KIMIA ANALITIK
PERCOBAAN VI
PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+ DAN ION Zn2+ DALAM
LARUTAN CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT SECARA
ELEKTROGRAVIMETRI
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN
PERCOBAAN VI
Nana Rafqiana
NIM. 24030118130139
Mengetahui,
Asisten
Ayub Indra
NIM. 24030116130103
ABSTRAK
kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+ dalam larutan campuran kupri dan seng sulfat secara
elektrogravimetri. Prinsip dari percobaan ini adalah pengendapan suatu kation
melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis dengan metode elektrogravimetri. Pada
proses elektrolisis ini dilakukan pencatatan arus setiap 5 menit. Hasil yang diperoleh
dari percobaan ini adalah terdapat endapan merah bata yang merupakan endapan Cu,
elektrolisis dilakukan selama 15 menit dengan beda potensial 1,8 V. Arus listrik yang
didapat sebesar 0,03 A dan menghasilkan endapan 0,02 gram. Selain itu, juga
terdapat endapan berwarna abu-abu yang menunjukkan bahwa endapan tersebut
adalah endapan Zn, elektrolisis dilakukan selama 15 menit dengan beda potensial 2,7
V menghasilkan arus sebesar 0,01 A dan menghasilkan endapan 0,08 gram.
Rendemen prosentase pada Cu sebesar 77,7%,sedangkan rendemen prosentase pada
Zn sebesar 66,6%.
Kata Kunci : Elektrolisis, elektrogravimetri, ion Cu2+, Ion Zn2+, reaksi redoks.
PERCOBAAN VI
PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+ DAN ION Zn2+
DALAM CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT SECARA
ELEKTROGRAVIMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mahasiswa dapat memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+
dalam larutan campuran kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri.
2.2. Elektrogravimetri
Analisis dimana elektroda kerja ditimbang sebelum elektrolisis
dankemudian ditimbang kembali saat elektrolisis analit selesai dan perbedaan
berat elektroda memberikan besar massa analit. Teknik ini dikenal
elektrogravimetri (Harvey, 2000).
E0 katoda. Suatu tahap kimiawi dengan kinetika yang lambat pada proses
elektroda keseluruhan dapat juga menyebabkan potensial elektroda menyimpang
dari nilai Nerst. Sebagai contoh, dalam reduksi H+ pada katoda, tahap awal
transfer elektron menghasilkan atom hidrogen. H+ + e H Untuk membentuk
produk akhir, atom-atom tersebut harus bergabung (Underwood, 1999).
Commented [w6]: Diperbesar ukurannya
Terdapat sejumlah reaksi saat keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan
pertukaran elektron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi reduksi atau reaksi
redoks. Dari sejarahnya dapat diketahui bahwa oksidasi dianggap sebagai proses
oksigen diambil dari suatu zat,sedangkan penangkapan hidrogen disebut reduksi. Commented [w8]: hidrogen
Reaksi oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat memberikan
atau melepas electron,mengalami penambahan biloks/tingkat oksidasi,terjadi di anoda
pada suatu sel elektrokimia. Sedangkan reaksi reduksi adalah suatu perubahan kimia
dimana suatu zat menerima atau menangkap elektron mengalami pengurangan
biloks,dan terjadi di katoda pada suatu sel elektrokimia (Svehla,1985).
Dalam reaksi redoks melibatkan campuran kovalen yang mana tidak terdapat transfer
elektron. Walauoun satu atau lebih electron valensi dibagi antara dua atom dengan
pembagian pasangan elektron ditarik lebih dekat ke atom yang lebih elektronegatif
pada masing-masing ikatan kovalen(Miller,1987).
Sebagaimana jumlah pada muatan listrik (Q) itu sama dengan hasil kali dari kuat arus
listrik (i) dan juga selang waktu (t),
Q=i×t
Maka
G= i x t
“Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama elektrolisis (G) akan
berbanding lurus dengan massa ekivalen zat yang digunakan (Mek).”
Nanti akan mendapat persamaan di atas yang merupakan sebuah gabungan oleh
kedua hukum Faraday, di mana:
Sifat fisik : berat molekul 58,08g.mol -1 , berat jenis 0,79kg/K, titik leleh -95 0C, titik
didih 56 0C, titik nyala -20 0C, tekanan uap (20 0C) 233 hPa
Sifat kimia : dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan
(Budavari, 1989).
