SKRIPSI
OLEH :
KATA PENGANTAR
dengan berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan
judul “Studi Pelindian Bijih Nikel Laterit Kadar Rendah Menggunakan Metode
Atmospheric Acid Leaching dalam Media Asam Klorida (HCl)” sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Universitas Halu Oleo. Penulis berharap,
semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
Selama penulisan tugas akhir ini, penulis menghadapi beberapa kendala dan
tantanga. Namun berkat rahmat dan karunia-Nya, tekad dan kemauan yang gigih
serta dukungan dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan.
Melalui tugas akhir ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih tak
terhingga yang tetap tidak bisa dibandingkan dengan pengorbanan serta kerja keras
kedua orangtua penulis selama ini. Kepada Ayahanda Mohora Sakkab dan Ibunda
Jumaryati, terimakasih atas kasih, sayang, dukungan moril maupun materil, nasehat
dan teguran serta do’a yang engkau panjatkan disetiap sujudmu kepada Allah SWT.
Muhammad Fajrin Al-Qadri dan Hamim Al-Muaddib, semoga kalian juga dapat
1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F., S.Si., M.Sc. selaku Rektor
2. Bapak Dr. Ida Usman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian.
4. Bapak Drs. Firdaus, M.Si. dan Wahab, S.Si., MT. selaku pembimbing I dan
II yang telah memberikan banyak ilmu, arahan, bimbingan dan nasehat yang
5. Bapak Deniyatno, S.Si., MT, Bapak Suryawan Asfar, ST., M.Si dan Ibu
Nining Anugrawati, ST., MT selaku tim penguji tugas akhir penulis yang
penulis.
7. Seluruh Staff dan karyawan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian yang
lainnya.
iv
8. Kak Amel dan Noval serta teman-teman Jurusan Kimia Fakultas MIPA
penelitian di laboratorium.
Nuzul, Awal, Miqdad, Ansar, Alif, Syahwil, Kiky, Exelline, Andri, Yusuf
serta yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas bantuan
dan dukungan kalian selama ini, semoga yang belum selesai dapat
dilancarkan studinya.
10. Teman, Sahabat dan Keluargaku ETERNITY : Inggit, Rusdi, Dora, Adit,
Lin, Pus, Dedi, Pity, Yayu, Sinar, Ojo serta yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, yang telah memberikan motivasi, dukungan dan do’a yang tak
kenal lelah kepada penulis. Semoga seluruh harapan dan cita-cita kita
11. Kepada seluruh pihak yang tidak tercantum Namanya, terimakasih yang
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat
kekurangan serta perkataan yang kurang berkenan, olehnya itu penulis memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan ilmu yang
Penulis
v
ABSTRAK
Ekstraksi nikel laterit menggunakan metode hidrometalurgi lebih efisien dari segi
konsumsi energi dengan lebih sedikit gas buang dibandingkan dengan metode
pirometalurgi. Sehingga nikel laterit berkadar rendah dapat diekstraksi lebih banyak
menggunakan metode hidrometalurgi. Salah satu metode hidrometalurgi dalam
mengekstraksi nikel dari bijih nikel laterit adalah Atmospheric Acid Leaching.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan persentase perolehan nikel melalui
proses leaching, menentukan variabel yang paling berpengaruh dan menentukan
kondisi optimum dalam proses leaching. Eksperimental laboratorium merupakan
metode yang digunakan dalam penelitian ini dimana dilakukan variasi pada faktor-
faktor yang berpengaruh dalam proses leaching yakni temperatur, konsentrasi asam
dan waktu. Analisis kandungan nikel hasil leaching dilakukan menggunakan
Atomic Adsorbtion Specthroscopy (AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persentase perolehan nikel terendah adalah 9,40% Ni dan tertinggi 75,76% Ni.
Perhitungan ANOVA digunakan untuk menentukan faktor paling berpengaruh.
Faktor yang paling berpengaruh dalam penelitian ini adalah temperatur (B), diikuti
konsentrasi asam (A), waktu pelindian (C), interaksi konsentrasi-temperatur (AB),
interaksi temperatur-waktu (BC), interaksi konsentrasi-waktu (AC) dan interaksi
konsentrasi-temperatur-waktu (ABC). Kondisi optimum pelindian diperoleh pada
kondisi temperatur 75°C, konsentrasi asam 2,9-3 Molar dalam waktu 69-70 menit
dengan perolehan nikel >70%.
ABSTRACT
The extraction of nickel laterite ore using hydrometallurgy are more efficient in
energy consumption and less exhaust gas than using pyrometallurgy. Therefore, the
low grade nickel laterite ore could be extracted more effectively using
hydrometallurgy. One of the hydrometallurgical method to extract nickel from its
ore is atmospheric acid leaching. The point of this research is to determine the
percentage of nickel recovery through the leaching process, determine the most
influenced factor of leaching and determine the optimum condition in leaching. The
method of laboratory experiment was chosen for this research method which the
influenced factor of leaching were variated, such as the temperature, acid
concentration and duration. Atomic adsorbtion specthroscopy was chosen to
analyze the leaching solution. The result of this research shows that the lowest
recovery of nickel leaching was 9,40% of Ni and the highest was 75,76% of Ni.
ANOVA was used to determine the most influenced factor of leaching. The most
influenced factor were temperature (B), followed by acid concentration (A),
duration (C), interaction of acid concentration-temperature (AB), interaction of
temperature-duration (BC), interaction of acid concentration-duration (AC) and
interaction of acid concentration-temperature-duration (ABC). The optimum
condition of leaching is at 75°C of temperature, 2,9-3 molar of acid concentration
in 69-70 minutes of duration which has >70% of Ni recovery.
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Endapan Nikel Laterit ....................................................................... 4
B. Pengolahan Nikel Laterit di Indonesia .............................................. 7
1. Pengolahan Nikel Laterit Melalui Jalur Pirometalurgi .............. 7
2. Pengolahan Nikel Laterit Melalui Jalur Hidrometalurgi ........... 8
3. Baku Mutu Limbah Cair Industri Pengolahan Nikel ................. 8
C. Pelindian (Leaching) Nikel Laterit ................................................... 10
1. Pelindian (Leaching) Nikel Laterit Menggunakan Larutan Asam
Klorida (HCl) .............................................................................. 12
2. Penelitian Relevan ..................................................................... 14
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................... 16
B. Jenis Penelitian .................................................................................. 16
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Baku mutu air limbah bagi industri pengolahan nikel ........................ 9
Tabel 2. Bahan penelitian dan kegunaannya ..................................................... 16
Tabel 3. Instrumen penelitian dan kegunaannya ............................................... 17
Tabel 4. Format data percobaan untuk ANOVA tiga faktor ............................. 21
Tabel 5. Tabel ANOVA 3 faktor ........................................................................ 22
Tabel 6. Rincian jadwal kegiatan penelitian ...................................................... 27
Tabel 7. Hasil analisis X-Ray Flouroscence ...................................................... 28
Tabel 8. Nikel terlindih (ppm) menggunakan analisis AAS ............................. 30
Tabel 9. Hasil analisis AAS setelah dirata-ratakan ........................................... 30
Tabel 10. Perolehan nikel terlindih (%) ............................................................ 33
Tabel 11. Perolehan nikel terlindih setelah dirata-ratakan ................................ 33
Tabel 12. Data hasil perhitungan ANOVA ....................................................... 41
Tabel 13. Persamaan regresi untuk persentase perolehan nikel ........................ 42
x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
A. Latar Belakang
Nikel adalah logam yang memiliki berbagai kegunaan dalam bidang industri
dan peralatan rumah tangga karena kemampuannya sebagai logam yang mudah
dibentuk dan sifat tahan korosinya. Bijih nikel terbagi atas dua jenis, yaitu nikel
sulfida dan nikel laterit (Mubarok dkk., 2014). Endapan bijih nikel sulfida biasanya
terdapat di belahan bumi bagian utara, sedangkan endapan bijih nikel laterit
terdapat di belahan bumi beriklim tropis (Mudd, 2009). Sekitar 70% bijih nikel di
dunia dikategorikan sebagai bijih nikel laterit (Dalvi dkk., 2004), tetapi lebih dari
60% dari pengolahan nikel saat ini menggukan bijih nikel sulfida sebagai bahan
bakunya. Oleh karena berkurangnya cadangan bijih nikel sulfida, maka industri
metalurgi mulai beralih untuk menggunakan bijih nikel laterit sebagai bahan
menggunakan proses pirometalurgi yang memerlukan energi dan biaya sangat besar
dengan kadar yang tinggi sudah dieksploitasi dan diproses melalui jalur proses
pengolahan bijih nikel kadar rendah melalui proses pirometalurgi hanya akan
menghasilkan low grade Nickel Pig Iron yang memiliki nilai jual rendah.
