
Dengan metode ini, memungkinkan antara pendidik dan peserta didik bersifat aktif dan
kreatif seperti diskusi, debat panel, bermain peran, sosiodrama, curah pendapat,
demonstrasi, studi kasus dan loka karya.

Metode promosi kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: (Maryam S, 2014)


1. Metode Pendidikan Individual (Perorangan)
Metode promosi kesehatan yang bersifat individual digunakan untuk membina
perilaku baru atau membina seseorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan
perilaku atau inovasi. Metode ini meliputi:
a. Bimbingan atau konseling, metode ini berisi informasi yang berkenaan dengan
pendidikan, pekerjaan, pribadi dan masalah sosial yang disajikan dalam bentuk
pelajaran. Cara ini membuat kontak antara individu dan petugas kesehatan lebih
intensif. Setiap amsalah yang dihadapi oleh individu dapat diteliti dan dapat
dibantu penyelesaiannya sehingga individu tersebut dengan sukarela,
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
(merubah perilaku).
b. Wawancara (interview) bertujuan untuk menggali informasi mengapa ia tidak
atau belum menerima perubahan, apakah perilaku yang sudah atau akan
diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat.

2. Metode Pendidikan Kelompok


Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus diingat besarnya kelompok
sasaran dan tingkat pendidikan formal dari sasaran. Untuk kelompok besar akan
berbeda metodenya dnegan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan
bergantung pada besarnya sasaran pendidikan, kelompok besar adalah peserta atau
sasaran berjumlah lebih dari 25 orang.
Berikut yang termasuk dalam metode promosi kesehatan kelompok:
a. Ceramah, adalah pidato yang disampaikan oleh seorang pembicara yang
dilakukan di depan sekelompok pendengar. Kelebihan metode ini adalah dapat
digunakan pada orang dewasa, menghabiskan waktu dengan baik, digunakan
pada kelompok besar, dapat digunakan untuk mengulang atau member
pengantar pada pelajaran atau aktivitas. Kekurangan metode ini yakni
menghalangi respons dari pendengar, hanya sedikit pengajar yang dapat
menjadi pembicara yang baik, pembicara harus menguasai semua pokok
bahasan, kurang menarik, daya ingat terbatas serta sulit digunakan pada anak-
anak.
b. Seminar, adalah suatu penyajian dari satu atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
tinggi.
c. Diskusi kelompok, adalah percakapan yan direncanakan atau dipersiapkan
diantara tiga orang atau lebih tentang topik tertentu dan salah seorang
diantaranya memimpin diskusi tersebut. Kelebihan metode ini adalah
memungkinkan saling mengemukakan pendapat, memperluas pandangan,
serta membantu mengembangkan kepemimpinan. Kekurang metode ini adalah
tidak dapat digunakan dalam kelompok besar, peserta memperoleh informasi
terbatas serta membutuhkan pemimpin yang terampil.
d. Curah pendapat (brain storming), adalah pemecahan masalah ketika setiap
anggota mengusulkan dengan cepat sehingga memungkinkan adanya
pemecahan maslah yang dibahas. Kelebihan metode ini adalah membangkitkan
pendapat barum menghasilkan reaksi rantai dalam pendapat serta tidak
menyita banyak waktu. Kekurangan metode ini adalah mudah lepas kontrol dan
mungkin membuat peserta sulit mengerti bahwa segala pendapat dapat
diterima.
e. Bermain peran (role play)

3. Metode Pendidikan Massa


Metode ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat. Oleh sebab itu, sasaran metode ini bersifat umum, dalam
arti tidak membedakan golongan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial
ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya. Metode ini terbagi menjadi
ceramah umum dan pidato.

