Jurnal Jejaring PDF
Jurnal Jejaring PDF
Oleh
Sri Suwitri
ABSTRAKSI
Policy networks dalam perumusan kebijakan penanggulangan banjir dan rob di Kota
Semarang adalah sebuah subsistem yang terbentuk dari interaksi aktor Tim Subsistem,
LSM, media massa, Kedungsepur, Bappeda dan DPU Kota Semarang, serta Dinas
Kimtaru Propinsi Jawa Tengah. Aktor tersebut berkoalisi advokasi membentuk Pluralistic
networkl dalam Tim Subsistem sedang lainnya bureaucratic network. Core belief masing-
masing koalisi advokasi menyebabkan kuatnya konflik antar koalisi advokasi. Dipicu oleh
stimulasi dari LSM Peduli Banjir Dan Lingkungan Kota Semarang dan media massa,
konflik antar koalisi advokasi mendorong pembentukan opini elit dan menampilkan
Bappeda Kota Semarang sebagai aktor penengah dengan menyusun masterplan drainase
hasil penggabungan koalisi advokasi yang berkonflik, dan mempersiapkan masterplan
drainase tersebut untuk menjadi peraturan daerah. Jejaring kebijakan vertikal yang
dihasilkan oleh konflik koalisi, menyebabkan terjadinya refraksi tujuan, sehingga tujuan
kebijakan penanggulangan banjir dan rob Kota Semarang terklasifikasi ke dalam refraksi
tujuan area penyempitan, area pelebaran dan area lepasan. Diusulkan penggunaan
jejaring kebijakan lingkaran bagi tercapainya tujuan kebijakan dan kepentingan publik.
ABSTRACT
Policy network in policy formulation of overcoming floods and rob in Semarang city is a
subsystem is formed by actors interaction of Team Subsistem, LSM, mass media,
Kedungsepur, Bappeda and DPU Semarang city and also on Duty Kimtaru Province
Central Java. The actors have advocation coalition to form Pluralistic network in Team
Subsistem and bureaucratic network in the others. Belief Core of each coalition advocation
cause the strength of conflict between coalition advocation. Triggered by LSM Care Floods
And Environment of Semarang City and mass media, conflict between coalition advocation
push forming of elite opinion and present Bappeda of Semarang city as a mediator actor
compiled drainage masterplan result of merger of coalition advocation which is have
conflict, and draw up the drainage masterplan to become by law. Vertical Policy network
which yielded by coalition advocation conflict, causing the refraction of target, so the target
of policy of overcoming floods and rob in Semarang city classification into refraction target
of stricture area, enlargement area and free area. Proposed by usage of circle policy
network for the reaching of policy target and interest public.
atas pandangan yang sama terhadap yang terlibat dalam jejaring kebijakan
sifat alami kemanusiaan dan beberapa akan semakin memperbesar koalisi baik
kondisi yang diinginkan manusia. Koalisi secara kualitas maupun kuantitas.
berlandaskan sistem kepercayaan ini Semakin banyak tumbuh koalisi tidak
sangat stabil persatuannya sulit dirubah; menjamin kemudahan perumusan
3) External factors meliputi uang, kebijakan bahkan dapat mengancam
keahlian, jumlah pendukung, legal proses perumusan kebijakan. Koalisi
otoritas, pendapat umum, teknologi, ‘tidak terkendali’, besar kemungkinan
tingkat inflasi, nilai-nilai budaya . Sistem terjadi dalam arena kebijakan. Koalisi ini
kepercayaan yang terbentuk dari faktor- terbentuk dalam rangka mewujudkan
faktor eksternal relatif mudah berubah. opini elit. Kondisi ini hanya dapat teratasi
Koalisi advokasi adalah jenis dengan kemunculan sang penengah
jejaring kebijakan, merupakan hybrid (policy brokers).