Peningkatan kadar Nickel Pig Iron hanya bisa dilakukan dengan cara memasukkan
bahan baku campuran bijih kadar rendah dan kadar tinggi sehingga diperoleh Nickel
1
2
Pig Iron dengan kadar lebih tinggi. Alternatif proses untuk bijih nikel kadar rendah
hidrometalurgi lebih efisien dari segi konsumsi energi dengan lebih sedikit gas
hidrometalurgi dan sirkulasi media pelindih juga lebih sederhana dibanding jalur
pirometalurgi. Sehingga nikel laterit berkadar rendah dapat diekstraksi lebih banyak
mengekstraksi nikel dari bijih nikel laterit adalah Atmospheric Acid Leaching.
Pemanfaatan proses Atmospheric Acid Leaching (AAL) ini dinilai efektif dari
sisi penghematan energi dan kemurnian produk yang dihasilkan (McDonald &
Whittington, 2008). Oleh karena itu, proses AAL ini diharapkan dapat diaplikasikan
Penelitian ini bermaksud untuk melakukan uji esktraksi nikel terhadap sampel
penelitian ini, penulis tertarik untuk melakukan pengujian terhadap beberapa faktor
dan konsentrasi asam. Proses pelindian akan dilakukan dalam media asam klorida
(HCl). Larutan asam klorida dipilih sebagai leachant karena memiliki beberapa
keuntungan, yaitu lebih mudah untuk didaur ulang dan lebih mudah untuk
lainnya.
3
B. Rumusan Masalah
dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh temperatur operasi, waktu
pelindian dan konsentrasi asam terhadap proses pelindian bijih nikel laterit ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menentukan persentase perolehan Nikel dari bijih nikel laterit melalui proses
Leaching.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat dijadikan sebagai data acuan proses pelindian bijih nikel laterit skala
industri.
ultramafik. Proses ini berlangsung selama jutaan tahun dimulai ketika batuan
batuan ini banyak mengandung mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan
besi silikat, yang pada umumnya mengandung 0,30 % nikel. Batuan tersebut sangat
Laterit terbentuk melalui proses pemecahan mineral induk yang tidak stabil
kimia ke dalam air tanah. Unsur-unsur kimia yang mudah larut dalam air tanah yang
bersifat asam, hangat dan lembab. Hal ini menyebabkan unsur-unsur yang tidak
mudah larut tersisa dan membentuk mineral baru yang stabil pada kondisi
lingkungan tersebut. Proses ini disebut dengan proses laterisasi (Shofi, 2013;
Asy’ari, 2013).
4
5
hingga 30 kali lebih banyak pada batuan induk. Proses dan karakter dari laterisasi
iklim, topografi, tektonik, jenis batuan induk dan struktur geologi. Hasil utama dari
lapisan-lapisan material yang menutupi batuan induk yang dikenal sebagai Profil
Secara vertikal, endapan nikel laterit terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan
atas (limonit), lapisan tengah (saprolit) dan batuan dasar (ultramafik). Lapisan
limonit dicirikan oleh soil laterit berwarna coklat, coklat tua, coklat kemerahan dan
mengandung oksida besi. Lapisan saprolit dicirikan oleh soil berwarna abu-abu,
berwarna hijau, hijau tua, mengandung mineral olivin, piroksen dan ada yang
saprolit berkadar nikel tinggi untuk memproduksi Ferro-Nickel (FeNi) atau Nickel
Aneka Tambang (Persero) di Pomalaa, dan Nickel matte oleh PT. Vale Indonesia
di Sorowako.
Perkembangan terbaru setelah tahun 2005, nikel laterit kadar rendah diolah
Iron). NPI di produksi di China mulai tahun 2006 untuk menjawab tingginya harga
dan permintaan nikel. NPI merupakan Ferro-Nickel yang memiliki kadar rendah
yakni berkisar 1,5-1,8% Ni. NPI juga disebut sebagai dirty nickel karena akan
menghasilkan slag yang banyak, konsumsi energi yang tinggi, polusi lingkungan
dan menghasilkan produk dengan kualaitas rendah. Produksi Ferronikel dari bijih
laterit memerlukan energi yang tinggi, karena bijih laterit atau bijih pra-reduksi
kandungan Ni < 1,5 %. Laterit kadar rendah tersebut terdiri dari limonit dan saprolit
kadar rendah. Secara komersial ada dua proses untuk mengolah laterit kadar rendah,
yaitu proses Caron (Ammonia Leaching) dan HPAL/PAL (High Presure Acid
Indonesia belum ada pabrik pengolahan laterit kadar rendah dengan jalur proses
Walaupun teknologi HPAL telah sukses di skala pilot plant untuk mengolah
berbagai jenis laterit, namun kenyataan yang terjadi adalah HPAL gagal saat
digunakan pada tiga HPAL plant generasi kedua di Australia. Tiga HPAL plant
tersebut adalah Bulong, Cawse dan Murrin-murrin. Kegagalan HPAL plant tersebut
diduga karena mengolah laterit kadar rendah dengan kandungan silika (Si02) yang
2013). Beberapa zat kimia berbahaya dan beracun yang mencemari lingkungan
antara lain logam berat, pestisida, bahan radioaktif, senyawa nitrat, nitrit dan
ammonia (Viobeth, 2013). Beberapa logam berat serta senyawa beracun yang
banyak dijumpai di dalam air limbah industri adalah khrom (Cr), Nikel (Ni), Besi
9
(Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd), Perak (Ag),
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air
limbah industri. Baku mutu tersebut mengatur batas maksimum zat-zat yang dapat
dikeluarkan oleh industri pengolahan ke badan air (sungai atau laut). Hal tersebut
Golongan
Parameter Satuan
I II
Temperatur °C 38 40
Zat Padat Terlarut (TDS) mg/L 2000 4000
Zat Padat Suspensi (TSS) mg/L 200 400
pH - 6–9 6–9
Fe mg/L 5 10
Mn mg/L 2 5
Ba mg/L 2 3
Cu mg/L 2 3
Zn mg/L 5 10
Cr6+ mg/L 0,1 0,5
Cr mg/L 0,5 1
Cd mg/L 0,05 0,1
Hg mg/L 0,002 0,005
Pb mg/L 0,1 1
As mg/L 0,1 0,5
Ni mg/L 0,2 0,5
Co mg/L 0,4 0,6
Nitrat mg/L 20 30
Nitrit mg/L 1 3
Cianida mg/L 0,05 0,5
10
Leaching adalah proses pemurnian suatu bahan yang dapat larut dari suatu
proses melarutkan satu atau lebih mineral tertentu dari suatu bijih, konsentrat atau
Proses leaching dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan hasil recovery mineral, yaitu (McDonald, 2008; Kusuma, 2012; Fan,
kinetika reaksi. Hal ini dapat dilihat dari persamaan Arrhenius. Penggunaan
b. Ukuran partikel bijih akan mempengaruhi seberapa besar luas permukaan yang
akan terkontak dengan leachant. Pada berat sampel yang sama, penurunan
ukuran partikel bijih akan menghasilkan luas permukaan total yang lebih besar.