Metode promosi kesehatan dibagi menjadi 3 metode berdasarkan indera


penerima, yakni
(a) metode melihat/memperhatikan, dimana pesan diterima sasaran melalui
indera penglihatan seperti penempelan poster, pemasangan gambar/photo,
pemasangan koran dinding, pemutaran film.
(b) Metode pendengaran yakni pesan diterima oleh sasaran melalui indera
pendengar, umpamanya penyuluhan lewat radio, pidato, ceramah, dan
(c) Metode “kombinasi”, yakni demonstrasi cara (dilihat, didengar, dicium,
diraba dan dicoba).
8. Apa saja kebijakan dari bina suasana ?
Bina Suasana adalah menjalin kemitraan untuk pembentukan opini publik dengan
berbagai kelompok opini yang di masyarakat seperti toma, toga, LSM, dunia
usaha/swasta, media massa, ormas, organisasi profesi, pemerintah

Bina Suasana dilakukan untuk sasaran sekunder atau petugas pelaksana di berbagai
tingkat administrasi (pusat, provinsi, kab/kota, kecamatan dan desa), agar menjadi
motor penggerak pemberdayaan masyarakat

INDIKATOR BINA SUASANA


- INDIKATOR INPUT
 Adanya data mitra potensial, sumberdaya yang dimiliki, kegiatan mitra yang
dapat diselaraskan
 Adanya informasi yang akan disosialisasikan kepada mitra
- INDIKATOR PROSES
 Adanya forum komunikasi
 Sosialisasi informasi melalui berbagai media
 Terbentuknya jejaring komunikasi
 Adanya rencana kegiatan terpadu
 Adanya dukungan sumber daya dalam pelaksanaan promosi
- INDIKATOR OUTPUT
 Adanya peningkatan jumlah kegiatan serta jaringan kemitraan
 Adanya dokumen kegiatan
 Adanya komitmen yang dapat direalisasikan
 Adanya opini publik tentang pentingnya mewujudkan PHBS
 Terpeliharanya opini, norma dan kondisi yang baik di masyarakat dalam
penerapan PHBS

9. Apa definisi serta sasaran dari pemberdayaan masyarakat ?


Definisi : proses yg dilakukan ooleh masyarakat yg man auntuk memperbaiki kondisi
lingkungan , sanitasi dan aspek lainnya yg secara lansgung maupun tdk langsung yg dpt
berpengaruh pd kesehatan masyarakat

Tujuan :
1. dapat menetapkan suasan yg memungkinkan berkembangnya potensi yg dimiliki
oleh masyarakat
1. perlindungan melalui perubahan masyarakat yg lemah utk mencegah persaingan yg tdk
seimbang dah bahkan hal hall yg menutupi interaksi antar perorangan
ciri pemberdayaan masyarakat :
1. community leader , petugas kesehatan yg melakuka pendekatan pd took masyarakat
2. community organaisasi , pendekatan kepada kelompok , karang taruna , majelis
talim
3. community fund , dana kesehatann , bpjs , yg dikembangkan dengan prinsip gotong
royong
4. community material , daerah memilik potensi yg dapat digunakan untuk
meningktkan kesehtan
5. community knowledge : dengan kegiatan penyuluhan kesehatan sbg pendekatan
dengan masyarakta
6. communit technology , teknologi sederhana yg mudak digunakan oleh masyrakat
(penyaringan air metode sederhana)

10. Apa saja strategi pemberdayaan masyarakat ?


1. melakukan penguatan lembaga dan organisasi masy guna mendukung akses masy
untuk meperoleh input sumber daya . program asuransi sampah
2. meningkatkan kapasitas masy melalui peningkatan keterampilan , penyedian sarana
prasarana shg dapat memperluas lapangan kerja
3. mengembangkan system perlindungan sosial , cth : asuransi
4. mengurangi berbagai bentuk pengaturan yg menghambat utk membangun
organisasi guna penyaluran pendapat
5. membuat ruang gerak seluas luas nya agar terlibat dan berpartisipasi dlm proses dlm
pengambilan kebijakan public ,
6. menggunakan potensi masy untuk membangun organisasi keswadayaan untuk
memperkuat solidaritas dalam memecahkan masalah khususnya untuk membantuk
masyarakat miskin

11. Apa saja tahap2 advokasi ?

Menurut JHU (john hopekin university.

