lepas atau alami dan mencegah keruntuhan tanah yang miring atau lereng yang kemantapannya
tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri. Tanah yang tertahan memberikan dorongan
secara aktif pada struktur dinding sehingga struktur cenderung akan terguling atau akan
tergeser.
Dinding Penahan Tanah berfungsi untuk menyokong tanah serta mencegahnya dari
bahaya kelongsoran. Baik akibat beban air hujan, berat tanah itu sendiri maupun akibat beban
yang bekerja di atasnya.
Dalam proyek Rumah Susun Stasiun Tanjung Barat ini memakai dinding penahan tanah
tipe kantilever (Cantilever Retaining Wall). Dinding ini terdiri dari kombinasi dinding dengan
beton bertulang yang berbentuk huruf T. Ketebalan dari dua bagian relatif tipis dan secara
penuh diberi tulangan untuk menahan momen dan gaya lintang yang bekerja pada dinding
tersebut. Stabilitas konstruksinya diperoleh dari berat sendiri dinding penahan tanah diatas
tumit tapak (hell). Terdapat 3 bagian struktur yang berfungsi sebagai kantilever, yaitu bagian
dinding vertikal (steem), tumit tapak dan ujung kaki tapak (toe). Biasanya ketinggian dinding
ini tidak lebih dari 6 – 7 meter.
Lingkup Pekerjaan
1. Uji lapangan dengan melakukan pengeboran teknik pada 5 lokasi dengan kedalaman
pemboran 40m yang disertai uji SPT setiap interval 2m dan pengambilan sample. Uji
Sondir dilaksanakan pada 14 titik lokasi pengujian. (Lokasi pengujian terlampir)
2. Uji laboratorium dilakukan pada sample – sample yang meliputi:
a. Index Properties
b. Atterberg Limits
c. Analisa Saringan Butir
d. Kuat Geser Tanah
e. Uji Konsolidasi
Uji Lapangan
Uji Laboratorium
Jenis Pengujian Standar Tujuan
Water Content ASTM D-2216 Mengetahui kondisi
kelembapan contoh tanah
asli.
Specific Gravity, Gs ASTM D-854 Mengetahui berat 2lastic2
contoh tanah terhadap berat
air.
Unit Weight, ASTM C-29 Mengetahui berat per satuan
volume.
Grain Size Distribution ASTM D-422 Mengetahui ukuran dan
ASTM D-1140
susunan butir tanah.
Atterberg Limits, (LL / PL) ASTM D-4318 Mengklasifikasikan tanah
berdasarkan sifat batas cair
dan 2lastic dan
mengevaluasi konsistensi
tanah.
Strengh Test: UCT, TX-UU, ASTM D-2166 Mendapatkan sudut
TX-CU ASTM D-2850
perlawanan geser dalam dan
ASTM D-4767
kohesi tanah.
Consolidation Test ASTM D-2435 Mengetahui sifat dan
perilaku pemampatan tanah
di bawah tegangan kerja.
Tabel 4. Uji Laboratorium
Perkiraan Profil
1. Berdasarkan Uji Sondir:
Uji sondir dilaksanakan pada 14 titik lokasi dan dibagi atas 2 grup berdasarkan
kedalaman akhir pengujian sondir menggunakan alat dengan kapasitas 2,5 ton.
Berdasarkan hasil uji sondir yang ada, uji sondir terhenti pada kedalaman antara 17,8m
– 25m. Uji terhenti karena tidak dapat menembus lapisan lensa pasir kelanauan sangat
padat atau lanau dengan konsistensi sangat teguh hingga keras dan pengujian sondir
yang dihentikan pada kedalaman 25m dikarenakan kelangsingan rod.
Gambar 4. Profil Qc vs Kedalaman
(Sumber: Data Proyek)
Pada grup A, hasil uji sondir terhenti pada kedalaman 18m – 20m. Terlihat bahwa nilai
Qc sondir dari permukaan hingga kedalaman antara 17m – 19m berkisar antara 5 – 30
kg/cm², dimana dijumpai pula adanya nilai Qc mencapai 50 kg/cm². Hingga akhir
pengujian nilai Qc sondir meningkat sehingga tercapai kapasitas maksimum alat (Qc >
250 kg/cm²).