model subsistem kebijakan dalam Penelitian tentang aktor kebijakan
kerangka policy network. Koalisi dalam jejaring kebijakan publik antara
advokasi dapat muncul pada semua level lain dilakukan Cobb dan Elder (1972:85
kebijakan, baik tingkat nasional, sub- dalam Parsons, 1997:127) yang
nasional dan lokal. Jejaring kebijakan menemukan bahwa aktor kebijakan
dalam suatu subsistem kebijakan dapat adalah komunitas kebijakan yang terdiri
dipelajari melalui koalisi dari aktor-aktor dari pemerintah, sekelompok publik yang
jejaring kebijakan. Hal ini disebabkan berpartisipasi di bawah inisiator atau
subsistem kebijakan merupakan jejaring peminpin opini dengan tekanan media
kebijakan yang terdiri dari sejumlah massa. Jejaring kebijakan adalah suatu
koalisi-koalisi advokasi yang dapat hubungan yang terbentuk akibat koalisi
dibedakan satu sama lain berdasarkan diantara aktor pemerintah, masyarakat
keyakinan dan sumberdaya yang mereka termasuk privat. (Waarden, 1992 : 29-52
miliki. (Parsons, 2005: 198). Penetapan dalam Howlett dan Ramesh,1995 :130).
agenda dan tahap lainnya dalam proses Aktor kebijakan sering juga disebut
kebijakan didominasi oleh opini elit. sebagai stakeholders. Management
Dampak dari opini publik paling-paling Stakeholders adalah suatu pendekatan
hanya bersifat modest. (Sabatier, terhadap stakeholders dengan
1991:148;!993: 30 dalam Parsons, 2000 : menyesuaikan kondisi stakeholders,
199) Semakin banyak kepentingan aktor yaitu :1) Rekan Kerja (Partner) 2)
6
Semarang meliputi unit pokok yaitu pengaruh dan tak ada pengaruh dari
Badan eksekutif, legislatif, Lembaga proposisi sebab akibat.(Yin, 2004: 140)
Kemasyarakatan,Non Government Suatu desain studi kasus
Organization (NGO), Lingkungan diharapkan mengetengahkan pernyataan
Masyarakat, sumber pendanaan, logis, karena itu perlu ditetapkan kualitas
Pemerintah Daerah, Kelompok desain melalui uji logika pula. Kidder
Kepentingan. Unit menengah terdiri (1981) dalam Yin (2004: 38)
Bappeda, DPUK, Infokom, menyarankan empat (4) uji kualitas
Kesbanglinmas, Perijinan, Setda, DPRD desain penelitian studi kasus: 1) Validitas
Kota Semarang, RT, RW, LPMK, LSM konstruk, 2) Validitas eksternal, 3)
Peduli Banjir Dan Rob Kota Semarang, Validitas internal, 4) Reliabilitas.
KIM, FIM, bagian perekonomian, 3.5. Pengumpulan Data
kecamatan, kelurahan, pemerintah Teknik pengumpulan data yang
daerah lain yang terkait atau digunakan dalam penelitian ini, yaitu
Kedungsepur (Kendal, Demak, Ungaran, teknik wawancara mendalam, Focus
Salatiga, Semarang, Purwodadi ), DP2K, Group Discussion, observasi dan studi
perguruan tinggi/kelompok ahli, swasta, dokumentasi. Dengan ketiga teknik
media massa, dan unit terkecil tersebut diperoleh data yang holistic dan
perorangan yaitu pimpinan, pegawai dan integrative tentang jejaring kebijakan
anggota. dalam perumusan kebijakan
Setelah data terkumpul, dilakukan penanggulangan banjir dan rob di Kota
tahap ke empat dan ke lima yaitu Semarang.
pengaitan data terhadap proposisi dan 3.6 Analisis Data
interpretasinya. Campbell (1975) dalam Setelah data terkumpul, dilakukan
Yin (2004: 35) menggambarkan pengaitan data terhadap proposisi dan
interpretasi data studi kasus dengan cara interpretasinya melalui langkah: 1) open
penjodohan pola, yaitu mendiskripsikan coding, 2) axial coding, 3) selective
dua pola potensial dan menunjukkan coding.
