Anda di halaman 1dari 5

Nama : Afina Hariadi

NIM : 031819013
DIGESTING

RESENSI BUKU SEBUAH SENI UNTUK BERSIKAP BODO AMAT

Judul : The Subtle Art Of Not Giving A F*ck (Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo
Amat)

Penulis : Mark Manson (Blogger asal New York, USA)

Penerbit : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Tahun Terbit : 2018

Tempat Terbit : Jakarta

Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, pertama kali melihat buku ini diantara deretan
bukup best seller cukup heran karena baru pertama kalinya melihat buku self
improvement yang menggunakan kata-kata vulgar dan cukup bikin mikir seperti apa sih
seni untuk bersikap bodo amat itu, mungkin juga kata-kata vulgar itu salah daya tarik dari
buku ini. Tapi setelah membaca sedikit bagian dari isi buku ini ternayata ada hal menarik
yang membawa kita untuk melihat, memilih, dan berpikir dari sudut pandang yang lain
dan anti mainstream.

Buku ini anti mainstream karena cukup jarang buku self improvement yang mengajarkan
kita untuk bersikap bodo amat terhadap hal yang tidak begitu penting, karena pada
dasarnya kita selalu mencari dan cendrung peduli akan banyak hal agar tidak ketinggalan
(update), tapi justru dalam buku ini mengajarkan kepada kita untuk bodo amat.

Sebuah kutipan dari Mark Manson yang cukup menggambarkan fenomena pada saat ini
“ketika melihat feed facebook, kita akan menjumpai bahwa setiap orang disana menjalani
saat yang menyenangkan sehingga kita akan merasa dibombardir dengan 350 gambar
orang-orang yang benar benar gembira dan memiliki hidup yang sangat menyenangkan.
Sementara itu, kita terjebak dalam satu ruangan dan berpikir bahwa hidup kita sungguh
menyebalkan.

Karena pada dasarnya Hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif
sesungguhnya adalah sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal,
penerimaan seseorang terhadap pengalaman negatif justru merupakan sebuah
pengalaman positif. (Hal 10)

Artinya, semakin mati matian kita berusaha untuk menjadi kaya justru kita akan merasa
miskin dan tidak berharga terlepas dari seberapa besar penghasilan kita sesungguhnya.
Semakin mati matian untuk menjadi seksi kita akan memandang diri kita semakin jelek
terlepas seperti apa fisik kita sesungguhnya.

Dari penjelasan tersebut justru mengajak kita untuk bersyukur atas apa yang kita miliki
dan bodo amat dengan kesenangan, kekayaan, kabahagiaan yang orang-orang pamerkan
di feed sosial media mereka yang memborbardir kita setiap harinya.

Manson mengatakan “mengapa bersikap masa bodoh adalah kuncinya . inilah alasan
mengapa itu akan menyelamatkan dunia. Dan kuncinya adalah jika kita bisa menerima
bahwa dunia ini benar-benar keparat dan itu tidak ada apa-apa, karena memang seperti
itu dan akan seperti itu adanya”. (hal 9)

Lalu apa yang dimaksud dengan bodo amat menurut Manson?


“Masa bodo atau bodoamat artinya memandang tanpa gentar tantangan yang paling
menakutkan dan sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan”. (Hal 14)

Setiap usaha untuk lari dari hal yang negatif (yang membuat diri kita takut), untuk
menghindar atau membatalkannya justru akan menjadi bumerang. “upaya untuk
menghadapi penderitaan adalah bentuk penderitaan itu sendiri, upaya untuk
menghindari susah payah adalah susah payah. Pengingkaran terhadap kegagalan adalah
kegagalan. Usaha untuk menyembuhkan rasa malu adalah bentuk rasa malu itu
sendiri”.(Hal 10)

Semakin menghindar dan tidak mau mengambil resiko justru kita akan terus berurusan
dengan tantangan dan resiko itu sendiri. Jawabannya adalah bodo amat, tantangan dan
resiko apapun yang datang harus kita hadapi layaknya ketika kita malu untuk berbicara di
depan kelas obat penawarnya adalah (lawan) rasa malu itu sendiri. Bodo amat dengan
pandangan orang yang ada dihadapan kita, bodo amat dengan penilaian orang terhadap
penampilan kita saat kita berbicara di depan kelas.