3.1 Alat
a. Elektroanalizer
b. Gelas beker
c. Neraca analitik
d. Pipet tetes
e. Elektroda karbon
f. Gelas ukur
3.2 Bahan
a. CuSO4.5H2O
b. ZnSO4.7H2O
c. Larutan H2SO4 pekat
d. HNO3 pekat
e. Aseton
f. Akuades
g. NH3 pekat
3.3 Skema kerja Commented [w11]: Penulisan skema kerja tidak diperbolehkan
melebihi batas kertas
3.3.1.Pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+
Elektroda
Pembersihan elektroda
Pencucian elektroda
dengan aquadest
Penimbangan
Pemasangan pada
larutan cuplikan
Hasil
CuSO4.5H2O 1.255 ZnSO4.7H2O 1.43
gr Gelas Beker gr Gelas Beker
Pencampuran larutan
Penambahan 2 tetes H2SO4
Penambahan 2 tetes HNO3
Pemasangan pada elektroanalizer
Pengelektrolisaan selama 15 menit pada 1,8 V
Penghentian elektrolisis
Pengambilan katoda
Pemasukkan dalam aseton
Pengeringan
Penimbangan dan pencatatan berat
Hasil
Gelas Beker
Hasil
IV. DATA PENGAMATAN
Percobaan yang berjudul “Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu 2+ dan Ion Zn2+
Dalam Larutan Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara Elektrogravimetri”
mempunyai tujuan untuk memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+
dalam larutan kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip yang digunakan
dalam percobaan ini adalah pengendapan suatu kation melalui reaksi redoks pada
sistem elektrolisis.Metodenya adalah elektrogravimetri. Kation-kation diendapkan
pada katoda dengan nilai tegangan sistem yang disesuiakan dengan logam yang akan
diendapkan. Elektroda yang digunakan adalah karbon.Hasil yang diperoleh yaitu
endapan Cu berwarna merah bata, dan endapan Zn berwarna abu-abu. Penentuan
Commented [w13]: Space = 1,5 cm
massa ditentukan dengan rumus : W = =
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul “Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu2+ dan Ion Commented [w14]: Berlaku untuk seluruhnya. Space = 1,5 cm
Zn2+ Dalam Larutan Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara Elektrogravimetri”
yang bertujuan untuk memisahkan dan menentukan kadar ion cu 2+ dan zn2+ dalam
larutan kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip percobaan ini adalah
pengendapan suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis. Sedangkan
metode yang digunakan adalah elektrogravimetri. Elektrogravimetri adalah suatu
analisis dimana elektroda kerja ditimbang sebelum elektrolisis dan kemudian
ditimbang kembali saat elektrolisis analit selesai dan perbedaan berat elektroda
memberikan besar massa analit. Teknik ini dikenal sebagai elektrogravimetri Commented [w15]: Spasi dari kalimat terakhir dengan sitasi
(Harvey, 2000).
dissolves like). Batang katoda dalam percobaan ini ditimbang beratnya terlebih
dahulu sampai didapat berat yang tetap, kemudian setelah terjadi reaksi pengendapan,
batang katoda ditimbang lagi untuk mengetahui pengendapan logam terjadi sempurna
atau tidak.
Pemisahan kation menggunakan metode elektrolisis dengan sistem tegangan
terpasang tetap, tujuannya adalah untuk memaksimalkan pengendapan suatu kation
pada nilai tegangan dekomposisi yang khusus bagi kation tersebut untuk
mengendap.Pada proses elektrolisis akan terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi kimia dan reaksi redoks dengan aliran listrik dari anoda (+) ke katoda (-),
dimana pada anoda terjadi oksidasi dan pada katoda terjadi reduksi (Keenan, 1992).
Pengendapan ion logam berdasarkan deret volta yang dapat dilihat dari mudah dan
sulitnya direduksi :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H+, Sb,
Br, Au, Hg, Ag, Pb, Au(Rivai, 1995). Pada deret volta, unsur logam dengan potensial
elektroda lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial
elektroda yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan. Semakin ke kiri kedudukan
suatu logam dalam deret tersebut, maka logam semakin reaktif (semakin mudah
melepas elektron) dan logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin
mudah mengalami oksidasi). Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam
dalam deret tersebut, maka logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas
elektron) dan logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah
mengalami reduksi) (Dogra, 1990). Berdasarkan deret volta tersebut, dapat dilihat
bahwa Cu berada di sebelah kanan Zn, maka Cu2+ lebih mudah untuk direduksi
sehingga Cu2+ akan lebih dahulu mengendap dibandingkan Zn2+ yang sukar untuk
direduksi tetapi mudah mengalami oksidasi. (Keenan, 1992). Factor yang
mempengaruhi percobaan ini adalah luas permukaan tercelup, sifat logam bahan
elektroda, dan konsentrasi pereaksi.
