Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANALITIK

PERCOBAAN VI

PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+ DAN ION Zn2+ DALAM
LARUTAN CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT SECARA
ELEKTROGRAVIMETRI

Praktikan :Putri Widiastuti 24030118120029


Nur Mufidatur R. 24030118120035
Bayu Fajriansyah A.K. 2403011813
Achmad Fadhurohman 24030118130135
Nana Rafqiana 24030118130139
Jadwal Praktikum : Senin, 4 November 2019
Asisten : Ayub Indra 24030116130103

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
HALAMAN PENGESAHAN

PERCOBAAN VI

JUDUL PERCOBAALN :PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+


DAN ION Zn2+ DALAM LARUTAN CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT
SECARA ELEKTROGRAVIMETRI

JADWAL PRATIKUM : Senin, 4 November 2019 Commented [w1]: Rata kiri


Judul Percobaan : Pemisahan ….
Tanggal Praktikum : ……
Semarang, 3 November 2019

Praktikan Commented [w2]: Rata tengah

Putri Widiastuti Nur Mufidatur R.


NIM. 24030118120029 NIM. 24030118120035

Bayu Fajriansyah A.K. Achmad Fadhurohman


NIM. 2403011813 NIM. 24030118130135

Nana Rafqiana
NIM. 24030118130139

Mengetahui,
Asisten

Ayub Indra
NIM. 24030116130103
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Pemisahan dan Penentuan Kadar


Ion Cu2+ dan Ion Zn2+ dalam Larutan Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara
Elektrogravimetri”. Percobaan ini bertujuan untuk memisahkan dan menentukan Commented [w3]: Tegak

kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+ dalam larutan campuran kupri dan seng sulfat secara
elektrogravimetri. Prinsip dari percobaan ini adalah pengendapan suatu kation
melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis dengan metode elektrogravimetri. Pada
proses elektrolisis ini dilakukan pencatatan arus setiap 5 menit. Hasil yang diperoleh
dari percobaan ini adalah terdapat endapan merah bata yang merupakan endapan Cu,
elektrolisis dilakukan selama 15 menit dengan beda potensial 1,8 V. Arus listrik yang
didapat sebesar 0,03 A dan menghasilkan endapan 0,02 gram. Selain itu, juga
terdapat endapan berwarna abu-abu yang menunjukkan bahwa endapan tersebut
adalah endapan Zn, elektrolisis dilakukan selama 15 menit dengan beda potensial 2,7
V menghasilkan arus sebesar 0,01 A dan menghasilkan endapan 0,08 gram.
Rendemen prosentase pada Cu sebesar 77,7%,sedangkan rendemen prosentase pada
Zn sebesar 66,6%.

Kata Kunci : Elektrolisis, elektrogravimetri, ion Cu2+, Ion Zn2+, reaksi redoks.
PERCOBAAN VI
PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+ DAN ION Zn2+
DALAM CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT SECARA
ELEKTROGRAVIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN
1.1 Mahasiswa dapat memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+
dalam larutan campuran kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Elektrolisis
Elektrolisis adalah suatu proses dimana reaksi kimia terjadi pada elektroda
yang tercelup dalam elektrolit. Ketika tegangan diberikan terhadap elektroda
itu.Elektroda yang bermuatan positif disebut anoda dan elektroda yang bermuatan
negarif disebut katoda.Elektroda seperti platina yang hanya mentransfer elektron dari
larutan, disebut elektron inert. Elektroda reaktif adalah elektroda yang secara kimia
memasuki reaksi elektroda selama elektrolisis, terjadilahreduksi pada katoda dan
oksidasi pada anoda (Dogra,1998). Faktor-faktor yang mempengaruhi elektrolisis :

a. Luas permukaan tercelup Commented [w4]: Pakai a,b,c saja

Semakin banyak luas yang semakin banyak menyentuh elektrolit


maka semakin
mempermudah suatu elektrolit untuk mentransfer elektronnya.
b. Sifat logam bahan elektroda
Penggunaan medan listrik pada logam dapat menyebabkan seluruh
elektron bebas
bergerak dalam metal, sejajar, dan berlawanan arah dengan arah
medan listrik.
c. Konsentrasi Pereaksi
Semakin besar konsentrasi suatu larutan pereaksi maka akan semakin
besar pula laju reaksinya.

2.2. Elektrogravimetri
Analisis dimana elektroda kerja ditimbang sebelum elektrolisis
dankemudian ditimbang kembali saat elektrolisis analit selesai dan perbedaan
berat elektroda memberikan besar massa analit. Teknik ini dikenal
elektrogravimetri (Harvey, 2000).

2.3. Potensial Dekomposisi


Nilai ini dinyatakan dengan persamaan Ed = E katoda – E anoda. Nilai ini
akan berubah seiring berjalannya elektrolisis, tetapi nilai tersebut dapat dihitung
untuk semua kondisi dengan menggunakan persamaan Nerst untuk E0 anoda dan Commented [w5]: Aksen di bawah

E0 katoda. Suatu tahap kimiawi dengan kinetika yang lambat pada proses
elektroda keseluruhan dapat juga menyebabkan potensial elektroda menyimpang
dari nilai Nerst. Sebagai contoh, dalam reduksi H+ pada katoda, tahap awal
transfer elektron menghasilkan atom hidrogen. H+ + e H Untuk membentuk
produk akhir, atom-atom tersebut harus bergabung (Underwood, 1999).
Commented [w6]: Diperbesar ukurannya

(Chang,2005) Commented [w7]: Gunakan format sitasi untuk konten berupa


gambar

2.4 Reaksi redoks

Terdapat sejumlah reaksi saat keadaan oksidasi berubah yang disertai dengan
pertukaran elektron antara pereaksi. Ini disebut reaksi oksidasi reduksi atau reaksi
redoks. Dari sejarahnya dapat diketahui bahwa oksidasi dianggap sebagai proses
oksigen diambil dari suatu zat,sedangkan penangkapan hidrogen disebut reduksi. Commented [w8]: hidrogen

Reaksi oksidasi adalah suatu perubahan kimia dimana suatu zat memberikan
atau melepas electron,mengalami penambahan biloks/tingkat oksidasi,terjadi di anoda
pada suatu sel elektrokimia. Sedangkan reaksi reduksi adalah suatu perubahan kimia
dimana suatu zat menerima atau menangkap elektron mengalami pengurangan
biloks,dan terjadi di katoda pada suatu sel elektrokimia (Svehla,1985).