1. Melakuakn analisa : masalahnya , kebijakan yg ada , sumber daya yg memungkinak


untuk pelaksanaan kebijakann ,
2. Menyusun strategi : pembentukan kelompok kerja , identifikasi sasaran primer
sekunder , identifikasi SMART ( spesifisk , measureable , appropriate , realistic,
timebound) , menentukn indicator , menyiapkan prencanaan dukungan dana ,
3. Menggalang kemitraan untuk menyusun POA , mendelegasikan penanggung jawab .
4. Tindakan atau pelaksanaan , yg melaksanaakn POA yg dibuat , menyajikan pesan yg
tepat
5. Evaluasi, mengukur pencapaian tujuan advokasi

12. Kedudukan pemberdaayan kesehatan dalam promosi kesehatan


13. Bagaimanan cara menumbuh kembangkan partisipasi masy dalam memberdayakan
kesehatan
14. Bagaimana konsep pemberdayaan sebagai konsep pembangunan kesehatan ?
15. Langkah dan kegiatan dari partisipasi masyarakat ?
LANGKAH DAN KEGIATAN PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT

1. Cara menumbuhkan partisipasi


Partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan akan terwujud sebagai suatu kegiatan
nyata apabila terpenuhi adanya tiga faktor utama yang mendukungnya, yaitu (1) kemauan,
(2) kemampuan, dan (3) kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi (Slamet, 1992
dalam Sumardjo dan Saharudin, 2003).
Ketiga faktor tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor di seputar kehidupan manusia
yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya, seperti psikologis individu (needs,
harapan, motif, reward), pendidikan, adanya informasi, keterampilan, teknologi, kelembagaan
yang mendukung, structural dan stratifikasi sosial, budaya lokal serta peraturan dan
pelayanan pemerintah. Menurut Oppenheim (1973) dalam Sumardjo dan Saharudin
(2003) ada unsur yang mendukung untuk berperilaku tertentu pada diri seseorang (Person
inner determinants) dan terdapat iklan atau lingkungan (Environmental factors) yang
memungkinkan terjadinya perilaku tersebut.
Menurut Sahidu (1998) bahwa faktor-faktor yang mampengaruhi tingkat kemauan
masyarakat untuk berpartisipasi adalah motif, harapan, needs, rewards dan penguasaan
informasi. Faktor yang memberikan kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi adalah
pengaturan dan pelayanan, kelembagaan, struktur dan stratifikasi sosial, budaya lokal,
kepemimpinan, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor yang mendorong adalah
pendidikan, modal dan pengalaman yang dimiliki.13)
Tiga prinsip dasar dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat agar ikut serta dalam
pembangunan dapat dilakukan dengan cara:
(1) Learning process (learning by doing); Proses kegiatan dengan melakukan aktivitas proyek
dan sekaligus mengamati, menganalisa kebutuhan dan keinginan masyarakat.
(2) Institusional development; Melakukan kegiatan melalui pengembangan pranata sosial
yang sudah ada dalam masyarakat. Karena institusi atau pranata sosial masyarakat
merupakan daya tamping dan daya dukung sosial.
(3) Participatory; Cara ini merupakan suatu pendekatan yang umum dilakukan untuk dapat
menggali need yang ada dalam masyarakat (Marzali, 2003 dalam Sahidu, 1998).14)
(Sumber : Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan May 26, 2009