Reaksinya adalah :
(Svehla, 1986)
(Underwood, 2002)
Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 1,8 V, maka endapan Cu tidak akan
terbentuk, karena tidak melewati potensial dekomposisinya. Jika digunakan voltase
lebih besar dari 1,8 V, dikhawatirkan dalam endapan di katoda akan bercampur
dengan endapan Zn juga. Pada proses elektrolisis dilakukan selama 15 menit dengan
menghasilkan arus 0,03A dan 0,02A yang dirata-ratakan menjadi 0,025A, di anoda
terdapat gelembung gas yang merupakan gelembung gas O2. gelembung tersebut
berasal karena adanya proses reaksi oksidasi yang terjadi pada air. Reaksi oksidasi
terjadi pada air karena proses tersebut terjadi pada suasana asam yang melibatkan
asam oksi berupa H2SO4 dan HNO3 yang merupakan sisa-sisa asam, selain itu juga
potensial sel H2O lebih negative dibandingkan asam oksi sehingga akan lebih mudah
mengalami reaksi oksidasi.
Pada katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah bata pada katoda karbon dan dengan adanya penambahan
berat katoda setelah dielektrolisis. Dalam larutan tersebut ion SO 42- tidak
terendapkan, karena potensial reduksinya lebih kecil daripada potensial reduksi Cu2+,
sehingga dibutuhkan energi yang kebih besar untuk mengendapkan asam oksi
tersebut daripada mengendapkan Cu2+.
Pada anodanya terjadi reaksi oksidasi H2O karena untuk reaksi elektrolisis
pada larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada elektrodanya. Jika
elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat anionnya, apakah ia
merupakan sisa asam beroksigen. Maka yang mengalami oksidasi adalah air, karena
air potensial reduksinya lebih negatif dripada sisa asam beroksigen. Pada percobaan
menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada anionnya
terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O. Dalam deret volta,
SO42- berada disebelah kanan H2O, dimana potensial reduksi standarnya sebesar
+0,17 V.
Pada akhir elektrolisis didapatkan hasil pada katoda berupa endapan merah
bata tembaga dimana hal ini menunjukan Cu telah tereduksi namun tidak seluruhnya,
dibuktikan dari warna larutan cuplikan yang masih berwarna biru muda yang
menandakan masih adanya CuSO4 yang merupakan sumber Cu2+. Setelah 15 menit,
elektrolisis dihentikan dan katodanya dicuci dengan air, sehingga saat penimbangan
tidak ada sisa larutan yang ikut dalam katoda, melainkan berat yang ditimbang
merupakan berat katoda dan endapan Cu hasil elektrolisis saja. Pada percobaan ini
diperoleh logam endapan Cu hasil elektrolisis sebesar 0,02 gram dengan rendemen
prosentase (efisiensi arus) sebesar 285,7%. Rendemen yang lebih dari 100 % ini
karena terdapat masa air yang ikut tertimbang, karena katoda tidak dikeringkan
terlebih dahulu sebelum ditimbang.
Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 2,7 V, maka yang tereduksi adalah Cu2+, Commented [w18]: 2,7 V. berlaku untuk semua penulisan
satuan
sebab potensial 2,7 V melebihi potensial dekomposisi Cu2+ sebesar -0,892 V dan
tidak diperoleh endapan Zn sebab tidak melebihi potensial dekomposisi Zn2+sebesar -
1,989V. Sebaliknya, jika voltase yang digunakan lebih besar dari 2,7 V, maka pada
katoda yang terbentuk adalah endapan Zn dan endapan Cu.
Pada katoda dengan voltase 2,7 V diperoleh endapan Zn yang ditandai dengan
warna abu-abu pada katoda karbon serta adanya penambahan berat katoda setelah
dielektrolisis.
Pada saat elektrolisis terdapat gelembung gas pada anoda.Gas yang dihasilkan
adalah O2 yang terjadi karena hidrolisis air.Pada anodanya terjadi reaksi H2O karena
untuk reaksi elektrolisis pada larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada
elektrodanya. Jika elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat
anionnya, apakah ia merupakan sisa asam oksi atau sisa asam nonoksi. Asam oksi
adalah asam annorganik yang mengikat atom oksigen. Sedangkan asam non oksi
adalah suatu asam annorganik yang tidak mengikat atom oksigen. Karena pada
percobaan menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada
anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O. Akan
tetapi jika yang tersisa ion asam non oksi maka yang teroksidasi adalah anion itu
sendiri bukan air. Hal ini terjadi karena H2O lebih negatif (lebih kecil) potensial
reduksinya yaitu sebesar −0.8277 V sehingga akan lebih mudah teroksidasi daripada
SO42- dengan potensial reduksi standar sebesar +0,17 V.