2.4.1 Oksidasi dan Reduksi


Oksidasi dan reduksi dapat didefinisikan sebagai istilah berkurangnya atau
bertambahnya satu atau lebih elemen. Oksidasi didefinisikan sebagai kehilangan satu
atau lebih elektron secara jelas oleh unsure terkecil yang terlibat dalam suatu reaksi.
Sedangkan reduksi didefinisikan sebagai bertambahnya satu atau lebih electron secara
jelas oleh unsure terkecil yang terdapat dalam suatu reaksi. Reaksi redoks adalah
suatu reaksi transfer elektron yang mana elektron dari suatu unsure dioksidasi dengan
kehilangan satu atau lebih elektron ke unsur lain yang direduksi ketika berperan
sebagai sebuah penerima elektron. Jumlah elektron yang hilang harus sama dengan
jumlah elektron yang bertambah. Dalam reaksi karena terdapat transfer satu atau
lebih elektron dalam satu unsur ke unsur yang lain.
Persamaan biasa:

Dalam reaksi redoks melibatkan campuran kovalen yang mana tidak terdapat transfer
elektron. Walauoun satu atau lebih electron valensi dibagi antara dua atom dengan
pembagian pasangan elektron ditarik lebih dekat ke atom yang lebih elektronegatif
pada masing-masing ikatan kovalen(Miller,1987).

2.4.2 Oksidator dan Reduktor


Reduktor adalah zat yang mengalami oksidasi. Sedangkan oksidator adalah zat yang
mengalami reduksi.

2.5 Hukum Faraday


Bunyi Hukum Faraday 1
“Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama elektrolisis (G) akan
berbanding lurus dengan jumlah muatan listrik yang akan digunakan (Q).”
Secara matematis, hukum Faraday I ditulis dengan persamaan dibawah ini.

Sebagaimana jumlah pada muatan listrik (Q) itu sama dengan hasil kali dari kuat arus
listrik (i) dan juga selang waktu (t),

Q=i×t

Maka

G= i x t

Bunyi Hukum Faraday 2

“Massa zat yang dihasilkan oleh suatu elektrode selama elektrolisis (G) akan
berbanding lurus dengan massa ekivalen zat yang digunakan (Mek).”

Secara matematis, hukum Faraday II ditulis dengan persamaan dibawah ini.

Nanti akan mendapat persamaan di atas yang merupakan sebuah gabungan oleh
kedua hukum Faraday, di mana:

 G = massa zat yang telah dihasilkan (gram)


 Q = muatan listrik (coulomb)
 i = kuat arus listrik (ampere)
 t = waktu (sekon)
 Mek = massa ekivalen zat (gram/mol)
 F = konstanta Faraday (96.500 coulomb/mol) (Hogness, 1954) Commented [w9]: perbaiki cara penuisan sitasi, sitsasi ditulis di
akhir kalimat.
Gunakan penulisan sitasi yang benar dalam penulisan daftar

2.6 Analisa Bahan

2.6.1. Asam Sulfat (H2SO4)


Sifat fisik : berbentuk cairan seperti minyak, titik didih 330 0C, tittik leleh -47 0C,
berat molekul 98,09 g.mol -1 , tekanan uap 20 0C 56 hPa
Sifat Kimia : korosif, higroskopis, oksidator
(Pringgodigdo, 1990).

2.6.2. Natrium Hidroksida (NaOH) pekat


Sifat fisik : berwarna bening, titik didih 139,8 0C, titik leleh 378 0C
Sifat kimia : basa dan elektrolit kuat, berdisosiasi sempurna dalam
larutan air
(Brady, 1994).

2.6.3. Aseton (CH3COCH3 ) Commented [w10]: No space !!!

Sifat fisik : berat molekul 58,08g.mol -1 , berat jenis 0,79kg/K, titik leleh -95 0C, titik
didih 56 0C, titik nyala -20 0C, tekanan uap (20 0C) 233 hPa
Sifat kimia : dapat tercampur dengan air dalam segala perbandingan
(Budavari, 1989).

2.6.4. Seng Sulfat (ZnSO4)


Sifat fisik : berwarna putih kebiruan, titik lebur 410 0C, titik 906 0C
Sifat kimia : termasuk golongan logam yang cukup mudah untuk ditempa dan liat
(Svehla, 1985).
2.6.5. Kupri Sulfat (CuSO4)
Sifat fisik : berat molekul 159,61 g.mol -1
Sifat kimia : kristal rombik yang higroskopik, larut dalam air, dapat menyebabkan
iritasi kulit (Svehla, 1985).

2.6.6. Karbon (C)


Sifat fisik : berbentuk solid, titik sublimasi 3915K
Sifat kimia : isotop yang stabil, unsur kimia bersimbol C
(Basri, 1996).