Meski demikian sikap bodo amat yang ditulis dalam buku ini bukan mengajarkan kita
untuk bodo amat dan tidak peduli pada lingkungan sekitar kita. Sikap bodo amat yang
dimaksud lebih kepada bodo amat yang bisa membangun diri kita, mengajak kita untuk
memilih hal yang baik buat kita, mengajak kita untuk bersyukur dan berhenti
memikirkan/mencampuri kehidupan orang lain. Karena pada dasarnya seringkali kita
merasa minder ketika berhubungan dengan orang lain karena perbedaan kelas sosial atau
menganggap derajatnya lebih tinggi daripada kita, bahkan seringkali kita merasakan
bahwa hidup kita tidak seberuntung mereka yang bisa liburan keluar negeri, mendapatkan
apapun yang mereka inginkan, sementara kita hanya mengeluh dan menganggap hidup
kita menyebalkan dan sesungguhnya itu bukanlah hal yang baik bagi diri kita.

Dalam bukunya, Mark Manson mengajak kita untuk memilih hal yang harus menjadi
prioritas utama bagi hidup kita.

“Anda harus menentukan pilihan. Anda tidak mungkin memiliki hidup yang bebas dari
rasa sakit. Hidup tidak bisa selalu mekar seperti mawar, dan fantastis seperti unicorn.
Pertanyaan tentang kenikmatan tergolong mudah karena hampir semua orang punya
jawaban serupa”. (Hal 44)
Penjelasan dari buku ini menggambarkan realitas yang ada dan sangat jujur, tidak banyak
menggambarkan kebahagiaan, justru lebih banyak menggambarkan rasa sakit, ketakutan,
harapan dan kepastian yang harus kita terima untuk menjadi orang yang sukses dan
bahagia. Mark Manson tidak menggambarkan khayalan yang menyenangkan jurus
menarik diri kita dari khayalan dan penyangkalan dan mengajak kita untuk melihat realita
dan bukan hanya melihatnya saja tapi juga menerimanya.

Mark Manson mengatakan “tidak semua manusia sempurna dan terbatas, tidak semua
orang bisa menjadi luar biasa ada para pemenang dan ada para pecundang di
masyarakat, dan beberapa diantaranya tidak adil dan bukan akibat kesalahan anda”.
Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya, karena
menurutnya, dengan menerimanya justru menjadi sumber kekuatan yang paling nyata.

Karena saat kita berhenti untuk melarikan diri dan menghindari dan mulai menghadapi
kenyataan-kenyataan yang menyakitkan, saat itulah kita mulai menemukan keberanian
dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan sekuat tenaga.

Meski demikian adapun kekurangan dari buku ini, ada beberapa penjalasan di beberapa
bab yang tidak dijelaskan secara detail, pada akhirnya menimbulkan pertanyaan dan
berbagai macam tafsir (multi tafsir), mengingat pembahasan yang ada dalam buku ini
cukup berat dan terkadang kalimat atau bahasa yang digunakan sedikit sulit untuk
dipahami. Kata-kata yang digunakan juga tergolong vulgar sehingga mungkin untuk
sebagian orang akan merasa terganggu dengan kata-kata yang vulgar. Masih ada
kesalahan penulisan dan terjemahan yang sedikit rancu seperti susunan kata yang terbalik
dan cukup membingungkan. Isi buku juga cukup membuat jenuh karena padat tulisan
tidak ada gambar, warna dan lain lainnya, sehingga buat saya pribadi cukup membuat
bosan untuk membacanya.

Tapi untungnya Mark Manson menggunakan humor-humor yang menggelitik dan cukup
menampar untuk membuat kita berpikir jadi setidaknya rasa bosan sedikit berkurang.
Kelebihan dari buku ini mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang yang anti
mainstream dan mungkin cocok buat kita yang memiliki masalah terlalu sibuk memikirkan
orang lain, terlalu memikirkan perkataan orang lain (overthinking), takut salah, takut
mengambil tantangan dan resiko sehingga membuat kita tidak percaya diri bahkan
mungkin depresi.

“Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian dalam jumlah yang terbatas, makanya,
anda harus bijaksana dalam menentukan kepedulian anda”. (Mark Manson)

Anda mungkin juga menyukai