2 H2O + 2 e− H2(g) + 2 OH− E0 = −0.8277 V
(Keenan, 1992)
Namun, pada katoda tidak terbentuk endapan dari SO42- melainkan terbentuk
endapan dari Zn2+, sebab potensial reduksi Zn2+ menjadi Zn lebih positif atau lebih
besar daripada potensial reduksi yang dimiliki oleh SO42-.
Pada katoda terdapat endapan seng yang berwarna abu-abu yang berarti seng
telah terendapkan. Setelah 15 menit, elektrolisis dihentikan dan katoda dicuci dengan
aquadest. Fungsi penambahan aquadest untuk menghilangkan pengotor-pengotor
yang bersifat polar. Logam Zn yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 0,08 gram
dengan rendemen prosentase (efisiensi arus) sebesar 400%.Rendemen yang diperoleh
melebihi 100% dikarenakan elektroda hasil elektrolisis yang belum kering langsung
ditimbang, sehingga masih ada larutan yang ikut tertimbang.
VII. PENUTUP
7.1 Kesimpulan
1) Pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+ dapat
dilakukan dengan metode elektrogravimetri
2) Logam Cu yang diperoleh sebanyak 0.02 gr dengan arus listrik
pada 15 menit adalah 0.025 A. Rendemen persentase yang didapat
adalah 285,7%
3) Logam Zn yang diperoleh sebanyak 0.08 gr dengan arus listrik
pada 15 menit adalah 0.005 A. Rendemen persentase yang didapat
adalah 400%
7. 2 Saran
1) Saat merangkai alat pada percobaan harus berhati-hati dan teliti
agar tidak terjadi kesalahan.
2) Sebelum pelaksanaan praktikum, sebaiknya terlebih dahulu
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan percobaan
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
1. Kadar Cu2+ dalam CuSO4.5H2O
Diketahui :
Massa elektroda 1 (awal) = 5,24 g
Massa elektroda 2 (setelah dielektrolisis) = 5,26 g
Ditanyakan : Kadar Cu2=
Berat nyata = massa 2– massa 1
= 5,26 g – 5,24 g
= 0,02 g
e.i.t
Berat teoritis = W =
96500
63
.0,025A.900s
2
=
96500
= 0,007 gram
berat nyata
Rendemen presentase = x 100%
berat teoritis
0,02 gram
= x 100%
0,007gram
= 285,7%
2. Kadar Zn2+ dalam ZnSO4.7H2O
Diketahui :
Massa elektroda 1 (awal) = 5,21 g
Massa elektroda 2 (setelah dielektrolisis) = 5,29 g
Ditanyakan : Kadar Zn2+?
Berat nyata = massa 1 – massa 2
= 5,29 g – 5,21 g
= 0,08 g
e.i.t
Berat teoritis = W =
96500
65
.0,005A.900s
2
=
96500
= 0,002 gram
berat nyata
Rendemen presentase = x 100%
berat teoritis
0,08 gram
= x 100%
0,002 gram
= 400%
B. FOTO
NIM : 24030118130139
Kelompok :5
JAWAB
1. – Sel elektrolisis
a. Sel yang mengalami reaksi kimia ketika arus listrik dialirkan ke sel
tersebut
b. sel elektrolisis merubah energi listrik menjadi energi kimia.
c. pada sel elektrolisia reaksi redox hanya terjadi ketika arus listrik
dilewatkan ke sel ini.
d. sel elektrolisis hanya memiliki satu bagian dimana sel kimia yang akan
mengalami elektrolisis ditempatkan.
e. Terjadi tidak spontan
f. Pada sel elektrolisis, anoda bersifat positif dan katoda bersifat negatif.