2.6.7. Aquades (H2O)


Sifat fisik : cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, titik didih 100 0C, titik
beku 0 0C pada 1 atm.
Sifat kimia : elektrolit lemah, terionisasi menjadi H3O+ dan OH-, sebagai bahan
pelarut (Basri, 1996)

2.6.8. Asam Nitrat (HNO3 )


Sifat fisik : titik leleh -47 0C, titik didih 84 0C, panas pendekomposisi 84 0C, tidak
berwarna
Sifat kimia : korosif, oksidator kuat, larut dalam air
(Basri, 1996).
III. METODE PERCOBAAN

3.1 Alat
a. Elektroanalizer
b. Gelas beker
c. Neraca analitik
d. Pipet tetes
e. Elektroda karbon
f. Gelas ukur
3.2 Bahan
a. CuSO4.5H2O
b. ZnSO4.7H2O
c. Larutan H2SO4 pekat
d. HNO3 pekat
e. Aseton
f. Akuades
g. NH3 pekat

3.3 Skema kerja Commented [w11]: Penulisan skema kerja tidak diperbolehkan
melebihi batas kertas
3.3.1.Pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+

Elektroda

Pembersihan elektroda

Pencucian elektroda
dengan aquadest

Penimbangan

Pemasangan pada
larutan cuplikan

Hasil
CuSO4.5H2O 1.255 ZnSO4.7H2O 1.43
gr Gelas Beker gr Gelas Beker

Pelarutan dalam 50 ml Pelarutan dalam 50 ml


aquades aquades

Pencampuran larutan
Penambahan 2 tetes H2SO4
Penambahan 2 tetes HNO3
Pemasangan pada elektroanalizer
Pengelektrolisaan selama 15 menit pada 1,8 V
Penghentian elektrolisis
Pengambilan katoda
Pemasukkan dalam aseton
Pengeringan
Penimbangan dan pencatatan berat

Hasil

3.3.2.Pemisahan dan penentuan kadar ion Zn2+

100 ml larutan cuplikan Cu2+ dan Zn2+

Gelas Beker

Penambahan NaOH pekat sampai pH netral


Pemasangan pada elektroanalizer
Pengelektrolisaan selama 15 menit pada 2,7 V
Penghentian elektrolisis
Pengambilan katoda
Pemasukkan dalam aseton
Pengeringan
Penimbangan dan pencatatan berat

Hasil
IV. DATA PENGAMATAN

Ion yang Arus listrik Waktu Berat Berat Berat


diendapkan (A) elektrolisis katoda katoda + endapan
(menit) mula-mula endapan (g)
(g) (g)
Cu2+ 0,025 15 5,24 5,26 0,02 Commented [w12]: No italic

Zn2+ 0,005 15 5,21 5,29 0,08


V. HIPOTESIS

Percobaan yang berjudul “Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu 2+ dan Ion Zn2+
Dalam Larutan Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara Elektrogravimetri”
mempunyai tujuan untuk memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+
dalam larutan kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip yang digunakan
dalam percobaan ini adalah pengendapan suatu kation melalui reaksi redoks pada
sistem elektrolisis.Metodenya adalah elektrogravimetri. Kation-kation diendapkan
pada katoda dengan nilai tegangan sistem yang disesuiakan dengan logam yang akan
diendapkan. Elektroda yang digunakan adalah karbon.Hasil yang diperoleh yaitu
endapan Cu berwarna merah bata, dan endapan Zn berwarna abu-abu. Penentuan
Commented [w13]: Space = 1,5 cm
massa ditentukan dengan rumus : W = =
VI. PEMBAHASAN
Percobaan ini berjudul “Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu2+ dan Ion Commented [w14]: Berlaku untuk seluruhnya. Space = 1,5 cm

Zn2+ Dalam Larutan Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara Elektrogravimetri”
yang bertujuan untuk memisahkan dan menentukan kadar ion cu 2+ dan zn2+ dalam
larutan kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip percobaan ini adalah
pengendapan suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis. Sedangkan
metode yang digunakan adalah elektrogravimetri. Elektrogravimetri adalah suatu
analisis dimana elektroda kerja ditimbang sebelum elektrolisis dan kemudian
ditimbang kembali saat elektrolisis analit selesai dan perbedaan berat elektroda
memberikan besar massa analit. Teknik ini dikenal sebagai elektrogravimetri Commented [w15]: Spasi dari kalimat terakhir dengan sitasi

(Harvey, 2000).

Kation-kation diendapkan pada katoda dengan menggunakan nilai tegangan


sistem yang disesuiakan dengan logam-logam yang akan diendapkan. Elektroda yang
digunakan adalah karbon, dimana karbon merupakan elektroda yang inert, yaitu
elektroda tidak akan bereaksi dengan komponen-komponen logam dalam sistem
elektrokimia tersebut, melainkan hanya menyediakan permukaannya sebagai tempat
berlangsungnya reaksi. Elektroda karbon dapat diganti dengan elektroda lain yang
sifatnya juga inert, seperti elektroda Pt atau Au. Batang karbon yang akan digunakan
dicuci dengan aquades untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang bersifat polar
seperti ZnCl2, lalu dikeringkan sampai benar-benar kering lalu dilakukan
penimbangan.Tujuan dikeringkannya elektroda sampai benar-benar kerig supaya
tidak mengganggu keakuratan penimbangan elektroda. Sistem elektrokimia terdiri
dari larutan elektrolit yang polar sedangkan karbon merupakan termasuk unsure inert
yang tidak akan berinteraksi secara kimia dengan senyawa polar (sesuai prinsip “like Commented [w16]: Tidak ada unsur non polar !!!

dissolves like). Batang katoda dalam percobaan ini ditimbang beratnya terlebih
dahulu sampai didapat berat yang tetap, kemudian setelah terjadi reaksi pengendapan,
batang katoda ditimbang lagi untuk mengetahui pengendapan logam terjadi sempurna
atau tidak.
Pemisahan kation menggunakan metode elektrolisis dengan sistem tegangan
terpasang tetap, tujuannya adalah untuk memaksimalkan pengendapan suatu kation
pada nilai tegangan dekomposisi yang khusus bagi kation tersebut untuk
mengendap.Pada proses elektrolisis akan terjadi perubahan energi listrik menjadi
energi kimia dan reaksi redoks dengan aliran listrik dari anoda (+) ke katoda (-),
dimana pada anoda terjadi oksidasi dan pada katoda terjadi reduksi (Keenan, 1992).
Pengendapan ion logam berdasarkan deret volta yang dapat dilihat dari mudah dan
sulitnya direduksi :

Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H+, Sb,
Br, Au, Hg, Ag, Pb, Au(Rivai, 1995). Pada deret volta, unsur logam dengan potensial
elektroda lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial
elektroda yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan. Semakin ke kiri kedudukan
suatu logam dalam deret tersebut, maka logam semakin reaktif (semakin mudah
melepas elektron) dan logam merupakan reduktor yang semakin kuat (semakin
mudah mengalami oksidasi). Sebaliknya, semakin ke kanan kedudukan suatu logam
dalam deret tersebut, maka logam semakin kurang reaktif (semakin sulit melepas
elektron) dan logam merupakan oksidator yang semakin kuat (semakin mudah
mengalami reduksi) (Dogra, 1990). Berdasarkan deret volta tersebut, dapat dilihat
bahwa Cu berada di sebelah kanan Zn, maka Cu2+ lebih mudah untuk direduksi
sehingga Cu2+ akan lebih dahulu mengendap dibandingkan Zn2+ yang sukar untuk
direduksi tetapi mudah mengalami oksidasi. (Keenan, 1992). Factor yang
mempengaruhi percobaan ini adalah luas permukaan tercelup, sifat logam bahan
elektroda, dan konsentrasi pereaksi.

6.1 Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu2+

Pada percobaan ini, tujuannya adalah untuk memisahkan dan menentukan


kadar ion Cu2+dalam larutan cuplikan dengan menggunakan metode
elektrogravimetri. Dalam percobaan ini dilakukan dengan elektroda karbon, di mana
batang karbon yang digunakan ada yang berperan sebagai anoda dan katoda.
Elektroda karbon dipakai karena karbon bersifat inert, sehingga tidak akan bereaksi
dengan komponen-komponen logam dalam sistem ini. Logam tembaga diendapkan
dalam larutan yang berisi cuplikan bersuasana asam dengan menambahkan H2SO4
dan HNO3, kemudian dielektrolisis dengan tegangan 1,8 V. Penambahan H2SO4 dan
HNO3 berfungsi untuk memberikan suasana asam pada larutan, selain itu juga untuk
mempercepat reaksi dimana konduktivitas akan naik sehingga transfer ion akan lebih
cepat berlangsung. H2SO4 dan HNO3 termasuk asam oksi dan dapat diganti dengan
asam oksi lainnya seperti H3PO4. Akan tetapi, H2SO4 dan HNO3 tidak dapat diganti
dengan HCl karena dapat menyebabkan terbentuknya endapan Cl sehingga tidak
sesuai hasil yang diharapkan. Dengan adanya suasana asam, juga dapat
mengendapkan logam Cu, pada diagram pourbaix Cu dapat dilihat bahwa Cu akan
optimal mengendap pada pH kurang dari atau sama dengan 4 (asam), sehingga untuk
mengendapkan Cu tersebut perlu dilakukan dalam suasana asam.
Selain itu, medium HNO3 juga sangat diperlukan, yaitu dengan menurunkan
konsentrasi Cu2+ oleh elektroreduksi, katoda semakin negatif sampai tereduksinya
nitrat.

Reaksinya adalah :

NO3 + 10H+ + 8e- NH4 + 3H2O

(Svehla, 1986)

Proses reaksi tersebut menstabilkan potensial katoda yang kemudian menjadi


tidak cukup negatif untuk mereduksi logam lain yang terdapat dalam sampel dan
mencegah reduksi H+ yang tidak sesuai dalam kasus ini karena pembebasan hidrogen
yang terjadi bersama akan menyebabkan terjadinya endapan tembaga .Penggunaaan
potensial sebesar 1,8 V dimaksudkan agar melebihi potensial dekomposisinya, yaitu
selisih potensial minimum yang harus diberikan kepada sel elektrolit untuk
mengakibatkan proses elektrolisis kontinu, yaitu sebesar -0,892 V.

Proses reaksi yang terjadi adalah :

Katoda : 2Cu2+ + 4e- 2Cu E0 = +0,337 V

Anoda : 2H2O O2 + 4H+ + 4e E0 = -1,229 V

2Cu2+ + 2H2O O2 + 4H2+ + 2CuE0 = -0,892 V

(Underwood, 2002)

Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 1,8 V, maka endapan Cu tidak akan
terbentuk, karena tidak melewati potensial dekomposisinya. Jika digunakan voltase
lebih besar dari 1,8 V, dikhawatirkan dalam endapan di katoda akan bercampur
dengan endapan Zn juga. Pada proses elektrolisis dilakukan selama 15 menit dengan
menghasilkan arus 0,03A dan 0,02A yang dirata-ratakan menjadi 0,025A, di anoda
terdapat gelembung gas yang merupakan gelembung gas O2. gelembung tersebut
berasal karena adanya proses reaksi oksidasi yang terjadi pada air. Reaksi oksidasi
terjadi pada air karena proses tersebut terjadi pada suasana asam yang melibatkan
asam oksi berupa H2SO4 dan HNO3 yang merupakan sisa-sisa asam, selain itu juga
potensial sel H2O lebih negative dibandingkan asam oksi sehingga akan lebih mudah
mengalami reaksi oksidasi.

Pada katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu yang ditandai dengan
terbentuknya warna merah bata pada katoda karbon dan dengan adanya penambahan
berat katoda setelah dielektrolisis. Dalam larutan tersebut ion SO 42- tidak
terendapkan, karena potensial reduksinya lebih kecil daripada potensial reduksi Cu2+,
sehingga dibutuhkan energi yang kebih besar untuk mengendapkan asam oksi
tersebut daripada mengendapkan Cu2+.

Pada anodanya terjadi reaksi oksidasi H2O karena untuk reaksi elektrolisis
pada larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada elektrodanya. Jika
elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat anionnya, apakah ia
merupakan sisa asam beroksigen. Maka yang mengalami oksidasi adalah air, karena
air potensial reduksinya lebih negatif dripada sisa asam beroksigen. Pada percobaan
menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada anionnya
terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O. Dalam deret volta,
SO42- berada disebelah kanan H2O, dimana potensial reduksi standarnya sebesar
+0,17 V.