volume asam yang digunakan. Pada umumnya, densitas pulp yang semakin
besar juga akan meningkatkan luas permukaan total dan akan meningkatkan
d. Jenis asam yang dapat digunakan dalam proses leaching dapat berupa jenis
asam inorganik (misalnya asam sulfat) maupun asam organik (misalnya asam
sitrat). Perbedaan jenis asam ini akan mempengaruhi hasil akhir proses
11
penggunaan asam organik. Selain itu, penggunaan konsentrasi asam yang lebih
terjadinya proses kompleksasi ion logam dengan ion negatif yang terkandung
dalam asam.
maka tumbukan antar molekul akan semakin besar. Akibatnya, laju proses
leaching akan meningkat dan nilai recovery mineral akan meningkat pula.
contoh, nikel laterit jenis saprolit mengandung magnesium dan aluminium yang
tinggi dibandingkan dengan jenis limonit. Apabila nikel laterit jenis saprolit
dilakukan proses leaching, maka akan dibutuhkan jumlah asam yang tinggi. Hal
ini akan menyebabkan proses leaching pada nikel laterit jenis saprolit akan tidak
efektif.
untuk mengubah fasa mineral dengan cara proses pembakaran. Sebagai contoh,
12
pada proses leaching nikel laterit jenis limonit, proses pembakaran nikel laterit
penggunaan jumlah asam. Namun dalam skala industri, proses pre-treatment ini
tidak banyak dilakukan karena biaya operasional akan meningkatkan pada saat
mineral. Hal ini dikarenakan proses kontak asam dan padatan akan semakin
terus terjadi.
(HCl)
asam inorganik, seperti asam sulfat dan asam nitrat sebagai leachant. Persamaan
reaksi kimia untuk proses leaching nikel laterit dengan menggunakan asam sulfat,
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh Astuti, dkk., (2016), Agacayak dan
menggunakan asam sulfat, asam klorida dan asam nitrat berjalan dengan baik dan
13
Penelitian mengenai pelindian bijih nikel laterit dalam media asam klorida
juga telah dilakukan oleh Ayanda dkk. (2011) dengan membandingkan hasil
ektraksi bijih nikel laterit dalam beberapa media asam. Larutan asam yang diuji
yakni asam sulfat, asam nitrat dan asam klorida. Faktor yang diperhatikan dalam
kecenderungan mengekstraksi nikel lebih besar dibanding larutan asam sulfat dan
asam nitrat.
Rice dan Strong (1974) dalam Rice (2015) memberikan gambaran umum
mengenai bagan alir pelindian bijih nikel laterit kadar rendah dalam media asam
Gambar 3. Proses Pelindian Nikel dalam Media Asam Klorida (Rice, 2015).
14
Dari bagan alir tersebut terlihat bahwa Kobalt dan Besi yang berada pada
nikel dapat diperoleh dari proses reduksi Hidrogen pada Ni(OH)2 yang sebelumnya
telah dinetralisir menggunakan MgO. Senyawa MgO yang berlebih dapat dijual
sebagai produk sampingan dan dimanfaatkan pada proses pembuatan semen. Selain
itu, Fe2O3 juga dapat dijual sebagai produk sampingan mengingat kadarnya yang
Dalam kondisi ideal, proses leaching menghasilkan dua jenis fraksi, Yakni
material tidak berharga yang telah dipisahkan dari mineral berharganya dan fraksi
lainnya adalah larutan dengan logam berharga yang digunakan untuk proses lebih
lanjut. Dalam keadaan tertentu, proses leaching juga dapat digunakan untuk
menghilangkan zat pengotor yang tidak dapat dihilangkan dari konsentrat, dalam
2. Penelitian Relevan
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Zhang dkk. (2015) yang berjudul
acid selective leaching” dan Jinhui dkk. (2018) yang berjudul “Selective leaching
pelindian.
Media”, melakukan uji pelindian nikel laterit menggunakan beberapa larutan asam,
yakni Asam Sulfat, Asam Klorida dan Asam Nitrat. Faktor-faktor yang diamati
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo selama ±2 bulan.
B. Jenis Penelitian
Laboratorium, dimana peneliti melakukan uji pelindian terhadap sampel Bijih Nikel
Laterit dalam media Asam Klorida (HCl) pada variasi konsentrasi asam, waktu
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
16
17
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tempat berlangsungnya
1. Reaktor Leher Tiga
proses Leaching
Alat pengukur
2. Termometer
temperatur
Alat pengukur
X-ray Flouroscence
7. konsentrasi unsur dalam
(XRF)
sampel bijih
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yakni sebagai berikut :
Sampel bijih nikel laterit dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Sulemandara
Sampel diambil pada cuaca cerah guna menghindari kontak sampel dengan air
hujan. Sampel yang diperoleh kemudian dilakukan preparasi sesuai dengan Standar
kandungan unsur-unsurnya.
2. Proses Pelindian
Desain reaktor pelindian dalam penelitian ini disajikan pada gambar berikut:
1
Keterangan :
3 1. Magnetic Stirrer
2
2. Lubang Pengambilan Sampel
3. Condenser
7 4. Hot Plate
5. Pengatur Suhu
4 5
6. Pengatur Kecepatan Pengaduk
6
7. Reaktor Leher Tiga
Ukuran partikel yang dikehendaki dalam proses pelindian ini yakni 200 mesh.
Setelah itu, reaktor pelindian dirangkai seperti pada Gambar 4 di atas. Proses
mencapai suhu operasi 25 °C. Setelah suhu operasi tercapai, sampel nikel laterit
yang sama dilakukan juga pada variasi konsentrasi asam 2 M dan 4 M serta variasi
suhu operasi 50°C dan 75°C. Setelah proses pelindian selesai, larutan sisa hasil
ditimbang beratnya.
Spechtroscopy (AAS). Hasil analisis dari mesin AAS ini berupa konsentrasi unsur
F. Pengolahan Data
Data analisa yang telah diperoleh dari proses analisis sampel dengan
menggunakan alat AAS diolah hingga diperoleh nilai persentase recovery nikel.
yang terukur dalam sampel cair dengan konsentrasi nikel awal yang terkandung
dalam sampel nikel laterit. Penentuan persentase recovery nikel dilakukan dengan
𝑪𝒑𝒐
𝜶= × 𝟏𝟎𝟎% (4)
𝑪𝒑
untuk menentukan kondisi optimum proses pelindian. Dalam penelitian ini, variabel
yang akan diamati yakni variasi Temperatur reaksi, Waktu Pelindian dan
Konsentrasi Asam.