bahwa data tersebut berkesesuaian satu 3.7. Keabsahan Data
sama lain secara seimbang, dapat pula Keabsahan data dalam penelitian
dua pola potensial muncul sebagai kualitatif harus memenuhi beberapa
proposisi saingan, sehingga muncul ada persyaratan sehingga dapat dipandang
sebagai penelitian ilmiah dan memiliki
10
dengan kenaikan suhu bumi (global terjadinya perubahan land cover yang
warming, GW). Penanganan banjir juga memperbesar aliran permukaan (surface
dipengaruhi oleh kerjasama dalam run off) baik di daerah hilir maupun hulu
pembangunan antar daerah terutama di sungai mengakibatkan semakin besarnya
daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) debit banjir. Dibutuhkan pengelolaan
dan hilir. drainase kota secara terpadu mencakup
Di Wilayah Kota Semarang wilayah hulu dan hilir, menjaga
mengalir beberapa sungai yang keseimbangan Kota Atas dan Kota
tergolong besar seperti yaitu Kali Besole, Bawah, untuk mengatasi permasalahan
Kali Beringin, Kali Silandak, Kali banjir dan rob di Kota Semarang.
Siangker, Kali Kreo, Kali Kriopik, Kali
Garang, Kali Candi, Kali Bajak, Kali Saat ini penanganan drainase di
limpasan debit air dari sungai yang Sistem Drainase Semarang Barat,
banjir pada musim penghujan, kondisi ini Sistem Drainase Semarang Timur.
namun nampaknya akan berjalan lancar banjir dan rob untuk merekrut aktor
dengan dukungan dari legislatif, dengan cara Inform, yaitu sosialisasi
Perumusan kebijakan untuk menumbuhkan kesadaran
penanggulangan banjir dan rob Kota masyarakat untuk ikut serta dalam
Semarang adalah subsistem kebijakan. pengendalian banjir dan rob Kota
Sebagai subsistem kebijakan, Semarang. Aktor primer dalam subsistem
perumusan kebijakan melibatkan aktor- Dinas Pekerjaan Umum Kota Semarang
aktor yang berinteraksi dan adalah DPUK Semarang. Sebagai aktor
berinterdependensi karena sistem nilai. primer bersama dengan Walikota, ketika
bekerjasama dengan Pemerintah Pusat
4.2.2. Aktor Kebijakan dalam bentuk pendanaan APBN dalam
Aktor dalam Tim Subsistem adalah
optimalisasi Kali Tenggang. DPU Kota
Tim Pengarah dan Tim Teknis
Semarang bersama dengan SUDMP
pengendalian banjir dan rob Kota
yang didanai IBRD Loan menyusun
Semarang. Tim terdiri atas aktor resmi
konsep penanganan banjir dan rob Kota
dari Pemerintah seperti Bappeda, DTKP,
Semarang. Disamping itu DPU Kota
dan DPU. Aktor tidak resmi berasal dari
Semarang juga menyusun program
berbagai perguruan tinggi dan
pembangunan DED Polder dengan
masyarakat. Aktor primer Pemerintah
Pemerintah Belanda dan program
Kota Semarang adalah organisasi
pembangunan Waduk Jatibarang dengan
Kecamatan, Kelurahan, Dinas-dinas
Pemerintah Jepang. Dalam kerjasama-
terkait serta LPMK. Aktor primer ini
kerjasama ini DPU Kota Semarang
direkrut dengan cara Partner yaitu
berperan sebagai aktor sekunder. Aktor
melalui forum pertemuan dengan
kwarter tidak dilibatkan.secara aktif dan
Walikota Ketua-ketua LPMK se kota
langsung yaitu masyarakat, para pakar
Semarang diajak duduk dalam Tim
pengairan, peneliti dan LSM yang peduli
Subsistem. Aktor sekunder yaitu para
pada banjir dan rob serta lingkungan di
pakar pengairan dari LSM, organisasi
Kota Semarang.
riset dan perguruan tinggi, direkrut
Subsistem Dinas Kimtaru Jawa
dengan cara Consult, diajak berdialog
Tengah mempunyai aktor Dinas Kimtaru
dan berkonsultasi dan didudukan dalam
dan Gubernur Jawa Tengah sebagai
keanggotaan Tim Subsistem. Aktor
aktor primer pengendalian banjir dan rob
tersier, yaitu masyarakat yang terkena
Kota Semarang melalui penyusunan
14
masterplan dan DED Drainase Kawasan aktor dalam subsistem. Perbedaan posisi
Bandara Achmad Yani Semarang. Aktor struktural sebagai aktor primer,
sekunder adalah Pemerintah Kota sekunder, tersier ataupun kwarter
Semarang dengan legislatif Propinsi mendorong kuat lemahnya interaksi.