Pada akhir elektrolisis didapatkan hasil pada katoda berupa endapan merah
bata tembaga dimana hal ini menunjukan Cu telah tereduksi namun tidak seluruhnya,
dibuktikan dari warna larutan cuplikan yang masih berwarna biru muda yang
menandakan masih adanya CuSO4 yang merupakan sumber Cu2+. Setelah 15 menit,
elektrolisis dihentikan dan katodanya dicuci dengan air, sehingga saat penimbangan
tidak ada sisa larutan yang ikut dalam katoda, melainkan berat yang ditimbang
merupakan berat katoda dan endapan Cu hasil elektrolisis saja. Pada percobaan ini
diperoleh logam endapan Cu hasil elektrolisis sebesar 0,02 gram dengan rendemen
prosentase (efisiensi arus) sebesar 285,7%. Rendemen yang lebih dari 100 % ini
karena terdapat masa air yang ikut tertimbang, karena katoda tidak dikeringkan
terlebih dahulu sebelum ditimbang.

6.2 Pemisahan dan Penentuan kadar Ion Zn2+


Tujuan percobaan ini adalah memisahkan ion Zn2+ dari larutan cuplikan Cu2+
dan Zn2+ dengan cara pengendapan pada katodanya serta menentukan kadar ion Zn2+
tersebut dengan cara menimbang katoda yang terdapat endapan Zn hasil elektrolisis.
Pada pemisahan dan penentuan kadar ion Zn2+, larutan yang digunakan adalah larutan
hasil elektrolisis pada pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+ (hasil elektrolisis
sebelumnya) yang kemudian ditambahkan NaOH untuk menetralkan larutan yang
sebelumnya bersuasana asam dan untuk mempercepat terjadinya pengendapan ion
Zn2+. PenambahanNaOH bisa diganti dengan basa lain sepertiNH3. Penambahan
NaOH dilakukan karena sifat Cu yang lebih mudah tereduksi daripada Zn, sedangkan
percobaan ini bertujuan untuk mereduksi Zn, oleh karenanya untuk mendapatkan Zn
yang lebih banyak, ditambahkan basa pada larutan untuk menetralkan larutan
sehingga CuSO4 tetap berbentuk molekulnya atau dengan kata lain mencegah
mengionnya CuSO4 sehingga meminimalisir adanya ion Cu2+ yang dapat
mengganggu proses mereduksinya ion Zn2+ atau dengan kata lain ikut tereduksi atau
bahkan hanya Cu2+yang akan tereduksi. Potensial yang digunakan adalah sebesar
2,7V dengan arus 0,005A selama 15 menit. Potensial yang digunakan sebesar 2,7V
dimaksudkan agar dapat melebihi potensial dekomposisinya yang sebesar -1,989 V,
dengan reaksi sebagai berikut :

Katoda : (-) 2Zn2+ + 4e- 2Zn Eo = -0,76 V

Anoda : (+) 2H2O O2 + 4H+ + 4e- Eo = -1,229 V


+

2Zn2+ + 2H2O O2 + 4H+ + 2Zn Eo = -1,989 V

(Underwood, 1999) Commented [w17]: perbaiki cara penulisan sitasi

Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 2,7 V, maka yang tereduksi adalah Cu2+, Commented [w18]: 2,7 V. berlaku untuk semua penulisan
satuan
sebab potensial 2,7 V melebihi potensial dekomposisi Cu2+ sebesar -0,892 V dan
tidak diperoleh endapan Zn sebab tidak melebihi potensial dekomposisi Zn2+sebesar -
1,989V. Sebaliknya, jika voltase yang digunakan lebih besar dari 2,7 V, maka pada
katoda yang terbentuk adalah endapan Zn dan endapan Cu.

Pada katoda dengan voltase 2,7 V diperoleh endapan Zn yang ditandai dengan
warna abu-abu pada katoda karbon serta adanya penambahan berat katoda setelah
dielektrolisis.

Pada saat elektrolisis terdapat gelembung gas pada anoda.Gas yang dihasilkan
adalah O2 yang terjadi karena hidrolisis air.Pada anodanya terjadi reaksi H2O karena
untuk reaksi elektrolisis pada larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada
elektrodanya. Jika elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat
anionnya, apakah ia merupakan sisa asam oksi atau sisa asam nonoksi. Asam oksi
adalah asam annorganik yang mengikat atom oksigen. Sedangkan asam non oksi
adalah suatu asam annorganik yang tidak mengikat atom oksigen. Karena pada
percobaan menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada
anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O. Akan
tetapi jika yang tersisa ion asam non oksi maka yang teroksidasi adalah anion itu
sendiri bukan air. Hal ini terjadi karena H2O lebih negatif (lebih kecil) potensial
reduksinya yaitu sebesar −0.8277 V sehingga akan lebih mudah teroksidasi daripada
SO42- dengan potensial reduksi standar sebesar +0,17 V.
2  H2O + 2 e− H2(g) + 2 OH− E0 = −0.8277 V

SO42- + 4H+ + 2 e− SO2(aq)+ 2H2O E0 = +0,17 V

(Keenan, 1992)

Namun, pada katoda tidak terbentuk endapan dari SO42- melainkan terbentuk
endapan dari Zn2+, sebab potensial reduksi Zn2+ menjadi Zn lebih positif atau lebih
besar daripada potensial reduksi yang dimiliki oleh SO42-.

