Anda di halaman 1dari 4

Nama : Rajliwana

Kelas :XI MIPA 5

Judul Buku : Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat

(Judul Asli : The Subtle Art of Not Giving a Fuck)

Penulis :Mark Manson

Penerbit : Gramedia Widiasarana Indonesia

(Penerbit Asli : HarperOne-New York)

Tempat Terbit : Jakarta

Tahun Terbit : 2018

Jumlah halaman : 246 halaman

Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, pertama kali melihat buku ini di antara deretan bukup best
seller cukup heran karena baru pertama kali melihat buku perbaikan diri yang menggunakan kata-kata
vulgar dan cukup berpikir seperti apa sih seni untuk memperbaiki bodo amat itu, mungkin juga kata -
kata vulgar itu salah daya tarik dari buku ini. Tapi setelah membaca sedikit bagian dari isi buku ini
ternayata ada hal menarik yang membawa kita untuk melihat, memilih, dan memikirkan dari sudut
pandang yang lain dan anti mainstream.

Buku ini anti mainstream karena cukup jarang buku self improvement yang melarang kita untuk
melarang bodo amat terhadap hal yang tidak begitu penting, karena pada dasarnya kita selalu mencari
dan cendrung peduli akan banyak hal agar tidak ketinggalan (update), tapi justru dalam buku ini
melarang kepada kita untuk bodo amat. Sebuah kutipan dari Mark Manson yang cukup menggambarkan
fenomena pada saat ini “ketika melihat feed facebook, kita akan menjumpai bahwa setiap orang disana
menjalani saat yang menyenangkan sehingga kita akan merasa dibombardir dengan 350 gambar orang-
orang yang benar-benar gembira dan memiliki hidup yang sangat menyenangkan . Sementara itu, kita
terjebak dalam satu ruangan dan berpikir bahwa hidup kita sungguh menyebalkan.

Karena pada dasarnya Hasrat untuk mengejar semakin banyak pengalaman positif sesungguhnya adalah
sebuah pengalaman negatif. Sebaliknya, secara paradoksal, penerimaan seseorang terhadap
pengalaman negatif justru merupakan sebuah pengalaman positif. (Hal 10) Artinya, semakin mati matian
kita berusaha untuk menjadi kaya justru kita akan merasa miskin dan tidak berharga terlepas dari
seberapa besar penghasilan kita sesungguhnya. Semakin mati matian untuk menjadi seksi kita akan
memandang diri kita semakin jelek terlepas seperti apa fisik kita sesungguhnya. Dari penjelasan tersebut
justru mengajak kita untuk bersyukur atas apa yang kita miliki dan sangat senang dengan kesenangan,
kekayaan, kabahagiaan orang-orang yang pamerkan di feed media sosial mereka yang memborbardir
kita setiap harinya. Manson mengatakan “mengapa menjelajahi masa bodoh adalah kuncinya . inilah
alasan mengapa itu akan menyelamatkan dunia. Dan kuncinya adalah jika kita bisa menerima bahwa
dunia ini benar-benar keparat dan tidak ada apa-apa, karena memang seperti itu dan akan seperti
adanya”. (hal 9) Lalu apa yang dimaksud dengan bodo amat menurut Manson?

“Masa bodo atau bodoamat artinya memandang tanpa gentar menantang yang paling menakutkan dan
sulit dalam kehidupan dan mau mengambil suatu tindakan”. (Hal 14) Setiap usaha untuk lari dari hal
yang negatif (yang membuat diri kita takut), untuk menghindar atau membatalkannya justru akan
menjadi bumerang. “upaya untuk menghadapi penderitaan adalah bentuk penderitaan itu sendiri,
upaya untuk menghindari susah payah adalah susah payah. Pengkaran terhadap kegagalan adalah
kegagalan.