Data hasil percobaan pelindian bijih nikel laterit akan disajikan dalam tabel
berikut :
Dimana :
a = banyaknya variabel A
b = banyaknya variabel B
c = banyaknya Variabel C
n = banyaknya replikasi Variabel A, B dan C
𝟏 (∑ 𝒚… )𝟐
SSA = ∑𝐚𝐢=𝟏 𝐲𝐢..𝟐 − (5)
𝐛𝐜𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
𝟏 (∑ 𝒚… )𝟐
SSB = ∑𝐛𝐢=𝟏 𝐲𝐣..𝟐 − (6)
𝐚𝐜𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
𝟏 𝟐 (∑ 𝒚… )𝟐
SSC = ∑𝐜𝐢=𝟏 𝐲𝐤.. − (7)
𝐚𝐛𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
𝟏 (∑ 𝒚… )𝟐
SSAB = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝐛𝐢=𝟏 𝐲𝐢𝐣..
𝟐
− − 𝐒𝐒𝐀 − 𝐒𝐒𝐁 (8)
𝐜𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
𝟏 𝟐 (∑ 𝒚… )𝟐
SSAC = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝐜𝐢=𝟏 𝐲𝐢𝐤.. − − 𝐒𝐒𝐀 − 𝐒𝐒𝐂 (9)
𝐛𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
𝟏 𝟐 (∑ 𝒚… )𝟐
SSBC = ∑𝐛𝐢=𝟏 ∑𝐜𝐢=𝟏 𝐲𝐣𝐤.. − − 𝐒𝐒𝐁 − 𝐒𝐒𝐂 (10)
𝐚𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
𝟏 (∑ 𝒚…)𝟐
SSABC = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝒃𝒋=𝟏 ∑𝒄𝒌=𝟏 𝐲𝐢𝐣𝐤
𝟐
− − 𝐒𝐒𝐀 − 𝐒𝐒𝐁 − 𝑺𝑺𝑪 − 𝑺𝑺𝑨𝑩 −
𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
SSE = 𝐒𝐒𝐓 − (𝐒𝐒𝐀 + 𝐒𝐒𝐁 + 𝐒𝐒𝐂 + 𝑺𝑺𝑨𝑩 + 𝑺𝑺𝑨𝑪 + 𝑺𝑺𝑩𝑪 + 𝑺𝑺𝑨𝑩𝑪 ) (12)
𝟐
(∑ 𝒚… )
SST = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝐛𝐣=𝟏 ∑𝐜𝐤=𝟏 ∑𝒏𝒍=𝟏 𝐲𝐢𝐣𝐤𝐥
𝟐
− (13)
𝐚𝐛𝐜𝐧
𝑺𝑺
𝑨
MSA = (𝒂−𝟏) (14)
𝑺𝑺
𝑩
MSB = (𝒃−𝟏) (15)
𝑺𝑺
𝑪
MSC = (𝒄−𝟏) (16)
𝑨𝑩 𝑺𝑺
MSAB = (𝒂−𝟏)(𝒃−𝟏) (17)
𝑨𝑪 𝑺𝑺
MSAC = (𝒂−𝟏)(𝒄−𝟏) (18)
𝑩𝑪 𝑺𝑺
MSBC = (𝒃−𝟏)(𝒄−𝟏) (19)
𝑨𝑩𝑪 𝑺𝑺
MSABC = (𝒂−𝟏)(𝒃−𝟏)(𝒄−𝟏) (20)
24
𝑺𝑺𝑬
MSE = (𝒂𝒃𝒄)(𝒏−𝟏) (21)
juga dapat dilakukan dengan bantuan aplikasi Minitab 17. Hasil perhitungan
dilakukan dengan mengurutkan besarnya selisih F0 dengan Ftabel atau F(α,v1,v2). Nilai
α pada Ftabel biasanya ditentukan yakni sebesar 0,05 (5%). Nilai v1 (Horizontal)
merupakan nilai derajat bebas dari Variabel (A, B, C, AB, AC, BC, ABC),
Mulai
Diulang pada
Konsentrasi 2
M dan 4 M
Replikasi
1
26
• Persentasi Recovery Ni
• Variabel Proses Pelindian
yang Paling Berpengaruh
• Kondisi Optimum Proses
Pelindian
Kesimpulan
Sampel dalam penelitian ini merupakan nikel laterit jenis limonit yang
oleh PT. Minertech Indonesia hingga memperoleh homogenitas yang baik dan
mencapai target ukuran sampel yakni 200 mesh. Setelah dilakukan preparasi,
Kadar
Unsur/Senyawa
% ppm
Ni 1,21 12100
Fe 22,03 220300
Co 0,03 300
Al2O3 6,85 68530
SiO2 33,13 331300
CaO 0,27 2700
MgO 4,77 47680
Cr2O3 1,19 11900
MnO 0,3 3000
Fe2O3 31,47 314700
Cr 0,86 8600
Al 3,62 36280
Ca 0,15 1500
Mn 0,23 2300
P 0,006 60
S 0,05 500
28
29
komponen utama penyusun sampel tersebut adalah Oksida Besi (Fe2O3) dan Silika
(SiO2) dengan kadar masing-masing 31,47% dan 33,13%. Kandungan Nikel (Ni)
dalam sampel tersebut sebesar 1,21%. Menurut Butt (2007) yang menggambarkan
profil laterit dan pengolahannya, maka sampel yang diperoleh berada pada lapisan
acid leaching yang berarti melakukan proses leaching pada kondisi tekanan
atmosfer. Larutan yang digunakan yakni Asam Klorida (HCl) dengan konsentrasi
variasi pada Temperatur 25°C, 50°C dan 75°C serta Waktu Pelindian selama 30, 60
dan 90 menit untuk setiap konsentrasi asam. Dalam proses pelindian ini terdapat
kondisi yang dijaga agar tidak berubah selama proses pelindian, yakni kecepatan
pengaduk sebesar 200 rpm dan perbandingan berat sampel dengan volume larutan
sebesar 20%. Pada bab metode penelitian, sampel yang dimasukkan adalah
sebanyak 60 gram tiap 300 ml larutan HCl. Namun akibat keterbatasan alat yang
tersedia di Laboratorium, maka berat sampel dan volume larutan asam yang
digunakan disesuaikan dengan volume labu leher tiga yang tersedia yakni sebesar
100 ml. Oleh karena itu, agar perbandingan berat sampel dan volume larutan tetap
20%, maka berat sampel yang dimasukkan adalah 10 gram tiap 50 ml larutan HCl.