- Sel Volta
a. Sel volta atau sel galvanik adalah sel elektrokimia yang mehghasilkan
energi listrik secara spontan atau langsung dari reaksi kimia yang
terjadi di dalam larutan kimia di sel tersebut
b. Sel volta merubah energi kimia menjadi energi listrik
c. Pada sel volta reaksi redox terjadi secara spontan begitu batang logam
dimasukkan ke dalam sel
d. Pada sel volta, bagiannya terdiri dari dua bagian terpisah yang
dihubungkan dengan jembatan garam
e. Terjadi secara spontan
f. Pada sel volta, anoda bersifat negatif dan katoda bersifat positif
2. Pada suatu sel volta, menghasilkan energy listrik secara spontan, di mana E0
yang dihasilkan adalah E > 0. Pada suatu reaksi yang berlangsung dalam sel
elektrokimia terdapat sebuah energy bebas yang disebut energy bebas Gibbs,
dimana dapat dihitung dengan 𝞓G = -nFE. Apabila 𝞓G yang dihasilkan
kurang dari 0 maka reaksi tersebut berjalan secara spontan. Sedangkan pada
sel elektrolisis, merubah energy listrik menjadi energy kimia sehingga
berlangsung tidak spontan, di mana E0 yang dihasilkan adalah E < 0. Pada
suatu reaksi yang berlangsung dalam sel elektrokimia terdapat sebuah energy
bebas yang disebut energy bebas Gibbs, dimana dapat dihitung dengan 𝞓G = -
nFE. Apabila 𝞓G yang dihasilkan lebih dari 0 maka reaksi tersebut berjalan
secara tidak spontan.
3. a. menggunakan anoda C
- Katoda Au & Anoda C
- Katoda Au &Anoda C
c. menggunakan anoda Zn
- Katoda Au & Anoda Zn
- Katoda Au &Anoda Zn
4. Diketahui :
e = 65,3 : 2 = 32,65
V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V :3,5𝝮 = 1,43 A
Ditanya :
Massa Cu setelah elektrolisis selama (a). 40 menit, (b). 5 jam
Jawab:
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nama : Putri Widiastuti
NIM : 24030118120029
POSTTEST
2. Jelaskan mengapa dalam elektrolisis reaksi berjalan tidak spontan sedangkan pada
sel volta berlangsung spontan.
Jawab
Perubahan energy gibbs dalam suatu reaksi yang berlangsung dalam sel
elektrokimia dapat dihitung : 𝞓G = -nFE
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan suatu reaksi sel akan berlangsung spontan
bila ∆G< 0 atau harga E > 0
3. Reaksi elektrolisis campuran CuSO4 dan ZnSO4 menggunakan katoda Au, reaksi
sel jika anodanya: (a) karbon (b) Zn
Jawab
(a) Katoda Au &Anoda C
Reaksi
katoda(Red) : 2Cu2+ + 4e- → 2Cu Eo= +0,337 V
anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V
Rx total : 2Cu2+ + 2H2O →2Cu + 4H+ + 2O2 Eo = -0,892 V
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nama : Bayu Fajriansyah
Nim :24030118140096
Post tes p6
1 ) a. Perubahan energi. Sel volta merubah energi kimia menjadi energi listrik.
Sebaliknya sel elektrolisis merubah energi listrik menjadi energi kimia.
b. Terjadinya reaksi redox. Pada sel volta reaksi redox terjadi secara spontan begitu
batang logam dimasukkan ke dalam sel. Sebaliknya pada sel elektrolisia reaksi redox
hanya terjadi ketika arus listrik dilewatkan ke sel ini.
c. Pembagian sel. Pada sel volta, bagiannya terdiri dari dua bagian terpisah yang
dihubungkan dengan pori-pori. Sementara sel elektrolisis hanya memiliki satu bagian
dimana sel kimia yang akan mengalami elektrolisis ditempatkan.
2) karena pada sel volta memanfaatkan reaksi spontan dimana energy bebas gibs
lebih dari nol, sehingga reaksi akan menghasilkan energy listrik. Sebaliknya pada sel
elektrolisis karena energy bebas gibs lebih dari nol sehingga tidak terjadi reaksi
spontan.
Reaksi
katoda(Red) : 2Cu2+ + 4e- → 2Cu Eo= +0,337 V
anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V
Rx total : 2Cu2+ + 2H2O →2Cu + 4H+ + 2O2 Eo = -0,892 V
V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V : 3,5𝝮 = 1,43 A
Massa Cu setelah elektrolisis selama
(e) 40 menit = 2400 detik
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚
(f) 5 jam = 1800 detik
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nama : Nur Mufidatur Rosyidah
NIM : 24030118120035
POSTTEST
Reaksi
katoda(Red) : Cu2+ + 2e- → Cu Eo = +0,337
anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+ Eo = +1,097 V
V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V : 3,5𝝮 = 1,43
Ditanya, Massa Cu setelah elektrolisis selama
(g) 40 menit = 2400 detik
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Achmad Fadhurohman
24030118130135
6. Jelaskan mengapa dalam elektrolisis reaksi berjalan tidak spontan sedangkan pada
sel volta berlangsung spontan
Jawab :
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚
𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