Usaha untuk menyembuhkan rasa malu adalah bentuk rasa malu itu sendiri”.(Hal 10) Semakin
menghindar dan tidak mau mengambil resiko justru kita akan terus berurusan dengan tantangan dan
resiko itu sendiri. Jawabannya adalah bodo amat, tantangan dan resiko apapun yang datang harus kita
hadapi layaknya ketika kita malu untuk berbicara di depan kelas obat penawarnya adalah (lawan) rasa
malu itu sendiri Bodo amat dengan pandangan orang yang ada dihadapan kita, bodo amat dengan
penilaian orang terhadap penampilan kita saat kita berbicara di depan kelas. Meski demikian sikap bodo
amat yang tertulis dalam buku ini bukan melarang kita untuk bodo amat dan tidak peduli pada
lingkungan sekitar kita

. Sikap bodo amat yang dimaksud lebih kepada bodo amat yang bisa membangun diri kita, mengajak kita
untuk memilih hal yang baik buat kita, mengajak kita untuk bersyukur dan berhenti
memikirkan/mencampuri kehidupan orang lain. Karena pada dasarnya seringkali kita merasa minder
ketika berhubungan dengan orang lain karena perbedaan kelas sosial atau menganggap derajatnya lebih
tinggi daripada kita, bahkan seringkali kita merasakan bahwa hidup kita tidak seberuntung mereka yang
bisa liburan keluar negeri, mendapatkan apapun yang mereka inginkan, sementara kita hanya mengeluh
dan menganggap hidup kita menyebalkan dan sesungguhnya itu bukanlah hal yang baik bagi diri
kita.Dalam bukunya, Mark Manson mengajak kita untuk memilih hal yang harus menjadi prioritas utama
bagi hidup kita. “Anda harus menentukan pilihan.

Anda tidak mungkin memiliki hidup yang bebas dari rasa sakit. Hidup tidak bisa selalu mekar seperti
mawar, dan fantastis seperti unicorn. Pertanyaan tentang keunikan tergolong mudah karena hampir
semua orang punya jawaban serupa”. (Hal 44) bahkan seringkali kita merasakan bahwa hidup kita tidak
seberuntung mereka yang bisa liburan keluar negeri, mendapatkan apapun yang mereka inginkan,
sementara kita hanya mengeluh dan menganggap hidup kita menyebalkan dan sesungguhnya itu
bukanlah hal yang baik bagi diri kita.

Dalam bukunya, Mark Manson mengajak kita untuk memilih hal yang harus menjadi prioritas utama bagi
hidup kita. “Anda harus menentukan pilihan. Anda tidak mungkin memiliki hidup yang bebas dari rasa
sakit.Hidup tidak bisa selalu mekar seperti mawar, dan fantastis seperti unicorn. Pertanyaan tentang
keunikan tergolong mudah karena hampir semua orang punya jawaban serupa”. (Hal 44) bahkan
seringkali kita merasakan bahwa hidup kita tidak seberuntung mereka yang bisa liburan keluar negeri,
mendapatkan apapun yang mereka inginkan, sementara kita hanya mengeluh dan menganggap hidup
kita menyebalkan dan sesungguhnya itu bukanlah hal yang baik bagi diri kita. Dalam bukunya, Mark
Manson mengajak kita untuk memilih hal yang harus menjadi prioritas utama bagi hidup kita. “Anda
harus menentukan pilihan.

Anda tidak mungkin memiliki hidup yang bebas dari rasa sakit. Hidup tidak bisa selalu mekar seperti
mawar, dan fantastis seperti unicorn. Pertanyaan tentang keunikan tergolong mudah karena hampir
semua orang punya jawaban serupa”.(Hal 44) sementara kita hanya mengeluh dan menganggap hidup
kita menyebalkan dan sesungguhnya itu bukanlah hal yang baik bagi diri kita. Dalam bukunya, Mark
Manson mengajak kita untuk memilih hal yang harus menjadi prioritas utama bagi hidup kita. “Anda
harus menentukan pilihan. Anda tidak mungkin memiliki hidup yang bebas dari rasa sakit. Hidup tidak
bisa selalu mekar seperti mawar, dan fantastis seperti unicorn. Pertanyaan tentang keunikan tergolong
mudah karena hampir semua orang punya jawaban serupa”. (Hal 44) sementara kita hanya mengeluh
dan menganggap hidup kita menyebalkan dan sesungguhnya itu bukanlah hal yang baik bagi diri kita.