30
Nikel yang terlindih dalam larutan asam semakin meningkat seiring dengan
6000
Konsentrasi Nikel Terlindih
5000
4000
3000 25oC
(ppm)
2000 50oC
1000 75oC
0
30 60 90
Waktu Pelindian (Menit)
(a)
8000
7000
Konsentrasi Nikel
Terlindih (ppm)
6000
5000
4000 25oC
3000 50oC
2000
75oC
1000
0
30 60 90
Waktu Pelindian (Menit)
(b)
32
10000
6000
25oC
(ppm)
4000
50oC
2000 75oC
0
30 60 90
Waktu Pelindian (Menit)
(c)
Gambar 6. Grafik peningkatan konsentrasi nikel terlindih pada (a) Konsentrasi
HCl 1 M, (b) Konsentrasi HCl 2 M, (c) Konsentrasi HCl 4
Berdasarkan Gambar 6 di atas, terlihat bahwa konsentrasi nikel yang
temperatur dan waktu pelindian. Dilihat pada gambar (a) di waktu pelindian 30
meskipun dalam konsentrasi asam yang konstan. Pada konsentrasi asam 1 Molar,
konsentrasi nikel terlindih paling rendah tedapat pada suhu 25°C dan waktu
pelindian selama 30 menit yakni sebesar 1136,36 ppm. Sedangkan konsentrasi nikel
hasil leaching paling tinggi terdapat pada suhu 75°C dengan waktu pelindian
selama 90 menit yakni sebesar 5000 ppm. Hal yang sama juga tergambar pada
grafik (b) dan (c) dimana peningkatan konsentrasi nikel terlindih tetap mengikuti
nikel yang terkandung dalam sampel cair hasil proses pelindian dengan kadar nikel
dalam sampel padat nikel laterit. Untuk menghitung Persentase Perolehan Nikel
HCl 350 gr/l (9,58 Molar), temperatur 150°C selama 90 menit dengan
menggunakan sampel nikel laterit berkadar Ni 1,37%. Nikel yang dapat diekstraksi
pada kondisi tersebut adalah hampir mencapai 90%. Jika dibandingkan dengan data
pada Tabel 11 di atas, pada konsentrasi 4 Molar, temperatur 75°C selama 90 Menit,
nikel yang dapat diektraksi hanya sekitar 75%. Perbedaan hasil ektraksi tersebut
diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi asam dan temperatur pelindian yang sangat
jauh. Oleh karena itu konsentrasi asam dan temperatur pelindian sangat
Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Jinhui dkk. (2018), proses
leaching dilakukan pada kondisi konsentrasi HCl 2 Molar, temperatur 90°C selama
90 menit dengan kadar nikel awal 1,15% serta adanya penambahan katalis
ammonium klorida sebanyak 3 Molar. Nikel yang dapat diekstraksi pada kondisi
konsentrasi HCl 2 Molar, temperatur 75°C selama 90 menit, nikel yang dapat
leaching. Dalam penelitian ini, Temperatur pelindian divariasikan pada 25°C, 50°C
dan 75°C. Pengaruh Temperatur terhadap proses pelindian, dapat dilihat pada
gambar berikut :
80
30 menit, 1 molar
70
30 menit, 2 molar
60
%Recovery Ni
30 menit, 4 molar
50
60 menit, 1 molar
40 60 menit, 2 molar
30 60 menit, 4 molar
20 90 menit, 1 molar
10 90 menit, 2 molar
0 90 menit, 4 molar
25 50 75
Temperatur Pelindian (°C)
diaktivasi oleh peningkatan suhu. Dilihat pada grafik secara vertikal, untuk
terdapat pada kondisi 30 menit - 1 Molar dengan perolehan 9,39 % Ni. Sedangkan
54,47% Ni. Begitu pula yang terjadi pada temperatur 50°C dan 75°C.
36
mengikuti perubahan suhu dan waktu dengan konsentrasi asam tetap. Seperti pada
kondisi 30 menit - 1 Molar, persentase terendah diperoleh pada suhu 25°C yakni
sebesar 9,39% Ni. Peningkatan persentase perolehan nikel akan terus naik
mengikuti peningkatan suhu hingga mencapai 14,4% pada suhu 75°C. Peningkatan
perolehan Nikel juga ditunjukkan pada waktu dan konsentrasi asam yang lebih
tinggi berikutnya.
oleh Agacayak dan Aras (2017), dimana uji pelindian nikel laterit menggunakan
larutan asam klorida divariasikan pada temperatur 40°C, 50°C, 60°C dan 70°C.
ditunjukkan lebih signifikan terjadi pada temperatur diatas 60°C dibandingkan pada
temperatur dibawah 60°C. Hal yang sama ditunjukkan Pada gambar 7 di atas,
dimana persentase perolehan nikel terlindih lebih tinggi pada temperatur diatas
antar molekul. Hal ini disebabkan karena Temperatur memberikan energi kepada
ion-ion dalam sampel maupun pelarut untuk bergerak. Semakin tinggi temperatur
antar ion semakin tinggi. Akibatnya, laju reaksi akan semakin cepat sehingga
M dan 4 M. Pengaruh konsentrasi asam terhadap proses pelindian dapat dilihat pada
gambar berikut :
80
70 25oC, 30 menit
25oC, 60 menit
60
%Recovery Ni
25oC, 90 menit
50
50oC, 30 menit
40
50 oC, 60 menit
30
50 oC, 90 menit
20
75 oC, 30 menit
10
75 oC, 60 menit
0
75 oC, 90 menit
1 2 3 4
Konsentrasi HCl (Molar)
asam secara vertikal, tergambar bahwa persentase perolehan nikel terus mengalami
terdapat pada kondisi 75°C – 90 menit dengan perolehan 41,32% Ni. Hal yang sama
yang tetap. Seperti pada kondisi 25°C – 30 menit, perolehan terendah terdapat pada
konsentrasi asam 1 molar yakni sebesar 9,39% Ni dan perolehan tertinggi terdapat
pada konsentrasi 4 Molar yakni sebesar 25,67% Ni. Hal yang sama juga akan terjadi
Hal tersebut juga telah dijelaskan oleh Miazga dan Mulak (2008) yang
divariasikan pada konsentrasi asam 1M, 2M, 3M dan 5M. Hasilnya menunjukkan
konsentrasi HCl 1 Molar – 3 Molar. Gambar 8 juga menunjukkan hal yang serupa,
jumlah ion H+ dalam larutan asam. Semakin banyak ion H+ dalam larutan asam
maka kemungkinan terjadinya reaksi antara ion H+ dengan molekul NiO semakin
besar. Reaksi antara ion H+ dan Cl- dengan molekul NiO dalam sampel akan
menghasilkan produk Nikel Klorida dan air sesuai dengan persamaan (3).
terhadap proses leaching. Waktu pelindian dalam penelitian ini dimaksudkan pada
seberapa lama terjadinya kontak antara sampel nikel laterit dengan media
pelarutnya.
39
dan 90 Menit. Pengaruh Waktu pelindian terhadap proses pelindian dapat dilihat
80
1 molar, 25oC
70
1 molar, 50oC
60
1 molar, 750C
%Recovery Ni
50 2 molar, 250C
40 2 molar, 50oC
30 2 molar, 75oC
20 4 molar, 25oC
4 molar, 50oC
10
4 molar, 75oC
0
30 60 90
Waktu Pelindian (Menit)
pengaruh terhadap persentase perolehan nikel. Dilihat pada waktu 30 menit secara
temperatur dan konsentrasi asam. Perolehan terendah terdapat pada kondisi 1 Molar
kondisi 4 Molar – 75 °C yakni sebesar 35,69% Ni. Hal yang sama juga ditunjukkan
terlihat mengikuti semakin lamanya waktu pelindian. Seperti pada kondisi 1 Molar
– 25°C, perolehan terendah terdapat pada waktu 30 menit yakni sebesar 9,39% Ni,
40
sedangkan perolehan tertinggi terdapat pada waktu 90 menit yakni sebesar 26,30%
Ni. Peningkatan perolehan nikel juga akan terus terjadi pada kondisi selanjutnya.