Pada katoda terdapat endapan seng yang berwarna abu-abu yang berarti seng
telah terendapkan. Setelah 15 menit, elektrolisis dihentikan dan katoda dicuci dengan
aquadest. Fungsi penambahan aquadest untuk menghilangkan pengotor-pengotor
yang bersifat polar. Logam Zn yang diperoleh dari percobaan ini sebesar 0,08 gram
dengan rendemen prosentase (efisiensi arus) sebesar 400%.Rendemen yang diperoleh
melebihi 100% dikarenakan elektroda hasil elektrolisis yang belum kering langsung
ditimbang, sehingga masih ada larutan yang ikut tertimbang.
VII. PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1) Pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+ dapat
dilakukan dengan metode elektrogravimetri
2) Logam Cu yang diperoleh sebanyak 0.02 gr dengan arus listrik
pada 15 menit adalah 0.025 A. Rendemen persentase yang didapat
adalah 285,7%
3) Logam Zn yang diperoleh sebanyak 0.08 gr dengan arus listrik
pada 15 menit adalah 0.005 A. Rendemen persentase yang didapat
adalah 400%
7. 2 Saran
1) Saat merangkai alat pada percobaan harus berhati-hati dan teliti
agar tidak terjadi kesalahan.
2) Sebelum pelaksanaan praktikum, sebaiknya terlebih dahulu
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan percobaan
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
1. Kadar Cu2+ dalam CuSO4.5H2O
Diketahui :
Massa elektroda 1 (awal) = 5,24 g
Massa elektroda 2 (setelah dielektrolisis) = 5,26 g
Ditanyakan : Kadar Cu2=
Berat nyata = massa 2– massa 1
= 5,26 g – 5,24 g
= 0,02 g
e.i.t
Berat teoritis = W =
96500
63
.0,025A.900s
2
=
96500
= 0,007 gram
berat nyata
Rendemen presentase = x 100%
berat teoritis
0,02 gram
= x 100%
0,007gram

= 285,7%
2. Kadar Zn2+ dalam ZnSO4.7H2O
Diketahui :
Massa elektroda 1 (awal) = 5,21 g
Massa elektroda 2 (setelah dielektrolisis) = 5,29 g
Ditanyakan : Kadar Zn2+?
Berat nyata = massa 1 – massa 2
= 5,29 g – 5,21 g
= 0,08 g
e.i.t
Berat teoritis = W =
96500
65
.0,005A.900s
2
=
96500
= 0,002 gram
berat nyata
Rendemen presentase = x 100%
berat teoritis
0,08 gram
= x 100%
0,002 gram

= 400%

B. FOTO

Pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+

Pemisahan dan penentuan kadar ion Zn2+


Perbandingan katoda (Cu2+ &Zn2+ ) dan anoda
PRETEST

Nama : Nana Rafqiana

NIM : 24030118130139

Kelompok :5

1. Sebutkan perbedaan sel elektrolisis dan sel volta


2. Jelaskan mengapa dalam elektrolisis reaksi berjalan tidak spontan sedangkan
pada sel volta berlangsung spontan
3. Reaksi elektrolisis campuran CuSO4 dan ZnSO4 menggunakan katoda Au,
reaksi sel jika anoda berupa
a. C
b. Zn
4. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan tegangan 5 V dan hambatan dalam 1,5 𝝮,
hambatan luar 2 𝝮 berapa endapan Cu yang dihasilkan bila elektrolisis
dilakukan dalam
a. 40 menit
b. 5 jam

JAWAB
1. – Sel elektrolisis
a. Sel yang mengalami reaksi kimia ketika arus listrik dialirkan ke sel
tersebut
b. sel elektrolisis merubah energi listrik menjadi energi kimia.
c. pada sel elektrolisia reaksi redox hanya terjadi ketika arus listrik
dilewatkan ke sel ini.
d. sel elektrolisis hanya memiliki satu bagian dimana sel kimia yang akan
mengalami elektrolisis ditempatkan.
e. Terjadi tidak spontan
f. Pada sel elektrolisis, anoda bersifat positif dan katoda bersifat negatif.

- Sel Volta
a. Sel volta atau sel galvanik adalah sel elektrokimia yang mehghasilkan
energi listrik secara spontan atau langsung dari reaksi kimia yang
terjadi di dalam larutan kimia di sel tersebut
b. Sel volta merubah energi kimia menjadi energi listrik
c. Pada sel volta reaksi redox terjadi secara spontan begitu batang logam
dimasukkan ke dalam sel
d. Pada sel volta, bagiannya terdiri dari dua bagian terpisah yang
dihubungkan dengan jembatan garam
e. Terjadi secara spontan
f. Pada sel volta, anoda bersifat negatif dan katoda bersifat positif
2. Pada suatu sel volta, menghasilkan energy listrik secara spontan, di mana E0
yang dihasilkan adalah E > 0. Pada suatu reaksi yang berlangsung dalam sel
elektrokimia terdapat sebuah energy bebas yang disebut energy bebas Gibbs,
dimana dapat dihitung dengan 𝞓G = -nFE. Apabila 𝞓G yang dihasilkan
kurang dari 0 maka reaksi tersebut berjalan secara spontan. Sedangkan pada
sel elektrolisis, merubah energy listrik menjadi energy kimia sehingga
berlangsung tidak spontan, di mana E0 yang dihasilkan adalah E < 0. Pada
suatu reaksi yang berlangsung dalam sel elektrokimia terdapat sebuah energy
bebas yang disebut energy bebas Gibbs, dimana dapat dihitung dengan 𝞓G = -
nFE. Apabila 𝞓G yang dihasilkan lebih dari 0 maka reaksi tersebut berjalan
secara tidak spontan.
3. a. menggunakan anoda C
- Katoda Au & Anoda C

Katoda : Cu2+ + 2e- → 2u


Anoda : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e

- Katoda Au &Anoda C

Katoda : Zn2+ + 2e- → Zn


Anoda : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e

c. menggunakan anoda Zn
- Katoda Au & Anoda Zn

Katoda : Cu2+ + 2e- → Cu


Anoda : Zn → Zn2+ + 2e-

- Katoda Au &Anoda Zn

katoda(Red) : Zn2+ + 2e- → Zn


anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e-

4. Diketahui :
e = 65,3 : 2 = 32,65
V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V :3,5𝝮 = 1,43 A

Ditanya :
Massa Cu setelah elektrolisis selama (a). 40 menit, (b). 5 jam

Jawab:

(a) 40 menit = 2400 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚

(b) 5 jam = 1800 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nama : Putri Widiastuti
NIM : 24030118120029
POSTTEST

1. Sebutkan perbedaan elektrolisis dan sel volta


Jawab
Sel elektrolisis :
 Reaksi tidak berjalan spontan
 Membutuhkan energy listrik untuk memaksa terjadinya reaksi
 Anoda bermuatan positif krn menarik anion dari larutan
 Katoda bermuatan negative
Sel volta :
 Reaksi berjalan spontan
 Menghasilkan energy listrik
 Anoda bermuatan negatifkarena oksidasi pada anoda merupakan sumber
elektron sel
 Katoda bermuatan positif karena menarik electron dari anoda untuk proses
reduksi

2. Jelaskan mengapa dalam elektrolisis reaksi berjalan tidak spontan sedangkan pada
sel volta berlangsung spontan.
Jawab
Perubahan energy gibbs dalam suatu reaksi yang berlangsung dalam sel
elektrokimia dapat dihitung : 𝞓G = -nFE
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan suatu reaksi sel akan berlangsung spontan
bila ∆G< 0 atau harga E > 0

3. Reaksi elektrolisis campuran CuSO4 dan ZnSO4 menggunakan katoda Au, reaksi
sel jika anodanya: (a) karbon (b) Zn
Jawab
(a) Katoda Au &Anoda C
Reaksi
katoda(Red) : 2Cu2+ + 4e- → 2Cu Eo= +0,337 V
anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V
Rx total : 2Cu2+ + 2H2O →2Cu + 4H+ + 2O2 Eo = -0,892 V

katoda(Red) : 2Au2+ + 4e- → 2Au Eo = +1,52 V


anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo=-1,229 V
Rx total : 2Au2+ + 2H2O →2Au + 4H+ + 2O2 Eo = +0.291 V

(b) Katoda Au & Anoda Zn


Reaksi
katoda(Red) : Cu2+ + 2e- → Cu Eo =+0,337 V
anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+ Eo = +1,097 V

katoda(Red) : Zn2+ + 2e- → Zn Eo =- 0,76 V


anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Zn2+ + Zn →Zn + Zn2+ Eo = 0 V
4. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan tegangan 5V dan hambatan dalam 1,5𝝮,
hambatan luar 2𝝮 berapa endapan Cu yang dihasilkan bila elektrolisis dilakukan
dalam (a) 40 menit (b) 5 jam
Jawab
e = 65,3 : 2 = 32,65
V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V : 3,5𝝮 = 1,43 A
Massa Cu setelah elektrolisis selama
(c) 40 menit = 2400 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚

(d) 5 jam = 1800 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nama : Bayu Fajriansyah

Nim :24030118140096

Post tes p6

1. Apa perbedaan sel volta dan sel elektrolisis


2. Jelaskan mengapa pada sel elektrolisis berlangsung tidak spontan sedangkan
sel volta spontan.
3. Reaksi sel elektrolisis campuran CuSO4 dan ZnSO4 pada Au, reaksi pada
anoda berupa
A. C
B. Zn
4. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan tegangan 5v dan hambatan 1.5 ohm
hambatan luar 2 ohm berupa Cu
Jawab

1 ) a. Perubahan energi. Sel volta merubah energi kimia menjadi energi listrik.
Sebaliknya sel elektrolisis merubah energi listrik menjadi energi kimia.

b. Terjadinya reaksi redox. Pada sel volta reaksi redox terjadi secara spontan begitu
batang logam dimasukkan ke dalam sel. Sebaliknya pada sel elektrolisia reaksi redox
hanya terjadi ketika arus listrik dilewatkan ke sel ini.

c. Pembagian sel. Pada sel volta, bagiannya terdiri dari dua bagian terpisah yang
dihubungkan dengan pori-pori. Sementara sel elektrolisis hanya memiliki satu bagian
dimana sel kimia yang akan mengalami elektrolisis ditempatkan.

2) karena pada sel volta memanfaatkan reaksi spontan dimana energy bebas gibs
lebih dari nol, sehingga reaksi akan menghasilkan energy listrik. Sebaliknya pada sel
elektrolisis karena energy bebas gibs lebih dari nol sehingga tidak terjadi reaksi
spontan.

3) a. Katoda Au & Anoda C

Reaksi
katoda(Red) : 2Cu2+ + 4e- → 2Cu Eo= +0,337 V
anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V
Rx total : 2Cu2+ + 2H2O →2Cu + 4H+ + 2O2 Eo = -0,892 V

katoda(Red) : 2Au2+ + 4e- → 2Au Eo = +1,52 V


anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo=-1,229 V
Rx total : 2Au2+ + 2H2O →2Au + 4H+ + 2O2 Eo = +0.291 V

b) Katoda Au & Anoda Zn


Reaksi
katoda(Red) : Cu2+ + 2e- → Cu Eo =+0,337 V
anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+ Eo = +1,097 V

katoda(Red) : Zn2+ + 2e- → Zn Eo =- 0,76 V


anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Zn2+ + Zn →Zn + Zn2+ Eo = 0 V
4) e = 65,3 : 2 = 32,65

V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V : 3,5𝝮 = 1,43 A
Massa Cu setelah elektrolisis selama
(e) 40 menit = 2400 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚
(f) 5 jam = 1800 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚
Nama : Nur Mufidatur Rosyidah
NIM : 24030118120035
POSTTEST

1. Sebutkan perbedaan elektrolisis dan sel volta (minimal 3)


Jawab :
Sel elektrolisis:
- Sel yang mengalami reaksi kimia ketika arus listrik dialirkan
ke sel tersebut.
- Anoda dari sel elektrolisis bermuatan positif karena anoda
menarik anion dari larutan, sedangkan katoda negatif.
- Reaksi redoks dalam sel elektrolisis adalah nonspontan.
Sel Galvani:

- Sel elektrokimia yang mehghasilkan energi listrik secara


spontan atau langsung dari reaksi kimia yang terjadi di dalam
larutan kimia di sel tersebut.
- Anoda dari sebuah sel galvani bermuatan negatif, karena
oksidasi spontan pada anoda adalah sumber elektron sel atau
muatan negatif. Katoda dari sel galvani adalah bermuatan
positif.
- Reaksi redoks dalam sel galvani adalah reaksi spontan.