Dalam bukunya, Mark Manson mengajak kita untuk memilih hal yang harus menjadi prioritas utama bagi
hidup kita. “Anda harus menentukan pilihan.Anda tidak mungkin memiliki hidup yang bebas dari rasa
sakit. Hidup tidak bisa selalu mekar seperti mawar, dan fantastis seperti unicorn. Pertanyaan tentang
keunikan tergolong mudah karena hampir semua orang punya jawaban serupa”. (Hal 44) Pertanyaan
tentang keunikan tergolong mudah karena hampir semua orang punya jawaban serupa”. (Hal 44)
Pertanyaan tentang keunikan tergolong mudah karena hampir semua orang punya jawaban serupa”.
(Hal 44)

Penjelasan dari buku ini menggambarkan realitas yang ada dan sangat jujur, tidak banyak
menggambarkan kebahagiaan, justru lebih banyak menggambarkan rasa sakit, ketakutan, harapan dan
kepastian yang harus kita terima untuk menjadi orang yang sukses dan bahagia. Mark Manson tidak
menggambarkan khayalan yang menyenangkan jurus menarik diri kita dari khayalan dan penyangkalan
dan mengajak kita untuk melihat realita dan tidak hanya melihatnya saja tapi juga menerimanya. Mark
Manson mengatakan “tidak semua manusia sempurna dan terbatas, tidak semua orang bisa menjadi
luar biasa ada para pemenang dan ada para pecundang di masyarakat, dan beberapa diantaranya tidak
adil dan bukan akibat kesalahan anda”.

Manson mengajak kita untuk mengerti batasan-batasan diri dan menerimanya, karena menurutnya,
dengan menerimanya justru menjadi sumber kekuatan yang paling nyata.Karena saat kita berhenti
untuk melarikan diri dan menghindari dan mulai menghadapi kenyataan-kenyataan yang menyakitkan,
saat itulah kita mulai menemukan keberanian dan kepercayaan diri yang selama ini kita cari dengan
mengganti tenaga.

Meski demikian adapun kekurangan dari buku ini, ada beberapa penjalasan di beberapa bab yang tidak
dijelaskan secara detail, pada akhirnya menimbulkan pertanyaan dan berbagai macam tafsir (multi
tafsir), mengingat pembahasan yang ada dalam buku ini cukup berat dan terkadang kalimat atau bahasa
yang digunakan sedikit sulit untuk dipahami. Kata-kata yang digunakan juga tergolong vulgar sehingga
mungkin sebagian orang akan merasa terganggu dengan kata-kata yang vulgar tersebut. Masih ada
kesalahan penulisan dan terjemahan yang sedikit rancu seperti susunan kata yang terbalik dan cukup
membingungkan. Isi buku juga cukup membuat jenuh karena padat tulisan tidak ada gambar, warna dan
lain lain, sehingga buat saya pribadi cukup membuat bosan untuk membacanya.

Tapi untungnya Mark Manson menggunakan humor-humor yang menggelitik dan cukup menampar
untuk membuat kita berpikir jadi setidaknya rasa bosan sedikit berkurang. Kelebihan dari buku ini
mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang yang anti mainstream dan mungkin cocok buat kita
yang memiliki masalah terlalu sibuk memikirkan orang lain, terlalu memikirkan kata-kata orang lain
(overthinking), takut salah, takut sehingga buat saya pribadi cukup membuat bosan untuk menjualnya..
Tapi untungnya Mark Manson menggunakan humor-humor yang menggelitik dan cukup menampar
untuk membuat kita berpikir jadi setidaknya rasa bosan sedikit berkurang.

Kelebihan dari buku ini mengajak kita untuk melihat dari sudut pandang yang anti mainstream dan
mungkin cocok buat kita yang memiliki masalah terlalu sibuk memikirkan orang lain, terlalu memikirkan
kata-kata orang lain (overthinking), takut salah, takut mengambil tantangan dan resiko sehingga
membuat kita tidak percaya diri bahkan mungkin depresi. “Dalam hidup ini, kita hanya punya kepedulian
dalam jumlah yang terbatas, makanya, anda harus bijak dalam menentukan kepedulian anda”. (Mark
Manson)

Anda mungkin juga menyukai