Hasil serupa juga telah ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Jinhui dkk. (2018) yang melakukan pelindiah bijih nikel laterit menggunakan asam
klorida divariasikan pada waktu pelindian 30, 60, 90 dan 120 menit. Hasil
semakin lamanya kontak antara sampel dengan pelarut. Waktu pelindian diatas 60
optimum kontak antara sampel nikel laterit dengan pelarutnya dalam proses
Variance (ANOVA)
nikel dalam leaching diurutkan berdasarkan nilai P-value terkecil. Selain itu,
dengan tingkat keyakinan 95%. Oleh karena itu, tabel yang digunakan adalah
distribusi F0,05. Pada tabel F0,05 garis horizontal (v1) merupakan nilai degree of
freedom dari faktor yang akan dicari nilainya. Sedangkan garis vertikal (v2)
merupakan degree of freedom dari error. Contoh, faktor A mempunyai nilai degree
of freedom = 2 dan degree of freedom error = 27 maka nilai Fα dari faktor A adalah
3,350.
paling berpengaruh dalam presentase perolehan nikel dalam leaching. Faktor yang
paling berpengaruh yaitu Temperatur (B), diikuti oleh Konsentrasi (A), Waktu
42
Waktu (ABC).
Semakin kecil nilai S dan semakin mendekati 1 nilai R2 maka ketelitian perhitungan
akan semakin baik. Hasil perhitungan ANOVA pada Tabel 12 memiliki nilai S =
persentase recovery nikel jika nilai variabel yang digunakan lebih tinggi ataupun
lebih rendah dari penelitian ini. Persamaan regresi ditentukan dengan menggunakan
Minitab Software. Data persentase perolehan nikel dibuat tiga persamaan regresi
pada tiga variasi temperatur, yaitu 25°C, 50°C dan 75°C. Variabel x 1 merupakan
perolehan nikel. Persamaan regresi dari data ANOVA disajikan pada tabel berikut:
Temperatur
Persamaan Regresi S R2
(°C)
y = -18,22 + 22,13x1 + 0,261x2 – 3,358x12 – 0,00133x22 +
25 1,761 0,971
0,0187x1x2
y = -21,23 + 23,56x1 + 0,361x2 – 3,486x12 – 0,001866x22
50 1,716 0,980
+ 0,0221x1x2
y = -19,62 + 28,16x1 + 0,799x2 – 3,931x12 – 0,00441x22 +
75 2,412 0,983
0,0298x1x2
43
dan waktu pelindian. Contour plot dan Respon surface dibuat menggunakan
Minitab. Contour plot dan Respon surface disajikan pada gambar berikut :
(a)
60 Hold Values
Temperatur 50
50
40
30
1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Konsentrasi
(b)
44
Hold Values
Durasi
Temperatur 75
60
50
40
30
1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0
Konsentrasi
(c)
Surface
Gambar 10. Contour plot Plot of
perolehan %Re
nikel cover
pada (a)y 25°C,
vs Durasi, Konsentrasi
(b) 50°C dan (c) 75°C
Hold Values
Temperatur 25
40
30
% R ecovery
20
80
10
60 Durasi
1 40
2
3
4
Konsentrasi
40
%R ecovery 30
20
80
10
60 Durasi
1 40
2
3
4
Konsentrasi
(b)
45
Surface Plot of %Recovery vs Durasi, Konsentrasi
Hold Values
Temperatur 75
80
60
% R ecovery
40
80
20 60 Durasi
1 40
2
3
4
Konsentrasi
(c)
Gambar 11. Respon surface persentase perolehan nikel pada, (a) 25°C, (b) 50°C
variabel tetap untuk setiap perubahan konsentrasi dan waktu pelindian. Contour
plot dan respon surface pada temperatur 25°C (Gambar 10 (a) dan Gambar 11
temperatur 50°C (Gambar 10 (b) dan Gambar 11 (b)) persentase perolehan nikel
>40% telah diperoleh pada konsentrasi asam sedikit dibawah 3 Molar hanya dalam
waktu 70 menit. Untuk temperatur 75°C (Gambar 10 (c) dan Gambar 11 (c))
persentase perolehan nikel >70% telah diperoleh pada konsentrasi asam sedikit
dibawah 3 Molar hanya dalam waktu 69 menit. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kondisi optimum pelindian dengan persentase perolehan nikel >70% dapat dicapai
pada temperatur 75°C dengan konsentrasi asam 2,9 – 3 Molar dalam waktu 69 – 70
menit.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan pada bab
nikel akan semakin tinggi pula. Dalam penelitian ini, persentase perolehan
Molar dalam waktu 30 menit yakni sebesar 9,39% Ni. Sedangkan perolehan
3. Berdasarkan contour plot dan respon surface, kondisi optimum pelindian nikel
B. Saran
Penelitian lebih lanjut yang disarankan melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut :
proses leaching seperti ukuran partikel sampel, jenis pelarut dan tahapan pre-
3. Perlu dilakukan studi terhadap kandungan kimia yang terdapat pada endapan
lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Aras, A., & Agacayak, T. (2017). Optimization Of Nickel Extraction From Lateritic
Ore In Hydrochloric Acid Solution With Hydrogen Peroxide By Taguchi
Method, 348.
Astuti, W., Hirajima, T., Sasaki, K., Okibe, N. (2016). Comparison of
Effectiveness of Citric Acid And Other Acids In Leaching Of Low-Grade
Indonesian Saprolitic Ores, Minerals Engineering, 85, 1-16.
Asy’ari, M.A., Hidayatullah, R., Zulfadli, A. (2013). Geologi dan Estimasi
Sumberdaya Nikel Laterit Menggunakan Metode Ordinary Kriging di PT.
Aneka Tambang, Tbk. Jurnal INTEKNA Tahun XIII, 1, 7-15.
Ayanda, O. S., Adekola, F. A., Baba, A. A., Fatoki, O. S., & Ximba, B. J. (2011).
Comparative Study of the Kinetics of Dissolution of Laterite in Some
Acidic Media. Journal of Minerals & Materials Characterization &
Engineering Volume 10 No. 15, 1457-1472.
Dalvi, A. D., Bacon, W. G., & Osborne, R. C. (2004, March). The Past And The
Future Of Nickel Laterites. In PDAC 2004 International Convention, Trade
Show & Investors Exchange (pp. 1-27). Toronto: The prospectors and
Developers Association of Canada.
Elias, M. (2002). Nickel Laterite Deposites. Geological Overview, Resources and
Exploitation.
Gupta, C. K. (2003). Chemical Metallurgy : Principles and Practices. Weinheim:
WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA.
Listyarini, S. (2017). Designing Heap Leaching for Nickel Production that
Environmentally and Economically Sustain. International Journal of
Environmental Science and Development, 8(12).
Mudd, G. M. (2009). Nickel Sulfide Versus Laterite: The Hard Sustainability
Challenge Remains. In Proceeding 48th Annual Conference of
Metallurgists, Canadian Metallurgical Society, Sudbury, Ontario, Canada,
23–26 August 2009.