Jawa Tengah yang menyetujui Perbedaan posisi struktural ditentukan
penggunaan APBD Propinsi Jawa oleh diikutkan atau tidak dalam
Tengah. Aktor tersier adalah PT. Indra organisasi quango. Cluster belum
Karya. mendapat posisi struktural sehingga
Aktor primer subsistem Bappeda interaksi dilaksanakan sebagai pemicu.
Kota Semarang sebagai peran penengah Jejaring kebijakan membutuhkan
adalah dari Bappeda Kota Semarang aktor. Ketergantungan Pemerintah Kota
dengan Dinas-dinas terkait di Kota Semarang pada masyarakat yang peduli
Semarang serta Propinsi Jawa Tengah. penanggulangan banjir dan rob
Merekrut aktor dengan cara Partner menjelaskan alasan Pemerintah Kota
melalui pengangkatan dalam Tim Semarang melibatkan masyarakat yang
Masterplan Drainase Kota Semarang. tergabung dalam LPMK, FIM dan KIM,
Aktor sekunder yaitu Ketua-ketua LPMK peneliti yang tergabung dalam DP2K,
se kota Semarang, pakar pengairan dari pakar pengairan, LSM dan media massa
LSM, organisasi riset dan perguruan dalam Tim Subsistem dengan cara
tinggi yang tidak diajak duduk dalam Tim Partner yaitu mendudukkan setara
Masterplan Drainase dan direkrut dengan sebagai rekan kerja. Teori Prospek
cara Consult melalui forum pertemuan menjelaskan bagaimana masyarakat
Seminar I, II dan Focus Group yang tergabung dalam LPMK, FIM dan
Discussion tahap I, II. Aktor tersier yaitu KIM, peneliti yang tergabung dalam
masyarakat yang terkena banjir dan rob. DP2K, pakar pengairan, LSM dan media
Informasi kepada masyarakat dilakukan massa bersedia menjadi Tim Subsistem
dalam forum pertemuan Seminar I, II dan karena merasa diuntungkan dengan
Focus Group Discussion tahap I, II semangat dan kebanggaan sebagai
melalui perwakilannya yaitu Kelurahan, warga terpilih untuk menanggulangi
Kecamatan dan LPMK. Dalam forum banjir dan rob Kota Semarang. Teori
tersebut dapat muncul aktor kwarter. Ketergantungan Sumberdaya dan teori
Perbedaan posisi struktural dan Prospek dalam jejaring kebijakan
institusi mendorong perbedaan interaksi penanggulangan banjir dan rob Kota
15
Semarang memberikan gambaran, yaitu Belanda. Core belief pada tiap aktor
Pemerintah Kota Semarang tidak berada berupa nilai kepentingan individu dan
dalam kondisi terancam sehingga lembaga dimiliki DPU Kota Semarang
menggunakan strategi menghindari saat menyusun DED Kali Tenggang.
banyaknya koalisi advokasi untuk DPUK dengan sumber pendanaan
menghindari resiko konflik, dan membentuk koalisi advokasi. Core belief
mendorong pembentukan opini elit pada tiap aktor lembaga bantuan luar
diantara subsistem-subsistem kebijakan negeri merupakan nilai profesional, untuk
penanggulangan banjir dan rob Kota mempertahankan masterplan drainase
Semarang. mereka sebagai alternatif terpilih.
Kekuasaan, peran dan ambisi tiap-tiap
4.2.3. Sistem Nilai lembaga keuangan untuk menyusun
Common belief berupa persepsi
masterplan yang tidak berkaitan dengan
yang sama tentang masalah publik yang
masterplan drainase keenam koalisi
sangat dibutuhkan masyarakat yaitu
advokasi yang lain. Nilai kepercayaan ini
penanggulangan banjir dan rob di Kota
mencerminkan kekuasaan dan ego
Semarang, merupakan sistim
kelembagaan. External factor atau
kepercayaan yang tumbuh pada setiap
secondary belief berupa uang
aktor kebijakan. Koalisi advokasi tim
mendorong ego kelembagaan,
Subsistem memunculkan sistim
kekuasaan, peran dan ambisi yang
kepercayaan core belief berupa peran
menyebabkan tersusunnya sejumlah 7
dan ambisi yaitu kebanggaan dari aktor
(tujuh) masterplan drainase dan besar
tidak resmi dari kalangan masyarakat,
kemungkinan akan muncul subsistem
peneliti, pengusaha dan pakar pengairan,
kebijakan dan koalisi advokasi
diikutsertakan dalam tim Subsistem dan
masterplan drainase yang baru.