2. Jelaskan mengapa pada elektrolisis,reaksi berlangung tidak


spontan sedangkan pada sel volta berlangsung spontan (
hubungkan dengan ∆G)
Jawab :
Pada sel volta,memanfaatkan reaksi spontan dimana ∆G < 0 untuk
membangkitkan energy listrik,selisih energi reaktan tinggi dengan
produk (rendah) diubah menjadi energi listrik.sehingga sistem
reaksi melakukan kerja terhadap lingkungan. Sel elektrolisis
memanfaatkan energy listrik untuk menjalankan reaksi nonspontan
dimana ∆G > 0 sehingga lingkungan melakukan kerja terhadap
system.

3. Reaksi elektrolisis campuran CuSO4 dan ZnSO4 menggunakan


katoda Au,reaksi sel jika anoda berupa
a. C
b. Zn
Jawab :

a) Katoda Au & Anoda C


Reaksi

katoda(Red) : 2Cu2+ + 4e- → 2Cu Eo= +0,337 V

anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V

Rx total : 2Cu2+ + 2H2O →2Cu + 4H+ + 2O2 Eo = -0,892 V

katoda(Red) : 2Au2+ + 4e- → 2Au Eo = +1,52 V

anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V

Rx total : 2Au2+ + 2H2O →2Au + 4H+ + 2O2 Eo = +0.291 V

b) Katoda Au & Anoda Zn

Reaksi
katoda(Red) : Cu2+ + 2e- → Cu Eo = +0,337
anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+ Eo = +1,097 V

katoda(Red) : Zn2+ + 2e- → Zn Eo =- 0,76 V


anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Zn2+ + Zn →Zn + Zn2+ Eo = 0 V

4. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan tegangan5 v dann hambatan


dalam 1,5 ohm, hambatan luar 2 ohm berupa endapan Cu
Jawab :
Diketahui,
e = 65,3 : 2 = 32,65

V = 5V

R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V : 3,5𝝮 = 1,43
Ditanya, Massa Cu setelah elektrolisis selama
(g) 40 menit = 2400 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚

(h) 5 jam = 1800 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

Achmad Fadhurohman

24030118130135

5. Sebutkan perbedaan elektrolisis dan sel volta


Jawab :

Sel elektrolisis : Sel volta :


 Reaksi tidak berjalan spontan  Reaksi berjalan spontan
 Membutuhkan energy listrik  Menghasilkan energy listrik
untuk memaksa terjadinya  Anoda bermuatan negatif
reaksi karena oksidasi pada anoda
 Anoda bermuatan positif krn merupakan sumber elektron
menarik anion dari larutan sel
 Katoda bermuatan negative  Katoda bermuatan positif
karena menarik electron dari
anoda untuk proses reduksi

6. Jelaskan mengapa dalam elektrolisis reaksi berjalan tidak spontan sedangkan pada
sel volta berlangsung spontan
Jawab :

Karena pada selelektrolisisnilai Esel<0 maka reaksi tidak berjalan spontan,


sedangkan
Pada sel volta nilai Esel>0 maka reaksi berjalan spontan.
7. Reaksi elektrolisis campuran CuSO4 dan ZnSO4 menggunakan katoda Au, reaksi
sel jika anodanya: (a) karbon (b) Zn
Jawab :
(c) Katoda Au & Anoda C
Reaksi
katoda(Red) : 2Cu2+ + 4e- → 2Cu Eo= +0,337 V
anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V
Rx total : 2Cu2+ + 2H2O →2Cu + 4H+ + 2O2 Eo = -0,892 V

katoda(Red) : 2Zn2+ + 4e- → 2Zn Eo =-0.76 V


anoda(Oks) : 2H2O → 4H+ + 2O2 +4e Eo = -1,229 V
Rx total : 2Au2+ + 2H2O →2Au + 4H+ + 2O2 Eo = -1,989 V

(d) Katoda Au & Anoda Zn


Reaksi
katoda(Red) : Cu2+ + 2e- → Cu Eo = +0,337 V
anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Cu2+ + Zn → Cu + Zn2+ Eo = +1,097 V

katoda(Red) : Zn2+ + 2e- → Zn Eo =- 0,76 V


anoda(Oks) : Zn → Zn2+ + 2e- Eo = + 0,76 V
Rx total : Zn2+ + Zn →Zn + Zn2+ Eo = 0 V

8. Elektrolisis larutan CuSO4 dengan tegangan 5V dan hambatan dalam 1,5𝝮,


hambatan luar 2𝝮 berapa endapan Cu yang dihasilkan bila elektrolisis dilakukan
dalam (a) 40 menit (b) 5 jam.
Jawab :
e = 65,3 : 2 = 32,65
V = 5V
R = 1,5𝝮+2𝝮 = 3,5𝝮
I = V/R = 5V : 3,5𝝮 = 1,43 A

Massa Cu setelah elektrolisis selama


(i) 40 menit = 2400 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 2400
𝑚=
96500
𝑚 = 1,161 𝑔𝑟𝑎𝑚

(j) 5 jam = 18000 detik

𝑒𝑥𝑖𝑥𝑡
m=
96500
32,65 𝑥 1,43 𝑥 18000
𝑚=
96500
𝑚 = 8,71 𝑔𝑟𝑎𝑚

Anda mungkin juga menyukai