Kusuma, G. D. (2012). Pengaruh Raduksi Roasting dan Konsentrasi Leaching
Asam Sulfat Terhadap Recovery Nikel dari Bijih Limonite. Depok:
Universitas Indonesia.
Levenspiel, O. (1999). Chemical reaction engineering, 3rd ed., John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Li, J., Li, D., Xu, Z., Liao, C., Liu, Y., & Zhong, B. (2018). Selective Leaching Of
Valuable Metals From Laterite Nickel Ore With Ammonium Chloride-
Hydrochloric Acid Solution. Journal of Cleaner Production, 179, 24-30.
McDonald, R. G., & Whittington, B. I. (2008). Atmospheric Acid Leaching Of
Nickel Laterites Review: Part I. Sulphuric Acid
Technologies. Hydrometallurgy, 91(1-4), 35-55.
FINAL REPORT
Client Name : MR. SHIDDIQ
Client Address :-
Client Telp :-
Attention : SHIDDIQ
Acc :-
MR.SHIDDIQ FRM-AN-01
SCHEME PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02 PAS.02
1 OB.1 20/10/2018 22,036 0,035 1,21 6,853 33,136 0,219 4,768 1,19 0,307 31,479 0,866 3,628 0,156 0,238 0,006 0,053
14:11
(𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 1 + 𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 2)
➢ Rata – rata = 2
Diketahui :
• Replikasi 1 = 1212,12 ppm
Konsentrasi 1 Molar, Temperatur 25°C, Waktu 30 Menit
• Replikasi 2 = 1060,61 ppm
Maka
(𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 1 + 𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 2)
➢ Rata – rata = 2
(1212,12 + 1060,61)
= 2
= 1136,365 ppm
Perhitungan yang sama dilakukan untuk data selanjutnya, disajikan pada tabel berikut :
Perhitungan yang sama dilakukan untuk data berikutnya, disajikan pada tabel berikut :
Temperatur 25oC Temperatur 50oC Temperatur 75oC
Konsentrasi Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu Waktu
(Molar) 30 60 90 30 60 90 30 60 90
Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit Menit
1 9,39 12,52 14,40 11,27 14,40 17,53 26,30 36,31 41,32
2 19,60 25,67 29,43 20,66 30,05 34,44 39,44 58,23 60,73
4 25,67 31,93 35,69 29,43 37,57 41,95 54,47 66,37 75,76
Lampiran 5. Perhitungan Analysis Of Variance (ANOVA) 3 Faktor
𝟐
(∑ 𝒚… )
SST = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝐛𝐣=𝟏 ∑𝐜𝐤=𝟏 ∑𝒏𝒍=𝟏 𝐲𝐢𝐣𝐤𝐥
𝟐
− 𝐚𝐛𝐜𝐧
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
= ∑(𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑑𝑎𝑡𝑎)2 − ( )
3𝑥3𝑥3𝑥2
(10,02+8,77+⋯+75,13)2
= (10,02)2 + (8,77)2 + ⋯ + (75,13)2 − 3𝑥3𝑥3𝑥2
(1801,03)2
= 1801,03 - = 15939,29
54
𝟏 (∑ 𝒚… )𝟐
SSA = ∑𝐚𝐢=𝟏 𝐲𝐢..𝟐 −
𝐛𝐜𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 3𝑥3𝑥2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐴1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐴2])2 +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐴3])2 ] − 3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 18 [(366,89)2 + (636,49)2 + (797,65)2 − = 5262,99
54
𝟏 (∑ 𝒚… )𝟐
SSB = ∑𝐛𝐢=𝟏 𝐲𝐣..𝟐 −
𝐚𝐜𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 3𝑥3𝑥2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐵1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐵2])2 +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐵3])2 ] − 3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 18 [(408,59)2 + (474,58)2 + (917,86)2 − = 8522,20
54
𝟏 𝟐 (∑ 𝒚… )𝟐
SSC = ∑𝐜𝐢=𝟏 𝐲𝐤.. −
𝐚𝐛𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 3𝑥3𝑥2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐶1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐶2])2 +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑠 [𝐶3])2 ] − 3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 18 [(472,45)2 + (626,10)2 + (702,48)2 − = 1525,06
54
𝟏 (∑ 𝒚… )𝟐
SSAB = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝐛𝐢=𝟏 𝐲𝐢𝐣..
𝟐
− − 𝐒𝐒𝐀 − 𝐒𝐒𝐁
𝐜𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 3𝑥2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐴1𝐵1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ [𝐴1𝐵2])2 + ⋯ +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐴3𝐶3])2 ] − 3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 6 [(72,63)2 + (85,40)2 + ⋯ + (393,19)2 − − 5263 − 8522
54
= 231,264
𝟏 𝟐 (∑ 𝒚… )𝟐
SSAC = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝐜𝐢=𝟏 𝐲𝐢𝐤.. − − 𝐒𝐒𝐀 − 𝐒𝐒𝐂