mempertahankan masterplan drainase
Core belief dari Gubernur dan
yang ada dengan peningkatan fungsinya.
Dinas kimtaru Propinsi Jawa Tengah
Subsistem DPU Kota Semarang
untuk mengendalikan banjir dan rob di
terdiri aktor resmi dari DPU dan Dinas
Kawasan bandara Ahmad Yani
Kimtaru Propinsi Jawa tengah serta aktor
Semarang berlatar belakang perubahan
tidak resmi dari lembaga-lembaga
status bandara dari domestik menjadi
bantuan luar negeri yaitu, Bank Dunia,
internasional. Kekuasaan
JICA dan JBIC serta Water Board dari
mempertahankan posisi Gubernur, peran
16
dan ambisi untuk nilai kepentingan publik Core belief berupa sistem
citra positip kepariwisataan Jawa Tengah kepentingan politik muncul dalam
yang mendorong investasi. Aktor tidak persetujuan kebijakan oleh legislatif.
resmi adalah Asosiasi Perusahaan Core belief berupa kepentingan politik
Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) dimiliki Walikota dan Partai Demokrat
Jawa Tengah, Perhimpunan Hotel dan pada periode jabatan kedua dan Partai
Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Tengah Demokrasi Indonesia Perjuangan pada
dan Organda, kesemuanya periode jabatan pertama. Core belief
berdasarkan core belief nilai profesional. kepentingan di tingkat Jawa Tengah
Lingkungan berupa dorongan dunia dimiliki Gubernur Propinsi Jawa Tengah,
usaha regional, nasional maupun dan Golongan Karya pada jabatan
internasional untuk mengembangkan periode pertama, Partai Demokrasi
perdagangan dan pariwisata, juga Indonesia Perjuangan pada jabatan
menjadi sistem kepercayaan eksternal periode kedua. Pejabat politik dan partai
yang menumbuhkan jejaring kebijakan saling berinteraksi agar opini elit menjadi
publik pengendalian banjir dan rob di keputusan politik aktor peran penengah.
Kawasan bandara Ahmad Yani.
Aktor penengah Bappeda dalam 4.3. Analisis Hasil Penelitian
4.3.1. Jejaring Kebijakan Koalisi
menyusun masterplan drainase hanya
Advokasi dalam Perumusan
terdiri aktor resmi. Core belief pada tiap Kebijakan Pengendalian Banjir
dan Rob Kota Semarang
aktor berupa nilai kepentingan individu
dan lembaga bahwa secara ex officio Koalisi advokasi aktor terbentuk
mereka harus memperjuangkan peran dari konflik :
dan ambisi agar draft masterplan a. Konflik Mekanisme Perumusan
drainase menjadi sumber hukum Kebijakan
berbagai kebijakan yang berkaitan Tim Subsistem merupakan
dengan drainase. Kekuasaan sebagai koalisi advokasi quango yang
External factor atau secondary belief terbentuk dari konflik mekanisme
diwujudkan dalam ego kelembagaan perumusan kebijakan pengendalian
yang menyertakan aktor tidak resmi banjir dan rob yang sesuai pola
hanya dalam seminar dan focus group perencanaan musrenbangkel
discussion I dan II. RPJMD di Kota Semarang
sedangkan yang belum
17
Bagan 1. Mekanisme perumusan masterplan drainase kebijakan pengendalian banjir dan rob Kota Semarang yang seharusnya
Kelurahan Kecamatan Daerah Aliran Subsistem Sistem Drainase Master Plan Sistem
Sungai (DAS) Drainase Drainase
30
Waduk
Tim
Subsistem
Kedungsepur
Pemda
Polder Terkait LSM