Pada grup B, hasil uji sondir terhenti pada kedalaman 25m. Terlihat bahwa nilai Qc
sondir dari permukaan hingga kedalaman antara18m – 19m berkisar antara 5 – 30
kg/cm², dimana dijumpai pula adanya nilai Qc mencapai 60 kg/cm². Hingga akhir
pengujian nilai Qc sondir meningkat berkisar 25 – 115 kg/cm², namun dijumpai pada
titik S-10 nilai Qc mencapai 150 kg/cm² dan pada titik S-7 mencapai kapasitas
maksimum alat 250 kg/cm².
2. Berdasarkan Pemboran dan Uji SPT
Pemboran dilakukan menggunakan metode pemboran kering dengan sistem coring,
disertai pengujian STP. Pemboran teknik dilakukan pada 5 titik lokasi dan dibagi atas
2 grup berdasarkan area pengujian dan kedalaman lensa pasir sangat padat.
Perhitungan.
H Jenis Tanah W d ’ sat c Gs e
M % t/m³ t/m³ t/m³ t/m²
4.5-5 Lanau 53 1.05 0.669 1.669 0.87 2 2.74 1.6
Kelempungan
8.5-9 Lanau 64 0.9 0.577 1.577 0.43 9 2.73 2
Kelempungan
18.5-19 Lanau 72 0.84 0.577 1.577 0.29 4 2.75 2.14
Kelempungan
26.5-27 Lanau 67 0.9 0.568 1.568 0.17 7 2.72 2.03
Kelempungan
0-27 Average 64 0.9225 0.59775 1.59775 0.44 5.5 2.735 1.9425
′ = 𝑠𝑎𝑡 − 𝑤
i. ′ = 1.669 − 1 = 0.669
ii. ′ = 1.557 − 1 = 0.557
iii. ′ = 1.557 − 1 = 0.557
iv. ′ = 1.568 − 1 = 0.568
H Jenis W d ’ sat c Gs e
(m) Tanah (%) (t/m³) (t/m³) (t/m³) (t/m²)
0-27 Average 64 0.9225 0.59775 1.59775 0.44 5.5 2.735 1.9425
𝐾𝑝 = 𝑡𝑎𝑛²(45 + 5.5⁄2)
𝐾𝑝 = 1.212
𝐾𝑎 = 𝑡𝑎𝑛²(45 − 5.5⁄2)
𝐾𝑎 = 0.825
Hitung 𝜎𝑣
𝜎𝑣 = 𝜎0 + ’ × h
𝜎𝑣 = 𝑞 + ’ × h
𝜎𝑣 = 1.5 + (0.59775 × 0)
𝜎𝑣 = 1.5 𝑡/𝑚²
i. Tanah Aktif
Titik 𝜎𝑣 ′ (𝑡/𝑚²) Total (𝑡/𝑚²)
1 1.5 1.5
2 1.5 + (0.59775 × 10) 7.4775
3 7.4775 + (0.59775 × 0) 7.4775
4 7.4775 + (𝐷0 × 0.59775) 7.4775 + 0.59775𝐷
ii. Tanah Pasif
Titik 𝜎𝑣 ′ (𝑡/𝑚²) Total (𝑡/𝑚²)
1 0 0
2 0.59775 × (20 + 𝐷) 11.955 + 0.59775𝐷
Menghitung Tegangan Horizontal
𝜎ℎ = 𝜎 × 𝐾𝑎 − 2𝑐√𝐾𝑎
𝜎ℎ = 𝜎𝑣1 × 𝐾𝑎 − 2𝑐√𝐾𝑎
𝜎ℎ = 𝜎 × 0.825 − 2(0.44)√0.825
𝜎ℎ = 𝑡/𝑚²
i. Tanah Aktif
Titik 𝑡 Total (t/m²)
𝜎ℎ′ ( )
𝑚2
1 (1.5 × 0.825) − (2 × 0.44 × √0.825) 0.438
𝐷1 = −7.528
𝐷2 = −4.0.43
𝐷3 = 10.043 (memenuhi)
𝐻 = 20 + 10 = 30 𝑚
𝐻𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 30 + 7 = 37 𝑚
Maka, didapatkan
−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥=
2𝑎
𝑥1 = 11.676
𝑥2 = −11.676
Maka,
= −1210.739 𝑡𝑚
= 1210.739 𝑡𝑚