𝐛𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 3𝑥2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐴1𝐶1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ [𝐴1𝐶2])2 + ⋯ +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐴3𝐶3])2 ] − 3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 6 [(93,91)2 + (126,47)2 + ⋯ + (306,79)2 − − 5263
54
−1525,1 = 92,22
𝟏 𝟐 (∑ 𝒚… )𝟐
SSBC = ∑𝐛𝐢=𝟏 ∑𝐜𝐢=𝟏 𝐲𝐣𝐤.. − − 𝐒𝐒𝐁 − 𝐒𝐒𝐂
𝐚𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 3𝑥2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐵1𝐶1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ [𝐵1𝐶2])2 + ⋯ +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐵3𝐶3])2 ] − 3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 6 [(109,32)2 + (140,25)2 + ⋯ + (355,62)2 − − 8522
54
−1525,1 = 215,67
𝟏 (∑ 𝒚…)𝟐
SSABC = ∑𝐚𝐢=𝟏 ∑𝒃𝒋=𝟏 ∑𝒄𝒌=𝟏 𝐲𝐢𝐣𝐤
𝟐
− − 𝐒𝐒𝐀 − 𝐒𝐒𝐁 − 𝑺𝑺𝑪 − 𝑺𝑺𝑨𝑩 − 𝑺𝑺𝑨𝑪 − 𝑺𝑺𝑩𝑪
𝐧 𝐚𝐛𝐜𝐧
1
= 2 [(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐴1𝐵1𝐶1])2 + (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ [𝐴1𝐵1𝐶2])2 + ⋯ +
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙)2
(𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ[𝐴3𝐵3𝐶3])2 ] − − 𝑺𝑺𝑨 − 𝑺𝑺𝑩 − 𝑺𝑺𝑪 − 𝑺𝑺𝑨𝑩 − 𝑺𝑺𝑩𝑪 − 𝑺𝑺𝑨𝑪
3𝑥3𝑥3𝑥2
1 (1801,03)2
= 2 [(18,78)2 + (25,04)2 + ⋯ + (151,52)2 − − 5263 − 8522
54
𝑩 𝑺𝑺 𝟖𝟓𝟐𝟐
MSB = (𝒃−𝟏) = (𝟑−𝟏) = 𝟒𝟐𝟔𝟏, 𝟏
𝑪 𝑺𝑺 𝟏𝟓𝟐𝟏,𝟏
MSC = (𝒄−𝟏) = = 𝟕𝟔𝟐, 𝟓𝟑
(𝟑−𝟏)
𝑨𝑩 𝑺𝑺 𝟐𝟑𝟏,𝟑
MSAB = (𝒂−𝟏)(𝒃−𝟏) = (𝟑−𝟏)(𝟑−𝟏) = 𝟓𝟕, 𝟖𝟐
𝑨𝑪 𝑺𝑺 𝟗𝟐,𝟐𝟐
MSAC = (𝒂−𝟏)(𝒄−𝟏) = (𝟑−𝟏)(𝟑−𝟏) = 𝟐𝟑, 𝟎𝟔
𝑩𝑪 𝑺𝑺 𝟐𝟏𝟓,𝟔𝟖
MSBC = (𝒃−𝟏)(𝒄−𝟏) = (𝟑−𝟏)(𝟑−𝟏) = 𝟓𝟑, 𝟗𝟐
𝑨𝑩𝑪 𝑺𝑺 𝟐𝟑,𝟏𝟔
MSABC = (𝒂−𝟏)(𝒃−𝟏)(𝒄−𝟏) = (𝟑−𝟏)(𝟑−𝟏)(𝟑−𝟏) = 𝟐, 𝟖𝟗
𝑬 𝑺𝑺 𝟔𝟔,𝟕𝟏
MSE = (𝒂𝒃𝒄)(𝒏−𝟏) = (𝟑𝒙𝟑𝒙𝟑)(𝟐−𝟏) = 𝟐, 𝟒𝟕
𝑴𝑺 𝟐𝟔𝟑𝟏,𝟓𝟎
F0,A = 𝑴𝑺𝑨 = = 𝟏𝟎𝟔𝟓, 𝟎𝟔
𝑬 𝟐,𝟒𝟕
𝑴𝑺 𝟒𝟐𝟔𝟏
F0,B = 𝑴𝑺𝑩 = = 𝟏𝟕𝟐𝟒, 𝟔𝟏
𝑬 𝟐,𝟒𝟕
𝑴𝑺 𝟕𝟔𝟐,𝟓𝟑
F0,C = 𝑴𝑺𝑪 = = 𝟑𝟎𝟖, 𝟔𝟐
𝑬 𝟐,𝟒𝟕
𝑴𝑺𝑨𝑩 𝟓𝟕,𝟖𝟐
F0,AB = = = 𝟐𝟑, 𝟒𝟎
𝑴𝑺𝑬 𝟐,𝟒𝟕
𝑴𝑺𝑨𝑪 𝟐𝟑,𝟎𝟔
F0,AC = = = 𝟗, 𝟑𝟑
𝑴𝑺𝑬 𝟐,𝟒𝟕
𝑴𝑺𝑩𝑪 𝟓𝟑,𝟗𝟐
F0,BC = = = 𝟐𝟏, 𝟖𝟐
𝑴𝑺𝑬 𝟐,𝟒𝟕
𝑴𝑺𝑨𝑩𝑪 𝟐,𝟖𝟗
F0,ABC = = 𝟐,𝟒𝟕 = 𝟏
𝑴𝑺𝑬
Lampiran 6. Tabel Distribusi F (α = 0,05)
𝑣2
↓ ⁄𝑣1 → 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 161 199 216 225 230 234 237 239 241 242 243 244 245 245 246
2 18.51 19.00 19.16 19.25 19.30 19.33 19.35 19.37 19.38 19.40 19.40 19.41 19.42 19.42 19.43
3 10.13 9.55 9.28 9.12 9.01 8.94 8.89 8.85 8.81 8.79 8.76 8.74 8.73 8.71 8.70
4 7.71 6.94 6.59 6.39 6.26 6.16 6.09 6.04 6.00 5.96 5.94 5.91 5.89 5.87 5.86
5 6.61 5.79 5.41 5.19 5.05 4.95 4.88 4.82 4.77 4.74 4.70 4.68 4.66 4.64 4.62
6 5.99 5.14 4.76 4.53 4.39 4.28 4.21 4.15 4.10 4.06 4.03 4.00 3.98 3.96 3.94
7 5.59 4.74 4.35 4.12 3.97 3.87 3.79 3.73 3.68 3.64 3.60 3.57 3.55 3.53 3.51
8 5.32 4.46 4.07 3.84 3.69 3.58 3.50 3.44 3.39 3.35 3.31 3.28 3.26 3.24 3.22
9 5.12 4.26 3.86 3.63 3.48 3.37 3.29 3.23 3.18 3.14 3.10 3.07 3.05 3.03 3.01
10 4.96 4.10 3.71 3.48 3.33 3.22 3.14 3.07 3.02 2.98 2.94 2.91 2.89 2.86 2.85
11 4.84 3.98 3.59 3.36 3.20 3.09 3.01 2.95 2.90 2.85 2.82 2.79 2.76 2.74 2.72
12 4.75 3.89 3.49 3.26 3.11 3.00 2.91 2.85 2.80 2.75 2.72 2.69 2.66 2.64 2.62
13 4.67 3.81 3.41 3.18 3.03 2.92 2.83 2.77 2.71 2.67 2.63 2.60 2.58 2.55 2.53
14 4.60 3.74 3.34 3.11 2.96 2.85 2.76 2.70 2.65 2.60 2.57 2.53 2.51 2.48 2.46
15 4.54 3.68 3.29 3.06 2.90 2.79 2.71 2.64 2.59 2.54 2.51 2.48 2.45 2.42 2.40
16 4.49 3.63 3.24 3.01 2.85 2.74 2.66 2.59 2.54 2.49 2.46 2.42 2.40 2.37 2.35
17 4.45 3.59 3.20 2.96 2.81 2.70 2.61 2.55 2.49 2.45 2.41 2.38 2.35 2.33 2.31
18 4.41 3.55 3.16 2.93 2.77 2.66 2.58 2.51 2.46 2.41 2.37 2.34 2.31 2.29 2.27
19 4.38 3.52 3.13 2.90 2.74 2.63 2.54 2.48 2.42 2.38 2.34 2.31 2.28 2.26 2.23
20 4.35 3.49 3.10 2.87 2.71 2.60 2.51 2.45 2.39 2.35 2.31 2.28 2.25 2.22 2.20
21 4.32 3.47 3.07 2.84 2.68 2.57 2.49 2.42 2.37 2.32 2.28 2.25 2.22 2.20 2.18
22 4.30 3.44 3.05 2.82 2.66 2.55 2.46 2.40 2.34 2.30 2.26 2.23 2.20 2.17 2.15
23 4.28 3.42 3.03 2.80 2.64 2.53 2.44 2.37 2.32 2.27 2.24 2.20 2.18 2.15 2.13
24 4.26 3.40 3.01 2.78 2.62 2.51 2.42 2.36 2.30 2.25 2.22 2.18 2.15 2.13 2.11
25 4.24 3.39 2.99 2.76 2.60 2.49 2.40 2.34 2.28 2.24 2.20 2.16 2.14 2.11 2.09
26 4.23 3.37 2.98 2.74 2.59 2.47 2.39 2.32 2.27 2.22 2.18 2.15 2.12 2.09 2.07
27 4.21 3.35 2.96 2.73 2.57 2.46 2.37 2.31 2.25 2.20 2.17 2.13 2.10 2.08 2.06
28 4.20 3.34 2.95 2.71 2.56 2.45 2.36 2.29 2.24 2.19 2.15 2.12 2.09 2.06 2.04
29 4.18 3.33 2.93 2.70 2.55 2.43 2.35 2.28 2.22 2.18 2.14 2.10 2.08 2.05 2.03