16. Faktor yg memengaruhi partisipasi masyarakat ?


Faktor yg mempengaruhi partisipasi masyarakat
a. Perilaku individu
Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti : tingkat pengetahuan,
sikap mental, tingkat kebutuhan individu, tingkat keterikatan dalam kelompok,
tingkat kemampuan sumber daya yang ada.
1) Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Makin
tinggi pendidikan / pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi
kesadaran untuk berperan serta. Penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan langsung antar tingkat pendidikan ibu dan kesehatan
keluarganya.
Dalam permasalahan kesehatan, sering dijumpai bahwa persepsi
masyarakat tidak selalu sama dengan persepsi dengan persepsi pihak
provider kesehatan (tenaga kesehatan).
Untuk mencapai kesepakatan atau kesamaan persepsi sehingga tumbuh
keyakinan dalam hal masalah kesehatan yang dihadapi diperlukan suatu
proses (KIM) yang mantap.
Dalam proses ini diharapkan terjadi perubahan perilaku seseorang, yang
tahap-tahapnya adalah :
- pengenalan (awarenes)
- peminatan (interest)
- penilaian (evaluation)
- percobaan (trial)
- penerimaan (adoption)
2) Sikap mental
Sikap mental pada hakekatnya merupakan kondisi kejiwaan, perasaan
dan keinginan (mind, feeling and mood) seseorang sehingga hal
tersebut berpengaruh pada perilaku serta pada akhinya perbuatan
yang diwujudkannya.
Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak
masa bayi/anak dan berkembang pula dari pendidikan serta
pengalaman hidupnya dalam berinteraksi dengan
lingkungan/masyarakatnya.
Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma), maka para
pemberi pelayanan sebagai “Prime Mover” akan dapat membentuk
strategi perekayasaan manusia dan sosial..
3) Tingkat kebutuhan individu
Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri individu,
MASLOW mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat sejumlah
kebutuhan dasar yang menggerakkannya untuk berperilaku.
Kelima kebutuhan menurut MASLOW tersebut terikat dalam suatu
hirarki tertentu berdasarkan kuat lemahnya MOTIVASI. Motivasi adalah
penggerak batin yang mendorong seseorang dari dalam untuk
menggunakan tenaga yang ada pada dirinya sebaik mungkin demi
tercapainya sasaran.
Implikasi dari uraian diatas adalah bahwa sepanjang perilaku berperan
serta yang dikehendaki dapat memenuhi kebutuhan poko anggota
masyarakat dan sejalan dengan norma dan nilai yang dianut, maka
peran serta tersebut dapat berkembang.
Sebaliknya, perilaku yang lain (baru ataupun berlawanan) tidak akan
muncul dengan mudah apabila kebutuhan pokok anggota masyarakat
tersebut tidak dipenuhi.
4) Tingkat keterikatan kelompok
Suatu masyarakat terdiri dari individu/keluarga yang hidup bersama,
terorganisi dalam suatu sistem sosial atau ikatan. Sesuai dengan
kepentingan dan aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat
berupa organisasi/ikatan : politik, ekonomi, sosbud, agama, profesi,
pendidikan, hukum, dll. Organisasi / institusi bentukan dari sistem sosial
tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial ekonominya, serta
tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok terisolir
pada tingkat desa, kota dan nasional.
5) Tingkat kemampuan sumber daya
perilaku individu juga diepengaruhi oleh tersedianya sumber daya
terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki
olehnya maupun yang tersedia dimasyarakat
b. Perilaku masyarakat
Perilaku masyarakat dipengaruhi terutama oleh keadaan politik, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan dan agama
1) Keadaan dan struktur politik ;
sangat penting peranannya dalam mempengaruhi derajat perilaku
masyarakat yang selanjutnya akan mewujudkan peran serta masyarakat.
Kestabilan dan kesepakatan politik, perangkat-perangkat lunak juga hukum
yang ada serta wadah yang jelas merupakan hal penting dalam menunjang
perwujudan kearah itu.
2) Keadaan ekonomi ;
Sangat penting pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta
masyarakat, mengingat kemajuan yang dicapai dibidang ekonomi lebih
memungkinkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam
berbagai aspek pembangunan
3) Aspek sosial-budaya ;
turut menentukan pula pengaruhnya terhadap perwujudan peran serta
masyarakat. Dalam berbagai hal masih sering dijumpai situasi dimana tata
nilai budaya masyarakat indonesia tertentu belum lagi memungkinkan
terwujudnya perilaku hidup sehat, apalagi untuk berperan serta dalam
pembangunan kesehatan seperti yang diharapkan.
4) Aspek pendidikan ;
tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi perilaku rakyatnya.
Makin tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi kesadaran kesehatannya.
5) Aspek Agama ;
ketentuan atau ajaran-ajaran yang berlaku dalam berbagai agama
mempengaruhi perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan jembatan
ataupun hambatan bagi terwujudnya perilaku positif masyarakat dalam
kesehatan.

17. Bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat ?


Tingkat partisipasi dari tertinggi ke terendah adalah sebagai berikut:

a. Citizen control, masyarakat dapat berpartisipasi di dalam dan

mengendalikan seluruh proses pengambilan keputusan. Pada tingkatan

ini masyarakt memiliki kekuatan untuk mengatur program atau

kelembagaan yang berkaitan dengan kepentingannya. Masyarakat

mempunyai wewenang dan dapat mengadakan negosiasi dengan

pihakpihak luar yang hendak melakukan perubahan. Usaha bersama

warga ini langsung berhubungan dengan sumber dana untuk memperoleh

bantuan tanpa melalui pihak ketiga.7

Delegated power, pada tingkatan ini masyarakat diberi limpahan

kewenangan untuk membuat keputusan pada rencana tertentu. Untuk

menyelesaikan permasalahan, pemerintah harus mengadakan negosiasi

dengan masyarakat tidak dengan tekanan dari atas, dimungkinkan

masyarakat mempunyai tingkat kendali atas keputusan pemerintah.

b. Partnership, masyarakat berhak berunding dengan pengambil keputusan


atau pemerintah, atas kesepakatan bersama kekuasaan dibagi antara

masayrakat dengan pemerintah. Untuk itu, diambil kesepakatan saling

membagi tanggung jawab dalam perencanaan, pengendalian keputusan,

penyusunan kebijakan serta pemecahan masalah yang dihadapi.8

c. Placation, pemegang kekuasaan (pemerintah) perlu menunjuk sejumlah

orang dari bagian masyarakat yang dipengaruhi untuk menjadi anggota

suatu badan publik, di mana mereka mempunyai akses tertentu pada

proses pengambilan keputusan. Walaupun dalam pelaksanaannya usulan

masyarakat tetap diperhatikan, karena kedudukan relatif rendah dan

jumlahnya lebih sedikit dibandingkan anggota dari pemerintah maka tidak

mampu mengambil keputusan.9

d. Consultation, masyarakat tidak hanya diberitahu tetapi juga diundang

untuk berbagi pendapat, meskipun tidak ada jaminan bahwa pendapat yang

dikemukakan akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Metode yang sering digunakan adalah survei tentang arah pikiran

masyarakat atau pertemuan lingkungan masyarakat dan public hearing

atau dengar pendapat dengan masyarakat.10

e. Informing, pemegang kekuasaan hanya memberikan informasi kepada

masyarakat terkait proposal kegiatan, masyarakat tidak diberdayakan

untuk mempengaruhi hasil. Informasi dapat berupa hak, tanggung jawab

dan berbagai pilihan, tetapi tidak ada umpan balik atau kekuatan untuk

negosiasi dari masyarakat. Informasi diberikan pada tahapan akhir


perencanaan dan masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk

mempengaruhi rencana yang telah disusun.11

f. Therapy, pemegang kekuasaan memberikan alasan proposal dengan

berpura-pura melibatkan masyarakat. Meskipun terlibat dalam kegiatan,

tujuannya lebih pada mengubah pola pikir masyarakat daripada

mendapatkan masukan dari masyarakat itu sendiri.12

g. Manipulation, merupakan tingkatan partisipasi yang paling rendah, di

mana masyarakat hanya dipakai namanya saja. Kegiatan untuk melakukan

manipulasi informasi untuk memperoleh dukungan publik dan

menjanjikan keadaan yang lebih baik meskipun tidak akan pernah

terjadi.13

18. Faktor pendorong dan penghambat dari partisipasi masyarakat


Faktor pendorong dan penghambat partisipasi masyarakat
Faktor Pendorong Partisipasi Masyarakat
Dalam upaya mengembangkan dan membina partisipasi masyarakat ada beberapa
faktor yang bisa membantu atau mendorong upaya tersebut, yang antara lain adalah :
a. Faktor pendorong di masyarakat
Konsep partisipasi masyarakat sebenarnya bukan hal yang baru bagi kita di Indonesia.
Dari sejak nenek moyang kita, telah dikenal adanya semangat gotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan di masyarakat. Semangat gotong-royong ini bertolak
dari nilai-nilai budaya yang menyangkut hubungan antar manusia. Semangat ini
mendorong timbulnya partisipasi masyarakat
. Faktor pendorong di pihak provider
Faktor pendorong terpenting yang ada di pihak provider adalah adanya kesadaran di
lingkungan provider, bahwa perilaku merupakan faktor penting dan besar pengaruhnya
terhadap derajat kesehatan. Kesadaran ini melandasi pemikiran pentingnya partisipasi
masyarakat. Selain itu keterbatasan sumber daya dipihak provider juga merupakan
faktor yang sangat mendorong pihak provider untuk mengembangkan dan membina
partisipasi masyarakat.
Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat
a. Faktor penghambat yang terdapat di masyarakat
a. persepsi masyarakat yang sangat berbeda dengan persepsi provider
tentang masalah kesehatan yang dihadapi
b. susunan masyarakat yang sangat heterogen dengan kondisi sosial
budaya yang sangat berbeda-beda pula
c. pengalaman pahit masyarakat tentang program sebelumnya
d. adanya kepentingan tetap (vested interest) dari beberapa pihak
dimasyarakat
e. sistim pengambilan keputusan dari atas kebawah
f. adanya berbagai macam kesenjangan sosial
g. kemiskinan
b. Faktor penghambat yang terdapat di pihak provider
a. terlalu mengejar target sehingga terjerumus dalam pendekatan yang
tidak partisipatif
b. pelaporan yang tidak obyektif (ABS) hingga provider keliru mentafsirkan
situasi
c. birokrasi yang sering memperlambat kecepatan dan ketepatan respons
pihak provider terhadap perkembangan masyarakat
d. persepsi yang berbeda antara provider dan masyarakat

19. Keuntungan partisipasi masyarakat bagi derajat kesehatan


Keuntungan partisipasi masyarakat
a. Bagi masyarakat
Dengan berpartisipasinya masyarakat dibidang kesehatan maka :
a. Upaya kesehatan yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan
masalah yang dihadapi masyarakat, tidak hanya bertolak dari asumsi
para penyelenggara semata.
b. Upaya kesehatan bisa diterima dan terjangkau oleh masyarakat, baik
secara fisik, sosial maupun secara ekonomis. Ini karena mesyarakat
berpartisipasi dalam merumuskan masalahnya dan dalam
merencanakan pemecahannya
c. Masyarakat merasa puas, karena mempunyai andil pula dalam menilai
pelaksanaan daripada upaya kesehatan yang sudah direncanakan dan
dilaksanakan bersama.
d. Dengan berpartisipasinya masyarakat dalam proses pemecahan
masalah dibidang kesehatan akan mengembangkan kemampuan dan
sikap positif serta motivasi mereka untuk hidup sehat atas dasar
swadaya.
b. Bagi pihak penyelenggara pelayanan (provider)
a. dengan adanya partisipasi masyarakat, berarti adanya penemuan
dan pengerahan potensi masyarakat untuk pembangunan di bidang
kesehatan, dan membantu memecahkan masalah keterbatasan
sumber daya yang dimiliki pemerintah, baik sumber daya tenaga,
biaya, maupun fasilitas.
b. Partisipasi masyarakat membantu upaya perluasan jangkauan
pelayanan kesehatan
c. Partisipasi masyarakat menciptakan adanya rasa ikut memiliki dan
rasa ikut bertanggungjawab dipihak masyarakat terhadap masalah
dan program kesehatan, hingga hal ini memperlancar munculnya
aspirasi-aspirasi dari bawah.
d. Partisipasi masyarakat dapat pula merupakan wadah dan jalur
untuk kontrol terhadap pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
pemerintah
e. Partisipasi masyarakat dibidang kesehatan dapat menjadi pintu
masuk (entry point) bagi partisipasi masyarakat dalam
pembangunan di bidang lain
Partisipasi masyarakat merupakan mekanisme berkembangnya dialog antara
masyarakat dan pihak penyelenggaraan pelayanan (provider) dan antara masyarakat
denganmasyarakat sendiri, hingga tercipta kesamaan berbagai pengertian dan
pandangan tentang masalah dan cara pendekatannya

20. Bagaimana pemberdayaan kesehatan sebagai salah satu sub system dari system
kesehatan nasional

Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subyek sekaligus obyek dari sistem kesehatan.
Dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses yg dilakukan oleh masyarakat
(dengan atau tanpa campur tangan pihak luar) utk meperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi
dan aspek lainnya secara langsung maupun tdk langsung berpengaruh dlm kesehatan
masyarakat.

Program pemberdayaan yg akan mempengaruhi kualitas hidup adalah pemberdayaan


masyarakat miskin. faktor ini akan mampu memutuskan ketertinggalan rakyat baik dari segi
pendidikan, ekonomi maupun kesehtan. Faktor lain yg akan menjamin penguatan daya tawar
dan akses guna mendukung masyarakat utk memperoleh dan memanfaatkan input sember
daya yg dpt meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan penguatan lembaga dan
organisasi masyarakat.

Pembiayaan program pemberdayaan akan menjadi aspek yg penting utk menjamin


keberlangsungan program. Oleh karena itu, berdirinya lembaga swadaya dgn dukungan
pihak ketiga seperti perusahaan dan volunter sangat berpengaruh terhadap penguatan
organisasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat menciptakan suasana
yg memungkinkan potensi masyarakat utk berkembang disertai dgn dorongan dan motivasi
bahwa pada dasarnya setiap orang memiliki potensi yg harus dikembangkan.

Pemberdayaan masyarakat diselenggarakan melalui upaya promosi kesehatan atau disebut


pendidikan kesehatan masyarakat atau penyuluhan masyarakat. Pasal 38 UU No.23 tahun
1992 menyebutkan bahwa penyuluhan kesehatn masyarakat diselenggarakan guna
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat utk hidup sehat,
aktif dan berperan serta dalam upaya kesehatan
(Sumber : Buku Sistem Kesehatan, Wiku adisasmito, Ph. D)

21. Bagaimakah kebijakan pokok dan strategi peningkatan program dalam pasrtisipasi
masy
KEBIJAKSAANAAN POKOK DAN STRATEGI PENINGKATAN PROGRAM PARTISIPASI
MASYARAKAT
Kebijakan pokok program partisipasi masyarakat
Dilakukan melalui berbagai jalur :
mengutamakan organisasi kemasyarakatan yang ada
menerapkan teknologi komunikasi, informasi, motivasi (KIM)
Pembentukan dan pembinaan kepemimpinan yang berorientasi kesehatan terhadap
pemimpin/pemuda/tokoh dalam organisasi kemasyarakatan.
Pemberian kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih banyak kepada organisasi
kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan dengan mendaya
gunakan sumberdaya masyarakat sendiri
Peningkatan para penyelenggara upaya kesehatan dalam menerapkan (KIM) dan
menggalang (PSM) untuk pembangunan kesehatan

Anda mungkin juga menyukai